Tumgik
geopacker · 8 years
Text
Pulau Tambelan, Kep. Riau
Throwback, 14 hari terdapar di Pulau minim sinyal dan minim listrik (?) Namun, eksotisme Pulau ini berpotensi menjadi destinasi wisata favorit di Indonesia.
Tumblr media
Bongkahan batuan beku di bagian Selatan Pulau.
Pulau Tambelan, nama itu sedikit asing di telinga, Pulau terluar yang merupakan bagian dari Kepulauan Riau ini mempunyai 
2 notes · View notes
geopacker · 9 years
Text
Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat
Apa kabar ya mereka (?) 3 bulan lalu di pelosok negeri, para pengejar mimpi, berlari dengan caranya masing-masing, semoga semuanya dalam keadaan baik dan kelak kita dapat berkumpul kembali di waktu dan tempat yang baik pula, Inshaallah. 
Sebuah pantai yang dulu pernah dikunjungi, dan Allah mengijinkan langkah kaki menapaki indahnya alam ini lagi, sudah 2 tahun silam seutuhnya tak terasa, sungguh begitu cepat. Begitu indah lukisanNya, pantai dengan pasir putih, berkolaborasi dengan birunya langit, deru ombak yang saling berganti menerpa karang, hembus angin dalam keheningan membawa kesejukan pada hati, tak ada kata bosan, malah rindu yang terasa hingga kini dan nanti.
Tumblr media
Perjalanan menuju pantai ...
Sumbawa Barat, sebuah pulau yang epic untuk dikunjungi, ia memang tak seramai Bali, juga tidak seterkenal Lombok, tapi justru disinilah surga pantai tersembunyi. Gua bersyukur Sumbawa bukan tujuan utama wisatawan, kenapa (?) karena dengan ini alamnya akan tetap asri, pantai biarlah menjadi pantai, pasir tetap menjadi pasir, jangan sampai beton dan kontruksi merusak segalanya, dan sampah tidak akan berserakan merusak apa yang sudah ada, semoga tetap seperti ini, menjadi lukisanNya yang indah yang sedap untuk dinikmati.
Tumblr media
Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat
Tumblr media
Lokasi Pantai Tropika, Sekongkang, Sumbawa Barat
Rasanya seperti dejavu, kembali ke Pantai yang sama namun dengan misi yang berbeda. Dulu gua kesini hanya sekedar mampir, melepas penat setelah capeknya naik gunung Rinjani, dan sekarang gua kesini buat ngerefresh otak dari penatnya skripsi. Skripsi (?) ya ... sebenernya kembalinya gua ke Sumbawa bukan sekedar buat maen, tapi ada misi penting menyangkut kehidupan kuliah gua. Ibarat ngelawan Raja terakhir, skripsi atau Tugas Akhir adalah misi penting yang harus gua selesaikan, tentu dengan amunisi dan modal yang cukup hingga mengantarkan gua menjadi seorang Sarjana.
Tumblr media
Semakin dekat ...
Sama halnya dengan kedua temen gua ini, Peho dan Haris. Kebetulan mereka sedang Kerja Praktek di tempat yang sama dengan gua Skripsian, ya ... Tambang Terbuka Batu Hijau, PT.Newmont Nusa Tenggara. Tambang terbuka emas-tembaga porfiri ini adalah lokasi kami untuk belajar, belajar menjadi Engineer seutuhnya.
Tumblr media
Open Pit Mining ...
Tumblr media
Vitamin Sea ...
Tumblr media
With Peho & Haris ...
Tumblr media
Beautifull place, Beautifull momment ...
Tumblr media
Biar dikate anak gaul ...
Tumblr media
Pose dulu ...
Tumblr media
Nelayan lokal ...
Tumblr media
Blue Sea ...
Tumblr media
Epic brur ...
Tumblr media
Mari Pulang ...
Tumblr media
Suveryor Tambang (Peho) ...
Saat gua menulis postingan ini berarti gua udah gak lagi di Sumbawa, melainkan di Semarang, menyelesaikan tugas yang semestinya selesai, yang akan membawa gua mendapatkan gelar sarjana gua. Peho sekarang udah ada di Sulawesi, dia melanjutkan tugasnya dan sekarang mungkin dia lagi mulai skripsian juga, sampai jumpa bro semoga kita berjumpa lagi dengan obrolan yang luar biasa.
Gua minta do’anya sama temen-temen, supaya skripsian gua dapat dikerjakan dengan baik, tepat waktu, dilancarkan oleh Allah, dan semoga bermanfaat untuk kehidupan. 
Tetaplah berjalan dan terus berjuang untuk mendapatkan Ridho dan HidayatNya, setiap hari, setiap waktu, hingga hayat menjelang, semoga Allah merahmati setiap langkah baik kita, dan selalu menjadi petunjuk dikala diri tersesat, dan Allahlah tempat memohon ampun, maka berlindung dan berharaplah hanya padaNya.
Thanks for visit my blog brur :)) See u later ...
2 notes · View notes
geopacker · 9 years
Text
PENDAKIAN GUNUNG ANDONG 1726 Mdpl
Hallo brur, salam hangat dari pendaki amatir yang akhirnya kembali menulis cerita yang gak penting dibaca tapi penting buat dihayatin ^^ hehe.
”Saatnya keluar dari dunia fana yang penuh kebohongan, kita yang semestinya belajar dari alam, yang memberi tanpa diberi, yang berdzikir setiap waktu, yang gak pernah protes musim kemarau atau musim penghujan, alam senantiasa memberi manfaat untuk makhlukNya tanpa bertanya apa yang iya akan dapat setelahnya”.
Pendakian kali ini gua masih menyandang status yang sama, yaitu “Single Elegan”, ini nasib, hobi, apa Tuhan belum mengijinkan gua buat mengganti status, mungkin ini cara Tuhan buat ngejaga gua dari hal yang tidak diinginkan. Gua kira dengan bertambahnya semester di kuliahan bakal banyak perubahan dengan status idup gua, misal dari single jadi Relationship, atau jadi Co
Sang Fajar bersinar lagi ...
Mt, Merbabu from Andong.
Pohon Cemara.
Matahari Pagi ...
Pasar Minggu ...
Puncak Andong.
Kemarau Panjang.
Andong Gosong.
Punggungan Mt. Andong.
Selfie sek.
Andong Ramaii ...
Gengs ...
Jodoh Pasti Bertemu ... ^^
2 notes · View notes
geopacker · 9 years
Text
Traveller Sejati ! Syukur atau Kufur (?)
Tumblr media
Danau Sagara Anak, Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 2013.
Udah lama ya gak maen di dunia maya, dunia dimana gue bercerita, dunia dimana gue menuliskan unek-unek gue, entah gue udah bosen buat nulis atau gue lupa cara nulis, tapi yang jelas gue jenuh. Cuman, ada banyak hal yang membuat gue semangat buat nulis lagi, karena satu hal yang pasti, ketika gue gak bisa menyampaikan itu dengan lisan, maka tulisan adalah jalan terbaik yang bisa gue lakuin untuk menyampaikan maksud hati, untuk menyampaikan kebaikan, menyampaikan sedikit ilmu yang gue punya, intinya menulis adalah berbagi, menulis adalah cara gue mencurah, dan dari menulis semuanya terasa dekat, bukan untuk menjadi guru, hanya ingin menjadi teman yang saling mengingatkan tentang kebaikan. Gue menulis seperti ini bukan berarti gue sudah baik, gue disini cuma nulis apa yang gue tau, gue denger dan gua pahamin dari orang-orang baik yang selalu bercerita baik, gue hanya sekedar menyampaikan.
Gue bukan traveller ataupun bloger sejati, gue hayalah manusia biasa yang mencoba buat berkata tentang sedikit cerita yang pernah menjadi pengalaman kecil namun berarti buat diri gue. 
Buat kalian yang ngerasa jadi traveller sejati, sejatinya semua manusia memanglah traveller, ya ...? kita adalah pejalan, kita adalah waktu yang diciptakan untuk menjadi penjaga ataupun perusak dimuka bumi ini, menebarkan kebaikan atau keburukan, dan akhir dari perjalanan ini adalah kembali. Kita adalah makhluk, kita diberi waktu terbatas, diberi perlengkapan, petujuk bagi iya yang berfikir, rizki yang cukup bagi iya yang bersyukur, dan diberi tugas bagi iya yang sadar, untuk apa ? iya, untuk berjalan, untuk menjadi traveller sejati, dan kembali pada sang Pencipta dan kemudian mempertanggungjawabkan apa yang sudah dijalani selama kita berjalan.
Sadarkah, manusia berjalan untuk kembali, iyaa ... gue, orang tua gue, keluarga, teman, guru,  semuanya yang ada dimuka bumi ini, kita adalah pejalan, bisa dalam arah yang benar dan bahkan tersesat. Setiap orang diberikan cara, arah atau petunjuk, perlengkapan, jalan yang berbeda. Tuhan sudah memberikan skenario terbaikNya, petualangan terbaik untuk masing-masing makhluk yang lahir dimuka bumi ini. Dia memberikan makhluk ciptaanNya kebebasan untuk menjalani hidup, tapi bagi iya yang selalu sadar akan rahmatNya, itulah orang-orang yang beruntung, tapi bagi orang yang masih ada dalam jalan yang sesat semoga Allah memberikan rahmat dan hidayahNya. Namun hidayah akan datang hanya untuk orang yang menjemputnya.
Pendaki (?) Syukur atau Kufur (?)
Hai ..., sapaan ini dari gue sang pendaki amatiran, sapaan ini gue tunjukkan buat kalian yang merasa sudah menjadi pendaki sejati, yang merasa mencintai alamNya, yang selalu memberi slogan “SALAM LESTARI” setiap kali bertemu, kalian yang katanya penikmat alam, kalian yang menjadikan gunung sebagai pelarian, untuk menenangkan diri, bersantai, atau sekedar bermain bersama atau pula hanya sekedar foto dan kemudian di posting di media sosial dengan berbagai maksud dan tujuan. Sadarlah ... sadarkan gue, sadarkan dia dan mereka, sadarkan orang-orang yang katanya menikmati alamNya, yang katanya mencintai alam, mensyukuri nikmat. Sadarkah ? apa yang sudah kita lakukan selama mendaki ? sadarkah sudah berapa banyak pohon yang ditebang untuk dibakar kayunya (?), mata air yang menjadi kotor karena limbah yang kita buat, sadarkah ekosistem yang rusak dan burungpun berterbangan mencari rumah barunya, sadarkah sampah yang sudah kita tumpuk dan ditinggalkan begitu saja, dan sadarkah sudah berapa rakaat shalat yang kita tinggalkan (?)
Syukur atau Kufur ?
Sudah saatnya kita berfikir, gunung adalah tempat makhlukNya tinggal, bukan hanya manusia, tapi juga hewan, bahkan jin semua hidup dalam satu rumpun, janganlah sesekali menjadi kufur ? janganlah menjadi pengganggu karena kita hanyalah orang asing yang hendak berkunjung, janganlah bawa kesombonganmu, bahkan dibandingkan dengan pohon yang tingginya 3 meter, kita terlihat kecil, apalagi dengan gunung, lantas apa yang mau disombongkan ?. Tuhan yang engkau Agungkan hanya dalam status media sosial saja, tidak membutuhkan kita untuk mendaki gunung hanya untuk mencari ketenangan, karena kunci ketenangan adalah Shalat dan sabar. Lantas untuk iya yang melupakan shalat ketika hendak mendaki, yang katanya bersyukur namun tidak menjalankan ibadahNya, dan mendaki hanya untuk berzina dan mabuk-mabukan, layakkah itu disebut Syukur? atau Kufur?.
Allah tidak menyuruh kita untuk mendaki gunung, menyelami lautan, berjalan kedalam goa, Allah hanya memberi makhlukNya yang hidup dimuka bumi ini untuk beribadah kepadaNya, tapi apakah Dia membutuhkan itu semua ? Tidak. Sadarkah, Allah tidaklah membutuhkan ibadah kita, tapi kitalah yang butuh untuk menyembahNya, menyebut namaNya, menjalankan dan menjauhi laranganNya, kita yang semestinya bersyukur atas nikmat-nikmat yang Dia berikan. Contoh kecil, kita diberikan oksigen gratis olehNya, coba bayangkan bila oksigen itu harus dibeli, manusia tidak akan pernah sanggup untuk memenuhinya dan akan mati tanpanya. Tapi dengan Maha Pemurahnya, Allah memberikan kita nikmat yang tiada tara, oksigen Dia berikan setiap harinya tanpa kita harus membayarnya, nah, apalagi yang membuat kita lupa akan nikmatNya, apalagi yang membuat kita sungkar untuk beribadah kepadaNya ?
Pendaki sejati adalah iya yang senantiasa ingat kepadaNya, selalu ingat untuk beribadah walau ditengah jalan yang sulit, selalu ingat untuk berdizikir disetiap langkah pendakian, hanya kerendahan hati yang dibawa dan kesombongan iya tinggalkan, iya yang membawa niat kebaikan, gunung adalah tempat yang suci, mendaki gunung bukan untuk hanya sekedar membuang sampah sembarangan, menebang pohon seenaknya, atau bahkan melakukan hal keji seperti berzina dan mabuk-mabukan, maka iya yang berbuat seenaknya sadarlah bahwa gunung adalah ciptaanNya, yang sudah banyak memberi manfaat kehidupan untuk makhluk lainnya, bahkan seutuhnya dimanfaatkan oleh manusia. 
Gue hanyalah pendaki amatiran yang mengaja diri gue juga kalian yang memang mencintai alamNya untuk saling menyadarkan akan hakikat pendakian sejati, menjaga ekosistem, saling menghormati, merendah dan tidak merendahkan, mengubur kesombongan, dan senantiasa menjadi ibadah sebagai satu hal yang hakiki untuk dijalankan, sehingga membuat kita menjadi dekat denganNya, membuat kita bersyukur akan NikmatNya bukan menjadikan kita makhluk yang Kufur, sehingga seutuhnya kita senantiasa mendapatkan rahmatNya, untuk apa ? untuk bekal perjalanan kita yang waktunya terbatas, yang membuat kita selalu ingat bahwa manusia adalah makhluk mikro yang lemah, tanpa pertolongan dan nikmatNya manusia tiadalah guna, maka mari jadikan kita makhluk yang bermanfaat untuk sesama, saling mencintai dan menjaga sesama manusia dan makhlukNya.
-anonim, 05-08-2015. 12.40 WIB.
0 notes
geopacker · 9 years
Text
PENDAKIAN GUNUNG PRAU II
Tumblr media
Mt Prau 24-Mei-2014-take by Anisa Della
11-06-2015, 00.36 WIB - Sumurboto 1/13
Malam ini rasanya gue pengen bercerita, tentang perjalanan yang membuat semua belajar arti sabar, arti berjuang, saling menyemangati, saling percaya bukan merendahkan, bersama semuanya menjadi berarti. Gue pengen bercerita tentang bintang-bintang yang saling bercengkrama malam itu, sejuknya angin yang merasuk kedalam tubuh waktu itu, begitu hening, tenang, meredakan hati yang sedari kemarin memberontak, alam begitu mengerti, tapi bukan ia yang memberi, karna ia adalah makhluk, maka bersyukurlah pada Sang Pemberi, Dialah Allah SWT.
23-Mei-2015, 20.30 WIB, Tembalang Selatan, Banyumanik Semarang.
Perjalanan akan segera dimulai, malam ini gue bakal pergi mendaki menuju tempat yang satu tahun lalu gua datengin, entah kebetulan atau ini udah takdir, tapi gue rasa semua yang terjadi memang sudah dituliskan olehNya, tepat setaun yang lalu ditanggal yang sama gue mendaki gunung ini, gunung yang mempunyai panorama yang begitu indah, menyimpan cerita dan sejuta cinta, Gunung Prau, Dieng, Jawa Tengah.
Malam ini gue bakal mendaki ber-8, Gue, Roi, Ari, Adel, Terena, Debby, Aini, dan Fita. Kali ini gue bakal nemenin 7 orang calon dokter yang lagi ngebet naik gunung.
Tumblr media
Lembayung pagi, Mt Prau 24-Mei-2015.
