Tumgik
#Pelecehan Anak
tangerangraya · 23 days
Text
Sadis! 2 Bocah SD di Kota Tangsel Dicabuli Seorang Penculik
Tangerang Selatan – Dua kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur telah kembali terjadi di Tangerang Selatan (Tangsel). Pelecehan dilakukan dengan modus yang sama, yakni dengan menculik korbannya pasca pulang sekolah.  Hal demikian dikatakan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Tangsel, Tri Purwanto ketika ditemui dikantornya, Rabu…
0 notes
lampung7com · 24 days
Text
KemenPPPA Ungkap Hanya 0,1% Perempuan Korban Pelecehan Seksual yang Speak Up
Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan KemenPPPA, Eni Widiyanti, menjabarkan berdasarkan survei internal kementeriannya, terdapat 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan seksual. Hal ini disampaikan Eni saat Sosialisasi Setop Tindak Pelecehan di Transportasi Publik di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Senin (2/9). “Survei yang kita lakukan yang kita sebut SPHPN,…
0 notes
bantennewscoid-blog · 6 months
Text
Cabuli Anak di Bawah Umur, 3 Pemuda di Serang Divonis 8 Tahun
SERANG– Tiga orang pemuda asal Serang berinisial IF (19), S (19) dan M(27) divonis 8 tahun penjara karena terbukti melakukan kekerasan seksual kepada anak di bawah umur. Korban bahkan diketahui hamil akibat perbuatan ketiganya. “Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa I F, Terdakwa II: S, Terdakwa III M oleh karena itu dengan pidana penjara masing-masing selama : 8 tahun dan denda sejumlah Rp50 juta…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
beritatangerang · 2 years
Text
Lagi Beli Martabak Mini, Bocah 8 Tahun Malah Dilecehkan di Pondok Aren Tangsel
Lagi Beli Martabak Mini, Bocah 8 Tahun Malah Dilecehkan di Pondok Aren Tangsel
Kliktangerang.com – Bocah berusia 8 tahun berinisial NR menjadi korban pelecehan seksual di daerah Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Pelakunya seorang tukang martabak mini berinisial S, 23. Peristiwa itu berawal ketika NR membeli martabak mini yang dijual tersangka. Kemudian, S yang semula tengah memasak martabak tiba-tiba memanggil korban. Di saat itu lah pelaku melakukan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rubahlicik · 11 months
Text
Mylog : Berbicara
Salah satu tolak ukur perkembangan anak-anak adalah berbicara. Semakin banyak kosakata/kalimat yang mampu dibuat anak, berarti semakin banyak informasi yang mampu dia serap untuk kemudian dimengerti lalu diolah menjadi bagian dari 'celoteh'nya sehari-hari.
begitu pun ketika masuk usia sekolah, peserta didik didorong untuk bisa dan mau berbicara sebagai bagian dari sosialisasi dan pembelajaran public speaking dari usia dini. di usia segitu, skill berbicara mulai diasah, mengemukakan pendapat di ranah publik adalah suatu skill mutlak yang harus dikuasai.
masuk sma dan perkuliahan, kemampuan mengemukakan pendapat bertransformasi dalam bentuk lain, yaitu 'berdebat' atau 'memperjuangkan pendapat'. hal ini tentu baik jika didasari oleh tujuan dan diiringi tata cara yang baik dalam pelaksanaannya. kemampuan berdebat menjadi salah satu aspek penilaian kecerdasan seseorang dan bahkan menjadi sesuatu yang dapat dilombakan.
