Tumgik
#Nama Istri Para Nabi Dan Rasul
alfvy · 1 year
Text
[Kelas Malam]
Selasa, 5 September 2023
Riza Zacharias (Owner Syamil Qur'an)
*KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MENGAMALKAN AL-QUR'AN*
Ustadz riza berdakwah dimulai dengan membuat buletin yang disebarkan dari masjid ke masjid. Syamil quran memiliki pesantren bernama pemuda quran bumi langit. Rekor di pesantrem pemuda bumi langit yaitu selesai quran dalam waktu 6 hari. Yang sudah selesai sambil mutqin mereka diajari bisnis, salah satunya ada yang jualan telur sampai 3 ton per hari saat ini.
Sebenarnya kita meniru siapa? Pastinya Rasulullah. Rasulullah itu contoh bagi laki-laki dan perempuan.
▪︎Nabi Muhammad adalah teladan terbaik
▪︎Teladan terbaik, seorang pemimpin yang ahlul quran, sekalugus pembisnis andal
▪︎Gadget saja ada manual book nya, manusia diciptakan Allah-Qur'an sebagai guidance
Manusia Allah cipatakan di muka bumi lalu Allah tugaskan kita menjadi khalifah tidak mungkin Allah tidak memberikan guidance nya (panduan nya). Lalu apakah Al-Qur'an pasti menyediakan jawaban apapun atas kehidupan kita? Tentu. Dan apakah ada caranya menjadi wanita muslimah sukses dunia akhirat? Ada. Adakah ayat jaminan kita menjadi pembisnis yang handal dan sukses? Ada.
Ada yang dijauhkan dari umat :
1. Al-Qur'an
2. Bahasa Arab
3. Dagang dan bisnis
Daun jatuh saja tidak ada yang kebetulan, pasti tidak ada yang kebetulan pula dengan ketetapan Allah bahwa nabi adalah orang arab yang diberikan mukjizat Al-Quran dan mata pencahariannya dahulu adalah berdagang.
*"Ketika kita ingin mencontoh nabi sebagai uswah hasanah maka kita harus mengikutinya.."*
Jangan meng-edit Al-Qur'an, ex :
1. Qs. Al-Baqoroh ayat 43 (jangan sampai sholat saja tetapi tidak zakat padahal itu adalah suatu yang berbarengan/bersamaan)
2. Qs. Al-Bayyinah ayat 5 (maknanya sama dengan ayat diatas)
3. Qs. An-Nahl ayat 43 (bertanyalah kepada ahli ilmu yang terkonek dengan Allah)
"Berkata rasull : ya tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini (sesuatu) yang diabaikan. Semua ayat itu berlaku untuk kita, walaupun diawali dengan "yaaa ayyuhal kafiruun"
*Semua yang dekat dengan Al-Qur'an PASTI MULIA*
▪︎Nabi Muhammad adalah pemimpin para nabi mukjizatnya Al-Qur'an
▪︎Pemimpin para malaikat, jibril (tugasnya menyampaikan wahyu Al-Qur'an)
*▪︎Siapapun yang dekat dengan Al-Qur'an PASTI MULIA dan ALLAH MULIAKAN, bahkan "apapun" itu akan diperlakukan istimewa*
*"Orang yanh dekat dengan Al-Qur'an mustahil Allah sia-siakan.."*
Kode sirah dari nabi :
1. Mereka yang dekat dengan Al-Qur'an (assabiqunal awwalun) juga para pembisnis
2. Sahabat nabi para pembisnis hebat, sekaligus juga ahli Qur'an
3. Sahabat nabi ahli Qur'an, sekaligus pembisnis hebat
4. Istri nabi saudagar besar
5. Support utama dakwah terutama di awal adalah para pembisnis
6. Setelah masjid nabawib-PASAR
Kode dari Allah :
Dan orang-orang yang kafir berkata "dan janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu sapat mengalahkan" (Qs. Fussilat : 26)
*KETIKA KITA JAUH DARI AL-QUR'AN MAKA KITA AKAN MENJADI PRIBADI YANG LEMAH*
Siapa orang yang mudah sedekah? Yaitu orang yang memiliki apa yang bisa di sedekahkan (harta). Bersedekah itu ketika lapang maupun sempit
*Garansi agar mudah dan berkah :*
▪︎"Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang maj mengamb pelajaran". Qs Al-Qamar : 17)
▪︎ "Dan barangsiapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit (Qs. Thaha : 124)
▪︎ Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar engkaj menjadi susah
*Mindset rezeki dan ketetapan Allah :*
▪︎Rezeki, tidak ada kaitannya dengan ketaatan
▪︎Rezeki berkah, terlihat dari penerimanya : makin taat atau makin jauh dengan Allah
▪︎Rezeki tercatat atas nama seseorang, tidak bakal bisa saling ambil atau saling tertukar atau ditetapkan makhluk
▪︎Rezeki pemilik bisnis, pimpinan, staff, mitra bisnis, kompetitor, semua tercatat atas nama pribadi masing-masing
*Hubungan taat dengan dunia menurut sufyan bin uyainah :*
*1. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, Allah pun akan memperbaiki amalan lahiriyahnya.*
*2. Barangsiapa yang memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.*
*3. Barangsiapa yang beramal demi tujuan akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.*
*Hakikat kita hidup untuk apa? CARI BEKAL UNTUK MATI.*
1. Doa anak yang shalih
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Harta yang di sedekahkan di jalan Allah
*"Mari kita belajar dengan siapapun dalam mendekatkan diri kepada Allah.."*
1 note · View note
anakperempuannet · 2 years
Text
180+ Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah, Cantik Dan Penuh Doa Teladan Baik
180+ Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah, Cantik Dan Penuh Doa Teladan Baik
Nama Bayi Perempuan Yang Disukai Rasulullah – namaanakperempuan.net. Memberikan nama anak yang baru lahir adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Menurut syariat Islam, nama yang diberikan kepada anak akan tersemat mulai dari lahir hingga di akhirat nanti. Bahkan Rasulullah sendiri bersabda bahwa nama merupakan sebuah doa atau “Al ismu duaaun” dalam bahasa Arab. Nama-nama anak muslimah juga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
frasa-in · 2 years
Text
Tumblr media
Kemuliaan Fatimah dan keluarganya.
Fatimah ialah seorang anak, istri, ibu, dan muslimah yang taat pada Allah dan Rasul-Nya. Fatimah merupakan putri bungsu dari Rasulullah dan ibunda Khadijah. Fatimah tumbuh dalam keluarga yang penuh teladan dan kemuliaan.
Ayahnya adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibunya bernama Khadijah binti Khuwailid, salah satu dari empat wanita pemuka surga dan Fatimah juga termasuk salah satunya. Suaminya adalah Ali bin Abi Thalib ra., salah satu dari sepuluh orang Amirul Mukminin yang dijanjikan masuk surga.
Sedangkan dua putranya adalah pemuda surga, yaitu Hasan ra. dan Husain ra. Pamannya ialah pemuka para syuhada bergelar singa Allah dan Rasul-Nya, Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Kunyahnya (nama julukan yang menggunakan Ummu dan Abu) adalah Ummu Abiha karena baktinya pada sang ayah.
Digelari Az-Zahra.
Fatimah bergelar Az-Zahra sebab wajahnya senantiasa cerah bak sekuntum bunga. Berbagai ujian hidup dan kehidupan telah dialaminya dengan wajah cerah ceria. Tegar dan bersahaja membuat demikian perangainya.
Pemberani.
Saat masih kecil, Fatimah telah menjadi saksi pembangkangan kafir Quraisy terhadap apa yang dibawa oleh ayahnya. Ialah yang membersihkan pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat kotoran ditimpakan padanya. Ia pula yang dengan lantang berorasi di depan kaum kafir yang menyakiti baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh wanita yang sangat pemberani. Fatimah menjadi contoh bagaimana muslimah tidak gentar menyuarakan kebenaran dan keberanian.
Sederhana dan Bersahaja.
Fatimah tumbuh menjadi gadis yang baik perangainya, shalihah, dan mampu menjaga dirinya. Hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib yang mampu memenangkan hatinya, dan begitu pula Ali yang mampu menyimpan rapat perasaannya bahwa ia jatuh hati kepada Fatimah. Keduanya menjaga rapat perasaan itu hingga satu sama lain mengetahui bahwa saling jatuh hati setelah keduanya menikah.
Kehidupan Fatimah setelah menikah begitu sederhana. Karena Ali bin Abi Thalib bukan berasal dari keluarga kaya yang memiliki banyak harta. Saat Ali melamar Fatimah pun ia sempat bingung karena merasa tidak memiliki mahar yang cukup. Rasulullah pun tak mempersulit dan mengizinkan baju besi yang pernah diberikan kepada Ali untuk menjadi mahar pernikahannya dengan Fatimah.
Kehidupan mereka setelah menikah sangatlah sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti pada suaminya.
Nilai Pendidikan dari Keluarga Fatimah.
Saat Fatimah tengah mengandung, Fatimah merasa sangat kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga yang ia lakukan sehari-hari. Fatimah harus menumbuk gandum dengan tangannya, sehingga tangannya kasar dan merasa kewalahan.
Kemudian Fatimah berbicara kepada ayahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan meminta untuk diberikan pembantu di rumahnya. Mendengar hal itu, beliau mendatangi putrinya, dan berkata dengan perasaan haru, “Maukah kalian kuberitahu sesuatu yang lebih baik dari yang kamu minta? Bila hendak naik pembaringan, maka bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali. Semuanya itu lebih baik daripada seorang pembantu.”
Sejak saat itu, Ali dan Fatimah mengamalkan dzikir tersebut hingga akhir hayat. Tak pernah lagi Fatimah meminta pembantu. Tak lagi mengeluh atas keletihan yang menderanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa meski Fatimah adalah putri kesayangan seorang Nabi, namun tak serta merta harus dipenuhi semua keinginannya. Rasul mendidik anaknya untuk bersikap sederhana, dan begitu pula Fatimah serta Ali mengajarkan kesederhanaan pada anak-anaknya.
Menjadi 1 dari 4 Wanita Ahli Surga.
Fatimah terus menjaga ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ajal menjemputnya. Tidak lama setelah ayahnya wafat, Fatimah meninggal dunia, beberapa bulan setelah Nabi wafat. Usianya tidak mencapai 30 tahun.
Fatimah mewarisi kepribadian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersahaja. Dengan keteladanannya, Fatimah menjadi salah satu dari empat wanita ahli surga, bersama dengan ibundanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemuka perempuan ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Aisyah.” HR. Muslim.
Fatimah memberikan keteladanan pada kita, bahwa muslimah sejati tidak hanya cantik kepribadiannya, tapi juga taat kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya. Semoga Allah merahmati Fatimah radhiyallahu ‘anha dan keluarganya.
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
22 notes · View notes
rinaimimpi · 2 years
Text
Book Review : Bertransaksi Kepada Allaah | Tazkiyatun Nafs
baik itu tidak cukup, tapi perlu juga benar. indikator benar adalah apapun yang sesuai dengan Al-Qur'an dan hadist.
doa Nabi Musa kepada Allaah (nabi yang diajak berbicara langsung dengan Allaah), "berikanlah kepadaku rezeki kefahaman."
ilmu adalah rezeki yang besar.
bisa saja ada orang yang dunianya lapang, gajinya banyak, berdigit-digit, tapi rizkinya sempit. maka hilang kenikmatan ibadah dalam jiwanya meskipun tersajikan banyak gemerlap dunia di matanya. begitupun sebaliknya, ada yang mungkin dunianya pas-pas an, uangnya engga banyak, tapi hatinya penuh rezeki dan luas. disitu dia bisa menikmati indahnya ibadah.
ada yang sederhana dunianya, tapi sungguh lapang rezekinya.
rezeki ilmu hanya diberikan oleh Allaah kepada hamba yang dikehendaki atas suatu kebaikan.
salah satu ulama salaf, Fudhail bin Iyadh berkata, "kita tidak akan mungkin mengungguli amalan para sahabat dengan sholat, puasa, zakat, atau dengan ibadah dzohir. tetapi kita bisa mendekati amalan para sahabat itu dengan apa yang ada pada hati kita, ketika hati kita itu dapat memberikan keselamatan kepada kaum muslimin."
jalan keselamatan terbesar bagi seorang mukmin adalah ketika dia membawa hati yang selamat dan bersih dari berbagai perkara buruk.
zaman sekarang, banyak yang mengutamakan amalan dzohir saja, tanpa menjaga dan melaksanakan amalan hati. amalan dzohirnya mulia, tapi amalan hatinya berantakan.
siapa yang mebawa hati yang bersih ketika mati, maka akan dilapangkan urusannya di alam barzah.
Allaah itu melihat dan menilai seseorang dari hatinya, bukan jasad.
seringlah bertanya pada diri dan hatimu sendiri, hatimu tuh dalam kondisi apa. mari lebih mengenali hati kita.
hati yang sehat itu mempunyai beberapa sifat:
senang berkhidmat kepada Allaah.
senang bertransaksi kepada Allaah atas semua karunia dari Allaah.
bakhil terhadap waktu.
memprioritaskan urusan sholat tanpa ada penawaran.
senang untuk mendapatkan sehat yang berkaitan tentang Allaah dan Rasulullah.
senantiasa menjaga kualitas ibadah secara sungguh-sungguh.
hatinya rindu untuk berkhidmat layaknya orang yang lapar akan makanan dan minuman. dia merasa tenang jika mengarungi jalan Allaah. setiap perkara yang disitu kita mampu membesarkan nama Allaah dan Rasul, maka kita akan memilih perkara itu.
orang dengan hati yang sehat ketika memiliki rezeki lapang, waktu lapang, yang ada dipikirannya yaa berkhidmat dengan Allaah, bukan malah bermaksiat. mengembalikan semua titipan Allaah kepada Allaah, meyakini bahwa semua transaksi yang dikembalikan untuk Allaah tidap pernah mengenal kata rugi. pedagangan yang tidak pernah rugi. modal dari Allaah, untung dari Allaah.
sesungguhnya mencari keridhoan kepada manusia itu adalah kemustahilan.
Umar bin Khattab punya kebiasaan unique, tiap barang yang dipunyai Umar bin Khattab dituliskan "tertawan dan digunakan di jalan Allaah."
apapun nikmat yang diberikan Allaah itu adalah ujian dari Allaah, apakah seorang hamba mampu mengembalikan kenikmatan itu kembali di jalan Allaah.
orang yang berhati bersih, selalu merindukan bertransaksi atas apa yang dia miliki di jalan Allaah.
indikator hati yang sehat adalah ketika datang waktu sholat, lenyap sudah kesedihan dalam hatinya. lalu bergegas sholat karena dalam sholat itu dia mendapatkan kelapangan, kenikmatan, dan ketenangan jiwa.
kalo seseorang sudah meremehkan sholat, pasti juga meremehkan syahwat. ulama salaf berpendapat bahwa kerusakan akan dimulai ketika manusia tidak menempatkan urusan sholat menjadi suatu prioritas.
meskipun kamu susah atau tidak akan pernah terbebas dari dosa, jangan tinggalkan sholat.
manusia yang memperhatikan dan memprioritaskan urusan sholatnya, dia sudah memiliki kunci bagaimana syahwatnya tidak akan meminta tumbal dan korban jika selalu terjaga sholatnya.
