Tumgik
liaindra · 8 years
Photo
Tumblr media
My Current Obsession
Sepertinya saya tipe orang yang kalau sudah suka dengan salah satu karakter, saya akan terobsesi. Well, at least until I’m bored with it.
Tumblr media
So, lately I’ve been watching Gilmore Girls. As a huge fans of western series (please omit horror-thriller genre), I heard many good things about this series.
But, honestly I never had any interest in this title. Maksudku, premisnya Cuma kisah ibu-anak yang umurnya enggak beda jauh. Well, sungguh amat enggak menjual. Tapi kemudian, tiba-tiba Netflix berencana membuat filmnya sebanyak 4 buah (A Year in the Life) dengan durasi masing-masing 90 menit.
Tumblr media
And then, I was intrigued.
Mulailah saya mencari seasons 1 dari TV series yang awalnya tayang di tahun 2000.
Meski saya suka nonton TV Series, sejujurnya saya selalu menghindari film buatan di bawah tahun 2010, karena kualitasnya pasti enggak bagus. Entah kenapa, saya malah coba nonton serial ini.
Kesan pertama saya… blur dan jadul.
Tumblr media
Ukuran layarnya pun masih persegi, yang artinya layar laptop saya dipenuhi juga warna hitam di pinggirnya, kayak pigura.
But then I kept watching and I fell in love with this series. Well, lebih tepatnya sih saya jatuh cinta sama Lorelai Gilmore yang diperankan sama Lauran Graham. Cerita Gilmore Girls sendiri… yah… jika dibandingkan dengan TV Series tahun 2016 (This is Us for example), masih agak jauh dari kata perfect.
Kalau nonton TV Series, saya lumayan jarang merasa aneh dengan jalan ceritanya, kecuali kalau memang saya enggak suka ceritanya (yang tentunya nggak akan saya tonton lagi). Tapi di Gilmore Girls, di beberapa adegan or plot, saya merasa… eh, harusnya bisa lebih bagus, harusnya si ini begini, harusnya ini begitu. And not to mention, banyak sekali tokoh/adegan yang enggak berkesinambungan. Tiba-tiba hilang tanpa dibahas lebih lanjut, meski kalau dibahas lebih lanjut juga enggak berfungsi banyak (but, still I need closure).
Saat ini saya sedang menonton seasons 6 di tengah seasons. Dan saya sudah berusaha supaya enggak nonton interview-berita apa pun di Internet karena takut kena spoiler (dan kecewa kalau personalitu tokoh yang saya suka di real life jauh berbeda dengan di TV). 
Tumblr media
But today I cannot help myself, sesorean tadi saya nonton interview Lauren Graham (Have I mention that she’s wonderful? She’s in her late 40 and still look awesome).
Tumblr media
I’m glad her personality so similar with Lorelai Gilmore.  Yay!
She’s so full of energy, and cheerful, and that gorgeous smile and those blue eyes! Saya enggak pernah merasa mata biru itu menarik… until I saw Gilmore Girls.
Jadi well, jurnal post kali ini isinya cuma my rambling about Lauren Graham dan info yang saya dapat saat terobsesi padanya.
She’s a writer. Both fiction and non fiction.
Tumblr media
Novelnya berjudul Someday, Someday, Maybe dan sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Tumblr media
Buku keduanya baru saja rilis Desember tahun lalu dengan judul Talking As Fast As I Can. Isinya tentang kehidupan masa kecil Lauren, perjuangannya meniti karir sampai mendapatkan peran Gilmore Girls. Juga mengenai Parenthood (TV Series yang membuatnya bertemu pacarnya yang sekarang Peter Krause).
Sedikit info mengenai Peter Krause.
Tumblr media
Saya sebenarnya agak tidak peduli dan susah menghafal nama aktor. Until I was impressed by them.
Saya tahu peter Krause dari TV Series buatan Shonda Rhimes, The Catch. Dilihat sekilas, Peter Krause enggak ganteng (plus he’s 51 ahahhaa). Tapi semakin nonton The Catch (saya lagi nunggu seasons 2 nya), he has his own charisma. Akhirnya pun saya googling2 tentang dia, bahkan sempat pengin nonton Six Feet Under (Tv Series Krause yang sukses banget di tahun 2001-2005). Saya sudah nonton 2 episode, but wasn’t my cup of tea.
Back to Lauren Graham. Since I’m still in the obsessed zone for her, I bought her latest book… in audiobook and listen to it in my almost 8 hours travelling back home.
Ini buku nonfiksi kedua yang saya baca (dengarkan). Yang pertama adalah ‘Year of Yes’-nya Shonda Rhimes (creator of Grey’s Anatomy, The Catch, Private Practice, etc). Sayangnya, Talking As Fast As I Can tidak dikupas terlalu dalam. Dan ternyata, di beberapa interview Lauren Graham, dia pernah menceritakan beberapa hal.
Dan karena buku ini banyak membahas Gilmore Girls dan Parenthood, 25% dari buku itu belum saya dengarkan karena tidak mau mendengar spoiler.
Baiklah, sekian post jurnal saya yang enggak bermutu ini.
I hope you like Lauren Graham as much as I do (for right now).
4 notes · View notes
liaindra · 9 years
Text
Ngobrolin FLOCK dan INTERTWINE
Saya nggak pernah menyangka dunia tulis menulis akan membuat saya menemukan teman dan bahkan sahabat bagi saya. Tapi memang itulah yang saya dapatkan!
Saya sedang membicarakan empat orang perempuan yang awalnya saya kenal lewat dunia maya. Dulu, jauh sebelum facebook, twitter, dan instagram merajai dunia maya, kami berlima adalah penikmat forum komunitas dan blog. Dari situ, pertemanan kami berjanjut sampai akhirnya memutuskan bertemu di dunia nyata.
Perkenalkan dulu teman-teman penulis yang saya maksudkan^^ Fei (penulis Bi!)—orang pertama dari dunia maya yang saya temui. Orizuka (Penulis serial The Chronicles of Audy)—yang saat pertama kali bertemu langsung menertawakan logat jawa saya yang kental >.<. Clara (penulis You Are My Sunshine)—cewek imut yang sedang mengenyam pendidikan di negeri sakura. KP Januwarsi (penulis My Toilet Prince)—tinggal di kota tempat saya menuntut ilmu tapi justru nggak pernah ketemu dan baru bersua empat tahun kemudian setelah saya meninggalkan kota Surabaya.
Berhubung kami memiliki hobi dan profesi yang sama yaitu sebagai penulis, akhirnya ide membuat novel bersama pun tercetus. Saya nggak ingat tepatnya, namun di tahun 2011 sebuah proyek sempat dibicarakan bahkan sudah (mulai) dibuat kerangkanya. Saat itu hanya 4 orang yang terlibat (minus KP Januwarsi yang saat itu masih sibuk dengan kuliah S2-nya)
Saya yakin banget semua teman saya nggak inget (ngakuuuu~ nggak ada yang inget kan?^^). Saya pun baru inget saat sedang iseng mengecek folder di komputer saya yang berantakan. Dan tadaaa… ada sebuah proyek bernama ‘4 Seasons’ yang sampai saat ini masih terbengkalai
Akhirnya proyek itu terlupakan. Dua tahun berlalu, proyek yang lain diajukan, kali ini oleh Orizuka dan mengajak serta KP Januwarsi. Di suatu malam, lebih tepatnya tengah malam, diskusi pun dimulai menggunakan aplikasi favorit kami: whatsapp.
Nama proyek pun diputuskan: Wedding Peach. Eits, ini memang bukan judul bakal novel kami yang sebenarnya, tapi karena saat itu sudah ditetapkan kalau ingin membuat cerita yang berhubungan dengan ‘bridal’, maka untuk sementara disebut dengan ‘Wedding Peach’ . Kenapa Wedding peach? Bagi anak 90an, pasti tahu deh. Kalau masih nggak tahu, silakan googling hehe.
Akhirnya setelah satu tahun lebih (betul, lebih dari setahun umur proyek ini^^), naskah pun mulai terkumpul. Terkumpulnya naskah bukan membuat kami (saya) lega, tapi justru semakin bikin kepala nyut-nyutan. Karena kami membuat kumpulan novella—yang akhirnya diberi judul INTERTWINE—dengan sebuah benang merah dengan setting lokasi yang sama yaitu sebuah bridal, maka beberapa karakter di dalamnya harus punya karakter yang sama. Susah!
Menyamakan kepala 4 orang untuk mendiskripsikan sebuah tokoh dan lokasi itu susah. Kalau tidak salah saya perlu revisi 4x (kami berempat saling membaca naskah masing-masing dan memberikan komentar+masukan) sebelum akhirnya naskah saya masuk ke tangan editor.
Singkat cerita, kami merangkai huruf depan nama-nama kami yang ternyata menjadi FLOCK (Fei, Lia, Orizuka, Clara, dan KP Januwarsi) untuk dituliskan di cover depan.
Singkat cerita lagi, novel kami pun terbit.