“Naik gunung sekarang udah jadi kekinian. Tetep jaga ibadahnya ya bro, jangan sampe yang katanya mau menikmati alamNya malah lupa sama Tuhan. Keep safety juga ya, pergi ke gunung jangan disamain kayak pergi ke mall. Bawa barang yang sekiranya berguna, keselamatan tetep yang pertama, puncak itu bonus. Coba belajar etika, estetika, karna gunung adalah tempat yang sunyi , tenang, yang tak biasa dengan keramaian, jadi sopan santunnya dijaga ya :) dan yang terpenting sampahnya dibawa pulang, gunung bukan tempat pembuangan akhir brur.”-geopacker.
Tumblr media
Jejer Belakang (Adel, Roi, Ari), Jejer Depan (Fita, Aini, Gue, Debby, Terena) 
Lets see, gue kenalin kalian sama mereka,  “Wizurai Hakim” alias Roi (kacamataan), manusia satu ini yang bakal nyetir mobil dari Semarang-Wonosobo dan baliknya giliran gue yang bawa, orang terbawel sepanjang perjalanan ya dia :(, “Ari Wibawa” alias Ari, cah Semarangan yang kerjaannya olahraga Yoga sama Roi, dialah partner setia Roi, dua-duanya sama-sama berisik tapi asik, “Rohedy Adelia” alias Adel, ternyata dia adalah temennya temen gue di geologi (Soma Gotama) orangnya pemikir banget, tapi itu penting, karna tanpa berpikir kita gak bakal tau apa yang harus dilakuin dan disiapin buat ngadepin pendakian malem itu, “Debby Fatmala”, cewek satu ini juga ternyata temennya temen gue anak Sipil (Rheza Surya) dan katanya sih lagi deket sama Asraf temennya eza ya temen gue juga (dunia begitu sempit) dia ini anak Maladica (MAPALA Kedokteran Undip), “Nur Aini” cewek Jepara yang protes waktu gue panggil dia dengan panggilan “Nur”, dia udah pacaran 7 tahun sama anak Teknik Elektro, tapi mereka LDRan, jadi masih ada kesempatan buat kalian yang mayu pdktin, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? liat episode selanjutnya, “Ferdina Meita” alias Fita mungkin dia adalah pelengkap Roi sama Ari, bawelnya sama dan dia sama-sama pecinta anak Teknik Elektro sama kayak Ainun, tapi kesabarannya buat mendaki ok juga. And the last sahabat karib gue, temen se SMA yang sebenernya dia orang yang minta gue buat ikut nemenin mereka ngedaki G.Prau, panggil aja dia emak atau Tere atau Chyntia yang punya nama lengkap Terena Chyntia, dan hubungannya sama cowok katanya sih lagi complicated, muehehehe.
Cah Kedokteran sama Cah Teknik (Mungkin Jodoh) (?) #Lupakan.
Berangkat ....................... !!! 
23-Mei-2015, 22.00 WIB, Alun-alun Temanggung.
Rehat sebentar di alun-alun, isi perut biar kenyang.
24-Mei-2015, 01.30 WIB, Pos Pendakian Gunung Prau.
Musim panas artinya Dieng bakal mencapai titik dinginnya. Setibanya di basecamp dan melakukan registrasi, kami mutusin buat stay dulu sebentar, gak mungkin mendaki jam segini, karna kalaupun mendaki sekarang dan kami tiba di puncak jam 03.30 WIB itu artinya bunuh diri, bisa-bisa semuanya kena hiportemia karna rombongan ini gak bawa tenda yang memadai.
Tumblr media
Mt. Prau 1 tahun silam ... 24-Mei-2014.
Dibandingin dua taun yang lalu insfrastruktur yang ada di basecamp G.Prau “Petak Banteng” sekarang udah berkembang pesat, nampaknya sudah banyak kemajuan secara signifikan di pariwisata Indonesia akhir-akhir ini. Banyaknya televisi yang menyiarkan wisata Tanah Air membawa manfaat tersendiri untuk dunia pariwisata, salah satunya pariwisata di Dieng. Sejak 2 bulan lalu lokasi pendakian Gunung Prau ini sudah didatangi lebih dari 3000 pendaki, sungguh angka yang fantastis. Oh iya, biaya registrasi perorang sekarang udah jadi Rp.10.000, tapi dengan biaya ini gua rasa setimpal dengan fasilitas yang sudah disediain. Buat ngedaki gunung prau sekarang ini, tanpa bawa logistik yang bayakpun gue rasa masih bisa bertahan hidup, karena sekarang sampe sebelum hutan cemara warga sudah banyak mendirikan warung-warung. yang ngejual kucingan, cemilan, ciki, dan minuman hangat bahkan buah-buahan, lengkap sudah Prau sekarang.
Tumblr media
Sunerise 24-Mei-2015
24-Mei-2015, 02.30, Pos Pendakian Prau.
Setelah sejam menunggu, tiba saatnya gue dan temen-temen buat berangkat, Lets Go Baby ...
Sebelum mendaki biasain buat berdo’a, karna Tuhan akan menjaga hamba yang mau meminta padaNya dan berserah diri. Dalam diskusi kami sepakat untuk saling menunggu bila ada yang kelelahan, buat saling menyemangati bila yang lain sudah kecapean, mungkin ini adalah pendakian pertama buat Roi, Ari, Tere,Fita, Aini, dan Adel, sedangkan gua dan Debby setidaknya kami pernah mendaki gunung, tapi buat gue itu sama aja, karna ... you’ll never know what will happened, jadi persiapin semua yang harus disiapin, alam gak sebaik yang kamu fikir, ia mempunyai siklus hidupnya sendiri, tapi alam selalu berkabar bila ia sedang dalam kondisi buruk, maka saling memahamilah sesama ciptaanNya.
Tumblr media
Prau Masih Sepi, 24-Mei-2014 
Alhamdulillah cuaca malam itu begitu cerah, bulannya cantik, bintangnya begitu terang, seakan Tuhan mengiyakan untuk kami mendaki malam ini, so Romantic.
Gunung Prau kalau menurut gua cuma punya 2 pos, pos pertama itu dari basecamp sampe ke awal penjagaan pertama, pos pertama ini ada pengecekan tiket, memastikan bahwa kita adalah pendaki yang legal, ya setidaknya terdaftar di pos pendakian dan penjaga bertugas sebagai petunjuk arah menuju trek selanjutnya. Hal ini penting dilakuin karna untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, misalnya nyasar atau salah jalan.
Tumblr media
Kombinasi yang menakjubkan, Subhanallah ...
Dari pos pertama kita akan mulai mendaki menuju hutan cemara, nah disini kita bakal ngelewatin kebun warga dan faktanya adalah sekarang udah banyak berjejer warung warga yang udah gue ceritain tadi.
Semakin menanjak, tempo pendakian harus dijaga, yang jelas pasokan oksigen bakal semakin berkurang, jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan suhu dan tekanan yang ada. Yang jelas naik gunung bukan balap-balapan nyampe puncak, tapi gimana caranya kita menikmati dengan apa yang sudah disediakan alam dan bersyukur bahwa Allah lah yang membuat ini semua terlihat indah.
Tumblr media
Bukit Teletubis .
Setelah melewati kebun warga kami bergegas langsung naik menuju hutan cemara, disini harus ekstra hati-hati dan dibutuhkan sedikit tenaga yang lebih, karna dengan trek yang cukup terjal, kaki, tangan, mata harus cukup fokus buat ngelewatin trek ini. 
Disini semuanya bakal belajar bersabar dan berusaha, gak peduli cewek atau cowok, yang jelas kita harus bisa memaksimalkan tenaga yang ada, kemampuan yang ada, tanpa meminta bantuan dari siapapun, dan disinilah sisi jahat gue muncul yaitu ngebiarin para cewek buat bergerylia sendiri naikin batu.
Di gunung gak boleh ada anak manja, yang ngerenge gak bisa naik padahal cuma naikin batu yang gak begitu terjal, ini adalah salah satu konsekuensi menjadi pendaki. Satu prinsip yang gue pegang adalah, pada saat lu meremehkan seseorang dan membantunya itu artinya lu udah mengakhiri perjuangannya untuk melawan batas kemampuan dirinya sendiri, karena pada saat dia bisa malakukan sesuatu diluar nalarnya bakal muncul suatu adrenalin bahwa dia bisa melakukannya sendiri dan itu seutuhnya menyenangkan.
04.30 WIB, 24-05-15, Hutan Cemara.
Adzan shubuh berkumandang, saatnya istirahat dan menunaikan shalat shubuh. Disini adalah waktu dimana Allah menguji keimanan seorang pendaki muslim, apakah yang katanya ingin menikmati dan mensyukuri alamNya lalai terhadap perintahNya, atau sebaliknya ia akan semakin taat kepadaNya, yang jelas semua balik lagi ke pribadi seseorang, tapi satu yang perlu diingat, ibadah tetep yang utama, jangan sampe yang katanya syukur nikmat menjadi kufur nikmat, apa yang diomongin menikmati alamNya cuma dusta belaka. Astagfirullah.
Setelah melewati kebun warga, kami bergegas langsung naik menuju hutan cemara, disini harus ekstra hati-hati dan dibutuhkan sedikit tenaga yang lebih, karna dengan trek yang cukup terjal, kaki, tangan, mata harus cukup fokus buat ngelewatin trek ini. 
Tumblr media
Lumayanlah  ...
Disini semuanya bakal belajar bersabar dan berusaha, gak peduli perempuan ataupun laki-laki, yang jelas kita harus bisa memaksimalkan tenaga yang ada, kemampuan yang ada, tanpa meminta bantuan dari siapapun, dan disinilah sisi jahat gue muncul, ngebiarin para cewek buat bergerylia sendiri naikin batu.
Di gunung gak boleh ada anak manja, yang ngerenge gak bisa naik padahal cuma naikin batu yang gak begitu terjal, ini adalah salah satu konsekuensi menjadi pendaki, semua harus menerima itu. Satu prinsip yang gue pegang adalah, pada saat lu meremehkan seseorang dan membantunya, itu artinya lu udah mengakhiri perjuangannya untuk melawan batas kemampuan dirinya sendiri, terkecuali dia udah ada pada batas kemampuannya, karna ketika fisik lemah kita masih punya mental, tapi ketika mental hancur semuanya berakhir. 
04.30 WIB, 24-05-15, Hutan Cemara.
Adzan shubuh berkumandang, saatnya istirahat dan menunaikan shalat shubuh. Disini adalah waktu dimana Allah menguji keimanan seorang pendaki muslim, apakah yang katanya ingin menikmati dan mensyukuri alamNya lalai terhadap perintahNya, atau sebaliknya ia akan semakin taat kepadaNya, yang jelas semua balik lagi ke pribadi seseorang, tapi satu yang perlu diingat, ibadah tetep yang utama, jangan sampe yang katanya syukur nikmat menjadi kufur nikmat, apa yang diomongin menikmati alamNya cuma dusta belaka atau sebuah status yang ditulis di medsos sebelum mendaki cuma jadi omongan kosong . Astagfirullah.
Tumblr media
Aini, Gue, Tere, Debby ..
Tumblr media
Ceritanya foto sama bunga (?)
Tumblr media
Camping Ground Penuh ...
05.50 WIB, Puncak Gunung Prau.
Matahari sudah mulai bertugas kembali, lembayung itu kini sudah muncul lagi maratap indahnya bumi. Disini gue melihat semuanya menikmati pendakian ini, tertutur kata syukur dalam hati kepada sang Illahi. Alhamdulillah semuanya ada dalam kondisi sehat, semuanya tersenyum memandang langit yang begitu mempesona, dan kini kita sudah belajar salah satu ilmu penting dalam hidup, bahwa tak ada yang bisa menolong diri kita selain kita sendiri bahkan orang yang kita percaya sekalipun, mereka tak mampu menyelamatkan, disini kita sadar arti Sang Pencipta, Allah lah yang senantiasa ada dalam hati, dalam setiap langkah, ada pada saat duka maupun suka, berharap pada makhluk hanya membuat kecewa tetapi berharap kepada Rabbi semua akan begitu tenang dan menyejukan hati.
Selamat datang di puncak Prau sahabat, selamat menikmati indahnya alam Indonesia ^^
Tumblr media
Asraf maaf ya ... hahaha
Tumblr media
Backgroundnya bagus ....
Tumblr media
Sama mami Tere ...
Tumblr media
Ramenya ... 24-05-2015.
08.30 WIB, Turun Gunung.
Setelah cukup menikmati keindahan yang ada, kami segera bergegas untuk turun gunung. Disini diperlukan sekitar 1.5-2 jam turun sampe ke basecamp pendakian, yang jelas turun gunung biasanya lebih cepet daripada naik gunung, tapi santai aja yang penting sehat dan selamat, safety first.
10.30 WIB, Lets Go Semarang.
Selepas ini kami bakal kembali ke Semarang, sebelum balik ya sekiranya beli oleh-oleh dulu lah ya ... Carica. Buah ini merupakan maskot dari Dieng, karna Carica cuma tumbuh di Dieng, rasanya manis kalau udah dibuat manisan, pokoknya enak, dan kita bisa beli Carica di pabrik pembuatan langsung, dari pada pasar di Semarang yang jelas harga Carica disini lebih murah (Namanya juga kandangnya).
Lets Go Semarang ... Via: Wonosobo-Temanggung-Bandungan-Tembalang.
Bismillah, sekarang kami bakal bergegas ke Semarang, dan ini artinya gue yang bakal nyetir dari Wonosobo sampe Semarang :( ... Nngantuk berat, udah 1.5 hari belum tidur dan harus nyetir pula, semoga di pertengahan jalan Roi mau gantian bawa mobil ... Gasss dahhh ....
Bener aja, badan udah mulai eror dan gak fokus, nyampe zonknya pas ditanjakan Bandungan, gigi dua gak cukup buat ngalahin tanjakan terjal ini, alhasil mobil mati ditengah tanjakan, hahaha. Tenang semua aman terkendali tanpa ada kurang satupun, dan disini saatnya gue minta Roi yang nyetir. hihihihi.
16.50 WIB,Sumurboto 1/13 :) :) :)
Alhamdulillah kami tiba dengan selamat, membawa cerita baru untuk dikenang dan diceritakan, terimakasih untuk rekan baru untuk 2 hari ini, pendakian yang luar biasa, dan pendakian ini adalah sebuah kehormatan untuk saya bisa menemani temen-temen mendaki, semoga ini adalah awal tali silaturahmi kita, untuk kini dan selanjutnya.
Buat yang mau liat cerita “Gunung Prau I” bisa buka di http://geopacker.blogspot.com/2014/05/pendakian-gunung-prau-2565-mdpl.html ...
Thanks to Allah udah dikasih kesempatan untuk mendaki Gunung Prau, Makasih buat semua orang tua yang udah mengijinkan kami mendaki, thanks Ari, Roi, Debby, Aini, Fita, Tere, Adel yang udah mau berjuang bersama, saling bersabar dan menyemangati. I Love You All.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Indigo Part 1
Hening ...
Aku terlahir sama, namun terkadang dianggap berbeda. Sebagai manusia aku tidak perlu diperlakukan spesial atau ditakuti, aku hanya ingin berteman dengan apa adanya tanpa menyangkutpautkan hal lain yang dianggap olehnya mengganggu. Mungkin terlalu banyak analisa yang aku buat, saking banyaknya terkadang hal itu tidaklah penting untuk didengar, semuanya terasa hambar dan seakan tak bermanfaat sama sekali.
Mencoba menelaah suatu kejadian, mencoba memberikan hikmah pada suatu peristiwa, mencoba membantu membenarkan apa yang kurang tepat, terkadang hal itu membuat kepala ini semakin geram, hati dan pikiranpun terlalu banyak berkompromi. Begitu banyak pilihan, hingga pada akhirnya keputusan akhir mencuat ke permukaan.
Tak puas dengan apa yang nampak, seakan telaahan membuatku banyak bertanya, seakan aku terus berasumsi untuk mendapatkan mana yang tepat untuk diterima, dicerna, dan diterangkan. 
Berada di dunia 3 dimensi adalah hal yang sewajarnya, namun terkadang aku melewati batas daya logik, terbang menyeberangi dimensi lain kadang terlihat menarik, namun tak semerta merta semua berpindah ke dimensi ke 4. Aku hanya menerawang dan mengamati dimensi itu dari pertengahan dimensi diantara keduanya.
