sarashaf
sarashaf
Sarashaf
13 posts
asking to ourselves everyday: why we live? and, what do we live for?
Don't wanna be here? Send us removal request.
sarashaf · 4 years ago
Text
Keinginan paling tidak realistis adalah mempunyai keluarga yang sempurna.
Aku yang telah berkeluarga, sambil membawa sisa kenangan tidak baik dari keluargaku dahulu (bahkan sampai saat ini), kadang rasanya membuatku sangat frustasi.
Aku yang paham betul bahwa idealisme hanya akan menyakiti diri sendiri, berusaha sadar penuh setiap menggantungkan ekspektasi. Teruntuk keluarga kecilku kini, yang setiap harinya dipenuhi suka duka namun begitu dirindukan, semoga kita selalu bisa melalui setiap detik dengan penuh syukur dan bermakna.
Maafkan aku, seorang istri dan ibu yang amat jauh dari kesempurnaan. Tetapi ikhtiarku selalu berproses, setiap detik dan setiap menit, aku selalu ingin menjadi lebih baik. Memberi rasa kasih dan sayang yang tidak terbatas, meluaskan rasa sabarku, dan memperbesar keikhlasan atas segala yang sudah, sedang, dan akan terjadi. Semoga semua itu akan membuat hati kalian merasa cukup.
Semoga genggaman erat pada tangan kecil anakku, usapan lembut dalam tawa dan tangis suamiku, bisa membuat mereka merasa cukup. Merasa selalu ingin pulang dan berkumpul dalam satu obrolan hangat.
Karena mereka adalah duniaku, tidak ada yang lebih indah dari itu. Kiranya berkenan, semoga Allah selalu menjaga dan mempersatukan kami hingga ke surgaNya. Aamiin.
1 note · View note
sarashaf · 4 years ago
Text
Terimakasih, Aku.
Rasanya, enam bulan terakhir ini adalah salah satu periode perjalanan paling berat yang pernah aku alami sepanjang hidup. Aku merasa lebih dari bahagia setelah kelahiran putra pertamaku. Tapi tentu saja hidup ini berimbang. Fase ini mendatangkan begitu banyak rintangan yang mengundang derai air mata hampir setiap harinya.
Sudah enam bulan, aku tidak pernah tidur pulas. Bahkan untuk tidur selama 3-4 jam tanpa distraksi saja, sudah tidak pernah aku rasakan. Tetapi, semuanya terasa layak dan terbayar. Karena aku bisa menyaksikan tumbuh kembang anakku dari hari ke hari tanpa ada yg terlewati sedikitpun. Indah sekali.
Sejak enam bulan lalu, aku sering mendapat tekanan. Tekanan lingkungan bahwa aku harus mampu memberi ASI eksklusif pada anakku, tanpa tambahan formula sedikitpun. Tentu saja itu hal positif yang layak aku turuti, tetapi perjalanannya tidak seindah bayanganku. Setelah berbulan-bulan kucoba mengASIhi dengan sepenuh hati, hasilnya kurang maksimal. Berat badan anakku cukup rendah dibandingkan usianya. Hal inipun mengundang komentar orang sekitar, "kok kurus banget ya?" "Air susu nya dikit ya" "air susu nya keluar nggak sih, kok nangis melulu anaknya?". Hei! Bayangkan saja, jika aku hidup serba mudah tanpa harus mengurus seisi rumah sendirian, punya ART yang siap sedia ketika dipanggil, tinggal dengan kedua orangtua terutama ibuku yg senantiasa membimbing aku dalam mengurus bayiku, tentu ASI deras bukanlah hal yg sulit aku dapatkan. Tapi kenyataannya, kini aku tinggal di kota lain yang jauh berbeda dengan kota asalku, hidup seorang diri tanpa didampingi orangtua kandungku dalam mengurus bayiku, mengerjakan segala urusan rumah tangga sendirian, dalam sehari hanya tidur maksimal total 4 jam saja, hidup berdekatan dengan mertua, komunikasi yang mendadak jadi buruk dengan suamiku karena aku begitu kelelahan, dan masih banyak lagi hal lainnya yang tidak bisa aku jelaskan. Lalu aku harus bagaimana lagi? Jujur, lelah sekali. Lelah sekali. Lelah.
Dalam enam bulan ini pula, aku sering meratap. Melihat rekan-rekanku yang sudah jauh di depan sana. Mereka yang sudah memulai perjalanan karir nya menjadi dokter, sedangkan aku masih diam di rumah dengan menggunakan daster dingin. Memang pekerjaanku saat ini jauh lebih mulia, mengurus bayiku sepenuhnya. Melihat bayiku saat ia membuka mata hingga saat ia tertidur lelap. Menggemaskan sekali. Dan akupun bahagia. Namun aku tidak bisa mengelak bahwa rasa sedih itu sering muncul, perasaan tertinggal dan perasaan rindu terhadap rutinitas profesiku di masa lampau. Ketika aku sedang merenung, aku sering menghibur diri, "tidak apalah, hidup ini bukan perlombaan. Aku memiliki kesempatan yg belum tentu orang lain miliki. Yaitu merawat bayiku sepenuhnya. Memeluk dan menggendong sepuasnya. Sabar, Sar. Semua ada zona waktunya."
