Tumgik
ambarunnisa · 4 years
Text
Ka’b bin Malik; Yang Pernah Terabaikan
Bagaimana rasanya jika kamu dianggap tidak ada oleh orang-orang disekelilingmu? Kamu diabaikan dan diacuhkan. Pasti sangat menyakitkan. Apalagi jika pengabaian itu dilakukan oleh orang terdekat kita sendiri, keluarga misalnya. Rasanya diri kita seperti sudah tidak ada gunanya lagi dan seisi dunia tak lagi memihak pada kita.
Itu pula yang dirasakan oleh Ka’b bin Malik saat semua orang mengabaikannya, termasuk oleh Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa sallam. Ia dihukum karena tidak mengikuti Perang Tabuk dan lebih memilih untuk ke pasar mencari peralatan perang. Ia berpikir ia bisa menyusul Rasulullaah dan sahabat-sahabat yang lain ke tempat perang, tapi sayangnya ia tidak keburu menyusul. Peralatan perang yang ia cari tidak kunjung ditemukan dan hal ini telah menghabiskan waktu Ka’b bin Malik yang seharusnya ia gunakan untuk berperang bersama Rasulullaah dan para sahabat.
Diabaikan oleh Rasulullaah adalah hal paling menyakitkan bagi dirinya. Bagaimana tidak? Sebelum diberikan hukuman “pengabaian” oleh Allah lewat Rasulullaah, Ka’b bin Malik menjadi salah satu sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullaah. Biasanya selepas shalat berjamaah, Ka’b bin Malik selalu mendapatkan senyuman manis dari wajah sang Rasul. Tapi, tidak lagi saat ia mendapatkan hukuman itu. Senyumannya tak dibalas oleh sang Rasul. Wajah mulia Rasulullah berpaling, menghindar, dan menjauh darinya. Pun sahabat-sahabat yang lain. Bahkan saudara sepupunya sendiri, Abu Qatadah, lelaki penuh kasih yang selalu menjadi teman main Ka’b bin Malik sejak kecil pun ikut mengabaikan dirinya. Ia diam seribu bahasa saat Ka’b bin Malik mengadu segala kerisauannya.
“Rasanya aku tidak kenal lagi dengan dunia ini. Dan inikah dunia yang kukenal?”, kata Ka’b bin Malik. Kesedihan, keputusasaan, dan kepiluan tergambar dari pertanyaan Ka’b bin Malik. Dunia terasa sangat sempit bagi Ka’b bin Malik, hingga terasa menyesakkan dadanya. Ia ingin marah dan melampiskan semua emosi didalam dirinya, tapi ia sangat sadar bahwa hukuman itu pantas ia dapatkan untuk menebus kesalahannya. Tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apa-apa. Ia ingin bercerita agar hati lega, tapi tak ada satupun telinga para sahabatnya yang mau mendengar keluh kesahnya. Tinggallah ia sendirian. Berkemah di Gunung Sala’. Tak ada satupun teman yang menemaninya. Perintah dari Allah pun turun pada Ka’b bin Malik untuk menjauhi istrinya sementara waktu hingga hukuman itu selesai tepat di hari kelimapuluh.
Lima puluh hari adalah waktu penangguhan bagi Ka’b bin Malik untuk menjalankan hukuman. Baginya, satu hari di masa hukuman terasa sangat lama. Waktu seperti berjalan lambat. Dan saat keputusasaan hampir merajai diri Ka’b bin Malik, tepatnya di hari keempatpuluh, tiba-tiba sebuah tawaran ‘emas’ datang untuknya dari seorang raja bawahan Romawi yang paling berkuasa saat itu, yaitu Raja Ghassan. Alih-alih berempati pada Ka’b bin Malik, ia menawarkan kedudukan tertinggi di sisi Kaisar yaitu menjadikan Ka’b bin Malik sebagai duta besar kekaisaran Romawi Timur. Sang raja sengaja memberikan tawaran itu karena ia tahu bahwa Ka’b bin Malik sedang diberi hukuman berat oleh Allah dan Rasulullaah. Bagi sang raja, Ka’b bin Malik seperti harta karun yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena semua orang pada saat itu tahu bahwa Ka’b bin Malik memiliki kemampuan berbicara yang sangat fasih dan sangat pandai dalam berdiplomasi.
Tapi, Ka’b bin Malik menolak tawaran itu. Posisi itu mungkin memang menguntungkan dirinya secara tahta, tapi ia sama sekali tidak ingin menggadaikan imannya hanya untuk sebuah kesenangan dunia. Ia tidak ingin merugi untuk selama-lamanya.
