Tumgik
awanbercerita · 30 days
Text
169
Kalau mendefinisikan seni dengan sesuatu yang dibuat dengan cinta. Maka kita semua pernah berkarya. Aku sering melihat bagaimana hati-hati baik di sekelilingku membuatnya.
Mengabadikan momen berharga di kamera. Membuat coretan di dinding dengan banyak warna. Pun sekecil membuat bunyi di meja. Ah atau sesimpel tulisan di buku-buku bacaan tuan nona.
Setiap kita pasti hidup dalam seni. Seni yang Allah gambarkan dengan amat baik, romantis, magis yaa sampai kita sendiri ngga bisa menggambarkan indahnya seni itu.
Lahirlah sebagai manusia baik, ciptakan banyak karya dengan hati yang telah Allah titipkan. Sudah banyak kan nikmat dan petunjuk membuatnya?
Tumblr media
0 notes
awanbercerita · 1 month
Text
168
Nyalanya tak seberapa. Namun berhasil membuat pikiran berkelana kemana-mana. Lalu di setiap persimpangan,
"Jadi, kapan berhentinya? Kamu sayang aku kan?" mual ditanya demikian. Ia telah diikat dalam kasih sayang. Sukar dilepas pun enggan melepasnya.
Namun akhir-akhir ini, ia berharap dimudah-mudahkan.
3 notes · View notes
awanbercerita · 2 months
Text
167
Sering aku berpikir, cukup tidak ya usahaku untuk memantaskan diri? Giat mengerjakan apa yang seharusnya aku hasilkan nanti?
Ah lebih sering pada akankah aku dibantu berdiri ketika pincangku terlihat satu persatu mempermalukan si sok suci ini? Apakah pantas pengabdianku bersanding dengan sang raja yang membersamaiku nanti?
1 note · View note
awanbercerita · 2 months
Text
166
Ia kembali menata berserakannya logika dan perasaan. Memisahkannya pelan-pelan tanpa harus berpisah dalam arti sebenarnya.
Yang dari dulu pecah, ia kumpulkan dan buat ulang kembali menjadi wujud baru.
Yang dulu pasrah, ia coba mencari kembali sebab kuat untuk mengambil langkah baru. Tentu yang lebih penuh ambisi juga niat pada Yang Maha Satu.
Yang semula tak mengerti ia pelajari kembali, pun yang sudah mengerti dan ia minati, akan terus ia dalami lagi.
Allah, semoga langkahnya kembali seperti dulu dan menjadi lebih baik daripada yang lalu. Penuh mimpi juga niat menujuMu. Terimakasih atas pakaian pakaian yang menutupi segala aibnya. Allahummaghfirli
0 notes
awanbercerita · 2 months
Text
165
Tapi smua yang kau cinta kan pergi. Maka tunjukkan cintamu sebelum terlambat. Lagu ini terekam jelas di kepala, lalu lahirlah sebuah pikiran, campuran antara pengalaman yang ada.
Setiap temu telah dirancang seperti apa reka adegannya oleh Sang Pengatur Waktu. Sama-sama terjatuh lalu menyentuh, atau tak sengaja memiliki garis yang sama.
Maka setiap itu pula, ada pergi yang akan terjadi nanti. Entah dalam rona bahagia di pipi atau dalam lantangnya perjuangan berdarah-darah. Dalam sinyal-sinyal yang sudah ada, atau secara tiba-tiba ia tiada. Dijemput dalam uluran yang lain atau dipinang sang malaikat maut. 
Tapi yang kita semua tahu, kehilangan tetap jadi misteri, tetap terjadi dan meninggalkan luka. Tak tahu seberapa intensitas sakitnya, aku belajar,
Tunjukkan seluruhnya, seluruh cinta yang kau punya dengan semestinya. Jangan sampai ketika tiada, kamu terhimpit sendirian berderai air mata. Karena selain kehilangan ternyata menyesal tak memberikan cintamu selama ia ada adalah bagian paling memilukan. 
1 note · View note
awanbercerita · 4 months
Text
164
Ia hidup dalam lantang suara manusia kesayangannya yang mencarinya ketika pergi juga pulang
Ia hidup dalam sedetik pesan itu sampai di kolom perbincangannya dengan tuan, dalam upaya membahagiakan, menenangkan dan terus dianggap ada
Ia merasa ada selayaknya awan yang kerap kali tak dihiraukan tapi ada di hati orang yang menyayanginya. Katanya, "Aku seneng, aku kangen." penuh bukan? Terimakasih.
Ia berhasil kembali kuat setelah menumpahkan setoples garam di lukanya yang belum sembuh. Memaklumi, menerima dan berusaha tidakpapa.