Kadang lucu, manusia sering kufur. Lupa cara untuk bersyukur. Padahal apa yang kita miliki hari ini, bisa jadi yang sangat diimpikan oleh orang lain. Apa yang kita alami saat ini, bisa dengan mudahnya Allah ambil dan lenyapkan. Maka sebagai pengingat diri, aku selalu mengucap syukur atas segalanya. Alhamdulillah, atas segala senang dan sedihku. Alhamdulillah, atas segala lelah dan waktu luangku. Alhamdulillah, atas segala tawa dan tangisku. Semuanya bermakna, dan pasti akan aku rindukan suatu hari nanti.
Dan yang paling penting, aku tidak boleh lupa untuk berterimakasih. Tentu saja, berterimakasih pada diriku sendiri. Terimakasih, Sar. Terimakasih karena kamu sudah bertahan sejauh ini. Terimakasih karena kamu memilih untuk tidak menyerah. Terimakasih karena kamu selalu berusaha menjadi istri dan ibu yang lebih baik setiap harinya. Terimakasih karena kamu berhasil untuk menahan ego dan tidak cemburu buta atas capaian langkah orang-orang disekitarmu. Terimakasih, sudah menjadi dirimu.
Kini, saatnya tersenyum. Karena hati ini sudah menjadi lebih tenang, setelah mendapat ucapan terimakasih paling tulus yang pernah aku dengar.
- Sarashaf.
0 notes
sarashaf · 4 years ago
Text
Ternyata, 2 tahun ini begitu singkat.
Ya, singkat bagi anak seusiaku untuk belajar tentang makna berumahtangga. Baru 731 hari yang dilalui, mana mungkin aku bisa disebut si mahir.
Menurutku, inilah yg disebut dunia nyata. Nyata bahwa banyak hal yg kenyataannya tidak sesuai harapan, tidak sesuai keinginan, memberi banyak tantangan, menumpuk rasa sesak dan lelah yg mungkin tidak akan berakhir. Tidak akan pernah. Lalu, apakah alasan-alasan ini cukup untuk membuat aku melambaikan bendera putih? Tentu tidak. Tidak sama sekali.
Allah SWT menciptakan makhlukNya berpasang-pasangan bukanlah tanpa maksud. Kita tidak akan pernah bisa menjawab mengapa pasanganku adalah dia, pasanganmu adalah si X, dan seterusnya. Hal itu bukan bidang keilmuan manusia, dan juga bukan untuk dipertanyakan. Rencana Allah pasti baik. Yakini saja, tanpa tanda tanya. Hanya saja, Allah pasti menyimpan banyak petunjuk dalam perjalanan setiap hambaNya untuk membuat kita perlahan menyadari bahwa takdir dan pilihan Allah pastilah yg terbaik.
Apakah pasanganku adalah lelaki sempurna? Tentu bukan. Lagipula, angkuh sekali jika aku berharap memiliki pasangan yg sempurna, sedangkan kekuranganku saja sudah lebih dari hitungan jari tangan. Apakah pasanganku adalah sosok yg mudah dimengerti? Tentu saja tidak. Karena akupun, bukan wanita yg mudah untuk dipahami. Apakah pasanganku adalah seorang yg sering mengumbar kalimat manis dan romantis setiap saat? Tentu jauh dari kata iya, dia bukan yg seperti itu.
Dia adalah lelaki keras kepala, sulit digoyahkan jika sudah meyakini suatu hal. Kadang ia sulit mengelola kesabaran, ucapannya kadang kala menyakiti, dan yg pasti, sulit sekali diminta waktunya jika rutinitas hobinya sudah memanggil. Tetapi, apakah hal-hal ini cukup untuk membuat aku menyerah? Aku rasa, aku masih kuat. Dan akan selalu kuat. Mengapa?
Karena, dia adalah lelakiku. Dia adalah pria pilihan Allah untuk menjadi imamku. Lelaki yg akan membimbing aku dan anakku menuju surgaNya. Dia adalah lelaki yg selalu menerima kekuranganku. Hanya dia yg tahu betul apa makna dari setiap keluh kesah, ekspresi, dan perasaanku. Dia adalah seorang yg tidak pernah munafik akan pemikiran dan perasaannya. Dia satu-satunya lelaki yg sanggup menerima kekuranganku. Dia lelaki yg sejak awal selalu berjuang untuk hubungan kami. Lelaki setia yg tidak menjadikan kata-kata manis sebagai modal untuk merayu. Dialah lelaki paling bertanggungjawab yg pernah aku temui. Sosok suami dan ayah yg pekerja keras untuk kebahagiaan keluarga kami. Kecerdasannya tidak menjadikan ia angkuh, dan kepeduliannya terhadap sesama selalu menjadikan kehidupan keluarga kami terasa cukup dan penuh rasa syukur.
Terimakasih, suamiku. Orang paling keras kepala yg paling aku cintai. Semoga Allah selalu menjaga keluarga kecil kita, dan Allah cukupkan nikmat serta rezeki dalam keluarga kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam membangun keluarga yg sakinah mawaddah warahmah.
Baru tujuh ratus sekian hari yg terlewati, masih ada ribuan hari di depan sana yg akan kita arungi. InsyaAllah.
