Tumgik
shelestari · 3 years
Text
Kuliah Persiapan Nikah (Salim A Fillah)
Ngomongin NIKAH itu bukan tentang galau tapi tentang Ibadah tentang Langkah Membangun Peradaban, jadi perlu persiapan yg panjang dan matang.
Kuliah WhatsApp : #NIKAH
1. Dalam isyarat Nabi tentang Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.
2. Maka sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.
3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
4. Persiapan hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”
5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah.
6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh.
7. Jika kesiapan diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.
8. Izinkan saya membagi Persiapan dalam 5 ranah: a. Ruhiyah, b. ‘Ilmiyah, c. Jasadiyah (Fisik), d. Maaliyah (Finansial), e. Ijtima’iyah (Sosial)
9. Persiapan perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.
10. Sebaliknya, ada orang yang Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.
11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan lainnya berpijak pada yang satu ini.
12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan.
13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.
14. Sebelum Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.
15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.
16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya.
17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.
18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu
19. Persiapan Ruhiyah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.
20. Jika masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.
21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam Nikah. “Apa obsesimu?”
22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?
23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumah tangga & masalah-masalahnya.
24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll
25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal ilmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga
26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat,melainkan maksud baik nan kurang ilmu Nikah
27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi.
28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi Nikah
29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja.
30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi.
31. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi.
32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti.
33. Isteri: “Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla.” Suami: “OK, kita cari pembantu. “ Istri: “O, jadi aku dianggap pembantu?!.” Suami: “Lho?! “
34. BEDA lagi: Suami single tasking, bisa marah kalau isterinya nan multitasking memintanya kerjakan beberapa hal berrangkai-rangkai.
35. BEDA lagi: Isteri sering berkalimat tak langsung nan tak difahami suami. Istri:” Mas, Salma belum dijemput, aku masih harus masak!”
36. -> Jawab suami: “Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: “Tolong jemput Salma!”
37. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar)
38. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius.
39. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu
40. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian).
41. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa.
42. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?”
43. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya.
44. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar.
45. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P
46. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9)
47. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk . Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.
48. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi
49. Pernikahan itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.
50. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang.
51. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus
52. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah
53. Jadi, target persiapan fisik itu 3 tingkatan; a.PRIMER: sehat & aman penyakit, b.SEKUNDER: bugar & tangkas, c.TERSIER: beauty & charm;)
54. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ia sederhana.
55. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal
56. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami.
57. Ingat & catat: Persiapan finansial sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.
58. Persiapan finansial bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.
59. Maka memulai pernikahan, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.
60. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.
61. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma.
62. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: itu buat kaya (QS 24: 32)
63. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu.
64. Tetapi Allah Maha Kaya, dan menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.
65. Buatlah proyeksi nafkah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)
66. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)
67. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta
68. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup.
69. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS
70. Persiapan yang sering terabai ialah nan kelima ini: Ijtima’iyah (Sosial). Pernikahan adalah peristiwa yg kompleks secara sosial.
71. Sebuah pernikahan yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.
72. Untuk itu, mereka yang akan menikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.
73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait pernikahan & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.
-Salim A Fillah-
2K notes · View notes
shelestari · 3 years
Text
Sebelum Genap.
“Ujung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.” - Iidmhd
… karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.
Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar “Apa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?“ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.
Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:
Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai ‘kecele’. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)
“Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.”
… karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.
“Membangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.” - Istri Masgun
Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Libatkan Allah Subhanahu Wata’ala selalu di dalam prosesnya. Lalu niatkan menikah karena ibadah.
“Jika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.” - Ust. Khalid Basalamah حَفِظَهُ اللهُ.
Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga.  Aamiin.
4K notes · View notes
shelestari · 3 years
Text
Tumblr media
[PERKENALKAN]
Dialah Malaikatku, Kehidupanku, Surgaku dan Anugerah yang Allah berikan khusus untukku. Sejak kecil, aku selalu memanggilnya dengan panggilan penuh cinta yaitu Bapak. Namun pada tulisan ini, aku akan memanggilnya dengan panggilan penuh sayang yaitu Ayah.
Dialah Ayahku...
Malaikat yang diciptakan oleh Rabb-ku untuk selalu mencintaiku, menyayangiku, menjagaku, melindungiku, serta memberikanku rasa aman tanpa beban.
Dialah Ayahku..