Tapi, beranjak mendewasa justru skill yang diperlukan adalah kebalikannya. Di usia 30-an, aink merasa justru skill yang harus dilatih setiap individu adalah menahan keinginan untuk berbicara.
bicara disini tentu ga dalam artian sempit, tapi meluas ke ranah tulisan, komentar dan menyatakan pendapat dalam bentuk apa pun.
apa ga boleh? ya engga juga. cuman ditahan.
di era sosmed dengan kebebasan yang dibawanya, betapa banyak bibit permusuhan yang muncul cuma dari tulisan atau komentar seseorang.
sekarang tuh, medsos uda seperti air keruh. keruh oleh kalimat-kalimat pelecehan, penghinaan, pencemaran nama baik sehingga hal-hal positif yang bisa diambil justru tertutup oleh 'pembicaraan yang buruk'.
di titik ini, aink mulai ngerasa kalo aink sebaiknya ga banyak komentar dalam postingan apapun sebelum yakin komentar itu ga memicu api perdebatan.
hayati lelah bang,
entahlah, faktor U mungkin yah wkwkwk. aink uda makin males menanggapi postingan 'nyeleneh', 'click bait', 'opini tanpa dasar' dan beragam hal yang sebetulnya aink gatel buat nimbrung.
mungkin energinya uda ga cukup buat dipake debat, atau mungkin ainknya aja yang uda ga peduli sama arah opini publik.
Mindset aink tuh sekarang pengen hidup tenang, small circle, private happy life, ga banyak drama
Semakin dikit yang aink tahu tentang sesuatu yang ga perlu, semakin baik
Selamat november
50 notes · View notes
rereenaa · 5 months
Text
“How I Love Being Woman”
Hai para perempuan, kalian setuju tidak di era sekarang sulit menjadi perempuan. Jika perempuan berpenampilan tanpa makeup, dibilang kurang menarik. Tapi jika perempuan dress well dan bermake-up, disangka pakai make up untuk cantik di depan laki-laki.
“Hello, perempuan dress well dan pakai make-up cantik untuk dirinya sendiri”.
Bahkan saat perempuan dilecehkan, di cat-calling oleh para pria hidung belang, yang disalahkan tetap perempuan dengan busananya. Padahal 9 dari 10 kasus pelecehan, memakai pakaian yang sopan. Saat perempuan jadi ibu, perempuan yang memilih jadi ibu rumah tangga, dikatakan “kok enak kali, tinggal nikmati uang suami”, “loh sayang dong gelar sarjananya”. Namun saat perempuan jadi ibu bekerja, dikatakan “loh kasian anaknya ditinggal-tinggal kerja terus”, “duh nanti anaknya dekat sama sus nya aja itu”, “jadi ibu kok cuma jumpa anak pas malam aja”. Saat perempuan jadi ibu, perempuan yang melahirkan caesar dikatakan belum menjadi ibu sempurna. Saat perkembangan anaknya terlambat, yang disalahkan ibunya.
Dibalik sulitnya jadi perempuan, banyak hal menyenangkan menjadi perempuan. How I love being woman, betapa a,u sangat menyukai menjadi perempuan, ngerasa bebas cepika-cepiki pelukan kalau lagi kangen, unlimited outfit styles, bisa bikin get ready with me sambil make-up an, punya banyak koleksi lippies, aku seneng re-applying my lipbalm, seneng pakai parfum harum bunga, bisa pakai barang-barang yang imut, rebutan kaca, ngantri catokan, perempuan saling sharing skincare dan makeup yang cocok, bisa bikin girls night out bareng sambil maskeran.
Oh How I Love Being Woman, its so fun.
5 notes · View notes
parasitlajang · 1 year
Text
Dari mana asal muasal Misogini?
Belakangan ini, berita pelecehan dan kekerasan seksual selalu menjadi headline, di beranda temlen akun twitter saya. Ada saja berita pemerkosaan yang menimpa perempuan dan anak-anak. Membuat miris, sekaligus menyulut emosi. Bapak kandung melecehkan anak kandungnya sendiri, laki-laki dewasa yang memperkosa anak balita, penyandang disabilitas yang diperkosa laki-laki biadab yang kebetulan melihat korban sedang sendirian di dalam rumah, dan baru-baru ini,seorang remaja perempuan berusia belasan tahun,diperkosa oleh tiga orang tetangganya sendiri ketika hendak pergi tarawih. Benar-benar biadab!
