Tumgik
sasviaimtinan · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media
13 notes · View notes
sasviaimtinan · 3 years
Text
Are you okay?
Is this for real? I heard you cry and mumbling the words “I’m sorry, I’m fine”. But, which part of crying that is fine? It was blue, red, and grey altogether; mixed undone. Didn’t we agree if all hell broke we would run to each other? It was 3 blocks, 2 miles, perhaps hundred steps, and one call away. Thus, I’ve called you— thousands of times and sent you letters with the whole secret code of our “SOS”. Yet, which day of yours that you’ve never received the package? Was it Friday the movie marathon? Was it Saturday the mountain and Sunday the shore? Or was it Monday to Thursday the uninterrupted work? Or would you prefer the nights? What about the sleepless nights that were wasted when the ache was dancing onto nothing? Like the time you longed for things you can grasp— the sand, the tree, the hair or the hands of someone who took you to another remedy?
I think I am about to start the plan X — the same exact plan you created in case if the boat sunk; drowning, gasping, still I could count the chances till the next wind blow coming. So, if you knew the road and said the moon will follows;
is it a dead end?
5 notes · View notes
sasviaimtinan · 3 years
Audio
The way this song make me long for those midnight ride; the empty roads we took from miles to miles to south and north. The wind blows as his scent mingle with the cold air; I saw his reflection from the rear view mirror. His eyes and lips and the warm hand that held mine. These were days when I’m no longer afraid of nightmares but the realization that it might be just another scene - yet we rhyme and it sparks. Shall I hold it long enough, shall it burns me so I know it’s real. I caught him singing, smiling, humming, and oh so loving our eyes met. Was it real? Was he real?
Holding on to life...
4 notes · View notes
sasviaimtinan · 3 years
Text
If the world was ending you’d come over, right?
For I want to pick up and embrace all the puzzles that we left to mess. I want to shout it out loud; not to my friends that have been at my worst, not to the guy who has tried to fix me, not to those strangers that have been helped me out but to you; to the one who still sent me tingles to my gut; the one that I wished I said it all so the scars would fully heal and not be bleed to anyone else ever. You are loved and forgiven.
2 notes · View notes
sasviaimtinan · 4 years
Text
If those days had you think about me, here's the key words: you know where to find me.
4 notes · View notes
sasviaimtinan · 4 years
Text
Apalagi?
Saya bukan yang paling rewel saat melewatkan party dan kamu juga bukan yang paling berapi saat diajak pergi. Saya, kamu dan semua terjaga ditengah pandemi yang entah kapan akan berhenti.
Apa yang lebih menakutkan ketimbang terjaga di dalam ruang tanpa suara dan deru nafas seseorang untuk sekedar bersua?
Apalagi?
Lenyapnya intimacy yang biasa dulu kita bagi, "hey, mau kemana hari ini?"
Kami tau ini penat yang tak berujung. Jelak pada situasi, sampai kami memilih bersua dalam mimpi dan engah pada rintik dipipi. Belum cukup tinggal didunia fana; saya dan kamu harus hidup di dunia maya.
Apalagi?
Social media memang tempat untuk berkeluh kesah, tapi bukankah saya, kamu dan kita ingin mematikan resah? Sebab mungkin kita hanya butuh rasa dan asa untuk hal yang tak bisa kita raba.
Sekarang, apalagi?
Apa kelak rasa dan asa masih berarti setelah sekian hari dalam suri?
Atau memang kamu sangat menikmati berjumpa dengan kamu lagi?
Setelah baca tulisan ini, apa saya dan kamu masih berpikir ratusan kali hanya untuk menyampaikan afeksi?
Ataukah kamu masih mengira waktu akan mengulang momen ini?
Bukankah lebih baik menyesal sebab melakukannya daripada tidak sama sekali?
Apalagi?
12 May
1 note · View note
sasviaimtinan · 4 years
Text
For How Long?
