Tumgik
arinithinks · 5 years
Text
Tumblr media
#wattpad #quote
1 note · View note
arinithinks · 7 years
Photo
Tumblr media
"Nikah nggak akan bikin lo jadi bahagia. Yang akan membuat lo bahagia dalam pernikahan adalah USAHA lo dan pasangan untuk berbagi kebahagiaan." - from Rekonstruksi (on Wattpad) https://my.w.tt/UiNb/yrL70vbn4J
2 notes · View notes
arinithinks · 7 years
Photo
Tumblr media
""Yuk, dengar. Kebenaran itu karena syariat, bukan suara mayoritas,"" - from The Purpose of Life (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/xQHpbOlpSF
1 note · View note
arinithinks · 8 years
Photo
Tumblr media
Yuk, mengenal Wattpad
0 notes
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
Dan markirnya ga ngasal!
0 notes
arinithinks · 9 years
Quote
Apakah mesti memilih, antara menjadi ibu rumah tangga saja atau menjadi ibu yang bekerja? Jawabannya, tidak ada yang harus di pilih. Yang ada adalah membuat skala prioritas sebagai seorang ibu. Tidak ada yang salah menjadi ibu yang bekerja di luar dan yang hanya memilih tinggal di rumah. Yang membedakannya adalah menjadi ibu rumah tangga saja, berarti ia sedang bekerja di ranah domestik. Sedang ibu yang bekerja di luar berarti ia sedang bekerja di ranah publik. Menjadi seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak menjalankan peran dan tugasnya dengan sungguh-sungguh, maka keluarganya tidak akan mencapai tujuan dengan baik. Menjadi Ibu yang bekerja di ranah publik tetapi tidak memikirkan ranah domestiknya, maka keluarganya juga akan tidak dapat mencapai tujuan dengan baik. Untuk menjadi ibu yang kuat bekerja di ranah publik harus kuat dulu ranah domestiknya, kenapa? Karena keluarga dan anak adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan sampai kita menghadap kepada yang Kuasa. Kita bertanggung jawab memperkenalkan iman kepada anak, mengajarkan akhlak kepada anak, mengajarkan adab kepada anak dan mengajarkan pendidikan yang lain kepada anak. Jika seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak merasa bangga dengan apa yang telah diamanahkan kepadanya. Hasilnya, urusan memperkenalkan iman kepada anak juga tidak tersampaikan dengan benar, urusan mengajarkan akhlak dan adab kepada anak juga tidak akan terprogram dengan baik, dan tidak ada bedanya antara ibu yang bekerja di luar dengan ibu yang bekerja di rumah. Seharusnya fokus kita sebagai seorang ibu adalah menguatkan ranah domestik kita, urusan rumah tangga dan keluarga kita agar ketika kita melangkah keluar ke ranah publik, keluarga tidak terabaikan atau berantakan. Karena keluarga dan anak adalah investasi yang paling berharga dibandingkan dengan uang yang kita dapatkan di ruang publik. Manakah yang lebih kita sukai, anak memahami pelajaran matematika tetapi tidak memiliki etika dan sopan santun? Manakah yang kita pilih, anak yang pintar secara akademik, tetapi tidak bisa memahami tujuan hidup mereka dengan baik? Urusan menanamkan iman, akhlak dan adab serta pendidikan non akademis di mulai dari rumah. Dan itu adalah tanggung jawab orang tua, khususnya ibu. Sebuah keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik mesti melihat kondisi ranah domestiknya. Jika keadaan rumah “kacau”, maka ulang memanajemen waktu di ranah publik. Kurangi kegiatan di luar dan perbanyak memperbaiki ranah domestiknya. Seperti apa kekacauan yang sering terjadi pada keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik? Misalnya anak tidak mandiri mengurusi keperluan pribadi anak, atau anak tidak memiliki etika dan adab yang benar saat berkunjung atau dikunjungi. Seperti itu juga seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi memiliki kekacauan yang sama. Maka harus sama-sama memperbaiki kondisi di dalam rumah kita. Banggalah menjadi seorang ibu . Bagi ibu yang