Seperti yang aku lihat di kartun televisi rumahku, setiap orang pergi dengan digimonnya dan mereka bisa berevolusi, setiap orang mengeluarkan jurus untuk memanggil kyubinya,  aku senang menonton film kartun ini bukan karna ini adalah kartun, tapi disini nampak jelas ada makna terdalam yang ingin disampaikan bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia ini.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
PENDAKIAN GUNUNG KERINCI 3805 Mdpl
"Puncak bukanlah tujuan, melainkan bonus dari sebuah perjuangan. Apalah arti pencapaian jika jiwa terancam, maka keselamatan adalah segalanya, pergi begitupun pulang, semuanya harus dalam kondisi yang sehat, baik raga, jasad, maupun rohani, karena orang yang kita sayangi sudah menunggu dirumah. Mencintai dan menjaga alam adalah sebuah keharusan, tapi menjaga diri, sikap dan perilaku adalah tanggung jawab besar kita sebagai Manusia"-Geopacker.
Tumblr media
Kawah Gunung Kerinci ...
14 Agustus 2014 perjalanan itu dimulai ... Petualangan baru sudah ada didepan mata, mencoba menikmati gunungapi tertinggi di Indonesia, yang tak lain merupakan atap Pulau Sumatera, Gunung Kerinci 3805 Mdpl menjulang tinggi dengan gagahnya. Keinginan tetaplah keinginan, jika Tuhan berkehendak maka semuanya akan berjalan, dan jika tidak berjalan, percayalah akan ada hal baik yang sudah di persiapkan oleh Nya. 
5 Agustus 2014, Rumah Sakit, Cikampek, Jawa barat.
Pagi itu setelah dua pendakian yang melelahkan "Papandayan dan Cikurai, Jawa Barat, Tektok 2 hari 2 Gunung" akhirnya gua terkapar lemas dengan infus di lengan, hari ini gue harus menerima kenyataan kalau gue dikabarkan dokter terkena tyfus, dan itu artinya gue harus istirahat total 2 minggu ke depan.
Faktanya adalah tanggal 14 Agustus ini 1 kursi pesawat udah gue pesen buat ngebawa gue terbang menuju Jambi. Apa gue harus melanjutkan trip ini atau mengurunkan niat buat berangkat dan tidur santai dirumah?
8,9,10,11,12,13 Agustus 2014, Kamar Tidur.
Masih ditempat yang sama, dengan pola hidup yang sama, minum obat, makan, tidur, berdo'a, cuma itu aktivitas yang gue lakuin seminggu belakangan ini, berharap badan bisa cepet fit.
13 Agustus 2014, demam gua udah turun, artinya ini kabar baik buat gua,walau badan masih sempoyongan, kepala masih pening, yang penting gue udah sedikit sehat, walau belum sembuh total.
Dengan sedikit menaikan mental, gua meminta izin sama ayah dan ibu supaya bisa berangkat esok hari, walaupun gua juga tau resiko apa yang bakal gua terima kalau maksa berangkat dengan keadaan kayak gini, kalau enggak sembuh???, ya .... sakitnya makin parah.
Tapi keinginan tetap keinginan, orang tua gua gak bisa nolak permintaan gua, cuma tentu gua harus tau diri kalau sekarang kondisi gua masih belum fit, jadi gua harus ikutin peraturan yang ada, makan teratur, minum obat teratur, jangan kecapean, pokoknya kali ini gua dituntut buat sayang sama badan gua sendiri, walau faktanya gua bakal uji ketahanan tubuh di pendakian ini.
14 Agustus 2014, Bandara Soekarno Hatta. Berangkat !!!
Perjalanan kali ini gue ditemani 3 Dokter, tepatnya 1 Dokter dan 2 Calon Dokter. Ke-3 orang ini adalah Mahasiswa Kedokteran terkemuka di Makassar. Mereka mempunyai hobi yang sama, membantu orang dan mencintai jagad raya. Mereka adalah Ka Rifal, Harlan dan Fadhil.
Bandara Soekarno-Hatta, 14 Agustus 2014, 11.20 WIB
Dengan 4 Maskapai berbeda akhirnya kami berangkat menuju Bandara Sultan Thaha, Jambi. Waktu tempuh Cengkareng - Kabupaten Jambi adalah 1.5 jam, jadi duduk santei dan berdo'a semoga selamat sampai tujuan. Bismillah.
Tumblr media
Berangkat ...
Tumblr media
Duduk Manis ...
Tumblr media
TouchDown ...
Bandara Sultan Thaha, Kabupaten Jambi 12.15 WIB
Yang tiba pertama di lokasi adalah gue, abis itu Fadhil, Harlan, baru ka Rifal. Setelah ini kami mau istirahat sejenak di rumah temen gue yang tinggal Jambi, lumayan lah ya kebetulan dia lagi libur. Gue mau ngerepotin dia sembari nunggu travel yang bakal jemput jam 18.00 WIB nanti.
Istirahat sejenak di Rumah andri, dia adalah temen gue dari Jurusan Geologi di salah satu Universitas yang ada di Bandung. Sambil silaturahmi, istirahat, ngecharger, sambil makan gratis... hahaha. Pokoknya repotin temen lah selagi sempet.
Perjalanan 12 Jam Kabupaten Jambi - Kerinci, 18.20 WIB
Gue kebagian tempat duduk paling belakang, bertiga sama Harlan dan ka Rifal, sedangkan Fadhil duduk manis nemenin sopir sepanjang perjalanan dengan jendela terbuka dan angin yang menghembus kencang "masuk angin, mampus luh dhil ...".
Malem itu kami kebanyakan tidur dari pada merhatiin jalan, apa yang bisa diliat selain gelap, yasudahlah mending tidur, rehatin badan.
Tugu Macan, 15-Agustus-2014, 08.00 WIB
12 Jam perjalanan akhirnya sampe juga di lokasi, kami akhirnya sampai di pasar kabupaten Kerinci, dari situ kami naik angkot sampe Tugu Macan yang merupakan titik pertama pintu gerbang pendakian Kerinci. Lumayan murah, Rp.15.000/orang.
Tumblr media
Mentari Pagi Bersinar Lagi ...
Tumblr media
Itu Kerinci Ketutupan Awan ... Subhanallah.
Tumblr media
Tugu Macan ... (Rifal, Harlan, Fadhil, Gue "Rafli") ...
Tumblr media
Team Work ...
Tumblr media
Siap Berangkat ...
Dengan ditambah 3 teman baru kami siap berangkat.
3 temen baru itu 2 diantaranya adalah perempuan, lumayan lah ada pemanis buatan, panggil aja mereka Iim dan Tiwi, 1 lagi adalah makhluk yang seharusnya di lenyapkan dari muka bumi, tapi kalau gak ada dia perjalanan ini mungkin bakal kerasa sepi, panggil aja cah tengil ini dengan nama Yonggi "mungkin kalian kenal dia???".
Tumblr media
Siap Berangkat ...
Biaya sewa mobil dikenakan tarif Rp.10.000/orang, ya setidaknya hemat tenagalah ..., soalnya kalau jalan kaki mungkin 2 jam baru nyampe pos pendakian dengan bawaan yang banyak ini.
Sebelum pendakian pastinya kita harus registrasi dulu di posko, nah untuk kali ini dikenakan tarif Rp.3.500/Orang, Lumayan murah lah ya. 
Pintu Selamat Datang Gunung Kerinci, 09.45 WIB
Tumblr media
Lanjut Boy ...
Tumblr media
Taman Nasional Kerinci Seblat ...
Tumblr media
Pintu Rimba ...
Tumblr media
Hutan Hujan ...
Mungkin ini alasan dibilang rimba, jelas aja, hutan disini merupakan hutan basah, dimana intensitas ujan cukup tinggi, beceklah sudah. Pohon ditempat ini emang rindang, bahkan cahaya matahari gak bisa tembus, pantes aja macan doyan tinggal disini. Semoga kita gak ketemu lah ya sama raja utan satu ini ...
Tumblr media
Istirahat Ces ...
Tumblr media
Bangku Panjang ... Pos1 ... 10.16 WIB.
Setelah 1 jam perjalanan dari pintu rimba akhirnya sampe juga di pos 1, Pos Bangku Panjang ... Kenapa dibilang bangku panjang? Soalnya disini ada batu panjang yang sengaja dibikin buat istirahat para pendaki#mungkin.
Tumblr media
Istirahat itu emang nikmat ...
Perjalanan dilanjutkan, dan akhirnya sampe di Pos 2 ... Batu Lumut namanya, Kenapa dibilang batu lumut? Karena ada batu disini pada lumutan #asumsi ... Waktu tempuh dari Pos 1 ke Pos 2 gak begitu jauh, cuma sekitar 40 menit.
Tumblr media
Batu Lumut ... Pos2... 10.57 WIB ...
Istirahat dulu deh, capeknya kerasa... trek dari pos 1 ke pos 2 dan menuju pos 3 masih sama, treknya basah, ada tanjakan dan sedikit tanah landai, dan yang pasti cuaca keliatan mendung, soalnya matahari ketutupan dedaunan yang rindang. Setelah 50 menit perjalanan akhirnya sampe juga di pos 3.
Sebenernya kecepatan bukanlah hal penting dalam pendakian, buat apa cepat jiga tidak menikmati, maka ketika hendak mendaki, ingatlah satu hal, tujuanmu untuk menikmati alam dan mensyukuri apa yang diciptakanNya bukan untuk menakhlukannya.
Tumblr media
Pondok Panorama ... Pos 3 ... 11.45 WIB.
Tumblr media
Poonnya gede banget ya brur ...
Tumblr media
Kayak ginilah treknya ... basah ...
Pendakian harus tetep dilanjutkan, dari pos 3 kami berjalan menuju Shelter 1. Pendakian masih dengan trek yang sama, kondisi becek harus kami jalani. Sesewaktu kami istirahat untuk menghilangkan rasa lelah dan pegal yang ada.
Sesampainya di Shelter 1 kami memutuskan buat istirahat, maklum perut udah gak bisa boong. Rasa lapar melanda, dan kami tentu harus makan untuk mengisi perut yang kosong. Saatnya dua koki beraksi, Tiwi dan Iim akhirnya memasak logistik yang kami bawa, dan mereka mengeluarkan masakan andalan, yaitu Rendang Spesial.
Tumblr media
Shelter 1 ...
Hujanpun turun begitu deras, dan itu artinya kami harus sedikit lebih lama beristirahat, sambil makan rendang ditemani segelas teh hangat ... semuanya terasa nikmat.
"Di Gununglah salah satu tempat yang membuat kita bersyukur dan menghargai pada makanan yang terkadang kita hamburkan, di Gunung kita menghargai betapa beharganya air minum yang sering kita tumpahkan, Ilmu hidup yang penting untuk dicerna, membawa manusia pada hakekat seutuhnya sebagai MakhlukNya dengan penuh rasa cinta dan syukur".-Geopacker.
Gunung yang mempersatukan kami, atau ini takdirNya. Mereka teman baru yang menyenangkan, bahkan mungkin setelah ini akan lebih dari itu. Berteman, bersahabat, saling menghargai satu sama lain semuanya terasa indah, inilah kita ... manusia, yang diciptakan bukan untuk sendiri, melainkan untuk berbagi, untuk menjadi seseorang yang bermanfaat, menjadi seseorang yang berarti.
Terkadang proses itu terasa sulit, wajar ... manusia mempunyai ego yang berlebih, tapi untuk mereka yang mau belajar pada sesamanya, maka merekalah yang akan mendapatkan hikmahnya. Kita memang bisa membuat sesuatunya sendiri, tapi tanpa mereka hasil itu tiada arti, tanpa arti semuanya hambar, maka dengan cinta segala sesuatunya akan terasa lebih renyah.
Shelter 2, 20.00 WIB ...
Mentari sudah tenggelam, yang tersisa hanyalah sorot lampu yang kami bawa dari rumah untuk penyinaran. Sesekali keluh kesah hadir memecah keheningan malam, tapi semua itu luntur oleh semangat kawan yang tiada henti terus ada bersama.
Mungkin sebelumnya kami tidak saling mengenal, tapi kini seiring berjalannya waktu, kami tau siapa diri, siapa kamu, dan siapa kami. 
Kini badan mulai terasa berat, kabut mulai menyelimuti asap, suhu udara sudah terasa berbeda, kini semua terasa dingin. Mencoba untuk semangat dengan tenaga yang tersisa. Kami mencoba mengisi energi dengan cemilan kami bawa, minum secukupnya, dan tentu berbagi.
 Shelter 3, 22.00 WIB ...
Mungkin ini sudah sangat larut, tadinya kami sempat berfikir akan mendirikan tenda di Shelter 2, tapi kata "tanggung" sudah masuk didalam pikiran kami yang sudah mulai membeku.
Bahkan rasa lelah itu sudah tidak ada, kami coba berfikir didepan akan ada tempat yang nyaman untuk kami bisa beristirahat. 
Tawa canda membawa semuanya lebih ceria, sembari melihat bintang, semuanya tersenyum. Gue dan Harlan mendaki paling belakang, dan disini kami saling bercerita tentang kehidupan.
Gue sangat menikmati pendakian ini, bahkan lupa bahwa gue baru terkena sakit typus seminggu lalu, mereka yang membawa semangat dan menumbuk mental yang meyakinkan, bahwa diri ini mampu untuk medaki. 
2 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Shelter 3, dan disini kami mendirikan tenda.  Malam itu gue, harlan, fadhil dan ka Rifal ada dalam satu tenda, sedangkan ka iim, tiwi, dan yonggi ada ditenda yang lain.
Semuanya nampak kelelahan, namun pancaran sinar rasa senang itu tidak dibohongi, kami begitu menikmati apa yang ada sekarang. Persiapan untuk besok menuju puncak Anggara, Gunung Kerinci, 3805 Mdpl. 
Tumblr media
Hunting Foto ...
16 Agustus 2014, 05.00 WIB.
Semuanya sudah untuk mendaki puncak, setelah bersiap dengan segala perlengkapan, kami berkumpul untuk berdo'a, semoga bonus itu bisa kami dapatkan atas perjuangan pendakian ini.
Trek berpasir siap kami lalui, dengan berhati-hati langkah kaki ini memilih pijakan supaya tidak terjatuh. Maju 1 langkah, mundur 2 langkah, kaki ini sudah lelah, tapi gue gak boleh berhenti, sebentar lagi sampai.
Tumblr media
Menanti Fajar ...
2 jam pendakian akhirnya kami sampai di Puncak Gunung Kerinci !!!
Tumblr media
Sunrise ...
Tumblr media
Just feel free ...
Tumblr media
Santei ...
Tumblr media
Golden Sunrise ...
Tumblr media
Awan ...
Tumblr media
Puncak Gunung Kerinci ...
Tumblr media
Puncak Gunung Kerinci ...
Tumblr media
Gunung Tujuh dari Puncak Gunung Kerinci.
Tumblr media
Smiley ...
Tumblr media
Yeay ...
Tumblr media
Golden Team ...
Tumblr media
Ada yang abis di Wisuda ...
Tumblr media
Semua senang ... Alhamdulillah.
Tumblr media
Magmadipa I Love U ...
Tumblr media
Just For You ...
Tumblr media
Salam Cinta dari Puncak ...
Semua begitu senang, menikmati panorama yang begitu sedap di pandang mata. Tapi ini bukan tujuan akhir, bonus itu akhirnya didapatkan, namun perjalanan belum selesai, saat memulai mendaki, maka kita harus siap untuk turun. 
Walau badan sudah lemas, tapi kami harus segera turun. Seharusnya kami ikut serta memeriahkan kemerdekaan Republik Indonesia esok hari, namun kami sadar diri, badan sudah lelah, logistik sudah habis, dan ini sudah lebih dari cukup kami menikmati Gunung Kerinci, kini saatnya Pulang, dengan selamat tanpa ada kurang satupun.
Saatnya Turun ...
Faktanya kami baru turun gunung setelah dzuhur, sekitar pukul 12.30 WIB. Rasa malas dan lelah harus kami lawan, hari ini kami sudah siap untuk turun gunung.
Perjalanan turun tentu lebih cepat, karena logistik yang kami bawa sudah separuhnya dihabiskan, persediaan minumpun kini sudah semakin menipis. Dehidrasi kini menghantui, tapi kami percaya, kami yakin bahwa kami bisa melalui semua ini bersama.
Dari Shelter 3 ke Shelter 1 menghabiskan waktu sekitar 5 jam, hari sudah mulai gelap. Istirahat sejenak dan berdiskusi bersama, apakah perjalanan turun akan kami lanjutkan, mengingat waktu yang sudah menuju malam.