Sebuah kehidupan yang diberikan oleh Ar-Rahman khusus untukku. Karena doanya aku ada, karena cintanya aku tercipta dan karena ketulusannya aku merasa tentram.
Dialah Ayahku..
Surgaku yang ada di bumi Allahku. Kepadanyalah aku diperintahkan untuk berbakti dan berbuat baik.
Dialah Ayahku..
Mahasuci Allah yang telah menganugerahkannya khusus untukku. Yang telah ditetapkan dalam kitab-Nya untuk menemani perjalanan hidupku. Yang setiap kebaikannya tidak mampu terbalaskan. Yang selalu berusaha untuk memberikan kebahagiakan namun tak pernah sedikitpun meminta imbalan.
Dialah Ayahku..
Seorang koki spesial dalam keluarga. Darinya ibu jadi pandai memasak dengan begitu lezat. Ayah juga selalu memuji setiap masakanku, walau ku tahu hanyalah rasa asin yang tercipta saat ia mencicipinya.
Dialah Ayahku..
Jika saja ada yang mengatakan bahwa semua laki-laki itu sama, maka tidak dengan ayahku. Ayah begitu istimewa bagiku.
Ayah.. Terimakasih atas segala kebaikanmu dan maafkanlah aku...
Maafkan aku karena belum bisa membahagiakanmu, maafkan aku karena belum bisa mewujudkan segala harapanmu dan maafkan aku karena belum bisa meringankan beban dipundakmu. Dan maafkan aku yang sampai saat ini belum bisa membuatmu bangga denganku.
Saat ini hanya doa-doa yang bisa kuberikan untukmu. Doa-doa yang selalu terpanjatkan disetiap waktu. Semoga Allah selalu menjagamu, membahagiakanmu serta menyayangimu sebagaimana kasih sayangmu padaku.
Sehat selalu ayahku..
Aku sangat menyanyangimu ❤
- Gadis Kecilmu-
---------------------------------------------
Jannah, 17 Maret 2020
3 notes · View notes
shelestari · 3 years
Text
[AKU PERNAH MENDENGAR]
Ada yang mengatakan bahwa cinta itu berawal dari mata kemudian turun ke hati. Atau cinta pada pandangan pertama dan cinta yang hadir karena terbiasa.
Lalu mengapa aku bisa mencintaimu bahkan sebelum kedua mata kita saling bertemu? Mengapa aku bisa mencintaimu padahal kita tak pernah saling memandang? Dan mengapa aku bisa mencintaimu padahal kita tak pernah saling menyapa?
Jangankan menyapa, bertemu saja tidak pernah. Jangankan terbiasa, saling mengenal saja tidak. Dan jangankan saling mengenal, sedekar tahu saja tidak.
Mungkin saja kau tahu, tetapi hatimu terlanjur bukan untukku. Mungkin untuk seseorang yang saat ini sedang kau pinta dengan tuhanmu dan itu bukan aku.
Lagi lagi bukan aku dan tetap bukan diriku.
-SHELA AL-
________________________________
Relung hati, 17 Maret 2020
0 notes
shelestari · 3 years
Text
RTM: Menyatukan itu bukan berarti menyempurnakan.
Nanti, saat kamu sudah menemukan dia yang mendapatkan hati dan juga dirimu, jangan terlalu berharap tinggi pada ekspektasi. Sisakan ruang kosong untuk menampung rasa "memaklumi".
Saat ekspektasimu terlalu tinggi, bisa jadi nanti mudah bagimu untuk kecewa. Maklumilah bahwa pasanganmu itu manusia yang salahnya selalu ada dan akan terus berganti kesalahannya, bahkan menyatukan dua hati bukan berarti menyempurnakan semuanya, jika sudah sempurna maka tidak akan ada yang namanya saling memaafkan kesalahan dan saling mengingatkan soal kelalaian.
Bagimu yang sedang menunggu atau mencari, perbaikilah dirimu sembari mengusahakan untuk menjemput dan dijemput. Bagimu yang sedang berlayar dengan kapal dan nahkodanya, salinglah memperbaiki dan menasehati dengan sebaik-baik kata dan perilaku, pasanganmu layak mendapatkan pengingat tanpa melukai.