bekerja di luar atau yang bekerja di dalam, harus memiliki program yang jelas tentang pendidikan dan pengenalan iman, akhlak dan adab kepada anak. Serta bisa mengajarkan berbicara yang baik kepada anak atau anak bisa mempresentasikan keinginan dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain. Sebuah Organisasi unik bernama Keluarga. Sebuah keluarga terdiri atas Suami, Istri dan anak. Suami bertugas sebagai Leader atau pemimpin. Yang bertugas menetapkan tujuan sebuah keluarga Istri bertugas sebagai navigator, atau yang menemukan cara untuk mencapai tujuan. Seorang istri mesti benar-benar memahami tugas ini dengan baik, jangan sampai istri yang mengambil alih tugas suami dan suami mengambil alih tugas istri. Istri secara tidak sadar menjadi leader, apa-apa mesti lewat persetujuan istri. Atau istri ngeyel ketika di ingatkan atau dinasehati oleh suami. Atau para suami juga secara tidak sadar membebankan tanggung jawabnya sebagai suami ke pundak istri. Suami merasa keenakan istri turut serta bertanggung jawab mencari nafkah. Sehingga urusan pendidikan anak, urusan pekerjaan rumah menjadi tidak jelas tanggung jawab siapa. Kuatkan sinergi antara suami dan istri agar bisa mencapai tujuan dengan baik dan capat. Setiap keluarga harus memiliki tujuan hidup. Mau kemana di arahkan keluarga kita? Memberikan manfaat atau tidak bagi orang lain? Bagi kehidupan? Bagi Negara? Bagi agama? Caranya : Sama-sama jelaskan tujuan keluarga (samakan visi) Sama-sama mendiskusikan cara mencapai tujuan. Melibatkan dan menempatkan setiap anggota pada perannya. Jangan sampai kita menjadi keluarga yang “kesasar”. Artinya tidak mengetahui tujuan yang jelas antara suami dan istri. Tidak tahu kemana keluarga akan diarahkan. Institut Ibu Profesional hadir dengan kurikulum yang bisa mengajarkan para perempuan menjalankan perannya sebagai ibu, istri dan manajer keluarga. Di dalam Institut Ibu Profesional ada empat pokok kurikulum: Bunda Sayang Bunda Cekatan Bunda Produktif Bunda Shalehah Jadi tidak ada lagi alasan untuk tidak belajar memperbaiki diri, keluarga dan meningkatkan kualitas diri dan keluarga. Baik bagi ibu yang bekerja di luar dan bagi ibu yang hanya di rumah saja. Selamat bergabung di www.ibuprofesional.com
Menjadi Ibu Kebanggaan Keluarga, Institut Ibu Profesional
0 notes
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
EYD yang bikin pusing (on Wattpad) http://w.tt/20T5P44 Sejak aktif di wattpad kurang lebih sebulan lalu, aku menerima inbox dari beberapa teman yang menanyakan caranya menembus penerbit major. Hm, sejujurnya, sampai saat ini pun setiap naskahku masih harus berjuang menembus proses seleksi penerbit kok. :):) Pengolahan dan pendalaman cerita, alur, plot, karakter, semua itu proses yang harus dialami pe…
0 notes
arinithinks · 9 years
Text
Raising Ikhlas Kids (part 2)
5. Tentang berbagi kebahagiaan
“Bagikan kebahagiaanmu pada sesama. Tapi bukan untuk sombong, melainkan untuk bersyukur”
Syukur pada hakikatnya bermakna ‘menampakkan nikmat Allah’. Allah suka jika kita menampakkkan apa-apa yang diberikannya. Agar orang lain ikut merasakan karunia tersebut dan ikut bersyukur kepada-Nya. “Maka terhadap nikmat Rabb-Mu nyatakanlah” (Adh-Dhuha : 11)
Yang menjadi nikmat itu adalah yang kita bagikan, bukan yang kita simpan sendiri. Tapi nyatakanlah nikmat yang kita peroleh dengan baik. Sebarkan kabar bahagia dengan cara yang sopan dan pantas. Tanpa menyakiti orang lain. Tanpa bermaksud memperoleh 'likes’ atau pujian.
Karena pada hakikatnya kita hanya menyampaikan keagungan Allah terhadap diri kita. Lagi-lagi agar kita semakin dekat kepada Allah.
6. Tentang mencari pasangan
“Pernikahan bukan kompetisi. Jangan menikah untuk orang lain. Menikahlah karena kamu ingin mengikuti sunnah dan menjaga diri.”