Sampai suatu hari, terdengar seruan seseorang dari jauh dan berteriak mengatakan, “Wahai Ka’b bin Malik!!!!!! Bergembiralah!!!!” Mendengar kalimat itu, Ka’b bin Malik sadar bahwa hari itu adalah hari kelimapuluh, yang artinya hukuman itu telah selesai ia jalankan. Ia pun langsung bersujud syukur. Lama sekali. Ia berlari menghampiri seseorang yang memberikan kabar pertama itu dan memberikan satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya untuk orang itu. Ia lalu meminjam baju dari orang lain dan segera bergegas menemui Rasulullah. Begitu ia sampai, para sahabat langsung memberikan sambutan hangat untuknya sambil memeluk Ka’b bin Malik. Mereka menangis haru. Ka’b bin Malik semakin tak sabar ingin bertemu dengan Rasulullaah. Dan saat dirinya sudah tepat berada di hadapan Rasulullaah, ia melihat wajah Sang Rasul begitu bersinar bagaikan cahaya purnama. “Bergembiralah dengan hari yang terindah yang pernah engkau lalui sejak dilahirkan ibumu!”, kata Rasulullaah. Lalu Ka’b bin Malik bertanya pada Sang Rasul, “Apakah berita ini dari Allah? Ataukah dari Engkau ya Rasulullah?”. Rasulullaah pun menjawab, “Dari Allah”. Mendengar jawaban itu dari Rasulullaah, air mata Ka’b bin Malik pun luruh. Ia memeluk Rasulullaah erat dan menangis sejadi-jadinya.
Ia sangat bersyukur karena akhirnya taubatnya dapat diterima oleh Allah hingga turun sebuah firman di dalam QS. At Taubah ayat 118 yang berbunyi,
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan taubatnya, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit terasa oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari Allah, melainkan kepadaNya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Ternyata, segala ujian yang saat ini sedang kita hadapi, sudah dirasakan terlebih dahulu oleh para sahabat nabi. Meski bentuk ujiannya sama, yaitu sama-sama diabaikan, tapi kadar ujian para sahabat nabi lebih besar daripada kita. Bukankah kita seharusnya dapat mengambil pelajaran? Bukan untuk menyamakan tingkatan diri kita saat ini dengan para nabi, bukan. Kadar ujian Rasulullaah dan para sahabat memang lebih besar daripada kita, karena Rasulullaah dan para sahabatnya memiliki tingkat keimanan yang tinggi. Berbeda jauh dengan kita saat ini. Itu sebabnya Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan tiap hamba-Nya.
Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran bahwa tak ada ujian yang tidak dapat dilewati.
Tak ada pelangi sebelum hujan badai berhenti. Dan tak ada bahagia selepas sedih berganti. “Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’aha”, “Allah tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya”.
Wallaahu a’lam bis shawab.
4 notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Kadang, kita memang perlu dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan dalam hidup. Meskipun dari hal-hal yang kelihatannya kecil dan sederhana—versi kita. Karena biasanya, situasi seperti itu yang membuat kita mau mengintrospreksi diri sendiri. Pikiran kita jadi bertumbuh dan mendewasa. Ide cemerlang pun lahir dan membawa kita pada jalan keluar lain.
Jika kita mampu melihat dari sisi lain, sebenarnya Allah sedang memberi kita jeda untuk beristirahat. Menarik kita secara perlahan untuk kembali dan mengadu segala keluh kesah padaNya. Sampai akhirnya pada saat kita sudah berada pada titik berserah, segala masalah yang kita punya luluh lantah tak bersisa.
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Selama aktivitas #dirumahaja, bapak sering banget merawat tanaman-tanaman kesayangannya bareng mama. Contohnya kayak tadi pagi. Cuma bedanya kali ini bapak sendirian. Tiba-tiba dari jauh saya dengar ada suara pengamen sedang bernyanyi. Ia bernyanyi dengan sebuah mikrofon yang kabelnya disangkutkan ke sound system kecil. Bukan pakai gitar atau gendang kayak pengamen kebanyakan. Gak lama kemudian itu berhenti bernyanyi dan menyapa bapak saya, “serius amat, bang.” Bapak saya kaget. Ternyata itu adalah teman lamanya sewaktu dulu. Tepatnya teman kerja bapak. Tempat tinggalnya pun dulu satu wilayah sama bapak sebelum bapak nikah.
Saya mendengar sayup-sayup mereka mengobrol di luar. Kemudian saya keluar membawa beras hasil donasi dari teman-teman baik (donatur) di @kitasiapbantu. Saya berikan pada beliau, temannya bapak. Beliau terharu. Matanya berkaca-kaca. Kalimat “terima kasih” beliau katakan berulang-ulang. Rentetan doa pun beliau berikan. Setelah itu, beliau pamit pada saya dan bapak saya untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata beliau nggak sendirian. Beliau mengajak istri dan satu anak lelakinya untuk mengamen bersama. Sebelum mereka beranjak, istri beliau menoleh kebelakang dan memberikan saya sebuah senyuman. Senyum tanda terima kasih.
Yaa Rabb.. saya kehabisan kata. Betapa kita di di dunia ini enggak memiliki apa-apa. Gak ada yang tau di masa yang akan datang kita akan jadi apa dan hidup dalam situasi seperti apa. Entah kebahagiaan yang kita miliki sekarang apakah akan sama dengan kebahagiaan yang akan kita dapat di masa depan atau enggak. Segala hal yang kita punya saat ini, kalau Allah mau ambil seketika, maka akan hilang sekejap mata. Dan kita adalah jaminan atas diri kita sendiri—saat ini untuk masa yang akan datang.
