Text
Surat Terbuka untuk Anak-anakku
Dear Pioneer, Discoverer, Wanderer, Adventurer, serta si bungsu Braver dan Challenger.
Terima kasih atas waktu satu tahun yang berharga ini. Saya selalu bilang berkali-kali bahwa di sini bukan hanya kalian saja yang belajar melalui saya, tetapi saya juga banyak belajar melalui kalian. Lalu, terima kasih atas banyak cinta, tawa, dan cerita yang telah kalian beri kepada saya selama ini.
Terkhususnya Wanderer, Adventurer, Braver, dan Challenger.. anakku yang terkasih.. Maaf kalau saya tidak bisa menemani perjalanan kalian di SMP sampai lulus. Kalau boleh jujur, berat sekali rasanya melepas kalian. Ingin rasanya melihat masa-masa kelas 9 kalian. Saat ini pun saya bertanya-tanya, akan seperti apa kah kalian di masa-masa tahun terakhir SMP? Sudah tumbuh lebih tinggi kah? Sudah sedikit hilangkah keimutan kalian saat ini? Sudah jauh lebih rusuh kah dibandingkan saat ini? Sudah lebih bijakkah kalian dalam menghadapi apa yang terjadi di kehidupan sekolah kalian? Gaya rambut terbaru apa yang kalian miliki?
Sedikit banyaknya saya juga bertanya-tanya mengenai gosip apa saja mengenai kalian yang akan saya lewatkan..
Tetapi hidup harus terus berjalan. Seperti kalian yang harus terus belajar dan berusaha menggapai cita-cita, lalu mencari hal-hal baru yang dapat membuat kalian terus berkembang, saya juga ingin terus bergerak ke arah yang mendekati impian saya.
Hidup itu berjalan secara dinamis. Berubah-ubah. Begitu pula dengan masa depan. Bukan berarti saya tega melepas kalian, tetapi ada hal lain yang terpaksa harus saya utamakan untuk saat ini.
Lalu untuk Pioneer dan Discoverer, anak sulung yang terkadang terasa seperti adik, terkadang terasa seperti teman, terima kasih sudah menerima saya di tengah-tengah kemeriahan tahun terakhir kalian dan sering mengajak saya untuk turut bersenang-senang. Membuat saya mengulang kembali masa-masa indah kelas 9 yang penuh dengan keceriaan dan kepolosan. Saya harap kalian tetap menjaga sopan santun dan etika di manapun kalian berada. Lulus dari SMP merupakan awal dari hal-hal ajaib yang akan terjadi di dalam hidup, maka kuatkanlah langkah kalian dengan lapang hati.
Nak, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itu juga yang masih saya pelajari sampai saat ini. Ikhlas, serta tetap berjalan ke arah tujuan dengan tetap mengenang kenangan-kenangan indah.
Nak, tentu saya akan mengingat kalian sebagai salah satu hal terindah dalam hidup saya. Kalian, anak-anak pertama saya yang berharga. Kalian, anak-anak yang Tuhan beri kesempatan untuk hadir di tahun pertama saya mengajar. Untuk itu, saya harap kalian juga hanya mengingat kenangan baik tentang saya.
Sedikit banyaknya apabila ada kesalahan tutur kata dan perilaku dari saya, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Maaf kalau saya kurang mendidik kalian dengan baik, maaf kalau saya kerap menyakiti hati kalian, maaf kalau selama pelajaran saya kurang jelas dalam menyampaikan materi, maaf saya kurang mendengar keluh kesah kalian, maaf apabila saya terlihat tidak cukup mengasihi kalian.
Hal yang baik dapat ditiru, yang buruk tidak perlu diambil hati karena saya pun manusia yang dapat berbuat salah.
Sekali lagi, saya harap kalian hanya mengingat hal-hal baik tentang waktu yang telah kami lalui bersama.
Teruslah berjalan menggapai impian. Jalan yang terjal dan berliku mungkin akan menghampiri. Perpisahan adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Tetapi teruslah menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan tulus ikhlas dalam menghadapi tantangan. Jadilah tangguh, jadilah kuat untuk dirimu sendiri tanpa mengesampingkan kebahagiaan yang positif. Doa terbaik saya menyertai kalian semua, sampai kapan pun.
Until we meet again,
Miss Berta🤍
p.s: kalau ga sengaja papasan di jalan, jangan pura-pura ga kenal! masalahnya saya minus, jadi kadang ga bisa liat orang dengan baik. so please banget nyapa ya!!!
trus kalau mau curhat atau tanya apapun, WA saya terbuka lebar untuk kalian.🧚🏻♀️
20/06/2023
1 note
·
View note
Text
a letter to my dearest, my small beans;
Semakin aku menarik memoriku ke satu tahun terakhir, semakin aku merasa hidup ini penuh keajaiban.
Aku, yang sudah hidup satu per empat abad ini mungkin saja bagi orang lain hanya melalui hidup normal seperti manusia lainnya, tetapi bagiku, ini pencapaian terbesarku sejauh ini.
Bagiku, pekerjaan sebagai tenaga pendidik adalah pilihan terakhir. Aku selalu berpikir seperti itu di sepanjang hidupku ㅡsetidaknya, sampai aku bertemu denganmu.
Aku tidak bermaksud menyudutkan pihak manapun, tetapi bagiku yang senang hanya dengan berada di dalam 'bola kecil', menjadi tenaga pendidik yang harus berhadapan dengan banyak orang merupakan tugas besar. Katakanlah siswa, rekan guru, atasan, bawahan, belum lagi tua siswa, rekan dinas, rekan yayasan. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri.