Betapa menyedihkan menjadi perempuan. Hampir tidak ada ruang aman di sudut manapun di dunia ini untuk kami. Setiap hari, perempuan terus dibayang-bayangi ketakutan. Berita pelecehan dan kekerasan seksual, seolah jadi makanan rutin yang dikomsumsi tiap hari. Dan tentu saja, dengan budaya victim blaming dan rape culture yang dianut oleh masyarakat patriarkal ini; " Jika kamu diperkosa, itu bukan salah laki-laki. Tapi kamu sebagai perempuan, yang tak bisa menjaga diri. "
Bukan hal baru, jika dalam kasus kekerasan seksual, korbanlah yang selalu disalahkan alih-alih mendukung korban dan mengutuk pelakunya. Coba, berapa banyak orang yang peduli pada mental dan trauma korban kekerasan seksual? Nggak banyak. Barangkali hanya tiga puluh persen, dan sisanya adalah orang-orang yang hanya sibuk mencari tahu, pakaian apa yang dikenakan korban ketika terjadi pemerkosaan. Jika kebetulan korban berpakaian minim, dan sedang di luar rumah, di diskotik, sedang mabuk, atau sedang di pinggir jalan pun, masyarakat kita yg patriarkis ini akan berkomentar seksis sambil nyinyir, " Ya pantas lah, diperkosa. Lah pakaiannya aja begitu, mana sedang mabuk. Duh, perempuan nggak bener ternyata. Lah, udah tahu sendirian,kok ya mau diajak minum sama banyak laki-laki. " Atau jika kebetulan yang melakukan pelecehan adalah partnernya, mereka juga bakal nyelutuk kira-kira begini, " Sama pacar sendiri, mau sama mau kok ya ngaku diperkosa. Aneh bener, kemarin-kemarin emang pas ngewe emang ngerasain apa? dasar lonte! " Dan tentu saja komentar-komentar bodoh bernada misoginis begini sering saya temui di kolom komentar sosial media. Ini hanya salah satu contoh sikap/tindakan yang menormalisasi kekerasan seksual. Nah, pemakluman kekerasan seksual inilah yang disebut rape culture atau budaya pemerkosaan. Banyak hal yang menjadi penyebab kenapa masyarakat lebih suka menghakimi korban daripada menuntut pelaku untuk mengakui atau membuktikan kalau dirinya tak bersalah. Pertama, ketimpangan relasi alias laki-laki yang dianggap subjek dan perempuan itu objek. Secara sederhana, berangkat dari ketimpangan relasi inilah yang menempatkan perempuan sebagai kelas dua; dari objektifikasi tubuh perempuan beserta stigmasisasi dan pelabelan terhadap nilai nilai ketubuhan dan seksualitas perempuan itu sendiri. Pemikiran bahwa perempuan itu objek akhirnya menciptakan ideologi relasi kuasa. Sebuah kultur yang melanggengkan stigmasisasi bahwa perempuan itu makhluk lemah dan harus di bawah kuasa laki-laki. Kultur ini masuk sebagai kesadaran baru konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki dengan citra maskulin, dan perempuan dengan citra feminin. Laki-laki diberi hak sebagai pengambil keputusan dan memimpin. Sementara perempuan diposisikan dan ditempatkan di ranah domestik; mengasuh anak, mengurus rumah tangga, dan melayani suami. Ketimpangan relasi yang memposisikan perempuan sebagai kelas dua ini, tak lain tak bukan adalah buah tangan dari ideologi patriarki.
Patriarki ini pula yang menciptakan mitos-mitos tentang tubuh perempuan. Sudah seberapa sering kita mendengar analogi tubuh perempuan yang disamakan dengan permen, ikan asin, jambret, rampok, bahkan duit 1M. :D
Analogi-analogi tentang tubuh perempuan ini tentu saja menunjukkan pola pikir masyarakat, bahwa perempuan itu adalah objek. Karena tubuh perempuan hanya dilihat sebagai objek dan seksualitas semata, maka itulah rape culture/pemakluman kekerasan seksual, susah dihilangkan dari pikiran masyarakat. Lalu kenapa budaya rape culture terus dilanggengkan dan dianggap hal yang normal dan wajar? Kenapa masyarakat selalu mengentengkan pelecehan seksual? Kenapa candaan seksis tentang kasus kekerasan seksual seolah jadi budaya dan bahkan perempuan juga tak jarang kerap menyalahkan korban, dengan ikut-ikutan melontarkan komentar-komentar seksis?
