2021 (Tentang Teman, Maaf dan Rasa Terima Kasih.)
Halo, terima kasih ya. Saya tidak tau mau menulis apa, sudah beberapa bulan saya tidak bisa menyelesaikan tulisan yang saya mulai. "Dia Adalah Paskal Wicaksono" adalah tulisan terakhir yang saya selesaikan, setidaknya itu yang saya anggap terakhir, sisanya hanya lembaran cerita rumpang.
Maaf, untuk teman-teman saya, saya tidak bisa menulis surat pribadi untuk kalian tahun ini, postingan ini adalah alternatifnya. Saya perlu memberi tahu bahwa semua yang saya tulis pada dasarnya adalah apa yang saya rasakan, dan jika ketika kalian membaca dan merasa familiar dengan itu, bisa jadi kamu sedang membaca ceritamu.
Tahun 2021 memang mempertemukan saya dengan peristiwa serba ajaib. Dan lagi, 2021 juga mempertemukan saya dengan orang-orang keren yang kini sering saya ganggu kenyamanannya. Maaf untuk itu, terima kasih sudah sabar.
Terima kasih kepada orang-orang yang sudah membuat saya terlibat dalam banyak hal, orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena sudah pasti kelewatan, hehe.
Sekarang, saya akan berikan tulisan-tulisan rumpang saya kepada kalian, mungkin kalian mau membacanya, termasuk juga surat tahun baru 2022 yang tidak terselesaikan.
• Bantu Aku Membencimu
Pernah dengar kisah romansa masa muda yang biasanya serba tiba-tiba, dan terlihat begitu meyakinkan sekalian menyenangkan? Ada benarnya jika barangkali beberapa orang hanya merasakannya saat pertama kali medapatkannya. Selanjutnya hanya kemungkinan-kemungkinan yang berbaris menunggu waktunya. Di antara kemungkinan itu, beberapa orang ditakdirkan dengan keberuntungan tingkat dewa yang selalu mendapatkan kemungkinan baik. Tidak dapat dipungkiri, seberapa banyakpun kamu belajar, kita semua akan tetap pemula dalam cinta. Sesuatu yang rumit dan meneduhkan, tapi teduh yang was-was akan terjadi seperti kejatuhan batuan tajam dari langit-langit gua? Seandainya memang begitu, saya sangat penasaran apa yang harus dilakukan.
Saya Denada, seorang anak SMA biasa yang lumayan anti dengan cinta-cintaan semenjak rasa saya mati ketika pertama kali mencintai seseorang. Cahaya terang yang menguntungkan ketika gelap, tapi juga bisa ditutup karton tebal karena dianggap terlalu menyilaukan. Saya mengerti bahwa tidak ada orang yang bisa disalahkan ketika ini semua terjadi. Bahkan, untuk menyalahkan diri sendiri juga saya rasa hanyalah buang-buang waktu. Lebih baik menjadi antipati untuk sementara waktu. Lebih baik mencekik keinginan dan rasa untuk mengejar dan membatasi jarak untuk dikejar. Menjalani sehari-hari seperti sebuah rumah kosong di tengah-tengah pemukiman kota, sepi dalam keramaian.
Biarkan saya memulai cerita ini lewat mendeskripsikan seseorang. Cumi, seseorang yang hebat, seseorang yang kelihatan setia dalam urusan asmara. Seorang pelajar pintar yang lurus dan dikenal trampil. Kami bertemu di sebuah kafe terkenal di pojok jalan atas rekomendasi seorang kawan. Kami memiliki seorang teman yang sama, seorang makcomblang lebih tepatnya.
"Denada?"
"Benar, siapa ya?"
"Temannya Aryo, Bangun."
"Maaf, betul saya temannya Aryo, tapi saya tidak tidur, mas, saya sadar loh ini."
"Oh nggak, maksud saya, nama saya Bangun."
Pertemuan yang cukup kocak jika dimasukan ke sebuah cerita cinta untuk kemudian dimasukkan dalam otak-otak penulis hebat yang karyanya seringkali merajai toko-toko buku.
"Sudah kenal lama dengan Aryo?"
"Baru kemarin."
"Oh maaf sepertinya saya salah orang."
"Kenapa?"