Tak hanya itu, aku yang merasa diriku masih kurang mumpuni dengan karakter yang jauh dari kata bijak, merasa tidak sanggup bila harus diberi tanggung jawab membimbing, apalagi mendidik. Aku saja tidak bisa bertanggung jawab dengan baik atas diriku sendiri, bagaimana aku bisa bertanggung jawab atas anak didik?
Lalu pikiran bahwa aku tidak ingin menjadi pendidik terus-terusan menari di kepalaku berbulan-bulan, bertahun-tahun sampai datanglah masa-masa dimana harapan terasa bagai gelap. Hari-hari kulalui seperti berjalan di padang gurun tanpa tepi. Di sisa-sisa harapan, aku berucap kepada penciptaku, "apapun yang terjadi maka terjadilah. tempatkan aku di mana saja, asalkan aku dapat menjadi berkat."
Dan datanglah dirimu, keajaiban-keajaiban kecilku.
Dengan kedatangan kalian, dimulai lah masa-masa dimana akhirnya aku menjadi tenaga pendidik, profesi yang selama ini berusaha aku hindari dengan sekuat tenaga.
Di hari pertama kalian datang di kehidupanku, rasa takut itu lenyap tak berbekas. Seakan tak pernah hinggap, aku justru menjalani hari-hariku penuh rasa syukur.
Aku yang merasa harus mengemban rasa tanggung jawab atas membimbing kalian, ternyata justru sebaliknya. Kalian lah yang membimbing aku selama ini. Seakan kalian tersenyum dan merentangkan tangan kalian lebar-lebar sembari berkata "tidak apa-apa berbuat salah. Kami tidak akan menghakimi. Kami anak-anak manis yang akan mendengarkan dan menuruti semua perkataanmu."
Itu kesan pertamaku atas kalian.
Dan menjadi tenaga pendidik, ternyata tidak semengerikan itu.
Lalu berlandaskan kesan pertamaku atas kalian, percayakah kau? Tidak ada satu haripun aku lalui dengan bangun pagi penuh rasa khawatir, penuh rasa takut, berpikir, "bisakah aku melewati hari ini?"
Bagi orang dewasa, menjalani hari-hari tanpa rasa khawatir adalah sebuah keajaiban.
Tentu hari-hari sibuk kerap datang. Ada pula hari dimana rasa lelah yang berlebihan bagai badai datang menderu. Kadang pula hari-hari penuh emosi hadir, yang tentu saja penyebabnya adalah dirimu. Tetapi asal kau tahu, tidak pernah sekalipun aku memendam rasa amarah terhadapmu.
Dirimu yang ringkih dan belum berbentuk sempurna, terkadang berbuat kesalahan. Itu adalah proses dalam hidupmu. Proses yang sangat wajar terjadi. Sehingga dalam proses yang kau lakukan, terkadang ada tingkah-tingkah yang sedikit menggelitik emosiku. Di saat-saat terbaikku, aku tentu dapat menerima prosesmu dengan baik. Tanpa nada yang naik, tanpa raut kekesalan.
Namun aku ini ternyata sama sepertimu yang selalu berproses, terutama dalam bertindak. Kondisiku juga tidak selalu prima ketika mendampingimu, sehingga bentakan kecil dapat hadir, terutama ketika prosesmu sedikit di luar jalur toleransiku. Tetapi asal kau tahu, prosesmu membutuhkan protesku. Protesku membimbingmu agar tidak keluar jalur yang seharusnya ketika kau sedang berproses.
Nak,
Anak-anakku yang berharga..
Aku tidak tahu lagi harus menjelaskan dengan bahasa bumi bagian mana kalau aku sangat menyayangi kalian.
Mungkin kalau diumpamakan, kalian seperti cinta pertama. Datang di saat tidak terduga, memberi harapan, memberi kebaikan untuk kali pertama di dalam hidup.
Nak, kau tahu?
Cinta pertama selalu memiliki tempat di sudut hati masing-masing dari kita sampai kapanpun, sampai sejauh apapun kita berjalan.
Begitupun dengan kalian.
Tanpa aku sadari, kalian sudah menyusup ke dalam sudut terkecil hatiku, dan dengan senang hati, aku akan membiarkan kalian terus berada di sana, bersemayam dengan tenang.
Nak, kalau kalian bilang tak rela berpisah denganku, aku tidak perlu repot-repot berbohong ketika aku juga bilang aku pun begitu.
Tetapi, seperti yang selalu aku katakan. Ketika kalian bergerak ke arah impian kalian, aku pun juga sedang melakukan hal yang sama.
Pasti berat pada awalnya, tetapi hidup adalah tentang pertemuan dan perpisahan, bukan?
Nak, terima kasih banyak sudah hadir menjadi anak-anak pertamaku, menjadi anak-anak manis yang memberi kesan sangat baik kepadaku yang pada awalnya hanya memiliki rasa enggan dan takut tak berarti ini. Aku berharap hanya hal-hal terbaik yang datang ke padamu, karena hari-hari terbaikku juga telah datang berkat kalian.
Maaf, aku tidak dapat terus membersamai kalian dan berproses bersama sampai akhir.
Maaf juga selama ini tidak dapat memberi yang terbaik untuk kalian, padahal kalian sudah memberi yang terbaik untukku..
Aku harap hanya hal-hal baik tentang kita yang tertinggal di memorimu. Karena aku pun begitu.
Berbahagia selalu, keajaiban-keajaiban kecilku✨️
until we meet again.
-22/06/23
0 notes