Apapun rintangannya, semoga kita selalu menjadi pasangan yg kuat. Semoga Allah selalu utuhkan rasa kasih dan sayang dalam hati keluarga kecil kita. Aamiin.
Salam sayang,
Dari istrimu yg gampang nangis.
0 notes
sarashaf · 4 years ago
Text
- PERSALINAN PERTAMAKU -
Tumblr media
Hari itu, 11 november 2020 merupakan hari yg begitu cerah. Sejak pagi hari aku sudah mengisi kegiatanku dengan berjalan kaki dan bermain birthing ball kesayanganku. Maklum, sudah masuk minggu ke-39 kehamilan, aku harus semakin siap menunggu sinyal dari buah hatiku yg akan segera lahir ke dunia.
Pada pagi itu pula, sahabat-sahabat kuliahku melakukan panggilan video. Sekedar ingin menyapa, sekaligus menghilangkan rasa penasaran agar aku segera mulas-mulas dan melahirkan. Alasannya lucu, karena hari itu tanggal 11/11. Aku berkata bahwa belum ada tanda pasti persalinan yg aku rasakan, bahkan siang nanti aku masih berencana untuk prenatal yoga.
Siang hari pun tiba, aku berangkat untuk prenatal yoga di klinik tempatku kontrol dokter dan kelak sebagai tempat persalinanku. Namun aneh sekali, ketika aku sedang mengikuti gerakan instruktur, aku merasa mulas berkali-kali disertai rasa perut yg mengencang. Ah, kupikir ini wajar karena kehamilanku sudah tua, bukan sebagai tanda pasti persalinan.
Namun ketika aku selesai prenatal yoga, aku begitu terkejut ketika pergi ke toilet dan mendapati cukup banyak darah segar di pakaian dalamku. Aku panik, sangat panik. Kemudian aku segera menghampiri bidan yg berjaga disana sambil menjelaskan yg aku alami. Akhirnya pemeriksaan dalam pun dilakukan, sekitar pukul 15.30. Dan... hasilnya ternyata aku sudah mengalami pembukaan 3! Tanpa menunggu, aku segera disarankan untuk masuk ruang bersalin sambil menunggu instruksi dokter kandunganku.
Saat itu, perasaanku campur aduk. Aku sangat bahagia karena akan segera bertemu buah hatiku, tetapi akupun sangat gugup dan takut menghadapi proses persalinan yg akan terus berjalan ini. Bagaimana kalau sakit? Apakah aku mampu menahan nyeri yg kata orang-orang sangat hebat itu? Bagaimana caraku mengeluarkan janin seberat hampir 3 kg dari rahimku? Apakah aku kuat?
Akupun segera menghubungi suamiku yg kala itu masih di kantor dan belum mengajukan cuti. Ketika mendapati kabar bahwa anak kami akan segera lahir, ia pun panik. Bagaimana caranya bisa menyelesaikan pekerjaan, mengajukan cuti alasan penting, dan menempuh jarak jakarta-bandung dengan sesingkat-singkatnya.
Pukul 20.00, pembukaan sudah sampai bukaan 4. Yang awalnya masih bisa berbincang ceria, perlahan jadi terbata-bata. Yang awalnya rasa mulas hanya sebatas seperti menstruasi pertama, kini sudah semakin kuat. Aku berusaha untuk selalu mengelola emosiku, dan menjaga pola napas ku agar selalu stabil. Karena pernapasan adalah kunci agar proses persalinan dapat berjalan dengan stabil dan menenangkan.
Pukul 00.00, ternyata masih saja pembukaan 4-5. Saat itu suamiku sudah tiba, mungkin sejak 2 jam yang lalu. Kontraksi datang secara rutin setiap 4 menit, dengan durasi 1 menit setiap kontraksinya. MasyaAllah, nikmat sekali. Entah bagaimana aku bisa menguraikan apa yang aku rasakan saat itu dalam sebuah kalimat. Namun afirmasi positif dan dukungan orang terdekat memang sangat dibutuhkan kala itu.
Pukul 04.00, ternyata aku sudah sampai di pembukaan 7! Kontraksi semakin sering muncul, rasa nyeri nya semakin bertambah, dan akupun mulai di luar kendali. Aku meremas tangan suamiku dengan sekuat tenaga setiap kontraksi muncul, sambil tanganku yg sebelahnya memegang sisi tempat tidur dengan remasan terkuatku. Hal ini terus kurasakan sejak tengah malam tadi, tiada henti, dan masih belum usai. Oh ya, akupun sampai mengalami muntah-muntah sebanyak 2 kali akibat rasa nyeri yg tidak tertahankan. Mungkin, saat itu nyeri yg aku rasakan sudah melampaui ambang batas nyeri yg pernah aku alami selama ini. Detik itulah aku menyadari, ya Allah, sebesar inilah perjuangan yang dihadapi para ibu di seluruh dunia. MasyaAllah...