Kebetulan Penerbit Haru berencana membuat pre order khusus untuk novel yang berTTD kami semua, kami pun bisa berkumpul sekali lagi di Jakarta dan menandatangani 300 buah.
Jadi, begitulah awal mula INTERTWINE tercipta. Maaf kalau saya ceritanya cukup random, dan lagi nggak terlalu membahas isi dari INTERTWINE. Tapiiiii… semoga kalian tidak bosan membaca curhatan geje saya, dan jugaaaaa tidak lupa (membeli) dan membaca INTERTWINE.
Ada 5 buah genre di dalamya lhoooo~ *promosi Fei menulis genre action romance Lia menulis fanrasy romance Orizuka menulis romantic comedy Clara menulis romance-drama KP Januwarsi menulis thriller-romance
Akhir kata…. THANK YOU~ Hope you enjoy our book!
Lia
3 notes · View notes
liaindra · 10 years
Text
Taking a Stand: A Short Scene Scenario
Baru ubek-ubek file lama dan menemukan skenario pendek yang kutulis beberapa tahun lalu, saat saya masih rajin nulis (dan bahasa Inggris? How come I write that?). Seingat saya, saya nulis ini nggak lama setelah saya test IELTS. Waktu itu berencana ingin melanjutkan pendidikan ke scriptwriting, but well.... saya gagal :'(.
Comments are welcomed, guys.
  Taking a Stand
  by
Lia Indra Andriana
  FADE IN:
EXT. NEIGHBORHOOD STREET – NIGHT
  A small town in Indonesia on a small town Indonesian street.
We drift to a dark window on the 2nd floor. We peek inside. Dark room, no lamplight is on. The streetlamp is the only light that enters that room from the small closed window. The door is also closed.
  INT. HOUSE - SANJAYA’s BEDROOM – NIGHT
  We hear a gently knock on the door. Silence. Another knocks. Still no answer. The door suddenly open. Not wide. Leon, late 40’s, looked confused and beyond one’s self, holding the door knob.
  LEON
            (whisper)
Are you sleeping?
  LEON POV
SANJAYA, 25 years old, lying on his bed, dressed in his pajamas, his back faces the door. No movement, looks like he’s asleep.
 Leon looked disappointed. He’s about to shut the door.
  SANJAYA
            (turns his body
            facing the door)
No.
  Sanjaya leans on his bed while Leon opens the door wider and walks in. He flips on the light. Leon waits until Sanjaya’s eyes adjusting the light. Leon’s ready to speak, but his eyes catch something that makes him shut his mouth.
  LEON POV
He sees blue travel bag, unzipped. It contains clothes and Sanjaya’s things. Few clothes and towel still in the floor, seems all things can’t fit in the bag.
  LEON
            (Shock)
You’re leaving.
  SANJAYA
I am.
    LEON
          Is it your final decision?
  SANJAYA
I’ve packed my bag.
  LEON
            (shakes his head)
It’s too small. You need
bigger bag.
  SANJAYA
I can handle it. I’m a man now,
Dad. I can take a good care of
myself.
  Leon approaches Sanjaya’s bed, looking right into his eyes.
  LEON
            (mocking)
Oh, please…You’re going to
Bali. It’s a terrorist target,
a bomb site. You’re not yet a
man; you can’t even chose a
safe place to work. Don’t you
realize that?
  Sanjaya frowns. He shakes his head while taking a deep breath.
  SANJAYA
It’s my job, Dad. I’m a doctor.
  LEON
Doctor helps living thing.
Doctor saves lives. You’re
dealing with dead people.
Beside, you’re still freshman,
what you can do in that place?
  SANJAYA
I’m learning forensic. That’s
what I do, I LEARN (yells).
                     (Pause,sigh,
             gentle voice)
I’m also helping this people,
Daddy. I help identifying the
victim so the family can bring
 their body home. Even dead
people need doctor.
LEON
That’s not a real job. I want
you to enter med school to be
a real doctor. Real doctor
just like me.
  Pause. Sanjaya looks hesitate. He is revolving in his mind, whether he has to say it or not.
  SANJAYA
Has it occurred to you that
everything isn’t about you?
  Leon beyond shocked, but he recovers soon.
  LEON
So, it’s about her? Your
girlfriend Anna? You drove the
car and made her dead. You
think you can’t safe her and
then suddenly decided to help
the dead?
  Sanjaya full of disbelief. His father brought up his girlfriend just to attack his pride. He can remember what happened just like it happened yesterday.
  EXT. STREET – NIGHT – 2 YEARS BEFORE – FLASHBACK
  The rain has just stopped. The road still slippery. Sanjaya drove his car- 1990’s red Toyota Kijang. His girlfriend Anna 22 years old, down to earth girl, sat beside him, smiling. She touched her ring on his finger, feeling her engagement ring.
  ANNA
I can’t believe today we have
our engagement party
  SANJAYA
Why? You don’t want to be my
fiancé? Give me back my ring
then. I can give it to some
random girl. I’m sure she wants
to take the ring. It’s a good-
damn ring.
  Sanjaya tried to take back the engagement ring. Anna refused it and laughed. Both of them looked happy. They didn’t realize a truck approaching their car really fast. When they realized, it’s too late. The only thing they can do left was screaming. Not for long. Their screaming swallowed by the sound of their crashed car.
  END FLASHBACK
CUT To:
  INT. HOUSE - SANJAYA’s BEDROOM – NIGHT
  Sanjaya glances at a portrait in table beside his bed. Portrait of him and Anna hugged in front of his house. They both laugh.
  SANJAYA
            (still staring at
            the portrait)
It hurts, Dad.
  LEON
I know son. Reality bites, you
know it very well. But bomb
not only can bite you, it can
destroy your whole body. It
hurts more. Please don’t go
there! You know there’s a
chance that there’s more bomb
in that place. There’re terrorist
everywhere. It’s safer here.
  Sanjaya glares to his father, angry and disappointed. He stands up from his bed and look down at his father (he’s taller), right at his eyes.
  SANJAYA
I don’t need safe. Safe is my
comfort zone. Safe is listening
to what you say and do what
you want. Safe is when I
rejected that journalism-
scholarship they gave me.
Safe is when I enter med school
just to please you. But you
know what, now I’m done with it.
  LEON
To please me? Come on! You
always want to be a doctor.
I remember you always want me
to take you whenever I have
to see sick people. I just
helped you find your way back
to what you want, what you
really like.
                        SANJAYA
Being a journalist is what I
want. Don’t you get it? I want
to go with you because I wanted
to see those people. You meet
a lot of people with various
backgrounds. I like seeing them,
I like analyzing them. I like
to see and hear their story.
I put myself in their position,
feel it and then write it.
That’s the reason. I never
watched you examining or
diagnosing them.
  Leon can’t reply. He needs time to understand what he heard. He always thought he know his son very well.
Sanjaya can barely see his father’s face. He never said what he felt before. He’s been a son who his father wants, but he has decided to be the person he wanted to be. It’s hard but he knows he has to do it.
  SANJAYA
            (tone down)
I’m a grown up, Dad. I am now.
And I don’t want to regret anymore.
I’m taking a stand now. I
finally found something that I
like besides journalism.
That’s why I enter forensic.
You might think I’m just
playing around with this major.
Guess what, I’m not. I’m taking
this very seriously and I can
prove it by taking part in Bali
bomb site. Just so you know,
by identifying dead body,
I’m not helping the dead.
It’s the live one that I help.
I’m helping them finding their
family so that they can through
their grief.
  Leon wants to say something but Sanjaya sees it and stop his father as he continued his words.
  SANJAYA(cont’d)
Let me finish. The family…they
lose someone they loved. Grief
is like an ocean. It’s deep
and dark enough for someone
to go through. I’ve been there.
You’ve been there too Dad,
when Mom passed away. And I
can’t pretend it’s not a good
thing to do. Not helping finding
the body of their love one
while I can is cruel.
                                   LEON
Okay.
  SANJAYA
What?
LEON
I said okay. You made a very
clear explanation. I can not
agree more.
  SANJAYA
So, you won’t block my way anymore?
  Leon doesn’t answer. He leaves the room, make Sanjaya more confuse than before. Minutes later, Leon enters the room again. He brings two travel bags. One is bigger than Sanjaya’s. The other one is smaller.
  LEON
            (grin, enthusiastic)
I’ll go with you. Let’s safe
some dead people.
  Sanjaya scratch his head. He doesn’t know which one is worse; his dad doesn’t want him to go or his Dad want to go with him. But for now, he relieves. His Dad can understand his decision.
  FADE OUT.
3 notes · View notes
liaindra · 10 years
Text
Sekian
Sebenarnya saya sudah lama ingin menuliskan hal ini. Bener, sudah lama (pake banget), kira-kira beberapa bulan yang lalu.
Inti dari tulisan kali ini adalah... ucapan syukur.
Uhuk!
Keselek sendiri.
Kayaknya udah lama nggak nulis beginian (ralat... kamuuuu *nunjuk diri sendiri* udah lama nggak nulis!!!).