Mengutip dari Magdalene. Co, istilah rape culture sendiri lahir pada era 70 an, ketika gelombang feminisme kedua di AS sedang terjadi. Lalu terbitlah buku yang memakai istilah ini pertama kali, dengan judul " Rape: The First Sourcebook for Women; Noreen Connel.
Dalam kasus kekerasan seksual, percaya atau tidak Media juga punya andil besar kenapa budaya pemakluman terhadap kekerasan seksual ini, sulit sekali dihilangkan. Lihat saja, bagaimana cara Media memberitakan kasus pelecehan dan pemerkosaan dengan hanya fokus menyoroti korban. Belum lagi headline yang cenderung merendahkan korban dengan judul-judul yang berbau-bau seksis dan terkesan misoginis. Padahal Media yang seharusnya wadah besar dan peran ganda dalam memberikan informasi dan ikut membantu mengedukasi masyarakat, malah ikut-ikutan mengafirmasi budaya rape culture ini. Itu sebabnya dari cara Media memberitakan kasus kekerasan seksual, dan apa yang ditangkap oleh masyarakat akhirnya menciptakan sudut pandang bahwa pelecehan seksual adalah sesuatu yang lumrah.
Lalu, bagaimana cara melawan Rape Culture? Pertama, berhenti menyalahkan korban. Apapun pakaian yang ia kenakan, seberapa banyak alkohol yang ia minum, atau di manakah korban ketika pelecehan sedang berlangsung, itu sama sekali bukan bentuk persetujuan untuk dilecehkan. Kedua, jangan melontarkan candaan seksis dan menertawai kasus kekerasan seksual. Ini hanya akan menambah trauma korban dan korban semakin kesulitan dan enggan berbicara tentang pemerkosaan yang sedang dialami. Ketiga, fokus mengedukasi diri sendiri. Semakin kita memahami dan mengenal budaya pemerkosaan, kita akan jauh lebih peka dan punya empati terhadap korban. Dengan mengedukasi diri, kita akan punya pengetahuan yang cukup untuk dibagi ke masyarakat awam tentang bagaimana menentang budaya pemakluman kekerasan seksual agar tidak berlanjut ke generasi berikutnya.
Akhir tulisan ini, mari sama-sama kita renungkan. Apakah dalam diri kita, ada bibit-bibit misogini?
20 notes · View notes
sabaryangindah · 2 years
Text
Jangan katakan pada putrimu bahwa ketika seorang anak laki-laki jahat atau kasar, itu karena dia sedang naksir atau suka kepadanya.
Jangan ajari dia bahwa pelecehan adalah tanda cinta.
Rasa sakit dan cinta itu tidaklah sama
16 notes · View notes
lamyaasfaraini · 1 year
Text
Bye-bye one of our fav series!
(Netflix's Sex Education)
Ini gif nya diambil dari ending season 3 soalnya relate ini ttg perpisahan hiks
Tumblr media
Berhasil menamatkan 8 eps sex edu s4 dalam 4 hari wkwk lama ya? Uyuhan atuh nonton diatas jam 10 malem kdg dalam keadaan ngantuk bgt kami tuh saking pgn nobarnya berdua. Padahal bodor bgt ttp weh ai udah cape mah ketiduran juga haha.
Jadi gmn last seasonnya satisfying? Imho sih engga yah, walapun aku tetep amaze sama karakter2 development nya, juara sih beberapa org better bgt. Ya emang kan dari season awal jg sex edu mah selalu nyeritain banyak cerita, karakternya banyaaaak kek Game of Thrones. Belom lg tiap season ada karakter tambahan, sampe s4 pun begitu. Nah yg sangat disayangkan emg kalo di akhir tuh kaya pgn lebih deep ngga sih sama karakter2 lama, tp habis wkt kudu nyeritain karakter2 baru beserta problemnya. Ngga fokus di tokoh utama yg harusnya bisa lebih di gali. Scene2 yg selalu aku tunggu2 otis x eric aja jadinya sedikit bgt hiks. Mereka malah asik sama problemnya masing2 dan "dunia" nya masing2. Kenapa diantara keduanya itu dalam problem masing2 ngga saling terlibat sih?