Air mata mulai bercucuran, peluh keringat menetes tanpa henti, tetapi untung saja tenagaku belum habis sehingga aku masih bisa sadar penuh dalam situasi tersebut. Pukul 05.30, aku masih pada pembukaan 7. Aku nyaris menyerah karena tidak sanggup lagi menahan sakit. Akhirnya atas instruksi dokter kandunganku, aku disarankan untuk diinfus oksitosin atau yg kita kenal dengan istilah induksi. MasyaAllah, ternyata nikmat sekali rasa mulasnya. Begitu intens, sering, dan teramat kuat. Namun karena aku tidak tahan dan terus mengeluh kesakitan, kembali lah dilakukan pemeriksaan dalam dan belum ada kemajuan. Akhirnya tim bidan yg berjaga memutuskan untuk melakukan amniotomi atau merobek ketuban.
Setelah amniotomi dilakukan, ada perasaan teramat luar biasa yg muncul namun bukan rasa sakit seperti sebelumnya. Yaitu, rasa ingin mengedan yg sangat kuat! Para bidan mengingatkanku untuk jangan mengedan sebelum diinstruksikan, serta sambil menunggu dokter kandunganku tiba. Ternyata rasa ingin mengedan itu kuat sekali, sulit untuk menahannya. Untung saja tempat tinggal dokterku tidak jauh, dan beliau segera tiba.
Segera setelah beliau tiba, sekitar pukul 06.25 aku dipimpin untuk persalinan sesungguhnya. Aku diminta untuk mengedan sekuat tenaga namun tetap penuh kesadaran. Alhamdulillah, prosesnya singkat dan tidak terlalu sulit. Hanya 3 kali mengedan, kemudian terdengarlah suara semburan air ketuban yg mengalir diikuti dengan suara tangisan bayi yg begitu kencang.
Alhamdulillah, anakku lahir pada 12 november 2020 pukul 06.30 pagi dengan sehat wal afiat. Ia lahir dengan lengkap dan sempurna. Saking baiknya dokterku, beliau mengizinkan suamiku untuk menggunting juluran tali pusat anakku. Tangan suamiku bergetar, saking terharu dan bahagianya. Suara anakku terus terdengar sambil ia sedikit dibersihkan, lalu karena kondisinya sehat, bayiku kemudian diletakkan diatas dadaku untuk melakukan inisiasi menyusui dini.
Aku tidak bisa berkata-kata ketika tubuh mungil itu melekat di tubuhku. Dengan nalurinya ia mulai mencari puting agar bisa segera belajar menyusui. Allah maha besar, sungguh kuasa Allah tidak pernah tertandingi, keajaiban ini sungguh tercipta untuk dirasakan setiap ibu dimanapun. Dalam sekejap, detak jantungnya telah tertaut dengan detak jantungku.
Setelah semua prosedur selesai, aku diberi beberapa obat-obatan profilaksis, namun tanpa terduga ternyata alergiku muncul terhadap salah satu obat yg aku konsumsi. Sehingga wajahku seketika membengkak dan tidak sedap dipandang. Haduh, rasanya sedih sekali. Aku menjadi tidak bisa mengabadikan momen bersama putraku dalam jepretan foto.
Kemudian, kami dipindahkan ke ruang pemulihan. MasyaAllah, kamar yg begitu indah dan menawan. Suasananya begitu menenangkan, sunyi, dan nyaman. Tak lama, suamiku sudah tertidur dengan lelap. Maklum saja, ia lelah kugenggam erat dan remas jarinya selama kontraksi berlangsung. Hehe, maaf ya pak suami. Namun, tidak dengan aku. Aku bahkan tidak ingin tidur, padahal tubuhku sangat kelelahan dan butuh istirahat. Tetapi bayi kecil yg berada di ranjang kecil sebelahku ini begitu memikat hati. Membuatku ingin terus memandanginya, tidak boleh ada satu hal pun yg lepas dari penglihatanku. Dia begitu mungil, polos, dan tampan. Menurutku.
Aku begitu ingin mendekapnya, dan ingin segera belajar untuk menyusui nya. Namun maklum saja si Aku adalah ibu baru yg belum bisa apa apa. Dengan tangan yg masih terpasang selang infus, dengan sulitnya kucoba untuk menggendong bayiku. Dan... masyaAllah, hatiku begitu terpesona melihatnya. Aku mendekapnya, dan menyentuh kulit merahnya dengan sangat lembut. Indah sekali ciptaan Allah ini.
Hingga malam tiba, aku masih belum bisa tidur nyenyak. Kemudian aku memanggil bidan yg berjaga dan kemudian aku diajari cara menyusui dan perlekatan yg baik. Walaupun masih gemetar dan takut salah, aku tetap mencobanya. Sempat pada tengah malam, kami menyaksikan bayi kami menangis. Aku sangat kebingungan, suamiku pun sama. Padahal tubuhnya sudah hangat, dan terselimuti kain bedong, lantas ia kenapa? Ternyata oh ternyata, kami lupa untuk cek popoknya. Ia buang air dan merasa tidak nyaman! Aku dan suamiku pun tertawa bersama. MasyaAllah, ternyata inilah yg dimaksud belajar bersama.
