Tumgik
kalautidaksalah · 6 months
Text
Dewi Fortuna (2)
Kamu mungkin ngga akan menyangka, tapi aku sangat senang bisa dipertemukan dengan kamu. Setidakpahamnya aku dengan perasaan sendiri, tapi lihat kamu di sela-sela waktuku cukup bikin aku merasa disayangi. Nantinya, mau badai, mau topan, atau apapun, selama aku masih sanggup, pasti selalu mengusahakanmu. Aku harap kamu mendapat cinta yang sepadan dariku.
2 notes · View notes
kalautidaksalah · 6 months
Text
Dewi Fortuna
Sedikit terlambat, tapi saya ingin mengenalkan yang terkasih. Bertemu tidak sengaja, teman akrab yang karena suatu kejadian saling menyukai. Tentu dia yang menyukai saya duluan, tapi saya juga terpikat pada akhirnya. Pikirnya seru, obrolannya sedikit ngaco, namun aku jatuh cinta dengan segala hal, tingkah-tingkah aneh yang kadang membuatnya lebih istimewa.
Saya tidak tau tentang nasib, tapi apa salahnya berusaha setiap harinya. Saya banyak kurangnya asal sodara-sodara tau, tapi dia mau menerima itu, suatu hal yang sedikit mengejutkan.
Semoga, semoga, semoga.
2 notes · View notes
kalautidaksalah · 6 months
Text
Setahun Lebih
Setelah setahun lebih tidak menulis di Tumblr, banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. Sekarang diri ini sudah berkuliah di salah satu Kampus yang boleh jadi saya idam-idamkan. Bersama dengan teman dan orang terkasih, saat ini saya merasa lebih senang daripada hari-hari yang lalu. Saya bersyukur dengan setiap langkah yang terjal di masa-masa itu, mungkin juga di masa yang akan datang.
Berita baik hari ini, saya sedang proses development sebuah film pendek setelah berbulan-bulan tidak ada kabarnya. Film pertama yang saya buat dengan sangat-amat serius, lumayan berharap banyak. Saya tau tidak ada yang sempurna, namun saya benar-benar berharap untuk kali ini sebagai sebuah "penebusan dosa" ala-ala.
Semoga ya, tidak ada yang tidak mungkin, hanya bisa berusaha.
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Daun Memang tidak Membenci angin, tapi...
Ada sebuah berita duka dari bibir yang tak mau mengucapkan maaf, dan dengan enteng membolak balikan hati. Jujur dalam ilmu angin, mengertilah bila sudah dihembuskan, jangan mau dibawa kembali.
Masih banyak angin lain, mungkin akan lebih cocok bersama tanah yang mau memberi ruang. Bukan cuma menghembuskannya ke sana ke mari agar angin tetap disebut angin.
Daun itu terbang ditiup angin, dan dia bisa saja tidak seharusnya sebahagia itu.
Daun memang tidak membenci angin, tapi dia bisa memilih untuk tidak berasamanya. Semoga lekas ditiupkan di bawah yang teduh, agar mengerti bagaimana rasanya dihargai sebagai sosoknya sendiri.
7 notes · View notes
kalautidaksalah · 2 years
Text
Daun jatuh dari pucuk pohon yang beralas tanah basah dengan roda permainan sepeda kita berdua. Bukankah kemudian hujan mengembalikannya secara sempurna? Apa masih ada ragu di dalam setiap sapuannya?
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Khawatir Itu Wajar
Ketika seolah kehilangan sesuatu, melihat tatapan aneh dari orang-orang yang kita anggap sangat mengerti kita, kita wajar buat khawatir. Rasa itu manusiawi, kita hanya perlu menanyakannya. Tapi, apakah yang ditanyaan tidak menggangu yang ditanyai? Urusan kita hanyalh memperhatikan situasi, tanya apakah dia sedang sibuk atau sedang luang. Kadang kita perlu untuk jujur kepada kita sendiri.
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Mungkin Bukan Obat, Tapi Setidaknya Tidak Memperkeruh
Datanglah padaku, kunang-kunang dengan tangis cahaya gemilang. Jangan jauh-jauh dari sangkar yang telah kubuat nyaman untukmu. Bukan mengekang, sangkar kubuka setiap saat kau mau, hanya aku tak ingin kau terlalu takut dalam bayangan tentang hari-hari buruk. Ini bukan tawaran mudah, aku tahu itu benar. Tapi setidaknya cobalah walau sebentar, aku hanya ingin kau aman. Tak akan kuambil, sepeserpun cahayamu, kau boleh matikan kalau perlu.
Tangisanmu mahal, cantiknya warnamu, jangan takut dengan aku. Setidaknya ketika aku pulang nanti, kau masih aman tanpa sedikit luka. Kau boleh khawatir, aku akan membatasi diri, tak perlu ragukan batas yang kubuat. Buat aku tempatmu duduk, jiwa ini bukan hanya tandu, tapi rumah, maka lakukan apa yang bisa membuatmu senang. Jika pada akhirnya setelah berteduh hari-harimu tetaplah buruk, robohkan aku, maka kau boleh menyalahkanku atas pilihan ini dan kau boleh yakin apa yang telah aku katakan hanyalah omong kosong.