"tidaklah saya melihat orang yang melakukan zina kecuali benang merahnya sudah melalaikan urusan sholat."
hukuman melalaikan sholat itu pasti mengekor, bakal ada dampaknya sesuai di QS. Maryam Ayat 59.
suami mengingatkan istri, istri mengingatkan suami, salaing mengungatkan antar anggota keluarga. sungguh itu bukti cinta dalam mempertahankan benteng keimanan dan syahwat.
pertolongan Allaah itu adalah dengan sabar dan sholat. mengadulah kepada Allaah dalam urusan sholat.
kalo ada manusia yang meremehkan urusan sholat, maka urusan lainnya juga akan teremehkan (Umar bin Khattab).
orang yang berantakan sholatnya merupakan indikator hatinya dalam kondisi bermasalah.
hati yang sehat itu lapang dan senang menerima nasehat berkonteks agama dan membahas keagungan Allaah. selama yang dikatan Allaah dan rasul, di senang, meskipun belum bisa langsung mengerjakan itu.
ilmu itu datang sebagai obat, bukan kaya manisan. kadang-kadang memang pahit, karena itu memang mengobati kita. kalo kita mau menerima kepahitan nasihat yang baik itu, seiring waktu kepahitan itu akan membawa kebaikan buat kita.
merasa tertampar dan tersindir dalam suatu kajian ilmu, its okay.. gapapa itu lumrah, kita emang perlu berobat dengan memperbanyak ilmu dan bersabar.
beda deh kalo game, dia itu dateng kaya gula, manis, menggiurkan, dan nagih. tapi kalo diikuti terus akan merusak.
kita akan selalu dalam pusara kebaikan selama kita mencintai nasehat.
tapi menasehati itu harus dengan cara yang ma'ruf, dengan cara yang baik. makanya kita perlu belajar gimana cara terbaik dalam mengingatkan dan menasehati.
nah, kalo kita udah usaha buat menasehati dengan baik tapi engga mempan, itu bukan salah kita atau salah nasehatnya. tapi memang hatinya sedang sakit, dan semua itu hanya bisa diterima atau terjadi atas izin Allaah.
bahkan Nabi Muhammad saja pernah ditegur dan dinasehati oleh Allaah, dan Nabi Muhammad menerima dengan lapang dada.
jadilah manusia yang jika dinasehati lalu terimalah, jangan mencari pembenaran atas apa yang dikerjakan. selama nasehat itu memang benar dan perbuatanmu jelas salah.
isteri yang baik itu bukan isteri yang selalu merasa benar, tapi isteri yang mau menerima dan memahami nasehat dari suaminya jika memang salah.
jangan ikutin meme yang bilang kalo isteri tuh gapernah salah, jangan dibenarkan. tapi yang benar adalah saling mau menerima jika dievaluasi dan dinasehati dengan lapang dada.
semoga hati kita adalah hati yang sehat dan baik, senang menerima nasehat, tidak mencari pembenaran atas perbuatan, aamiin..
orang yang hatinya sehat itu peka terhadap QC (Quality Control) atas ibadah yang barusan dia kerjakan. rajin meng-QC ibadah :)
Ali bin Abi Thalib berpesan, "jadilah kalian menjaga kualitas amal kalian karena itu lebih penting daripada menambah amal terus tanpa ada penjagaan kualitas ibadah."
orang berhati bersih dan bertaqwa, selain menjaga kuantitas, justru sangat menjaga kualitas amalan. makanya disebut amalan shalih, dimana berkualitas adalah terpenting dan qualified sama Allaah.
maka, pentingnya manusia untuk terus Muhasabah Diri dan Qolbu :)
barakallahu fiikum.
Ustadz Oemar Mita
Alas Maroon, 22 September '22 | 11.17 wib
2 notes · View notes
endriatjeh · 3 years
Text
TERUNTUK SI MALAIKAT KECIL: Sisa-Sisa Kenangan, Serpihan Munajat & Nasihat
Tumblr media
Anakmu bukan milikmu
Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu.
___
Tulisan ini dibuat dalam rangka menutup ruang lupa tentang memori di ulang tahun pernikahan yang ke-tiga. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Setelah dua tulisan sebelumnya mengulas tentang pernikahan dan LDR yang saya jalani, kali ini saya pikir waktunya menceritakan tentang satu sosok mungil yang sudah dua tahun ini mewarnai hari-hari perjalanan rumah tangga kami.
Khawla namanya. Shafiya Khawla El-Batrisyiya lengkapnya. Nama ini pun dipilih setelah melalui diskusi yang panjang, dan tentu setelah mendengar banyak masukan. Begini kira-kira maknanya.
Shafiya, istri Rasulullah. Wanita yang terkenal cantik parasnya sampai-sampai Aisyah ra. pernah dibuat cemburu. Di saat gundah gulana karena cacian dan hinaan masyarakat Jahiliyah sekitar, Rasulullah sejukkan hatinya bahwa pada Ummul Mukminin yang satu ini berkumpul kemuliaan nasab, keislaman yang baik dan ketinggian akhlak.
Khawla, the female version of Khalid bin Walid. Dalam sebuah peperangan melawan pasukan Romawi, Khalid bin Walid, panglima perang saat itu bertanya tentang seorang prajurit yang sedang berjibaku di medan perang melawan musuh. “Siapa ksatria itu? Demi Allah, dia tidak peduli dengan keselamatannya”. Dialah Khawla binti Azwar, seorang wanita yang bersembunyi dalam baju zirah dengan pedang terhunus di tangan.
Batrisyiya, diambil dari bahasa Arab, artinya cerdas cendikia. Jika mengutip Buya Hamka, orang disebut cerdas kalau akalnya tajam, buah pikirannya baik, cepat mengambil kesimpulan karena paham maksud, terang otaknya, luas pandangannya, jauh tiliknya. Orang dikatakan cerdik pandai karena pemahamannya luas, penyelidikannya dalam, bacaannya banyak. Tidak canggung bergaul dengan segala lapisan karena banyak yang diketahui, karena ada pengetahuan dalam suatu masalah, sedia bertanggung jawab.
Setelah timbang sana sini, akhirnya nama dengan tiga suku kata inilah hasilnya. Karena hasil kompromi, jadi ya agak panjang karena mengakomodir “ingin” nya dua pikiran orang tuanya. Tentu saja tersirat banyak doa dalam nama, ya demikianlah doa, banyak semoganya.
Lahir pada 21 Maret 2019 di kota kecil berhawa sejuk, lereng Dieng, Wonosobo. Kehadirannya ibarat keajaiban kecil bagi kami, disambut dengan penuh ketakjuban, syukur dan suka cita. Bagaimana tidak, saat ia lahir bundanya masih menjalani magang cakim saat itu, saya sendiri di Medan, di tengah kondisi orang tuanya yang masih harus LDR-an dan banyak keterbatasan; sebuah kondisi yang sungguh sangat tidak ideal. Pertama tentu anugerah ini membahagiakan, menjadi pelipur lara. Tetapi juga menjalani kehidupan rumah tangga dalam kondisi yang demikian ditambah lagi membesarkan anak seorang diri, jauh dari sosok ayah tentu tidak mudah.
Jika boleh memutar waktu kembali, rasa- rasanya sulit untuk kembali melukiskan apa yang ada di pikiran dan benak saya dan bundanya sebagai orang tua. Semenjak mengandung Khawla, masa-masa penantian selama 9 bulan lamanya hingga detik-detik kelahiran boleh dibilang masa-masa yang mendebarkan, apalagi ini anak pertama. Ada banyak was-was, menuntut siaga setiap saat. Saya pikir apa yang dilukiskan Buya Hamka sebagai berikut cukup mewakili itu semua.[1]
“Telur yang kecil di dalam sperma (mani) itu melekat dalam rahim si ibu. Ditakdirkan Tuhan tidak akan tanggal lagi sampai waktu dia lahir. Dan selama dia melekat dalam rahim itu dia akan menghisap makanan yang masuk ke dalam rahim itu, sehingga sejak dia melekat dia telah menghisap darah ibunya untuk makanannya yang pokok. Tambah sehari si janin tabah membesar, berendam dalam darah ibu dan menghisap makanan ibu. Sehingga sejak mulai mengandung telah terasa oleh si ibu bagaimana anak itu menghisap, sehingga si ibu sendiri menjadi lemah, menjadi berubah selera. Si ibu makan, minum, menelan dan mencerna dan semua yang dimakan, diminum, dan dicerna itu disaring untuk dijadikan makanan oleh si janin. Terutama bisa si janin telah mulai tumbuh tulang, setelah melalui asa jadi nuthfah (air segumpal), ‘alaqah (darah segumpal) sampai kepada jadi mudhghah (daging segumpal) dalam masa 4 bulan sepuluh hari. Kemudian tumbuhlah tulangnya, dan tulang yang telah mulai tumbuh ini pun lebih banyak lagi meminta bahan makan, sehingga tenaga ibunya benar-benar diambilnya, sehingga si ibu jadi lemah. Malam-malam si ibu dengan bangga membukakan perutnya dan memperlihatkan kepada suaminya bahwa anak yang dalam kandungan mulai “nakal”, mulai keras gerak-geriknya. Begitu dia payah, namun dia senyum. Dia payah, tetapi dia senyum: payah mengandung, senyum mengingat bahwa tidak lama lagi dia akan memangku.
Sembilan bulan lamanya kondisi yang demikian dialami Bundanya, setiap hari, setiap saat. Saya sering bersedih hati jika mengingat masa-masa ini, ada perasaan bersalah yang besar, di saat-saat seharusnya kehadiran fisik begitu dibutuhkan, justru saya tidak di sana, saya tidak ada di sisi bundanya saat itu.
Hamka melanjutkan.[2]
“Maka datanglah bulannya, sekitar sembilan bulan dan mulailah terasa si anak akan lahir. Si anak akan memandang dunia nan luas dan si ibu menceringir dan merintih kesakitan, namun senyum tidak juga hilang dari bibirnya. Di saat itulah si ayah gelisah, dada berdebar, duduk tidak senang, berjalan keluar dan ke dalam, ke hilir dan ke mudik. Sambil setiap sejenak melihat jamnya, menunggu berita dari doktor atau bidan, sambil berdoa, sambil berseru dalam batin, selamatlah kiranya istriku melahirkan anakku. Maka dari jauh-jauh kedengaranlah anak menangis! Tandanya dia sudah lahir. Tidak berapa lama dukun atau bidan pun keluar dengan muka berseri menyatakan bahwa si buyung atau si upik sudah lahir dengan selamat. Si ayah terharu, air matanya berlinang. Ia kejar istrinya, dilihatnya anaknya sudah tidur di samping istri dan si istri masih saja tersenyum walaupun dia baru saja terlepas dari suatu kepayahan besar. Si ayah mulailah surut rasa harunya, lalu diciumnya kening atau pipi istrinya dan si istri pun mendambakan dirinya membiarkan diciumnya pula si anak yang tadi mulai merasakan hangat-dinginnya dunia, mulai terlancar dari perut ibunya menangis keras. Sekarang dia tidur nyenyak sekali, dan di pun menerima cium ayahnya.”
Demikianlah kira-kira detik-detik pada malam tanggal 21 Maret 2019 pukul 21.30 WIB. Mendengar berita yang mengejutkan saat subuh, dilanjutkan dengan perasaan kalut tak terhingga sepanjang perjalanan Medan-Wonosobo tak mungkin terulang untuk saya alami lagi, dan kekhawatiran itu terbayar ketika mendengar tangis bayi mungil di bangsal saat itu. Suara itu sesuatu, haru bahagia campur aduk. Tuhan memang punya skenario terbaiknya untuk kita.
___
Berikan mereka kasih sayangmu,
Tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tetapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
Yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam di masa lampau.
___
Hamka melanjutkan.
“Sesudah itu akan mulailah kepayahan yang baru, yaitu kepayahan mengasuh anak. Kepayahan mendengarkan tangisnya, kepayahan mencuci kotorannya, kepayahan memandikannya, kepayahan atas kepayahan, namun hatinya tetap senang. Kira-kira dua bulan sesudah dia dilahirkan barulah dia mulai memberikan obat penawar, atau obat jerih bagi kepayahan ibu itu. Dia mulai tersenyum.
Menyusukan dan membesarkan: seluruh daging dan seluruh kekuatan tulang diberikan, yang menjelma dalam air susu. Hari dan jiwa terpadu dalam pemeliharaan: semua diberikan dan semua dikurbankan dengan segala senang hati dan dengan segenap kegembiraan. Tak pernah bosan, tak pernah benci dan tak pernah mengeluh.”
Apa yang digambarkan Hamka di atas persis seperti ungkapan peribahasa Arab, “Sungguh jika bukan karena harapan dan cita-cita, tidak akan seorang ibu menyusui anaknya”. Pasca kelahirannya, banyak hal berubah. Benar adanya, kehadiran anak adalah tali pengikat hubungan manusia. Pun dalam keseharian, seakan semua sepakat bahwa kepentingan dan kebutuhan anak adalah prioritas. Ini yang saya pikirkan sebagai efek kasih sayang kepada anak tadi.
Tantangan terbesar setelah mengandung dan melahirkan anak ialah membesarkan dan mendidiknya. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang tua. Dalam konteks ini, kita perlu menginsafi dan mencermati apa yang disampaikan Buya Hamka tentang kehidupan rumah tangga.
“Islam menjadikan rumah tangga sebagai asa atau sendi pertama dari berdirinya suatu bangsa ataupun suatu agama. Pergaulan dengan ibu dan bapak di waktu kecil itulah yang dinamai dalam Ilmu Pendidikan dengan lingkungan pertama, atau yang disebut dalam bahasa Arab al-bai’atul ulaa”, sebelum manusia memasuki dua lingkungan lagi, yaitu lingkungan kawan bersekolah dan lingkungan sepermainan. Maka lingkungan pertamalah, ibu dan bapak yang meninggalkan kesan yang dalam sekali pada jiwa anak. Asuhan di waktu anak masih kecil itulah yang sangat penting menentukan hidup di hari dewasa kelak. Didikan yang diterima, permainan, pergaulan di masa kecil, tergambar dan tidak akan terlupakan selama-lamanya. Asuhan di waktu kecil itulah bibit pertama yang akan menumbuhkan rumah tangga bahagia dan dari rumah-rumah tangga inilah kelak akan tersusun masyarakat.”
Hari demi hari dalam membesarkan anak, dengan penuh pengharapan dan cita-cita itulah, perlu kita iring-iringkan pula banyak doa. Patutlah kita bermunajat dengan munajatnya Para Nabi dan Rasul ketika mendoakan keturunannya.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqan ayat 74).
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar-nya menjelaskan bahwa seorang hamba yang insaf belum merasa cukup kalau sekiranya ahli rumahnya, anaknya dan istrinya belum merasai kehidupan yang demikian pula. Seorang ‘Ibadurrahmah senantiasa bermohon kepada Tuhannya agar istri-istri mereka dan anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam hidup. Betapapun saleh dan hidup beragama bagi seorang ayah, belumlah dia akan merasa senang menutup mata kalau kehidupan anaknya tidak menuruti lembaga yang dituangkannya. Seorang suami pun demikian pula. Betapa pun condong hati seorang suami mendirikan kebajikan, kalau tidak ada sambutan dari istri, hati suami pun akan luka juga. Keseimbangan kemudi dalam rumah tangga adalah kesatuan haluan dan tujuan. Hidup muslim adalah hidup jamaah, bukan hidup yang nafsi-nafsi.