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Sebenarnya, ada banyak orang baik dalam lingkaran hidup kita. Tapi uniknya, kita cenderung sulit melihat mereka saat kita tengah merasa sedih, saat merasa diri tidak berguna, saat ada teman-teman yang mengabaikan kehadiran kita, saat jalan keluar tak kunjung di dapat, atau saat-saat lain yang kita merasa seolah-olah dunia sedang tidak berpihak pada kita. Kemudian kita kesal, marah, kecewa, dan lain sebagainya. Padahal di sudut sana, di tempat yang terlupa, ada banyak orang-orang baik yang bisa membuat kita jauh lebih bahagia dan kitapun bisa membuat mereka bahagia pula; saling membahagiakan. Yang satu tujuan, yang memberi tanpa mengharap imbalan, yang saling mengingatkan tanpa merendahkan, yang meminta maaf tanpa sungkan, yang memberi maaf tanpa ego ditinggikan.
Teruntuk semua sahabat baik saya,
Terima kasih karena masih bertahan mempertahankan persahabatan dengan saya.
Terima kasih karena telah menerima saya apa adanya tanpa sungkan mengingatkan.
Terima kasih karena selalu berusaha hadir saat saya berduka dan berusaha ikut merasa saat saya bahagia.
Terima kasih banyak🧡
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Bisakah penerimaan hati kita seluas langit? Agar nantinya bila kita bertemu dengan suatu hal yang tidak kita sukai, kita dapat menempatkannya dengan lebih lapang. Bila nanti kita bertemu dengan suatu hal yang kita sukai, kita dapat lebih mensyukurinya dengan lebih tenang.
Bisakah pikiran kita sejernih embun pagi? Agar nantinya pilihan yang kita ambil adalah murni dari hati, bukan dari kontaminasi. Agar nantinya jalan hidup yang akan kita jalani lebih manusiawi, tidak terlalu menyiksa diri dengan target capaian duniawi, melainkan juga untuk bekal setelah wafat nanti.
Bisakah kata yang kita ucap selembut tetes air? Agar nantinya setiap kata dapat lebih bermakna, agar nantinya setiap orang yang mendengar tak ada yang tersakiti hatinya.
Bisakah diri kita berkata apa adanya, bukan ada apanya. Setidaknya jujur pada diri sendiri untuk menjadi versi terbaik dari apa yang kita yakini.
Bisakah?
El Isbat | Bogor, 9 Februari 2020
767 notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Dari banyaknya manusia di muka bumi, hari ini pasti ada yang sedang bersedih,
kecewa,
marah,
bingung,
heran,
bahagia,
tertawa,
senang,
terharu,
hampa,
dan perasaan-perasaan lainnya.
Kita tengah berada di antara salah satu perasaan itu. Saat ini. Tidak tahu kalau besok. Pun orang lain. Ternyata, perasaan itu hanya titipan. Yang sewaktu-waktu bisa berganti menjadi yang tidak kita inginkan. Kita pun sadar bahwa perasaan tidak dapat dipertahankan. Tapi, bisa diciptakan oleh diri kita sendiri.
Itu juga kalau kita mau. Hehe.
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Maa syaa Allah tabarakallah🧡
Cloud ☁️
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
636 notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
If you ever feel lost or confused about where you are in life, don’t worry-  this chibird feels you! We all end up finding good paths for ourselves, and we always have the ability to change paths if not. : )
Chibird 2020 Calendar | Patreon | Webtoon
7K notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Text
CITA-CITA ANAK KAMPUNG
Tinggal di kampung dengan banyak warganya yang memiliki status perekonomian menengah sampai ke rendah, membuat saya dulu bercita-cita harus bisa kuliah. Di kampung sata, ada orang bisa kuliah itu kayak “wow maa syaa Allah bgt” gitu. Karena hampir di 1 RT daerah rumah saya waktu itu yang berhasil mengenyam pendidikan sampai ke tingkat kuliah itu baru saya aja. Jadi, saya adalah orang pertama yang bisa ngerasain kuliah. Dan alhamdulillaah, sekarang udah nambah 1 anak lagi yang bisa kuliah. Lucunya, kita kuliah di satu universitas yang sama. Wkwk.
Waktu itu juga tingkat pendidikan disini pun gak kalah rendahnya. Banyak anak-anak di sekitar rumah saya yang putus sekolah karena orang tua mereka gak mampu biayain sekolahnya lagi. Sampe akhirnya, anak-anak itu ada yang jadi tukang ojek, tukang becak, tukang barang bekas, asisten rumah tangga, dan pekerjaan lain yang kebanyakan ortu mereka dulu juga kerja itu. Jadi, kayak ngelanjutin kerja orang tuanya. Bahkan ada juga yang menikah di usia muda tanpa kematangan yang cukup karena faktor ekonomi dan (maaf) hamil di luar nikah.
Kondisi lingkungan rumah saat itu membuat saya berpikir, “gue harus belajar sampe tinggi supaya gue bisa bermanfaat untuk mereka dan bisa berdayain orang-orang yang ada disini.” Akhirnya, semakin kuatlah cita-cita saya untuk kuliah. Meskipun rada khawatir juga di awal bisa kuliah atau enggak, mengingat perekonomian kedua orang tua juga biasa aja. Tapi, saya tetep berusaha dan berdoa untuk bisa kuliah. Ditambah orang tua juga ngedukung banget. Makin semangat lah saya. Dan ya, alhamdulillaah, atas izin Allah, akhirnya gue bisa kuliah dan berhasil jadi sarjana tahun lalu.
Tumblr media
Pasca lulus, ada banyak impian dan cita-cita yang sedang saya upayakan dan doakan. Salah satunya bisa memberdayakan kampung saya atau kampung lain jadi sebuah kampung wisata. Karena saat ini, untuk bantu orang banyak secara materil saya masih belum mampu. Jadi, saya cari cara lain untuk bisa menghidupkan kampung saya menjadi lebih “berwarna”, khususnya bagi anak-anak.