Perjalanan ini, jika tidak karena mencari pahala dan berkahnya Allah, akan mudah bagi kita untuk marah dan mencaci, mudah bagi kita untuk mencela dan mengganti. Niatkan saja semuanya untuk Allah, soal apresiasi atau tidak itu urusan belakang, yang terpenting adalah apresiasi Allah dengan pahala yang kamu dapatkan. Entah atas perjuanganmu melayani, atau mencari dan menunggu dengan menjaga diri.
Menyatukan itu tidak harus menyempurnakan, tapi membersamai dalam perjalanan dan mengobati luka perjalanan bersama-sama. Memadamkan api jika salah satu ada yang terbakar, menghangatkan hati jika salah satu ada kedinginan karena emosi yang selalu bergejolak.
Menikah itu perlu ilmu, bukan hanya ilmu biologis. Tapi ilmu menata hati dan rasa, menata marah dan bahagia, menempatkan cemburu dan perhatian pada tempatnya.
Selamat bertumbuh.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
shelestari · 3 years
Text
[JALAN IR. H. DJUANDA]
Tumblr media
Dua jalan yang berdampingan itu telah menjadi saksi dari kisah perjalananku.
Kondisi jalan yang hampir tak pernah sepi kendaraan, menjadi pemandangan baru bagiku saat menjalani hari-hari diperantauan.
Aku yang merasa paling pandai menyebrang jalan saat di kampung halaman, menjadi yang paling butuh pegangan saat diperantauan.
Menunggu jalanan sepi adalah sebuah ketidakmungkinan yang selalu kunantikan. Karena ketika ingin menerobos jalan yang masih ramai dengan lalu lalangnya, terakadang membuatku harus memilih antara tetap menanti atau memberanikan diri.
Disini mental dan hati saling berbenturan. Hati berkata jangan, namun mental terus meyakinkan.
Oleh karena itu, tak jarang ketika berangkat kuliah ku selalu mencari gandengan untuk diajak menyebrang jalan.
Entah bersama teman, satpam atau dirimu yang mungkin saja pernah berpapasan namun tak saling mengenal apalagi saling melempar senyuman. Akhirnya hanya bisa terdiam dan berlalu tanpa sapaan.
Begitupun ketika pulang kuliah, aku selalu mencari teman untuk kuajak menyebrang jalan Ir. H. Djuanda.
Biasanya bersama teman-teman kelasku yaitu, Nada, Adinda, Liya, Mega, Umi Syarah, Khansa dan Marhaban Istiqama.
Kemudian, kami pun berpisah saat sampai di sebrang jalan. Tak lupa saling mengucap 'Hati-hati ya' sebagai kalimat perpisahan yang selalu terlontar usai menyebrangi jalan.
Berharap semuanya akan selamat sampai ketujuan walau dengan arah yang saling berlawanan.
Hai kalian, jadi kapan akan kembali ke perantauan?
Menikmati suasana kampus satu yang menyimpan banyak kenangan,
berpintu doraemon sebagai gerbang awal untuk kepesanggrahan,
mengantri lift tarbiyah dibagian kanan,
dan numpang tidur di kosan nadia, mega, tia, ita, prisma dan dwi khodijah yang kala itu disebut sebagai basecampnya PBA 3A.
MaasyaaAllah.. Rindu sekali..
Sehat-sehat ya kalian,
Semoga selalu dalam lindungan-Nya dan tetap dalam kasih sayang-Nya.
Sampai jumpa pada pertemuan kita yang direstui semesta dan sampai jumpa di UIN Jakarta ❤
Sekian.
(Diambil dari lantai 7 FITK, tepatnya di perpustakaan tarbiyah saat masih semester tiga)
----------------------------------------------------------------
Liburan semester lima~
21 Februari 2021
1 note · View note
shelestari · 3 years
Text
[BEBERAPA ORANG]
Ketika sedang jatuh cinta, segala nya akan terlihat indah layaknya hamparan bunga tulip yang sedang bermekaran.
Tak ada celah bagi kesedihan untuk mengusik pikiran yang sedang sibuk memikirkan cinta. Bahkan ketika mendengar namanya saja, jiwa ini seolah bermanifestasi menjadi Majnun kepada Laila.
Suasana hati menjadi syahdu tatkala teringat bayangnya saja. Cinta begitu menakjubkan. Hal-hal yang menyakitkan pun akan selalu termaafkan tanpa beban dan tanpa rasa susah.
Tak mengherankan jika ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Cinta memang buta, jika tujuannya untuk mengejar duniawi semata.