So, 2014 for me is a blessed year (I know, masih ada 3 bulan lagi sebelum bener-bener berakhir). Tahun ini adalah tahun yang bikin saya sadar kalau saya lebih sering capek, lebih sering ngantuk (yang ini dari dulu, sih^^) dan... saya semakin tua.
Uhuk (lagi). Bukan itu sih intinya XD.
Tahun ini adalah tahun realisasi diri... (agak berat rasanya pemilihan kata saya... saya pun bingung sebenarnya).
Awal tahun ini diawali dengan banyak kegalauan. Ragu ini dan itu, ingin ini dan itu, mau ini dan itu, yang akhirnya malah membuat saya bingung sendiri. But well, dipikir lagi sih banyak kejadian di tahun ini yang bikin saya sadar, saya nggak sendirian. Saya masih punya Tuhan yang siap dengerin keluh kesah saya.
Daaan... saya punya teman-teman...
I almost can’t believe myself but...
This year, I got so much experiences, got a bunch of new friends, even some that I can called as bestfriends.
Saya kayaknya pernah bilang... saya susah menjaga pertemanan. I feel awkward and really don’t know how to maintain that.
Ajaibnya, tahun ini... saya dapet teman-teman baru (yang entah kenapa, baru kenal tapi sudah bisa cerita panjang lebar dan saya merasa nyaman dengan mereka), bertemu dengan teman lama, juga bertemu dengan teman dunia maya yang belum pernah bersua sekalipun.
Di dunia pertemanan, saya nggak menyangka saya bisa sampai sejauh ini. Lebay ya, but still... ^^V
Tahun ini, saya juga sadar saya harus mengutamakan keluarga saya (bukan berarti dulu nggak sadar, cuma belum bener-bener 'sadar).
Terus, ada resolusi tahun lalu saya yang nggak kesampaian, ternyata malah bisa tercapai tahun ini. Feeling so blessed!
Daftar berkat yang saya rasakan masih panjang, meski juga saya masih punya beberapa pergumulan, juga beberapa kebingungan. But well, mari bersyukur buat hari ini.
Karena saya masih bisa bernapas, karena saya punya keluarga, teman, pekerjaan, kesehatan dan sebagainyaaaa~
Thanks Lord Jesus for everything.
Sekian.
0 notes
liaindra · 10 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
30 notes · View notes
liaindra · 10 years
Text
Resensi Serial TV 2 Broke Girls
Have you ever heard about a sitcom called 2 Broke Girls?
Tumblr media
I’m soooo in love with this sitcom. Okay, rephrase!
I love Max Black, one of the main character in this sitcom. And then, after I did some stalking to Kat Dennings (pemeran Max Black), sepertinya aku juga jatuh cinta sama cewek satu ini.
I think it’s been a long time since I feel this obsessed with a show or an actor. Well, nggak selama itu juga sih *ngelirik post tentang Greek, yang ternyata adalah setahun yang lalu.
Jadi, 2 Broke Girls ini ngisahin tentang dua orang sahabat (Max Black dan Caroline Channing), waitress di sebuah diner kecil di Williamsburg. Max Black udah dari dulu miskin. Sedang Caroline adalah anak orang kaya, tapi sayangnya gara-gara ayahnya ngelapin duit, ayahnya masuk penjara dan Caroline harus banting tulang menghidupi dirinya sendiri. Mereka berdua akhirnya jadi sahabat dan berusaha mewujudkan impian mereka mendirikan toko cupcakes.
Premis ceritanya sih sederhana sekali. Pas googling, aku agak ragu sama serial ini, habisnya premisnya terlihat biasa banget. Tapi, pas lihat daftar award yang didapat 2 Broke Girls, wow... at least I should give this sitcom a try. Dan ternyata keputusanku tepat.
Kenalan dulu yuk sama Kat Dennings, si pemeran Max Black. She’s so damn sexy, isn’t she?
Tumblr media
Why I love her? I think it’s bcoz of her strong personality. Aku juga suka cara dia bicara, juga gesture dia. AND she likes reading. She also writes (some). She blogged (well, in her website) from 2001 to 2010.
In December 2008, Dennings told BlackBook magazine, "I don't drink and I don't smoke and I don't like being around people who do."
Tapi ternyata, dari salah satu interview yang kulihat di Youtube, when she drunk, her voice becomes male voice. XD XD.
Yah, itulah alasan aku suka 2 Broke Girls (dan Kat Dennings)
Oiya, di real life, Kat Denning dan Beth Behrs (pemeran Caroline Channing) benar-benar sahabat yang tak terpisahkan. Aku nonton video interview mereka dan... keren! They finish each other’s sentences... which is so cute. Pas diwawancarai, mereka juga malah rame sendiri, bikin host acaranya jadi bingung XD.
Ngomongin tentang TV series... jadi pengin ngelist serial yang bener-bener aku suka. I mostly like drama (teenage to adult, tapi kalau yang ada nudity-nya.. it’s a big no no) psychological drama and detective stories. (dulu) aku suka horor, tapi sekarang... tsaaaah... mending enggak deh dari pada malem-malem nggak bisa tidur.
So, here it is... the list of my fave TV series:
SITCOM
Baby Daddy
Modern Family
Two and a half men
2 Broke Girls
Modern Family
Big Bang Theory
  DRAMA
Grey’s anatomy
Chasing Life
Devious Maids
Pretty Little Liar
Twisted
Drop Dead Diva
CRIME, DETECTIVES
Castle
Perception
The Mentalist
Body of Proof
Bones
Sekian dulu. Mari menanti 2 Broke Girls season 4 Oktober mendatang.
PS: Judul post kali ini sih resensi, padahal isinya nggak jelas begini. Maafkan saya m(_ _)m
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Saving Mr. Banks Premiere dan Review
Kamis malam, sebuah pesan whats-app masuk. Dari seorang teman yang juga seorang animator, dosen, penulis buku juga yang baik hati dan tidak sombong yang suka kasih tiket gratisan XD.
Tumblr media
Temanku ini mendapatkan undangan dari Disney Indonesia (kalau nggak salah, ya^^) untuk menonton premiere 
Saving Mr. Banks di Djakarta Teater. Tanpa pikir panjang, aku iyakan maklum, lagi nggak ada kerjaan. Setelah itu, aku menanyakan hal yang sangat penting: ada makannya nggak?
Bukannya gimana, tapi acaranya jam 6 sore dan film tersebut berdurasi sekitar 2 jam, jadi harus mikirin dong strateginya bagaimana supaya nggak kelaparan^^V. Ternyata, acara tersebut nggak cuma sekedar nonton aja, tapi ada cocktail party-nya sebelum acara.
Aku dan teman datang tepat jam 6 dan disambut dengan para usher yang memakai topi mickey mouse dari plastik. Masuk ke dalam, sebagian besar para tamu memakai suit dan gaun dengan warna serba hitam. White dan red wine dihidangkan (aku mencoba red wine, dan [masih] nggak suka rasanya. Sepertinya lain kali mau coba white wine saja XD) bersamaan dengan keluarnya berbagai kudapan kecil.
Belum sempat makan apa-apa, temanku yang terkenal di dunia animasi ini, langsung ditarik oleh seseorang dan diperkenalkan dengan dua orang Disney yang berbasis di Singapore. Orang Disney ini menceritakan tentang lingkup pekerjaan mereka yang termasuk pendistribusian film, merchandise, amusement park dll. Berhubung aku nggak begitu ngerti, aku cuma mengangguk-angguk saja haha.
Setelah itu, orang Disney yang ini menggiring temanku (dan aku mengekor XD) ke orang Disney lain yang bekerja di pusatnya di Amerika sana. Temanku mulai mengobrol dengannya dengan topik pembicaraan yang tidak ada habis-habisnya (salut deh, bisa ngobrol banyak sama orang yang baru dikenal).
Tumblr media
Pukul 7 lebih sedikit, salah seorang perwakilan Disney memberikan kata sambutan. Ia mengucapkan terima kasih atas kedatangan kami, lalu memberikan sedikit update tentang rencana Disney ke depannya. Bikin Disneyland di Shanghai tahun 2015. Film Starwars akan dibuat dan ditayangkan mulai 2015 dan selang setiap 2 tahun (berbahagialah para Starwars Fans, aku malah belum pernah nonton dan belum tertarik^^). Disney akan membuat liveaction lagi dari film klasik mereka (salah satunya diperankan Angelina Jolie).
Setelah itu, kami dipersilakan masuk ke studio 1. Saat akan masuk studio, kami diberi popcorn dan softdrink. Tak lama kemudian, Saving Mr. Banks dimulai tanpa iklan hohoho.
Saving Mr. Banks sendiri mengisahkan tentang proses pembuatan film Marry Poppins di tahun 1964 yang penuh perjuangan. Ternyata, Walt Disney (diperankan Tom Hanks) perlu waktu 20 tahun sampai akhirnya P.L Travers (si penulis) bersedia memberikan hak pembuatan filmnya pada Disney.