Tiap dari kita punya hak untuk punya impian atau cita-cita. Krn memiliki cita-cita adalah hak segala bangsa. Tapi berusaha utk mewujudkannya adalah kewajiban tiap individunya. Kalo sekarang kamu punya kesempatan dan dukungan yang besar untuk mewujudkan cita-cita, buat cita-cita itu jadi nyata dan ‘banyak’. Jangan cuma satu. Karena banyak orang yang punya satu cita-cita, tapi sulit banget untuk diwujudkan karena banyak cobaan. Entah karena ekonomi yang kurang atau perhatian keluarga yang kurang.
Gak ada satupun cita-cita yang gak bisa digapai kalau Allah udah mengizinkan. Sekalipun peluangnya terasa gak memungkinkan. Semangat, ya! In syaa Allah, Allah yang mampukan🧡
Ambarunnisa | 22 Januari 2020
#KontemplasiDiri
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Quarter Life Crisis
Ngeliat media sosial kok kayaknya temen-temen banyak yang udah bahagia dengan hidupnya yang baru, ya? Ada yang upload foto/video sama bayinya yang belum lama lahir, ada yang ngeshare undangan nikah, ada yang sumringah banget bisa travelling atau sekadar makan bareng suami/istrinya karena belum lama nikah, ada yang lagi makan enak di mall bareng pasangan atau keluarganya, ada yang travelling ke luar kota/negeri, ada yang lagi sarjana S2 (pake beasiswa pulak), ada yang baru nerbitin bukunya, ada yang baru naik jabatan, dan lain-lainnya. Sedangkan kamu lagi baca tulisan ini sambil rebahan karena gabut atau gak ada kerjaan. Sebagian mungkin karena emang lagi rehat karena lelah setelah seharian beraktivitas. Tapi, ada juga yang seharian ini gak ngapa-ngapain. Atau kalaupun ngelakuin aktivitas, ya ngerasa kosong aja gitu. Gak dapet feel atau makna apa-apa dari aktivitas yang lagi dikerjain. Terus di pikiran dan perasaan jadi ambyar karena berkali-kali merutuki diri,
“Kok mereka lebih hebat dari gue ya?”
“Kok mereka kayaknya udah sukses bgt ya sekarang? Gue gini-gini aja asaan.”
“Berasa gak guna banget gue sekarang.”
“Nyesel banget gue kenapa dulu gak ngambil pilihan yang itu. Kenapa malah ambil pilihan yang ini.”
“Ih, enak bgt sih mereka udah nikah. Pengen juga tapi.... Ah gatau, lah!”
“Nikah dulu atau lanjutin S2, ya? Takut banget salah ambil pilihan. Stres bgt yaAllah gak kuat!”
Dan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan lain yang membuat kamu ngerasa bingung, khawatir, takut, frustasi, bahkan sampai depresi. Kamu lagi ngerasain kayak gitu, kah? Dan usia kamu sekitar 20-30an tahun? Selamat! Kamu sedang berada dalam fase Quarter Life Crisis.
Seperti sebuah game, manusia akan mengalami kenaikan level pada setiap masa kehidupannya. Level pada kehidupan manusia biasa disebut dengan kata “fase” atau tahapan. Dalam game, semakin naik level, tingkat kesulitannya akan semakin tinggi. Pada manusia, semakin tinggi fase yang akan dilalui, maka akan semakin banyak tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi. Tantangan atau permasalahan itu bisa muncul dari keluarga, lingkungan sekitar, bahkan diri sendiri.
Fase Quarter Life Crisis merupakan masa peralihan dari fase remaja akhir menuju dewasa awal. Fase yang secara gak langsung menuntut manusia untuk jadi pribadi yang gak cuma dewasa aja, tapi juga mandiri, bertanggung jawab, dan mampu mengambil pilihan atau keputusan yang tepat untuk masa depannya tanpa campur tangan orang lain.
Bagi sebagian orang, fase ini benar-benar sulit untuk dilalui, terlebih bagi mereka yang kurang mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, sering mendapat tekanan, atau jiwa perfeksionisnya yang berlebihan. Akhirnya muncul deh emosi-emosi negatif seperti yang udah saya sebutin tadi. So, kalo kamu atau ada orang lain yang lagi ngerasa kayak gitu, ya, wajar banget.
Tumblr media
“Terus kalo lagi ngerasa kayak gitu, gue harus gimana?”
Seperti yang udah saya bilang di awal bahwa fase Quarter Life Crisis adalah salah satu fase yang “pasti” akan dialami oleh setiap orang. Kalo kamu ngerasa sedih, tertekan, khawatir, stres, dan sebagainya... yaa gakpapa. Wajar banget kok. Nangis aja kalo memang mau nangis. Tapi jangan berlarut-larut, ya. Karena you are not the only one—yang lagi ngerasa kayak gitu. Kamu juga harus inget bahwa fase hanyalah fase. Ia akan berlalu dan berganti ke fase berikutnya. Meskipun waktu yang dibutuhkan tiap manusia untuk pindah ke fase selanjutnya itu berbeda-beda. Sama halnya kayak dulu kamu berhasil melalui fase remaja yang kalo kata eyang-eyang psikolog terdahulu; fase remaja merupakan fase yang diibaratkan seperti badai. Ada pula yang menyebutkan bahwa fase remaja merupakan fase yang berapi-api. Kenapa? Karena semangat dan rasa ingin tau yang tinggi. Sekarang kamu ada di fase Quarter Life Crisis. Artinya, kamu udah berhasil ngelewatin fase remaja itu. So, kali ini pun kamu pasti bisa ngelewatinnya lagi.