"Kata Aryo, dia sudah kenal Denada sejak masih SD."
Tertawa lepas, Bangun tidak pandai membangun pembicaraan, kepolosannya meruntuhkan pondasinya. Nama yang gagal, atau barangkali tidak ditujukan untuk membangun sebuah pembicaraan.
"Terus, ada perlu apa ya, Mas Bangun?"
"Perlu apa ya?"
"Hah?"
"Oh ya, saya, nggak, cuma mau mastiin aja kamu temannya Aryo, banyak penipuan, kawan."
Darimanapun, saya bisa melihat dia sedang rikuh, dia ingin berkenalan dengan saya.
"Oh ya, salam kenal ya, Mas Bangun"
"Oh iya, gapapa"
(Belum terselesaikan sejak 23 Agustus 2021)
• Seorang Laki-laki dan Perempuan Berkata dalam Bus Kota
Perjalanan panjang adalah musuh besar beberapa orang, di antara mereka menganggap bahwa perjalanan panjang adalah pasar tak berujung dengan lautan manusia sudah tak terhitung jumlahnya, kalaupun bukan lautan manusia, mungkin lautan angin, lautan hujan, lautan setan atau lautan-lautan lain, mungkin juga termasuk lautan reklame. Mira, cenderung diam saja, kata-kata di otaknya hanya berputar pada pilar-pilar pikiran, menikmati dinginnya ac bus kota di malam hari. Dia duduk di kursi paling pojok, karena memang itu kursi yang masih tersisa longgar. Tidak terlalu buruk, sampai seorang laki-laki berumur 25 tahun datang, mengenakan setelan hitam-hitam dengan kacamata bundar, seperti gambaran tukang pijit muda di film-film yang pernah Mira tonton. Mira tahu dia akan duduk tepat disampingnya, walaupun tidak langsung, Mira merasa kesendiriannya terancam.
(Belum terselesaikan sejak 18 September 2021)
• Skara Dan Catatan Harian Seorang Hantu
Namaku Mehrunisa Bagaskara, seorang siswi SMA kelas 3 yang merangkap penulis lepas sebuah blog misteri remaja. Pernahkah kalian membayangkan melihat apa yang tidak seharusnya bisa dilihat oleh mata biasa secara langsung? Dan ceritaku di mulai dari sini. Di sebuah pagi, aku dan Sinta, temanku yang juga merangkap penulis tetapi bagian gosip, dia mendengar perpustakaan sekolah yang sudah tidak buka selama berpuluh tahun akan mulai dibuka kembali. Sesungguhnya, secara naluri, aku meyakini ini sebagai sebuah lampu merah besar, mengingat alasan perpustakaan itu ditutup dan mengapa dibuka kembali masih tidak jelas.
(Belum terselesaikan sejak 24 Sepetember 2021)
• Gadis Dalam Mimpi
Kali pertama aku melihatnya adalah ketika tidur malam di bulan September tahun lalu, seorang gadis yang menyita mataku datang seperti lampu penerang di kegelapan. Biasanya, aku selalu lupa dengan mimpi yang pernah menghiasi tidur malamku, tapi ini lain, gadis itu menari di bawah bulan purnama, dengan payung awan mendung. aku tidak tahu apa maksudnya, tapi mimpi ini datang tidak hanya sekali, mungkin bisa dibilang hampir setiap hari, tidak panjang, tapi gadis ini selalu ada, entah dia datang sebagai seseorang yang dekat, atau malah menjadi kameo sekilas. Yang jelas, keberadaannya selalu membuatu berpikir, siapa dia dan darimana dia adalah pertanyaan yang sedang aku perhatikan belakangan ini.
Pernah dengar tokoh-tokoh yang kita temui di mimpi setidaknya pernah kita temui sebelumnya? Tapi aku sama sekali tidak familiar dengan wajahnya. Aku penulis lepas, sehari-hari hanya aku habiskan pergi dari satu tempat ke tempat lain, mencari apa yang bisa aku cari dan yang tidak bisa aku cari. Hidupku tidak sekeren cowok khas film-film yang mengangkat Pendekar Kesepian (Sebutan dari film Pendekar Kesepian untuk seorang tokoh pengembara yang tiba-tiba mendapatkan hati karakter wanita utama). Tapi belakangan aku seperti kehilangan sesuatu, sudah 1 bulan gadis itu tak pernah muncul lagi lewat mimpiku, kemana dia?