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Kaktus dan Cara Bahagia
Hei, selamat malam. Ini rupa malam sehabis hujan, bersama playlist manis buatan sendiri, sedang memutar Kaktus milik Suara Kayu dan dilanjut Cara Bahagia milik Yotari. Sedang saya pause, agar tidak repot menulis lagu-lagu selanjutnya. Kaktus, sebuah tanaman yang cukup kacau, tapi tidak merepotkan. Bisa melukai tapi tidak meminta lebih, tahan lama tapi jarang dilirik, tergantung bagaimana memperlakukannya. Kita akan membawa cerita ini ke perandaian bagaimana Kaktus bisa Bahagia.
Kaktus, sebut saja begitu, tumbuhan sebatang kara yang tinggal di bawah teriknya Gurun Gobi. Katanya sebesar itu tidak mungkin dia hanya sendirian, tapi nyatanya dia benar-benar sedang sendirian. Bagaimana caranya bahagia? Setiap tumbuhan dan makhluk hidup mungkin diwajibkan memiliki setidaknya secuil pengalaman bahagia.
Penulis bingung, ia tidak pernah sebingung ini sebelumnya. Berbicara masalah Kaktus dan cara bahagia ternyata sesulit ini. Apa si penulis sudah menemukan kebahagiannya sendiri? Sebelum dengan gampang menulis kebahagiaan milik tumbuhan? Hah? Seorang manusia bahkan mungkin kalah cepat menemukan kebahagiaan mereka. Nyatanya, seperti yang orang bilang, kebahagiaan mungkin memang sesederhana itu. Dapat kembalian bukan permen, dihindarkan dari tukang parkir yang tiba-tiba muncul dan segala kekesalan lain. Kaktus, dia hanya perlu diperhatikan, diberi air sesekali. Apakah kita setabah kaktus? Yang tak marah bila tak diberi minum, yang tak sedih bila kita lupakan, yang melindungi dirinya, dan yang tidak merepotkan.
Kaktus, identik dengan terik, identik dengan gurun dan segala yang kering di wilayah itu. Apa kita sekuat kaktus? Yang tak mengeluh ketika dihujani cahaya panas, yang tak berteduh. Apakah kita sebaik kaktus, yang mau memberikan buahnya walau tak diberi apa-apa.
Ah, kacau, penulis sedang kacau. Tidak tahu menulis apa, hanya kata-kata yang tidak tau mau ditulis bagaimana. Terima kasih untuk waktunya, dunia tidak seru tanpa kalian semua. Terus bahagia dan jangan lupa untuk selalu berseru-seruan.
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
2021 (Tentang Teman, Maaf dan Rasa Terima Kasih.)
Halo, terima kasih ya. Saya tidak tau mau menulis apa, sudah beberapa bulan saya tidak bisa menyelesaikan tulisan yang saya mulai. "Dia Adalah Paskal Wicaksono" adalah tulisan terakhir yang saya selesaikan, setidaknya itu yang saya anggap terakhir, sisanya hanya lembaran cerita rumpang.
Maaf, untuk teman-teman saya, saya tidak bisa menulis surat pribadi untuk kalian tahun ini, postingan ini adalah alternatifnya. Saya perlu memberi tahu bahwa semua yang saya tulis pada dasarnya adalah apa yang saya rasakan, dan jika ketika kalian membaca dan merasa familiar dengan itu, bisa jadi kamu sedang membaca ceritamu.
Tahun 2021 memang mempertemukan saya dengan peristiwa serba ajaib. Dan lagi, 2021 juga mempertemukan saya dengan orang-orang keren yang kini sering saya ganggu kenyamanannya. Maaf untuk itu, terima kasih sudah sabar.
Terima kasih kepada orang-orang yang sudah membuat saya terlibat dalam banyak hal, orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena sudah pasti kelewatan, hehe.
Sekarang, saya akan berikan tulisan-tulisan rumpang saya kepada kalian, mungkin kalian mau membacanya, termasuk juga surat tahun baru 2022 yang tidak terselesaikan.
• Bantu Aku Membencimu
Pernah dengar kisah romansa masa muda yang biasanya serba tiba-tiba, dan terlihat begitu meyakinkan sekalian menyenangkan? Ada benarnya jika barangkali beberapa orang hanya merasakannya saat pertama kali medapatkannya. Selanjutnya hanya kemungkinan-kemungkinan yang berbaris menunggu waktunya. Di antara kemungkinan itu, beberapa orang ditakdirkan dengan keberuntungan tingkat dewa yang selalu mendapatkan kemungkinan baik. Tidak dapat dipungkiri, seberapa banyakpun kamu belajar, kita semua akan tetap pemula dalam cinta. Sesuatu yang rumit dan meneduhkan, tapi teduh yang was-was akan terjadi seperti kejatuhan batuan tajam dari langit-langit gua? Seandainya memang begitu, saya sangat penasaran apa yang harus dilakukan.