“You are amazing than you think!”, sebuah kalimat jadul yang efek positifnya masih berasa sampai sekarang (untuk sebagian orang). Makna kalimatnya apa, hayo? Setiap manusia punya kelebihan, kekurangan, dan rezekinya masing-masing. Jadi stop menghina diri dengan kata gak mampu, gak guna, atau membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena dengan menghina atau membandingkan diri sendiri akan membuat emosi negarif itu terus muncul dan membuat kamu semakin terpuruk. Akhirnya, nurani kamu sulit melihat kelebihan yang kamu punya. Salah satu sebab munculnya perilaku membanding-bandingkan hingga akhirnya menghina diri sendiri adalah karena seringnya menggunakan media sosial. Terlalu sering menggunakan media sosial akan mempengaruhi pola pikir kamu, apalagi kalau saat itu kondisi psikologis kamu lagi gak baik.
Doing something yang positif. Apapun itu, seperti menjalankan hobi, membuat rencana hidup, atau hal-hal positif lainnya. Karena selain mampu mengalihkan bahkan membuang emosi negatif, melakukan sesuatu yang positif dan kamu sukai dapat memberikan peluang kesuksesan bagi diri kamu di masa yang akan datang. Selain itu, kamu juga akan mendapatkan banyak makna dari setiap hal positif yang kamu lakukan. Itu akan jauh lebih baik daripada kamu hanya berdiam diri di rumah atau di suatu tempat tanpa melakukan apapun.
Sharing is caring. Saya pernah mendengar kalimat itu. Saya pun setuju dengan kalimat itu jika arahnya ke hal yang positif. Contohnya berbagi cerita. Dalam fase ini, kamu penting membagi cerita atau apa yang kamu rasakan ke orang lain. Entah itu ayah atau ibu kamu, sahabat kamu, psikolog, konselor, pasangan kamu atau siapapun dia yang dirasa tepat dan bisa dipercaya untuk menjaga rahasia kamu. Mungkin kamu tidak akan langsung dapat jalan keluar setelah bercerita, tapi emosi negatif yang muncul dari fase ini akan berangsur-angsur hilang. Kamu akan merasa lega dan cenderung mampu berpikir positif. Pikiranmu jadi jernih dan setelah ini, kamu jadi tau harus berbuat apa. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena pada saat kamu membagi cerita kamu ke orang lain, mereka akan berusaha semaksimal mungkin memberikan respon terbaik, seperti memberi dukungan, solusi, menghibur, atau minimal mendengarkan ceritamu dengan perhatian yang fokus. Kadang, kamu bercerita bukan untuk mencari solusi, kan? Tapi, hanya sekadar ingin didengar. Betul? Hehe.
Self-talk. Siapa yang suka ngomong sama diri sendiri kalo lagi sendirian? Bukan karena gangguan jiwa ya, tapi kayak merenungi hal-hal apa aja yang terjadi dalam diri dan selama ini udah ngelakuin apa aja sih. Seems like “refleksi diri”. Sebenernya self-talk bukan cuma ngomong secara lisan ke dalam diri, tapi bisa juga ngomong di dalam hati atau bisa juga nulis di buku diary. Kalau saya, suka banget nulis. Kejadian atau masalah apapun—entah berkaitan sama saya atau enggak—pasti saya tulis. Saya rangkai jadi sebuah tulisan positif yang mengandung makna dan hikmah. Gunanya bukan untuk menggurui orang lain, bukan. Tapi untuk pengingat saya pribadi; kalau nanti saya dalam kondisi terpuruk atau mengalami masalah yang sama, saya bisa kembali membaca tulisan saya dan teringat bahwa dulu saya mampu melewati masa-masa sulit itu. Jadi kayak ter-reminder lagi. Akhirnya, setelah membaca tulisan-tulisan saya, saya akan berpikir, “dulu aja gue bisa ngelewatinnya, masa sekarang enggak?”. Nah, untuk kamu yang suka nulis, kamu bisa coba melakukan itu untuk meminimalisir emosi negatif saat berada dalam fase ini.
The Power of Doa. Yang terakhir dan yang paling utama adalah doa. Saat segala usaha telah dilakukan untuk keluar dari zona yang mengkhawatirkan, menakutkan, dan membingungkan, maka berserah diri pada Allah dengan cara berdoa adalah langkah yang sangat tepat. Allah yang memberi kita ujian dalam fase ini, Allah pula yang akan membantu kita untuk keluar dari fase ini. Saya, kamu, kita hanyalah manusia biasa. Kita takkan bisa melakukan dan menjadi apa-apa tanpa pertolonganNya.
Nah, itu dia penjelasan sederhana mengenai fase Quarter Life Crisis. Sebenernya tulisan ini dibuat atas kerasahan pribadi penulis, sih, yang lagi ngalamin di fase ini juga. Jadi, kalau temen-temen menemukan banyak kesalahan dalam penulisan maupun informasi, saya minta maaf yaa.