7. Tentang ibadah
“Beribadahlah karena kamu bersyukur. Agar kamu tidak merasa berjasa dan tidak merasa berat melakukannya”
Ibadahmu untuk dirimu sendiri. Beribadahlah tanpa merasa kamu tengah menunaikan tugas atau perintah orang tua. Jadikan ibadah sebagai hobimu.
8. Tentang menjaga rasa percaya diri
“Kamu tidak perlu membandingkan hidup kamu dengan orang lain agar kamu merasa percaya diri. Merasa percaya dirilah karena kamu yakin Allah telah mencukupkan segalanya untuk setiap makhluk”
Ada orang-orang yang membutuhkan orang lain untuk bisa percaya diri. Misalnya mengejek orang yang menurut dia jelek agar menegaskan bahwa dirinya ganteng atau cantik. Atau mengolok-olok orang yang lemah sebagai cara untuk menunjukkan bahwa dirinya berkuasa.
Jangan seperti itu.
Tapi berangkatlah dari rasa yakin bahwa diri kita dihargai dan dicukupi oleh Allah. Orang yang dekat dengan Allah pasti percaya diri, karena dia selalu merasa cukup dan mampu jika bersama Allah.
9. Tentang mengagumi sewajarnya
“Kelak kamu akan mengalami perasaan kagum pada seseorang. Tapi ingat bahwa yang kamu kagumi adalah manusia juga”
Tak perlu terpesona berlebihan pada hidup orang lain. Jika berlebihan kadarnya, setidaknya ada dua kemungkinan :
Pertama, kamu akan sangat sangat kecewa ketika mengetahui sisi buruk orang yang kamu kagumi itu.
Kedua, hal tersebut berpeluang berlanjut pada perbandingan sosial. Kamu merendahkan diri kamu sendiri karena kamu membandingkan hidupmu yang dalam pikiranmu 'tak sekeren’ dirinya.
Kagumi seseorang dengan wajar. Anggap semua orang adalah manusia biasa–dan memang begitu kenyataannya.
10. Tentang menjadi diri sendiri
“Hidupmu adalah hidupmu. Harga dirimu adalah harga dirimu. Kerja kerasmu adalah kerja kerasmu. Lakukan semuanya dalam rangka ketaatan pada Allah. Tak perlu merasa terbebani dengan siapa Ayahmu atau siapa Ibumu. Jangan terlena oleh komentar positif orang lain. Jangan ciut oleh komentar negatif orang lain. Berdiri tegaklah.”
261 notes · View notes
arinithinks · 9 years
Text
Raising Ikhlas Kids (part 1)
Saya lagi kepikiran, di era media sosial ini, betapa anak saya kelak semakin berpeluang menjadi orang yang hidupnya bergantung pada penilaian orang lain, jika kami tidak mendidik dan mengasuhnya dengan benar.
Ibadah karena takut dimarahi Ibunya. Jadi orang baik biar ngga malu-maluin Ayahnya. Berpenampilan demi ‘likes’. Berprestasi demi nilai. Kerja demi jabatan.
Saya ngga mau jadi orang tua yang takut citra diri jadi jelek tapi ngorbanin anak. Saya ngga mau 'memotivasi’ anak pakai kata-kata “Jangan malu-maluin Ayah Ibu kamu ya!” Saya juga ngga mau anak saya gampang runtuh karena dikritik dan mudah terbang kalau dipuji. Saya ngalamin itu dan ngga mau anak saya begitu juga.
Saya berharap anak saya belajar bahwa hidup ini sementara. Dan akan sia-sia jika tidak dilandasi keikhlasan.
Ikhlas bukan sebatas merasa rela dalam penderitaan ibarat yang ditampilkan di sinetron religi. Ikhlas berarti selalu terhubung dengan Allah. Menjadikan Allah tujuan terbesar dibalik semua pilihan, di balik semua aktivitas.
Jadi saya melakukan introspeksi dan hasilnya adalah catatan ini. Sebagai pengingat untuk diri sendiri. Ya sebagai orang tua baru, saya harus banyak belajar dan berlatih.
What To Say To My Children
1. Tentang makan dan minum
“Kita makan bukan supaya gemuk dan dipuji semua orang, tapi supaya kita mendapat berkah. Sesuai doa kita "Allahumma baariklana..”“
Yang butuh anak gemuk siapa? Anaknya atau Ibunya? Biar anak gemuk atau biar Ibunya dipuji pandai merawat anak sama tetangga?