Semua kita yang beranak berketurunan merasa sendiri bahwa inti kekayaan ialah putra-putri yang berbakti, putra-putri yang berhasil dalam hidupnya. Putera berbakti adalah obat hati di waktu tenaga telah lemah. Apakah hasil itu? Dia berilmu dan dia beriman, dia beragama dan dia pun dapat menempuh hidup dalam segala kesulitannya, dan setelah dia besar dewasa tegak sendiri dalam rumah tangganya. Inilah anak yang akan menyambung keturunan. Dan inilah bahagia yang tidak habis-habisnya. Si ayah akan tenang menutup mata jika ajal sampai.
Sebagai penutup dari doa itu, dia memohon lagi kepada Allah agar dia dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa. Setelah berdoa kepada Allah agar istri dan anak menjadi buah hati, permainan mata karena takwa kepada Allah. Maka ayah atau suami sebagai penanggung jawab menuntun istri dan anak menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi imam, berjalan di muka sekali menuntun mereka menuju Jalan Allah.
Demikian penjelasan Hamka tentang salah satu doa untuk anak-anak kita.
Nabi Ibrahim, Ayah Para Nabi mendoakan keturunan-keturunannya sebagai berikut:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh” (QS. Ash-Shaffat ayat 100).
Nabi Ibrahim mengharapkan agar Allah memberinya keturunan. Karena sudah lama dia kawin, namun anak belum juga ada. Bertahun-tahun lamanya dia menunggu putra, tidak juga dapat. Ternyata kemudian bahwa istrinya yang bernama Sarah itu mandul. Dengan persetujuan anjuran istrinya Sarah itu, dia kawin lagi dengan Hajar, dayang dari Sarah, karena mengharapkan dapat anak. Dalam usia 86 tahun barulah permohonannya terkabul. Hajar melahirkan anak laki-laki yang beliau beri nama Ismail.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim ayat 40)
Dari Nabi Ibrahim, kita ketahui lahir keturunan Ishak yang muncul berpuluh Nabi-nabi dan Rasul-rasul; termasuk Yakub, Yusuf, Musa, Harun, Yusya’, Ilyasa, Ilyas, Zulkifli, Ayyub, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya dan Isa dan lain-lain dari Anbiya Bani Israil. Dan dari keturunan Ismail, datanglah penutup segala Nabi (khatimul anbiya), dan yang istimewa dari segala rasul (sayyidil mursalin), Muhammad saw. inilah keberkahan doa Nabi Ibrahim as.
Setelah membangun Kabah, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Baqarah ayat 128 Nabi Ibrahim bersama Ismail berdoa:
 رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Wahai Rabb kami, Jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang."
Pun dengan Nabi Zakaria as., ia berdoa kepada Allah swt:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS. Ali Imran: 38).
Nabi Musa as. berdoa kepada Allah swt.
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al Ahqaf ayat 15)
Terakhir, patutlah kita dengarkan sepenggal doa yang dipanjatkan Istri Imran ketika melahirkan Maryam yang termuat dalam QS. Ali Imran ayat 36.
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Istri Imran memohon kepada Tuhan agar anak itu diperlindungi. Dan kelak sebab dia perempuan, moga-moga kalau ada keturunannya, maka keturunan itu pun moga-moga kiranya diperlindungi Tuhan juga dari segala perdayaan dan pengaruh setan yang terkutuk, yang dirajam oleh kutuk Tuhan ke mana saja pun dia mencoba memperdayakan.
Demikianlah selayang pandang doa-doa untuk anak cucu keturunan kita sebagaimana termaktub dalam Al-Quran, yang tentu saja selayaknya kita pedomani dalam mendoakan keturunan-keturunan kita.
Setelah memanjatkan doa-doa kepada Allah swt. layaklah kita kutip nasihat yang disampaikan Luqmanul Hakim kepada anaknya tentang modal menjalani kehidupan di dunia; prinsip-prinsip yang patut menjadi bekal dan diingat-ingat hingga dewasa nanti sebagaimana tersurat dalam Al-Quran.
“Wahai anakku,  janganlah engkau persekutukan dengan Allah.”
Maksudnya janganlah mempersekutukan Tuhan yang lain dengan Allah, jangan berlaku syirik.
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah bertambah payah”.
Ayat ini menggambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan. Lemah sekujur badan ketika menghajan anak keluar. Maka hormati dan sayangi orang tua yang telah banyak berkorban dan bertaruh nyawa melahirkan kita.
“Dan memeliharanya dalam masa dua tahun”.
Yaitu sejak melahirkan lalu mengasuh, menyusukan, memomong, menjaga, memelihara sakit senangnya. Sejak dia masih terlentang tidur, sampai berangsur pandai menangkup, sampai berangsur bersingsut, sampai berangsur merangkak, sampai bergantung berangsur berjalan, bersiansur, tegak dan jatuh dan tegak, sampai tidak jatuh lagi. Dalam masa dua tahun. Sungguh sebuah proses yang lama dan menyita tenaga.
“Wahai anakku! Dirikanlah shalat dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf dan mencegahlah berbuat yang mungkar, dan sabarlah atas apapun yang menimpa engkau.”
Sembahyang adalah tiang agama. Dia membentuk pribadi agar berani menghadapi hidup dengan berbagai aneka persoalannya. Dan harus berani menyerukan yang ma’ruf, berani mencegah yang munkar, dan mesti tabah. Sabar!
“Dan janganlah engkau palingkan muka engkau dari manusia dan janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak. Sesungguhnya Allah tidaklah menyukai tiap-tiap yang sombong membanggakan diri”.
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan.”
Jangan cepat-cepat mendorong-dorong, takut kalau-kalau lekas payah. Jangan lambat tertegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan, bersikaplah sederhana.
“Dan lunakkanlah suara”.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Apatah lagi jika bergaul dengan orang ramai di tempat umum. orang yang tidak tahu sopan-santun lupa bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua dengan temannya itu saja yang duduk.
Adab sopan santun dalam pergaulan diperingatkan pula; jangan memalingkan muka dari manusia, hadapi orang dengan sepenuh hati. Jangan berjalan dengan sombong di muka  umi. Bertindaklah dengan serba sederhana, jangan kesusu dan jangan lamban, dan suara hendaklah dilunakkan. Semuanya ini adalah akhlak, menyuruh orang rendah hati tinggi cita-cita. Bukan rendah diri sehingga hina. Dan bukan pula melambung ke atas berlebih dari ukuran iri yang sebenarnya.
Banyak hal yang ingin Ayah dan Bunda nasihatkan, tidak cukup lembaran-lembaran kertas ini memuatnya.
Semoga menjadi wanita yang hebat ya Anak, yang baik paras dan budi, yang berani, yang gigih berjuang, yang bijak bestari. Hidup ini ibarat berjalan di tengah taman bunga yang berduri, meskipun mata kita melihat indahnya bunga-bunga bermekaran ditambah semerbak wangi, namun hati-hati pula melangkahkan kaki. Memang banyak harapan yang terbeban di pundak, memang hidup demikian adanya. Besar pengharapan, besar tanggungan beban.
Terima kasih Khawla sudah hadir mewarnai hari-hari Ayah Bunda. Terima kasih sudah menjadikan rumah mungil kita menjadi layaknya sebuah potongan kecil dari surga. Kekallah selalu sebagai memori indah bagi kami. Jika sudah dewasa nanti, ingat-ingat pesan-pesan ini.
___
Kau busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah.
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.
(Kahlil Gibran, SANG NABI)
-----------------
[1] Lihat Tafsir Al-Azhar Jilid 9 halaman 6652 tentang QS. Al-Ahqaf
[2] Lihat Tafsir Al-Azhar Jilid 9 halaman 6653 tentang QS. Al-Ahqaf
17 notes · View notes
muhammadscilta · 3 years
Text
Begini Cara Memahami Sirah Nabawiyah
✍🏻 Muhammad Scilta Riska
(Mahasiswa Program Kuliah Kepakaran Khusus At-Taqwa College, Depok)
Perjalanan hidup Rasulullah merupakan ibrah yang luar biasa.
Padanya terdapat uswah yang paling baik.
Peringatan maulid Nabi seharusnya tidak sebatas mengagumi. Tapi bagaimana rangkaian hidupnya kita teladani.
Mengkonversi gaya hidup kita sesuai sunnah Nabi.
Peradaban apa yang akan kita harapkan jika rujukannya bukan manusia yang teladan?
Beda dengan Barat, sosok yang muncul seperti superhero, spiderman, batman, atau superman lainnya.
Sosok khayalan yang tidak pernah ada dalam kenyataan.
Islam sempurna dengan model yang paling baik diteladani. Kepribadian dengan akhlak yang terpuji.
Seharusnya generasi kita lebih dekat dengan kisah-kisah teladan para Nabi, Rasul, orang-orang shalih.
Khususnya Sirah Nabawiyah, kehidupan Rasulullah patut kita jadikan idola.
Jangan sampai anak-anak kita lebih menghafal nama-nama artis selebriti beserta berita terbarunya daripada keluarga Rasulullah, istri-istrinya, anak-anaknya dan para sahabatnya.
Jangan sampai perhatian pada dunia hiburan lebih serius daripada kesungguhan pada ilmu dan pengetahuan.
Rasulullah diutus dimana kondisi masyarakat yang jahiliyah. Perang antar suku, kondisi geografis turut membentuk watak kepribadian.
Belum lagi krisis yang melanda. Kezaliman yang menyebar. Utamanya krisis aqidah, di sekitaran ka’bah ada banyak berhala.
Kelahiran Nabi langsung disambut dengan serangan pasukan tentara bergajah.
Sewaktu itu tidak ada yang memahami hubungan peristiwa bersejarah ini.
Setelah 40 tahun kemudian, ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi peristiwa bersejarah tadi menjadi pertanda pintu lahirnya peradaban baru.
Peradaban umat yang terbaik, yang akan memimpin dunia.
Sebaik-baik zaman dalam sejarah peradaban manusia.
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
40 tahun berikutnya Islam telah menguasai dua pertiga dunia.
Dalam kurun waktu yang cukup singkat Islam menyebar berbagai penjuru negeri.
Jangan pernah berprasangka buruk terhadap ujian pandemi zaman ini. Bisa jadi sebab lahirnya peradaban baru.
Peradaban yang akan menyebarkan keadilan, menegakkan kebaikan dan mengokohkan kebenaran.
Ibarat musim kering yang berlarut melanda jazirah Arab, adalah kelahiran Nabi menjadi hujan rahmat Allah bagi semesta alam.
Tidak berarti semakin larut bahwa malam semakin gelap. Ujung malam yang gelap itulah pertanda terbitnya fajar. Pertanda lahirnya peradaban.
Sirah Nabawiyah seharusnya menjadi inspirasi kehidupan kita. Pegangan menghadapi segala kemungkinan ujian yang akan terjadi.
Agar memiliki pemahaman yang utuh tentang Sirah Nabawiyah, ada dua fase yang penting kita ketahui;
Periode Makkah dan Madinah.
Untuk memahami dua periodisasi tadi ada tiga kata yang dapat menggambarkan; Manusia, Negara dan Peradaban.
Wallahu 'Alam.
Bersambung ...
3 notes · View notes
octaraisa · 5 years
Text
Gagal Paham Soal Perempuan
Tulisan ini saya salin dari blog ini :”). Isinya menarik, maka saya bagi ke sini xD. Semoga bermanfaat :). Jadi gini gaes, beberapa hari yang lalu saya baca tulisannya Dr. Abbas syauman dengan judul “ahkām al-marah wa mustajaddāt al-‘ashr.” Inti tulisannya adalah meluruskan pandangan-pandangan keliru terkait perempuan.
Tumblr media
Dari sarpati tulisan beliau inilah kemudian saya kembangkan jadi tulisan ini. Berikut beberapa hal yang seringkali gagal dipahami secara proporsional:
1. Perempuan itu fitnah. Laki-laki?
Ada 3 fitnah utama bagi para lelaki di dunia ini; harta, tahta, dan wanita. Kenapa wanita terakhir? Soalnya itu puncak fitnah terberat buat kaum pria, berkali lipat lebih berat dari firnah akhir bulan bagi mahasiswa. Ih malah curhat~ kenawyh? Soalnya Rasul sendiri bilang kan, ‘tiada fitnah yang lebih dahsyat bagi lelaki dari fitnahnya wanita.’
Tapi apakah para lelaki tidak bisa jadi fitnah buat perempuan?
Iya, rasul bilang perempuan itu fitnah bagi para lelaki. Tapi itu tidak lantas menafikan potensi fitnah laki-laki bagi perempuan. Karena menetapkan sesuatu itu bukan berarti menafikan yang lainnya,‘itsbātu syai-in lā yanfī ghairahu.’ Gitu kaidahnya gaes.
Imraatu azīz aka Zulaikha di kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah contoh kongkrit perempuan yang terfitnah oleh pesona lelaki. Bahkan ‘grup rumpinya’ sampai mengiris jari jemarinya ketika melihat ketampanan nabi yusuf, sampai terucap kalimat, ‘iih, ini mah bukan manusia. Ini sih makhluk kayangan~’
Okey, katakanlah untuk Nabi Yusuf ‘alaihissalam mungkin kasus spesial. Jadi mari kita ambil kasus jaman now yang kekinian; fenomena fanwar antar sasaeng opa-opa tampan, perang bulliying di jagat medsos, bahkan tak jarang adu jotos di dunia nyata. Bagaimana anda menafsirkan fenomena ini? Meski mungkin tidak 100% tepat, setidaknya dari beberapa sisi ini merupakan contoh kongkrit perempuan yang terfitnah oleh para laki-laki, kan?
Banyak lelaki yang bertekuk lutut di hadapan kecantikan perempuan, tapi di sisi lain juga tidak sedikit kita temukan perempuan merelakan banyak hal sampai hal paling berharga yang dia miliki disebabkan janji manis dan gombalan para lelaki. Dahsyat juga congornya lelaki yak~
Ini artinya sebagain menjadi fitnah bagi yang lainnya bukan? ‘Waja’alna ba’dlakum liba’dlin fitnah. Atashbirūn?’
“Kami jadikan sebagian kalian menjadi fitnah bagi yang lainnya. Maukah kalian bersabar?”
