Tumgik
ansylaa · 10 days
Text
Tangisan tersakit adalah ketika harus menahan air mata dan suara. Agar tak lebih besar lagi riuh yang ada
0 notes
ansylaa · 10 days
Text
YaAllah hatiku patah berkali-kali. Luka yg lama saja belum sembuh, tapi disakiti lagi. Di tempat yg sama namun tak ada pilihan lain untukku beranjak. Allah, jika ikhtiar dan doaku masih tak cukup untuk bisa mengubah keadaan ini, maka hamba mohon penyelesaiian terbaik dariMu:”
1 note · View note
ansylaa · 3 months
Text
Berusaha kuat untuk bisa sembuh, tapi selalu ada yang ingin membunuh.
Katanya ‘what doesn’t kill you makes you stronger’. Hal-hal yang membuatmu hampir terbunuh, justru itu membuat kamu lebih kuat. Ya..mungkin ada benarnya, tapi berkali-kali ingin dibunuh oleh orang terdekat itu membuatku sangat takut, sulit percaya diri, dan sering overthinking.
Allah..mohon kuatkan aku. Hasbunnallah wa ni’mal wakiil
0 notes
ansylaa · 6 months
Text
Kriteria Ideal?
Bahwa berharap mendapat pasangan dengan kriteria seideal dan setinggi mungkin adalah hak setiap orang. Tetapi satu hal yang tidak boleh kita lupa, bahwa menikahi seseorang tidak berbicara hanya tentang 'menikmati nilai' yang kita peroleh dari pasangan kita semata. Melainkan menikah adalah sebuah proses membangun nilai bersama yang terus berkesinambungan dalam mencapai visi pernikahan.
Jadi bukan hanya proses menikmati nilai saja, melainkan menciptakan, menjalankan, menginternalisasikan, dan mengevaluasi nilai secara bersama di dalam bahtera rumah tangga yang muara akhirnya adalah tercapainya visi membangun rumah tangga.
Sebab betapapun sisi kelebihan dari pasangan kita, pasti tetap akan memiliki celah yang tidak pernah luput dari setiap insan bernyawa. Ketika sejak awal kita sudah membangun barier ekspektasi yang terlampau tinggi, spek langit, maka kecewa adalah karib yang tidak dapat dipisahkan. Masalahnya, seberapa siap?
Maka dari itu, alih-alih membangun barier yang jatuhnya terkesan muluk-muluk dalam menentukan apa yang harus ada pada calon pasanganmu, coba untuk juga siapkan diri menjadi calon pasangan yang memiliki value, dan siap menerima segala kelebihan dan kekurangan dari jodoh yang telah Allah pilihkan, dalam upaya menjemput visi pernikahan itu sendiri.
Sikap pertengahan ini yang coba kita bangun. Meminimalisir adanya rasa kecewa ketika harapan tidak berpihak sebagaimana realita, dan meneguhkan diri bahwa harus mampu menjadi insan yang adaptif pada pelbagai soal kehidupan.
222 notes · View notes
ansylaa · 7 months
Text
Maybe right now, your journey isn’t about love. Maybe right now, your journey is about being alone.Maybe this is the season you are being challenged to learn how to wake up in the middle of the bed, to finally find hope in the vacancy, hope in the quiet, hope in the way you stretch into your life and give yourself permission to take up space within it. Maybe right now, you are being shown — that you can take care of yourself, that you can depend on the person you have become, that you can be your own home no matter what comes your way.
Maybe right now, your journey is about redemption. Maybe this is the season you are being challenged to make amends with your heart, to stand up for the vast ways in which it loves, and cares, and believes in the goodness of vulnerability, and expression, and being the person who softens even when the world is not gentle. Maybe right now you are getting a second chance to trust in it, and to forgive yourself for giving it away to those who could not value it; but most importantly, maybe right now you are being called to protect it, to find your way back into your tenderness, to find your way back into your soul.
No, maybe right now your journey isn’t about love. Maybe right now your journey is about hope. Maybe this is the season you are being challenged to remind yourself of the beauty life has to offer you. Maybe right now, you are being given the space to discover the kinds of places that leave your bones dripping with feeling, the kinds of people who love you in a way that does not seek to change you. Maybe right now, you are being given a chance to reclaim your joy, to make it the most natural extension of who you are, to let it spill out of your words, and your laughter, and your tears — to let it be something you believe you are worthy of, to let it be something you believe you deserve.