Keesokan harinya, aku mandi pagi dengan semangat karena tak sabar untuk segera pulanh ke rumah. Namun karena kondisi tubuhku belum stabil, mandi pagi saja sampai membuatku menggigil. Dan... sensasi buang air kecil yg tidak akan pernah kulupakan. Maklum, ada lecet di jalan lahir yg tidak bisa dijahit, sehingga, tunggu saja sampai sembuh sendiri. HEHEHE.
setelah visit dokter, kami bersiap untuk pulang. Bahkan seluruh bidan yg berjaga sempat berkumpul di kamar kami untuk sama sama mendoakan kami. Indah sekali rasanya. Setelah itu, anakku mendapat giliran untuk sesi foto. Menarik sekali! Ia menggunakan pakaian yg menggemaskan dan difoto dengan menggunakan papan nama. Lalu aku memastikan pada suamiku, namanya siapa?
Dengan percaya diri suamiku menjawab, Zaid Ibrahim Azzahrawi.
Setelah selesai, akupun bergegas merapikan barang bawaan. Kemudian aku diantar ke mobil oleh sahabatku, bidan Aliya, sambil ia membekali kami dengan oleh-oleh makanan favorit kami. Sebagai pengganti hadiah kelahiran katanya.
MasyaAllah, semuanya berjalan dengan hampir sempurna. Dan alhamdulillah aku beserta anakku dalam keadaan sehat hingga saat ini. Meskipun ada banyak badai yg kami lalui, tapi tetap saja pelangi milik kami selalu terasa sangat indah.
Inilah cerita pertamaku, tentang hari yg tidak akan terlupakan seumur hidup.
Sarashaf.
1 note · View note
sarashaf · 5 years ago
Text
bagaimana ya, dasar si Hati yang sering sekali memunculkan perasaan yang tidak terduga setiap harinya. sering bahagia, kadang sedih, tak jarang juga merasa kecewa, sampai bingung harus berbuat apa. rasa yang fluktuatif ini kadang sering menyiksa. tentu jika tidak diiringi dengan kemampuan kelola perasaan yang baik.
belakangan ini, rasanya ada yang tidak beres dengan perasaanku. merasa mudah sekali menangis dan kecewa, padahal ada banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk lebih berbahagia. bisa jadi, karena hormonku yang sungguh tak karuan semenjak kehamilan pertamaku ini. atau bisa jadi, karena menurunnya kesadaranku dalam mengelola isi hati dan perasaanku.
aku ingin sedikit bercerita tentang kehamilan pertamaku ini. ternyata, kehamilan itu sungguh indah rasanya. proses panjang ini memberikan banyak kesan tak terlupakan untukku. mulai dari rasa lemas tanpa penyebab yang jelas, nyeri punggung setelah duduk terlalu lama, rasa berat ketika berjalan saat perutku semakin membesar, saat aku merasakan gerakan buah hatiku dari yang awalnya terasa seperti usapan sayap kupu-kupu hingga saat ini terasa sekali setiap kaki mungilnya menendangku dengan keras. semuanya terjadi pada tubuhku, sungguh menakjubkan!
rasanya, aku tidak menyangka bisa pergi kemanapun ditemani janin kecil dalam rahimku. aku bisa bercerita apapun padanya. ia pun selalu turut merasakan apa yang sedang aku rasakan. hingga terkadang, aku suka merasa bersalah padanya setiap aku merasa kelelahan atau hariku sedang tak baik.
aku tidak pernah menyangka, akan ada sosok mungil yang ikut berjuang denganku dalam perjalanan akhirku untuk meraih gelar dokter yang 6 tahun ini sedang aku perjuangkan. dia yang kuajak pergi kursus hingga larut malam, pulang dengan keadaan lelah, dan selalu kututup hari dengan mengucapkan terimakasih padanya. indah sekali, rasanya seketika lelahku memudar. bahkan di hari besarku, saat aku harus melalui ujian kompetensi nasional, ia lah yang menghiburku saat aku sedang berpikir keras memilih jawaban paling tepat dari soal-soal yang kukerjakan. ia menyemangatiku tanpa henti sampai aku dapat melalui 200 menit paling berat dalam hidupku dengan amat baik. 
aku, sungguh bersyukur atas kehadirannya dalam hidupku. betapa Sang Pencipta begitu baik dengan menitipkan amanah ini di pangkuanku dan suamiku. kadang aku merasa sungguh tak sabar untuk berjumpa dengannya. tak sabar menciumnya pipi merahnya, mendekapnya selama apapun yang kuinginkan. Dia, anakku. yang akan kudekap hanya dalam hitungan bulan.
karena kehadirannya, aku selalu mampu melalui hari-hari burukku dengan penuh kesabaran. menjadi lebih sadar, bahwa sedih dan kecewa hanyalah sepenggal dari perjalanan hidup. berkali-kali aku merasa hatiku sakit karena tidak mampu mengabaikan apa yang dikatakan orang lain kepadaku. tapi, lagi-lagi, yang menguatkanku adalah buah hatiku. kuyakin semua orang menyayanginya dan mengharapkan hal-hal baik untuknya. biar saja, jika sekali dua kali, sepuluh atau dua puluh kali aku harus menahan ego dan rasa sakitku. asalkan ia selalu baik-baik saja, dalam rahimku, dalam usapan kasih sayangku. 
semoga, semua cemasku ini hanyalah sebuah fase yang akan terlewati. keyakinan bahwa aku akan melahirkan buah hatiku dengan baik, merawatnya dengan sepenuh hati bahkan sejak pertama aku mengandungnya, dan kelak setelah ia cukup bulan untuk lahir dan melihat dunia, aku akan selalu mendekapnya dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. dia, akan selalu baik-baik saja. begitupun dengan aku, yang akan selalu baik-baik saja untuknya
02/09/2020
29 weeks pregnant. 