Jadi hari ini gatau kenapa pengen nulis, simply buat mencurahkan isi kepala aja dan keresahan yang kesel banget sama orang-orang dimasa pandemi ini. Mungkin yang jadi trigger dari postingan ini adalah pas ga sengaja scrolling twitter trus nemu tweet yang share berita dari NY Times tentang kondisi covid-19 di Indonesia.
Berikut link dan cuplikan beritanya.
Tumblr media
Perhaps it is right.
“it’s too late.”
Jadi dari situ bikin aku mikir kalo kirain diem di rumah dan stop mikirin whatever that’s been happening (re: covid-19), it would slowly fades atau seengganya ku kira curvanya udah landai. Terus beberapa hari ini, mulai lagi ngikutin berita dan ternyata kasus covid-19 masih di angka 400-500/ hari; sadly, isn’t it? 
Dan hari ini per tanggal 29 Mei 2020, kasus nya masih menginjak angka 600-an. Indonesia juga udah berniat mau menerapkan konsep “the new normal” dengan beberapa tahap dari 1-5, meanwhile hari ini juga muncul berita bahwa Korea Selatan gagal dalam penerapan “the new normal” bahwa terjadi lonjakan kasus sampe sekitar 70an kasus di Seoul. So have you ever thought that  ini Korea Selatan yang negaranya tanggap dan rakyatnya aware, penerapan konsep new normal gagal which forced them go back and do the social distancing all over again dan berencana menutup public space lagi. Apa kabar Indonesia yang rakyatnya aja bebal, kalo tetep dilaksanakan new normal dengan awareness dan kesiapan yang kurang what we might call it? Genocide party?
Lalu muncul pertnayaan seperti:
“yaudah kan covid urusan pemerintah”
Iya, mereka dah lagi ngurusin nih, although perhaps ga semaksimal negara lain but we had one job, one single job to stay at home eh malah masih keluar rumah dengan alasan “bosan”. Pemerintah udah baik-baik menghimbau, melarang, menginfokan tapi tetep aja ga didengerin, eh nanti giliran dikerasin dikit baru deh teriak otoriter. Rakyat kaya gini delete aja; you are the real virus.
“ya tapi gue gabisa diem mulu dirumah. Gue stres butuh udara segar, butuh nongki”
So you think that you’re the only one? Well, news flash fella, we are all suffering. Yang stress, yang lonely, overthinking mikirin duit/kerjaan/sekolah ngga cuma kamu saja, sob. There you are bragging about being in a very hardship because you feel like “rindu ini berat”, what a waste of flesh called brain. Delete.
People be like “ini kapan covid selese sih, ya ampun cape gue yada yada”
Also people:
• ngumpul
• hangout/nongki
• ngantri beli baju lebaran di mall
• salaman pas lebaran
• party, party, party sampe rindu ini mati
Tumblr media
(credit to the creator)
Ironic, isn’t it? You know what? RIP LOGIC.
At first, awalnya mikir kalo pandemi ini seengganya bakal udahan di Juni, that would be 3 months since the 1st case appear back in early March, dan setelah liat kelakuan rakyat +62 yang masih bebal, berkerumun, dan ga peduli made me realize that I guess it would be the whole 2020.. imagine being home for the rest of the year, not being able to do whatever you used to do with your family and friends. I knew that covid-19 ini ga akan fully disappear in few months dan pastinya kalo curva nya udah datar, social distancing bakal terus dilakukan for at least two years ahead sampe seengganya ada vaksin/obat atau ada cara penanganan yang lebih tepat; again I obviously knew that but the realization that this whole year we are going to do the stay at home terus dan cuma ngandelin antibodi, well... for exactly how long?
May 29
3 notes · View notes
sasviaimtinan · 4 years
Text
Memang seharusnya tulisan dan puisiku bukan melulu tentang cinta apalagi kamu.
Tapi siapa sangkal kalau memang makhluk yang paling dirindukan oleh jiwa ini adalah manusia yang bicara tanpa spasi; tanpa titik; tanpa basa-basi diantara rasa yang terselip disetiap detik.