See, maybe right now your journey isn’t about love. Maybe right now your journey is about you. Maybe this is the season you are being challenged to be your own savior, to be your own safe place. Maybe right now you are being reminded — that the people who walked away were only ever leading you back to yourself, were only ever leading you here. And here, you are okay on your own. Here, you are rebuilding. Here, you are adapting, and mending, and reclaiming all of the pieces you let them walk away with. Here, you are being kinder to your soul, you are giving yourself the same kind of love you have always given to others. Here, you are not rushing your heart, you are not depending on another human being to fix it. Instead, here, you are doing that on your own. Here, you are healing.🤍
211 notes · View notes
ansylaa · 7 months
Text
Menuliskanmu
Episode 5: Ini Bukan Tentang Siapa
Benar, memang bukan tentang siapa. Memilihmu bukan karena kamu siapa-siapa, tapi nilai apa yang kamu bawa.
Benar, memang bukan tentang siapa. Memilihmu bukan karena kamu siapa-siapa, tapi masa depan seperti apa yang sudah kamu rancang.
Benar, memang bukan tentang siapa. Memilihmu bukan karena kamu siapa-siapa, tapi seberapa keras kamu mengusaha untuk kebaikan kita berdua.
Kupikir, akan mudah saja menyatukan dua kepala: saling bicara apa mimpimu, apa mimpiku, apa kebiasaanmu, apa kebiasaanku, apa ekspektasimu, apa ekspektasiku.
Faktanya, sulit sekali. Apalagi jika dilingkupi ego. Siapa bisa mengalah? Atau begini, siapa mau mengalah?
Dan, ya. Lagi-lagi memilihmu bukan tentang siapa, tapi apa yang akan kita rancang, apakah surga, atau sebaliknya.
Semoga Allah mempertemukan kita: yang punya mimpi selaras dengan tuntunan-Nya.
14/09/23
@penagul
4 notes · View notes
ansylaa · 7 months
Text
Look in.
Sebagaimana yang dikatakan Ibu Elly Rusman hafidzahullah, di unggahan sebelumnya bahwa poin penting sebagai orang tua dalam pengasuhan adalah look in (selalu melihat ke dalam diri) semisal ada tipe orang tua yang mengekang anak, ada pula yang demokratis.
Tanyakan pada dirimu sebagai orang tua (look in), mengapa selalu menuntut atau mengapa terlalu membebaskan? Apa dulu terlalu terkekang sehingga sekarang ingin membebaskan anak supaya tidak merasakan seperti dirimu? Apa itu benar? Sering-seringlah look in dan meminta petunjuk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Ini sudah benar apa belum.
Dan pengasuhan pun sejatinya, hubungan ke atas atau hubungan vertikal (hablun minallah) dahulu baru setelahnya hubungan horizontal (hablun minannas). Inilah yang juga sering diremehkan.
“Jika anakku bertingkah hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku abaikan. Jika anakku sukar diatur hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku lalaikan. Jika anakku menguras emosiku hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku akhirkan. Terkadang penyebab utama seluruh kesukaran karena kita tidak menunaikan hak Allah di atas yang lainnya. Tentang salat di akhir waktu dengan terburu-buru. Tentang lembar Quran yang tak dibuka apalagi ditadaburi. Berharap semua berjalan sempurna tapi Pencipta hanya diberi waktu sisa. Hai aku, jangan bercanda.” -  Derry Oktriana Syofiadi hafidzahullah
Lagi-lagi tentang look in sebagai bentuk evaluasi kepada diri sendiri dan mengevaluasi hubungan orang tua dengan Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebuah kontemplasi agar tidak serta-merta menyalahkan anak yang akhirnya memicu luka dalam pengasuhan lalu melabelinya dengan sebutan nakal, dsb.
“Anak durhaka kepada orang tua? Ada. Orang tua durhaka kepada anak? Tidak ada. Orang tua durhaka? Ada, durhaka kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebab yang diingkari adalah perintah Allah Subhanahu Wata’ala kepada orang tua untuk memenuhi hak anak.” - Mamazi hafidzahullah
Sebagaimana yang dikatakan pula oleh Ibu Elly Rusman hafidzahullah, orang tua sering lupa menempatkan bahwa anak adalah amanat Allah Subhanahu Wata’ala sehingga suka semena-mena.