Kalo percintaan otis x maeve mah udah pesimis dari awal dan udah ketebak dari awal sih. Otis si ngeselin nan problematik ternyata msh bergelut dgn traumanya, sex disorder sama trauma liat mamanya depresi wkt ayahnya ningalin. Jadi bisa ketebak hubungan percintaannya ngga lancar. Hiks!
Yang paling menghangatkan keluarga Adam, haaaa terharu inimah! Bapaknya yg kaku dan otoriter terlalu dingin sama istri dan anak, malah adam ngerasa dirinya gapernah "cukup" di mata bapaknya, sampe trauma jg. Akhirnya berpisah, tp dgn berpisah bapaknya jadi merasa tertampar, ternyata perilaku dia selama ini malah kehilangan anak dan istri. Selama hidup sendiri bapaknya merubah dirinya, belajar menjadi lebih baik sampe ikut kelas daring. Luar biasa bapaknya adam! Salute! Endingnya mereka bersatu. Seneng bgt liatnyaaaaa :')
Scene ibunya maeve meninggal jg bikin aku menitikkan air mata sih (pastinya inimah). Walaupun ibunya sering merugikan hidup maeve tp dia sangat sayang ibunya. Edan ngga sih, speech maeve wkt prosesi pemakaman ibunya sedih bgt!
Cerita viv x jackson bagus jg, hubungan platonik yg gausah sampe jadi romance deh, udah gitu aja ya gais. Viv nya jg pny pacar wlpn si gapenting pacarnya posesif, jd kaya hemm mending gosah diceritain lah.
OMG, Aimee! Akhirnya sembuh dari trauma pelecehan seksualnya, dia ini nih salah 1 karakter yg makin kesini makin lovely. Dia mengatasinya dgn journaling. Sungguh struggle dia melewatinya huhu. Tp yg ngga nyangka knp jadi saling suka sama Issac hahaha.
Jean, mamanya otis ngalamin postpartum depression. Ini kerasa bgt sih kacaunya dan ngerasain apalagi tanpa suami! Dan akupun ngerasain bgt yg dialami Jean, rumah berantakan, otak ngga sinkron, banyak lupa, mikirin A-Z. Jean butuh bantuan tp dia denial.. Belom diapun kudu kerja, gakebayang sih jadi single mom di umur yg udah mateng bgt. Nah karakter baru yaitu Jo adiknya Jean dateng deh.. Penolong diatuh tp ttp ada aja problematika sibling nya.
ERIC MY MAN! yaampun sampe kutambahin ini di edit lg wkwk. Tetep karakternya ekspresif bgt yg bikin kita berdua ngakak. Dia nemuin geng baru yg sefrekuensi sama dia sesama "pelangi" gitulah yaa dan geng itu berpengaruh di kampus. Inipun yg bikin hubungan eric x otis agak renggang, eric ngerasa otis ngga paham ttg dirinya yg lain. Yg mengharukan sih, eric tumbuh di kelg kristen tulen, dia mau di baptis tp saat pembaptisan dia speak up ttg dirinya yg pendosa dan jadi kaum pelangi. Didepan jemaat, ya kaget dong yaa.. Tp disitu eric lega bgt skaligus sedih. Singkat cerita di ending, eric memutuskan untuk jadi pendeta.. Pasti ini udah melalui pemikiran yg panjang bgt ya huhu.
