Goresan tinta; curahan hati; dan untaian kata, dari seorang hamba yang berharap Ridho-Nya.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
🤧 Bener-bener lagi ngerasain.. Mungkin memang belum rezeki mendapatkannya. Bener-bener harus Ikhlas ya Allah 🤧
“Tidak semua harus dipertahankan. Terkadang, ada hal baik yang datang ketika kita melepaskan”
— Choqi Isyraqi
482 notes
·
View notes
Text
Apa salah satu penyebab kesedihan?
Kandasnya sebuah harapan.
60 notes
·
View notes
Text
Hal-hal yang begitu melelahkan..
Allaah, jika pada akhirnya semua urusan ini membuatku lelah. Maka tolonglah aku untuk melalui ini semua dengan kemudahan. Meski sangat sesak hingga tak bisa bernafas. Tolonglah lapangkan perasaanku agar lebih ringan dalam menerima segala ketentuanMu.
Allaah, jika pada akhirnya segala urusan ini tidak mengubah apapun. Maka tolonglah aku agar aku tetap pada jalan menujuMu selelah apapun aku, sedingin menyerah apapun diriku.
Air mata ku tak bisa kubendung kala mengingat perihal luka yang tergores. Aku ingin sekali menyerah, tapi itu bukanlah pilihan. Maka tolong aku, Allaah. Dalam kesulitan ini aku sungguh memohon pertolonganMu.
Aku tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap dan bertindak. Sebab pada apapun upaya, rasanya begitu melelahkan batin dan kakiku.
Senja berwarna pucat,
aku melihat kesedihan ini..
338 notes
·
View notes
Text
“Tidak perlu terlalu kecewa jika apa yang kita usahakan tidak sesuai dengan harapkan, terkadang kita harus jatuh agar tahu dimana yang kurang baik dari rangkaian proses yang pernah dijalani, dan barangkali ada niat kita yang salah arah dan tempat.”
—
Gagal itu tidak selalu buruk, terkadang ia baik untuk menyadarkan seseorang yang sudah buta oleh tujuan dan nafsunya. Jika kita tidak bisa disadarkan oleh aturan dan hukum yang kita ketahui, mungkin dengan ditampar oleh kegagalan barulah kita sadar.
Tidak apa-apa, bertumbuh itu memang penuh lika-liku dan naik turun, bukan? Ingat, dewasa itu melatih segala hal, termasuk rasa gagal dan rasa untuk memulai lagi. Patah itu pasti, tapi tumbuh dan menyambung lagi itu pilihan.
@jndmmsyhd
653 notes
·
View notes
Text
Dalam salah satu bukunya, Syaikh Abdullah Darraz menyampaikan, "Cinta hakiki yang shahih; adalah cinta yang membawa kepada apa yang Allah suka dan ridhoi"
Cinta kepada Allah dan Rasulnya, adalah pucuk tertinggi sebuah derajat cinta. Ia kan kekal dan tertanam dalam jiwa. Yaitu mereka yang Menjadikan cinta kepada Allah dan Rasulnya, melebihi cintanya kepada sesuatu yang lain. Tiada saing dan tiada dua.
Maka, berbahagialah bagi mereka yang memprioritaskan Allah diantara selainnya. Barangsiapa yang menjaga cinta-Nya, maka ia telah menjaga ketaatan pada-Nya. Ia cinta kepada Allah; dan Allah pun Mencintainya.
{ قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ }
0 notes
Text
Barangkali, yang membuat kita gelisah dan merasa tidak tenang bukan karena besarnya masalah yang sedang kita hadapi, tapi karena besarnya jarak yang terbentang antara diri kita dengan Allah.
"Dear diri, melembutlah, kembalilah..."
233 notes
·
View notes
Text
“Tidak semua harus dipertahankan. Terkadang, ada hal baik yang datang ketika kita melepaskan”
— Choqi Isyraqi
482 notes
·
View notes
Text
The Good Perspective
Jadi produktif itu bukan berarti harus sibuk. Ia sebenarnya adalah tentang bagaimana kita tahu kapan harus melaksanakan ide, kapan harus tidur dan kapan harus menulis mimpi lagi.
Jika sedang waktunya melaksanakan ide, jangan bantah dengan alasan dan alasan. Jika memang waktunya untuk tidur, ya tidurlah, beri badanmu ruang rehatnya. Dan jika memang sudah waktunya untuk menulis mimpi lagi; berimajinasilah; ia penting untuk setiap manusia besar!
Senin, 7 Februari 2022
329 notes
·
View notes
Text
Cukup mewakili, heheh.
Kamu Perlu Berhenti Sejenak, Kawan
@edgarhamas
Lelahmu pasti akan berganti bahagia. Begitulah cara dunia ini bersikap adil. Tidak ada yang benar-benar senang selamanya, dan tidak ada yang benar-benar merutuk selamanya. Selama kau di dunia, semuanya akan bergilir.
Jadi, jangan sedih, ya.
Jika kamu merasa capek dan hatimu sesak dengan beban-beban yang seakan terus datang menumpuk, jatah gagalmu sedang berkurang. Jatah naasmu sedang meranggas seperti daun jatuh di musim kemarau. Kamu perlu berhenti sejenak dan menutup matamu, dalam keheningan. Dalam satu masa ketika hanya angin yang kau sapa dan hanya suara hatimu yang kamu dengar.
Berhenti sejenak, tapi bukan untuk berhenti sepenuhnya.
Istirahatkan bahumu yang banyak menanggung impian demikian besar, istirahatkan telingamu dari apa kata orang, rehatkan matamu dari segala pencapaian mereka yang kadang membuatmu getir.
Dan lihatlah dirimu sendiri dan orang yang kau cintai, sudahkah kau berterima kasih padanya? Kadang, kita banyak berterima kasih pada orang-orang yang baru saja kita kenal, tapi tak pernah sekalipun kita sadar untuk memeluk erat mereka yang ada selalu di kanan dan kiri kita.
Berhentilah sejenak untuk bercengkrama dengan mereka, mengukir kenangan dan tertawa sambil minum teh dan menikmati hujan. Kamu perlu membedakan mana meluangkan waktu dan membuang-buang waktu.
Bagiku, menyediakan waktu khusus untuk “dibuang”, itu menghargai waktu.
Baca lagi buku kenanganmu yang lama tak kau lihat, lihat lagi sudut-sudut ruangan yang telah lama luput dari perhatianmu. Atau pada teras rumah yang bisa memberimu cukup ruang untuk hanya sekedar menikmati senja. Kau tahu? Biasanya di situlah rahasia kesejatian kita berada.
Banyak orang meniru-niru yang lain agar bahagia, atau lebih tepatnya agar terlihat bahagia. Padahal menjadi dirimu sendiri itulah kedamaian tiada tara. Dan semuanya tersimpan dalam hal-hal sederhana yang membentuk dirimu.
Jadi, cobalah berhenti sejenak jika kau jenuh dan lusuh. Temukan ketenangan jiwa dalam renungan dan hela nafas teratur. Temukan dirimu lagi, temukan.
1K notes
·
View notes