Tumgik
storydewy-blog · 5 years
Text
Terdistraksi
Melihat ketidakaturan adalah melelahkan. Mengijinkan orang masuk dalam urusan pribadi adalah melelahkan. Dan, akhir-akhir ini menjadi sangat melelahkan. Segala urusan yang biasa aku kerjakan sendiri, akhir-akhir ini banyak diintervensi; memusingkan. Setumpuk tugas yang semestinya digarap sendiri, seketika harus ditemani; merecokkan. Setiap pergi yang biasa selalu sendiri, menjadi sering diikuti; meribetkan. Semua waktu yang digunakan untuk sendiri, tiba-tiba datang diinterupsi; menjengkelkan. Sebuah tempat yang biasa terlihat rapi, diacak-acak dengan mudahnya; melelahkan. Sangat sadar aku ini tidak mudah membagi bagianku selain pada aku sendiri. Bahwa orang datang membawa ini, itu, mungkin sembilu tanpa mengerti aku belum butuh selain aku. Sangat cukup membuat pikiran rancu hingga hilang kepuasan, sekejap setelah mengijinkan seseorang masuk dalam urusan pribadi. Dan, kini aku lelah, aku akan rehat pada segala hubungan. Yogyakarta, 7 Mei 2019
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Bertemu sekali setelah sekian lama seketika membuatku sangat rela melepaskan dia. Dia yang mungin menjadi pelarianku, dan mungkin menjadikanku pelariannya, juga.
Salatiga, 3 Mei 2019
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Terbiasa mentalnya tertekan, energinya tersedot, otaknya tercurah, adrenalinnya terpacu, hatinya terisak, tubuhnya jarang istirahat. Begitu selesai rasanya kopong, yang kemudian temanifestasi menjadi kapar, segalanya kembali pada titik terendah.
Yogyakarta, 1 Mei 2019
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Mungkin sudah 6 kali Siung, mungkin yang tercepat, teririt, ternekat. Berangkat menjelang maghrib dan kembali lepas pukul 6 pagi. Sepanjang 3 jam, kami sepakat bahwa prioritas tidak dapat dibayar apapun. Walau waktu diada-adakan, manusia selalu punya alternatif meniadakan. Dan prioritas yang dikolaborasikan waktu adalah masalah yang sering akan aku temui dekat-dekat ini. Tapi, semesta masih berputar pada porosnya. Kebaikan akan datang dari gesekan perputaran itu. Lagi-lagi kebaikan datang untuk direlakan, bukan pula diabaikan, hanya saja harus kembali berputar menunggu Tuannya yang selaras dengan prioritas dan waktu. Siung, 6 Oktober 2018
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Kala itu, malam tidak sedang bertelanjang, jutaan bintang dan purnama bulan sedang menyetubuhi langit. Sepasang mata menatapnya tanpa berkedip, sesekali sang pemilik mengalihkannya pada raut kesal yang sedang diterpa angin laut. Raut kesal itu tersenyum tatkala pandangannya bertemu. Sorot matanya tajam, siap menangkis hala rintang kalau-kalau menghampiri. Diam-diam dingin malam mulai terganti dengan suhu hangat miliknya, mungkin oleh dekapannya. Kalau saja manusia mampu menghentikan waktu, sudah pasti keduanya berbuat demikian. Memberhentikan jagad. Menikmati rentetan kisah tak disengaja kepada rasa kagum bersama sang pujangga. Namun, sang waktu perlahan menghantarkannya melewati fajar hingga menuju senja. Seperti biasa, senja tak berjalan lambat menemui kegelapan. Bersama datangnya malam, ia pergi ke angkasa, kembali kepada tempat seharusnya bintang ada. Tanpa sepatah kata. Hidden place, Mei 2018
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Kalah-Serah Mataku tertuju pada karang yang terus-terusan ditabrak gelombang Kemudian pecah menjadi riak-riak kecil Sakit! Tak apa, mungkin itu representasi dariku saat ini Daripada harus membalikkan badan, melihat ia bergurau dengannya Somewhere, Januari 2018
0 notes
storydewy-blog · 5 years
Text
Beralih
Sama seperti kalian yang mempunyai peliharaan kesayangan, barang kesayangan, atau kesayangan yang lain. Pun aku punya kesayangan dalam bentuk berbeda. Manusia, sepatutnya mencari kesayangannya apabila berada dalam rasa sedih, senang, bosan, khawatir, bingung, dalam keadaan pergi, menjauh, pulang, melekat. Akan mencumbu lalu menenagkan diri dengan kesayangannya. Begitu pula aku, aku akan mencari kesayanganku setiba rasa-rasa yang menumpuk, sebelum mencari, dan selepas pulang. Aku menuliskan segala yang ada, menjadikan ketenagan yang mengeluarkan rasa puas. Begitu seterusnya hingga tanpa sadar 2 tahun berlalu, tulisan-tulisan itu kemudian menimbun, beberapa merangkai, beberapa terpenggal, beberapa yang lain tak usai. Akan lamanya bersama serta akan banyaknya rasa yang sama-sama tercurah, siapa akan rela ditinggal? Dan siapa siap akan kehilangan? Sekejab, rasa-rasa berpendar menyaksikan kesayangan yang tiba-tiba lenyap. Hilang yang tak mungkin dapat dilihat kembali. Pergi yang tak mungkin dapat dicari lagi. Merelakan bukan pilihan mudah diantara ketiadaan pilihan lain. Hingga akhirnya harus ditempuh, walaupun setengah hati melalui. Tentang itu, aku yang merecok sendirian kemudian mencari kedamaian dengan diri, tentang kesepakatan kami mengenai hidup, bahwa didalamnya “tiada yang benar-benar menetap”. Yogyakarta, 30 April 2019
1 note · View note