Kenapa ya judulnya Saving Mr. Banks? Aku baru menemukan jawabannya di akhir cerita. Mr. Banks adalah nama keluarga yang didatangi Marry Poppins. Ngomong-ngomong, yang aku tahu tentang Marry Poppins adalah seorang baby sitter ajaib yang berpakaian gaun hitam tahun 1900an dan membawa payung hitam juga. Selain itu, aku nggak tahu apa-apa^^.
Durasi film ini 2 jam, tapi aku sama sekali nggak merasa bosan. Adegan awal dibuka dengan memperkenalkan si penulis Marry Poppins yang umurnya sudah sekitar 60 an, namanya Pamela Lyndon Travers dan ia sebel banget kalau ada yang manggil dia dengan nama depannya. Wanita tua ini sifatnya... ehm... keras kepala dan nyebelin banget. Ada yang pernah baca novelku Paper Romance? Ms Travers ini benar-benar mirip Kev. Kev dalam versi wanita dan ucapan yang lebih nusuk. Aku suka setiap dialog yang keluar dari mulutnya. Kereeeen.
Ms Travers akhirnya bersedia pergi ke Amerika buat ketemu sama Disney (trigger utamanya karena dia mulai kekurangan uang dan sudah lama nggak nulis lagi, jadi sama agen-nya disuruh menemui Disney dulu).
Awalnya, semuanya berjalan sangat alot (apalagi Ms. Travers nggak suka animasi). Bahkan dia meminta setiap diskusi mereka direkam supaya nggak ada penyalah gunaan. Setiap lagu yang dibikin, setiap visualisasi karakter yang dibuat, semuanya diprotes. Terlalu ceria, terlalu tidak masuk akal, terlalu jelek.
Oiya, alur ceritanya maju mundur. Tahun 1961 saat Ms Travers berkunjung ke Disney dan tahun 1901 saat dia masih kecil. Cerita masa kecilnya inilah yang membuat si penulis ini menjadi wanita yang skeptis, judes sekaligus nyebelin padahal waktu kecil dia anak yang manis dan ceria.
Perjuangan Disney untuk merayu Ms Travers selalu tak berhasil, sampai akhirnya ia tahu nama asli Ms Traver adalah Helen Goff dan ia mencari tahu latar belakangnya.
Tumblr media
Setelah menonton film keren ini, aku jadi penasaran dengan Marry Poppins (film ini menyabet 5 oscar, lho). Untungnyaaaa, pas pulang, kami semua dapet goodie bag dan isinya adalah. Ta daaaa~
Boneka Mickey Mouse dan sebuah CD Marry Poppins!
Tumblr media
Aku jarang suka film yang mengambil setting agak kuno seperti ini, tapi film ini berhasil membiusku dari awal sampai akhir. You shoud watch this, apalagi yang suka sama film-film disney :)
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Random Talks
18 Dec 2013 09.07 AM
Seharusnya saya sudah meluncur pergi pagi ini, menyelesaikan pekerjaan saya sebelum saya menuju kampung halaman di akhir minggu ini. Sayang, hujan yang sedari tadi mengguyur Jakarta membuat saya tiba-tiba males (sisa gerimis saja sih, tapi suasana dinginnya bikin pengin balik ke kasur… I know it’s already 9 o’clock, but I’m not a morning person… so I think I can sleep again if I hit my bed hahaha).
Sambil nunggu hujan reda (plus hilangnya kemalesan saya), karena udah lama nggak ngeblog (seriously, karena udah lama nggak ngeblog, saya kok jadi bengong mulu… bingung mau nulis apa), jadi kepikiran buat nulis dulu.
So, this is my random talks about my life recently :)
Okaaaaay… mari ditarik mundur… nggak recently tapi setahun ini (berhubung sudah di penghujung tahun, jadi sekalian bikin post akhir tahun).
And btw… hujan sudah reda… jadiiiii…. sampai sekian dulu…
  Bersambung (akan diteruskan jika hujan turun lagi haha XD)!
4 januari 2014 *ditemani nyamuk dan suara hujan yang turun dengan derasnya
Oh, well saya nunda nulis blog ini lama banget ya^^
Baiklah, mari lanjut!
2013... what can I say... thx a lot Jesus...
I've been blessed with a lot of good and great friends, family and of course a lot of new experiences.
Okay, well saya orang yang cepat bosan. Meski kadang takut juga melakukan hal yang baru. Tapi well, ternyata di tahun 2013 saya bisa (meski nggak sukses-sukses amat) mengikuti beberapa hal baru.
Tumblr media
Yang paling berkesan tentu saja... datangnya Park Dong Sun (dan istrinya) ke Indonesia^^. Komikus asal Korea ini diundang oleh Pemerintah Provinsi Jakarta (melalui Penerbit Haru) untuk memberikan seminar kepada mahasiswa dan praktisi dunia kreatif di Indonesia. Salut banget sama Mas Bambi (salah satu pemrakarsa acara ini), mas Andreas juga mas-mas yang lain (entah kenapa orang-orang yang kutemui di sana semua berjenis kelamin laki-laki hehe) yang bisa melaksanakan event internasional itu hanya dalam waktu kurang dari sebulan!
Keren banget deh!
Tumblr media
Thanks a lot Mas Bambi yang memperbolehkan Haru ikutan acara ini. Meet and Greet with Park Dong Sun di PIM, 13 Des 2014 lalu juga berjalan lancar (meski bikin jantung deg-deg an karena adaaaa aja yang belum beres sampai detik-detik pelaksanaan XD). Thx a lot Orizuka, Edwin Joo, Fei, Kura, Dewi Eonni, Kak Naomi dan teman-teman lain yang udah ikut bantuin *hugs #akuterHARU deh pokoknya XD.
Tumblr media
Oh,hal lain yang memorable adalah... pembuatan booktrailer Oppa & I: Love Signs yang diprakarsai oleh Orizuka dan Edwin Joo (saya mah cuma ngikut). Ini pertama kalinya ikutan sebuah syuting booktrailer (meski sebelumnya pernah bikin film pendek, tapi feelnya beda lol) dan ternyata berlangsung lumayan cepet. I'll post another blogpost about the making of it some other time.
Sepertinya, cukup sekian^^
Semoga tahun 2014 bisa menjadi lebih baik lagi *mulai mikirin resolusi
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Resensi Serial TV Twisted (ABC Family)
Tumblr media
Jadi jadi... ceritanya... setelah menamatkan Greek, aku jadi merasa nggak tentu arah begitu *uhuuuk
Mau nonton drama Korea kok ya masih males. Aku masih ngutang nonton I Hear Your Voice episode 10 ke atas, lho *kok bangga XD.
Mau nonton Master's Sun juga ehm... males... padahal episode satu udah didownload.
Yah, akhirnya coba cari serial barat yang lain (padahal masih ada serial barat lain yang numpuk belom ditonton... seperti misalnya Switched at Birth yang entah kenapa setelah lihat sekilas di Star World malah aku nggak minat, padahal dulu season satunya aku suka, lho).
Well, intinya aku mulai nonton serial yang saat itu ditonton Kak ino (@09061983). Judulnya TWISTED.
Premisnya oke banget->tentang cowok yang waktu kecil bunuh tante dia sendiri.
Genrenya mystery thriller-drama.
Sekilas, nuansanya kayak Pretty Little Liars, but of course with its own charm.
Tumblr media
Di scene awal, ditampilin kejadian 5 tahun lalu. Lacey dan Jo kecil (11 tahun) di depan rumah Danny (11 tahun) sedang main ayunan. Kemudian Danny kecil muncul sambil bawa tali warna merah, tali buat main lompat tali itu, lho.
Tumblr media
Dan inilah yang Danny katakan: I had to. There was no other choice.
Dan begitulah... Danny kecil baru saja bunuh Aunt Tara.
Setelah itu, scene langsung berlanjut ke tahun sekarang. Jo diceritakan jadi cewek pinter, kuper, dan antisosial. Lacey jadi cewek populer yang pacaran sama pemain soccer dan mereka jadi the it couple. Persahabatan mereka meregang setelah Danny dikirim ke juvie (juvenile detention centre).
Tumblr media
Lacey-Danny-Jo
Dan hari itu, Danny dibebaskan dari juvie dan akan kembali ke kotanya lagi, termasuk masuk SMA yang sama dengan Jo dan Lacey. Agak aneh kenapa ia malah kembali ke kota yang pasti akan selalu ngejudge dia as  sociopath dan killer. Tapi, di pertengahan langsung dijelasin kok alesannya. Ibunya nggak bisa jual rumah mereka jadi mereka sama sekali nggak bisa pindah, apalagi ayah Danny baru meninggal beberapa bulan sebelumnya karena kecelakaan (tubuhnya nggak pernah ditemukan).
Jadi, serial ini mengisahkan tentang kehidupan Danny selepas dari juvie dan berusaha memenangkan kembali kedua temannya, termasuk kepercayaan semua orang padanya. Yang bikin aku betah nonton tentu saja penasaran kenapa Danny bunuh Tara. Sampai episode 9 yang aku tonton, cuma dijelaskan kalau Tara berbahaya bagi keluarga Danny dan akan menghancurkan keluarganya, jadi like he said-->I had to. There was no other choice.