Saya Denada, seorang anak SMA biasa yang lumayan anti dengan cinta-cintaan semenjak rasa saya mati ketika pertama kali mencintai seseorang. Cahaya terang yang menguntungkan ketika gelap, tapi juga bisa ditutup karton tebal karena dianggap terlalu menyilaukan. Saya mengerti bahwa tidak ada orang yang bisa disalahkan ketika ini semua terjadi. Bahkan, untuk menyalahkan diri sendiri juga saya rasa hanyalah buang-buang waktu. Lebih baik menjadi antipati untuk sementara waktu. Lebih baik mencekik keinginan dan rasa untuk mengejar dan membatasi jarak untuk dikejar. Menjalani sehari-hari seperti sebuah rumah kosong di tengah-tengah pemukiman kota, sepi dalam keramaian.
Biarkan saya memulai cerita ini lewat mendeskripsikan seseorang. Cumi, seseorang yang hebat, seseorang yang kelihatan setia dalam urusan asmara. Seorang pelajar pintar yang lurus dan dikenal trampil. Kami bertemu di sebuah kafe terkenal di pojok jalan atas rekomendasi seorang kawan. Kami memiliki seorang teman yang sama, seorang makcomblang lebih tepatnya.
"Denada?"
"Benar, siapa ya?"
"Temannya Aryo, Bangun."
"Maaf, betul saya temannya Aryo, tapi saya tidak tidur, mas, saya sadar loh ini."
"Oh nggak, maksud saya, nama saya Bangun."
Pertemuan yang cukup kocak jika dimasukan ke sebuah cerita cinta untuk kemudian dimasukkan dalam otak-otak penulis hebat yang karyanya seringkali merajai toko-toko buku.
"Sudah kenal lama dengan Aryo?"
"Baru kemarin."
"Oh maaf sepertinya saya salah orang."
"Kenapa?"
"Kata Aryo, dia sudah kenal Denada sejak masih SD."
Tertawa lepas, Bangun tidak pandai membangun pembicaraan, kepolosannya meruntuhkan pondasinya. Nama yang gagal, atau barangkali tidak ditujukan untuk membangun sebuah pembicaraan.
"Terus, ada perlu apa ya, Mas Bangun?"
"Perlu apa ya?"
"Hah?"
"Oh ya, saya, nggak, cuma mau mastiin aja kamu temannya Aryo, banyak penipuan, kawan."
Darimanapun, saya bisa melihat dia sedang rikuh, dia ingin berkenalan dengan saya.
"Oh ya, salam kenal ya, Mas Bangun"
"Oh iya, gapapa"
(Belum terselesaikan sejak 23 Agustus 2021)
• Seorang Laki-laki dan Perempuan Berkata dalam Bus Kota
Perjalanan panjang adalah musuh besar beberapa orang, di antara mereka menganggap bahwa perjalanan panjang adalah pasar tak berujung dengan lautan manusia sudah tak terhitung jumlahnya, kalaupun bukan lautan manusia, mungkin lautan angin, lautan hujan, lautan setan atau lautan-lautan lain, mungkin juga termasuk lautan reklame. Mira, cenderung diam saja, kata-kata di otaknya hanya berputar pada pilar-pilar pikiran, menikmati dinginnya ac bus kota di malam hari. Dia duduk di kursi paling pojok, karena memang itu kursi yang masih tersisa longgar. Tidak terlalu buruk, sampai seorang laki-laki berumur 25 tahun datang, mengenakan setelan hitam-hitam dengan kacamata bundar, seperti gambaran tukang pijit muda di film-film yang pernah Mira tonton. Mira tahu dia akan duduk tepat disampingnya, walaupun tidak langsung, Mira merasa kesendiriannya terancam.
(Belum terselesaikan sejak 18 September 2021)
• Skara Dan Catatan Harian Seorang Hantu
Namaku Mehrunisa Bagaskara, seorang siswi SMA kelas 3 yang merangkap penulis lepas sebuah blog misteri remaja. Pernahkah kalian membayangkan melihat apa yang tidak seharusnya bisa dilihat oleh mata biasa secara langsung? Dan ceritaku di mulai dari sini. Di sebuah pagi, aku dan Sinta, temanku yang juga merangkap penulis tetapi bagian gosip, dia mendengar perpustakaan sekolah yang sudah tidak buka selama berpuluh tahun akan mulai dibuka kembali. Sesungguhnya, secara naluri, aku meyakini ini sebagai sebuah lampu merah besar, mengingat alasan perpustakaan itu ditutup dan mengapa dibuka kembali masih tidak jelas.
