Tumgik
nugiki · 11 months
Text
Sulit sekali menghadapi orang yang dungu tapi merasa paling kompeten. Padahal kompeten itu ada standar ukurnya dan itupun perlu diukur oleh orang lain bukan self claim
0 notes
nugiki · 1 year
Text
Saya kira bernilai,
ternyata faktor favoritisme
0 notes
nugiki · 1 year
Text
Jiwa perlahan mulai mati, semua yang ada mulai terasa hambar
0 notes
nugiki · 1 year
Text
Naik-turun ini bukan hal yang negatif. Fase ini akan jadi sangat berharga jika bisa dihadapi bersama.
0 notes
nugiki · 1 year
Text
The Wealth of Nation bukan kitab pertama Ilmu Ekonomi, Smith juga bukan Bapak Ilmu Ekonomi apalagi Ricardo !
Pemaparan terkait ilmu ekonomi di zaman pertengahan masih bersifat normatif dan terkadang diulas dari perspektif hukum. Diskursus simposium pada saat itu menjadikan ekonomi semakin tidak ilmiah karena dimasukkan ke dalam isu moral dan hukum. “Membosankan” itu istilah yang tepat dari tidak eksploratifnya para pakar ekonomi yang kadang self-declare terhadap kepakarannya sendiri.
Semua yang diulas para pemikir barat saat itu sebenarnya sudah dipaparkan oleh Ibnu Khaldun dimana sudah ditemukan teori kependudukan sebelum Malthus dan desakan untuk negara dalam berperan di ekonomi sebelum keynes.
Muhammad Hilmi Murad, sosok pakar ekonomi sekaligus Mantan Menteri Pendidikan Mesir secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun atau Bapak Ekonomi: Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut, Hilmi Murad membuktikan bahwa Ibnu Khaldun terbukti secara ilmiah menjadi penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya dalam sebuah simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir tahun 1978.
Ulasan lain menyebutkan bahwa faktor teks yang berpengaruh terhadap kemampuan Ibnu Khaldun untuk memberikan rumusan terhadap permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh berbagai dinasti Islam adalah karya-karya Ibnu Taimiyah dan al-Gazali, khususnya yang berkaitan dengan penjelasan mengenai penawaran, permintaan, dan mengenai uang. Selain itu, Ibnu Khaldun juga memahami berbagai pemikiran yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan Muslim lainnya, sehingga ia mampu memahami permasalahan secara utuh.
Beberapa hal tersebut menjadikan Pemikiran Ibnu Khaldun sangat aktual dan empiris dalam mendefinisikan kondisi ekonomi, risalah”nya menjadi inspirasi pemikir ekonomi barat untuk mengulas sisi ekonomi mikro dan makro yang relevan dari waktu ke waktu.
0 notes
nugiki · 2 years
Text
Semoga ini jadi pelabuhan terakhir. Kapal yang berkali2 karam ini semoga sampai ke tujuan-Nya. Insya Allah menuju kesiapan mengarungi lautan bersama
1 note · View note
nugiki · 3 years
Text
Selain karena gemas dan lucu, hewan peliharaan juga dapat menjadi teman curhat di saat lara sedang menghujam.
Tapi saya rasa ada alasan lain kenapa orang memelihara hewan, yaitu sikap penurutnya.
Saya yakin sebagian cenderung menikmati saat mengontrol sesuatu di luar diri mereka.
0 notes
nugiki · 3 years
Text
Saya sering dihadapkan dengan kondisi yang memaksa, jika soal pekerjaan mungkin itu hal yang biasa.
Tapi ini soal cinta! Saya ga habis pikir untuk memilih seorang pasangan saja harus ditekan.
0 notes
nugiki · 3 years
Text
"Bernalar logis" redaksional ini terdengar simpel tapi kenyataannya sulit diterapkan. Seringkali dalam praktiknya terbentur dengan kepentingan pribadi, kelompok atau bahkan minimnya literasi.
Salah satu yang dikhawatirkan dari ketidakmampuan bernalar logis yaitu terbentuknya standar berpikir tertentu yang sudah ajek hingga tak mampu lagi untuk "logis" dengan sekitarnya.
1 note · View note
nugiki · 3 years
Text
Nepotis Terlalu Kuat
Kuhirup secangkir susu hangat di sudut gerbong kereta, bertatakan meja kecil yang tertempel di bawah jendela. Saat itu gerbong terasa sepi mengingat pandemi covid yang masih mengurungkan masyarakat untuk aktif bermobilisasi. Sayup-sayup terdengar percakapan dua orang Bapak-Bapak, mungkin usianya sekitar 40-50 tahunan sedang membahas persoalan rekrutmen karyawan di salah satu perusahaan terkemuka, sebut saja X. Salah satu bapak-bapak tersebut berkeluh bahwa anaknya ga diterima di perusahaan X karena bersaing dengan saudara manajer X. Bapak satunya lagi menyaut dengan masalah yang serupa. Pikiran dan hati ini sempat bertanya-tanya, lantas apakah kedua Bapak ini harus menerima pil pahit yang sudah mereka telan ?
Nepotis memang identik dengan adegan romansa keluarga atau golongan tertentu untuk menyukseskan kepentingan dengan jalan pintas. Adegan romansa yang kadang bikin deg-degan ini membuat persaingan SDM tidak lagi kompetitif. Lambat laun karyawan yang lainnya akan terasingkan bahkan terbuang. Memang, ada saja alasan sang nepotis untuk membenarkan tindakannya, bisa dengan melebih-lebihkan spesifikasi karyawan yang di rekrut, menjelaskan bahwa perusahaan sedang urgent akan SDM di bidang tertentu, dll.
Terbesit pertanyaan, bagaimana karyawan tanpa hubungan daerah dengan sosok tertentu dapat survive dengan kondisi nepotisme ini ? Sastia P Putri salah satu ilmuan terkemuka asal Indonesia dan menjadi salah satu Asst. Prof. di Osaka University berpendapat “kalau kita bekerja dalam situasi di mana kita itu minoritas atau rentan akan tindak diskriminasi, kita harus bekerja dua kali lebih keras untuk bisa di-consider in the same level”. Namun, bagaimana langkah aplikatifnya ?
Banyak hal yang bisa dilakukan, kita dapat upgrade skill apapun yang dapat menunjang jobdesc, cari relasi yang lebih luas (ga hanya di lingkungan kantor aja), update isu terkini, perbanyak referensi komedi yang relevan dan memposisikan diri ke kondisi dimana hanya “kita” yang bisa melakukan suatu jobdesc tertentu secara maksimal
2 notes · View notes