Serial ini semakin menarik karena tiba-tiba seorang remaja bernama Regina terbunuh. Satu-satunya yang hilang dari Regina adalah sebuah kalung yang juga adalah kalung yang dipakai Tara.
Tumblr media
Danny yang jadi tertuduh utama, terutama karena malam sebelumnya Regina mengirimkan sms pada Danny berisi: I know why you kill your aunt.
Tumblr media
Karena pembunuhan Regina ini, Danny-Jo dan Lacey akhirnya bersatu bahu membahu buat cari tahu misteri apa dibalik semua ini. Cerita yang menarik, kan?
Cast-nya juga lumayan charming dengan karakterisasi yang oke. Danny Desai dimainkan oleh Avan Jogia, warga negara Kanada keturunan India.
Tumblr media
Daaaan.... aku baru baca, saat pra produksi, naskahnya sama sekali nggak menyinggung tentang keluarga biracial (india-amerika), tapi berhubung Avan Jogia diterima sebagai cast, skripnya diubah menyesuaikan.
Diambil dari sini
Danny’s character is half-Indian and half-white. Was he written as bi-racial? No, they changed it after they brought me on. It’s an interesting thing—it’s not very common yet on TV, but I think that’s changing. It’s becoming less of this uncharted territory. It’s much less of a thing than it was even five years ago.
Yah, sekian laporanku. Masih ada 2 episode yang belum kuselesaikan dari sumer season kali ini. Serial ini akan berlanjut di tahun 2014
Anyway, if you want to read some recaps from this show, or join other fans to write the theories about the story, please visit this link
1 note · View note
liaindra · 11 years
Text
Pre Order Good Memories s/d 24 September 2013 Disc 15%
Pre Order novel terbaruku ‘Good Memories’. BerTTD dan diskon 15%.
Novel ini akan terbit Oktober.
Harga normal Rp. 49.000-> Rp. 41.650
Sinopsis
“Tiga bulan lagi, di waktu dan tempat yang sama, aku akan mengevaluasi apakah kau layak diberi tambahan kupon pertemanan.”
Saat banyak orang berharap bisa kuliah di luar negeri, Maya malah rela melakukan apapun agar bisa meninggalkan Kwanghan University dan kembali bersama kekasihnya, Alva, di Indonesia. Sayangnya, semua tidak semudah itu.
Seakan hidupnya sekarang belum cukup rumit, Maya juga harus menghadapi Luc, teman sekelasnya, seorang pria berkebangsaan Prancis yang terang-terangan menyatakan suka padanya. Luc bahkan tidak keberatan hanya menjadi teman Maya setelah mendapatkan kupon Friendvitation buatan gadis itu.
Ketika kupon Friendvitation yang Maya berikan kepada Luc telah expired, akankah Maya memperpanjang masa berlaku kuponnya? Ataukah Maya akhirnya akan kembali kepada Alva dan melupakan semua yang terjadi di Korea?
Inikahcinta?Membuatmurelamelakukantindakanbodoh yang takmasukakal?
  Kamu juga bisa pesan buku-bukuku yang lain dengan diskon 20%
1.      SeoulMate- Rp. 45000-> Rp. 36.000
2.      SeoulMate is You- Rp. 45000->Rp. 36.000
3.      Khokkiri-Rp. 46000-> Rp. 36.800
4.      SeoulVivor- Rp. 51000-> Rp. 40.800
5.      Oppa&I- Rp. 28000-> Rp. 22.400
6.      Oppa&I: Love Missions- Rp.35000-> Rp. 28.000
7.      (Not) Alone in Otherland- Rp.45000->Rp. 36.000
8.      Paper Romaneà Rp. 52000-> Rp. 41.600
9.      Ga Gi Gu Gigi-HARGA KHUSUS Rp. 15.000
10.  Gokilboy/GokilGirl-HARGA KHUSUSRp. 15000
Selainbuku-buku di atas, buku lain tidak tersedia.
Pembayaran via transfer ATM/setor tunai BCA dan tidak ada nomor rekening dari bank lain (nomor rekening akan diinfokan kemudian saat mengirimkan email pemesanan).
Ongkir via BEX (bexindonesia.com, asal kota JAKARTA), per kilo muat 4 buku
Pesan ke [email protected] dengan format:
 Nama:
 Alamat lengkap (RT, RW, KODEPOS) :
 No.HP:
 Judul dan jumlah:
Promo ini berlaku dari 12- 24 September 2013
FAQs
  Q. Paling lambat transfer tanggal berapa?
A. Kamu diberi waktu 3 hari dari waktu kamu memesan (akan diinfokan di email balasan)
  Q.Setelah transfer, apa langsung dikirim?
A. Tidak. Karena ini adalah pre order, jadi menunggu selesai cetak dari penerbitnya. Buku dijadwalkan selesai tanggal 25 September 2013
Q: Ada apa bank lain selain BCA?
A: Tidak. Hanya BCA. Jika kamu tidak punya rekening BCA, kamu bisa transfer langsung dengan mendatangi bank BCA masing-masing di kotamu.
Q. Ongkir ke kota X berapa?
A. Bisa dilihatdi http://excel.office.live.com/x/ExcelView.aspx?FBsrc=http%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fdownload%2Ffile_preview.php%3Fid%3D570021083059736%26time%3D1376539335%26metadata&access_token=1588418825%3AAVKM90f-ZBw9a8U2DnkLQx2icVtwOFssKjzmiGzgWoD07A&title=Tiara%2C+Best%2C+Cerah.xlsx
Atau bexindonesia.com asal kota JAKARTA
Q. Selain Good Memories, apa buku lain bertanda tangan?
A. Semuanya bertanda tangan.
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Resensi Serial TV "Greek" dan Beberapa Info
Tumblr media
I’ve been watching this TV series called Greek lately. Serial ini pertama kali tayang tahun 2009 dan sudah berakhir di season 4 di tahun 2011. Berhubung sekarang ini sudah tahun 2013, aku nontonnya telat banget. Dan lagi, sebenernya kalau membaca sinopsisnya, serial ini jelas nggak akan kulirik. Terus kenapa kutonton?
Yah, aku bingung juga haha. Mungkin karena sering lihat iklannya di Star World, mungkin juga karena kakakku ngajarin cara download lewat torrent, jadi aku bisa dengan mudah download film-film yang bikin aku penasaran sejak dulu. Intinya, aku coba nonton beberapa episode dan ternyata oke juga. Well, lebih dari oke, soalnya aku jadi ngefans banget sama serial ini!
Tumblr media
ki-ka atas: Rebecca-Dale-Calvin-Evan-Ashleigh
ki-ka bawah: Cappie-Rusty-Casey
Jadi, Greek ini nyeritain kehidupan di sebuah universitas bernama CRU (Cyprus Rhodes University) yang memberikan penekanan pada the greek system. Nah, apaan tuh? Awalnya aku juga bingung. Kalau kalian pernah nonton American Pie atau Legally Blonde atau… errr… sorry cuma tahu dua itu hehe. Ada scene yang nunjukin kalau tokohnya masuk semacam organisasi kampus yang punya nama gabungan kata-kata  alfa/omega/beta/gama/psi/phi/kappa dll.
Ternyata, semacam organisasi itu disebut sebagai fraternities (untuk cowok, berarti brotherhood dari bahasa latin) dan sororities (untuk cewek). Di kampus-kampus, para mahasiswa baru bisa ‘daftar’ ke greek organizations tersebut dengan cara mengikuti sesuatu yang disebut ‘rush’. Macam perekrutan anggota baru pas di kegiatan ekstrakulikuler sekolah sih. Bedanya, nggak semua orang bisa masuk ke greek organizations dengan mudah. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Selain itu, juga ada system ‘bid’, yaitu jika salah satu organisasi ini melihat ada yang potensial untuk masuk ke organisasi mereka, mereka bakal diundang dengan iming-iming fasilitas lebih.
Tumblr media
Rumah-nya Kappa Tau
Oiya, masuk ke greek system berarti juga tinggal di sebuah rumah/asrama dan masing-masing punya susunan organisasi. Yah… awal-awal aku kepikiran sistem rumah di Harry Potter, sih. Apalagi, memang ada poin-poin (disebut blue ribbon) yang bisa menentukan apakah rumah mereka menjadi rumah terbaik di kampus.
Oke, itu sedikit info tentang greek system. Sekarang, kembali ke ceritanya. Greek mengisahkan Casey Cartwright (Zeta Beta Zeta, sorority nomor satu di CRU, yang juga menjadikan dia cewek popular banget), yang punya adik cowok yang baru masuk univ dan geek banget bernama Rusty. Cerita awalnya sih begitu. Tapi terus ada konflik antara Evan Chambers (Omega Chi, fraternity nomor satu di CRU… cowok-cowok kaya, pinter, tipe ‘jocks’-lah) yang merupakan cowoknya Casey dan sering berantem sama Cappie-bukan nama sebenarnya dan sampai season 3 ini belum tahu siapa nama sebenernya XD (Kappa Tau, fraternity yang terkenal paling jorok, paling suka party… kumpulan cowok yang suka have fun).