Gemuk ngga selalu sehat. Sehat ngga selalu diberkahi. Yang penting berkah. Makanan dengan menu restoran belum tentu berkah. Makanan sederhana bisa jadi lebih berkah. Dengan berkah itu tubuh kita punya energi. Dengan energi itu kita bisa mengisi umur kita dengan karya. Karena berawal dari berkah, mudah-mudahan karya kita bernilai ibadah.
2. Tentang berpenampilan
"Berpakaian indah, berpenampilan segar, rapi, dan bersih bukan agar orang lain memujimu, tapi karena Allah menyukai keindahan. Kita berpakaian bagus agar aurat tertutup dengan cara yang baik.”
Dunia fashion dan kecantikan akan selalu berubah. Tren busana senantiasa gonta-ganti. Jika berpakaian karena ikut tren semata, maka yang kini sudah baik mungkin bisa berubah di kemudian hari karena sudah dianggap ketinggalan zaman.
Maka berpakaianlah dalam rangka ketaatan. Perindahlah pakaian dalam rangka meneladani sifat Allah. Rawatlah wajah dan tubuh dalam rangka menjaga titipan. Takkan kadaluarsa meski dunia berakhir.
3. Tentang berprestasi
“Prestasimu bukan untuk nama baik Ayah atau Ibu. Bukan agar kamu disanjung sebagai orang terpintar. Tapi prestasi adalah caramu berdakwah dengan ilmu.”
Ilmu Allah itu luas. Jika kita pintar, sebenarnya kita sedang menampakkan sedikit dari luasnya ilmu Allah yang dikaruniakan terhadap diri kita.
Prestasi adalah cara untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Prestasi adalah cara untuk membuat orang lain semakin menyadari sifat Maha Luas ilmu Allah dan dampaknya semakin dekat pada Allah.
4. Tentang berbuat baik
“Jika orang lain meminta bantuanmu, sebenarnya Allah sedang menjawab doa orang tersebut lewat perantara kamu.”
Berbuat baiklah, jadilah 'tangan’ Allah di muka Bumi. Jika orang lain menghormati kita dan menyanjung nama kita karena perbuatan-perbuatan baik kita, sebenarnya mereka sedang memuji kebaikan Allah yang dititipkan lewat tangan kita. Jadi jangan sombong.
292 notes · View notes
arinithinks · 9 years
Text
the title is intentionally blank
*penyamaran jadi tumblogger dimulai*
setelah jadi ibu, aku merasakan otakku bener-bener berubah. emang sih pernah dapet info dari salah satu video youtube di channel SoulPancake (yang keren abis itu), bahwa ketika seseorang jadi orang tua, otaknya langsung me-rewire dirinya sendiri untuk bisa adjust sama kondisi dan situasi baru. Allah udah kayak bikin mekanisme sehingga manusia sebenarnya pasti bisa menjadi orang tua. cuman ya ada aja sih ya orang-orang yang memilih untuk meragukan kemampuan dirinya sendiri dan yang lebih parah meragukan kemampuan Tuhannya sendiri. hohoho. naudzubillah.
lagi pengen nulis persoalan yang sehari-hari. selain karena belum ada buku baru yang berhasil dibaca, setelah jadi ibu entah kenapa otak lebih mudah lelah sama input yang berat-berat. hahaha. kalau dulu sih, melahap buku memusingkan seperti Dunia Sophie masih bisa walaupun harus baca berulang-ulang. kalau sekarang, ah cari yang ringan aja dulu deh. akhirnya bacaannya ya paling majalah–itu pun rubrik yang keliatannya seru aja, rubrik masak di koran, caption instagrammers, dan broadcast di WhatsApp. Baca blog pun pilih-pilih yang banyak konten menghibur atau konten curhat sehari-hari (kayak tulisan ini). Hahaha, kalau kata teman saya itu mah bukan bacaan namanya.
tapi bener sih, ngerasain ada yang beda sekarang dan dulu. makanya jadi ngerti kenapa ibu-ibu mah prefer acara gosip dibanding berita politik, pusing cyynn!