2. Poligami
Okey, mungkin anda bosan dengan bahasan ini, sejujurnya sih saya juga. Ada dua curhatan tulisan saya yang khusus bahas tentang ini, tapi saya gak anjurin cari dan baca ko, soalnya mungkin tidak begitu berfaedah juga untuk anda. Tapi ringkasnya begini;
Ada dua kubu ekstrim berkenaan dengan hukum poligami;
Pertama, para pelaku dan tim sorak-sorai poligami yang mengambil hukum kebolehan poligami, tapi lupa atau pura-pura lupa dengan syarat yang ditetapkan, padahal syaratnya disebut di ayat yang sama yang dijadikan sebagai dalil kebolehan poligami (An-nisa: 3)
Kedua, para penolak poligami dan haters orang-orang yang berpoligami. Alasannya bahwa syarat poligami itu adil, sementara Allah sendiri bilang ‘walan tastathī’ū an ta’dilū walau harashtum’ di (An-nisa: 129) ‘sampai kapanpun kaliantu gak bakal bisa adil seusaha apapun.’ Kalau begitu, berarti kan poligami gak bisa dilakuin dong~
Dua kutub ekstrim ini salah memahami syariat poligami, karena cuma nyomot sebagian ayat dan ninggalin yang lainnya. Hanya menjadikan ayat sebagai legitimasi ego mereka masing-masing. Yang benar itu mengamalkan dalil, bukan mendalili amal (ego) gaes~
Yang benar, poligami itu syariat yang Allah tetapkan sebagai sebuah solusi, bisa diamalkan dikala syarat dan ketentuannya dipenuhi. Udah gitu aja.
3. Rida suami, surganya istri
Memang ada banyak hadits yang menyebutkan bahwa keridaan suami bagi istri adalah jalan menggapai keridaan Ilahi. Tapi apakah ini bisa menjadi legitimasi bahwa suami bolah berlaku sewenang-wenang terhadap sang istri?
Oh, tentu saja tidak ferguso! Kesewenang-wenangan adalah kezaliman, Allah sendiri bilang di hadits qudsi, ‘ini harramtu adz-dzulma ‘alā nafsī waja’altuhu bainakum muharraman.’ Kata Allah, ‘Akutu mengharamkan kezaliman pada diri-Ku. Maka akupun mengharamkannya di antara kalian.’
Makanya, jika rida suami bisa mengantarkan istri masuk surga, maka zalim terhadap istri bisa bikin suami masuk neraka. Kan nabi sendiri bilang, ‘berbuat baiklah pada para perempuan,’ terus beliau juga bilang, ‘yang paling baik dari kalian itu yang paling baik sama istrinya.’ Yakaan?
Dan lagi, yang namanya relasi antara suami-istri kan di agama kita diatur hak dan kewajibannya. Tidak hanya satu arah, tapi berlaku timbal balik. Gitu gaes~
4. Istri kudu izin sama suami
Istri kalau mau safar harus ijin dulu sama suami, kalau gak ijin potensial jadi istri yang durhaka. Kalau suami mah mau pergi kemana-mana juga bebas. Gak usah ijin-ijin sama istri.
Dari mana pemahaman ini berakar? Apakah ada sandaran ideologis berupa dalil yang menopangnya, ataukah ini sekadar konsekuensi perubahan status pacaran ke pernikahan? Maksudnya, kalau dulu pas jaman pacaran si cowok harus selalu menyuplai informasi tentang dimana, sama siapa, dan lagi ngapain dia ke ceweknya. Maka atas nama keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia setelah menikah gantian dong, istri yang kudu laporan. Wkwkwk~
Well, saya gak tahu. Eh btw, ini bukan berarti saya mendukung hubungan yang disebut dengan pacaran ya. Saya tetap timnya ‘jomblo fi sabilillah, jomblo mulia atau mati syahid.’ Laah?!
Tapi memang beginilah seringkali yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat kita. Istri kudu ijin, sementara suami mah bebas. Padahal yang benar suami juga perlu mendapat ijin istri saat melakukan safar, karena kalau istri dirugikan baik secara moril atau materi menjadi keharusan bagi suami untuk tetap tinggal membersamai si istri. Begitu agama kita mengajarkan, sayangnya hanya sedikit yang mau mengambil pelajaran~.
628 notes · View notes
riskaamira · 4 years
Text
Journey With Qur’an #3
Oleh Ust. Oemar Mitta  Kaidah ke 5, 6 & 7 
Tumblr media
Kaidah ke-5
“...Dan sungguh merugi orang-orang yang mengada-adakan kedustaan”.  (Q.S Thaha: 61) 
Ibnu Qoyyim berkata, “Bangsa yang besar ialah bangsa yang setiap komponennya meletakkan kejujuran dalam kultur kehidupan mereka”.
Yang membedakan hamba beriman dan munafik adalah masalah kejujuran, kerena jujur ialah mahkota bagi hamba beriman, dan munafik itu senantiasa berdusta yang menjadi hiasan hati mereka.  Bukan hanya dalam konteks agama, bahkan dalam urusan bisnis pun sejatinya memerlukan kejujuran, karena proses keberhasilan bisnis adalah mendapatkan kepercayaan dan itu tak akan diraih hingga seseorang jujur dalam semua lini. 
Dusta akan menjauhkan dari keimanan, dan kaum beriman terbentuk wataknya dari berbagai macam sifat, tapi tidak ada kaum beriman yang terbentuk dari sifat pendusta. 
Apakah ada orang yang beriman bakhil? Ada,  Apakah ada orang beriman pengecut? Ada,  Apakah ada kaum beriman yang berdusta?  Maka Rasul menjawab, “Tidak ada”  Maka sesungguhnya kejujuran itulah salah satu tanda orang beriman.
Dusta yang menyebabkan kerusakan pada diri dan kehidupan kita: 1. Dusta kepada Allah, sehingga berani dan lancang untuk mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah.  Siapapun yang berani berdusta dihadapan Allah dan mengotak-atik syariat, maka dipastikan hidupnya tidak akan tenang.  Ada yang berdusta dihadapan Allah untuk mendapatkan posisi dihadapan manusia.  Ada yang berdusta karena untuk mendapatkan harta dari kalangan orang munafiq. 
2. Kedustaan atas nama rasul, 1). Menyebarkan hadits disandarkan kepada Nabi padahal Nabi tidak menyampaikan Motifnya antara lain:  - Zindiq - Uang - Tujuannya supaya umat melakukan sesuatu dengan hadits palsu
Yang paling berani berdusta atas nama Rasul disebut “Rofidhoh”.  Pemalsu Abdul Karim bin Al Auja’ yang memalsukan 4000 hadits. “Pastikan untuk mengecheck terlebih dahulu, ketika men-share satu hadits”. 
2). Mendustakan hadits Rasul, memilih mana yang cocok dan mana yang tidak cocok, memilih hadits sesuai seleranya.  Imam Nawawi menyampaikan kisah tragis orang yang mati dalam keadaan tangan dan pantatnya busuk disebabkan dia mendustakan hadits Rasul mengenai mencuci tangan sebelum wudhu setelah bangun tidur. 
3. Mendustakan ulama yang menjalankan amar makruf nahi munkar.  Rasul berkata, “Barangsiapa yang memusuhi wali-ku, maka aku permaklumkan perang”.  Dalam sejarah, terdapat seorang wali Allah bernama Said bin Jubair yang didzalimi oleh Hajjaj bin Yusuf, maka Allah hinakan Hajjaj bin Yusuf ketika hidup hingga mati 
4. Dusta kepada sesama orang beriman.  Siapapun yang mendzhalimi pasti akan dibalas cash dan kontan.  Kalaulah anak kecil yang jujur, membahagiakan hati bapak ibunya. apalagi seorang yang dewasa yang jujur. 
Kaidah ke-6
“... Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)...” (Q.S An-Nisa: 128)
Allah itu mencintai perdamaian, tidak sebagaimana tuduhan para pendengki kepada Islam.  Semangatnya Islam itu mempersaudarakan dan persaudaraan itu salah satunya ialah dengan perdamaian.  Kenapa Allah membuat perbedaan dalam kehidupan manusia?  Karena Allah ingin menguji mereka untuk mengetahui siapa yang berkomitmen dalam perdamaian. 
Filosofi orang yang beriman itu selayaknya air yang mendinginkan dan jarum yang merekatkan yang terkoyak.  Dan bukan sebagaimana api dan gunting, sifat api membakar dan gunting yang sejatinya mengoyak apa yang terjalin. 
Jadilah pembawa perdamaian didalam kehidupan orang tuamu, aktifitas dakwah, dan antara suami istri.  Pahala bagi yang senantiasa mendamaikan antara dua hati yang bergesekan ialah lebih baik dari pahala shalat ataupun shadaqah.  Bahkan diperbolehkan untuk berbohong ketika dengan niat mendamaikan.
Ada beberapa dusta yang diperbolehkan:  1. Dusta dalam peperangan (Dengan niat untuk mengamankan kelompoknya) 2. Dusta seorang suami kepada istrinya dalam konteks kebaikan (Dengan niat membahagiakan istrinya) 3. Dusta dalam mendamaikan manusia (Dengan niat untuk membantu manusia yang lain yang sedang bergesekan untuk berdamai)
Rasulullah mendamaikan Suku Aus dan Khazraj , mendamaikan antara penduduk Quba, antara Mughits dan Bariroh. Menunjukkan komitmen Rasulullah selalu mendamaikan.  Jangan menjadi syaithan dalam bentuk manusia yang mencintai permusuhan, tapi jadilah penengah juru damai.  Kaidah ke-7
“..Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S At-Taubah: 91) 
Kaidah ini sangatlah indah ketika direalisasikan terutama yang terlibat dalam pekerjaan bersama, bahwa tidak semua memiliki kapasitas yang sama dengan kita.  Sebagaimana dalam Perang Tabuk, bahwa tidak semua sahabat mampu bergabung ke dalam barisan jihad, karena keterbatasan finansial, maka Allah tidak mencela mereka.  Sikap seorang mukmin haruslah memiliki seni memaklumi kepada saudaranya apabila ada kekurangan.  Kekecewaan kepada seseorang tidak boleh melupakan kebaikan yang pernah ia lakukan. Menuntut kesempurnaan itu wajar, tetapi memberikan empati apabila kita mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi, maka itu wajib hukumnya.  Sebagaimana orang lain, kadang melakukan kekurangan, bukankah kita juga identik dengan kekurangan.  Maklumi kekurangan orang, maka orang akan memaklumi kekurangan kita. 
Ditulis: Jakarta, 16 September 2020
5 notes · View notes
ninisaaasblog · 4 years
Text
"GADIS KECILMU ? GADIS KECILMU ?"
(Sebuah Catatan untuk Kaum Ayah)
dI Tulis oleh Al Ustadz Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz hafizhahullah
Miris dan mengerikan!!! Naudzu billah min dzalik.
Ingin menutup telinga dari kenyataan, tidak mungkin bisa kita lakukan. Telinga, mata dan perasaan kita telah tercabik-cabik hingga tak berbentuk lagi (bagi yang masih memiliki hati). Dan saya yakin, dari sekian banyak kaum muslimin, masih ada di antara mereka yang masih memiliki hati. Bagaimana dengan Anda?
Apa korelasi antara hati, Anda dan kalimat pembuka di atas? “Miris dan mengerikan!!! Naudzu billah min dzalik“.
Saya sedang berbicara tentang fakta pahit dan kenyataan yang tak terbantahkan. Beberapa bencana besar telah melanda negeri. Dekadensi dan keruntuhan moral telah menjadi bagian dari lantai dasar tempat kita berpijak di negeri ini. Secara khusus lagi yang ingin saya sentuh dalam catatan kecil ini adalah kaum remaja putri negeri.
Bukan menjadi rahasia lagi jika di negeri ini telah berlaku praktek-praktek asusila. Mengeksplotasi kaum remaja putri sebagai lumbung penghasilan seakan menjadi hal yang tidak asing lagi. Bencana ini semakin bergelombang lagi ketika kaum remaja putri itu sendiri tidak memiliki landasan hidup yang kokoh. Jauh dari karekter seorang gadis muslimah!
Hamil di luar nikah, trafficking, pemerkosaan, seks bebas, depresi, broken home dan nge-punk adalah contoh kecilnya. Apakah tidak terlalu besar kita berharap? Berharap lahirnya generasi Islam yang segagah para pendahulunya? Sementara calon-calon ibu yang akan melahirkan generasi tersebut malah dipinggirkan dan terlupakan?
Kali ini saya tidak ingin membicarakan mereka kaum awam. Mereka yang memang pada dasarnya tidak tertarik untuk berpegang dengan Islam sebagai pedoman hidup. Saya ingin “menyentil” kaum Ayah yang disebut-sebut orang sebagai kaum ngaji. Kaum Ayah yang -inginnya- mengikut Al Qur’an, As Sunnah dan Manhaj Salaf.Tentunya Anda dan saya sendiri termasuk, bukan?
Tulisan ini tentang gadis kecilmu dan gadis kecilku. Putri-putri tersayang kita. Baarakallahu fiikum
Sebelumnya saya menyampaikan sejuta maaf untuk kaum Ibu. Bukan ingin mengecilkan arti seorang Ibu, bukan pula hendak melupakan jasa dan peran seorang Ibu. Hanya saja, kali ini saya ingin berbicara dengan kaum Ayah min qalb ilaa qalb. Dari hati ke hati.
Anak perempuan sangat diperhatikan oleh Islam. Zaman jahiliyah, seorang anak perempuan yang dilahirkan akan dikubur hidup-hidup. Bagi mereka, anak perempuan adalah cela yang mencoreng ”nama baik” keluarga. Anak perempuan dipandang rendah, tidak memiliki apa-apa, hanya beban saja dan tidak bisa diharapkan. Padahal, siapa yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkan mereka? Ibu…Iya, Ibu mereka sendiri. Seorang perempuan.
Allah akan menuntut jawaban dan tanggung jawab dari mereka pada hari kiamat kelak. Allah berfirman tentang hari kiamat ;
وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ
Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya (QS. 81:8)
Karena dosa apakah dia dibunuh, (QS. 81:9)
Ajaran Islam yang amat mulia dan luhur mengajarkan kepada kita untuk memberikan perhatian khusus kepada anak perempuan. Di pundak mereka lah harapan agar terlahir nantinya generasi Islam yang tangguh. Sebab, kaum Ibu adalah madrasah pertama dalam kehidupan.
Anak perempuan harus diperhatikan! Dan anak perempuan pun ingin selalu diperhatikan.
Secara khusus Rasulullah menjelaskan ;
مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Siapa saja orangnya yang diuji dengan sedikit saja (masalah) dari anak-anak perempuannya, namun ia tetap berlaku dengan baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi sebab penghalang dari api neraka” (Hadits Ibunda ‘Aisyah riwayat Bukhari dan Muslim)
Ada janji besar dan pahala indah untuk orangtua yang selalu bersabar di dalam mendidik, merawat, menjaga dan mengasihi anak perempuan sepenuh hati. Bila sebagian orang merasa “sedih” atau “kecil hati” dengan anak perempuan, Islam justru melecut, memotivasi dan mencambuk orangtua untuk member perhatian khusus terhadap anak perempuan.
Adakah yang tidak ingin bersama Nabi Muhammad di hari kiamat? Ingin tahu salah satu caranya? Bacalah hadits berikut ini! Hadits Anas bin Malik riwayat Imam Muslim.
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ
“Siapa saja yang merawat dua anak perempuan sampai mereka baligh, Saya dan dia akan datang bersama di hari kiamat”
Sabda di atas diucapkan oleh nabi Muhammad dan setelah itu beliau menggabungkan jari jemarinya. Tanda betapa dekatnya orang itu dengan Rasulullah kelak. Subhaanallah! Wahai kaum Ayah, apakah Anda-Anda tidak tertarik?