Setelah berfikir sejenak, entah dengan pikiran dingin atau beku, tapi yang jelas kami harus turun hari ini, dengan kondisi pakaian yang sudah dipenuhi lumpur, dengan logistik yang sudah habis, dan persediaan air minum yang menipis, kami memilih untuk segera turun. Walau katanya turun di waktu malam itu cukup berbahaya, mengingat lintasan yang dilalui begitu terjal, becek, dan gelap. 
Kami dihadapkan tidak pada banyak pilihan, maka insting yang bekerja, dan do'a menjadi kunci utama dalam perjalanan pulang ini. Suara burung dan jangkrik, kini menemani perjlanan kami. Hutan ini sangat rindang, sedikit seram, dan kami kadang terkaget dengan suara hewan yang saling menyapa.
Raja Hutan semoga tidak sedang melewati trek yang kami lalui, tapi satu hal yang pasti kita tidak perlu merasa takut dengan segala hal yang akan terjadi, ketakukan yang membuat semuanya berantakan, karna pada hakikatnya hewan akan takut pada manusia, dan selama manusia tidak mengganggunya. Lantas bagaimana dengan hal mistik yang diceritakan orang-orang?
Semua tempat mempunyai itu, dan disinilah bagaimana cara kita memposisikan diri untuk saling menghargai, untuk saling berjalan dan meyakini eksistensi yang ada di suatu dimensi, maka semuanya tak ada yang perlu dikhawatirkan, dan satu yang penting, "Do'a" sebagai kunci, berpasrah diri, itu yang akan membuat semuanya tenang.
Pukul 23.00 WIB akhirnya kami baru sampai di pos pendakian, untunglah kami sudah sampai disini, semuanya terlihat kelelahan, dan tentunya kehausan, karna dari Pos 1 air minum kami sudah habis.
Saat ini gue dan Harlan lagi ngehubungin homestay yang bisa kami tinggali untuk beristirahat malam ini, dengan searching dan bertanya sana sini, akhirnya tempat itu kami tuju, dan tentu kami kesana dengan angkutan yang tadi siang mengantar kami ke pos pendakian. 
Homestay bagaikan tempat terindah saat ini, dimana kami bisa beristirahat, dan mengisi energi kembali. Semuanya tampak menikmati istirahat malam ini, begitupun gue ... dan Esok perjalanan akan dilanjutkan :)) ... Terimakasih semuanya,.
Thanks to Allah, Ayah dan Ibu, buat temen-temen di perjalanan, buat semuanya yang udah ada dan membantu.
Budget  Perjalanan :
Berangkat :
Tiket Pesawat Cengkareng-Jambi : Rp. 500.000,
Travel Jambi-Kerinci : Rp. 120.000,
Angkutan Umum Pasar-Tugu Macan : Rp.15.000,
Carter angkot Tugu Macan-Pos : Rp. 10.000,
Registrasi : Rp.5000,
Homestay: Rp. 50.000
Total : Rp. 660.000
Pulang :
Tiket Pesawat Palembang-Halim : Rp.380.000,
Travel Kerinci Jambi : Rp.120.000,
Bis Jambi-Palembang : Rp. 50.000,
Total : Rp. 550.000,
0 notes
geopacker · 10 years
Text
PENDAKIAN GUNUNG PAPANDAYAN
Tumblr media
Kawah Mt. Papandayan.
Gunung Papandayan merupakan gunung api strato yang dibangun oleh persilangan lava dan endapan piroklastik yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Desa Cisurupan terletak pada 7o19’ Lintang Selatan dan 107o44’ Bujur Timur.
Dalam catatan sejarah kegiatan Gunungapi Papandayan setelah tahun 1600 terjadi beberapa kali letusan/kegiatan vulkanik. Letusan terakhir  terjadi pada bulan November 2002 berupa letusan yang menghasilkan abu dan bom vulkanik. Sedangkan letusan besar yang diikuti oleh terjadinya guguran puing (debris avalanche) ke arah lereng dan kaki timur laut terjadi pada 11-12 Agustus 1772 yang menimbulkan korban jiwa lebih kurang 2951 orang dan menghancurkan lebih kurang 40 buah  perkampungan. (wikipedia.org)
Gunung ini masih memperlihatkan aktifitasnya, yakni berupa kawah yang masih mengeluarkan asap dengan bau sulfur yang cukup menyengat hidung dan mengganggu pernafasan, jadi kalau mau kesana jangan lupa bawa masker.
Garut, Rabu, 30 Juli 2014.
Pagi itu gua udah bersiap buat mendaki, rencananya gue bakal ngedaki berdua sama adek gua. Segala macem logistik udah masuk kedalam tas dan kami udah siap buat mendaki hari ini.  
Tumblr media
Kawasan Agropolitan Kec. Cisurupan
Dari Leles gua mengendarai motor menuju arah Pameumpeuk, waktu tempuh sekitar 1 jam, untung aja waktu itu jalan gak macet, makanya sekitar jam 09.00 WIB gue udah sampe di gerbang kawasan agropolitan. Sesampainya di pintu utama Papandayan, kalian bisanaik pickup ke pintu pendakian, soalnya jarak dari situ lumayan jauh, ya kira-kira kalau jalan kaki bisa makan waktu sekitar 2 jam. Berhubung gua bawa motor, jadi cobaan satu ini lewat dah.
Tumblr media
Pickup udah pada siap tuh.
Belum juga sampe pos pendakian, motor udah gak kuat buat ngelewatin trek yang sedikit terjal, alhasil adek gua harus jalan kaki. Baru juga berapa menit, dia udah engos-engosan, dan sekarang cuma ada 2 keputusan, balik atau lanjut ????. 
Tumblr media
Jalan.
Akhirnya gua berdalih sama adek gua, karna ngeliat kondisinya yang gak memungkinkan, dan motor yang kami bawa gak mungkin bisa ngangkut 2 orang, akhirnya dia gua suruh balik pulang ke rumah. Entah jahat atau baik, yang jelas itu keputusan terbaik buat dia dan motornya.
Tumblr media
Airnya jernih.
Tumblr media
Sky.
Tumblr media
Mt Cikurai from Papandayan.
Tumblr media
Pemandangan selama perjalanan menuju parkiran.
Setelah itu gua gak ada pilihan lain, dari pada gue jalan kaki dan kecapean, mendingan gue naik ojeg walau harus bayar Rp.15.000an, keluar kocek yang penting irit tenaga sob.
Sesampainya di pos, gua registrasi dulu sebelum masuk, biayanya cuma Rp. 7500, ya lumayan murah lah. Waktu gua masuk ternyata ada parkir luas buat wisatawan yang membawa kendaraan. Ternyata ini tempat emang bukan cuma buat pendaki, tapi  juga buat orang umum yang mau nikmatin alam.
Parkiran Mt. Papandayan, 09.52 WIB
Pendakian akhirnya dimulai, kali ini gue single fighter lagi, tapi jangan khawatir, ini tempat wisata dan yang jelas lu bakal ketemu banyak orang disini, dont worry be happy, camon Lets go baby ...
Dari Parkiran gua bakal menuju Pos 2, entah berapa lama gua akan berjalan, yang jelas disini gua fun treking, selow tapi pasti. Capek gua tiba-tiba hilang dengan pemandangan yang disajikan oleh gunung ini, sungguh eksotis. 
Asap dari kawah yang tebal, birunya langit, batu-batu yang teralterasi, sulfur yang membuat udara terasa berbeda, hijaunya pepohonan yang rindang, semuanya berkolaborasi memanjakan mata yang dari kemaren lelah dengan segala kegiatan yang melelahkan.
Tumblr media
Parkiran Mt Papandayan ...
Tumblr media
Pendakian siap dimulai.
Tumblr media
Siapkan fisikmu.
Tumblr media
Keren kan ...
Tumblr media
Bukit teralterasi .
Tumblr media
Selfie
Tumblr media
Intrusi ...
Tumblr media
Get Your Advanture ...
Tumblr media
Red and Yellow ...
Tumblr media
Sedap dah.
POS II, Mt Papandayan 10.44 WIB.
Waktu tempuh yang gak begitu lama, sekitar 1 jam gua udah nyampe di Pos II. Disini kalian bisa ngecamp atau beristirahat, mau makan dan minum juga bisa, soalnya ada warung di lokasi ini. 
Tumblr media
Mau Camping ?, Pengungjung Wajib Lapor... Biar Aman.
Tumblr media
Waroeng di Pos 2.
Tumblr media
Pos jaga.
Saatnya menuju Pondok Salada. 
Gua belum ngerasa capek, jadi perjalanan gua lanjutin mengingat hari ini gua gak akan ngecamp di ini gunung, karna gua gak bawa dome buat ngecamp, semangat tektok !.
Tumblr media
Let's Go ...
Pondok Seladah, Mt. Papandayan 10.58 WIB.
Gak butuh waktu lama buat sampe pondok salada ya kurang lebih jalan cepet 15 menit lah dari POS II.
Tumblr media
Pondok Salada ...
Tumblr media
Toilet Umum ...
Selanjutnya adalah menuju hutan mati, hutan disini mati bukan karna terbakar, melainkan karena kandungan tanah yang begitu asam yang disebabkan kandungan sulfur yang ada pada tanah tersebut sehingga menyebabkan pohon-pohon yang ada disekitar menjadi kering.
Perjalanan menuju hutan mati gak lebih dari 5 menit dari pondok Seladah.
Tumblr media
Hutan Mati ...
Tumblr media
Fun ...
Tumblr media
Selfie ...
Tumblr media
Camon ...
Tumblr media
Good Picture ...
Tegal Alun, Mt. Papandayan 12.23 WIB.
Tumblr media
Tegal Alun ...
Sebenernya jarak dari hutan mati menuju Tegal Alun gak terlalu jauh, cuma karna tadi gue nyantei dan sedikit tersesat makanya agak lama. Alhasil gunung ini bisa bikin capek gue lenyap untuk kesekian kalinya ... Woow ... Padang Edelweisnya mantapppp ...
Tumblr media
Padang Edelweis ...
Tumblr media
Little Sabana ...
Tumblr media
Water ...
Puncak, 13.20 WIB ...
Sebenernya puncak papandayan itu ada banyak, dan akhirnya kaki memilih puncaknya sendiri. Entah ini puncak atau bukan, yang jelas semua yang gue anggep puncak adalah puncak, bagian yang menonjol dari morfologi suatu gunung dan mempunyai elevasi lebih tinggi dari dataran sekitarnya.
Tumblr media
Magma ...
Badan udah lemes banget, ini waktunya gue turun. 
Setelah istirahat bentar di warung yang ada di Pondok Salada, selanjutnya gue mutusin buat segera turun gunung. Kali ini gue gak ngelewatin jalan pendakian awal, kali ini gue turun dari Kali mati yang langsung tembus ke arah kawah Papandayan. Faktanya ini lebih cepet dari pada pendakian tadi pagi. 
Tumblr media
Kabut udah turun, persiapan turun ...
Tumblr media
Turun ...
Tumblr media
Yellow and Green ...
Tumblr media
Jalan turun yang nyatanya lebih cepet ...
Setelah ini tentu gue gak langsung balik, sebelumnya gue nikmatin dulu air panas gratisan yang ada di pelantaran gunung papandayan, lumayan relaxaxi buat badan yang udah amburadul gak karuan. 
Tumblr media
Pelantaran Parkir Motor ...
Tumblr media
Mandi dah tuh ...
Tumblr media
Silika Amor (Warna Putih)
Tumblr media
Air hangat :) ...
Waktu udah menunjukkan pukul 14.30 WIB, dan gue udah ada di parkiran Mt Papandayan, saatnya shalat Dzuhur dan menunggu waktu ashar.
Gak lama sekitar pukul 15.30 WIB gue bersiap buat balik. Gue baru sadar tadi gue naik ojek, mungkin adek gue sekarang lagi enak-enakan tidur di rumah, dan motor itu lagi santei di mandiin sama pakde. 
Akhirnya gue mutusin buat nyari pickup, numpang sama rombongan lain. Setelah gue nanya-nanya dan sedikit berbincang dan so akrab akhirnya gue dapet tebengan gratis, karna rombongan ini emang bawa pickup sendiri. Alhamdulillah.
Thanks to Allah SWT, Ibu dan Ayah, rekan-rekan baru yang ada disepanjang perjalanan, Adek gue walau dia gak jadi naik, thanks buat semuanya. See u next trip.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
PENDAKIAN GUNUNG SANGGABUANA 1290 Mdpl
"Ada yang berbeda dari pendakian kali ini, semuanya terasa lebih dekat, jauh lebih sunyi, senyap, keyakinan diri yang hakiki menjadi kunci penentu kaki melangkah, dzikir dalam hati yang meyakinkan semuanya, menyebut asmaNya membuat hinar binar gelapnya hutan menjadi bercahaya, dan jalan menuju puncak kini terbuka selebar-lebarnya, Alhamdulillah"
Tumblr media
Puncak Sanggabuana ...
Tersesat atau Hilang ?
Cikampek, 16 Juli 2014 pukul 20.00 WIB
Malam itu entah apa yang merasuk ke dalam benak untuk menjawab rasa penasaran tentang satu tempat yang belum sempat gua kunjungi. Sudah lama rencana yang akhirnya menjadi wacana, Gunung Sanggabuana yang hendak ingin didaki hanya menjadi khayal dalam mimpi semata. 
Malam itu akhirnya gua berencana buat mendaki Sanggabuana, benak itu pula yang akhirnya membawa gua untuk mengabari teman yang ada di Karawang untuk ikut serta mendaki esok hari. Kesepakatan awal meyakinkan kami untuk berangkat di hari Senin nanti, namun semua berubah, karna satu hal yang gua takutin, ini hanya akan menjadi wacana kembali.
Kesepakatan baru telah dibuat, hasutan akhirnya dilancarkan, supaya teman gua mau buat berangkat besok sore dan mendaki esok malam.
Karawang, 17 Juli 2014
Setelah janjian, akhirnya gua bergegas buat berangkat menuju lokasi, Gunung Sanggabuana, Karawang. Gunung Sanggabuana merupakan gunung satu-satunya yang ada di Kabupaten Karawang, dengan ketinggian 1229 Mdpl gunung ini menjadi pembatas 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Purwakarta. 
Tumblr media
Mau Kemana ?
Dengan peralatan seadanya, satu dom, dan tas ransel berisikan makanan buat kami sahur, dengan sedikit tekad malam itu kami sudah bulatkan hati untuk mendaki.
Perjalanan menuju lokasi sekitar 2 jam dari Kota Karawang ke arah barat menuju kecamatan Pangkalan, Loji. Dengan sepeda motor akhirnya kami tiba juga di posko awal pendakian sekitar pukul 18.45 WIB.
Posko Pendakian Gunung Sanggabuana, 17 Juli 2014 Pukul 19.20 WIB
Tumblr media
Parkir dulu ...
Selepas shalat Magrib dan Isya akhirnya kami bersiap untuk segera bergegas mendaki malam itu. Satu hal yang pasti, gua dan mas Angga gak ada yang tau trek pendakian ini, maklum, kami berdua belum pernah naik gunung Sanggabuana sebelumnya. Nekad? Gila? Bodoh? tidak, malam itu kami dalam keadaan sadar dan tau resiko yang kami ambil.
Rencana hanyalah rencana, pendakian tetap dilanjutkan. Namun, hal yang tak direncanakan terjadi, mas Angga tiba-tiba sesak nafas. Untung saja waktu itu kami baru beberapa puluh meter dari posko awal. Pendakian ini tidak dapat dilanjutkan, karna gua gak mau sesuatu lebih buruk dan tak diinginkan terjadi. 
"Gimana mas? Masih Kuat?" Tanya gua ke mas angga.
"Masih fli, tapi dada sesek nih ..." Jawab mas angga sambil neken dadanya.
Gue sejenak diem dan ngebiarin mas Angga supaya bisa atur nafas dan relax, namun situasi bukannya membaik malah menjadi semakin buruk. Bulu kuduk gua tiba-tiba berdiri, seraya meyakinkan kalau gua harus segera bawa kami menuju posko pendakian awal. "Ada hal yang gak beres?" tanya gua ke dalam hati. 
"Mas, berapa persen keyakinan Mas Angga buat lanjut ngedaki?" Tanya gua gemeteran karna dingin.