Casey-Evan-Cappie adalah cinta segitiga. Di pertengahan, yang bikin menarik, dijelasin ternyata Evan dan Cappie dulunya sahabatan sampai akhirnya pas kuliah, persahabatan mereka retak, bahkan bikin mereka jadi musuh bebuyutan. Daaaan, cerita Greek berputar di masalah mereka, selain juga diceritakan beberapa tokoh lain, tapi yang paling menarik bagiku adalah tarik ulurnya Casey-Cappie (of course it is! Itu kan inti ceritanya hehe).
Tumblr media
Scott Muchael Foster as Cappie. He's adorable, right?
Tokoh cowok yang paling kusuka: Cappie! And the good news is…. Katanya sifat Scott Michael Foster (pemeran Cappie) di real life juga mirip-mirip Cappie. Yay! Haha, entah kenapa… seneng aja hakakkaa. Tokoh cewek yang paling kusuka: Rebecca. Rebecca ini mahasiswa baru, direkrut ZBZ (jadi satu rumah sama Cassie) karena dia anak seorang senator (setiap rumah berlomba-lomba mendapatkan anggota yang terbaik supaya rumah mereka bisa menjadi best house… inget, kan kalau ada penilaian-penilaian).
Tumblr media
Dilshad Vadsaria as Rebecca Logan. Keturunan Portugis-India. Pertama lihat, ngingetin sama Eva Longoria.
Rebecca angkuh, seenaknya sendiri, keras kepala… tapi sebenernya haus kasih sayang karena kebanyakan orang melihat dia sebagai anak seorang senator dan sering dimanfaatkan. Apalagi ayahnya juga main selingkuh sana-sini yang bikin keluarga mereka hancur. Kenapa aku suka? Karena karakter dia keras dan kuat. Sekian. Keren aja haha. Tapi kalau di real life, ngeri deh punya temen kayak dia. But well, it’s better to keep her as friend than enemy J.
Setelah sampai ke season 3, aku penasaran tentang greek system ini dan googling sana-sini. Ternyata, it does exist! Well, aku tahu sih pasti emang exist, tapi yah… pas nonton ini aku mikir… kuliah kok isinya party melulu. Kalau nggak party, ya ada kegiatan sama rumah yang lain, lomba olah raga, bikin charity, dan kayaknya kok jarang gitu belajarnya.
Jadi aku berusaha memahami kenapa ada organisasi macam itu (Apalagi di salah satu episode ada yang nyeritain mahasiswa yang non greek protes tentang organisasi yang kadang dapet keistimewaan dari kampus, juga keseringan pesta yang kayaknya malah ‘ngerusak’). Then, I got my answer, meski nggak semua, sih (too lazy to read. I just read some haha).
Bayangin kamu ada di sebuah lokasi baru, pasti terasa awkward, kan? Dengan gabung ke organisasi macam ini, ‘otomatis’ kamu kenal orang, ikut ke kegiatan mereka. And hey, tanpa sadar… you already make friends! (ini kusimpulin dari sebuah artikel yang kubaca… yang sayangnya pas mau ditulis, artikelnya nggak ketemu XD).
Oiya, nggak semua anggota greek system tinggal di ‘asrama’/rumah mereka, kadang mereka tinggal di luar. Soalnya, tinggal di rumah-nya juga perlu bayar. Eh, iya.. join organisasi kayak gini juga ada fee-nya, lho.
Oke, sekian dulu review info tentang serial Greek dan penjelasannya, semoga sampai season 4 nanti, serial ini tetap menarik :)
  NB: ternyata Greek dulu dicancel sampai di season 3, tapi terus karena banyaknya petisi… diperpanjang sampai season 4 tapi hanya 10 episode aja.
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Resensi Novel House Rules by Jodi Picoult
Aku tahu nama Jodi Picoult sejak adanya film My sister’s Keeper. Saat itu, meski sudah menonton filmnya dan suka sekali dengan ceritanya, entah kenapa aku malah nggak minat baca novelnya yang saat itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Tapiiiii… sebulan yang lalu, di Kinokuniya Tokyo, sedang ada diskon besar untuk novel berbahasa Inggris. Ada beberapa novel Jodi Picoult dan aku memilih House Rules seharga 540 Yen (Rp. 58.000). Aku suka premis ceritanya yang terlihat dari kalimat di cover novel: Your son is accused of murder. You fear he might be guilty. What would you do?
Sesuai kalimat (yang kepanjangan tersebut) novel ini mengisahkan tentang Emma, seorang single parents yang memiliki anak Aspie (sebutan untuk Asperger’s Syndrome yang tergabung dalam kelompok autism) bernama Jacob.
Dulu waktu kuliah, aku pernah mendapatkan pelajaran ini, tapi yah… masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Lagi pula, bagi anak kedokteran gigi, mata kuliah itu hanya dipelajari satu atau dua mata kuliah saja (kalau aku nggak salah inget, sih hehe dan maaf jadi sesi curhat haha)
Jacob berumur 18 tahun dan ia sangat suka segala sesuatu yang berhubungan dengan crime. Serial TV fave-nya adalah CrimeBuster dan saking sukanya dengan hal-hal berbau detektiv-detektivan itu, dia bahkan bisa membuat sebuah crime scene buatan supaya bisa ia ‘mainkan’ bersama ibu dan adiknya, Theo yang berusia 15 tahun.
Permainan Jacob menjadi sorotan saat tutornya yang bernama Jess Oglivly ditemukan tewas dan semua bukti tertuju pada Jacob. Saat mendengar berita itu, ada sedikit kecurigaan di hati Emma. Melihat kegemaran Jacob (dan keahliannya menganalisa kasus… Jacob sering datang ke TKP kejahatan dan malah mengajari para petugasnya), suara hati Emma seolah mengatakan ada kemungkinan Jacob melakukannya.
Kalau aku jadi Emma, udah stres banget kali, ya dan bakal mengubur dalam-dalam pemikiran itu. Tapi Emma malah menelepon Rich Matson… detektiv yang menangani kasus terbunuhnya Jess. Emma pikir Rich hanya akan ‘berbincang’ dengan Jacob, tapi eeeee… Rich malah langsung menangkap Jacob sebagai tertuduh.
Meski awalnya terasa dragging banget, karena sampai beberapa bab nggak ada tanda-tanda si Jacob bakal jadi tertuduh. Bahkan, tokoh Jess baru muncul di Bab 5-an. Tapi ternyata Tante Picoult lagi membuat background situasi dan karakter dengan pondasi yang kuat. Sangat kuat, malah!. Novel ini diceritakan dari sudut pandang pertama dari berbafai tokoh: Jacob, Emma, Theo, Detektiv Rich, dan si pengacara Oliver. Yang bikin saya kagum, dengan POV 1… Jodi Picoult  bisa membuat pola pikir, gaya bahasa dan gaya bicara masing-masing tokoh sungguh berbeda. Mungkin itulah sebabnya dia jadi new york times best seller, yah. Haha.
Meski aku sudah bisa menduga misteri dibalik tertuduhnya Jacob, di akhir-akhir buku aku malah tertipu, mengira tebakanku salah. Haha. Padahal satu bab kemudian, baru kebenaran yang nyata terungkap.
Sayangnya, kurang penggambaran dari sisi orang tua Jess, atau siapa saja yang kehilangan. Memang sih, nggak ada PoV dari pihak kerabat korban, tapi kalau disinggung lagi bakal lebih bagus. Bahkan di pengadilan pun, penceritaan tentang bagian ini nggak ada. Padahal bisa diselipun orang tua Jess ngamuk-ngamuk atau gimana gitu :).
Intinya, novel ini novel yang keren. Seandainya dulu aku sudah baca novel ini, pasti waktu pelajaran tentang autism, aku lebih mengerti gejala klinis, patofisiologi,  treatment dan side effectsnya. Bukan berarti novel ini jadi macam buku diktat kedokteran, lho. Justru enggak. Info-info yang memperkarya wawasan itu berhasil diselipkan dengan apik.
4.5 bintang ★★★★☆ untuk novel ini.
0 notes
liaindra · 11 years
Text
Quick Report From Seoul International Bookfair 2013
Seoul International Bookfair 2013
Lia Indra Andriana
Tumblr media
  Tahun ini saya berkesempatan lagi menghadiri Seoul International Bookfair (SIBF) 2013 yang diadakan mulai tanggal 19-24 Juni 2013. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pameran buku bertaraf internasional ini bertempat di salah satu mall terbesar di Seoul yaitu CoeX Mall.