Banyak bgt belajar pendalaman karakter yg aku pribadi pelajari di series itu, lebih berempati sama semua problem masing2 karakter, mencoba diliat dr berbagai sisi. Memandang secara objektif. Suka aja gitu~ makanya judul boleh agak keliatan mesum yah tp series ini lebih dari sekedar itu! Malah kayanya sex scenenya bisa di singkirin sih. Terlalu luvvv sama karakter2nya haaaa. Sampe tiap problem dan karakter developmentnya kita berdua suka bahas, terutama akusih yg selalu tertarik atau ya aku si chatter, tukang komen dan wewet tiap liat ke amazing-an karakter2nya yg memang ada aja di kehidupan sehari2.. Kecuali masalah perperlangian yaa itu msh tabu bagiku, ngerasain kebingungannya sama gendernya tapi liatnya malah makin bingung. Spesifikasinya terlalu banyaaak..
Suamiku @sagarmatha13 ngga terima udah tamat, dia mastiin lg ada tulisan "final season sex education" di netflixnya wkwk. Blio blg harusnya ada 1 season lg buat nyeritain si Cavendish nya, college nya itu. Karena transisi dari Moordale ke Cavendish kaya kagok bgt. Tapi kalo makin kacauain alur ceritanya mending dahlah stop disitu aja.. Walaupun ngga puas tp ya karena udah terlalu sayang sama karakter2nya jadi yasudahlah..
Once again, bye bye Sex Education.. Otis, Eric, Maeve, Ruby, Aimee, Adam and the gank. Thank you for entertaining us for the past 3 years!
(karena baru ngikutin series ini dari thn 2020 akhir)
4 notes · View notes
indomart · 10 months
Note
WHAT'S WITH UNYFESS 2 WEEKS AGO?
jadi tu ada anak maba (?) iirc yg ga keterima bem trus sakit hati soalnya katingnya diterima sampe pura2 jd cewe yg dilecehin seksual sama katingnya yg diterima bem di menfess anak uny
tweet menfess nya lgsg di take down ga lama hbs di upload tp udah pada nge ss tweet nya segala macem sempet rame juga trus di follow up lah sama polisi
polisi investigasi trus ga nemu2 cewe nya kan akhirnya ketahuan anak mabanya dan ditangkep lah si anak mabanya
source: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231113195722-12-1023712/alasan-mahasiswa-sebar-hoaks-pelecehan-seksual-anggota-bem-uny
3 notes · View notes
khoridohidayat · 2 years
Text
Tumblr media
People say hurtful things because they themselves have been hurt.
-Haemin Sunmin
Sejenak aku membaca buku yang sedang banyak terpajang di rak-rak buku gramedia. Ia telah menjadi bahan perbincangan oleh banyak orang sejak beberapa waktu terakhir ini. Mulai dari akademisi, seniman, hingga para influencer di Indonesia membahas ulang dan mengkaji buku ini. Beruntung, hari itu aku sudah memegang bukunya secara fisik, versi bahasa inggrisnya pulak. Membaca satu per satu kalimat renyah dari Haemin Sunmin memang seakan tiada habisnya. Ia yang lahir dan besar dengan budaya Budha Korea Selatan yang santun dan tertata dalam berfikir selalu menyihir pembacanya untuk terus membuka lembaran-lembaran bukunya.
Quotes yang aku sematkan di atas juga salah satu buah pemikiran beliau yang jernih, bahwa, orang-orang yang melukai orang lain bisa jadi adalah orang yang telah terluka di masa lalu. Nyess. Pikiranku menjadi tak keruan membaca kutipan satu ini. Aku sadar betul bahwa apa yang disampaikan Sunmin ini is relatively correct. Pekerjaanku yang menjadi seorang konselor sering kali harus memaksaku untuk menyelami masa lalu seseorang. Aku meraba satu per satu luka batin konseliku dengan hati-hati dan menganalisis apakah luka ini atau bukan yang menyebabkan dia mengalami masalah hari ini.
Dan dari berbagai macam pengalaman menelusuri luka masa lalu seseorang, aku sering menemukan benang merah bahwa, betul, orang yang sering mengucapkan sumpah serapah adalah mereka yang memang pernah terluka di masa lalunya.