(Belum terselesaikan sejak 24 Sepetember 2021)
• Gadis Dalam Mimpi
Kali pertama aku melihatnya adalah ketika tidur malam di bulan September tahun lalu, seorang gadis yang menyita mataku datang seperti lampu penerang di kegelapan. Biasanya, aku selalu lupa dengan mimpi yang pernah menghiasi tidur malamku, tapi ini lain, gadis itu menari di bawah bulan purnama, dengan payung awan mendung. aku tidak tahu apa maksudnya, tapi mimpi ini datang tidak hanya sekali, mungkin bisa dibilang hampir setiap hari, tidak panjang, tapi gadis ini selalu ada, entah dia datang sebagai seseorang yang dekat, atau malah menjadi kameo sekilas. Yang jelas, keberadaannya selalu membuatu berpikir, siapa dia dan darimana dia adalah pertanyaan yang sedang aku perhatikan belakangan ini.
Pernah dengar tokoh-tokoh yang kita temui di mimpi setidaknya pernah kita temui sebelumnya? Tapi aku sama sekali tidak familiar dengan wajahnya. Aku penulis lepas, sehari-hari hanya aku habiskan pergi dari satu tempat ke tempat lain, mencari apa yang bisa aku cari dan yang tidak bisa aku cari. Hidupku tidak sekeren cowok khas film-film yang mengangkat Pendekar Kesepian (Sebutan dari film Pendekar Kesepian untuk seorang tokoh pengembara yang tiba-tiba mendapatkan hati karakter wanita utama). Tapi belakangan aku seperti kehilangan sesuatu, sudah 1 bulan gadis itu tak pernah muncul lagi lewat mimpiku, kemana dia?
Tak pernah sekhawatir ini sebelumnya, tapi, apapun itu, rasanya seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Sepertinya istilah mimpi adalah bunga tidur tidak berlaku pada gadis yang satu ini, tapi dia siapa? Setidaknya itu adalah pertanyaan yang masih menjadi misteri sampai 3 hari yang lalu, aku menemukannya. Gadis itu adalah seorang mahasiswi hukum, terlihat dari buku-buku bawaannya. Aku tidak tahu namanya, tapi benar ini dia. Aku tidak mengikutinya, hanya mengamati sesekali ketika bertemu. Maksudku, entah bagaimana, seperti alasan mengapa ia selalu muncul dalam mimpiku, kemudian berganti mengarah pada keberadaannya yang selalu ada di tempat-tempat favoritku, padahal sebelumnya tidak pernah ada.
(Belum terselesaikan sejak 2 Oktober 2021)
• Belum Selesai, Langit Harus Turun Hujan
Akhir-akhir ini, hujan tidak turun di desa kami. Sekitar 4 bulan lebih, bahkan lebih dari itu, pemuda kami naik turun lembah hanya sekedar untuk mencari air. Aku tidak bisa bermain air, itu masalahnya. Ibu bilang sumber air di desa sedang disembunyikan setan, tapi ku tidak percaya. Setan hanya imajinasi kata bapak, ibu hanya mengarang informasi. Tapi, bagaimana kalau sumber air kami benar-benar disembunyikan setan? Apa yang harus aku lakukan? Apakah perahu kertasku tidak pernah berlayar? Aku akan sangat marah kalau begitu. Hujan dong, Tuhan, agar aku bisa bermain air, agar bapak tidak kesusahan di sawah, agar ibu bisa mencuci dan menyirami tanaman seperti biasa, dan agar aku bisa bermain hujan bersama teman-teman sepulang sekolah.
Hujan, kamu dimana? Biasanya datang mengetuk jendelaku ketika tidur, dan membangunkanku untuk bermain. Apakah yakin kamu tidak salah jadwal? Mustinya sejak lama kamu sudah turun. Mungkin kamu betul salah jadwal, seperti Ari dari kelas B, dia salah jadwal kemarin. Kejadian yang sangat lucu, dia membawa buku berhitung di waktu pelajaran membaca, ketika ditanya dia menjawab asal-asalan.
Aku senang dia salah waktu, bisa melihatnya dipermalukan, tapi dia tetap temanku. Kata guru, teman yang baik harus saling mendukung, maka aku akan mendukungmu salah jadwal terus Ari. Kembali ke hujan, kamu kapan turun? Butuh tangga? Oh iya, ada pelangi. Katanya pelangi turun setelah hujan, aku senang melihatnya, tapi sudah lama tidak ada. Hujan, turun dong, aku ingin bermain bersamamu.
(Belum terselesaikan sejak 25 Oktober 2021)
• Hujan, Semoga Reda Sereda Namanya
Aku tabah, Hujan. Ketika kamu hanya berakhir menjadi serpihan kenangan manis yang selalu menghantui pikiranku setiap kali aku merasa ragu. Bukan berarti kamu adalah orang terbaik yang pernah aku temui, tapi ini benar-benar merepotkan. Asal kamu tahu saja, hubungan yang aku jalani setelahmu selalu tidak terasa, hanya keraguan-keraguan, dan berujung pada sebuah konklusi sepihak yang membuatku merasa tidak cocok, karena itu bukan kamu.