Tak pernah sekhawatir ini sebelumnya, tapi, apapun itu, rasanya seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Sepertinya istilah mimpi adalah bunga tidur tidak berlaku pada gadis yang satu ini, tapi dia siapa? Setidaknya itu adalah pertanyaan yang masih menjadi misteri sampai 3 hari yang lalu, aku menemukannya. Gadis itu adalah seorang mahasiswi hukum, terlihat dari buku-buku bawaannya. Aku tidak tahu namanya, tapi benar ini dia. Aku tidak mengikutinya, hanya mengamati sesekali ketika bertemu. Maksudku, entah bagaimana, seperti alasan mengapa ia selalu muncul dalam mimpiku, kemudian berganti mengarah pada keberadaannya yang selalu ada di tempat-tempat favoritku, padahal sebelumnya tidak pernah ada.
(Belum terselesaikan sejak 2 Oktober 2021)
• Belum Selesai, Langit Harus Turun Hujan
Akhir-akhir ini, hujan tidak turun di desa kami. Sekitar 4 bulan lebih, bahkan lebih dari itu, pemuda kami naik turun lembah hanya sekedar untuk mencari air. Aku tidak bisa bermain air, itu masalahnya. Ibu bilang sumber air di desa sedang disembunyikan setan, tapi ku tidak percaya. Setan hanya imajinasi kata bapak, ibu hanya mengarang informasi. Tapi, bagaimana kalau sumber air kami benar-benar disembunyikan setan? Apa yang harus aku lakukan? Apakah perahu kertasku tidak pernah berlayar? Aku akan sangat marah kalau begitu. Hujan dong, Tuhan, agar aku bisa bermain air, agar bapak tidak kesusahan di sawah, agar ibu bisa mencuci dan menyirami tanaman seperti biasa, dan agar aku bisa bermain hujan bersama teman-teman sepulang sekolah.
Hujan, kamu dimana? Biasanya datang mengetuk jendelaku ketika tidur, dan membangunkanku untuk bermain. Apakah yakin kamu tidak salah jadwal? Mustinya sejak lama kamu sudah turun. Mungkin kamu betul salah jadwal, seperti Ari dari kelas B, dia salah jadwal kemarin. Kejadian yang sangat lucu, dia membawa buku berhitung di waktu pelajaran membaca, ketika ditanya dia menjawab asal-asalan.
Aku senang dia salah waktu, bisa melihatnya dipermalukan, tapi dia tetap temanku. Kata guru, teman yang baik harus saling mendukung, maka aku akan mendukungmu salah jadwal terus Ari. Kembali ke hujan, kamu kapan turun? Butuh tangga? Oh iya, ada pelangi. Katanya pelangi turun setelah hujan, aku senang melihatnya, tapi sudah lama tidak ada. Hujan, turun dong, aku ingin bermain bersamamu.
(Belum terselesaikan sejak 25 Oktober 2021)
• Hujan, Semoga Reda Sereda Namanya
Aku tabah, Hujan. Ketika kamu hanya berakhir menjadi serpihan kenangan manis yang selalu menghantui pikiranku setiap kali aku merasa ragu. Bukan berarti kamu adalah orang terbaik yang pernah aku temui, tapi ini benar-benar merepotkan. Asal kamu tahu saja, hubungan yang aku jalani setelahmu selalu tidak terasa, hanya keraguan-keraguan, dan berujung pada sebuah konklusi sepihak yang membuatku merasa tidak cocok, karena itu bukan kamu.
"Reda, kamu tahu tingkah tololmu itu seringkali membuatku pusing?"
"Tidak, sama sekali tidak tahu. Apa aku harus pergi, Hujan?"
"Jangan"
"Kenapa?"
"Aku bilang aku pusing dengan tingkah tololmu, bukan keberadaanmu."
"Aku tidak mengerti. Apa artinya?"
"Artinya aku sanggup mengingatmu selamanya!"