Aku mempunyai seorang teman, yang jika boleh dikatakan, dia adalah seorang playing victim sejati. Apapun kejadian masalahnya, pokoknya orang lain yang salah. Pernah suatu hari dia ingin meminjam uang dariku. Karena memang hari itu aku hanya mempunyai uang yang pas-pasan, aku menolaknya dengan halus. Tapi apa yang dia katakan? Dia mengatakan bahwa aku pelit, lupa teman, seperti kacang yang lupa dengan kulitnya. Huh! Kalau dia adalah seorang semut kecil merah yang menggigit lenganku, pasti sudah aku cubit dan tabok berkali kali.
Tapi, di lain kesempatan, ketika aku bisa mendengarkan ceritanya sedikit demi sedikit, aku menemukan sebuah informasi yang sangat menarik untuk seorang konselor. Adalah masa lalunya yang cukup kelam. Ia adalah seorang anak yang telah ditinggal Ayahnya bertahun tahun. Sejak SD bahkan sebelum SD, dia sudah tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Mungkin sampai sini kita masih mewajarkan. Tetapi lebih parahnya lagi, dia juga tidak akur dengan ayahnya ketika bertemu. Bahkan dia juga tidak tahu menahu apakah ayahnya telah menikah lagi dengan orang lain atau tidak. Ia juga tidak tahu apakah Ayahnya telah mempunyai keluarga lagi atau tidak. Mungkin kebenciannya terhadap ayahnya telah memuncakkan rasa acuh tak acuh kepada orang yang seharusnya menjadi pemimpin keluarganya. Temanku tidak hanya kehilangan sosok ayah di dalam keluarganya, tapi juga kehilangan sosok role model yang baik untuk dirinya.
Sampai sini aku mulai memahami. Bahwa ketika akan melakukan judgement terhadap sesuatu, aku harus melakukan perjalanan observasi yang panjang. Bagaimana dengan masa kecilnya? Bagaimana dengan keluarganya? Apakah dia didukung cita-citanya oleh orang lain? Apakah dia pernah mengalami pelecehan seksual? Dan berbagai deret pertanyaan lain yang pasti akan memusingkan.
Kita, tidak bisa memberi cap kepada seseorang hanya karena dia berbuat salah hari ini, tapi kita juga harus melihat lebih jauh kenapa dan rentetan peristiwa apa yang membuat dia melakukan ini.
Day 20/30
Note:
Tulisan ini adalah hasil karyaku mengikuti tantangan 30 Writing Challenge. Selain berbentuk tulisan, aku juga menyempurnakan gagasan yang tertuang disini dalam bentuk gambar seperti yang teman-teman bisa lihat diatas. Gambar tersebut adalah hasil karya Artificial Intelligence yang selalu berkaitan dengan topik yang sedang diangkat, agar bisa lebih membawakan emosinya.
Terimakasih telah membaca!
14 notes · View notes
tangerangraya · 4 months
Text
Pasca Disetubuhi Ibunya, Anak Berusia 4 Tahun Alami Perubahan Perilaku
Tangerang Selatan – Bocah empat tahun berinisial R diperkirakan mengalami perubahan perilaku usai berhubungan badan dengan ibunya R (22) yang viral. Keluarga suami R, Nur Kamila (42) memaparkan bocah itu disebut menjadi mudah nafsu ketika melihat perempuan. “Anaknya sih memang sudah aneh, kalau melihat cewek suka gusel-gusel gitu. Kayak sudah terbiasa digituin. Kayak nafsu gitu,” terangnya,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
srabittaa · 1 year
Text
Sungguh Berat Ujian Kita Hari Ini.
Wah, tantangan hari ini semakin berat ya, hari ini kita harus menghadapi konotasi negatif terhadap warna pelangi dan bulan Juni. Bukan hal tabu lagi menyukai sesama, tidak perlu malu unjuk diri atas penyimpangan gender. Justru hal aneh tidak berbuat dosa diluar nikah. Maka bersama kita katakan, sungguh berat ujian kita hari ini.