"Reda, kamu tahu tingkah tololmu itu seringkali membuatku pusing?"
"Tidak, sama sekali tidak tahu. Apa aku harus pergi, Hujan?"
"Jangan"
"Kenapa?"
"Aku bilang aku pusing dengan tingkah tololmu, bukan keberadaanmu."
"Aku tidak mengerti. Apa artinya?"
"Artinya aku sanggup mengingatmu selamanya!"
Sekarang rasanya segala hal yang aku lihat harus selalu memiliki sifatmu, entah apanya. Tapi, bukankah itu berlebihan, Hujan? Mengapa meninggalkan bekas sebelum selesai? Apa karena aku Reda? Yang selalu bertugas menyudahi keberadaanmu?
Waktu memang tidak pernah salah mempertemukan kita, Hujan. Aku ingat sore itu, di Halte Bus Surya, kita yang tak saling kenal berada di tempat yang sama. Hujan kemudian turun, Hujan. Kebetulan hari itu daerah Selatan tempat bus kita datang dilanda longsor. Dan dengan terpaksa Bus itu menunda keberangkatannya hinggal 3 jam lamanya. Semua orang menyerah menunggunya, tapi kita tidak, Hujan. Karena realistis saja, lebih baik menunggu 3 jam daripada harus bertaruh dengan bahaya yang terjadi ketika kita memutuskan pergi, kalau tidak salah itu pukul 9 malam, waktu yang berbahaya bagi pejalan kaki.
Satu jam pertama kita sibuk dengan mp3 player kita masing-masing.
(Belum terselesaikan sejak 29 November 2021)
• Dalam Sepotong Surat
Dia adalah Mita Pramoedya Anwar, dinamai begitu agar karena bapaknya adalah pengagum karya Pram dan bundanya adalah pembaca setia puisi-puisi Chairil. Tidak ingin disebut dengan dua nama tersebut, dia lebih senang bila seseorang memanggilnya Ita. Seorang gadis berumur 17 tahun belum genap ini adalah seseorang yang sering dijuluki gadis pembawa hujan. Bukan tanpa sebab, dipanggil begitu karena dia yang terasa mendung di setiap keberadaannya, bahkan ketika di rumahnya. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya, yang jelas, dia adalah gambaran gadis hujan sebenarnya. Tidak ada tangisan, tapi setiap kali kalian melihatnya, kalian akan terjun bebas ke alam di mana hujan tidak pernah bisa turun secara penuh, berhenti di seperempat langit dan mengambang melawan hukum fisika.
Langit yang penuh dengan burung-burung migrasi yang datang dari arah yang tidak pernah diperhatikan orang-orang awam itu menemani Mita setiap sore, lewat bangunan tanpa atap, memandang bintang-bintang dan benda-benda bersinar di langit malam, termasuk juga layangan putus yang terombang-ambing di seperempat langit dengan lampu-lampu yang semakin meredup setiap harinya. Hari-harinya sepi.
Hidup tanpa mengenal bahagia, Mita hanya kenal bagaimana caranya murung, caranya kecewa. Mita tidak mengenal satupun sahabat selama hidupnya, baginya semua tak bisa dipercaya. Orang-orang hanya pergi di setiap waktunya, datang kemudian membaur dengan lingkungan adalah sebuah keyakinan yang dipegang teguh oleh otaknya. Betapapun Mita benar-benar hidup dalam kesendirian.
Mengenai keluarga, Mita adalah anak yang ditinggal pergi kedua orang tuanya, entah kemana perginya, yang jelas Mita tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya setelah umurnya menginjak 3 tahun. Mita kecil ditinggalkan orang tuanya di depan sebuah toko kelontong milik orang yang sekarang dia sebut sebagai Bude. Mita tidak lagi tinggal bersama dengan Bude, Mita sadar dia bukanlah siapa-siapanya kemudian pergi menghidupi dirinya sendiri.
Kadangkala dia menulis, menulis yang panjang, dikirimnya tulisan itu di surat kabar, majalah, website-website online hingga penerbit lokal. Selalu dimuat dengan baik, dengan nama penanya "Gadis Bahagia". Mita sekarang tinggal di sebuah perumahan susun yang bisa dibilang harganya cukup cocok dengan pekerjaannya sebagai penulis, walaupun dengan terpaksa tangannya pegal-pegal dan penuh dengan penghematan ini itu supaya keuangannya tetap terjaga.
Pernah suatu ketika, dia iseng menulis alamat pos tempat tinggalnya di salah satu tulisan yang di rangkainya rapi hingga sekiranya tidak ada yang sadar bahwa itu alamat rumahnya. Kemudian tulisan itu berhasil dikirimnya dan terbit di sebuah media besar yang bisa dibilang hampir mustahil berasal seorang anak berusia 17 tahun. Kemudian tanpa dia duga, dia mendapat sebuah surat yang akan selalu menjadi pegangannya, membawanya dalam sebuah pencarian panjang tentang siapa dan di mana pengirimnya berasal.