Selanjutnya, temen-temen bisa baca buku atau artikel lain yang membahas seputar fase ini lebih detail dan lengkap, khususnya dari perspektif para psikolog dan konselor. Atau kalau temen-temen mau konsultasi secara langsung ke psikolog atau konselor itu juga boleh banget. Malah lebih bagus. Karena fase ini gak bisa kita abaikan gitu aja. Fase ini gak akan berlalu dengan mudah kalau kita gak berusaha melaluinya dengan baik.
So, mulai kenali diri kamu sendiri, positive thinking dan terus semangat! Kamu gak sendirian :)
Ambarunnisa | 21 Januari 2020
#KontemplasiDiri
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Tumblr media
“We have tendency to always look forward and upward. So much further to go! It’s good! It keeps us motivated and driven. Just don’t forget to rest and be proud of how far you’ve come.” —Chibird. Coba deh lihat kalimat terakhirnya, “...and be proud of how far you’ve come.” Honestly, ini sangat menampar saya pribadi.
Kalau lagi berjuang untuk mendapatkan sesuatu, seringnya yang diingat hanya titik sampainya aja. Sibuk mencapai dengan segala cara tanpa sedikit memberi ruang untuk mengapresiasi diri dengan syukur dan rehat sejenak. Akhirnya, saat tujuan itu gak berhasil didapat, kita begitu kecewa. Dan saat sudah kecewa, kitapun merutuki diri sebagai manusia gak berguna dan enggan untuk berjuang lagi.
Kadang kita juga suka lupa dengan pencapaian diri. Padahal di setiap inci perjuangan kita dalam menggapai tujuan, disitulah keberhasilan kita. Karena prestasi atau keberhasilan bukan hanya sekadar dilihat dari apa yang kita dapat, tapi dari sejauh mana kita mampu melaluinya—dengan sabar dan menikmati tiap prosesnya.
#KontemplasiDiri
#PositiveThinking
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Ada banyak orang baik dalam lingkaran hidup kita. Tapi, uniknya kita cenderung sulit melihat mereka saat tengah merasa sedih sendiri, saat merasa diri tidak berguna, saat ada teman-teman yang mengabaikan kehadiran, saat jalan keluar tak kunjung di dapat, atau saat-saat lain yang kita merasa seolah-olah dunia sedang tidak berpihak pada kita. Kemudian kita kesal, marah, kecewa, dan lain sebagainya.
Tumblr media
Padahal di sudut sana, di tempat yang terlupa, ada banyak orang-orang baik yang bisa membuat kita jauh lebih bahagia dan kitapun bisa membuat mereka bahagia pula; saling membahagiakan. Yang satu tujuan, yang memberi tanpa mengharap imbalan, yang saling mengingatkan tanpa merendahkan, yang meminta maaf tanpa sungkan, dan yang memberi maaf tanpa ego ditinggikan.
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
This potted plant pup has some advice about growing in a healthy way! 🌱✨ You have to balance your growth with taking care of your roots! 
Chibird 2020 Calendar | Patreon | Webtoon 
10K notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
It’s my birthday today! Over the years, I’ve always been motivated to strive further, dream big dreams, and make things happen. I’m still not where I want to be yet, but looking back, I’m come SO far from where I first started. It’s wild to think about how many mountains I’ve climbed in just the past few years, and I’m really proud of myself! Thank you all for being here on this journey with me as I keep on climbing. 💛
Chibird Store | Patreon | 2020 Calendar
5K notes · View notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Tumblr media
Kadang, ada banyak hal yang ingin kita sampaikan. Menjelaskannya secara gamblang, tanpa terbata-bata dan dengan emosi yang baik adanya. Tapi seringnya, sebelum cerita kita sudah menangis duluan atau minimal lidah kelu karena tak bisa mengeluarkan kata-kata entah apa sebabnya. Akhirnya, pesan tak tersampaikan dan berujung pada kesalahpahaman. Mungkin ini jadi salah satu alasan mengapa banyak pula orang yang lebih memilih diam dan tak bercerita untuk sementara. Meski ia tahu, resikonya pun tak kalah besar.
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Kalau kamu mau mundur, ada orang yang jauh lebih dulu mau mundur tapi mereka lebih memilih bertahan dan melapangkan hati dengan sabar yang berhektar-hektar. Karena mereka tahu kalau yang sedang dikerjakan itu untuk kepentingan orang banyak. Bukan pribadi.