Banyak kasus di mana ibu kesal dengan ayah, anak yang jadi korban. Di sinilah bentuk contoh bahwa orang tua tidak menempatkan anak sebagai amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Mereka yang menempatkan anak sebagai amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala tanpa peduli apa pun kondisinya, harus mencari nafkah juga, harus mengasuh anak juga, harus mengurusi keluarga yang lain juga yang entah rasa capeknya sudah tidak tahu ada di sebelah mana tetap saja on track sebab meyakini pula ada Allah Subhanahu Wata’ala yang akan menolongnya.
Inilah dalam pengasuhan perlu meyakini bukan hanya menyoal hal tersebut saja. Mau apa pun metodenya, intinya adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Bagaimana hubungan orang tua dengan Tuhannya? Look in.
Jika anak yang bermasalah, bagaimana tauhid orang tua pun akan memengaruhi sikapnya untuk merespon. Ia akan merespon secara proporsional.
 “Jika kamu sebagai individu melakukan kesalahan inginnya disikapi seperti apa? Dibentak-bentakkah? Dipukulkah? Tentu tidak ingin kan? Lalu mengapa kamu melakukannya kepada anakmu? Anak melakukan kesalahan langsung diomelin, dibentak, dipukul. Apa kamu pun siap ketika melakukan kesalahan langsung diazab oleh Allah Subhanahu Wata’ala? Kepalanya dipecah dengan batu atau dimasukkan ke dalam tungku api. Anak (yang mungkin masih kecil) tidak bisa berbuat apa-apa tetapi bukankah Allah Subhanahu Wata’ala mampu melakukan apa yang kamu lakukan itu ke anak-anakmu dengan hal yang jauh lebih berat dan lebih besar? Allah Subhanahu Wata’ala lebih berkuasa atas kamu dibanding kekuasaanmu terhadap anak-anakmu dan Dia lebih sanggup menghukum atau menyakitimu dibanding kemampuanmu untuk menghukum atau menyakiti anak-anakmu.” – Ust. Nuzul Dzikri hafidzahullah
Lagi-lagi look in dan yang juga perlu dievaluasi adalah bagaimana suami memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya halalkah? Tayibkah? Zabiha hewan yang dikonsumsi jelaskah? Sebab apa yang dikonsumsi akan memengaruhi jiwa.
Inilah yang juga penting dan dasar namun jarang dibahas dalam kelas-kelas pengasuhan. Bisa jadi anak susah diatur sebab dampaknya berasal dari sumber nafkah yang haram. – Ummu Sajjad hafidzahullah dan Ust. Fatih Karim hafidzahullah
“Jagalah hak Allah niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293)
270 notes · View notes
ansylaa · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Bismillah, tulisan ini tentu belum sempurna dalam membicarakan sesuatu yang begitu besar dan luas, disebabkan keterbatasan ilmu penulis, dan keterbatasan media yang dipilih untuk menyampaikannya. Sehingga banyak hal hal penting yang seharusnya juga masuk untuk dibahas mungkin luput untuk dimasukkan, dari itu apabila banyak kekurangan dalam tulisan ini semoga mafhum dan maklum adanya. Dan dg penuh kerendahan hati berharap semoga pesan sederhana ini sampai pada para ayah, para suami.
Semoga meski sedikit mampu mengobati para perempuan yang hari ini masih harus berjuang dengan beratnya tanggung jawab rumah tangga yang harus ditopang sendirian.
Semoga kelak akan senantiasa terwujud rumah tangga2 yang melindungi kaum perempuan, memberi kebaikan bagi kaum laki laki. Aamiin.
261 notes · View notes
ansylaa · 9 months
Text
Perempuan Dominan
Sebenernya pengen bahas ini dah lamaaa banget, tapi bingung nulisnya kayak gimana. Sampai akhirnya aku terpantik dari story tehdin sekitar minggu lalu, yangmana belio dapat nasihat jangan terlalu dominan
Aku agak gemes, karena dominan seringkali konotasinya negatif. Padahal tidak selalu seperti itu
Oh iya, sebelum menulis ini, aku tanya dulu sama suamiku, "Aku ini dominan nggak sih mas?". Dia jawab, "Iya".