Dihadiri lebih dari 50 penerbit dari Seoul ditambah dengan belasan perwakilan dari negara lain, acara ini jelas merupakan daya tarik bagi saya juga pecinta buku yang lain. Saya memang hanya bisa sedikit bahasa Korea yang kira-kira hanya setingkat anak TK sehingga tidak akan mampu membaca sebuah buku, tapi saya tak khawatir karena pemeran buku ini juga banyak memamerkan dan menjual buku-buku berbahasa Inggris dengan harga miring.
Pagi itu saya berangkat pukul 09.30 pagi dari stasiun Hyehwa tempat saya menginap, menuju stasiun Samseong, lokasi CoeX mall. Perjalanan ditempuh dalam satu jam. Jam 10.30 tepat, saya keluar dari subway dan berjalan menuju mall yang langsung bergabung dengan subway. Di dekat pintu mall, saya melihat seorang bapak membawa kertas yang saya kenali sebagai brosur Seoul International Bookfair.
Karena saya lupa mengecek di lantai berapa pameran ini berlangsung, saya pun mendekati si Bapak berniat bertanya. Saat itulah saya melihat sepasang pemuda pemudi mengeluarkan uang 2000 won (1 won = Rp. 9,1) dan memberikannya pada si Bapak seolah bertransaksi. Melihat itu, saya mulai menajamkan telinga saya, berkonsentrasi pada kalimat yang diserukan oleh si Bapak. Dengan kemampuan bahasa Korea saya yang masih patah-patah, akhirnya saya sadar... si Bapak sedang menjual tiket masuk ke SIBF.
Bapak ini menjual tiketnya seharga 1000 won! Wow, lebih murah dari tiket asli yang seharga 3000 won. Tanpa ragu, saya pun membeli tiketnya, senang karena bisa menghemat. Setelah bertanya di mana lokasi pamerannya, saya pun segera berlalu.
Tumblr media
Begitu tiba di pintu masuk SIBF, kenangan akan pameran tahun lalu menyeruak di kepala saya. Masih seperti tahun lalu, pria dan wanita berjas licin dengan kalung name tag bertuliskan 'exhibitor' atau 'comitee' berlalu lalang di depan pintu. Suasana SIBF masih sepi dari pengunjung apalagi memang tiket box belum buka, tapi saya melihat beberapa orang Korea sedang mengisi sebuah formulir. Mengira saya juga harus mengisi formulir, saya mengambil formulir dan langsung mengembalikannya begitu tahu formulir itu bertuliskan hangeul (aksara Korea) secara keseluruhan. Tak ingin membuang waktu lama,  saya segera masuk.
Di SIBF, biasanya hari pertama tertulis untuk "professional only" yang artinya hanya digunakan  para penerbit dan agency penerbitan untuk bertransaksi. Tapi waktu saya memperhatikan sekeliling, banyak juga para pembaca biasa yang sedang berkeliling.
Tahun ini, guest of honournya adalah India sehingga mereka mendapatkan posisi booth di paling depan. Selain India juga ada perwakilan dari Jepang, Saudy Arabia, Prancis, Taiwan, Cekoslovakia, Kanada, bahkan PT Elex Media Komputindo juga datang sebagai satu-satunya perwakilan indonesia.
Tumblr media
Selain para penerbit, para ilustrator Korea pun ikut unjuk gigi. Bertempat di sebelah hall untuk penerbit buku anak-anak, mereka memajang hasil karya mereka, berikut kartu nama yang berisi informasi untuk menghubungi mereka jika ada yang berminat bekerja sama. Seperti kebanyakan pameran buku, juga ada beberapa workshop baik mengenai penulisan maupun industri buku. Sayang sekali saat saya datang, workshop yang sedang berlangsung ada dalam bahasa Korea.
Tumblr media
Jika kamu kebetulan ada di Korea dan suka dengan dunia perbukuan, cobalah mampir ke SIBF yang biasanya diadakan di akhir musim panas (Juni atau Juli). Untuk info lebih lanjut mengenail SIBF bisa mengakses www.sibf.or.kr.
 Kapan-kapan saya share tentang Tokyo Bookfair ya (kalau saya nggak males hehe)
0 notes
liaindra · 11 years
Text
[Report] June Project 2013
22-23 Juni- 3371 kata-11 halaman
23 Juni- 4351 kata- 13 halaman
24 Juni- 5127 kata-16 halamn
24 Juni-5683 kata-18 halaman
25 Juni-6514 kata-21 halaman
10 juli- 9132 kata- 31 halaman
11 Juli-10.000-33 halaman
12 juli-10694-35 halaman
13 Juli-11677- 38 halaman
14 Juli-12345-40 halaman
15 Juli-13139-42 halaman
16 Juli-14256-44 halaman
17 Juli-15220-46 halaman
18 Juli-16622-51 halaman
19 Juli- 17101- 52 halaman
20 juli-18543-56 halaman
21 Juli-19496-58 halaman
22 juli-20472
23 juli-21606
24 Juli-22790
25 Juli-23542
26 Juli-25311
27 Juli-26273
28 Juli-27013
29 Juli- 28067
30 Juli-29198
31 Juli-30070-Draft 1 dan saya malah pusing @.@
2 Agustus-31224
3 Agustus-cut some, add some 31243
5 Agustus-32227
6 Agustus-32667
7 Agustus-34012
0 notes
liaindra · 11 years
Text
[RESENSI NOVEL] WEEDING NIGHT BY SOPHIE KINSELLA
Tumblr media
I’m a fan of Sophie Kinsella’s but sadly I cannot put this title on my favourite books. Saya memang tidak berharap banyak pada novel ini karena sinopsis backcovernya entah kenapa kali ini sama sekali tidak membuat saya tertarik.
Setelah beberapa kali ke toko buku, akhirnya saya tergerak juga untuk membelinya. Nggak perlu waktu lama buat saya untuk menyelesaikan. Hanya perlu perjalanan Jakarta-Haneda pp saja ^^.
Sejak novel I’ve Got Your Number yang terbit tahun lalu, saya merasa tulisan Sophie Kinsella agak monoton terutama untuk karakter si cewek. Tapi di novel I’ve Got Your Number, saya terpesona dengan alurnya yang membuat saya jatuh cinta dengan kedua tokoh.
Novel Wedding Night sayang sekali tidak bisa membuat saya menyukai satu pun tokohnya. Beda dengan novel sebelumnya, kali ini pun Sophie Kinsella mengeksplorasi gaya menulis yang baru. Masih dengan POV 1 namun dari dua tokoh yang berbeda yang kebetulan adalah kakak adik.
Saat tahu perubahan gaya menulis ini, saya jadi lumayan excited. Jadi ceritanya Fliss, sang kakak berusaha mensabotase malam pertama dari Lottie si adik. Alasannya, karena Lottie tiba-tiba menikah dengan mantan pacarnya (Ben) yang sudah 15 tahun tak bertemu gara-gara berpisah dengan pacarnya yang tidak segera melamarnya. Tahu kalau Lottie tidak bertindak berdasarkan kepala dingin, Fliss berusaha menggagalkan malam pertama mereka supaya pernikahan mereka bisa dibatalkan.
Cerita bergulir di masalah itu dan juga seorang pria bernama Lorcan yang adalah teman Ben yang juga ingin menggagalkan pernikahan Lottie-Ben. Saya berharap banyak pada Lorcan-Fliss, apalagi di bab awal mereka sudah memiliki chemistry. Sayangnya mereka ke belakang, kisah mereka agak tenggelam dengan kisah Lottie Fliss (memang sih, tombak cerita ini ada pada mereka… but still saya tetep pengin baca style lama Sophie Kinsella yang biasanya kuat banget bikin ‘percikan-percikan’ antara dua tokoh). Akhir cerita untuk Lottie sudah jelas dan bisa ditebak. Tapi akhir cerita untuk Fliss-Lorcan…. errr… saya harap mereka punya kisah mereka sendiri di sebuah novel berbeda ;p
Begitulah. Meski agak kecewa, saya tetap menunggu karya Sophie Kinsella berikutnya.
0 notes
liaindra · 11 years
Text
[Resensi Novel] Me Before You
Tumblr media
[Resensi Novel] I’ve been eyeing this novel several times, on bookstores and on my kobo e-book. Cover aslinya yang berwarna pink-hitam-lah yang pertama kali menarik minat saya. Sinopsisnya sendiri tidak terlalu menarik namun buku ini selalu masuk di bagian best-seller.
Akhirnya niat membeli muncul saat saya melihat terjemahan buku ini lagi-lagi nongkrong di buku laris. Saya harus berterima kasih pada perjalanan Surabaya-Jakarta dan Jakarta-Kuala Lumpur karena kayaknya saya nggak bakal minat memulai (bukan karena pesimis pada isinya atau pada bukunya yang amit-amit tebalnya… 656 halaman!) kecuali saya terjebak di kursi penumpang tanpa bisa melakukan hal yang lain yang lebih menarik (nge-tweet misalnya XD).