Ia kembali hidup setelah berkemas menyelesaikan apa yang selalu menumpuk di sudut rumah. Tugasnya memang tak diberi jeda.
Ia berusaha kembali ada sebagai rumah, tempat rebah sang tuan setelah berpetualang, tempat segala poros pekerjaan diremehkan ia selesaikan, tempat segala kebawelan ditumpahkan juga rumah bagi dirinya sendiri yang terus berusaha menjadi rumah manusia kesayangannya
Ia adalah aku. Pelan pelan, satu persatu terus tumbuh, terus mengobati walau membiru. Begitu kata lagu hindia yang satu itu.
3 notes · View notes
awanbercerita · 5 months
Text
163
Kita beradu dalam banyak kosa kata. Menghabiskan jatah sehari dan menyesap segelas ciri khas masing masing. Aku dengan teh dan nona dengan coklatnya.
Ternyata banyak sama yang ada diantara. Satu persatu mengurai berbagai makna setelah lama tidak bertatap mata. Seperti menemukan versi berbeda tapi sama dalam rasa.
Aku mengerti, diksinya memang mempesona. Pun setelah tahu satu sampai tiga mendengar ceritanya. Aku makin menyadari, banyak ya rumpang dibaliknya. Hebat sekali sudah berkendara sejauh ini.
Tikungan kanan dan kiri dilewatinya dengan baik. Nona tengah mengendarai dengan apik, dalam mesin yang sudah dibuat pengaturan sedemikian rupa tanpa bisa kau ubah jika bukan dari pemiliknya. Menempuh satu persatu harapan yang ibu ayahnya sematkan untuknya.
Pun bila ingin masuk dalam rumahnya. Pintunya tertutup rapat, cukup duduk di teras tanpa harus menginap bahkan menetap. Nona akan mempersilahkan kamu masuk jika sudah sama-sama siap dan tuntas. Maka kau akan selamanya disuguhi banyak hidangan yang mengenyangkan dahagamu setelah sekian lama berpetualang.
Yaa benar, kita satu gelombang bila berbicara tentang sulung, sastra juga banyak mimpi dan tentu saja romansa.
—menemui angka 20.
0 notes
awanbercerita · 5 months
Text
162
Aku tak memintamu untuk jadi ini pun itu
Kau lebih tau mana baik dan buruknya untukmu, pun aku. Mengerti harus jadi versi terbaik dari kita sendiri kan?
Ikan berkumis, aku yang kuyup, mata yang bicara lewat kaca juga sore yang menyadarkan :
Perlu bicara jika perilakumu tak bisa kutebak satu sama. Pun seperti aku, perlu menulis untuk memberi tahu seluruh penuh yang aku punya untukmu
Dan tetap saling terimakasih untuk kita jawab sama-sama—yang semoga selamanya.
7 notes · View notes
awanbercerita · 6 months
Text
161
Ia sering menerka bagaimana ujung dari sebuah usaha. Bersama dalam satu rasa atau melanjutkan masing-masing bersama yang lain. Berhasil dalam penantian atau terpuruk dalam banyak sorakan meremehkan.
Kiranya, "Bagaimana akhirnya Tuhan?" Lupa bahwa ia sedang dalam menjaga dan menanti. Padahal harusnya ia meminta dikuatkan, meminta sabar juga terus berupaya tak kenal berhenti.
"Dasar tak tahu diri." Begitu penyesalan datang melingkupi. Yang dikiranya bentuk rasa sayang yang sangat tapi ternyata hanya salah yang terbalut dengan cantik. Kalau sudah begini, mari lekas berbenah kembali.
Allah sedang rindu makanya ia ditegur dalam keliru.
3 notes · View notes
awanbercerita · 6 months
Text
Menyerah
Narasi kata menyerah selalu dilihat dari sisi negatif, kayak kalah aja gitu, kayak nggak berjuang. Padahal, menyerah bisa jadi bagian dari strategi, taktik, dan cara untuk memenangkan sebuah pertempuran yang sedang kita hadapi, dalam diri, dalam hidup, dalam realitas kenyataan. Menyerah untuk membuat kita berhenti dari sebuah pertempuran yang kita tahu ujungnya akan menyakiti banyak orang, menyerah untuk menyelamatkan lebih banyak orang, ya diri kita sendiri, dan juga orang-orang yang akan kena dampaknya. 