Kamu lagi, kamu lagi; tidak lelah berlarian dipikiranku berhari-hari?
- 10 hari sebelum Juni, 2020
1 note · View note
sasviaimtinan · 4 years
Text
Yang Didengar dan Dikabulkan
Saya percaya, jika kita terlahir untuk sebuah alasan; suatu tujuan dengan atas cinta kasih Tuhan yang sebaik-baiknya Perencana, dua hambanya dipertemukan. Tentu tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Saya yang banyak bicara dan kamu yang banyak berpikir dan entah kenapa kita berandil dalam hidup satu sama lain. Terlintas seperti kebetulan yang padahal sudah dituliskan.
Entah kenapa saya tidak ragu. Saya adalah yang terdepan untuk bertanya pada Tuhan apa maksud dari sebuah pertemuan. Mengapa Tuhan mengirimkan kamu pada masa jemu atau kamu hanya semenyegarkan angin lalu? Apakah kamu dan saya akan berjalan, berlari atau berhenti? Ataukah semua ini hanya akan menjadi sebuah pelajaran atas sebuah ekspektasi? Dan satu persatu menjadi sangat jelas saat kamu dan saya berada pada satu titik linear yang diberkahi; searah ke utara dan bersanding sejajar dalam ikhtiar. Saya ingin kamu; dan saya tidak ragu.
Maka semoga semesta dan Tuhan mengijinkan kita untuk menyudahi saling mencari yang tak pasti. Menjadi bagian yang para malaikat amini untuk saling memiliki. Saya ingin kamu, dan saya bisikan itu pada yang berhak atas dunia dan seisinya; pada yang berhak atas setiap atom yang menjadikannya kamu sekarang. Saya ingin kita menjadi sebuah alur yang diceritakan dengan lekukan dibibir dan mata yang berbinar. Teruntuk kamu yang datang dengan bekas luka tanpa menoreh duka, saya percaya Tuhan selalu memberikan jawaban atas segala do’a; dan kamu adalah yang didengar dan dikabulkan-Nya.
9/5
3 notes · View notes
sasviaimtinan · 4 years
Text
Tumblr media
8 notes · View notes
sasviaimtinan · 4 years
Text
Tumblr media
As rain kissed the earth and the petrichor started to hit, I was listening to your voice telling me stories. You said that you were jealous of me for I could smell the air; little did you now luv, it ain’t only bring the smell but these memories I recall. I was the earth longing for rain; for every single droplets calling out your name whilst thunders was never my worst fear but losing you indeed.
"I wish I was there." And so did I and the rain wished the same.
Last day of Oct 2019
20 notes · View notes
sasviaimtinan · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Don’t blame yourself for giving too much
It takes time and patience like a tree waiting its leafs to grow in another season.
Don’t blame anyone for breaking your expectations
Some people may be cruel but not all of them.
Nor blame its will; The One who has better plan for your future.
Life is funny; have faith on your journey.
So be at peace.. like the wind blows in September;
you don’t have to be as cold as December.
- June 20, 2019
0 notes
sasviaimtinan · 5 years
Text
Tumblr media
"Maukah kau kucintai dengan cinta yang pernah kecewa?"
- Poem by Saut Situmorang
1 note · View note
sasviaimtinan · 5 years
Text
Tumblr media
"It's bitter." He said.
Yeah, it's coffee what did you expect huh?
7 notes · View notes
sasviaimtinan · 5 years
Text
Tumblr media Tumblr media
7/11
2 notes · View notes
sasviaimtinan · 5 years
Text
Tumblr media Tumblr media
53 notes · View notes
sasviaimtinan · 5 years
Text
Tumblr media
"I thought you like something hot and bitter."
"Life is bitter enough, tesoro."
"So, it's your kind of escaping?"
"Perhaps."
- 26.10
10 notes · View notes