"Definisi dominan menurut mas itu kaya gimana?", tanyaku. "Unggul, kuat", jawabnya
"Hmm masa? Kayanya lebih ke berpengaruh gitu nggak sih mas?", tanyaku. "Hmm gak juga. Tapi iyasih, membawa pengaruh", jawabnya
"Akupun juga terpengaruh beberapa hal dari mas. Buktinya aku sekarang lebih calm dan gak se-sangar dulu", kataku. "Trus mas nyesel gak nikah sama aku? Aku kan dominan. Biasanya cowo-cowo gak mau tuh sama cewe yang suka ngatur", tanyaku
"Enggak. Meski kamu sering reaktif, bawel, tapi itu kan juga perhatian. Aku suka sama orang yang bisa diajak diskusi dan ngasih saran. Trus kadang kalo aku sudah maunya A, kamu juga gapapa, bisa terima aja", jawabnya
Perempuan dominan memang cocok sama laki-laki yang perlu dukungan dan validasi; yang perlu diajak negoisasi dan diskusi. Dominan seringkali dianggap negatif, padahal bukan berarti angkuh dan berkuasa, justru dominan itu memiliki kontrol kuat dalam dirinya, sehingga mudah menempatkan diri pada kondisi
Namun bukan berarti nantinya tidak ada konflik, pasti ada karena dua individu berbeda. Biasanya kita mencari yang minim potensi konflik
___
Dulu sebelum menikah, yang paling khawatir ialah mamaku, karena beliau tau aku orangnya dominan, tidak mau diatur, kuat pendirian dan keras kepala. Padahal aku merasa diriku gak semenakutkan itu. Terbentuk seperti itu karena keluargaku memang keras, ceplas ceplos, no baper-baper. Aku merasa diriku ini diplomatis, gak saklek, tapi ketika orang-orang menilai berbeda. Ya slow aza
Kayanya udah biasa ya, cewe-cewe dominan dan independen selalu dapat nasihat dari orang lain yang intinya jangan terlalu dominan. Tapi aku selalu skeptis. Why? Ya nggak apa-apa dong, asalkan paham dengan kapasitas diri, paham dengan peran berdasarkan prinsip masing-masing, bisa mengatur ego
Gak masalah menjadi perempuan yang dominan, strong, independen atau apa lah sebutannya. Justru itu harus, daripada nggak punya pendirian, gak tau tujuannya apa, cuma ngikut alur dan mudah terwarnai. Manut-manut ae, dikon nyemplung kali moro gelem sisan wkwk candaa ini perumpamaan aja
Kalau istri cenderung dominan dari suami, tetap harus bisa menghargainya sebagai kepala keluarga; juga sebagai suami. Beri ruang, dan turunkan ego. Pahami love language pasangan. Dua tahun ini, aku juga akhirnya belajar, bahwa memang benang yang mbulet itu harus diluruskan (dibicarakan baik-baik dan belajar memvalidasi apa yang sedang dirasakan)
Sekalem-kalemnya suami, tentu ia tetap ingin diperlakukan sebagai kepala keluarga yang punya andil besar dalam setiap keputusan. Istri mendampingi, menemani dan keduanya saling support
Jadi.. pasangan itu bukan saingan, justru saling mendukung. Siapapun yang lebih dominan, sebisa mungkin mau memposisikan diri dalam hal satu atau hal yang lainnya. Kedudukan suami di atas, dan istri di bawah suami, bukan berarti ada penindasan atau sebagainya. Dikarenakan suami memiliki peran dan tanggungjawab paling besar di dalam keluarga
Semoga Allah lembutkan hati kita untuk terus berbaiksangka, juga saling mendukung orang-orang di sekitar kita
Jakarta, 1 Agustus 2023 | Pena Imaji
257 notes · View notes
ansylaa · 11 months
Text
Jika Kamu Ingin Menikah
Belajarlah untuk mau dipimpin, oleh siapapun yang bertanggungjawab atasmu. Turunkan ego, agar mudah bagimu untuk patuh.
Belajar untuk tidak mudah menceritakan masalah kepada siapapun. Karena nanti akan ada aib-aib rumahtangga, yang sedikitpun tak boleh keluar dari pintu rumahmu.
Belajar menjaga hatimu terlebih dahulu. Karena nanti, kau harus menjaga hati orang yang kau cintai dan mencintaimu, sehebat apapapun ujian kalian hadapi.
Belajar mendidik keinginan. Mensyukuri segala yang telah kau miliki dalam lapang dan sempitmu, agar sesedikit apapun pemberian suami, mampu menggenapkan rasa cukup. Sehingga kau pun mudah jatuh cinta, pada hal-hal yang sederhana.
Belajar tersenyum, pada kepahitan. Karena nanti kamu akan menjadi peneduh dari kelelahan, pembasuh luka dan ketakutan.