"50:50 fli", Jawab Mas Angga jujur.
Karna gua juga udah ngerasa was-was dengan situasi yang ada, kekhawatiran gua yang takut akan kami tersesat karna gak ada yang tau jalan, dan bulu kuduk yang semakin gencar berdiri diiringi hembusan angin dari arah barat yang dari tadi meniupi kearah kami. 
Bulu kuduk berdiri ? Ada apa? Apa yang sebenernya terjadi? Apa yang sebenernya ngeganggu?  Apa yang buat mas Angga gak yakin buat lanjut? "Pertanyaan ini bakal gua bahas di tulisan selanjutnya. Insyaallah."
Akhirnya, kami berdua memutuskan buat kembali ke posko, dan malam itu terasa lenyap dengan rasa kekhawatiran dan keanehan yang kami berdua rasakan dipendakian yang baru beberapa langkah tadi.
Yang jelas gua gak akan nyerah, besok gua harus ngedaki sampe puncak, gak peduli sendiri, gak peduli haus, gak peduli kesesat, yang jelas gua yakin bahwa hari esok gua harus bisa sampe di Puncak Sanggabuana.
Posko Pendakian Gunun Sanggabuana, 18 Juli 2014 Pukul 05.20 WIB
Tumblr media
Pagi yang cerah ...
Pagi itu gua dan mas Angga terpaksa sahur dengan makanan seadanya, lumayanlah masih ada biskuit sisa semalam. Usaha yang bisa gua lakuin adalah minum sebanyak-banyakya, karena yang jelas badan ini pasti butuh asupan air mineral yang banyak.
Selepas shalat shubuh gua dan mas Angga segera bergegas mencoba kembali pendakian yang belum kami tuntaskan. Do'a gua shubuh tadi cuma satu, supaya diizinin sama Allah bisa sampe puncak Sanggabuana.
Tumblr media
Trek awal ...
Pendakian kali ini gua cukup beruntung, karna gak harus bawa beban berat dan tanpa bawa minuman, karna hari ini masih Ramadhan, dan artinya puasa harus tetap berjalan. Dengan nenteng kamera kesayangan, gua dan mas Angga menjajaki trek yang kami lalui semalam, kali ini berbeda, karena kami bisa melihat jelas medan yang kami lalui.
Awalnya semua terasa mudah, hingga seketika dipersimpangan jalan encok mas Angga kambuh, kali ini gua gak bisa bantu dia, karna kondisinya emang harus diistirahatin. 
Tumblr media
Sawah dan Ladang ...
Sial atau Beruntung?
Kedua hal itu gua dapetin di momen ini, beruntung, mas Angga encok, artinya dia gak bisa ikut ngelanjutin pendakian dan langkah kaki bisa gua percepat. Tapi, gua juga ngerasa sial karna pendakian kali ini gua harus uji nyali buat ngedaki sendirian.
Tumblr media
Spider Mom ...
Saat itu mas angga cuma bisa nyemangatin gua buat ngelanjutin pendakian, padahal dalam hati gua terus bergumam antara percaya gak percaya dengan apa yang terjadi. Ngedaki sendirian artinya ngelanggar hukum alam, hukum orang tua gua. Satu nasehat orang tua yang gak pernah gua langgar sebelumnya adalah : "KalauNaik gunung syaratnya minimal ada 3 orang yang nemenin." Kalian pasti paham kenapa mendaki harus ada yang menemani, iya ... kekhawatiran hal yang tak diinginkan terjadi, setidaknya ada orang yang bisa dimintai tolong. Tapi yang pasti buat gue, dikala hati sudah mantap dan yakin, maka lakukanlah, sejauh itu baik untukmu.
Note :
"Sejauh mata tetap memandang langit, selalu akan ada jalan untuk menapak, hutan berbisik kepadaku, bahwa dalam sepiku Allah selalu ada dimanapun dan kapanpun aku membutuhkannya dikala hendak tangan terangkat untuk berdo'a dan memujaNya".R.
Apa boleh buat, gua harus melanggar satu nasehat keramat itu, gua merasa berdosa, tapi gak apa-apalah, gua bisa minta maaf sesudah ini, kan bentar lagi lebaran.
Langkah kaki gua pacu terus menerus, meratapi nasib yang harus menerima keadaan bahwa kini gua di hutan sendirian, walaupun seutuhnya gua gak ngerasa sendiri. Monyet-monyet itu dari tadi terus bergelantungan dari dahan ke dahan ngeliatin gua, antara sedih sama seneng kini tercampur aduk. Seneng karna akhirnya ada yang nemenin dan nyautin omongan gua walau itu monyet, sedih karna kenapa monyet yang lebih bisa ngertiin gua disaat kesepian. 
Tumblr media
Lestari Hutanku ...
Laba-laba hutan, tupai, kicauan burung, dan suara beruk kini jadi teman setia gua di pendakian kali ini. Gua merasa beruntung mendaki sendirian, ada satu hal yang bikin gua tobat kali ini, gua jadi so alim gitu, so langsung inget sama Allah, sepanjang jalan yang bisa gua lakuin cuma dzikir, soalnya dengan ini gua gak ngerasa kesepian lagi, karna dengan ini gua gak takut kesesat, karna dengan ini hati menjadi jauh lebih tenang.
Tumblr media
Di Hutan, Sendirian ...
2 jam perjalanan telah ditempuh, hutan-hutan lebat kini telah gua lewatin, yang gua liat sekarang adalah kibaran bendera Merah Putih yang berkibar dengan gagahnya di Puncak Sanggabuana, dan saat itu gua disambut sama Coki, Anjing penunggu gunung.
Tumblr media
Rumah di Puncak ...
Tumblr media
Berkibarlah Merah Putih ...
Tumblr media
  Terpaksa Selfie ...
Sanggabuana bikin gua kaget, karna dipuncaknya ada banyak rumah yang isinya makam. Pada akhirnya gua ketemu keluarga Mang Ukay, yang sudah dari sejak tahun 2003 beliau menetap di puncak Sanggabuana untuk menjaga dan merawat pelantaran makam-makam ini bersama istri dan anaknya. 
Oh iya, ada satu hal penting disini, kalian gak usah pada bawa makanan dari bawah, atau minuman banyak-banyak, karna Istri Mang Ukay jualan minuman dipuncak Sanggabuana, tentu buat kalian para pendaki dan penziarah makam. Dari sini juga kita bisa liat Gunung Gede-Pangrango, berarti kalau gue turun kearah barat, gua bakal sampe di Bogor dengan Cepat, kalau kearah Timur gua bisa langsung sampe ke Cianjur, Subhanallah.
Tumblr media
Cah Gunung ...
Tumblr media
Warung Puncak ...
Setelah beberapa saat gua beristirahat, akhirnya gua harus segera bergegas turun gunung, karena matahari sudah mulai naik. Alhasil gua mempercepat tempo, karna gua takut kabut sebentar lagi turun, dan yang pasti disini bakal terlihat gelap karna cahaya terhalang kabut dan udara terasa lebih dingin.
Turun, loncat, jungkir, balik, akhirnya gua sampe juga disawah warga, setidaknya gua udah ngerasa aman udah sampe sini dan gak usah khawatir kalau tersesat atau mati kehausan.
Setibanya di Posko, semua ngerasa heran, karna faktanya jam menujukkan pukul 10.00 WIB, yang artinya gua naik turun gunung cuma 4,5 jam, hehehe. Cuma itu gak begitu penting, karna apalah arti kecepatan kalau gak selamat, yang terpenting adalah gua kali ini selamat tanpa kurang apapun, dan gua dapet banyak ilmu di pendakian tak terduga kali ini. Alhamdulillah.
Setelah semuanya usai, istirahat sejenak dan sedikit bercerita pendakian tadi ke Mas Angga, gua akhirnya memutuskan buat segera balik ke Karawang kota. Dengan keringat dan dahaga, gua mencoba buat tabah dan bersabar menghadapi kenyataan kalau buka puasa masih lama. 
Catatan pendakian kali ini :
-Jangan Lanjutkan Pendakian Jika Semuanya Tidak Dalam Kondisi Baik
-Jangan membaikan keadaan padahal semua itu buruk
-Jangan mendaki sendirian kalau ngerasa takut buat tersesat
-Bercerita dengan keheningan supaya pikiran tetap ada
-Berdzikirlah, karna itu yang membuat hati nyaman
Thanks for this trip Allah SWT, thanks to my parents, Mas Angga yang setia menemani, warga sekitar Loji, Mang Ukay dan keluarga, Mbah Asep, Monyet, laba-laba, tupai, burung yang setia menghibur di sepanjang pendakian.
See u next trip.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Pantai Bira, Sulawesi Selatan
Tumblr media Tumblr media
Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Tumblr media
Shalat Jum'at dulu ...
Tumblr media
Rest area Jeneponto ...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kuda asli Bulukumba ...
Tumblr media Tumblr media
Bira ...
Tumblr media
Hotel Pinggir Pantai ...
Tumblr media
Jagalah Kebersihan ...
Tumblr media
Home Stay ...
Tumblr media
Nongs di Pantai ...
Tumblr media
Pagi ngepantai dulu ...
Tumblr media
Pasir Putih Pantai Bira ...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
jajajajajaj
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Pendakian Gunung Prau, Dieng
         Gunung selalu membuat gue termenung, meratapi hidup yang sebenarnya. Semua terlihat kecil diatas sini, rumah-rumah yang terlihat mewah dibawah tadi seakan seperti karikatur mini yang ada pada suatu maket. Saat gue melihat itu, saat itu pula gue membandingkan semuanya, Its True, Its Real, “God is an Architecture”. Lantas, apa arti seorang manusia di bumi ini ? hanya sebatas titik, atau bahkan tidak, mungkin kita seperti bakteri yang harus dilihat oleh mikroskop yang menggunakan pembesaran bertriliunan kali.
Tumblr media
Sang Mentari Akan Bersinar Lagi ...
         Alam yang selalu memberitahu gue untuk tidak sombong, karena di bumi ini manusia tidaklah berarti apapun, manusia hanyalah makhluk yang berukuran mikro, menggantungkan dirinya pada alam. Tuhanlah yang memberikan nikmat terbaik untuk makhlukNya. Lantas, apa yang bisa manusia lakukan di bumi ini ? menjadi perusak atau perawat, menjadi perampok atau pemberi, menganiaya atau menyayangi. Satu hal yang gue tau, Tuhan hanya meminta kita untuk menyembahNya, Tuhan hanya meminta kita untuk bersyukur akan apa yang Ia beri, Tuhan hanya meminta kita untuk saling menghargai dan menyayangi, menghormati orang tua  menjadi penolong untuk orang yang kesusahan, menjadi sahabat alam yang baik, berguna untuk orang lain.
Tumblr media
Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu From Mt. Prau ...
           Gunung Prau Dieng memang merupakan gunung yang mempunyai elevasi yang cukup rendah dibanding deretan gunung lainnya di Jawa Tengah, yaitu sekitar 2565 Mdpl. Akan tetapi, gunung ini mempunyai sejuta manfaat untuk warga sekitarnya, dimana sebagian besar warga Dieng menggantung hidupnya dari dunia Pertanian. Mulai dari bercocok tanam sayuran kentang, kol, bawang merah, tomat, cabe, dan apa yang bisa ditanam dan menghasilkan mereka akan lakukan, termasuk buah Carica. Hal ini didukung dengan tanah Dieng yang subur, dengan pengairan yang cukup untuk mengairi ladang dan pupuk yang mudah didapat yaitu pupuk kandang campuran tahi ayam dan gabah.
Tumblr media
Puncak Mt. Prau ...
Semarang, Jum’at, 23-November-2014
            Hari itu pikiran gue lagi mumet banget, dengan rutinitas kuliah yang gak ada abisnya. Hal yang biasa gue lakukan kalau lagi kayak gini adalah pergi naik gunung, santai di pantai, atau sekedar liat bintang, intinya melarikan diri dari Tembalang, berharap sedikit masalah bakal ilang karena gue melupakannya. Tapi sebenernya semua itu percuma, “Masalah gak akan selesai kalau kita melarikan diri, alam bukanlah tempat pelarian, melainkan tempat untuk membuat pikiran jauh lebih tenang, hadapi dan jangan pernah takut”. Hening, segar, tenang, kosong, tulus, inspiratif, dan selalu membuat gue tersenyum saat merasakannya, itu yang gue dapet dari alam.
Tumblr media
Go Fight Win ...
            Sore itu gak mungkin ada orang yang mau gue ajak naik gunung, ini udah kesorean. Waktu kampus udah menunjukkan jam 3 tepat, siapa orang gila yang mau gue ajak berangkat dengan waktu yang mepet gitu. Dugaan gue salah, temen gue anak Sipil ngebales bbm gue dengan cepat, dan dia jawab “Ayok, tapi gue bisanya jam 8 malem abis basketan, gimana?”, tentu aja gue seneng banget karena akhirnya ada orang yang mau nemenin naik gunung. Tapi, semuanya percuma kalau gue cuma naik berdua. Note dari orang tua yang gak akan pernah gue lepas, “Ayah sama Ibu ngijinin naik gunung kalau kondisi badan gue lagi sehat dan yang berangkat naik minimal 3 orang”. Kata “3 Orang” yang selalu gue stabiloin pake warna ijo, dan itu udah ngelekat didalem otak gue, peraturan dari orang tua yang selalu gue patuhi, tapi mungkin sesekali gue abaikan.
            Ternyata gue masih kekurangan orang, inilah saatnya taktik bertindak, apapun yang terjadi gue harus berangkat malam ini. Gue tanyain ke temen gue anak Geologi yang kira-kira mau diajak naik gunung malem ini, gue bilang sama dia kalau temen gue anak Sipil banyak yang mau ikut naik. Akhirnya, dengan sedikit iming-iming, 4 orang adek tingkat gue mau juga ikut naik gunung bareng, walaupun mereka gue tipu, karena temen lain yang gue bilang banyak yang ikut, itu cuma 1 orang. Pokoknya itu gak penting, yang terpenting adalah malem ini gue bakal berangkat ber-6, 5 Mahasiswa Geologi dan 1  Mahasisa Sipil.
Tumblr media
Rheza, Afkar, Ogut, Dennis, Della, Wina ...
           Semua berkumpul di rumah bapak kos gue, alias sohib gue, temen seperjuangan kuliah, guru gym gue, pokoknya orang ini super duper the best, panggil aja Dimas Galih S.P. Malem ini gue berangkat dengan Formasi 2 Cewek, 4 Cowok. Kehadiran cewek ini sangat penting, membuat semuanya gak hambar, membuat semuanya berarti, membuat pandangan orang berubah, coba bayangin kalau yang berangkat 4 batangan, apa kata pak RT?, apa kata ibu Laundry gue?, dan apa kata mantan-mantan kalian?, semuanya bakal bilang gue pedofil atau kelainan“Kata yang booming akibat Emon di tangkep di Polsek Sukabumi”, atau entahlah kata apa yang akan mereka lontarkan.
Tumblr media
Best View ...
            Adek tingkat yang gue ajak adalah orang-orang yang sebenernya sering gue hasut, sering gue bully di departemen bernama “Humas”, panggil aja mereka Afkar dan Dennis, duo sejoli ini paling laku digembrongin cewek-cewek karena paras ganteng mereka. Kemudian 2 cewek yang akhirnya mau ikut adalah cewek-cewek inosen kalau lagi ngadepin makhluk yang bernama cowok, panggil aja Wina dan Annisa Della M.P, sebenernya mereka punya karakter yang berbeda, tapi keduanya anti sama yang namanya #Friendzone, hmmm atau kebalikannya ???. And the last, temen gue anak Sipil adalah orang yang pertama kali mau gue ajak backpackeran ke luar jawa, yap, dia adalah Rheza Surya, cah penggila kaskus, yang sampe sekarang masih Jomblo #Ngacawoy!!!.
Sumurboto 1/13, 21.00 WIB
          Rencana tetap rencana, semua orang yang meng-iyakan berangkat pukul 20.00 WIB gak kunjung dateng sampe sekarang. Dari mulai yang lagi rapat, pesen nasi goreng buat dibungkus, sampe gak ada yang nganterin dia buat ke lokasi kumpul. Sudahlah, gue Cuma bisa nunggu, apa daya tanpa mereka gue gak akan pernah bisa berangkat.