0 notes
sarashaf · 5 years ago
Quote
jika ingin menangis, menangislah. jika harus menjerit, menjeritlah. jika perlu berbagi kisah, luapkanlah. Luka batin itu pilu, jangan terpaksa memendam hanya karena rasa malu.
sarashaf
1 note · View note
sarashaf · 5 years ago
Text
menjadi bahagia adalah hak asasi
semakin usia bertambah, tentu akan selalu diiringi dengan ujian hidup yang semakin bertubi-tubi. baru saja menghela napas, kemudian sudah datang lagi rasa sesak yang harus dipulihkan, memang berat, sungguh. tapi kita membutuhkannya untuk bertumbuh.
semua orang tentu ingin menjadi bahagia. bahagia yang sungguh-sungguh, bukan sekedar pulasan senyum yang berlabuh sementara. tapi, masih banyak orang yang tidak tahu cara yang tepat untuk menjadi bahagia. bahkan, ada pula mereka yang rela disakiti, dikecewakan, terus menerus mengalah, dan menekan ego hanya agar tetap bisa melihat senyum orang disekitarnya. namun yang lebih tepat, tidaklah demikian.
menyayangi orang lain adalah kebaikan, tapi mencintai diri sendiri adalah kewajiban. sebelum kita suka rela untuk membahagiakan orang lain, penuhi dulu hatimu dengan kebahagiaan yang membuatmu senantiasa bersyukur. jika lingkunganmu menyakitkan, tinggalkan. jika rumahmu menyesakkan, pergilah. jika tangismu menjadi hal yang biasa, berhati-hatilah. berarti ada orang-orang yang kurang menghargai pentingnya kehadiranmu.
bukannya aku mengajakmu untuk menjadi pemberontak, apalagi pembangkang. sama sekali tidak ada kebaikan dari keduanya. namun aku ingin menyadarkanmu bahwa hidupmu adalah milikmu. bahwa menjadi bahagia adalah hak mendasar setiap manusia yang harus diperjuangkan. tidak masalah jika sesekali kamu harus mengorbankan suatu hal yang menurutmu berharga, demi mengejar kebahagiaanmu. selama kamu memang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas pilihanmu, lakukanlah.
hidup ini terlalu singkat, maka berbahagialah dengan cara yang benar.
-sarashaf
05/06/2020
1 note · View note
sarashaf · 6 years ago
Text
Semakin dewasa, semakin sering bertemu orang yg berbuat baik hanya saat ada butuh saja. Begitu dibutuhkan, hilang ditelan bumi. Kenapa ya? Apakah generasi sekarang kurang diasah untuk terbiasa mengucapkan tolong dan berterimakasih?
Sarashaf
0 notes
sarashaf · 6 years ago
Text
Kenapa seseorang nyaman saat menyepelekan sesamanya? Karena ia masih hidup di zona nyaman nya. Lantas, kalau sudah berdiri dengan alas kaki sendiri di dunia nyata, bagaimana? Awas kakimu cepat lecet, tidak terbiasa mawas diri kelak pasti akan terjerumus.
Sarashaf
0 notes
sarashaf · 6 years ago
Text
Keajaiban lingkar pertemanan
Sekarang, menjadi kewajaran jika kita lebih menyeleksi lingkaran pertemanan. Wajar, jika ditinggalkan teman lama bahkan tanpa alasan yg masuk akal. Wajar, jika kita menemukan teman baru yg ternyata benar-benar satu frekuensi.
Tidak menjadi kesalahan jika mulai saat ini kita mencoba memilah setiap orang yang kita temui ke dalam 3 lingkar pertemanan yg berbeda. Lingkar ketiga, mereka yg cukup kita kenal dan kita tahu. Cukup senyum ketika berpapasan, dan cukup menyapa seadanya saja. Tidak ada paksaan apapun.
Lingkar kedua, mereka yang cukup sering kita temui, sering menjadi rekan untuk bekerjasama, namun tidak sefrekuensi. Kalau dalam kondisi seperti ini, apa boleh buat. Saling membutuhkan tapi punya prinsip yang berbeda. Tidak bisa dipaksakan. Cukuplah berbuat baik, dan tidak merugikan sesama. Mencoba memberi toleransi terhadap pemahaman yg ia jalankan, tapi bukan sepenuhnya. Tetap hargai diri sendiri untuk berhak berpendapat dan mengambil keputusan yg bermanfaat untuk semua. Bukan hanya untukmu, atau untuk dia saja. Kalau hanya salah satu yg diuntungkan, berarti ada yg salah dengan ego mu atau ego nya. Terlalu banyak memberi makan ego pasti akan menyesal di kemudian hari. Kurang-kurangi melakukan sesuatu yang tampak nyaman di awal, tetapi memusingkan di akhir.