kelelahan-kelelahan membuat ibu-ibu mencari sesuatu yang ringan dan bikin hepi. acara lawak, atau talkshow ringan, paling mentok ya acara pengajian di televisi yang masih ada lucu-lucunya.
makanya jadi maklum sama sesama ibu-ibu. dulu mikirnya, ih seorang ibu tuh kan harusnya blablablabla. sekarang mah mikirnya, ah selama ibu-ibu itu engga stres ngga papalah. asal ngga lupa bikin makan aja buat keluarga. teori 1% untuk diri sendiri dan 99% untuk orang lain (keluarga, dll) itu bener banget sih. walaupun udah jadi ibu, kita harus tetap meluangkan 1% waktu untuk diri sendiri. misalnya untuk melakukan hobi, berinteraksi dengan teman, merawat diri, dan lain sebagainya. karena 1% itu akan berpengaruh besar ke yang 99%.
jadi kalau mau menjual produk atau mau kampanye ke ibu-ibu mah gampang atuh. Ngga usah pusing-pusing cerita visi misi, pasti ngga bakal diinget. Bikin ibu-ibu hepi aja, pasti deh kamu menang. Kang Emil sudah membuktikan the true power of ibu-ibu di Bandung. Hehehehe.
*eh ngga nyambung*
tapi karena saya juga masih menjabat sebagai mahasiswa semester 10 (eh kesebut) yang sedang skripsian, yah mau ngga mau mesti berkutat dengan jurnal akademik, skripsi orang lain, buku-buku, dan lain sebagainya. yang bikin pusingnya jadi dua kali lipat! huehue.
tapi inget rumus hidup nomor 0132, kita merasa mampu tiada lain karena Allah yang memampukan. Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu, tetapi memampukan orang-orang yang hatinya merasa terpanggil. semoga Allah memampukan, soalnya saya sudah mendengar toga wisuda memanggil-manggil dari kejauhan.
Oke, saatnya melangkah menuju masa depan cerah nan gemilang bersama keluarga kecilku, Keluarga Samudra.
Bersama Allah, pasti bisa!!
60 notes · View notes
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
We can't wrap love in a box, but we can wrap a person in a hug.
0 notes
arinithinks · 9 years
Text
Semua Kehamilan Berisiko
Notulensi talkshow dalam rangka Eclampsia Awareness Day 2015 di Grand City Mall Surabaya, tanggal 6 November 2015. Disampaikan oleh dr. Muhammad Ardian, Sp.OG (K), M.Kes. (dokter konsultan senior di RSUD Dr. Soetomo), dan ibu Netti Herlina, Amd. Keb, S.Pd., M.Kes (Ketua IBI Provinsi Jawa Timur). Semoga bermanfaat.
Kehamilan merupakan hal yang alami bagi setiap perempuan dalam masa usia reproduksinya, namun, sewaktu-waktu kehamilan dapat berubah menjadi tidak normal, apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan mengakibatkan kematian. Terbukti dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2013 sebesar 369/100.000. Penyebab kematian ibu di Indonesia salah satunya adalah eklampsia.
Eklampsia merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan, yang penyebab utamanya dan sampai saat ini belum diketahui. Eklampsia sering dikenal dengan keracunan kehamilan. Eklampsia harus diwaspadai oleh semua ibu hamil, sebab semua kehamilan berisiko terjadi preeklampsia/eklampsia. Tanda dan gejala dari eklampsia adalah sebagai berikut:
1.       Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
2.       Pandangan mata kabur
3.       Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.
4.       Nyeri kepala hebat, serta nyeri ulu hati
Faktor risiko eklampsia antara lain sebagai berikut:
1.       Ibu yang hamil anak pertama
2.       Kehamilan pertama dari suami kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, yang disebabkan oleh respon imun yang menolak adanya hasil konsepsi.
3.       Ibu hamil yang memiliki saudara perempuan, ibu, atau nenek yang pernah mengalami eklampsia.
4.       Kehamilan kembar
5.       Ibu hamil dengan diabetes melitus
Eklampsia dalam kehamilan dapat dicegah sedini mungkin, apabila ibu hamil rajin memeriksakan diri ke bidan atau dokter. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali, yaitu satu kali pada trimester pertama kehamilan, satu kali pada trimester kedua kehamilan, dan 2 kali pada trimester ketiga kehamilan. Idealnya, pemeriksaan kehamilan dilakukan setiap bulan pada bulan pertama hingga bulan ke tujuh kehamilan, setiap dua minggu saat kehamilan menginjak usia bulan ke 7 sampai ke delapan, dan setiap minggu saat kehamilan menginjak usia bulan kesembilan .