Apakah janji ini hanya berlaku untuk mereka yang mendidik dua anak perempuan? Tidak! Di dalam sebuah riwayat yang dishahihkan oleh Al Albani (Ash Shahihah 1027), disebutkan jika janji di atas pun berlaku untuk orangtua yang mendidik, merawat dan menjaga seorang anak perempuan. Benar! Satu anak perempuan pun bisa menjadi jalan indah menuju surga bersama baginda Rasul.
Jangan sia-siakan peluang ini!!! Baarakallahu fiikum.
Nah… sekarang saya ingin berbicara tentang peran penting seorang Ayah. Tahukah Anda, wahai Ayah? Seorang anak perempuan akan mengalami “mati rasa” bila tidak memperoleh perhatian yang cukup dari ayahnya. Sudahkah Anda menyadari, wahai Ayah? Seorang anak perempuan akan mengalami “hampa rasa” jika jiwanya tidak dibasahi oleh aliran kasih sayang seorang ayah.
Apakah saya mengada-ada? Ataukah Anda yang kurang peka? Apakah saya membuat-buat sendiri? Ataukah Anda yang tidak menyadari? Apakah Anda harus menunggu putri Anda “mati rasa” atau “hampa rasa” dan setelah itu barulah menyesal? Apakah Anda harus mendengarnya secara langsung dari mereka untuk percaya kata-kata saya? Padahal mereka lebih memilih untuk memendamnya di hati. Sungguh, wahai Ayah…
Inilah profil baginda Rasul sebagai seorang ayah!
Selalu dan selalu hal ini dilakukan oleh baginda Rasul kepada Fathimah. Setiap kali Fathimah datang berkunjung, baginda Rasul akan bangkit berdiri, menyambut dan mencium kening sang putri tercinta. Sudahkah hal ini Anda lakukan, wahai Ayah?
Betapa marahnya baginda Rasul ketika mendengar Ali bin Abi Thalib (menantu beliau, istri Fathimah) akan mempersunting putri Abu Jahal untuk dijadikan sebagai istri kedua. Sabda apa ketika itu dari baginda Rasul?
“Sungguh! Bani Hasyim bin Al Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkah putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Dan aku tidak izinkan mereka! Aku tidak izinkan mereka! Aku tidak izinkan mereka! Kecuali memang Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku untuk menikahi putri mereka!”
Kemudian beliu melanjutkan,
فَإِنَّمَا ابْنَتِي بَضْعَةٌ مِنِّي، يَرِيبُنِي مَا رَابَهَا وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا
“Sungguh! Putriku itu tidak lain dan tidak bukan adalah bagian diriku. Aku tidak senang sesuatu yang tidak ia senangi. Apa yang membuatnya tersakiti juga membuat diriku tersakiti” (HR Bukhari Muslim dari sahabat Al Miswar bin Makhramah)
Seperti inilah seorang ayah seharusnya!
Apakah Anda bisa turut merasakan kebahagiaan putri Anda? Ataukah Anda tidak pernah sama sekali mengerti, kapankah putri Anda bahagia dan kapankah ia bersedih? Apakah Anda bisa sama-sama merasakan sakit yang dirasakan oleh putri Anda? Ataukah malah Anda yang menyakiti hatinya? Cobalah jujur kepada diri sendiri!
Perhatian dan kasih penuh yang dicurahkan oleh nabi Muhammad telah membentuk karakter indah pada diri Fathimah. Hari-harinya selalu diteduhi dan dinaungi cinta sang ayah. Pantas saja jika Ibunda ‘Aisyah menyebut Fathimah sebagai orang yang paling mirip dengan baginda Rasul. Cara duduknya, cara berjalannya, cara berbicaranya dan segala-galanya.
Mengapa demikian?
Seorang ayah adalah figur terbaik untuk putrinya. Seorang ayah adalah cermin tempat putrinya berkaca dan membentuk kepribadiannya. Apapun akhirnya nanti pada karakter dan kepribadian seorang putri, maka ayahnya telah mengambil peranan tersendiri.
Sekarang pertanyaannya, "Akan menjadi seperti apakah Anda akan membentuk putri Anda???”
Tahukah Anda, wahai Ayah? Apa yang sedang dan selalu dibayangkan dan diinginkan oleh putri Anda?
Ia ingin disayang sepenuh hati. Berharap cerita-cerita penggugah jiwa sebelum tidurnya. Ia ingin didekap dan digandeng tangannya sambil Anda menanamkan nilai-nilai hidup mulia di dadanya. Ia tak ingin –walaupun sekali- mendengar marahmu dalam kata-kata bernada tinggi.
Jangan marah dan jangan emosi ketika putri Anda menangis dan memegang erat tangan Anda ketika Anda akan pergi meninggalkan rumah. Itu tanda cintanya, wahai Ayah! Tangisannya adalah benang-benang cinta yang terajut kuat dalam lembaran kasih seorang putri kepada ayahnya.
Ia ingin mendengar kisah-kisah tentang ayahnya ketika muda, ketika kecilnya. Ia akan sangat bangga ketika melantunkan kembali kisah-kisah Anda, "Kata Abiku gini lhooo!” atau ”Abahku pernah cerita kayak gitu juga kok” atau “Abiku bilang itu nggak boleh karena dilarang Allah.” Iya, seorang putri tidak akan mudah melupakan pesan-pesan ayahnya.
Percaya ataukah tidak, wahai Ayah, seperti itulah faktanya!
Jangan terlambat, wahai Ayah! Sadarkah Anda di sana pun putri Anda mungkin terluka? Walau ia tidak secara jujur mengungkapkanya. Iya, barangkali ia sedang terluka di sana. Mengharapkan kasih sayangmu, kelembutanmu, perhatianmu, waktumu, kisah-kisahmu? Cobalah bertanya tentang doa-doanya untuk Anda.
Sebelum terlambat, raih dan genggam tangannya! Ucapkan maaf dengan setulus kata. Gantilah hari-harinya dahulu yang penuh dengan sendu menjadi hari-hari ceria. Biarkan ia tersenyum indah menikmati sepoinya angin, cerahnya malam dan sejuknya gemercik air.
Ingat, wahai Ayah! Gadis kecilmu itu barangkali akan menjadi gerbang menuju surgamu di hari akhirat kelak.
Amin yaa Arhamar Raahimiiin
3 notes · View notes
niakurniatiginting · 4 years
Text
Tumblr media
Walimah Al-‘Ursy dalam Tuntunan Syariat (Bagian 3/3)
 2 Oktober 2020 Pernikahan, walimah urusy
(Sambungan dari bagian 1 dan 2)
Oleh: Najmah Saiidah
MuslimahNews.com, FIKIH – Walimah menurut tuntunan syariat, salah satunya adalah meminta para tamu undangan untuk mengenakan busana yang syar’i, yakni busana yang menutup seluruh auratnya. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang ( biasa ) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya.” ( QS An Nuur [24] : 31)
Islam melarang penyelenggaraan walimah yang hanya mengundang orang-orang tertentu saja.
Yaitu hanya mengundang orang kaya dan terhormat dan tidak mengundang para fakir miskin, sekalipun masih termasuk kerabat atau tetangga.
Mengenai hal ini Rasulullah Saw. menjelaskan di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: ”Makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak mengundang orang yang mau datang kepadanya (miskin), tetapi mengundang orang yang enggan datang kepadanya ((kaya). Barang siapa tidak memperkenankan undangan maka sesungguhnya telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR Muslim)
Dalam hadis yang lain dikatakan bahwa “Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang hanya mengundang orang yang kaya tetapi meninggalkan orang-orang miskin “(HR Bukhari dari Abu Hurairah ra)
Islam melarang kondisi campur baur antara tamu undangan.
Sehingga memungkinkan terjadinya interaksi (ikhtilat) antara tamu laki-laki dan tamu perempuan yang bukan mahram sambil bersenda gurau dan membicarakan hal-hal yang tidak syar’i.
Guna menghindari hal tersebut, maka yang dilakukan adalah memisahkan secara sempurna antara tamu laki-laki dengan tamu perempuan. Sehingga kondisinya adalah pengantin perempuan dengan kerabat dan para tamu yang perempuan, sedangkan pengantin laki-laki dengan kerabat dan tamu laki-laki. Masing-masing dengan tempat makan dan pelaminan yang berbeda.
Baca juga:  Hakikat Kehidupan Suami-Istri
Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa uslub (cara). Misalnya walimah diselenggarakan pada waktu yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Atau menggunakan dua tempat atau dua gedung yang berbeda.
Bisa juga dengan tempat yang sama tapi dipisah dengan tabir sempurna antara laki-laki dan perempuan. Sehingga tidak terjadi pertemuan dalam satu ruangan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini karena dalam masyarakat Islam kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah satu dengan lainnya.
Dalil-dalil tentang hai ini banyak sekali. Di antaranya adalah dari Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa neneknya Malikah pernah mengundang Rasulullah Saw. untuk menikmati jamuan makanan yang dibuatnya. Lalu Rasulullah Saw. memakannya kemudian berkata: “Berdirilah kamu agar aku mendoakan bagi kamu…” hingga perkataan Anas bin Malik, “Maka berdirilah Rasulullah SAW dan berbarislah aku dan seorang anak yatim di belakang beliau, dan perempuan tua di belakang kami.”
Adapun Abu Dawud telah meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda, “Barisan yang terbaik untuk lelaki adalah barisan terdepan, ( yang paling jauh dari barisan perempuan) dan barisan yang paling baik untuk perempuan adalah di barisan belakang, dan yang terburuk adalah di depan (paling dekat dengan barisan lelaki).” (HR Abu Dawud)
Baca juga:  Keluarga Muslim dan Bahaya Perpecahannya
Diriwayatkan oleh Aisyah ra, beliau berkata: “Aku selalu bermain dengan teman-temanku dan tatkala Rasulullah masuk, mereka (teman-temanku) akan pergi dan apabila beliau Saw. keluar, mereka akan kembali seperti semula” (HR Abu Dawud)
Sedangkan terkait dengan pernikahan atau walimatul ‘ursy, beberapa dalil menjelaskan keterpisahan ini. Dari Aisyah ra berkata: “Rasulullah mengawiniku pada usia tujuh tahun dan kami mengadakan hubungan di usia sembilan tahun dan tatkala aku berpindah ke Madinah, segolongan perempuan mempersiapkan ku untuk majlis perkawinan ku dan tidak pernah sekali-kali mereka maupun aku, bercampur dengan lelaki di dalam rumah yang dipenuhi perempuan. Pihak perempuan menyambutku dan pihak lelaki menyambut Rasulullah dan kemudian kami masuk ke rumah.” (HR Abu Dawud)
“Sesungguhnya Nabi Saw. pernah mukim di antara Khaibar dan Madinah selama tiga malam dimana ia mengadakan pesta menjelang berumah tangga dengan Shafiyah , kemudian aku mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimah …..Lalu kaum muslimin bertanya ….. Kemudian tatkala Nabi SAW mendengarnya, ia melangkah ke belakang dan menarik tabir.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Penyelenggaraan walimah memudahkan para undangan untuk bisa makan dan minum dengan cara yang Islami.
Tidak diperbolehkan makan dan minum dengan berdiri. Hal ini berdasarkan larangan dari Rasulullah Saw.
Baca juga:  Mencegah Stres pada Istri
Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata, ”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. (HR Muslim dan Turmidzi)
Hadis yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” (HR Muslim)
Maka penyelenggara walimah tidak diperbolehkan mengadakan standing party. Harus disiapkan tempat duduk untuk seluruh tamu yang hadir.
Demikianlah, Islam telah mengatur masalah walimatul ‘ursy ini dengan sedemikian rinci. Aturan ini menjadi panduan bagi umat Islam, sehingga menjadi pernikahan yang penuh dengan rahmat Allah SWT. Keberkahan Allah SWT selalu tercurah bagi pengantin serta anak keturunannya kelak.
Tata cara ini telah sangat jelas dan dilandasi dalil-dalil syara’. Kaum muslim wajib terus berupaya untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan syariat Islam serta mensyiarkan ajaran Islam mengenai penyelenggaraan walimah ini.
Walaupun mayoritas masyarakat belum terbiasa dengan tata cara walimah demikian, merasa asing atau aneh. Yakinlah lambat laun menjadi terbiasa seiring dengan kegigihan kita dalam menyosialisasikannya. Semoga setiap usaha kita dalam mensyiarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya mendapatkan imbalan yang berlipat ganda di sisi-Nya. Wallahu a’lam bishshawwab. [MNews/Rgl]
Bagikan artikel ini
← Ummu Syuraik ra., Wanita yang Diberi Minum dari Langit
Amalan Terbaik dan Istimewa →
Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama *
Email *
Situs Web
 Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.
Terbaru
Bertobatlah Sebelum Masa Itu Tiba
Khilafah Pencetak Generasi Tangguh Penegak Peradaban Mulia
Khilafah Tidak Menciptakan Politik Identitas
Mengutamakan Keselamatan Rakyat
Komunisme Bahaya Laten, Kapitalisme Bahaya Nyata bagi Indonesia
Pamit dari KPK, Sinyal Keputusasaan Memberantas Korupsi?
Membentengi Anak dari Pandemi K-Pop
Propaganda Antijilbab, Upaya Mendistorsi Ajaran Islam (Bagian 1/2)
Dr. Nazreen Nawaz: Islam dan Sekularisme Ibarat Terang dan Gelap
Populer
Perlukah Pendidikan “Sexual Consent” untuk Mencegah dan Menghindari Kekerasan Seksual?
Mendidik Anak dengan Akidah Islam
Berhijab sejak Dini Disoal, Bikini ala Liberal Dibiarkan
Membangun Indonesia sebagai Negara Islami, bukan Negara Islam: Seruan Menyesatkan!