Sekarang rasanya segala hal yang aku lihat harus selalu memiliki sifatmu, entah apanya. Tapi, bukankah itu berlebihan, Hujan? Mengapa meninggalkan bekas sebelum selesai? Apa karena aku Reda? Yang selalu bertugas menyudahi keberadaanmu?
Waktu memang tidak pernah salah mempertemukan kita, Hujan. Aku ingat sore itu, di Halte Bus Surya, kita yang tak saling kenal berada di tempat yang sama. Hujan kemudian turun, Hujan. Kebetulan hari itu daerah Selatan tempat bus kita datang dilanda longsor. Dan dengan terpaksa Bus itu menunda keberangkatannya hinggal 3 jam lamanya. Semua orang menyerah menunggunya, tapi kita tidak, Hujan. Karena realistis saja, lebih baik menunggu 3 jam daripada harus bertaruh dengan bahaya yang terjadi ketika kita memutuskan pergi, kalau tidak salah itu pukul 9 malam, waktu yang berbahaya bagi pejalan kaki.
Satu jam pertama kita sibuk dengan mp3 player kita masing-masing.
(Belum terselesaikan sejak 29 November 2021)
• Dalam Sepotong Surat
Dia adalah Mita Pramoedya Anwar, dinamai begitu agar karena bapaknya adalah pengagum karya Pram dan bundanya adalah pembaca setia puisi-puisi Chairil. Tidak ingin disebut dengan dua nama tersebut, dia lebih senang bila seseorang memanggilnya Ita. Seorang gadis berumur 17 tahun belum genap ini adalah seseorang yang sering dijuluki gadis pembawa hujan. Bukan tanpa sebab, dipanggil begitu karena dia yang terasa mendung di setiap keberadaannya, bahkan ketika di rumahnya. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya, yang jelas, dia adalah gambaran gadis hujan sebenarnya. Tidak ada tangisan, tapi setiap kali kalian melihatnya, kalian akan terjun bebas ke alam di mana hujan tidak pernah bisa turun secara penuh, berhenti di seperempat langit dan mengambang melawan hukum fisika.
Langit yang penuh dengan burung-burung migrasi yang datang dari arah yang tidak pernah diperhatikan orang-orang awam itu menemani Mita setiap sore, lewat bangunan tanpa atap, memandang bintang-bintang dan benda-benda bersinar di langit malam, termasuk juga layangan putus yang terombang-ambing di seperempat langit dengan lampu-lampu yang semakin meredup setiap harinya. Hari-harinya sepi.
Hidup tanpa mengenal bahagia, Mita hanya kenal bagaimana caranya murung, caranya kecewa. Mita tidak mengenal satupun sahabat selama hidupnya, baginya semua tak bisa dipercaya. Orang-orang hanya pergi di setiap waktunya, datang kemudian membaur dengan lingkungan adalah sebuah keyakinan yang dipegang teguh oleh otaknya. Betapapun Mita benar-benar hidup dalam kesendirian.
Mengenai keluarga, Mita adalah anak yang ditinggal pergi kedua orang tuanya, entah kemana perginya, yang jelas Mita tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya setelah umurnya menginjak 3 tahun. Mita kecil ditinggalkan orang tuanya di depan sebuah toko kelontong milik orang yang sekarang dia sebut sebagai Bude. Mita tidak lagi tinggal bersama dengan Bude, Mita sadar dia bukanlah siapa-siapanya kemudian pergi menghidupi dirinya sendiri.
Kadangkala dia menulis, menulis yang panjang, dikirimnya tulisan itu di surat kabar, majalah, website-website online hingga penerbit lokal. Selalu dimuat dengan baik, dengan nama penanya "Gadis Bahagia". Mita sekarang tinggal di sebuah perumahan susun yang bisa dibilang harganya cukup cocok dengan pekerjaannya sebagai penulis, walaupun dengan terpaksa tangannya pegal-pegal dan penuh dengan penghematan ini itu supaya keuangannya tetap terjaga.
Pernah suatu ketika, dia iseng menulis alamat pos tempat tinggalnya di salah satu tulisan yang di rangkainya rapi hingga sekiranya tidak ada yang sadar bahwa itu alamat rumahnya. Kemudian tulisan itu berhasil dikirimnya dan terbit di sebuah media besar yang bisa dibilang hampir mustahil berasal seorang anak berusia 17 tahun. Kemudian tanpa dia duga, dia mendapat sebuah surat yang akan selalu menjadi pegangannya, membawanya dalam sebuah pencarian panjang tentang siapa dan di mana pengirimnya berasal.