Sedangkan lingkar pertama, diisi oleh orang yang sungguh-sungguh kamu sayangi dan menyayangimu. Mereka yang hadir karena benar-benar peduli. Mereka yang ikhlas mendengarkan, tanpa interupsi. Mereka yang selalu ada, seberat apapun percikan problematika diantaranya. Mereka yang menghujatmu langsung di muka, namun selalu menyanjungmu kala mereka berjumpa dengan kawanan yang lain. Mereka yang sakit melihatmu menangis, dan mereka yang begitu bangga ketika kamu memperoleh pencapaian. Mereka yang menerima burukmu, apapun kondisinya. Selalu sabar menghadapi keras kepalamu, tanpa keluhan yang menyakitkan. Kalau sudah menemukan yang seperti ini, tolong jaga baik-baik. Karena penyesalan, selalu di akhir.
Bisa jadi, penyesalan bukan milikmu. Tapi milik mereka yang memutuskan untuk meninggalkan. Tidak apa, itulah prosesnya. Hidup tidak statis, tak selamanya kesukaan kita selalu sejalan. Tidak selamanya candaan yang dulu membuat terbahak, sekarang masih memiliki nilai humor. Kita dan mereka adalah makhluk yang berkembang, ikhlaskan saja. Toh pada akhirnya, kita pasti akan benar-benar sadar, lingkar pertemanan manakah yang paling tulus.
Zona nyaman itu, ketika kamu menyayangi sahabatmu dikala dekat, dan berhasil mengikhlaskan perjalanan yang dipilih masing-masing. Entah itu untuk tetap bersama-sama, atau memisahkan diri. Menjadi dewasa memang sulit, karena terkadang ilmunya berasal dari orang yang sungguh kita sayangi.
Terimakasih, untuk kalian yang tidak menyerah untuk menyayangi dan disayangi. Terimakasih, untuk kalian yang selalu berusaha peduli pada orang-orang yang masih saling hadir. Terimakasih, bagi kalian yang berhasil bersahabat dengan rasa ikhlas. Jangan pernah marah, apalagi mendendam. Tidak ada yang salah dengan bertumbuhnya setiap manusia. Selama kamu jadi orang baik, kamu pasti akan selalu di dekatkan dengan orang-orang baik.
Tetap saling mendoakan, bagi mereka yang pernah, sedang, bahkan kelak tetap kamu sayangi dan pedulikan sebagai sahabat sejatimu.
-sarashaf
06/01/2020
0 notes
sarashaf · 6 years ago
Text
saya baru saja menyaksikan sebuah video singkat yang mengungkapkan hasil penelitian sederhana pada 100 orang lanjut usia yang sedang berada dalam kondisi mendekati ajalnya. mereka diberi pertanyaan sederhana “apakah anda menyesali yang telah anda lakukan dalam hidup anda?” merindingnya, mereka semua kompak menjawab “saya tidak menyesali apa yang telah saya lakukan, namun saya menyesal atas hal-hal yang belum sempat saya lakukan”. apa yang terlintas dalam pikiranmu saat mendengar pernyataan ini?
manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan. kita dianugerahi akal dan hati sekaligus, dan ditantang untuk dapat mengolaborasikan keduanya dengan sebaik-baiknya. setiap manusia dititipkan sebuah bakat unggul yang berbeda, yang idealnya, bisa menjadi bekal yang cukup untuk menata masa depan.
hal yang luput dari setiap renungan kita adalah, sesungguhnya kita bukan hidup untuk mengejar mimpi, melainkan mimpi lah yang sebenarnya mengejar kita. sehingga kemudian kita akan berada di persimpangan jalan, mau bekerja keras untuk meraih mimpi tersebut, atau melepaskan mimpi itu secara sadar dan sukarela. saran pribadiku, belajarlah sukarela untuk hal-hal yang bermanfaat, bukan untuk melepaskan mimpimu secara cuma-cuma.
seringkali hambatan menghampiri di kala kita sedang berusaha bangkit dan memperjuangkan sebuah pencapaian. ada tangis dan keluh kesah, ada tetes air mata sekaligus peluh yang bercucuran. ada tenaga yang dibakar habis-habisan, dan tak jarang, ada rindu yang harus ditahan. meninggalkan orang terkasih seperti orangtua, sahabat, pasangan, terkadang menjadi pengorbanan tersulit. maka, jangan kecewakan semua pengorbanan. biarkan hambatan yang menyesal karena telah menggelitik kehidupan sang pejuang mimpi.
ingatlah selalu, saat kau merasa lelah, ada seorang yang selalu terbangun tengah malam untuk bersujud dan memohon kepadaNya atas segala kemudahan dan keberhasilanmu. saat kau menangis karena terluka, ingatlah pula ada orang-orang yang kelak pasti akan meneteskan air mata bahagia atas segala pencapaianmu. biarkan lelahmu menjadi tabungan kebahagiaan yang kian hari kian menggembung, 
bersabarlah, dan berpegang teguhlah pada sesuatu yang kau anggap benar. berdirilah dengan tegap dan terus berjalan menuju impian besarmu. jangan takut badai, apalagi takut akan penyiksaan. tetapi takutlah pada air mata kecewa orang terkasihmu. berjanjilah, suatu hari kau akan kembali pulang pada mereka sambil berlari dengan percaya diri membawa kebanggaan.
sungguh, jangan pernah menyesal. karena penyesalan adalah rasa sakit yang terdalam.
02/12/2019
sarashaf.