Belajar memaknai bahwa kelembutan yang kau miliki, bukanlah kelemahan. Namun sebagai hiasan kecantikan. Jagalah rasa malu, karena rasa malu adalah mahkota bagi seorang perempuan.
Belajarlah menegakkan ibadah dan mencari ilmu, secara mandiri. Karena segala ketetapan memiliki masa, dan tak selamanya imammu dapat mendampingi.
Belajar bahwa hanya Allah yang kuasa menggenggam hati manusia. Agar ketika suatu saat cintamu padanya mulai berkurang, kau yakin bahwa Dialah yang akan menambahkannya, dengan keberkahan yang selalu kalian jaga, dalam kehidupan pernikahan.
Jika kamu ingin menikah, tidak ada syarat apapun yang harus kamu persiapkan, kecuali, keinginan untuk terus belajar.
Kairo, 22 Mei 2023 II 13.15 Clt
*ditulis berdasarkan perenungan,
bukan pengalaman :)
1K notes · View notes
ansylaa · 11 months
Text
[KNOWING UR LIMIT]
Keterlambatanmu akan sesuatu bisa jadi karena memang Allah ingin mengajarkanmu suatu hal sampai kamu paham betul dan dapat mengambil banyak pelajaran darinya.
Beberapa orang diciptakan dengan karakter seperti batu. Keras. Harus dijatuhkan dan dibentur berkali-kali untuk bisa paham.
Beberapa yang lain diciptakan dengan telinga yang sabar mendengar. Belajar dari pengalaman orang lain, menganalisa, memisahkan mana yang layak untuk diadaptasi dan mana yang tidak, lalu mencoba menerapkan pada dirinya.
Beberapa diberi kemampuan untuk cepat memahami. Cepat membaca situasi, memutuskan langkah, namun terkadang membuatnya gegabah.
Dan beberapa di antaranya Tuhan ciptakan dengan pertumbuhan yang lambat. DiajarkanNya suatu hal itu perlahan, hingga tak jarang ia menjadi yang terakhir paham.
Tiada yang lebih unggul dari satu atau yang lain karena kemampuan setiap individunya pun berbeda. Kita semua masih sama-sama meraba, hanya saja cara dan alurnya yang tak sama. Namun, tujuannya satu; pemahaman.
Dan, ya, ujian yang kita hadapi pun tentu berbanding lurus dengan kemampuan yang Tuhan anugerahi.
Tak peduli seberapa cepat kamu bisa memahami sesuatu, Tuhan hanya ingin melihat usaha dan prosesmu dalam memahaminya.
Masa bodoh dengan keterlambatan, bukankah pemahaman akan sesuatu yang sedang kamu jalani dan perjuangkan itu lebih krusial?
Ia mungkin cepat, tapi bisa jadi pemahamannya dangkal.
Kamu mungkin lambat, dan pemahamanmu harus lebih dalam.
Pada akhirnya, mereka yang akan merdeka adalah yang berhasil mengetahui kapasitas dirinya. Mereka tau kapan harus melangkah dan berhenti. Mereka selalu siap dengan strategi terbaik untuk apa yang sedang mereka hadapi.
Dan semua bermula dari fokus ke dalam, dan berhenti menjadi penonton atas proses orang lain.
844 notes · View notes
ansylaa · 1 year
Text
Allah..aku tidak ingin berhenti berharap
Karna yang kupunya hanya keyakinan dan yang dapat kulakukan hanya mendoakan. Maka tolong cukupkanlah
6 notes · View notes
ansylaa · 1 year
Text
Yang sedang dipertanyakan tentang kedatangan. Jangan berkecil hati. Tetaplah berprasangka baik kepada-Nya, dengan berlapang dada. Bahwa segala yang baik, datang pada waktu-waktu terbaiknya. Tenang, nanti kalau sudah waktunya juga ada. Akan datang yang baik perangainya. Yang santun akhlaknya. Yang bagus agamanya. Yang cukup rezekinya. Yang mumpuni ilmunya untuk menuntun menjadi lebih baik. Yang tidak banyak menuntut. Yang tidak suka berkata kasar. Yang terjaga lisannya dari mengumpat. Yang ringan tangan untuk membantu memudahkan urusan-urusanmu. Yang memperlakukanmu dengan baik untuk keperluan dunia maupun akhiratmu. Yang menyayangi orang tuamu seperti orang tuanya sendiri.