-----
Gadis Bahagia, haha.
Aku tahu kamu tidak bahagia, aku baca semua tulisanmu, di koran merdeka, di majalah sampul, di website harian dan juga penerbit lokal, aku membaca semuanya. Senang bisa mengetahui alamatmu, aku tahu ini alamat datangnya tulisanmu, pasti kamu iseng meletakkannya dalam rangkaian kata yang kamu buat seolah-olah memang bagian dari cerita itu saja, tidak lebih. Nyatanya? Hahaha.
Hei Gadis Bahagia, sesorang berhasil menemukannya, dan itu aku, boom! Oh ya, semua yang kamu tulis tidak betul-betul karangan, aku tahu itu. Kamu tidak punya tempat cerita bukan? Tidak perlu mengelak, walaupun kesannya aku sok tahu, tapi bukankah itu benar?
Gadis Bahagia, kenapa memilih nama itu? Kenapa tidak Gadis Sedih? Gadis Marah? Gadis Derita? Gadis Tersudut? Gadis Bingung? Hahahaha. Tapi itu bukan masalah besar, aku tahu itu maumu, dan aku tidak masalah dengan itu.
Bagaimana harimu? Tidak bosan terus berpura-pura bahagia?
Pembacamu,
X
-----
(Belum terselesaikan sejak 13 Desember 2021)
• 02.00
Namanya Gofar, dia sering menyebut dirinya sebagai seorang Penghilang Aspal. Walaupun setiap orang di kota tanpa lampu merah ini tahu, bahwa seluruh penduduknya adalah seorang pemain jalanan. Mesin-mesin dan karburator adalah sesuatu yang paling diandalkan, hampir setiap sudut kota punya bisnis bensin eceran atau barangkali pom mininya sendiri untuk memasok amunisi gerombolan pembalap. Menjadi pembalap di kota pembalap nyatanya sulit-sulit gampang, banyak dari mereka yang terlibat taruhan gila-gilaan demi reputasi atau apa yang mereka sebut dengan Tuannya Para Pembalap.
Saat ini, seluruh kota sedang gempar dengan diadakannya perlombaan mencari Tuannya Para Pembalap selanjutnya. Setiap kedai berisi pembalap-pembalam siap tempur dengan ban panas berasap di parkirannya. Setiap orang punya kandidatnya masing-masing, sementara hasil semifinal pertama munculah 5 nama populer. Tentu Gofar bukan di antaranya. Gofar bukan pembalap hebat, setidaknya itu yang terlihat. Tapi Gofar tidak pernah tidak terkenal. Walaupun terkenal bukan karena skill atau apa yang mereka sebut dengan kemampuan alami penduduk kota itu, tapi melalui kakeknya. Kakek Gofar adalah pemulai segalanya, sekitar seabad yang lalu kakek Gofar adalah seseorang yang memulai balapan-balapan ilegal di berbagai tempat. Orang-orang kota menyebut Kakek Gofar sebagai Yang Pertama.
Bahkan di saat kendaraan panas itu belum segahar sekarang, dengan mobil manual rakitannya sendiri, Kakek Gofar berhasil mempopulerkan budaya pembalap di kota itu. Alhasil, apa yang sedang kita sama-sama tahu sekarang adalah jeri payahnya. Banyak kabar-kabar miring tentang Gofar, beberapa media bahkan mengabarkan bahwa barangkali Gofar bukan cucu dari Yang Pertama, melainkan hanya berpura-pura. Ayah Gofar sebenarnya tidak juga terkenal, lebih tepatnya tidak pernah terlihat ada. Ayahnya tidak pernah mau terlihat, pada awal sepeninggalnya Yang Pertama, Ayah Gofar memilih meninggalkan keluarganya dan pergi jauh dari kota. Memang Ayah Gofar bukanlah orang yang antusias dengan balapan, bahkan tidak sama sekali. Maka dia sering disebut dengan julukan Yang Melupakan. Ini jelas sebuah penghinaan bagi keluarga Gofar. Setelah ibunya meninggal, tidak jauh dari itu, Gofar memulai karir balapannya. Menyasar sirquit paling rendah hingga sirquit yang tidak pernah diketahui orang kota.