Saya suka novel ini (kecuali sinopsis backcover-nya yang menurut saya bisa dibuat lebih menarik). Awalnya saya tidak berharap banyak, bahkan mengira ini jenis cerita cinta panjang dengan konflik mbulet (terlalu banyak detail yang terasa membosankan) seperti buku yang terakhir saya baca (Doughlas Kennedy-That Moment yang saya baca gara-gara novelis Korea Kim Eun Jeong mengatakan suka tulisan bapak satu ini).
Me Before You mengisahkan tentang Louisa, si ceria namun dengan hidup monoton (plus selera pakaian aneh… celana ketat warna seperti lebah) dan Will si penderita quadriplegia (kerusakan pada tulang C5/C6 yang menyebabkan tubuhnya tak bisa bergerak mulai dari dada ke bawah. Hanya satu lengan bisa bergerak sedikit) tukang pencemooh nan sinis dan keras kepala. Keduanya dipertemukan karena orang tua Will mencari perawat untuk Will dengan masa kontrak 6 bulan saja.
Awal-awal membaca, entah kenapa saya feel-nya sama dengan Sunshine Becomes You-nya Ilana Tan. Mungkin karena sifat-sifat tokohnya mirip. Kalau Sunshine Becomes You terasa manis namun too good to be true, Me Before You terasa manis dan pahit yang di saat bersamaan terasa begitu nyata.
Saya suka cara Jojo Moyes menulis isu yang masih menjadi perdebatan semua orang ini: tentang hak untuk mengakhiri hidup diri sendiri. Sejak membaca draft novel kakak saya waktu masih remaja yang sepertinya sudah hilang dan yang nulis pun sudah lupa XD (Suicide is Fun and a Easy), saya selalu tertarik dengan topik ini apalagi dulu salah satu teman saya pernah menelepon saya setelah dia mencoba melakukan itu dan gagal (yang langsung saya teriakin ‘you are so stupid!). Meski pendapat saya tentang isu ini sudah jelas, saya kagum dengan keberanian para pelaku.
Isi novel tebal ini cukup kompleks. Selain konflik utama, Jojo Moyes memasukkan character background tiap-tiap tokoh dan membuat cerita dari tiap personality dan keadaan mereka, termasuk keadaan keluarga Lou dan Will. Dialog-dialognya juga cerdas sekali dan menggambarkan karakter keduanya dengan jelas. Seandainya novel ini diangkat menjadi film (dan menurut saya ceritanya memang materi film banget), dialog-dialognya pasti bisa bikin senyum-senyum terutama saat mereka berdebat.
Pengin rasanya bikin novel sekompleks ini namun tetap mengalir dengan porsi yang pas dan tanpa logika yang bolong. Selama ini kalau saya menaruh terlalu banyak background di novel saya sendiri, saya malah keteteran sehingga terpaksa saya harus menghilangkannya (atau kadang saya yang nggak mau repot XD).
Yang agak menganggu, novel ini ditulis dari POV 1 tokoh Lou. Namun di beberapa bagian tiba-tiba muncul PoV 1 dari tokoh lain: ibu Will, ayah Will, adik Lou, dan suster Will yang bernama Nathan. Mungkin, penulis ingin memasukkan pandangan orang lain mengenai interaksi Lou dan Will tapi sebenarnya agak tidak pas karena waktu membaca menurut saya cerita itu masih bisa diceritakan dari POV Lou sendiri.
Saya pernah menemukan novel lain yang seperti ini yaitu After D-100 dari Park Mi Youn. Tapi di novel terjemahan Korea itu porsinya memang pas (yang juga membantu membuat novelnya semakin menarik) karena pembaca jadi tahu info penting dari sudut pandang tokoh lain.
Bagi kamu yang suka karya-karya semacam My Sister’s Keeper, novel ini harus kamu baca.
4,5 ★★★★☆ untuk Lou yang berselera pakaian aneh dan Will yang keras kepala.
*ditulis di atas pesawat menuju Kuala Lumpur… yang tentu saja tanpa adanya perjalanan ini, saya nggak akan nulis resensi ^^. Sampai jumpa di perjalanan yang lain!!!! ♥
NB: saya suka kalimat ini yang ditulis Jojo Moyes di bagian tanya jawab dengan penulis> Saya percaya kita harus menulis buku yang memanggil-manggil kita dari dalam, meskipun topiknya mungkin bukan topik yang sesuai untuk pasar.
0 notes
liaindra · 11 years
Text
My Seoul Trip 14-20 June 2013
Perjalanan ke Korea kali ini bisa dibilang cukup mendadak. Kalau biasanya sudah dipersiapkan beberapa bulan sebelumnya, kali ini aku baru memesan tiket sebulan sebeluknya. Alasannya: karena termakan rayuan kakakku. Hehehe. Well, jadilah aku, kakakku dan juga Papaku pergi ke Korea di bulan Juni yang panas ini. Padahal dulu aku yakin, kalau aku ke Korea lagi... aku bakal pilih musim gugur. Kali ini juga, aku mengurus visa sendiri langsung ke kedubes. Sebelum2nya, karena aku masih bekerja kantoran, agak susah kalau harus minta ijin. Jadi jasa travel agent sangat berguna. Nggak ada kesusahan yang berarti dalam mengurus visa. Lima hari kemudian visa itu jadi. Secara garis besar, aku hampir mengulang semua tempat yang pernah kudatangi dulu jadi sebenernya agak bosan juga. Beberapa tempat bahkan sudah kudatangi berkali-kali saat aku mengikuti kursus bahasa tahun lalu. Tapi saya menikmati semua makanan Korea yang memang sangat ngangenin haha. Ini dia list makanan saya: 1. Bibimbab 2. Kimbab 3. Budaejjiga 4. Kamjathang 5. Kyeranjjim 6. Dalkhanmari 7. Jjimdalk 8. Tteokbokki dan odeng (apa sih bedanya sama eomuk?) 9. Kopdalk 10. Banana uyu 11. Samgyeopsa 12. Nokcha Patbingsu 13. Goguma latte 14. Honeybread 15. Dalkkalbi Sebenarnya masih ada beberapa makanan yang ingin banget saya makan. Namun apa daya... saya di sana hanya 5 hari dan perut saya nggak cukup untuk menampung semuanya. Oh untuk dalkhanmari, aku mengikuti petunjuk seorang blogger yang mengatakan tempat makan paling enak bernama Myeongdong dalkhanmari di Dongdaemun. Saat pertama kali mencari di malam hari, kami tidak bisa menemukannya padahal di peta terlihat gampang. Tapi kami mencoba lagi di diang hari... dan ternyata... aku sudah sering lewat jalan itu bahkan lumayan mengenali daerahnya, kurang belok ke kiri sekali saja. Duh! Tapi saat itu, mencari rumah makan itu butuh perjuangan besar ditambah butuh bahasa Korea dan bahasa Jepang (kami bertanya pada seorang bapak yang menjelaskan dengan bahasa Korea... aku cuma menganggukkan kepala padahal juga kurang begitu mengerti. Tiba2 si bapak tanya apa bisa bahasa Jepang dan kakak saya yang memang fasih langsung menjawab. Dan begitulah, akhirnya kami menemukan rumah makannya). Oiya, saya juga menyenpatkan diri nonton di bioskop. Well, kakak saya sih yang pengin nonton superman. Jadinya kita mampir di CVG di daehakno. Saat akan membeli tiket ternyata ada 2 pilihan. 1 yang seharga 8000 won dan satu lagi seharga 9000 won. Penasaran (dan mengira tempatnya lebih eksklusif or something like that) , kita pilih yang 9000 won. Ternyata, yang berbeda adalah kursinya! Kursinya bisa bergetar. Awalnya kupikir getaran diakibatkan dari suara yang bas-nya kegedhean tapi ternyata memamg fasilitas dari kursi vuse (? Maaf, lupa namanya^^). Yang nggak enak dari nonton di Korea adalah... orang2 Korea kan kebanyakan tinggi... jadi ujung2 kepala mereka menutupiku T^T. Saya juga pertama kali menggunakan box penyimpanan barang yang sering ditemukan di subway (well tapi kami menggunakan yang ada di Coex Mall). Membaca petunjuk penggunaan yang tanpa bahasa Inggris sangatlah susah. Akhirnya aku bertanya pada seorang security yang membantu kami dari awal sampai akhir dengan sabar meski beberapa kali dia harus mengulang perkataannya karena aku nggak begitu mengerti penjelasan bahasa Koreanya. Makasih banyak ya mbak! Eh harusnya manggilnya 'dik' sih. Meski dia bekerja sebagai security, jangan dibayangkan seorang pria berbadan besar. Security mall ini seorang cewek yang masih sangat muda, tubuhnya mungil dengan rambut panjang dan kulit putih. Hm... bayangkan IU... nah perawatannya seperti itu. Imut sekali, kan? Rasanya pengin bawa dia pulang dan diorbitin jadi artis, deh. Haha mulai ngelantur. Oke lah, sekian dulu dariku. Sampai jumpa lain kali. Lia *tadi ditulis pas lagi transit menunggu penerbangan balik ke Jakarta dan dilanjutkan saat menunggu penerbangan ke surabaya T.T*
0 notes