Tumblr media
Beautifull view ...
            Sekarang semuanya udah kumpul, selepas pamitan sama bapak kos kami berdo’a bersama, semoga pendakian malam ini bakal ngasih pengalaman yang luar biasa, menyenangkan, menyehatkan, dan tentunya selamat pergi dan pulang. 3 motorpun siap berpacu dengan waktu, karena perjalanan Semarang-Dieng memakan waktu yang gak sedikit, kami harus melewati 3 kota, yaitu Ambarawa, Temanggung, dan Wonosobo dengan waktu sekitar 3-4 jam kalau gak macet.
Tumblr media
Good Flowers ...
         Perjalanan gak berjalanan mulus, di Ambarawa lagi ada perbaikan jalan, jadi fakta nyata yang kami terima adalah ... Macet Total !. Berkilo-kilo meter harus kami lewatin dengan cara menyalip mobil-mobil yang dari tadi gak bisa gerak sama sekali, semua kendaran matiin mesin mobil, dengan sesekali berjalanan saat mobil didepannya bergerak melaju beberapa meter.
Temanggung, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 00.15 WIB “Istirahat Sejenak ...”
         Sekitar pukul 12.00 malem gue sama Rheza akhirnya sampe Alun-alun Temanggung, sedangkan yang lain tertinggal jauh di belakang, kami memutuskan berhenti di warung makan nasi Goreng buat istirahat sambil nunggu yang lain dateng. Sekitar 15 menit akhirnya mereka tiba, dan memutuskan buat makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Pukul 00.45 WIB akhirnya kami melanjutkan  perjalanan, setelah Temanggung kita bakal ngelewatin Wonosobo. Jalan Raya Temanggung-Wonosobo, disinilah kalian bakal berjalan diantara 2 gunung, Sindoro-Sumbing namanya. Mereka saudara kembar yang tetap setia bersanding selamanya.
Tumblr media
Sindoro-Sumbing ...
           Semua mulai terasa dingin, perbedaan elevasilah penyebabnya, saat naik beberapa ratus meter maka suhu udarapun akan turun beberapa derajat. Ini baru dimulai, gue gak boleh kalah duluan, apalagi sama dingin yang mulai menghapus kenangan indah gue bersama mantan.
Dieng, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 03.00 WIB “Sampe Juga ...”
            Akhirnya gue bisa melihat plang bertulis Welcome To Dieng Plateau, ini artinya petualangan sebenernya akan dimulai, pendakian yang gue inginkan tadi sore akan tercapai bersama 5 rekan gue. Tapi, kini pikiran dan badan gue jadi beku oleh dingginnya suhu Dieng yang bener-bener menusuk badan, yang gue perkirain suhunya sekitar 14 derajat Celcius.
Tumblr media
Freedom ...
            Motor gue berhenti di basecamp yang bakal kita pake buat naro beberapa barang, sedangkan yang lain berenti di warung sebelum basecamp. Karena mereka kelamaan, akhirnya gue menyusul mereka ke warung tempat mereka berenti. Ternyata mereka lagi asik-asiknya minum air anget dan menghangatkan diri didepan arang yang dibakar. Yang bisa gue lakuin buat ngangetin badan saat itu adalah mendekatkan diri dengan arang tadi. Susu hangat yang barusan gue pesen akhirnya datang, susunya masih panas, sehingga kalau gue minum saat itu, mungkin mulut gue bakal kepanasan dan memerah. Beberapa saat kemudian, susu panas udah mendingin, ini menandakan bahwa suhu disini bener-bener diluar batas normal. Ini musim panas, dan berarti musim dingin di Dieng.
Tumblr media
Drama ...
            Setelah semuanya selesai dengan makanan dan minuman yang ada, akhirnya gue memutuskan buat membawa mereka ke basecamp, menyambangi Rheza yang dari tadi udah nunggu lama dengan secangkir kopi hangatnya.
Dieng, Sabtu, 24-Mei-2014 pukul 03.30 WIB “Pendakian Di Mulai” ...
           Gue memutuskan untuk tidak membawa apapun selain tas kamera, sedangkan 2 cewek yang gue larang ngegendong barang apapun, mengindahkan apa yang gue katakan, mereka mutusin buat bawa tas yang mereka bawa dari Semarang.
           Naik Gunung Prau gak selama yang dibayangin kok, treknya juga cukup bersahabat untuk pendaki pemula. Pendakian kali ini gue berharap, semuanya berjalan lancar, semuanya menikmati pendakian, gak ada yang terluka, semuanya saling menjaga, fisik kami disehatkan, dan mental kami dikuatkan.
Tumblr media
Geopacker...
           Pada awalnya kami harus melewati pemukiman warga dan sedikit mendaki dengan anak tangga. Setelah 15 menit barulah jalan setapak yang rata menghampiri. Rasi bintang dilangit menemani pendakian malam itu, begitu indah. Walaupun bulan tertutup oleh awan hitam, namun bintang-bintang memancarkan pantulan sinarnya dan menerangi bumi seketika. Sayang sekali, bintang malam itu tidak dapat kami abadikan dalam foto, tapi apalah arti sebuah gambar, yang terpenting adalah indahnya panorama yang tersaji berhasil tertangkap oleh mata dan hati, memberikan senyuman pada setiap pijakan pendakian.
Tumblr media
Up Up Up ...
“Janganlah terburu-buru untuk menggapai puncak, karena hal itu akan percuma jika kita malah lupa untuk menikmati pendakian yang ada”.
            Rekan pendakian adalah segalanya, ketika salah satu dari mereka ada yang merasa kelelahan, maka berhentilah untuk istirahat sejenak. Selalu pastikan semuanya dalam kondisi baik, yang terdepan adalah yang memimpin pendakian, yang memastikan jalan didepan dapat dilalui, dan pastinya selalu melihat kebelakang untuk melihat rekan lainnya baik-baik saja.
Tumblr media
Geopacker ...
           Pada saat pendakian ada beberapa masalah kecil yang menghampiri, Wina tiba-tiba merasakan mual dan sesak, maka kami beristirahat sejenak. Pada saat pendakian, tekanan udara di gunung akan sangat menekan, elevasi yang semakin bertambah, pasokan oksigen yang menipis, memaksa kita untuk dapat mengatur nafas dengan baik dari sebelumnya. Pada saat rekan merasakan sesak, maka janganlah panik, karena kondisi seperti itu sesekali dapat dialami oleh semua orang yang mendaki. Tetaplah tenang, dan situasi akan lebih baik jika tidak panik, lakukanlah apa yang harus dilakukan, tenangkan pikiran, ajak bicara dia, biarkan badannya menjadi relax kembali dengan sedikit beristirahat.
Tumblr media
Lets Go ...
             Sekitar satu jam kami sudah berjalan, ladang warga kini berubah menjadi hutan pinus yang rindang. Lampu rumah-rumah warga yang terlihat indah dari atas sini, selalu gue liat saat membalikan badan kebelakang. Panorama khas malam itu menyemangati kami yang sudah mulai kelelahan, bintang-bintangpun kini sedikit demi sedikit mulai tertutup awan, bulan yang tadi bersembunyi kini menampakkan sinarnya. Bulan sabit malam itu begitu cerah, ini artinya mentari pagipun akan bulat menyapa fajar.
Tumblr media
Blue Sky ...
             Waktu menujukkan pukul 04.20 WIB, adzan shubuhpun berkumandang, dan kami memutuskan untuk beristirahat kembali. Nafas udah mulai kerasa agak berat, capeknya badan dan cucuran keringat membuat adrenalin sedikit turun.
“Semangatilah dirimu dan rekanmu, karena dengan itu mental akan terbentuk. Dikala fisik tak mampu, maka mentallah senjata terakhir untuk berperang”.
           Ditandai oleh lembayung, mentari senja akan menampakkan dirinya kembali. Pukul 05.20 WIB kami sudah keluar dari hutan pinus, dan kini trek terjal harus dilalui. Arah tenggara membuat mata gue terhenti seketika, pesona Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu dapat terlihat dari atas sini. Beberapa foto gue ambil buat mengabadikan moment ini. Udah gak sabar buat bisa sampe puncak Gunung Prau, pasti semuanya akan terlihat jelas, bahkan dari atas sana Samudra awan akan terlihat.
Mt Prau, 24-Mei-2014 Pukul 05.45 WIB “Puncak ...”
Tumblr media
Mt. Prau 2565 Mdpl ...
          Setelah berjalan berpuluh-puluh menit, akhirnya kami sampai di atas Gunung Prau. Benar saja apa kata temen gue, “Perjuangan Minimal Dengan Hasil Yang Maksimal”, Dewi Mindasari,21-Mei-2014 ... Setelah beberapa bulan gak naik gunung, akhirnya bisa memanjakan mata kembali dengan view baru yang gak bisa gue ukir dengan kata-kata, semuanya nampak indah terlihat. Janji gue terpenuhi, membawa 4 adik tingkat gue sampe di puncak Mt Prau. Yang pasti mereka gak usah berterimakasih sama gue, tapi mereka harus berterimakasih sama pilihan yang mereka putuskan, sama Tuhan yang udah ngijinin kita sampe diatas sini tanpa hambatan yang berat.
Tumblr media
Feel So Good ...
           Tidak lupa kami sembahyang dan beryukur atas nikmat yang Allah berikan, kami tidak akan sampai puncak apabila Tuhan tidak menghendaki pendakian ini. Sesulit apapun mendannya, usahakan untuk berdo’a dan tetap menjalankan ibadah, agar Rahmat-Nya selalu ada untuk umat yang mau berdo’a dan berusaha.
            Semuanya meleleh oleh keindahan panorama yang tersaji. Beberapa jam kami habiskan hanya untuk mengabadikan moment ini, berjalan-jalan menikmati keindahan alam dari berbagai sudut gunung Prau. Terlihat jelas dari sini Jawa Tengah dari Utara ke Selatan, seolah Prau adalah pusat untuk melihat gunung-gunung di Jawa Tengah, Mt Ungaran, Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, bahkan bayangan Gunung Slamet terlihat dari sini.
Tumblr media
Puncak ...
            Dari Puncak ini kami bisa melihat Telaga Warna, Kawah-kawah Dieng, dan tentunya Lapangan Geothermal Geodipa yang uapnya terus mengepul. Dieng memang kayak akan sumber energi panas bumi, manifestasi berupa kawah-kawah itu menandakan bahwa magma yang masih aktif beberapa KM dibawah permukaan bawah tanah sana. Air Magmatik yang bertemu dengan air meteorit akan membuat sebuah reservoar Sistem Panas bumi, pada zona ini terjadi boiling, akhirnya mendidih dan memisahkan fraksi air dengan fraksi uap. Kemudian, akibat adanya retakan pada tanah, maka uap akan naik, dan karena adanya perubahan suhu makan uap tadi akan mengalami kondensasi dari fase uap menjadi fase cair kembali. Mineral-mineral lempung akan menjadi penutup yang baik untuk zona kondensar ini, maka panas bumi yang dihasilkan akan stabil dan tetap panas. Bayangin apa yang gue jelasin ini kayak kalian lagi masak aer, dan kompor adalah Heat Sourcenya.
Tumblr media
Telletubies ...
           Uap-uap yang ada kemudian dimasukkan kedalam pipa, dan digunakan sebagai penggerak turbin, maka inilah yang akan menghasilkan listrik. Inilah yang dinamakan pembangkit listrik tenaga uap. Sumber baru terbarukan inilah yang harus dikembangkan di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan Listrik Nasional, tentunya tidak dengan proses yang mudah, banyak hal yang harus dilalui. Mulai dari lapangan panas bumi yang memadai dan memenuhi syarat, sistem ekplorasi yang tidak murah, dan eksploitasi yang sering mengalami banyak gangguan. Di Pulau Jawa sendiri ada beberapa lapangan Geothermal yang masih aktif hingga sekarang, Kamojang (200 Mwe), Salak (337 Mwe), Wayang Windu (227 Mwe), Dieng (10 Mwe), Patuha.
Tumblr media
Kawasan Dieng terlihat dari sini ...
Tumblr media
Mt Praga ...
Tumblr media
Camping Ground ...
           Seakan melupakan waktu, tak terasa sudah 3 jam kami mengitari puncak Prau. Pukul 09.00 WIB, gue, Wina, dan Della akhirnya memutuskan untuk turun, menyusul Dennis, Afkar, dan Rheza yang tadi turun duluan karena kedinginan menunggu kami yang sibuk memotret view dari berbagai sudut Mt. Prau.
Mt Prau, 24-Mei-2014 Pukul 09.15 WIB “Turun Gunung ...”
            Trek yang kami lalui semalam, kini sudah basah, mungkin karena air yang turun terbawa oleh kabut tadi pagi. Kami harus berhati-hati melewati trek ini, apabila tidak, maka pantatlah yang harus menanggung akibatnya karena terjatuh.
Tumblr media
Turun Gunung ...
Tumblr media
Turun dari pucuk ...
Tumblr media
View saat turun ...
Tumblr media
Medan perang ...
Tumblr media
Jalur Pendakian ...
Tumblr media
Pohon Pinus ...
Tumblr media
Awas jalan licin ...
Tumblr media
Go Ladies ...
Tumblr media
Over all is Good ...
            Hutan pinus yang terlihat rindang semalam, memanglah rindang pada keadaan sebenarnya. Pinus-pinus terlihat indah, mewarnai keindahan alam sekitar yang ada di Gunung Dieng ini. Ladang-ladang warga terlihat seperti petak-petak yang biasa gue amatin di games Harvest Moon, semuanya terlihat seperti puzzle yang tersusun baik dan rapih. Rumah-rumah besar itu hanya terlihat seperti maket yang biasa gue amatin di tugas besar buatan Mahasiswa Arsitektur.
Tumblr media
Sistem terasering perkebunan ...
Tumblr media
Camon Ladies ...
Tumblr media
Jalur pendakian awal ...
Tumblr media
Jalan setapak semalam ...
Tumblr media
Sudah turun gunung ...
Tumblr media
Sejuk dan Menyehatkan ...
Tumblr media
Rumah Warga ...
Tumblr media
Anak tangga semalam ...
  Dieng, 24-Mei-2014 Pukul 10.45 WIB “Basecamp ...”
            Setelah 100 Menit berjalan menuruni puncak Gunung Prau, Dieng, akhirnya kami sampai juga di basecamp. Rasanya sakit, lelah yang harus diterima badan ini terbayar oleh keindahan panorama yang sejenak beberapa jam kami pandang dari atas puncak gunung. Semuanya dalam kondisi sehat, dan yang jelas selepas turun yang kami lakukan adalah membersihkan badan, memesan minuman hangat, dan mengambil makanan untuk perut yang dari tadi keroncongan.
Tumblr media
Basecamp, Alhamdulillah ...
            Dingin masih sangat menerpa siang itu, rasanya ini jauh lebih dingin dari semalam. Semuanya tertidur nyenyak tanpa bermimpi, dan terbangun karena kaki tidak diselimuti oleh sehelai kainpun, gue lupa memakai kaos kaki. Rasa dingin itu tak lantas membuat kami berdiam diri, maka yang bisa kami lakukan adalah berusaha menghatkan diri dengan menggerakan badan, kaos kaki gue lempar kini gue kenakan kembali.
Dieng, 24-Mei-2014 Pukul 12.30 WIB “Bersiap Kembali Semarang ...”
            Setelah sembahyang dzuhur, membayar makanan, minuman, dan registrasi pendakian juga penitipan barang, kami bersiap untuk kembali ke Semarang, siap menempuh 4 jam kembali. Kali ini jalan yang kami tempuh berbeda, jika kami lewat Ambarawa maka kemacetanlah yang akan menghadang. Maka gue memutuskan untuk mengambil jalur pintas, yaitu Tambi, Temanggung-Bandungan-Semarang.
Sumurboto 1/13, 24-Mei-2014 Pukul 16.00 WIB “Bersiap Kembali Semarang ...”
Akhirnya, gue sampe kembali di Sumurboto 1/13 dengan selamat, dan semuanya sudah kembali di kosannya masing-masing dengan kondisi yang sehat. Yang jelas, pendakian kali ini memberikan kesan menarik untuk gue pribadi. Keindahan Mt Prau yang gak ada abisnya, dinginnya Dieng yang kebawa sampe Tembalang, kebersamaan yang kami lalui, cerita-cerita yang terlontar saat kami kelelahan, tawa canda itu terasa renyah di dengar. Semuanya begitu nyata, semuanya ceria, dan kami menyimpan satu cerita yang sama dengan rasa berbeda. Mt Prau 2565 Mdpl, Thanks for Everithing You have God, thanks to all who fight together in this hike, thanks to my parent’s, friends, Rheza Surya, Dennis, Afkar, Wina and Della for this experience, you are the best for me.