Menyerah untuk memutar balik jalan yang sudah tahu ini adalah jalan yang salah, tapi terus kita paksa diri meneruskannya selama ini karena omongan orang lain, karena berharap diujungnya bahagia -tapi kenapa kamu tidak berharap bahagia saat ini?. Kita punya pilihan untuk memutar balik jalan, daripada terlalu jauh salahnya. Menyerah untuk melepaskan diri dari medan pertempuran yang salah. Kita tidak sedang berperang dalam hal ini, kenapa kita terlibat dalam pertempuran yang bukan pertempuran kita? Kenapa kita menjebak diri sendiri ke dalam pertempuran orang lain, kenapa kita repot-repot mau memenangkan pertempuan yang sebenarnya sekalipun kita menang, kita juga kalah. Banyak hal yang sudah hancur di dalam diri dan hidup kita sendiri. Kalau ingin menyerah, tidak apa-apa. Tidak ada yang menyalahkanmu kecuali orang lain yang tidak menjalani masalahmu.  Kita bisa menentukan jalan yang ingin kita ambil, hidup lebih baik yang ingin kita jalani, kebahagiaan yang bisa diraih dengan melepaskan kegelisahan dan ketakutan.  Ketahuilah batas kekuatan dan kemampuanmu, ujian yang Tuhan berikan tidak akan melebihi batas kekuatan dan kemampuan kita. Jangan-jangan ujian tersebut memang untuk memberi tahu kita untuk tahu batasnya, bukan untuk dijalani terus menerus karena memang bukan kemampuan kita. Apa jangan-jangan selama ini kita sombong karena merasa ujian ini hadir pasti dibawah kemampuan dan kekuatan kita? Padahal maksud sebenarnya adalah, ini bukan kapasitas dan kemampuan kita, berhentilah.  Bahkan dalam urusan bisnis, memutuskan bisnis berhenti/tutup itu bukan keputusan yang mudah. Sama hal nya dalam hidup, apa yang terjadi saat ini barangkali memang sedang mengajarkan kita untuk tahu batas, untuk tahu kemampuan dan kapasitas, untuk tahu tujuan sebenarnya, untuk tahu bahwa ini bukanlah pertempuran kita - tapi kita dilibatkan/melibatkan diri. Kurniawan Gunadi | 3 November 2022
420 notes · View notes
awanbercerita · 6 months
Text
160
Ia menungguku dengan senyum manis pertanda rindu. Matanya berbinar melihatku hampir sampai menujunya. Ternyata aku dirayakan. Aku ada dalam banyak lirih permintaannya pada Tuhan. Pantas saja rasanya hangat seperti mendapat pelukan.
Makin lebar manisnya ketika aku tampil berani menantang sudut kerdilku sendiri. Ia ada dalam genggaman erat dikedua tanganku ketika lagi-lagi aku menemui sedih dan ingin menyudahi perjalanan menujunya. Kalimat sihirnya memang tak berapi-api memberitahuku, tapi bicaranya berhasil membuatku penuh. Semenyenangkan mendengarnya tertawa dan tak rela bila aku melepas tangannya saja sudah berhasil mengisi kembali dayaku.
—Pada sekitar, pulang dan duniaku. Ah ternyata benar, semua pasti disayang. Aku saja yang jahat.
1 note · View note
awanbercerita · 7 months
Text
159
"Aku kira kamu kuat loh." katanya ketika sudah menyelesaikan tanjakan turunan yang menantang.
Kenapa ya orang suka mengira kalau kita kuat? Apakah karena kita sudah terbiasa terlihat kuat makanya setiap melihat kita orang selalu bilang begitu? Atau orang lain terlalu percaya sama kita yang sok kuat ini?
Ah orang lain memang pandai kan membuat praduga, mengira-ngira perasaan yang lainnya padahal bisa jadi sebaliknya. Pun buat paham sama diri kita sendiri aja perlu mencoba dulu. Perlu mengerti, bisa ngga ya aku. Gagal ngga ya aku? Berhasil ngga ya aku?
Dan buat bilang kalau di titik ini kita sudah capek, buat bilang kalau sudah mau pingsan bahkan untuk mengakui lemahnya diri kita— Kita ngga berani bilang kan? Ngga leluasa menyatakannya. Ngga nyaman rasanya.
Karena dalam diri kita bergejolak, antara mengiyakan capeknya kita atau bilang gapapa atas banyaknya lelah yang kita terima.
Semoga kita bisa mengolah rasanya, memilah milih mana yang perlu kita bagi dan ungkapkan ke orang lain ya.
9 notes · View notes
awanbercerita · 7 months
Text
Aku sengaja membiarkan beberapa orang berfikir keliru. Aku diam sebenernya bukan karena takut atau tidak berdaya.
Melainkan hasil dari pengendalian diri.
Aku ingat bagaimana aku dibicarakan, aku juga memahami dengan baik bagaimana aku di perlakukan.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lebih sulit tidak membalas ketimbang membalas. Lebih tangguh tidak goyah daripada terpancing marah.
Ilmu tenang itu mahal, datangnya dari badai yang hebat. Tidak semua orang mampu memilikinya.