-----
Gadis Bahagia, haha.
Aku tahu kamu tidak bahagia, aku baca semua tulisanmu, di koran merdeka, di majalah sampul, di website harian dan juga penerbit lokal, aku membaca semuanya. Senang bisa mengetahui alamatmu, aku tahu ini alamat datangnya tulisanmu, pasti kamu iseng meletakkannya dalam rangkaian kata yang kamu buat seolah-olah memang bagian dari cerita itu saja, tidak lebih. Nyatanya? Hahaha.
Hei Gadis Bahagia, sesorang berhasil menemukannya, dan itu aku, boom! Oh ya, semua yang kamu tulis tidak betul-betul karangan, aku tahu itu. Kamu tidak punya tempat cerita bukan? Tidak perlu mengelak, walaupun kesannya aku sok tahu, tapi bukankah itu benar?
Gadis Bahagia, kenapa memilih nama itu? Kenapa tidak Gadis Sedih? Gadis Marah? Gadis Derita? Gadis Tersudut? Gadis Bingung? Hahahaha. Tapi itu bukan masalah besar, aku tahu itu maumu, dan aku tidak masalah dengan itu.
Bagaimana harimu? Tidak bosan terus berpura-pura bahagia?
Pembacamu,
X
-----
(Belum terselesaikan sejak 13 Desember 2021)
• 02.00
Namanya Gofar, dia sering menyebut dirinya sebagai seorang Penghilang Aspal. Walaupun setiap orang di kota tanpa lampu merah ini tahu, bahwa seluruh penduduknya adalah seorang pemain jalanan. Mesin-mesin dan karburator adalah sesuatu yang paling diandalkan, hampir setiap sudut kota punya bisnis bensin eceran atau barangkali pom mininya sendiri untuk memasok amunisi gerombolan pembalap. Menjadi pembalap di kota pembalap nyatanya sulit-sulit gampang, banyak dari mereka yang terlibat taruhan gila-gilaan demi reputasi atau apa yang mereka sebut dengan Tuannya Para Pembalap.
Saat ini, seluruh kota sedang gempar dengan diadakannya perlombaan mencari Tuannya Para Pembalap selanjutnya. Setiap kedai berisi pembalap-pembalam siap tempur dengan ban panas berasap di parkirannya. Setiap orang punya kandidatnya masing-masing, sementara hasil semifinal pertama munculah 5 nama populer. Tentu Gofar bukan di antaranya. Gofar bukan pembalap hebat, setidaknya itu yang terlihat. Tapi Gofar tidak pernah tidak terkenal. Walaupun terkenal bukan karena skill atau apa yang mereka sebut dengan kemampuan alami penduduk kota itu, tapi melalui kakeknya. Kakek Gofar adalah pemulai segalanya, sekitar seabad yang lalu kakek Gofar adalah seseorang yang memulai balapan-balapan ilegal di berbagai tempat. Orang-orang kota menyebut Kakek Gofar sebagai Yang Pertama.
Bahkan di saat kendaraan panas itu belum segahar sekarang, dengan mobil manual rakitannya sendiri, Kakek Gofar berhasil mempopulerkan budaya pembalap di kota itu. Alhasil, apa yang sedang kita sama-sama tahu sekarang adalah jeri payahnya. Banyak kabar-kabar miring tentang Gofar, beberapa media bahkan mengabarkan bahwa barangkali Gofar bukan cucu dari Yang Pertama, melainkan hanya berpura-pura. Ayah Gofar sebenarnya tidak juga terkenal, lebih tepatnya tidak pernah terlihat ada. Ayahnya tidak pernah mau terlihat, pada awal sepeninggalnya Yang Pertama, Ayah Gofar memilih meninggalkan keluarganya dan pergi jauh dari kota. Memang Ayah Gofar bukanlah orang yang antusias dengan balapan, bahkan tidak sama sekali. Maka dia sering disebut dengan julukan Yang Melupakan. Ini jelas sebuah penghinaan bagi keluarga Gofar. Setelah ibunya meninggal, tidak jauh dari itu, Gofar memulai karir balapannya. Menyasar sirquit paling rendah hingga sirquit yang tidak pernah diketahui orang kota.
Gofar memulai perjalanannya dengan mobil bekas rakitan terakhir Kakeknya sebelum wafat, mobil itu belum selesai, maka dia menyelesaikannya.
(Belum terselesaikan sejak 21 Desember 2021)
• Lewat Setahun
Surat ini ditulis ketika kembang api itu mulai meredup, bersama dengan semilir angin dan kopi hasil beli gojek yang masih seperempat. Selamat tahun baru untukmu. Selamat tahun baru ntuk semua jiwa-jiwa lelah yang terbantai tanggal-tanggal usang di tahun lalu. Tubuh dan hatimu rapuh, tabahkan, kamu telah melakukan yang terbaik.
"Bagaimana tahun lalu versimu?"