See u next trip everyone.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Menganti’s Beach The Paradise from South of Kebumen’s
“Pantai adalah tempat menyenangkan buat gue melepas penat, dengan hembusan angin yang mengiung, deru ombak yang menujam, pasir-pasir yang saling terikat, membuat hati dan pikiran gue lebih tenang, dan disinilah tempat gue bisa menatap luas tanpa batas dunia, menyanjungi keindahan alam Sang Pencipta”.
Tumblr media
Sudut di Pantai Menganti ...
Tumblr media
Sampe Juga Pantai Menganti ...
 Minggu, 18 Mei 2014
       Hari Ke-5 pemetaan, gue beraharap lebih dari hari ini, harapan gue cuma 1, pemetaan selesai, maper senang, dan gue bisa minta uang jajan buat jalan-jalan gratisan. Hari ini gue masih harus pemetaan, tapi bedanya kali ini gue cuma metain lokasi yang isinya rumah warga, sawah dan ladang. Hari ini kerasa gak seberat dari hari kemarin, beban yang biasa kami bawa kini bisa kami tinggalkan, tinggal kamera gue dan peta yang dibawa oleh Tio dimasukan kedalam tas.
Tumblr media
Siap Cabut ...
      Benar dugaan gue, kami berangkat pemetaan sekitar pukul 07.30 WIB dan berakhir pukul 11.30 WIB tanpa melewati rintangan yang berat. Gak ada lagi bukit gamping menyeramkan yang harus lewati, semuanya kami lalui dengan sepeda motor yang Tio bawa. Syukurlah ini berakhir, artinya setelah dzuhur gue bisa ajak Maper gue buat jalan-jalan, tentunya pake duit dia.
Tumblr media
Pantai Karangbolong ...
       Tujuan gue hari ini adalah 3 pantai sekaligus, Pantai Karangbolong, Pantai Pasir, dan Pantai Menganti tentunya. Sebenernya 2 hari yang lalu gue udah ke Menganti sama temen-temen asmap yang lain, tapi waktu itu kondisi udah sore dan gue belum sempet mengintari semua area pantai, rasa itulah yang membuat gue kembali, “Penasaran”. Satu hal yang pasti buat gue “Eksploitasilah tempatmu tanpa tertinggal satu bagianpun, karena bagian yang kosong akan selalu menjadi pertanyaan besar untukmu dihari esok”, artinya kalau lu pergi ke suatu tempat wisata atau kemanapun, itarilah semua daerah yang ada disana, bagian-bagian yang mungkin masih bisa terjangkau, karena setiap bagian mempunyai sudut pandang yang berbeda, dengan keindahan berbeda pula.
Tumblr media
Goa Karangbolong, Miniatur "Cara Mengambil Liur Walet" ...
Tumblr media
Goa Karangbolong, Miniatur "Cara Mengambil Liur Walet" ...
Tumblr media
Pesisir Pantai ...
       Sekitar pukul 13.00 WIB gue sama Tio tiba di Pantai Karang Bolong, kami gak lama ditempat ini, karena masih ada beberapa destinasi yang harus kami datengin, tentunya pantai lainnya. Perut gue udah keroncongan, mau gak mau gue harus makan dan itu artinya Tio harus ngeluarin duitnya buat gue beli makanan. Lontong pecel, sate kepiting, goreng udang dengan minum teh hangat semuanya terasa renyah di mulut. Setelah kenyang dan Hunting, gue sama Tio pergi dari Pantai ini buat ke pantai selanjutnya yaitu Pantai Pasir.
Tumblr media
Pantai Pasir ...
Tumblr media
Pemecah Ombak ...
Tumblr media
Siap Melaut ...
Tumblr media
Blue Sky ...
       Gak banyak yang tau Pantai ini, pantai yang sangat jernih dengan hamparan pasir hitam yang dipenuhi dengan mineral kuarsa, ditampbah dengan tebing yang memecah ombak, membuat pantai ini sangat menarik untuk dinikmati. Yang tinggal di pantai ini adalah para nelayan, banyak sekali perahu yang menepi ditempat ini, semuanya tertata rapih. Biasanya para nelayan akan melaut pada pukul 16.00 WIB hingga malam tiba, dari mulai laut dekat dengan Kebumen hingga daerah Jogjakarta.
Tumblr media
Bukit Pantai Menganti ...
       Akhirya, The Best Of Place at Kebumen’s ... “Pantai Menganti”. Berada di kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Pantai Menganti dapat diakses sekitar 20 menit dari Pantai Ayah, dan 30 menit dari Pantai Karangbolong. Dengan biaya Rp.2500 dan uang parkir Rp.2500 kita udah bisa nikmatin Keindahan Pantai Menganti.
Tumblr media
Udara Kebebasan ...
Tumblr media
Tebing yang sama ...
Tumblr media
Saung buat ngedate ...
Tumblr media
Pecah Ombak ...
Tumblr media
Ini nih ...
Tumblr media
Menikmati Matahari Senja ...
Tumblr media
Collumnar Joint ...
Tumblr media
Sunset dimulai ...
Tumblr media
Ajipp ....
Tumblr media
Ombak ...
Tumblr media
Hanyut sudah ...
Tumblr media
All in one ...
Tumblr media
Pecahan Batu ...
Tumblr media
Batu dan batu ...
Tumblr media
Es Kelapa Muda ...
             Pantai Menganti memberikan sensasi yang berbeda dari pantai lain yang pernah gue kujungin, pantai ini memberikan sensasi yang membuat pengunjungnya betah berlama-lama untuk menyaksikan pesonanya. 
     Alhasil kami baru balik sekitar pukul 17.45 WIB dan sampe basecamp sekitar pukul 18.30. Hari ini sangat menyenangkan, tapi semua belum berakhir, karena gue masih punya 1 hari lagi buat gue ngabisin duit Tio. Hahahaha. See u Next trip.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
“Pemetaan Geologi Mandiri” Six Day’s, The Advanture at South of Central Java “Kebumen”.
“Seorang Geolog haruslah bisa melakukan Pemetaan Geologi, Pemetaan Geologi merupakan sebuah syarat wajib yang harus dimiliki oleh masing-masing pribadi Geolog. Geolog harus mampu menerjemahkan bahasa alam kepada Masyarakat umum ataupun Masyarakat Geologi kedalam sebuah Peta, yakni Peta Geologi pada khususnya. Pada semester tertentu, Mahasiswa Geologi akan mendapatkan tugas untuk melakukan hal ini, yakni “Pemetaan Geologi Mandiri”. Pemetaan dilakukan untuk mencoba sejauh mana kemampuan Mahasiswa dalam menginterpretasi alam dengan lingkup keilmuan Geologi”.
  Rabu, 14 Mei 2014
     Hari ini bukan hari libur, melainkan hari buat gue meliburkan diri alias bolos kuliah. Apa boleh buat, kontrak perjanjian  sama salah satu kaka tingkat gue udah ditandatanganin diatas matrei 6000. Kontrak yang berisikan gue di booking selama 6 hari buat ikut ke Kebumen, ditanggung segala kebutuhan hidup, dari mulai makan, jajan, tabungan, asuransi, dan segala macamnya. Bukan tanpa syarat, dibalik iming-iming yang nyatanya emang enak, gue harus menuhin satu syarat yang pasti gak bisa gue tolak, gue harus terima kenyataan, kalau selama 6 hari itu gue gak akan full liburan, karna ada misi penting yang harus diselesaikan yaitu “Pemetaan Geologi Mandiri”, dan tugas mulia gue ini diberi nama AsMap “Asisten Maping” atau biasa disebut “PORTER”.
     Ini taun ke-2 gue jadi Asmap, pengalaman satu taun lalu membuat gue ketagihan buat bersedia jadi asisten maping lagi. Taun lalu gue melakukan hal sama, menyetujui kontrak yang sebenernya gak gue pahamin sebelumnya. Kesepakatan gue dengan Maper bernama Andrean Firmansyah membawa gue kesituasi yang super pecah. Waktu itu lagi bulan Puasa, dan ternyata lokasi yang kami dapet itu daerah yang isinya padang Sabana dan Bukit Gamping. Kalian bisa bayangin, teriknya matahari di bulan Juli kala itu, ditambah dengan puasa yang membuat semuanya lebih menantang. Tapi, yang jelas gue banyak dapet ilmu saat itu, gue banyak belajar dari kaka tingkat gue tentang ilmu maping sebenernya, alhasil kontrak tetaplah kontrak, semuanya berjalan dengan baik dan menyenangkan. Pemetaan berjalan lancar, Maper senang dan gue bisa minta jajan buat jalan-jalan gratisan, haha.
           Kebumen, tempat yang bakal gue tuju sama Maper gue kali ini. Lu bisa panggil dia “Tio”, asalnya dari Tangerang, badannya tinggi tapi kerempeng, dan yang terpenting adalah hobinya ... “Jajan”. Kenapa yang terakhir penting buat gue, karena ini artinya gue juga harus punya hobi yang sama 6 hari kedepan, yaitu “Jajan Gratisan”.
Tumblr media
Siap Berangkat ...
      Pemetaan Mandiri dilakuin perkelompok dengan daerah penelitian yang berbeda-beda tergantung dari dapet Dosennya. Lokasi pemetaan ada yang di daerah Semarang, Ambarawa, Salatiga, dan tempat-tempat yang sekiranya bisa ditempuh dengan waktu 1-2 jam dari Semarang. Tapi, apa yang terjadi dengan kelompok kami, yang harus menerima kenyataan bahwa kavling pemetaan kali ini berada jauh dari Semarang, lokasinya berada di Selatan Provinsi Jawa Tengah, dengan waktu tempuh sekitar 4-5 jam itupun kalau lancar, sebut saja dia “Kebumen Beriman”. Waktu itu gue gak berangkat berdua, melainkan ber-16 orang, dengan jumlah yang seimbang antara Maper dan Asmap “8:8”.
Tumblr media
Makan Siang ...
        Dengan kendaraan bermotor dan pick up untuk mengangkut barang kami siap untuk berangkat. Sekitar pukul 09.00 WIB kami berangkat dari tempat pengisian bensin di sekitar kampus. Perjalanan kali ini akan melewati beberapa kota, dengan rute Semarang-Bawen-Ambarawa-Temanggung-Magelang-Artoz “Mall Magelang” belok kanan-Purworejo- Kebumen- Gombong- hingga Desa Redisari, Kecamatan Rowokele, Kebumen, Indonesia. Sekitar pukul 14.30 kami sampai di Desa Redisari, setelah meminta izin dengan aparat desa setempat akhirnya kami dibawa menuju Basecamp atau lebih tepatnya tempat tinggal sementara. Pada akhirnya kamar laki-laki dan perempuan dipisah bak pesantrenan.
Tumblr media
Perjalanan Magelang-Purworejo ...
Tumblr media
Taman Makam Pahlawan ...
Tumblr media
Sampe Juga ...
Kamis, 15-Mei-2014
        Acara inti akhirnya dimulai, Pemetaan Mandiri harus dilaksanakan, gue udah gak bisa nolak lagi buat gak bilang kata “tidak”, gue harus jadi orang yang strong dan gak nangis tapi yang terpenting adalah gue harus minta jajan yang banyak. Untungnya adalah, tempat maping kami adalah 3 Km kearah selatan basecamp, 4 km kearah Barat, 1 Km ke Timur dan 1 Km kearah Utara dari basecamp.
Tumblr media
STA 1, Formasi Halang, Bikin semuanya jadi menarik ...
       Basecamp adalah tempat untuk kami tinggal 6 hari kedepan, tempat kami melepas lelah dari kerasnya lapangan, melindungi diri dari teriknya matahari yang bisa bikin kulit terbakar, tempat sarapan dan makan malam datang, tempat dimana gue dan teman-teman yang laen nonton korea sambil gregetan, tempat dimana kami tiba-tiba suka sama Anime, semuanya ada di basecamp. Gue merasa beruntung karena basecamp berada di posisi yang strategis, lokasinya masuk kedalam lokasi pemetaan gue sama Tio, jadi kalau cape tinggal minta balik, leha-leha, minum es buah, terus tidur.
Tumblr media
Intrusi Andesit ...
      Gue gak akan cerita banyak tentang pemetaan atau apapun, yang jelas hari demi hari silih berganti dengan kegiatan yang gak jauh beda. Pemetaan Geologi, nyari kontak batuan, ngukur struktur, dibikin bingung sama singkapan formasi halang yang aslinya gue interpretasi itu adalah struktur Slump, ngukur strike/dip (pelamparan) perlapisan, deskripsi batuan satu dengan yang lain, dikasih pisang sama warga setempat di hari k-2, jalan sama temen-temen waktu maper lagi pada checking lapangan sama dosen di hari ke-3,  jalan di bukit gamping yang hampir bikin gue sama Tio mati di hari ke-4. Semua begitu alot, tapi hari ke-4 adalah final dari semuanya, karena di hari ke-5 kami cuma tinggal metain daerah alluvium. Daerah ini merupakan lokasi yang udah dipenuhin sama perumahan warga, sawah dan ladang, jadi yang bisa kami lakukan adalah analisa geomorfologi, kenampakan morfologi yang terlihat di lapangan, ngamatin bukit gamping dari jauh misalnya.
Tumblr media
Batugamping Formasi Kalipucang ...
       Selama maping gue gak pernah menyesal udah terlibat di acara macam ini, walaupun hampir dehidrasi waktu nyusur bukit gamping yang Cuma bawa air mineral 600 ml. Gue selalu merasa sewaktu di lapangan kita bakal diajarin banyak hal “Sabar, mental, fisik, sinkronisasi antara hati dan pikiran, kerjasama, tolong menolong” semuanya jadi paket yang utuh. Gue seneng kali ini jadi Asmap lagi, karena ilmu yang sekarang gue miliki udah lumayan bisa gue aplikasiin penuh di lapangan, intinya gue gak pahpoh lagi macam waktu semester 1.
Tumblr media
STA 5 ...
Tumblr media
Sate Bebek Khas Banyumas ...
Tumblr media
Sate Kepiting Kecil ...
        Enam hari udah cukup buat kami melakukan pemetaan 4x4 Km, udah cukup buat gue ngabisin kantong Tio, cukup buat jalan-jalan, cukup buat ngajarin semuanya betapa kerasnya lapangan Formasi Kalipucang yang isinya bukit gamping, cukup buat gue ngenal warga sekitar dan deket sama mereka, cukup buat gue nelusurin Pantai Selatan Kebumen “Pantai Karangbolong, Pantai Menganti, Pantai Pasir, Pantai Ayah” dan Pantai Jetis di Cilacap, udah cukup buat gue masuk ke goa wisata yang fenomenal di Jatijajar, Kebumen, lokasi yang pernah dijadiin tempat shooting Mr Tukul Jalan-jalan “Goa Jatijajar”, udah cukup buat wisata kuliner gratisan “Sate kambing, sate bebek Banyumas, sate kepiting Karang Bolong, goreng udang, soto khas jatijajar, gula aren yang langsung produksi di Kecamatan Ayah”, semuanya begitu menarik dan berkesan buat gue yang waktu itu lagi penat sama rutinitas perkuliahan, semuanya menyenangkan dan berjalan lancar karena kehendak Allah SWT.   
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Pantai Losari ...
    Gue masih gak nyangka kalau sekarang kita udah sampe di tanah Sulawesi, buat gue rasanya sama aja kayak di Jawa. Semuanya terasa sama, atau mungkin karena dimanapun gue berada hati gue masih sama ... masih dengan kekosongan, masih dengan nama yang sama, mencoba mengisi dengan sesuatu yang baru cuma semua terasa hambar.
    Siapa yang gak tau pantai Losari ?, pantai yang udah jadi maskot Sulawesi Selatan sejak lama. Pantai Losari lebih terlihat seperti anjungan di pinggir pantai, menjadi tempat wajib yang harus dikunjungi oleh para wisatawan, menjadi tempat santai untuk masyarakat sekitar. Pantai Losari menyediakan semuanya, dari mulai kuliner sampai pemandangan yang memanjakan mata. 