@azurazie
69 notes · View notes
ansylaa · 1 year
Text
"Behind every favorite surah, there is an untold story..."
@edgarhamas
Di balik surat-surat Al Qur'an yang kau paling sukai, ia pasti menyimpan memori tersendiri; mengapa ia seistimewa itu buatmu?
Seperti ayat-ayat Alam Nasyrah yang begitu menenangkan saat kau ditimpa kesulitan.
Atau seperti bentangan surat Yusuf yang memberimu inspirasi saat kau sedang ada di "sumur yang gelap", hingga kau yakini akan ada masanya kau tegak lagi menuju "istana."
Atau, ketika ayat juz 30 mengantarmu bernostalgia saat masa ngaji sore di TPA. Al Fil hingga Takatsur-nya.
Bagi Umar bin Khattab, surat Thaha punya makna tersendiri buat beliau; ia yang menjadi mukadimah keislamannya.
Bagi Khalid bin Walid, surat Al Mudatsir punya kekuatannya tersendiri sebab dalam kandungannya ada kisah pilu tentang ayahnya yang mendustai dakwah sang Nabi.
Ayat singkat Qul huwallahu Ahad, bagi Bilal, adalah energi luarbiasa yang membuatnya mampu bertahan melewati terik Makkah dengan batu besar menindih tubuhnya.
Beliau pernah berkata, "jika saja ada kalimat lain yang telah aku hafalkan, maka aku pasti akan mengatakannya."
Pernah ada masa-masa pelik dalam hidup saya, dan seketika ayat 3 surat Ath Thalaq menjadi guntur yang memecahkan kebuntuan hati.
"... dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya..."
Setiap kita punya kisahnya sendiri-sendiri. Dan ia akan bermakna jika Al Qur'an dibersamai; menjadi penyejuk yang kau butuhkan saat panasnya situasi.
Menjadi penghangat saat kau merasa dingin dan diterjang badai. Mari kau dan aku kembali; bulan Al Qur'an kan datang sebentar lagi.
334 notes · View notes
ansylaa · 1 year
Text
Bahagia dalam Menjaga
@nuharobbaniyah
Sepertinya banyak yang menganggap bahagia hanyalah tentang mendapatkan sesuatu. Padahal, bahagia yang sejati juga bisa kita dapatkan dari meninggalkan sesuatu. Meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya, pasti akan bahagia dalam penjagaan-Nya.
Seringkali Allah menunda kita dari sesuatu yang indah. Bukan karena kita tak berhak mendapatkannya, tapi karena Allah tahu itu tak cukup baik untuk kita. Allah menundanya demi menghadirkan yang lebih indah, dan itu yang cocok buat kita. Kita dihalangi dari rasa suka pada bukan tempatnya, untuk dihadiahi rasa cinta sejati dalam keridhaan-Nya.
Tahu-tahu, tanpa kita menyangka, ternyata Allah berikan kejutan yang selama ini tak pernah kita bayangkan. Ini bukan cerita dongeng. Ini kisah nyata bagi mereka yang percaya.
498 notes · View notes
ansylaa · 1 year
Text
Keliatan bisa dan beneran bisa adalah 2 hal yg sangat berbeda. Dan akan membutuhkan proses yg panjang untuk membuktikannya.
Fase awal adalah ketika kamu merasa butuh validasi dari orang lain. Kamu akan merasa ingin selalu memberikan yg terbaik, agar kamu bisa mendapatkan validasi itu. Fokusmu adalah pada penilaian orang lain tentang dirimu.
Tapi seiring bertumbuhnya dirimu, kamu akan sadar bahwa validasi orang lain itu tak bisa selalu kamu dapatkan bagaimanapun kamu sudah berusaha. Kamu akan tau bahwa yg kamu butuhkan hanya ridho Allah. Dan dengan penerimaan ini, kamu akan melakukannya dengan proses pembelajaran. Tantangan yg dihadapi pun akan terasa mendewasakan.
Kedua fase ini mungkin akan membuahkan hasil akhir yg sama (menjadi bisa), tapi berbeda pada niat dan tujuannya. Waktunya pun mungkin akan sangat jauh berbeda. Karena jika yg kamu lakukan itu ingin benar-benar untuk mencari ridho Allah, akan begitu banyak ujian keikhlasan disana. Jadi, jaga terus koneksi dengan Allah ya🤍
1 note · View note
ansylaa · 1 year
Text
Tumblr media
Beyond everything about me, there is Allah who always by my side and never leave me
1 note · View note