Kacau ya? Tidak masalah. Meski di pantai, melangkahkan dengan semangat. Ombak mungkin menghapus jejakmu, tapi dirimu dan langkah yang kamu capai tidak. Jangan membenci siapapun, tetap berpikir dingin dan tetapkan itu tidak ada gunanya. Semua alasan itu tidak penting, pembelaanmu dan penyangkalanmu akan apa yang kamu yakin kebenarannya itu tidak selamanya benar, belajar untuk legowo dan tanggung jawab.
Setahun, terima kasih telah menjadi orang-orang keren. Saya banyak bertemu orang keren di tahun kemarin, beberapa bahkan lebih dari sekedar keren, di luar batas nalar. Senang memiliki teman seperti kalian, dan harap penuh semoga tidak pernah mengecewakan.
(Belum terselesaikan sejak 1 Januari 2022)
• Lewat Setahun 2
Surat ini ditulis ketika kembang api itu mulai meredup, bersama dengan semilir angin dan kopi hasil beli gojek yang masih seperempat. Selamat tahun baru untukmu. Selamat tahun baru ntuk semua jiwa-jiwa lelah yang terbantai tanggal-tanggal usang di tahun lalu. Tubuh dan hatimu rapuh, tabahkan, kamu telah melakukan yang terbaik.
Ini bukan sebuah pengingat akan bagaimana payahnya kita semua menghadapi 2 tahun ke belakang. Di tahun lalu saya menulis persamaan kita dan tahun 2020. Sekarang? Saya ingin menulis rasa terima kasih saya kepada tahun 2021. Banyak hal terjadi di 2021, terlalu banyak. Bertemu orang-orang hebat seperti kalian adalah salah satu hal terbaik yang pernah saya rasakan. Pasti sulit menghadapi saya, saya tau itu, terima kasih untuk selalu sabar.
Jika diperbolehkan berandai, saya ingin kalian mendapat hadiah yang sepadan. Berteman dengan saya tidaklah mudah, pertemanannya yang tidak mudah. Saya payah dalam urusan mengerti sesuatu, tapi saya mungkin mengerti dan selalu siap dicap sebagai pribadi model apapun yang ada di halaman kalian.
Ini buku yang tebal, kalian ada di dalamnya, dengan pesona kalian masing-masing. Tidak perlu iri dengan orang lain, semua ada porsinya. Hiduplah sebagai sebenar-benarnya dirimu sendiri, kak. Hidupmu menjadi hidupmu, walau banyak orang berada di dalamnya. Jangan hanya tulis yang baik, tulis sejujur apapun, sebingung apapun, sekacau apapun. Tidak ada standar bagus menulis buku kehidupanmu.
Pertahankan pertemuan yang susah payah disiapkan untukmu, semua ada artinya. Hidup untuk bersenang-senang, tapi bersenang-senang tidak harus selalu ada dalam halaman hidupmu, kak.
(Belum terselesaikan sejak 1 Januari 2022)
Itu belum semuanya jika dihitung di Google Keep saja, banyak yang terkapar sebelum terbit. Terima kasih teman-teman saya, kalian terbaik, paling baik dan akan selalu baik.
Maaf saya tidak bisa memberi sesuatu yang diberikan orang lain, senang berteman dengan kalian semua!
3 notes · View notes
kalautidaksalah · 2 years
Text
Menepi ketika perlahan mulai hanyut, pernahkah kau katam cara berenang?
Jauh terhanyut, melawan tak bisa.
Bagaimana kemudian arahnya?
Jika air ini adalah takdir, bawa jauh tak usah dipikir.
Mungkin arahnya adalah tidak ketara.
Asal terjebak di dalamnya, aku akan suka.
0 notes
kalautidaksalah · 2 years
Text
Sore Hari, Hujan dan Yuni
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Aku menontonnya sore ini, tidak tahu bagaimana memulai tulisan ini, tadi ini persis beberapa waktu setelah pulang dari bioskop. Tidak yakin bagaimana jadinya, sebuah pengalaman yang aneh, aku datang dengan khawatir karena hampir terlambat jam. Itungannya jadwalnya adalah pukul 15.10, tapi aku datang sekitar 10 menit lebih awal. Biasanya ketika menonton, aku selalu datang setidaknya 30 menit lebih awal untuk nongkrong sebentar. Tapi hari ini betul-betul lain, datang diniatkan hanya untuk menonton Yuni. Tanpa babibu masuk di studio 4 tempat penayangannya, ternyata masih sepi dan baru dibuka.
Film di mulai, sepanjang menontonnya aku diam. Tidak sama ketika menonton Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas garapan Mas Edwin, aku cenderung diam melongo gak ngerti mau ngapain. Setiap detiknya terasa penting, setiap kata terasa perlu untuk disimak tuntas. Puas? Sangat amat.