Gofar memulai perjalanannya dengan mobil bekas rakitan terakhir Kakeknya sebelum wafat, mobil itu belum selesai, maka dia menyelesaikannya.
(Belum terselesaikan sejak 21 Desember 2021)
• Lewat Setahun
Surat ini ditulis ketika kembang api itu mulai meredup, bersama dengan semilir angin dan kopi hasil beli gojek yang masih seperempat. Selamat tahun baru untukmu. Selamat tahun baru ntuk semua jiwa-jiwa lelah yang terbantai tanggal-tanggal usang di tahun lalu. Tubuh dan hatimu rapuh, tabahkan, kamu telah melakukan yang terbaik.
"Bagaimana tahun lalu versimu?"
Kacau ya? Tidak masalah. Meski di pantai, melangkahkan dengan semangat. Ombak mungkin menghapus jejakmu, tapi dirimu dan langkah yang kamu capai tidak. Jangan membenci siapapun, tetap berpikir dingin dan tetapkan itu tidak ada gunanya. Semua alasan itu tidak penting, pembelaanmu dan penyangkalanmu akan apa yang kamu yakin kebenarannya itu tidak selamanya benar, belajar untuk legowo dan tanggung jawab.
Setahun, terima kasih telah menjadi orang-orang keren. Saya banyak bertemu orang keren di tahun kemarin, beberapa bahkan lebih dari sekedar keren, di luar batas nalar. Senang memiliki teman seperti kalian, dan harap penuh semoga tidak pernah mengecewakan.
(Belum terselesaikan sejak 1 Januari 2022)
• Lewat Setahun 2
Surat ini ditulis ketika kembang api itu mulai meredup, bersama dengan semilir angin dan kopi hasil beli gojek yang masih seperempat. Selamat tahun baru untukmu. Selamat tahun baru ntuk semua jiwa-jiwa lelah yang terbantai tanggal-tanggal usang di tahun lalu. Tubuh dan hatimu rapuh, tabahkan, kamu telah melakukan yang terbaik.
Ini bukan sebuah pengingat akan bagaimana payahnya kita semua menghadapi 2 tahun ke belakang. Di tahun lalu saya menulis persamaan kita dan tahun 2020. Sekarang? Saya ingin menulis rasa terima kasih saya kepada tahun 2021. Banyak hal terjadi di 2021, terlalu banyak. Bertemu orang-orang hebat seperti kalian adalah salah satu hal terbaik yang pernah saya rasakan. Pasti sulit menghadapi saya, saya tau itu, terima kasih untuk selalu sabar.
Jika diperbolehkan berandai, saya ingin kalian mendapat hadiah yang sepadan. Berteman dengan saya tidaklah mudah, pertemanannya yang tidak mudah. Saya payah dalam urusan mengerti sesuatu, tapi saya mungkin mengerti dan selalu siap dicap sebagai pribadi model apapun yang ada di halaman kalian.
Ini buku yang tebal, kalian ada di dalamnya, dengan pesona kalian masing-masing. Tidak perlu iri dengan orang lain, semua ada porsinya. Hiduplah sebagai sebenar-benarnya dirimu sendiri, kak. Hidupmu menjadi hidupmu, walau banyak orang berada di dalamnya. Jangan hanya tulis yang baik, tulis sejujur apapun, sebingung apapun, sekacau apapun. Tidak ada standar bagus menulis buku kehidupanmu.
Pertahankan pertemuan yang susah payah disiapkan untukmu, semua ada artinya. Hidup untuk bersenang-senang, tapi bersenang-senang tidak harus selalu ada dalam halaman hidupmu, kak.
(Belum terselesaikan sejak 1 Januari 2022)
Itu belum semuanya jika dihitung di Google Keep saja, banyak yang terkapar sebelum terbit. Terima kasih teman-teman saya, kalian terbaik, paling baik dan akan selalu baik.
Maaf saya tidak bisa memberi sesuatu yang diberikan orang lain, senang berteman dengan kalian semua!
3 notes
·
View notes