Ruangsemesta, 26 Aug 2023
476 notes · View notes
awanbercerita · 7 months
Text
158
Kalau lagi gini aku bingung mau cerita ke siapa. Semua punya beban, semua punya apa yang mengganjal di hati. Semua punya masa dimana ia capek, dituntut banyak hal dipuja puji akan pencapaian diri. Semua punya masalahnya masing-masing, puncak ingin marahnya pada keadaan yang sedang menghimpit. Rasanya ingin segera meluapkannya ke orang lain, biar lega.
Semua punya titik ingin dipeluk banyak orang. Ingin dikasihani dan diberi banyak sayang. Tapi apa? Aku lupa, tak semua orang ada dalam kendalinya. Tak semua ada dalam keadaan baik hingga bisa memberiku peluk.
Dan puncaknya ketika sendiri kita ngga tahu harus kemana sepi ini bermuara. Yang kata orang masih ada yang mengerti kita. Satu, dua pasti kau temui di mereka.
Tapi,
Kalau suatu waktu sama-sama tidak dalam keadaan baik-baik saja, bagaimana ya cara saling memahaminya?
6 notes · View notes
awanbercerita · 9 months
Text
156
Kita yang diburu waktu. Kita yang bertambah usia. Kapan, kapan dan kapan adalah pertanyaan wajib yang hadir dalam lingkaran pertemuan. Bukan pertanyaan bagaimana kabar hati atas kejadian-kejadian yang menantang ini. Tapi pertanyaan atas pencapaian dalam diri, sehebat apa balas budi, sesukses apa ekspektasi. Kalau terus begini makin mengerdil kita di sudut ruangan nanti.
22 notes · View notes
awanbercerita · 9 months
Text
154
"Amalan apa yang ibuk dan bapak lakuin buat kita?" Tanyaku dan adek pada ibuk ketika waktunya kami bercerita.
Berulangkali kami heran, di tengah banyak dan ngerinya hal-hal ngga baik, ombak tren yang subhanallah banget. Kami seakan dibisikin "Ngga usah ikut-ikutan sayang." Bahkan buat ngerasa pengen aja ngga pernah terlintas dipikiran kami. Rasanya kayak dijagain.
Pun ketika dapet pujian yang tinggi aku dan adek tetep ngerasa biasa aja. Dapet cemoohan pun rasanya ngga ngaruh-ngaruh amat di hidup kami. "Kenapa bisa gitu ya? Kan kita belum se-ahli ibadah itu kayak temen-temenku, temen-temen kita." tanyaku suatu ketika.
"Ya dijagainnya pakai do'a. Setiap habis sholat, kapan aja ibuk sama bapak do'ain mbak dan adek yang lagi jauh dari rumah." Jawab ibuk panjang, tapi aku nulisnya bagian awal aja. Bikin mewek soalnya wkwk.
Lagi-lagi, do'a adalah tameng sederhana tapi paling ampuh menaklukkan kerasnya dunia.
5 notes · View notes
awanbercerita · 9 months
Text
153
Inget ya za.
Bahagianya kamu, senengnya kamu, sedihnya kamu, suasana hati kamu itu ya tanggung jawab diri kamu sendiri. Terserah kamu, suka-suka kamu mau milih bentuk yg bagaimana, siapa yang jadi penyebabnya. Karena kamu kan yang ngerasain? Dan Allah yang menciptakan perasaan itu.
Senang—yah segala bentuk perasaan yang candu. Banyak banyak bersyukur dan ditulis dalam jurnal syukurmu. Agar nanti tetap abadi meski usia sudah purna. Agar kamu bisa terus mengingatnya, siapa orang yang bikin kamu bahagia, apa penyebabnya dan berapa tingkat syukurmu.
Sedih—juga perasaan ngga baik ini harus tambah lagi level syukurnya ya. Tulis dalam catatan hitam. Biar suatu saat kalau kamu buka sendiri, kamu jadi tahu bahwa itu yang terbaik dan kamu sudah berhasil melewatinya sambil bilang "Keren ya aku."
Orang lain boleh mencampuri suasana hati. Tapi pilihan untuk memasukkannya dalam-dalam, memikirkannya hingga berkelanjutan bahkan menetap di sebuah tempat itu adalah kuasa kamu kan? Kuasa Allah tempat kamu bergantung.
Jangan menggantungkan bahagia sama manusia. Jangan juga berlebihan kecewanya. Kalau sakit bukan orang itu yang mengobati, kamu sendiri yang harusnya pintar mengatur suasana hati. Pinter-pinter jaga hati ya za? Janji?!
Sudah-sudahi. Apapun baik buruknya perasaanmu biarkan Allah sebagai pengendali. Yang Maha Pembolak-balik Hati.
5 notes · View notes