Yuni, anak yang ingin punya pilihan, anak yang benar-benar relate dengan remaja yang ditekan peraturan, ditekan lingkungan. Power yang diberikan Mbak Kamila Andini dalam membuat Yuni, aku super tidak tahu bagaimana cara mengatakannya, tapi ini luar biasa berhasil. Aku dengar dari space di twitter kemarin malam, Yuni punya 2 ending berbeda, ending festival dan ending umum. Tapi apapun itu, aku merasa sangat amat puas.
Singkat cerita, setelah selesai entah mengapa aku langsung ingin pulang. Kebetulan ketika keluar geduh, hujan baru reda. Basah, dingin, dan sedikit gerimis. Perjalanan pulang terasa aneh, mataku terus melamun memandang daun, memandang jalan, memandang seisi pengelihatanku. Sempat beberapa kali aku tidak mendengar percakapan driver ojol yang membawaku, sering meminta pengulangan dari beliau.
Gimana, Pak?
Kalian harus menontonnya, setidaknya sekali.
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
"Maaf, saya cuma bisa segini"
"Maaf, saya gak menyenangkan"
"Maaf, saya terlalu banyak bertanya"
"Maaf, saya tidak bisa semuanya"
"Maaf, saya gak tau apa-apa"
"Maaf, saya gak bermaksud"
"Maaf, saya bikin pusing"
"Maaf, saya ganggu"
"Maafkan saya untuk semuanya"
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Dudukan ponsel terdiam di bawah gantungan baju. Meja berbentuk anak tangga yang menuju dinding semen. Keranjang hijau berisi tumpukan baju yang baru kering. Dua pintu lemari tertutup dengan gagang memudar karena alkohol, ada koper di atasnya. Kemudian ditumpuk koper itu dengan habis celana kemarin pergi ke sekolah. Daun jendela tertutup kelambu yang diganjal tas hitam menganga di dinding. Thaitea yang menemani hujan, aku membelinya siang tadi. Serta laptop yang baru saja aku matikan.
Semua adalah isi kamarku sore ini.
2 notes · View notes
kalautidaksalah · 2 years
Text
Rasa-rasanya, saya seperti gagal dalam segala hal. Bukan apa-apanya, segala sesuatu yang saya kerjakan kini seperti kertas-kertas berterbangan, yang tak bisa saya tangkap semuanya. Beberapa harus dikorbankan. Tetapi mengapa harus ada yang dikorbankan? Jika... Ah sudahlah, barangkali hidup adalah tentang bagaimana merelakan dan tabah. Setidaknya untuk saya sekarang begitu.
(Aku)
0 notes
kalautidaksalah · 2 years
Text
Sentuh setiap jari tanganmu, rasakan setiap nada yang dikirim semesta lewat pori-porimu. Dengarkan suaranya tanpa terkecuali, buang ponselmu barang sejenak. Jangan takut ketinggalan apapun, karena tak ada yang harus kau ikuti selain suara dirimu sendiri.
(Aku)
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Ada Apa Hari Ini?
Hari ini hanya diam, mendengarkan setelan musik 80an yang enak didengarkan ketika hatimu sedang tak tahu memihak kepada siapa. Aku takut pada kenyataan setelahnya, bukan begitu? Kita semua penakut. Badai Pasti Berlalu katanya, aku bilang mungkin. Tidak pernah tenang menghadapi badai, lantas bagaimana bisa aku membiarkannya berlalu?
"Aku tak paham apa maumu? Jawab, Tolol!" Sebuah dialog yang aku dengar dari rilisan terbaru sebuah film yang tayang 2 Desember. Persis! Persis begitu pertanyaanku.
Siapa kau? Datang-datang sudah mengobrak-abrik otakku? Ha? Muncul kau di hadapanku, biar kau tau rasanya bingung. Biar kau tau rasanya tak mengerti rasanya. Hei, siapa kau sekali lagi aku tanya? Darimana asalmu, ayo, katakan saja.
"Jatuh cinta seperti penyakit, tak bisa ditawar, bagai kilat, bagai geledek." Masih dialog dari cuplikan film yang sama, dan ini fakta rasanya.
Tiba-tiba saja dalam beberapa menit, detik ataupun milidetik aku tak tau persisnya. Yang jelas, sekarang adalah waktu yang membingungkan. Tak usah berpikir siapa orangnya, bagaimana kalau itu dirimu? Atau barangkali aku jatuh cinta pada diriku sendiri? Begitukah cara kerjanya?
1 note · View note
kalautidaksalah · 2 years
Text
Kini, aku mulai malas membalas pesan-pesan menumpuk itu. Sedang ingin mengangkat telepon, atau barangkali sedikit tidur lebih banyak dari biasanya. Waktu ini mahal, aku.
Tolong lebih ditata, lebih rapi, lebih teguh, lebih yakin, lebih baik dan lebih menyenangkan. Maaf terlalu banyak merepotkan waktu orang lain, semoga tidak terulangi.
Waktunya menghilang dan kembali bersembunyi di balik bayang-bayang. Agar aku tahu yang mana yang benar-benar perlu diteduhkan dan yang mana yang bisa memberi terang.
1 note · View note