Ummu Syuraik ra., Wanita yang Diberi Minum dari Langit
2 notes · View notes
aisyahnuraeni · 4 years
Text
entah sejak kapan tepatnya aku menyukai cerita-cerita shahabah dan shahabiyah yang sarat akan makna. yang aku ingat, dari sana aku belajar banyak tentang ketauhidan, berserah diri, bersyukur, sampai hal-hal kecil yang ternyata Allah sukai.
pekan lalu aku ikut kelas deep talk surah maryam. kisah yang paling membuatku berdecak kagum adalah kisah tentang ibunda dari maryam radhiallahu anha. ternyata, salah satu musabbab terbesar mengapa Allah mencantumkan Keluarga Imran dalam al-Qur'an adalah perjuangan istri Imran, yakni ibunda dari maryam radhiallahu anha. surah Ali-Imran ternyata merupakan hadiah dari Allah untuk kemuliaan keluarga Imran yang berasal dari Nyonya Imran.
lagi-lagi aku diyakinkan dengan sebuah fakta, bahwa Allah amat memuliakan perempuan, begitu juga dengan agama-Nya. dalam surah Ali-Imran dikisahkan bahwa Imran meninggal saat Nyonya Imran sedang mengandung Maryam di dalam perutnya. pada saat itu, jenis kelamin dari jabang bayi belum ia ketahui.
do'anya kepada Yang Maha Kuasa diabadikan dalam surah Ali-Imran ayat 35:
"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.'"
dalam kondisi lemah secara fisik karena tengah mengandung, beliau juga harus menanggung beban psikologis karena ditinggal suaminya untuk selama-lamanya. beliau terhimpit dalam kondisi kalut yang luar biasa karena mengkhawatirkan tidak adanya sosok yang mampu menjaga al-aqsha pada saat itu, tidak ada generasi yang akan meneruskan perjuangan para pendahulunya yang merupakan keluarga yang menurunkan banyak Nabi dan Rasul.
namun Allah berkendak lain, dilahirkan-Nya bayi perempuan dari rahim istri Imran. bukan karena Allah tidak mengabulkan do'a hamba-Nya, namun karena Rahmah-Nya kepada istri Imran, Allah mengkaruniai perempuan yang akan melahirkan generasi penerus yang akan menjaga al-Aqsha. lagi-lagi, nalar manusia tidak akan bisa sampai ke hitungan matematis yang Allah gunakan.
maka kemudian istri Imran kembali berdo'a sebagaimana diabadikan dalam ayat selanjutnya:
"Maka ketika melahirkannya, dia berkata, 'Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.' Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. 'Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya san anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.'"
ah, do'a itu rasanya tidak akan pernah keluar dari hamba yang tidak benar-benar berserah diri. do'a istri Imran kepada Allah meminta perlindungan untuk keturunannya menjadi do'a yang kini banyak dipanjatkan oleh umat Muslim dari berbagai penjuru. do'a tersebut yang menjadikan anaknya, Maryam, beserta cucunya, Isa alaihissalam, adalah 2 bayi yang tidak pernah disentuh apalagi diganggu oleh syetan.
allahu'alam bishshawab. note to myself, please acknowledge that Allah has the best plan for you, always :")
3 notes · View notes
ovrthngkerisme · 5 years
Text
Kisah Sejarah Singkat Nabi Muhammad SAW dari Lahir Sampai Wafat
Kisah singkat nabi Muhammad SAW– sejarah nabi Muhammad SAW tak akan habis tertuang dalam jutaan hingga miliaran untuk mengingat dan juga menguaraikannya dari awal sampai akhir hayatnya. Namun, pada kesempatan kali ini akan diuraikan sedikit saja tentang kisah singkat nabi Muhammad SAW.
Sejarah Singkat Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah ke dunia ini supaya membawa manusia menuju ke jalan yang terang benderang. Beliau di lahirkan dari rahim seorang ibu yang bernama Siti Aminah dan bapaknya yang bernama Abdullah.
Beliau tepat lahir pada tahun gajah yakni pada hari senin, 12 rabiaul awal ( 22 april 571 M ) di kota makkah. Lalu beliau wafat pada usia 63 tahun di kota makkah tepatnya tanggal 8 juni 632 M.
Suatu saat nabi bernama lengkap Muhammad bin Abdullah yang terlahir sebagai seorang nabi di tengah keluarga bani quraisy tersebut akan mensyiarkan ajaran benar yakni agama islam. Adapun nama Muhammad ini diberikan oleh kakeknya tersayangnya yang namanya abdul muthalib. Muhammd mempunyai arti yakni orang yang terpuji.
Masa Kelahiran Nabi Muhammad
Sebelum nabi Muhammad datang di dunia ini, ada banyak hal di rasa sangat berbeda dibandingkan dari sebelum lahirnya beliau dan ada sebuah sinyal maupun peristiwa yang nampak sangat luar biasa di masa tersebut.
Masa Jahiliyah
Pada jaman jahiliyah adalah zaman kebodohan, saat sebelum nabi Muhammad datang. Dimana waktu itu umat nabi Muhammad sudah mempunyai kebiasaan beribadah di beberapa patung berhala. Mereka pun mempunyai budaya main judi, mabuk-mabukan, maksiat, dan merendahkan derajat dari kaum wanita. Hidupnya berganti tempat dan dibagi menjadi beberapa suku dengan nama kabilah.
Pada masa itu sangat berantakan, yakni hidupnya benar-benar bebas dan tidak ada sebuah pedoman maupun aturan dalam bermasyarakat.
Peristiwa Tahun Gajah
Peristiwa ( tahun gajah ) merupakan peristiwa dimana terdapat penyerangan ke kota makkah yang melakukannya adalah para pasukan abrahah, pada saat kelahiran nabi Muhammad. Tahun gajah tersebut merupakan tahun adanya peristiwa dari penyerbuan ka’bah oleh sejumlah tentara/ pasukan gubernur habsyi ( raja abrahah dari yaman ).
Komando dari sekelompok pasukan gajah ini merencanakan penghancuran ka’bah karena akan membuat bangsa quraisy ini menjadi semakin terhormat serta pada tiap tahunnya umat manusia akan berkunjung ramai-ramai disana guna mnyelenggarakan haji. Hal inilah yang mengakibatkan abrahah akan membelokkan umat manusia agar jangan lagi berkunjung di makkah. Lalu abrahah akan membangun sebuah gereja terbesar di shan’a bernama Al-qulles.
Namun, upaya ini tidak sukses sebab tidak ada satupun yang mengunjungi di gereja al-qulles itu. Sehingga abrahah menjadi marah dan menggerakan seluruh tentaranya merobohkan ka’bah.
Saat itu pasukan gajah didekat ka’bah mengambil secraa paksa benda penduduk dan 100 ekor unta dari abdul muthalib kakek dari nabi Muhammad. Ketika ka’bah akan dirobohkan, lalu Allah SWT mengirim burung ababil untuk membawa kerikil sijil menggunakan paruhnya. Lalu menjatuhkannya di kepala setiap pasukan gajah hingga tewas ( dalam al-qur’an surat Al-fiil pada ayat 1-5 ).
Kehancuran pasukan gajah inilah nabi Muhammad lahir dan peristiwa tersebut adalah tanda tahun kelahiran dari nabi Muhammad sehingga bernama tahun gajah.
Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sudah sejak dalam kandungan ayahnya meninggal, sehingga kondisinya beliau lahir sebagai anak yatim. Lalu ketika usia 6 tahun di susul ibunya juga meninggal. Selanjutnya di usia 8 tahun, kakek nabi Muhammad bernama abdul muthalib pun meninggal. Seluruh jalan kehidupan beliau ini dapat dijadikan contoh seluruh umat manusia.
Semasa kecilnya nabi Muhammad memperoleh ibu susuan dari tsuaibah ± 3 hari, lalu abdul-muthalib menunjukkan halimah as-sa’diyah menyusuinya yang juga diasuh selama 6 tahun. Saat usia 5 bln beliau sudah dapat berjalan dan 9 bulan sudah mampu berbicara. Ketika kecilpun beliau sudah dapat menggembalakan domba.
Saat kakeknya beliau meninggal, lanjut diserahkan pamannya abu thalib. Saat usia 12 tahun beliau diajak pamannya berdagang di negeri syam. Abi thali merawat sendiri nabi sampai ± selama 40 tahun.
Dibelahnya Dada Nabi Muhammad SAW
Pada saat usia beliau 4 tahun, ditelantangkan malaikat jibril dan membelah dadanya serta mengambil hati maupun segumpal darah nabi Muhammad dan malaikat jibril membersihkannya serta menempatkannya lagi ke asalnya namun nabi tetap dalam kondisi sehat bugar.
Nabi muhammd memperoleh wahyu supaya mensyiarkan dan berda’wah mengenai agama islam serta mengajak umat islam untuk menyembah kepada Allah. Cara awal belai dengan bersembunyi-sembunyi.
Sejumlah orang yang berhasil masuk agama islam pertama kali assabiqunal awwalun yaitu keluarga dan para sahabatnya misalnya istri beliau siti Khadijah, dan beberapa sahabat beliau (1. ali bin abi thalib 2. Abu bakar assidiq) lalu anak angkatnya bernama zaid bin haritsah, lalu ustman bin affan, dan masih banyak lainnya.
Lalu nabi Muhammad memberanikan diri mensiarkan secara terang-terangan. Adapun reaksi kaum quraisy saat itu marah dan mengancam nabi. Namun belau tetap tabah dan tangguh dari ancaman tersebut serta menghadapi hambatan-hambatan secara sabar walaupun telah diejek, diolok-olo, dicaci maki dan menolak seluruh risalah beliau.
Itulah kisah singkat nabi Muhammad SAW yang sangat miris. Dari kisah beliau inilah kita dapat mengambil hikmah dan menjadikan suri tauladan bagi kita semua bahwa betapa sabar dan kuatnya nabi Muhammad dalam menghadapi cobaan. Semoga bermanfaat dan kita semua termasuk dalam golongan orang-orang seperti nabi Muhammad!
kadang kita sebagai umat islam, lebih banyak mengetahui biografi atau kisah kisah mereka para artis yg padahal sama sekali tidak pernah memikirkan kita sedikitpun, bagaimana dengan rasulullah yg ketika wafat hanya umatnya yg diingat, dan kita sebagai umat enggan mengingatnya? enggan mencari tau biografi nya? enggan buat deket dengan rasulullah?
umat dari mana nya kita?
tangerang,
@ovrthngkerisme
10 notes · View notes
hizriyandaputra · 5 years
Text
Mekkah, SENIN/al-Itsnain, 20 APRIL/NISSAN 571 M (12 Rabī‘ul Awwal 571 M "TAHUN GAJAH/FILL")
Tumblr media
Madinah, SENIN/al-Itsnain, 8 JUNI/HUJAIRAN 632 M (12 Rabī‘ul Awwal 632 M/11 H), Makam: Al-Masjid an-Nabawi, Madinah Caliphate/Kekhalifahan Nabi Muhammad SAW: 622–632 M.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KELAHIRAN Terlahir sebagai anak Yatim dari kalangan bangsawan Bani Quraisyh dari pasangan ibu bernama SITI AMINAH dan ayahnya bernama ABDULLLAH dimana saat itu meninggal saat bayi masih dalam kandungan. Diberikan nama "Muhammad" oleh kakek dari ayahnya yang bernama ABDUL MUTTALIB. Menjadi anak Yatim Piatu pada usia 6 tahun setelah ditinggalkan ibunya yang wafat karena sakit saat perjalanan pulang setelah berziarah ke Makam ayahnya dan pamannya Abul Thalib di Yatrib, dan ditinggal wafat oleh kakek dari ayahnya pada usia 8 tahun. Terlahir pada Masa Jahiliyah (Kebodohan), masa dimana umat Nabi saat itu terbiasa menyembah patung-patung berhala, mabuk-mabukkan, bermain judi, melakukan maksiat dan merendahkan derajat wanita, lahir ditengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran. Terlahir di Tahun Gajah, tahun dimana pada masa itu terjadinya peristiwa penyerbuan kota Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah oleh tentara ber-Gajah dan pasukan Raja Abrahah (Gubernur Habsyi di Yaman dari kalangan Kristen, pendiri Gereja besar pertama di Sha'na bernama Gereja Al-Qulles, namun tidak ada seorangpun yang datang ke Gereja itu), untuk menyerang Ka'bah. Ketika Ka’bah hendak dihancurkan, Allah SWT mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya dan menjatuhkan kerikil tersebut tepat mengenai kepala pada pasukan bergajah, tembus ke dalam badan hingga mati. Sehingga peristiwa itu tertulis dalam QS. Al-Fill: 1 - 5. PERAWATAN Selain ibunya, Muhammad disusui oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Kemudian ibunya mencarikan wanita pedesaan untuk menyusuinya, maka terpilihlan wanita bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin bakar, yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah dan berada dalam asuhannya kurang lebih selama 6 tahun. 9 bulan sudah lancar untuk berbicara. Semasa Kecilnya telah terbiasa menggembalakan kambing. Abu Thalib (paman Muhammad) mengajaknya berdagang ketika usianya 12 tahun ke negeri Syam. Beliau merawat, mengasuh, menjaga, melindungi dan membela Muhammad sejak ditinggal wafat oleh kakek dari ayahnya berlangsung selama 40 tahun. PERISTIWA SYAQQUS SHADR Dimasa perawatan Halimah as-sa’diyah, di perkampungan Bani Sa’ad terjadilah peristiwa besar yang menjadi penunjuk tanda-tanda kenabian kelak, yaitu pembelahan dada (Syaqqus Shadr) Muhammad pada usia 5 tahun. Peristiwa yang terjadi saat Muhammad sedang bermain bersama teman-temanya, dimana tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri dan menyergap Muhammad. Beliau lalu dibaringkan, kemudian dada nya dibelah, lalu diambilnya hati Muhammad, selanjutnya dikeluarkan segumpal darah dari nya, kemudian malaikat Jibril berkata ” inilah bagian setan yang ada padamu”. Lalu hati tersebut dicuci dalam bejana emas dengan air zam-zam, dan dikembalikan ketempat semula. Sementara itu, teman-teman Muhammad melaporkan peristiwa tersebut kepada Halimah seraya berkata ” Muhammad dibunuh, Muhammad dibunuh” , Maka mereka bergegas menghampiri tempat tersebut dan mendapati Muhammad dalam keadaan pucat pasi. Karena kejadian tersebutlah Halimah sangat khawatir dengan keselamatan Muhammad, yang akhirnya tak lama kemudian dia memutuskan untuk memulangkan nabi kepada ibunya dikota Mekkah. PERNIKAHAN Pada usia 25 tahun, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya yang berusia 40 tahun. Lamaran yang diawali dan menarik hati seorang Siti Khadijah karena memperhatikan prilaku akhlaknya dan mendengar kelebihan-kelebihannya. Saat itu Muhammad mendapat dan disandangkan gelar Al-Amin oleh penduduk Mekkah karena dikenal sebagai seorang laki-laki yang penuh amanah, jujur dan dapat dipercaya. Setelah istri pertama wafat, Muhammad telah menikah dengan beberapa wanita pilihan yang dilatar belakangi karena hubungan yang kuat dengan dakwah dan ajaran Islam, yaitu: Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah (Hindun binti Umayyah), Zainab binti Zahsy, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah (Ramlah), Shafiyah binti Huyay, Maimunah binti Al-Harits dan Maria Al-Qibtiyah. (10 dalam keadaan Janda, kecuali Aisyah) KETURUNAN Memiliki 5 anak keturunan dari istri pertama-nya "Khadijah" yaitu Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, Abdullah, dan Ibrahim dari "Maria Al-Qibtiah". Semua putra nabi wafat ketika masih pada usia belia, sedangkan putri nabi yang masih hidup sampai nabi wafat adalah Fatimah. TURUNNYA WAHYU PERTAMA Hari Senin pada Malam hari, bulan Ramadhan, di Gua Hira' (Sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah yang dikenal saat ini sebagai Jabal An Nur, tempat dimana mejelang usia 40 tahun, Muhammad terbiasa berhari-hari bertafakur (merenung), dan mencari ketenangan, dan pada akhirnya tepat di usia 40 tahun, 6 bulan, 8 hari, menjadi peristiwa penting dan awal Kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611 M turun wahyu Al-Quran pertama "QS. Al-A’laq: 1-5" yang disampaikan oleh malaikat Jibril. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama saat itu. Jibril menyampaikan: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ​ 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ​ 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ​ 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ​ 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  Nabi Muhammad SAW, setelah itu menerima wahyu ayat-ayat Al-Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat-ayat Al-Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat), dan praktek langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat. TAHUN DUKA CITA Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW tahun ke-10 yaitu tahun duka cita/kesedihan (Amul Huzni), tahun dimana nabi kehilangan Pamannya Abu Thalib dan Istrinya Siti Khajidah yang wafat serta umat islam dalam keadaan sengsara. Ditengah periwtisa duka cita saat itu, Nabi Muhammad SAW diajak oleh malaikat jibril untuk Isra Mi’raj yaitu melakukan perjalanan dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram sampai ke Sidratul Munthaha untuk menghadap Allah SWT untuk menerima perintah shalat lima waktu. PENYEBARAN AJARAN AGAMA ISLAM Setelah turunnya wahyu pertama, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran islam dan mengajak umat manusia untuk menyembah Allah SWT. Penyebaran (dakwah) Islam dilakukan secara diam-diam/sembunyi-sembunyi dari satu rumah kerumah lainnya selama 3 tahun setelah diterima wahyu pertama, dan pada tahun 613 M dilakukan dan menyiarkan dakwah Islam secara terbuka, terang-terangan kepada masyarakat Mekkah, setelah diturunkan wahyu Allah yaitu QS. Al-Hijr: 94 yaitu ”Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik". Orang-orang yang pertama masuk Agama Islam, disebut Assabiqunal Awwwalun adalah dari kalangan keluarga dan para sahabatnya, yaitu: istri pertamanya (Siti Khadijah), sahabatnya (Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq), anak angkatnya (Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair) dan masih banyak lagi keluarga dan para sahabat Rasul yang lainnya. Kaum Muslim yang berada di Mekkah, melakukan perjalanan untuk Hijrah ke Yastrib, menghindari peperangan yang berkelanjutan selama 2 bulan, dan menghindar dari perilaku tidak baik masyarkat Jahiliyah di Mekkah saat itu. Kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 M, Yastrib dikenal dengan nama Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi). Di Madinah, pemerintahan kekhalifahan Islam diwujudkan di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Tahun 629 M, tahun ke-8 H, Nabi Muhammad SAW berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Kaum Muslimin sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan Madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Nabi Muhammad SAW menyetujuinya, setelah satu tahun berlangsung di tahun 630 M, beliau bersama 10,000 pasukannya kembali dan menguasai dan melakukan pembebasan Mekkah secara keseluruhan tanpa ada pertempuran, perlawanan, dan pertumpahan darah. Pada akhirnya berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh kawasan Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah. PERTEMPURAN KAUM MUSLIMIN DAN KAUM KAFIR Berjalannya waktu, Kaum Muslimin mulai diperangi oleh Kafilah Kafir Quraisy, sehingga terjadinya Pertempuran Badar (Gazwah Badr) pada tanggal 17 Ramdhan 2 H (13 Maret 624 M), yaitu pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Pasukan Kaum Muslim (313 orang) melakukan pencegatan dan bertempur menghadapi Pasukan Kafir Quraisy (1,000 orang) yang baru saja pulang dari Syam secara habis-habisan sekitar dua jam, dan akhirnya pasukan Kaum Muslim berhasil menghancurkan barisan pertahanan pasukan Kafir Quraisy, sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, salah satunya adalah Abu Jahal (Amr bin Hisyam). Selanjutnya Pertempuran Uhud* pada tanggal 7 Syawal 3 H (22 Maret 625 M), yaitu pertempuran yang terjadi kembali antara pasukan Kaum Muslimin (700 orang) yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dan Kaum Kafir Quraisy (3,000 orang) yang dipimpin oleh Abu Sufyan, namun pertempuran itu mengalami kekalahan bagi pasukan Kaum Muslim. *) Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi, Madinah, dan mempunyai ketinggian 1,000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil. Kisah atas kekalahan pasukan Kaum Muslim dari Pertempuran Uhud ini ditulis pada QS. Ali 'Imran: 140 - 179, dan menjelaskan kekalahannya pada QS. Ali 'Imran: 141, 166-167). 625 M - Pertempuran Zaturriqa' (Zatu al-Riqa'/Bani Anmar/al-Ajib) 627 M - Pertempuran Khandak (al-Ahzab/Konfederasi) 628 M - Pertempuran Khaybar 629 M - Pertempuran Mu'tah 630 M - Pertempuran Hunaian, Petempuran Autas 632 M - Pertempuran Tabuk HAJI WADA' DAN WAFAT Tahun 632 M, tahun ke-11 H, Nabi Muhammad SAW melakukan haji wada’ atau haji terakhir. Sekitar 100,000 Jamaah turut serta dalam ibadah haji bersama beliau. Dalam wukufnya di Arafah, beliau menyampaikan khutbahnya yang berisi kan tentang larangan melakukan penumpahan darah kecuali dengan cara yang benar, larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar, larangan memakan harta riba, hamba sahaya harus diperlakukan dengan cara yang baik, dan agar umatnya selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Dalam QS. Al-Maidah: 3 dijelaskan yang artinya “Bahwa hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu, dan sungguh aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”. Dengan turunnya ayat ini menjelaskan bahwa dakwah Nabi Muhammad SAW telah sempurna. Setelah berdakwah selama 23 tahun, sejak 29 Shafar 11 H pada saat menjalankan shalat berjamah, beliau mengalami sakit kepala, demam dan suhu badan meninggi, badan beliau semakin lemah, lalu beliau menunjuk Abu Bakar sebagai imam pengganti beliau dalam shalat berjamaah. Kondisi itu terjadi dan dialami selama 13 hari, hingga hari ke-14, dan di rumah Istrimya "Maimunah" dan terakhir dirumah Istrinya "Aisyah". Selama tinggal di rumah Aisyah, itulah minggu terakhir dalam hidup beliau, istrinya itu membacakan surat al-Mu’awwizzat (surat-surat yang berisi mohon perlindungan; al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas) serta doa-doa yang ia dapatkan dari suaminya "Nabi Muhammad SAW". Kemudian ia tiup dan usapkan ke tubuh Nabi dengan tangannya. Saat detik-detik sakratulmaut datang, Nabi Muhammad SAW berada di pangkuan Aisyah. Abdurahman bin Abu Bakar datang membawa siwak, dan Nabi memandang ke arahnya. Kemudian mengusapkan ke wajahnya Aisyah seraya berkata, “Laa ilaaha illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sekaratnya.” Kemudian Nabi mengangkat tangannya dan memandang ke atas, bibirnya bergerak-gerak dan berucap, “Bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah maha mengetahui.” Beliau melanjutkannya dengan berkata, “Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku, pertemukan aku dengan teman-teman yang tinggi (kedudukannya), ya Allah pertemukan aku dengan teman-teman (yang tinggi kedudukannya).” Nabi Muhammad SAW mengulangi kalimat tersebut sebanyak tiga kali, kemudian tangannya lemas dan akhirnya nyawa terpisah dari raga "Innaa Lillaah wa Innaa Ilaihi Raaji’un.". Nabi wafat sambil bersandar antara dada dan leher, merebah dipelukan Istri tercintanya "Aisyah". Kemudian Aisyah meletakkan kepala Nabi Muhammad SAW di atas bantal. Beliau wafat pada waktu Dhuha, hari Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah atau 8 Juni 632 M. Sebelum ruh-nya dicabut, beliau membaca : "مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ, اللهُـمّ اغفِـر لى وارحمنى وألحقنى بالرفيق الأعلى, اللهم الرفيق الأعلى." Berkata Aisyah r.a: Akhir kalimat yang diucapkan oleh Nabi s.a.w ialah “Allahumma Rafiqul A’laa” (HR.Bukhari & Muslim) NAMA, PANGGILAN DAN GELAR BAGI NABI MUHAMMAD SAW Berdasarkan HR. Bukhari dan Muslim, antara lain: Ahmad, artinya yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah SWT. Al-Mahi, artinya pengikis/penghapus, karena Allah SWT mengikis kekufuran dengan mengutusnya. Al-Hasyir, artinya penghimpun, sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan beliau, dan berkumpul dibawah perintah beliau. Al-'Aqib, artinya penutup, karena beliaulah Nabi dan Rasul penutup. Muqaffi, artinya yang mengikuti, maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi. Nabiyyuttaubah, artinya nabi taubat, meski beliau sudah ma'shum dalam artian bersih dari dosa, namun beliau banyak bertaubat. Dimana dalam satu riwayat menceritakan bahwa beliau bertaubat hingga 70 - 100 kali sehari. Nabiyyurrahmah, artinya nabi rahmat, beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Selain nama-nama yang telah disebutkan, adapula sejumlah nama yang digali dari Nash seperti: Rohmat Muhdah/ الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ (rahmat yang dihadiahkan) Ro-uf Rohim/   الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ (yang penyayang dan pengasih) Shodiq/  الصَّادِقُ(yang Jujur) Amin/    الأَمِيْنُ (yang terpercaya) Mudzakkir/ الْمُذَكِّرُ (pemberi peringatan) Rasulullah/ رَسُوْلُ الله (utusan Allah) Khotamun Nabiyyin/ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ (penutup para nabi) Abdullah/ عَبْدُ الله (hamba Allah) Syahid/ الشَّاهِدُ (saksi) Mubassyir/ الْمُبَشِّرُ (pemberi kabar gembira) Nadzir/ النَّذِيْرُ (pemberi peringatan) Da’i/ الدَّاعِيْ penyeru) Siroj Munir/ السِّرَاجُ الْمُنِيْرُ (lentera yang bercahaya) Nabi Mushthofa/  النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى (nabi yang terpilih) Ar–Rosul/ الرَّسُوْلُ (utusan) An–Naby Ummy/ النَّبِيُّ اْلأُمِّيُّ (nabi yang tidak membaca dan menulis) Ma’shum/ الْمَعْصُوْمُ (yang terjaga) Muballigh/ الْمُبَلِّغُ (penyampai) Qosim/ القَاسِمُ (pembagi), dll. Namun semua nama ini tidak dinyatakan secara sharih (lugas) dalam Nash-Nash tersebut sebagai nama sehingga memungkinkan ditafsiri sebagai sifat, Kunyah (Surname) atau Laqob (gelar/nickname) bukan nama. MAULID NABI Maulid Nabi diselenggarakan pertama kali oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1174 M (570 H) dan disetujui oleh para Khalifah di Baghdad, Irak. Kemudian, dimasa haji bulan Dzulhijjah 579 H (1183 M), Salahuddin mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji untuk mensosialisasikan kepada masyarakat Islam dimana saja berada bahwa mulai 580 H, tanggal 12 Rabiul Awwal untuk dirayakan sebagai Hari Maulid Nabi, dalam rangka untuk membangkitkan semangat umat Islam dan menyemarakkan syiar agama dan bukan perayaan yang bersifat ritual. Sehingga dengan adanya Maulid Nabi, akhirnya umat Islam bersemangat menghadapi Perang Salib, merebut kekuasaan Yerusalem dari bangsa eropa, dan menyelematkan Masjidil Aqsa menjadi mesjid kembali hingga saat ini. Di Indonesia, pertamak kali perayaan Maulid Nabi dimanfaatkan oleh para WALISONGO untuk sarana dakwah dengab berbagai kegiatan positif, salahsatunya untuk menarik masyarakat mengucapakan Syahadatain, yang saat itu disebut juga Perayaan Syahadatain atau orang Jawa bilang diucapkan Sekaten. Perayaan Maulid Nabi ini sekali lagi bukan acara ritual dan termasuk Bid'ah Hasanah (Bid'ah yang baik), yang diperbolehkan dalam Islam, selam tidak mengarah ke Musyrik. Wallahu a'lam bish-shawabi. Read the full article
27 notes · View notes
sebiruhariini · 5 years
Text
Kisah Keluarga Laki-laki biasa dalam Al Qur’an
Ini adalah kisah seorang laki-laki biasa dan keluarganya yang diabadikan dalam Al Qur’an. Tepatnya, laki-laki yang luar biasa di antara laki-laki biasa, di antara manusia biasa lainnya. Tulisan ini merupakan catatan pribadi dari kajian tadabbur ayat siroh oleh Ustadz Baihaqi, Lc di Masjid Darussalam, GTA pada 16 Mei 2019 lalu. Semoga bermanfaat dan dapat kita ambil hikmahnya, terutama bagi penulis :)
Namanya diabadikan dalam Al Qur’an. Ia bukan dari kalangan nabi ataupun rasul, hanya seorang laki-laki biasa. Ya, ialah Imran, yang namanya menjadi salah satu surat awalan dalam Kalamullah.
Adapun hikmah secara umum surat ini;
Ternyata, ada yang bisa ditelaah mengapa surat ini berdekatan dengan QS. Al Baqarah dan QS. An Nisa. Surat Al Baqarah banyak membahas terkait syariat dalam Islam, yakni solat, puasa, zakat, menikah, sampai menceritakan banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israil saat itu. Allah swt kiranya hendak menunjukkan bahwa di tengah kerusakan ataupun penyelewangan, tetap ada orang-orang (yang dalam kisah ini ialah satu keluarga) yang teguh mentaati RabbNya. Meskipun terjadi banyak penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israil, namun ada para Nabi atau bahkan keluarga dari orang-orang sholeh yang sudah Allah swt pilihkan. (QS. Ali Imran ayat 33)
Hanya generasi baik dari keluarga yang baiklah yang mampu mengemban syariat agama ini.
Ternyata, sorotan utama dalam kisah keluarga ini bukanlah kepada sosok kepala keluarga, tidak seperti kisah Nabi Adam, Nabi Nuh, dan lainnya. Namun, juga ditampilkan anggota keluarga lainnya, yakni: Hannah (istri Imran), Maryam bintu Imran (anak Imran), Zakaria bin Yahya (sepupu Imran)
Walaupun sosok Imran tidak ditampakkan, tetapi kesholihannya tidak diragukan karena dia memiliki istri, anak, dan kerabat yang sholih dan sholiha. 
Setelah surat ini adalah surat An Nisa, yang akan membahas banyak perihal wanita, karena sudah ditampilkan sosok Hannah, istri Imran.
Selanjutnya, kita akan tadabbur per ayat;
Ayat 33-34: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
 اصْطَفَىٰ
Dalam ayat 33, ada kata ini. Artinya ialah memilih, menyaring, memurnikan. Allah swt sudah memilih Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim, Keluarga Imran melebihi keluarga lainnya, orang-orang lain pada masanya. Bukan sekedar memilih, namun makna kata ini ialah menjadikan mereka tidak bercampur baur dari sifat-sifat buruk, memurnikan mereka). Nabi Adam as dipilih di antara makhluk-makhlukNya; jin, malaikat, dsb. Nabi Nuh as dipilih ketika manusia sudah banyak saat itu dan melewati masa perjuangan dakwah yang sangat panjang. Begitupun dengan nabi Ibrahim as. Allah swt membuat mereka satu keturunan. Imran merupakan keturunan nabi Ibrahim as dari jalur nabi Ishaq as (Sarah). Ibrahim as keturunan nabi Nuh as.  Nabi Nuh as pastilah keturunan nabi Adam as. Hal ini memberikan makna bahwa Allah swt mendengar doa nabi Ibrahim as, ketika ia meminta diberikan anak-cucu yang taat kepada Rabbnya.