Lain hal jika cinta itu ditujukan kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Tidak akan menyesatkan dan tidak pula menjerumuskan.
Karena cinta kepada Ar-Rahman adalah wujud penghambaan atas anugerah kehidupan bagi setiap ruh yang diciptakan.
- SHELA AL-
1 Maret 2021 | diruang pribadi
1 note · View note
shelestari · 3 years
Text
[AWAL BULAN]
Biasanya, awal bulan sering dijadikan target untuk memulai suatu urusan, impian ataupun perkerjaan.
Tak jarang berbagai list perencanaan sudah dituliskan sejak akhir pekan, dengan harapan semoga bisa terealisasikan dengan penuh keyakinan.
Ada yang ingin memulai usahanya, meraih berbagai pengharhaan baru, ada pula yang berharap agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Namun apakah ada keinginan dalam hati untuk membenahi diri dalam urusan agama?
Seperti ingin lebih baik dalam ibadahnya, amalnya serta kiat-kiat untuk memperbaiki hubungan dengan Rabb-nya.
Terkadang nafsu duniawi semakin hari kian menguasai diri.
Terlalu sibuk memenuhi hak pribadi hingga lupa dengan hak sang Ilahi.
Sholat yang masih saja berantakan, membaca Al-Qur'an masih kadang-kadang, amalan sunnah pun masih dinanti-nanti kan.
Namun selalu berkeinginan agar doa cepat dikabulkan dengan penuh kesempurnaan.
Bagaimana bisa aku menuntut Ar-Rahman untuk mengabulkan segala permintaan, sedangkan diri sendiri pun masih bertahan dalam lingkar kemaksiatan?
Sadarlah wahai diri,.
------------------------------------------------------
-diruang pribadi-
1 Maret 2020
0 notes
shelestari · 3 years
Text
[ AKU BUKAN ]
Aku bukan Khadijah, bukan Aisyah, bukan pula Asiyah apalagi Fatimah.
Aku hanyalah wanita akhir zaman yang bercita-cita menjadi shalihah.
Oleh karena itu, kumohon jangan TUNTUT aku untuk menjadi sebaik Khadijah, secerdas Aisyah, setaat Asiyah dan sesabar Fatimah.
Namun TUNTUN-lah aku agar dapat meneladaninya.
Semoga kelak dapat menjadi salah satu wanita penghuni surga, bersamamu wahai yang ku cinta.
Panjang, 14 Februari 2021
0 notes
shelestari · 3 years
Text
[ PERNAH TIDAK ]
Hanya bisa mengaguminya tanpa bisa mengenalnya.
Hanya bisa menyukainya tanpa harus mengungkapkannya.
Dan hanya bisa menyapanya lewat doa, tanpa harus tahu hatinya untuk siapa.
Cinta memanglah cinta.
Tak jarang pula sering melahirkan air mata.
Namun cinta tetaplah cinta.
Karena ...
"Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga" -Roma Irama-
• Panjang, 14 Februari 2020
0 notes
shelestari · 3 years
Text
[ JIKA BERBICARA TENTANG CINTA ]
Adakalanya bahasa cinta yang hadir, tidak mudah untuk dipahami oleh hati.
Cinta pun hanya bisa dirasakan dengan ketulusan tanpa adanya perwujudan.
Oleh karena itu, mencintai tanpa mengetahui hati yang dicintai, amatlah menyiksa bak disayat oleh belati.
Kau bagaikan mawar berduri yang hanya bisa dimiliki oleh dia yang terpilih.
Keindahanmu mampu menawan hati bagi siapa saja yang mendekati.
Dalam gelapnya malam, kau adalah bintang yang memancarkan cahayanya.,
Indah, namun begitu jauh dariku.
Terkadang kau adalah rembulan yang dikelilingi oleh ribuan bintang.,
Sedangkan aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan yang malang.
Cinta tidak pernah memberikan apapun selain cinta.
Kesedihan, kebahagiaan dan keindahan yang hadir adalah makna dari cinta itu sendiri.
Cinta pun tidak selalu menjanjikan kebahagiaan, kecuali cinta yang ditujukan kepada sang pemilik keagungan.,
Sebab cinta yang hadir tanpa melibatkan Sang Pemilik Hati, akan menjadikanmu budak haqiqi dari cinta itu sendiri.
---------------------------------------------------
• Panjang, 14 Februari 2020 •
---------------------------------------------------
2 notes · View notes