     Warung-warung yang berjejer menyediakan cemilan untuk sedikit mengisi perut, makanan yang khas dari Makassar ini pun tak luput dari pandangan, namanya Pisang Epe "Pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah" itu untuk Pisang Epe Original. Pemesanan selai bisa disesuaikan dengan selera, ada rasa strowberry, durian, cokelat, kacang, semuanya ada tersedia.
Tumblr media
Makassar, Google Map.
  Spot-spot fotopun tak luput dari objek wajib wisatawan untuk berfoto ria. Tulisan-tulisan bertanda "City Of Makassar", "Bugis", "Toraja", "Mandar", "Pantai Losari", berbagai patung dari Kebo Bule, Perempuan yang lagi tenung, Patung Pangeran Makassar, Rumah Adat Makassar, semuanya tersusun rapih di Pantai Losari. 
Tumblr media
City of Makassar ...
Tumblr media
Toraja ...
Tumblr media
Mandar ...
Tumblr media
Losari ...
Tumblr media
Kebo Bule ...
Tumblr media
Bugis ...
Tumblr media
Just Pict ... 
    Coba kalau gue jalan sama My Girlfirend, halah semuanya gak mungkin, karena pada saat itu status di Facebook gue gak berubah, semuanya terpampang nyata dengan 6 huruf yang mutlak dan gak bisa diganggu gugat, yang membuat gue harus sadar diri dan menerima kenyataan kalau gue itu "Single" atau "Jomblo" #sudahlah.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Finally Sulawesi.
Tumblr media
Citra Landsat Google Map.
01-April-2014, Bandara Juanda
     Enggak kebayang kalau misalkan tadi kami ketinggalan pesawat, mungkin ceritanya bakal lain. Pada akhirnya sekitar pukul 18.10 WIB pesawat kami Takeoff, "Makassar, Iam Coming" Tereak gue di toilet pesawat.
     Yang bisa gue lakuin sepanjang perjalanan adalah baca majalah yang disedian maskapai, karena semua alat elektronik dari mulai televisi, radio, HP, semua harus dimatiin. Oh iya, ini pengalaman gue pertama kali terbang naik pesawat, rasanya itu ya biasa aja, sama kayak gue naik kereta, naik Ferry, naik Bus, cuma yang ngebedain disini ada Pramugari cantik yang siap melayani anda. 
     Terletak pada koordinat Lat : 05*08'34'' S, Long : 119*23'57'', kota Makassar merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Dengan letak geografis berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah Timur, dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. 
     Makassar tidak lepas dari unsur budaya dan wisata kuliner. Makassar sendiri mempunyai suku lokal yang disebut Suku Makassar, sedangkan suku yang signifikan di kota Makassar sendiri diantaranya suku Bugis, Mandar, Toraja, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Kuliner yang khas Makassar sendiri diantaranya Cotto Makassar, Konro, Sop Saudara, Palubasah, Pisang ijo, Pisang Epe, Kue Tori, Palubutung.  
    Selama perjalanan gue cuma memandangi gelapnya malam diluar jendela, coba kalau kami berangkatnya siang, mungkin birunya laut jawa bakal terpampang nyata didepan mata, Selat Makassar yang terkenal bisa kami liat, dan yang jelas foto sayap pesawat bisa gue ambil tanpa harus menggunakan Flash.
    Satu setengah jampun berlalu cepat, akhirnya pesawat mulai bersiap buat landing, sabuk pengamanpun gue pake lagi buat keselamatan, kursi yang tadinya miring kebelakang kini harus kembali tegap.
    Setelah turun dari pesawat hal yang gue lakuin pertama kali adalah ngambil uang di Atm, terus gue langsung ngehubungin teman yang tadi siang udah sms terus-terusan nanyain kapan kami tiba. Eria ngambil carirnya, sedangkan gue keluar bandara buat nyari temen gue yang barusan telfon kalau kami sudah ditunggu.
    Senangnya hati udah sampe di tanah Sulawesi, harapan gue dari awal semoga terwujud, list tempat yang siap kami kunjungi semoga terlaksana, Sulawesi kota Daeng, gue siap menjelajah sepuluh hari kedepan.
0 notes
geopacker · 10 years
Text
Ketinggalan Pesawat
   Mencoba bersantai ditengah kepanikan yang melanda, mungkin ini kesalahan, tapi kami mencoba berfikir positif dan berharap semoga pesawat yang akan kami naiki belum berangkat. 
Sidoarjo, 01-04-2014 16.45 WIB
   "Eria udah dimana tong?" tanya gua sama Rentong.
   "Katanya Eria udah di Bandara", kata Rentong jawab santei.
   "Jarak dari sini ke Bandara berapa lama mas?" tanya gue ke supir taksi.
   "Wah, sekitar 1 jam mas, belum lagi kalau macet", saut supir taxi.
   "Mampuse, gimana ini ... Pesawat kita kan jam 18.00 WIB, terus boarding pass kita kan di Eria" gue sedikit panik.
    "Aduh mas, kenapa gak berangkat dari jam 4 sore tadi?", tanya supir taxi.
    "Tadi kami kira jarak dari rumah temen ke bandara deket mas, jadi kami santei-santei aja", jawab Rentong menegaskan.
    "Yaudah mas, saya bakal coba ngebut supaya masnya gak telat", kata supir taxi yang bentar lagi berubah jadi SuperMan.
     Mobil pun di gas sampe kecepatan 120 Km/jam, gak kebayang kalau misalkan kami ber-4 harus ketinggalan pesawat cuma karena santei-santei, gak jadi berangkat dan harus beli tiket lagi. Dalem hati yang bisa gue lakuin cuma berdo'a dan sedikit panik tentunnya. 
     Bener aja, sekarang udah jam 17.10 WIB, dan kita baru setengah perjalanan. Semua orang panik, dan Eria juga ikut panik. Waktu berjalan begitu cepat, tanda peringatan yang ada di dalam mobil pun berbunyi, menandakan kecepatan melebihi batas maksimal. 
    Untung aja, supir taxi ini bener-bener bukan pembalap gadungan, semua mobil dia salib tanpa merduliin peringatan dari kantornya sendiri. Kalau kata dia "Kepuasan pelanggan adalah segalanya". 
    "Wuasiii ... macet total", didhut ikutan panik.
    "Raf, Eria nelfon lagi ni, katanya harus burur-buru dateng, soalnya udah mulai check in", kata Rentong.
    "Yaudah berdo'a aja semoga sampe tepat waktu" Gua coba tenang padahal panik banget.
     Setelah berubah jadi Ghost Rider, supir taxi meyakinkan bahwa kita bakal dateng tepat waktu. Setelah sampai dan membayar serta tak lupa mengucapkan terimakasih sama bapak taxi, kami bergegas berlari macem "Running Man", cuma sialnya gak ada yang ngedokumentasiin momen langka ini.
     Semua orang di Bandara menatap tajam sama kita, kepanikan yang melanda, ditambah keringat yang bercucuran udah jadi satu kombinasi yang saling terikat. Seolah-olah kita lagi maen game Realityshow di televisi swasta.
     "Ayo-ayo, kalian harus cepet masuk ke pesawat, udah dipanggil dari setengah jam yang lalu", saut seorang ibu-ibu berkerudung dan 2 orang Remaja didepannya.
     "Ini tiket kalian, cepet masuk .... Lari cepet", kata remaja cantik yang sambil tersenyum ngasih tiket dan ngasih semangat, sayangnya kami belum sempat berpelukan.
    Dalam hati gue, "Siapa mereka?", jangan-jangan ini emang lagi Realityshow dan kameranya tersembunyi. Yang penting adalah gimana caranya harus cepet masuk ke pesawat, check in segera dan menghentikan operator yang dari tadi memanggil nama kami. 
   "Kepada saudara Renda Faizal, Rafli Riandi, Muhammad Irfa Udin, Samdhya Paramatathya Karmmanya, harap segera masuk karena pesawat akan Take Off sebentar lagi" kata operator yang mungkin sedikit jengkel. 
     Yang jelas kami udah gak ngerti agi itu operator ngomong apa, setelah check in secepat kilat, kami masih ditodong dengan pajak bandara yang biasa disebut Airportax. Gue gak ngerti kenapa udah bayar mahal buat tiket harus bayar lagi buat pajak, apalah ini. Mau gak mau uang di kantong segera dirogoh dari dompet masing-masing, setelah bayar perjuangan kami belum berakhir.
    Berlarian kayak orang dikejar Terminator, sambil bawa tas carir yang mungkin sekitar 15 kg, tapi apalah arti beratnya beban kalau kami gak jadi berangkat ke Makassar. 
   Alhamdulillah bis masih setia menunggu kami, dengan muka supir yang cemberut kami berusaha mengatur nafas yang dari tadi enggak karuan. Di dalam sanapun ternyata masih ada Eria yang masih setia menunggu, dan pada akhirnya kami kena omel Eria. 
   Ada satu pertanyaan yang masih gue simpen selama kami lari ?, siapa ibu-ibu dan 2 remaja yang memberikan tiket kami tadi ?, dan pertanyaan itu gue tanyakan ke Eria yang lagi duduk tersipu dengan muka cemberut super kecut. 
   "Makasih ya tante Lie, kalau gak ada Tante mungkin semuanya berantakan" Eria menjawab telfon yang baru saja diangkat.
  Lah kok dia bilang tante Lie, ternyata yang tadi memberikan tiket itu tante Lie dan kedua anaknya. Rasa bersalah timbul dalam hati gue, tadi kami belum sempat ngucapin terimakasih, yang kami lakuin cuma lari kepanikan. Dari hal kecil aja menyebabin gue belum sempet kenalan sama anak gadisnya #Sudahlah.
   Akhirnya kamipun masuk ke dalam pesawat, kami baru sadar, bagasi yang sudah kami bayar itu sia-sia, tas carir yang dari kemarin kami timbang pake kiloan itu gak ada gunanya, berharap beban tidak melebihi kapasitas sebesar 15Kg cuma perhitungan matematika semata.
   Tas carir itupun kami masukan ke dalam kabin pesawat, para Pramugari yang harusnya ramah menjadi sedikit menyebalkan, wajar saja kami adalah orang yang ditunggu tunggu dari tadi, dan mereka harus menerima kenyataan kalau tas sege ini semena-mena masuk dalem kabin. Tapi yasudahlah, yang penting gue bisa menghela nafas panjang dan sedikit lega, menerima kenyataan bahwa sore ini kami mengalami hal yang cukup spektakuler dalam hidup, dan menerima fakta bahwa perjalanan menuju Makassar akan segera dimulai. 
"Yuhu ...."
0 notes
geopacker · 10 years
Text
12 Ours Before Take Off "Surabaya-Makassar" ...
Tumblr media
      Di rumah Gondel ... c.Samdhya Paramatathia Karmmanya
      Boarding pass kami menunjukkan waktu keberangkatan pesawat pukul 18.10 WIB dan sampai di Makassar pukul 08.20 WITA. 
    Akhirnya travel membawa gue keluar dari bencana ini, baju yang penuh keringet dan bau badan membuat badan udah gak betah dengan kondisi yang ada. "Mandi ... gue butuh mandii ..." sorak tereak badan gue yang tiba-tiba bisa ngomong. Perjalanan menuju rumah Osa sekitar 1 jam dari Stasiun Pasar Turi. AC mobil cukup membuat bau yang ada sedikit menghilang, membuat badan sedikit segar, membuat keringat berubah menjadi kristal es. 
    Sesampainya di rumah Osa yang kami lakuin pertama adalah salaman kayak lebaran, abis itu naro barang, dan selanjutnya rebutan kamar mandi supaya bisa segera bersih-bersih badan. Baju yang gue pake seharian selama perjalanan kemarin gue masukin kedalam plastik supaya baunya gak bertebaran. 
    Akhirnya badan gue merasa bersyukur karena udah bisa kebasuh sama air hangat kamar mandi Osa, otot-otot yang tegang dan mengeras menjadi lemas, sendi-sendi yang kaku menjadi kian elastis, dan pikiran yang kotor kini kembali bersih. Badan emang udah bersih, tapi perut keroncongan karna belum makan dari malem. Baru keluar dari kamar mandi akhirnya do'a terkabul, rezeki perut emang selalu ada, kayak rezeki anak yang baru lahir udah di tulis di Laumul Mahfudz. 
    Nasi bakar yang dibeli sama Osa kian menambah selera, sebenernya bukan karena rasa lapar yang udah melanda, tapi karena makanan kali ini adalah Gratis ... intinya "Free is better than anything, when you travel with minim budget", ini salah satu kelebihan dari silaturahmi, gratisan bukan hal yang tabu macam cinta gue yang gak karuan.
    Setelah istirahat beberapa lama, akhirnya kami memutuskan buat pamit dari rumah ini buat berkunjung ke teman kami yang lain, sayangnya trek menjadi dua arah gara-gara tragedi tadi pagi.
Surabaya, 01-April-2014 pukul 06.00 WIB.
"Jadi, siang ini kita bisa stay dimana?" tanya gue ke Eria.
"Ke temen nyokap gue yang ada di Surabaya aja gimana? tapi gue hubungin dulu ... coba lu bbm Osa, katanya dia masih di rumah, tapi dia balik Semarang jam 09.30 WIB," Kata Eria sambil coba ngasih secerca harapan.
"Yaudah, gue coba ngehubungin Mba Osa", kata Rentong yang nyoba ngehubungin.
    Semuanya nampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, gue sama rentong coba nge-bbm mba Osa, Eria coba ngehubungin Tante Lie temen mamanya, Didhut yang lagi ngobrol sama Pak Travel, dan MIU yang masih terlelap tidur dikursi empuknya.
    Akhirnya Osa ngebales bbm dan ngasih kabar gembira buat kita bisa tinggal sementara di Rumahnya, karena jam setengah 10 semua orang dirumahnya pergi, kecuali bibi yang selalu setia menjaga Rumah. 
"Abis dari Osa kita kemana?" Gue nanya lagi.
"Eh, tante Lie katanya bisa buat nampung kita dan siap nganter ke Bandara sore nanti." Kata Eria dengan wajah sumbringah.
"Gue barusan ngehubungin gondel, katanya maen aja ke rumahnya tapi dia gereja dulu sampe jam 11an baru di Rumah, terus udah gue iya-in kita kesana". Rentong dengan referensi baru buat tempat kami tinggal sampe sore sebelum take off.
     Berawal dari ketidakpastian, berakhir dengan banyak keputusan, inilah hidup selalu banyak pilihan. Semuanya udah kita janjiin buat silaturahmi, baik Tante Lie maupun Gondel "Panggilan sayang buat kawan kami bernama Agatha Armadhea". 
    Keputusan yang berat, dua janji, satu pilihan. Akhirnya gue berempat ke Rumah Gondel, Eria dengan tas ranselnya ke tempat Tante Lie. 2 Blue Bird "nama taxi" akhirnya dipesan dan meluncur dari sangkarnya. 
    Pada awalnya gue ngira tempat Tante Lie itu lebih jauh daripada Rumahnya Dhea, ternyata asumsi itu patah, karena Eria cukup ngeluarin budget Rp. 30.000 sendirian, sedangkan kami berempat harus ngeluarin budget Rp.100.000 /4orang. Artinya lokasi Dhea lebih jauh daripada lokasi Tante Lie, inilah pilihan yang udah gue pilih, semuanya penuh kejutan.
    Kerjaan gue di rumah Dhea adalah makan, tidur, nonton Smack Down, dengerin adeknya Dhea nyanyi, ngabisin makanan yang ada di meja tamu. Rumah Dhea berada di Siduarjo, begitu menyengat dan panas tapi semuanya sirnah dengan es teh manis yang dikasih sama bibi di Rumah dhea.
    Waktu menujukkan pukul 16.30 WIB artinya kami ber-4 harus segera pamit dan berangkat ke bandara Juanda, Surabaya.
    Hujan yang turun saat itu seolah membuat suasana lebih sendu, membaca akan perpisahan yang akan segera terjadi. Apa daya kita harus berangkat segera, kalau enggak bisa-bisa ketinggalan pesawat. Kalau ketinggalan artinya ...... "Liburan Gagal ...." , plan yang dua minggu direncanain sia-sia, makanan gratis yang kami makan bakal terasa hambar, tapi tenang ... semua masih asumsi.
0 notes