Ayat 35: “(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Hannah berdoa kepada Allah swt dan bernadzar bahwa anak yang sedang di dalam kandungannya menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat di Baitul Maqdis.
مُحَرَّرًا
Terdapat kata tsb dalam ayat ini, mengandung arti ‘yang bebas’, namun karena pada masa Bani Israil tidak ada istilah memerdekakan budak atau mengenal tawanan perang, maka artinya ialah terbebas dari urusan dunia, menjadi hamba yang murni berkhidmat pada Allah ta’ala.
فَتَقَبَّلْ مِنِّي
Hannah meminta dikabulkan doanya.
Dari ayat ini, kita belajar;
Cita-cita Hannah perihal masa depan anaknya dalam ayat ini merupakan cita-cita tertinggi bagi orang tua, anak untuk berkhidmat pada Allah swt.
Hannah tidak meminta spesifik anaknya laki-laki ataupun perempuan. Padahal semua yang ada di Baitul Maqdis adalah laki-laki. Hannah mengajarkan kita bahwa ia murni hanya ingin anaknya menjadi anak yang taat kepada Rabbnya, tanpa berkeinginan lainnya.
Cita-cita, harapan, dan doa untuk anak itu perlu dipanjatkan sejak dini bahkan dari kandungan.
Ayat 36: “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Hannah di sini menyampaikan sebuah udzur. Bahwa yang ia lahirkan adalah anak perempuan, ia khawatir Allah swt tidak menerima nadzarnya. Dari ayat ini kita bisa petik hikmah, bahwa Hannah melahirkan seorang bayi perempuan, itu merupakan kehendak Allah, takdir Allah ta’ala. Lihatlah, bayi yang dinamai Maryam itu, tumbuh dengan baik, dijamin rizqinya (langsung dari Surga), dijaga dengan penjagaan terbaik (melalui wasilah; pamannya, Nabi Zakaria as). Allah swt memberikan takdir yang jauh lebih baik atas apa yang sebelumnya diharapkan oleh Hannah dan orang-orang terdekatnya saat itu.
Maka, jangan pernah kecewa ketika realitas tidak sesuai dengan harapan. Bisa jadi, itu merupakan takdir yang akan membawa pada kebaikan dan keberkahan yang lebih besar lagi.
Lalu, yang memberikan nama itu ialah Hannah istrinya karena Imran telah wafat. Ketika suami telah wafat, maka yang bertugas memberi nama bagi anak ialah istri, dan orangtua punya kewajiban memberikan nama yang baik bagi anak, karena itu adalah doa.
Kemudian, Hannah dalam ayat ini berdoa meminta perlindungan untuk Maryam dan keturunannya (1,2,3,.. generasi)  agar dijauhkan dari syaithan yang terkutuk. Dari ayat ini kita juga belajar bahwa orangtua harus berpikir panjang terhadap keturunannya, tidak berhenti di anaknya saja, namun 1-2-3 generasi yang akan datang.
Perlindungan dari syaithan yang terkutuk mengandung arti bahwa agar manusia selalu ingat siapa musuhnya; ialah iblis dan syaithan. Karena banyak saat ini, yang menjadikan saudaranya sendiri sebagai musuh, dan lainnya. Naudzubillahi min dzalik.
Ayat 37: “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
فَتَقَبَّلَهَا 
kata ini artinya menerima sesuatu dengan ridha. Allah swt menerima nadzar Hannah. Ditandai dengan allah swt menjaga Maryam dan keturunannya, Isa as dari syaithan. Di sini, Zakaria as berperan sebagia wasilah ataupun jawaban dari doa Hannah, agar dijauhi dari syaithan yang terkutuk. Ditandai juga dengan Maryam walaupun ia wanita, namun tetap dapat berkhidmat di Baitul Maqdis. Allah swt yang langsung menjaga Maryam; pertumbuhan fisik dan ruhaniyahnya sangat baik. Walau nabi Zakaria as yang bertanggung jawab untuk Maryam, namun Allah ta’ala memberikan rizqi kepada Maryam (berupa makanan dari Surga).
قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا
Dari ayat ini kita juga belajar pentingnya tabayyun (kroscek suatu informasi). Zakaria as bertanya kepada Maryam (tidak memendam sehingga menimbulkan dzon/prasangka buruk), darimana makanan itu? Maryam menjawab, dari Allah swt. Lantas, mengapa Zakaria as langsung percaya? Mungkin bisa saja ada seseorang yang diam-diam pergi ke mihrab Maryam lalu memberikan itu? Zakaria as melihat dari akhlak Maryam selama ini. Jika kita tabayyun kepada orang yang memang baik, ya percaya.
Ayat 38: “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".
هَبْ
artinya karunia dan pemberian tanpa ada harap balasan dari apa yang sudah diperbuat.
Kenapa Zakaria as baru berdoa? Apakah kemarin-kemarin tidak? Ia tentunya sudah berdoa dan karena ada “momen” Maryam dan ibunya, Hannah, ia mengharapkan keajaiban yang sama, untuk diberikan keturunan yang baik.
Ayat 42: “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”
 اصْطَفَاكِ
Artinya, memilih. Allah swt memilih Maryam untuk memudahkan baginya menerima hikmah, memilihnya untuk yang diberikan rizqi langsung dari Surga, memilihnya untuk dapat berkomunikasi dengan malaikat langsung.
وَطَهَّرَكِ
Maryam sudah disucikan dari maksiat, dijauhkan dari sentuhan laki-laki, dijauhkan dari perbuatan & kebiasaan buruk.
وَاصْطَفَاكِ
Artinya memilih juga, namun lebih khusus. Ia dipilih di atas wanita-wanita lainnya, yakni melahirkan Isa as tanpa seorang Ayah, dan bayinya dapat berbicara sewaktu kecil.
Beruntunglah Maryam dan semoga dapat kita teladani kebaikan apapun darinya, terlebih perannya sebagai seorang Ibu.
Maka, siapa wanita terbaik yang diabadikan Rasulullah dalam sabdanya; “Cukuplah teladan bagi kalian wanita terbaik di jagat raya ini yaitu: Maryam binti ‘Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad dan ‘Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Tirmidzi)
Mengapa Khadijah? Ia adalah istri seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang istri
Mengapa Maryam? Ia adalah ibu seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang ibu
Mengapa Fatimah? Ia adalah anak dari seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang anak
Mengapa Asiyah? ia tetap berperan sebagai seorang istri yang taat kepada Rabbnya, walau teman hidupnya seorang yang dzalim.
Keluarga merupakan satu kesatuan. Kita ingin agar keturunan kita, bahkan keturunan kakak-adik-abang kita juga mendapat keturunan yang baik, sehingga dapat menjadi 1 keluarga yang utuh. Maka, pastikan saudara kandung kita juga mendapat pasangan yang baik, agar anak-anak kita berinteraksi dengan orang-orang dan keturunan yang baik.
Kondisi saat ini, banyak wanita yang mengeluh, kurang berperannya ataupun kurang memberikan teladannya sosok suami ataupun kepala keluarga yang mereka miliki. Ustadz berpesan, lihatlah perjuangan bunda Maryam, yang tetap memberikan yang terbaik, walau seorang diri menjaga dan menumbuhkan seorang nabi.
Semoga inspirasi keluarga Imran ini dapat menjadi renungan dan dapat kita amalkan segala kebaikannya kelak.
Jika terdapat kesalahan, mohon koreksi. Semoga bermanfaat :)
Wallahu a’lam bishawab.
-hq
17 notes · View notes
ichaseptiani · 6 years
Text
Tumblr media
HAKEKAT PERTEMUAN DAN PERPISAHAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.
Oleh: Ustadz Oemar Mita, Lc.
(Wakil Ketua MADINA Pusat)
Sesungguhnya di setiap kehidupan yang kita arungi dan kita lewati pasti kita akan mendapati episode-episode kehidupan, di antara episode itu adalah kita akan menjumpai yang namanya pertemuan dan perpisahan.
Siapapun ia kaya atau miskin, muda atau tua pasti akan menjumpai salah satu episode kehidupan yaitu ijtima’un wa furqatun (pertemuan/kebersamaan dan perpisahan). Karena kehidupan bukanlah episode yang tidak berakhir. Pastilah di dalamnya ada pertemuan dan akan diakhiri dengan suatu perpisahan. 
Terdapat hal terpenting yang harus kita fahami dari episode pertemuan dan perpisahan ini, yaitu memahami hakekat pertemuan dan perpisahan sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Agar kita mengerti bagaimana sikap ketika kita bertemu dan sikap ketika kita berpisah. Ada empat sifat dari episode ini, bagi seorang mukmin hendaknya memperhatikan keempat sifat ini, sehingga dapat menentukan sikap yang tepat. Empat sifat itu adalah: 
Sifat Pertama: Mereka yang bertemu di dunia namun tidak bertemu di akhirat.
Mereka adalah dari golongan orang-orang kafir dan musyrik. Allah menyebutkan dalam Al-Qur`an:
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (11) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (12) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (13) وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ
“Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al Ma’arij: 11-14)
Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan orang-orang yang berdosa baik kafir dan musyrik tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan keluarga dan sanak kerabatnya. Mereka berandai-andai jika anak, istri dan keluarga dapat dijadikan tebusan untuk menyelamatkannya dari azab neraka, meskipun keluarganya masuk ke dalam neraka. 
Inilah gambaran ketika pertemuan itu didasarkan atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Allah, mereka hanya bertemu di dunia dan berpisah di akhirat, bahkan rela untuk menggadaikan keluarga yang selama didunia melindunginya dan menyayanginya. Seorang anak menggadaikan ibunya, seorang ibu menggadaikan anaknya, seorang suami menggadaikan istrinya dan seorang istri menggadaikan suaminya, tidak ada petemuan yang kekal di antara mereka kecuali di dunia.
Maka jangan merasa kagum dan takjub terhadap romantisme dan cinta kasih mereka semala di dunia, sebab hal itu tidak akan terjadi ketika di akhirat kelak. 
Sifat Kedua: Mereka tidak pernah bertemu di dunia, namun akan bertemu di akhirat. 
Mereka adalah orang-orang beriman, mereka akan bertemu dan bersua dengan para Nabi, orang-orang shidiq terdahulu, para syuhada`, orang-orang shalih meskipun di dunia mereka tidak pernah bertemu. Allah berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa`: 69) 
Semasa hidup kita tidak pernah bertemu dengan Rasulullah, para sahabatnya serta orang-orang shalih setelahnya, namun nama mereka selaku kita ingat dan ada dalam hati. Sehingga kelak kita akan bertemu dengan mereka di tempat yang jauh lebih indah dan mulia. 
Sifat Ketiga: mereka bertemu di dunia dan akan bermusuhan di akhirat.
Mereka adalah golongan yang mendasarkan pertemuan di dunia untuk sekedar bersenang-senang, berfoya-foya, hanya saling meningatkankan tentang dunia dan keindahannya, harta, tahta dan selainnya, dan tidak pernah mengingatkan untuk beribadah dan beramal shalih, tentang mereka Allah berfirman:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)
Mereka adalah golongan orang-orang yang saling mencintai dan mengasihi namun di akhirat mereka justru menjadi saling bermusuhan dan berlawanan. Hal ini melandaskan pertemuan di dunia bukan atas dasar ketakwaan, amal shalih, dan saling menasehati. Apapun pertemuan yang tidak didasarkan untuk saling menasehati dalam kebaikan akan berakhir pada permusuhan. 
Seorang istri akan menggugat suami, mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula suami akan menggugat istri mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula akan terjadi pada anak kepada orang tua, antara sahabat karib.
Sifat Keempat: Mereka bertemu di dunia dan bertemu di akhirat.
Mereka adalah segolongan orang yang di waktu kehidupan dunianya selalu saling mengingatkan dan menasehati tentang kebaikan. Bersama-sama melakukan amal shalih. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan benar. Mereka saling mencintai dan menyayangi atas dasar keimanan, ketika salah satu dari mereka salah atau lalai dari Allah merekapun menasehatinya. Sehingga kelak Allah akan mempertemukan mereka di tempat yang lebih baik yaitu di jannah-Nya. 
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)
Dalam ayat lain Allah menyebutkan:
“Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya.” (QS. Ath Thuur: 25)
Semoga pertemuan kita dengan keluarga dan sanak saudara bukanlah pertemuan sesaat yang tidak ada lagi pertemuan setelah itu. Kita memohon agar kita dipertemukan di dunia atas dasar keimanan dan di kumpulkan lagi di akhirat dengan selamat. Wallahu a’lam.
MADINA -Majelis Dakwah Islam Nusantara
2 notes · View notes
mansurcse · 2 years
Text
Para Kudus Hari ini (10 Mei)
Di Roma, di Via Latina, kelahiran surgawi para martir kudus Gordian dan Epimachus. Pada masa Kaisar Yulianus si Murtad, Gordian dihukum cambuk karena mengakui nama Kristus, dan akhirnya dipenggal. Ia diamakamkan pada malam harinya oleh orang-orang Kristen di jalan yang sama dalam sebuah makam tempat relikui Santo Epimachus martir telah dipindahkan sebelumnya dari Alexandria, tempat ia menderita kemartiran karena iman Kristennya pada tanggal 12 Desember.
Di tanah Us, Santo Nabi Ayub, seorang yang memiliki kesabaran mengagumkan.
Di Roma, Santo Calepodius, imam dan martir. Kaisar Alexander memerintahkan dia dipenggal dengan pedang, dan tubuhnya diseret melewati jalan-jalan kota dan dilempar ke sungai Tiber. Setelah tubuhnya ditemukan, Paus Kalistus memakamkannya. Palmatius, seorang konsul, juga dipenggal bersama istri dan anak-anaknya, serta empat puluh dua anggota keluarganya yang lain, baik pria maupun wanita; hal yang sama juga dialami oleh Feliks dan istrinya Blanda. Kepala mereka digantung di berbagai gerbang kota Roma sebagai peringatan bagi orang-orang Kristen.
Juga di Roma, di Via Latina di Centum Aulae, kelahiran surgawi para martir kudus Quartus dan Quicintius, yang tubuhnya kemudian dibawa ke Capua.
Di Leutinia di Sicilia, para martir kudus Alphius, Philadelphus, dan Kyrinus.
Di Smyrna, Santo Dioscorides, martir.
Di Taranto, Santo Cataldus, uskup, terkenal karena mukjizat-mukjizatnya.
Di Madrid, Santo Isidorus sang Petani. Dia terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan Gregorius XV mencatatkan Namanya dalam bilangan para kudus, bersama dengan Santo Ignatius, Fransiskus Xaverius, Filipus Neri dan Santa Teresa dari Yesus.
Di Milan, penemuan jenazah para martir kudus Nazarius dan Celsus. Santo Ambrosius, uskup, menemukan tubuh Santo Nazarius masih basah dengan darah segar, dan membawanya ke Basilika Para Rasul, bersama dengan jenazah Santo Celsus, seorang muda yang diasuh oleh Santo Nazarius. Pada masa penganiayaan Nero, Anolinus telah memerintahkan agar keduanya dipenggal dengan pedang pada tanggal 29 Juli, yaitu hari perayaan kemartiran mereka.
Terpujilah Allah dalam orang-orang kudus-Nya.
0 notes