Ambarunnisa | 23 November 2019
0 notes
ambarunnisa · 4 years
Text
Mahfudzot
*Semoga tidak sekedar hafalan didepan kelas dan musnah ditelan zaman,*
1. مَنْ جَدَّ وَجَدَ 2. مَنْ سَارَ عَلَى الدَرْبِ وَصَلَ 3. مَن صَبَرَ ظَفِرَ 4. مَنْ قَلَ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ 5. جَالِسْ أَهْلَ الصِدْقِ وَ الوَفَاءِ 6. مَوَدَّةُ الصَدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِيْقِ 7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَعَبِ 8. الصَبْرُ يُعِيْنُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ 9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا 10. اطْلَبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَحْدِ 11. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ 12. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَهَبِ 13. العَقْلُ السَلِيْمُ فىِ الجِسْمِ السَلِيْمِ 14. خَيْرُ جَلِيْسٍ فىِ الزَمَانِ كِتَابٌ 15. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ 16. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلَى الخَيْرِ 17. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَاسُ كَالبَهَائِمِ 18. العِلْمُ فىِ الصِغَرِ كَالنَقْشِ عَلَى الحَجَرِ 19. لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ التِى مَضَتْ 20. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا 21. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ 22. الإِتِّحَادُ أَسَاسُ النَجَاحِ 23. لَا تَحْتَقِرْ مِسْكِيْنًا وَكُنْ لَهُ مُعِيْنًا 24. الشَرَفُ بِالأَدَبِ لَابِالنَسَبِ 25. سَلَامَةُ الإِنْسَانِ فِى حِفْظِ اللِّسَانِ 26. آدَبُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ 27. سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِى 28. آفَةُ العِلْمِ النِّسْيَانُ 29. إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ 30. لَا تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَىءٍ مَزِيَّةٌ 31. اَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ 32. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ 33. مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ 34. مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا 35. عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ 36. مَنْ كَثُرَ إِحْسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ 37. اِجْهَدْ وَلَا تَكْسَلْ وَلَا تَكُ غَافِلًا # فَنَدَامَةُ العُقْبَى لِمَنْ يَتَكَاسَلُ 38. لَا تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلَى الغَدِ مَاتَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ 39. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ 40. خَيْرُ النَّاسِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَاَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ 41. فِى التَّأَنِّى السَّلَامَةُ وَفِى العَجَلَةِ النَّدَامَةُ 42. ثَمْرَةُ التَفْرِيْطِ النَدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَلاَمَةُ 43. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ 44. فَجَزَاءُ سَيَّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا 45. تَرْكُ الجَوَابِ عَلَى الجَاهِلَ جَوَابٌ 46. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ 47. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الْكَاَةمُ 48. مَنْ طَلَبَ اَخًا بِلَا عَيْبٍ بَقِيَ بِلَا اَخٍ 49. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا 50. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ 51. خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَ��ُهَا 52. لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ 53. إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ 54. لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلْ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلًا 55. لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِى قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلْ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ 56. لِكُلِّ عَمَلٍ ثَوَابٌ وَلِكُلِّ كَاَامٍ جَوَابٌ 57. وَعَامِلِ النَّاسَ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ 58. هَلَكَ اِمْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ 59. رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ 60. مَنْ ظَلَمَ ظُلِمَ 61. لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنَا إِنَّ الَجمَالَ جَمَالُ العِلْمِ وَالأَدَبِ 62. لَا تَكُنْ رَطْبًا فَتُعْصَرَ وَلَا يَابِسًا فَتُكَسَّرَ 63. مَنْ اَعَانَكَ عَلَى الشَّرِّ ظَلَمَكَ 64. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلًا 65. أَخِىْ لَنْ تَنَالُ العِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَ طُوْلُ زَمَانٍ 66. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى 67. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ 68. النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ 69. إِذَا كَثُرَ الـمَطْلُوْبُ قَلَّ الـمُسَاعِدُ 70. لَا خَيْرَ فِى لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَمًا 71. تَنْظِيْمُ العَمَلِ يُوَفِّرُ نِصْفَ الوَقْتِ 72. رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ 73. دَاوُوا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ 74. الكَاَِمُ يَنْفُذُ مَا لَا تَنْفُذُهُ الإِبَرُ 75. لَيْسَ كُلُّ مَا يَلْمَعُ ذَهَبًا 76. سِيْرَةُ الـمَرْءِ تُنْبِئُ عَنْ سَرِيْرَتِهِ 77. قِيْمَةُ الـمَرْءِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ 78. صَدِيْقُكَ مَنْ اَبْكَاكَ لَا مَنْ اَضْحَكَكَ 79. عَثْرَةُ القَدَمِ اَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ اللِّسَانِ 80. خَيْرُ الكَاَُمِ مَا قَلَّ وَدَلَّ 81. كُلُّ شَيْءٍ إِذَا كَثُرَ رَخُصَ إِلَّا الاَدَبُ 82. أَوَّلُ الغَضَبِ جُنُوْنٌ وَآخِرُهُ نَدَمٌ 83. العَبْدُ يُضْرَبُ بِالعَصَا وَالحُرُّ يَكْفِيْهِ بِالإِشَارَةِ 84. اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ 85. الحَسُوْدُ لَا يَسُوْدُ 86. الأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا
1. Siapa bersungguh-sungguh dia berhasil. 2. Siapa berjalan pada relnya akan sampai. 3. Siapa bersabar berhasil. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Bergaullah dengan orang jujur dan menepati janji. 6. Kasih sayang teman tampak pada waktu kesempitan. 7. Tak ada kenikmatan kecuali setelah susah payah. 8. Kesabaran membantu atas setiap pekerjaan. 9. Coba dan perhatikan, kau akan jadi tahu. 10. Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat. 11. Telur hari ini lebih baik dari ayam besok hari. 12. Waktu itu lebih berharga daripada emas. 13. Pikiran yang sehat terdapat pada badan yang sehat. 14. Sebaik-baik teman duduk sepanjang waktu adalah buku. 15. Siapa menanam dia akan memetik. 16. Sebaik-baik kawan adalah yang menunjukkanmu pada kebaikan. 17. Jika tak ada ilmu maka pasti manusia seperti binatang. 18. Pengetahuan pada waktu kecil seperti lukisan di atas batu. 19. Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu. 20. Belajarlah pada waktku kecil dan amalkan dia saat kau besar. 21. Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tanpa buah. 22. Persatuan adalah dasar keberhasilan. 23. Jangan menghina orang miskin dan jadilah penolong baginya. 24. Kemuliaan itu dengan adab bukan karena keturunan. 25. Keselamatan manusia ada pada menjaga pembicaraannya. 26. Perilaku (baik) seseorang lebih baik dari emasnya. 27. Kejelekan perilaku itu menular. 28. Bencana pengetahuan adalah lupa. 29. Jika benar tekadnya maka akan jelas perjalanannya. 30. Jangan menghina orang yang lebih rendah darimu, karena setiap sesuatu memiliki kelebihan. 31. Perbaiki dirimu, maka akan baik kepadamu semua manusia. 32. Berpikirlah sebelum bertindak. 33. Siapa yang mengetahui jauhnya perjalanan dia akan bersiap-siap. 34. Siapa menggali lobang akan terposok ke dalamnya. 35. Musuh yang cerdas lebih baik dari kawan yang bodoh. 36. Siapa yang banyak kebaikannya maka banyak sahabatnya. 37. Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas dan jangan jadi lalai, karena penyesalan mendalam itu adalah milik mereka yang bermalas-malasan. 38. Jangan tunda pekerjaanmu hingga besok, apa yang dapat kau kerjakan hari ini. 39. Tinggalkannlah kejahatan itu, dia pasti meninggalkanmu. 40. Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia. 41. Dalam kehati-hatian ada keselamatan dan dalam ketergesa-gesaan ada penyesalan. 42. Buah dari penyia-nyiaan adalah penyesalan dan buah dari keteguhan adalah keselamatan. 43. Kasih sayang pada yang lemah termasuk akhlak yang mulia. 44. Balasan dari kejelekan adalah kejelakan yang setimpal. 45. Meninggalkan jawaban untuk orang bodoh adalah jawabannya. 46. Barang siapa yang manis tutur katanya banyak sahabatnya. 47. Jika sempurna akal seseorang maka sedikit bicaranya. 48. Barang siapa yang mencari kawan tanpa aib maka dia tetap tidak memiliki kawan. 49. Katakanlah yang benar meskipun pahit. 50. Sebaik-baik hartamu adalah yang memberikan manfaat bagimu. 51. Sebaik-baik perkara adalah pertengahan. 52. Setiap tempat ada kata-katanya (yg cocok) dan setiap kata-kata ada tempatnya (yg cocok. 53. Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu. 54. Bukannya aib bagi mereka yang miskin, tapi aib itu milik mereka yang pelit. 55. Bukannya yatim itu yang telah mati orang tuanya, tapi yatim itu adalah yang tidak memiliki ilmu dan sopan santun. 56. Setiap pekerjaan ada balasannya dan setiap perkataan ada jawabannya. 57. Dan perlakukanlah manusia sebagaimana kamu ingin diperlakukan. 58. Hancurlah seseorang yang tidak mengetahui kemampuannya. 59. Otak dari dosa adalah kebohongan. 60. Siapa yang menzalimi akan terzalimi. 61. Bukannya keindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita tapi keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab. 62. Jangan kamu lemah nanti kamu diperas dan jangan keras nanti kamu dipatahkan. 63. Barang siapa yang membantumu melakukakan kejelekan, dia menzalimimu. 64. Tindakan, membuat yang sulit menjadi mudah. 65. Saudaraku! Kamu tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam perkara, akan ku berikan perincian dengan jelas : Kecerdasan, Harta Benda, Ketamakan, Mempergauli Ustadz Kesungguhan Waktu yang panjang. 66. Barang siapa yang berhati-hati maka dia akan mendapatkan apa yang dia impikan. 67. Tuntutlah ilmu itu walaupun ke negeri Cina. 68. Kebersihan adalah bagian dari iman. 69. Jika perminataan terlalu banyak, sediki yang membantu. 70. Tak ada kebaikan pada kenikmatan yang diiringi penyesalan. 71. Mengatur pekerjaan akan menghemat setengah waktu. 72. Banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh seorang ibu. 73. Obatilah kemarahan itu dengan diam. 74. Perkataan itu menembus apa yang tak ditembus oleh jarum. 75. Tidak setiap yang berkilap itu adalah emas. 76. Tindak tanduk seseorang menunjukkan kepribadiannya. 77. Nilai seseorang sesuai dengan kebaikan yang dilakukannya. 78. Sahabatmu adalah yang membuatmu menangis bukan yang membuatmu tertawa. 79. Terpelesetnya kaki lebih aman dari terpelesetnya lidah. 80. Sebaik-baik kata adalah yang ringkas dan mengena. 81. Segala sesuatu jika kebanyakan akan murah kecuali sopan santun. 82. Awal kemarahan adalah kegilaan dan berakhir dengan penyesalan. 83. Budak itu dipukul dengan tongkat sedangkan orang yang merdeka itu cukup dengan isyarat. 84. Perhatikan apa yang dikatakan dan jangan perhatikan siapa yang mengatakan. 85. Pendengki tak akan bahagia. 86. Semua pekerjaan harus dituntaskan Jum'at barokah
5K notes · View notes