0 notes
sarashaf · 6 years ago
Text
generasi ‘musiman’
sangat disayangkan, kita hidup di tengah masyarakat yang punya paradigma bahwa “kalau hidup kita gak sama kayak orang lain, berarti ada yang salah dalam hidup kita”. padahal kenyataannya, menjadi seperti kebanyakan itu tidak selalu baik loh.
sering gak sih diantara kalian yang mungkin belum punya pasangan kemudian ditanya “kenapa belum punya calon?”. yang sudah punya calon kemudian ditanya “kapan nikahnya?”. setelah nikah kemudian didesak dengan “kapan punya anak?”, lalu disusul pertanyaan kapan punya anak lagi, kapan punya rumah, kapan punya mobil, dan kapan........... kapan kalian berhenti menanyakan hal yang membuat kalian tampak kurang kerjaan?! kasihan sekali kata ‘kapan’, ia menjadi sebuah kata tanya yang zaman sekarang membuat kesan horor bagi sebagian orang yang mendengarnya. 
menurutku, ini ironi. kita hidup seolah-olah harus menyenangkan mata dan telinga orang lain, padahal tidak semua diantara mereka benar-benar peduli. kebanyakan, hanya iseng ingin tahu. miris bukan? kalau beberapa teman kita sudah menikah, lantas kita harus menyegerakan diri untuk menikah juga agar tidak dianggap berbeda dengan orang kebanyakan? sebegitu kejamnya penilaian manusia.
padahal, setiap orang punya jalan hidup dan zona waktu yang berbeda-beda. ada yang usia 20-an awal sudah sarjana dan mendapat pekerjaan layak, ada juga yang usia 25 tahun masih berkutat dengan revisi skripsinya. ada yang menikah di usia muda, ada juga yang menikah di atas usia 30 tahun karena memilih untuk menyelesaikan target pendidikan terlebih dahulu. ada orang yang menikah dan langsung punya anak, ada juga yang memilih untuk menunda kehamilan hingga ia siap menjadi orangtua. semuanya, tidak ada yang salah. dan semuanya, adalah hak mu untuk memutuskan.
jadi, stop merasa minder untuk menjadi seseorang yang berbeda dari khalayak. hidupmu adalah milikmu sendiri. hanya kamu yang tahu persis apa yang terbaik untuk hidupmu dan masa depanmu, asalkan, jangan merugikan kepentingan orang lain.
untuk apa buang-buang energi untuk memuaskan orang lain dan bekerja keras menjadi generasi ‘musiman’, kalau setangkai bunga lili saja masih tampak indah diantara seikat bunga mawar?
sarashaf.
0 notes
sarashaf · 6 years ago
Text
reparasi waktu
jika saja waktu dapat diputar, ada banyak penyesalan yang ingin diperbaiki, banyak rasa yang ingin disampaikan, dan banyak luka yang ingin dipulihkan. sayangnya, waktu hadir bukan untuk direparasi. jika pernah rusak, maka relakan untuk berlalu. terdengar sederhana, bukan? Relakan saja.
kita itu hidup di masa kini, masa yang sedang dijalani dan perlu disyukuri. kadang, luka lama menjadi kerikil yang mencederai telapak kaki. tetapi ingatlah, bahwa hati yang tangguh ini pernah melalui badai besar di masa lampau. orang bilang, waktu akan menyembuhkan segalanya. tapi, menurutku tidak. waktu memang memperkenankan agar rasa sakit dapat memudar, namun tak jarang waktu malah menancapkan paku pada luka agar darah yang mengalir semakin deras. lagi dan lagi, kita berharap agar waktu dapat direparasi. 
aku, kamu, mereka, pasti punya penyesalan. punya rasa sakit yang begitu ingin dipulihkan. ada keinginan untuk berteriak sekencang-kencangnya dan berkata dengan lantang “mengapa hidup ini begitu tidak adil?!”
Tapi, jangan pernah menuntut waktu, jangan pula berandai-andai reparasi waktu mungkin terjadi. hanya ada satu pilihan agar kita dapat melalui segalanya dengan damai: Jadilah dewasa.
saat kamu dewasa, kamu akan lebih menyayangi dan menghargai dirimu sendiri. saat kamu dewasa, kamu akan lebih ikhlas terhadap masa lalumu. saat kamu dewasa, kamu akan mampu memaafkan dirimu sendiri. dirimu yang dulu pernah menderita, perlahan akan bebas menghirup kedamaian. cintailah hidupmu hari ini, cintailah masa lalumu, ajaklah egomu berdiskusi, dan... temukan ribuan cinta yang telah Allah hadirkan di dunia ini. waktumu terlalu sempit untuk sekedar bermuram durja. tapi terlalu senggang untuk mencari kebahagiaan yang pantas disyukuri.
cepat ataupun lambat, saat kamu telah memilih untuk menjadi dewasa, kamu akan sadar: kita hanya sedang berproses mengikuti arah jarum jam yang berdetak. proses kehidupan harus tetap berlangsung hingga jarum jam berhenti berdetak. selama jarum jam itu masih berdetak, maka lakukanlah yang terbaik. agar pada detak terakhirmu, kamu akan berhenti berjalan sambil membawa ribuan makna dan rasa syukur.
27/11/2019
sarashaf.
1 note · View note