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai skrining eklampsia antara lain sebagai berikut:
1.       Pemeriksaan berat badan, untuk mengetahui asupan gizi ibu hamil. Kenaikan berat badan yang ideal pada ibu hamil adalah 0,5 kg setiap minggu, atau 2 kg setiap bulannya.
2.       Pengukuran tinggi badan, untuk mengetahui apakah ibu dicurigai memiliki panggul sempit.
3.       Pemeriksaan tekanan darah, menggunakan metode Mean Arterial Pressure (MAP) dan Roll Over Test (ROT), untuk menilai ambang batas nilai tekanan darah, sebab tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg berisiko terjadinya eklampsia.
4.       Pemeriksaan tinggi perut ibu, untuk menilai usia kehamilan dan taksiran berat janin.
5.       Pemberian tablet besi (Fe), untuk memenuhi asupan zat besi pada ibu selama kehamilan
6.       Pemberian imunisasi tetanus toxoid, pada trimester kedua kehamilan, untuk mencegah ibu dan bayi terpapar infeksi tetanus akibat dari luka saat persalinan atau akibat dari paparan alat yang tidak steril.
7.       Pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb). Bila kadar haemoglobin ibu hamil < 11 gr%, ibu dinyatakan menderita anemia.
8.       Pemeriksaan kadar protein dalam urine. Protein dalam urine merupakan tanda bahwa ibu berisiko terjadi eklampsia.
9.       Komunikasi dan konseling terhadap ibu dan keluarga oleh tenaga kesehatan tentang kehamilan, persalinan dan komplikasinya
Selain pemeriksaan kehamilan yang rutin oleh tenaga kesehatan, pendidikan keluarga dalam menghadapi kehamilan dan persalinan juga penting untuk diketahui, tak hanya oleh ibu namun juga penting untuk diketahui oleh suami dan keluarga. Peran suami dan keluarga sangat penting, selain untuk meberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi kehamilan dan persalinannya, juga agar dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat untuk meminimalkan risiko komplikasi dan risiko kematian ibu hamil. Peran masyarakat juga penting, oleh sebab itu dibentuk kader kesehatan dalam tatanan dasawarsa PKK di masyarakat, untuk membantu memfasilitasi ibu hamil di masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan oleh tenaga medis (baik di puskesmas, bidan praktek mandiri, dokter praktek mandiri, maupun rumah sakit), sehingga ibu hamil mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Semua ibu hamil berisiko, sebab itu dibutuhkan sinergi yang baik dari ibu, suami, keluarga, dan masyarakat, untuk mencegah terjadinya komplikasi pada setiap kehamilan dan meminimalkan keterlambatan penanganan di fasilitas kesehatan. Because women shouldn’t die when giving life.
96 notes · View notes
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
1 note · View note
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
1 note · View note
arinithinks · 9 years
Photo
Tumblr media
1 note · View note
arinithinks · 9 years
Quote
Aku rindu rumah kita. Rumah yang mungkin tidak pernah rapi karena aktifnya anak-anak kita. Rumah yang bisa jadi makanannya membuatmu bosan karena masakan istrimu yang itu-itu saja. Rumah dengan kebun kecilmu yang menjadi media belajar anak-anak tentang sang Pencipta. Rumah yang sederhana tapi kita bisa merasakan hangatnya mentari yang masuk dari jendela. Rumah yang biasa saja tapi kita bahagia dan selalu merindukannya.
Rindu Rumah. Bjm, 180415:0502
3 notes · View notes
arinithinks · 9 years
Quote
Anak-anak kita sesungguhnya bukan milik kita sepenuhnya. Mereka cuma titipan Allah yang dimana kita bertanggung jawab sampai mereka sudah memiliki hidupnya sendiri. Semoga saya tidak akan menjadi orang tua yang memberatkan hati anak-anak saya saat mereka sudah mandiri. Tidak mencampuri urusan mereka jika memang tidak diminta. Biarlah mereka belajar dari hasil keputusan mereka sendiri.
My train of thoughts, 070415 23:34 WIB
1 note · View note