Hari ini kita ada dimasa dimana open minded sudah bergeser makna menjadi toleransi terhadap hal yang salah, toleransi kemaksiatan dengan alasan gak perlu lah urusin hidup orang, urus aja hidup lo sendiri yang penting kan dia tidak merugikan orang lain. Hari ini kita ada di era bukan lagi takut akan dosa dan murka Allah tetapi lebih takut karena viral dan penghakiman orang lain. Sungguh berat ujian kita hari ini.
Sungguh berat masa yang akan anak-anak kita hadapi, dulu keluarga adalah tempat teraman untuk berlindung dan kembali dari segala hal buruk yang ada diluar, hari ini keluarga menjadi presentase paling tinggi atas pelaku kekerasan dan pelecehan seksual. Predator yang ditakuti justru banyak berasal dari orang terdekat dan institusi penegak hukum. Sungguh berat ujian kita hari ini. 
Tidak ada kata cukup hari ini, apa itu bersyukur? selama barang branded dan gengsi belum terpenuhi, bahagia hanya angan. Dengan dalih menjadi diri sendiri, tidak menghargai dan bertingkah semena-mena adalah wajar. Sungguh berat ujian kita hari ini.
4 notes · View notes
bstaywithme · 2 years
Text
Hai sebut saja aku malaikat kecil .
Aku ingin bercerita tentang kisah hidup ku dimasa kecil, aku terlahir dari keluarga broken home.
Itulah mengapa Tuhan kasih aku kakek dan nenek yang sangat baik yang menjaga dan merawat aku ketika kecil.
Ketika aku kecil mama dan papa aku pisah dan aku ikut dengan mama.
Mama setiap hari bekerja demi menghidupi dan menyekolahkan anak”nya.
Sampai kesibukan itu membuat mama tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang yang utuh kepada aku.
Waktu kecil yang aku fikirkan hanya bermain dan tertawa dan aku sangat cengeng.
Perhatian dan waktu kakek dan nenek yang diberikan padaku ternyata itu petaka untuk aku, yang membuat anak” dari kakek dan nenekku membenci aku sejak kecil.
Aku sangat ingat, bagaimana mereka memperlakukanku dan berkata kepadaku.
Aku seperti anak ayam yang tidak mempunyai induk yang bisa melindungiku ketika aku selalu disalahkan dan dimarahi.
Aku takut, aku selalu sendirian bermain sendiri. Orang tua ku pun tidak pernah ada untukku.
Aku masih ingat bagaimana rasanya mama yang selalu memarahi ku, menamparku ketika aku kecil. tapi aku paham, mama seperti itu karna stress dan cape harus bekerja dan banting tulang untuk anak”nya.
Tapi aku juga korban pelecehan dari orang” terdekat ku. Aku takutttt sekali.
Ayahku? Jangan ditanya, ayah dari dulu sudah sering menyakiti mama melakukan kekerasan tidak tanggung jawab dan bermain perempuan bahkan nikah siri ketika aku masih kecil.
Aku sakit sekali mendengarnya ketika mama menceritakan itu.
Hahahahahahahahahahaha.
Hidup masa kecil aku sudah hancur dan hanya diisi dengan penderitaan, tangisan, tekanan dan trauma.
Ulang tahun pun aku tidak pernah merasakannya seumur hidupku. Aku tidak pernah diucapkan Selamat Ulang Tahun dan tidak boleh merayakannya.
Aku sakit sejak kecil, aku sudah stress sejak kecil dan aku sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sejak kecil.
Seharusnya anak sekecil aku harus merasakan kebahagiaan tapi karna ke egois an orang tua aku menjadi korban.
Trauma dan penyakit tidak bisa disembuhkan, karna sejak kecil aku sudah luka dan tergores.
Aku trauma dengan orang” jahat ntah itu lisan dan perbuatannya ketika aku masih kecil.
Aku takut sama semua orang tidak ada yang bisa melindungi ku di dunia ini satupun. Semua orang terasa jahat bahkan orang” terdekat ku yang seharusnya melindungi dan menjaga ku.
Bagiku yang tidak pernah menyakitiku hanya kakek dan nenek ku.
Aku sangat merindukan kalian di Surga sana.
Kakek nenek lihat aku yaa… datangi aku…. dan bawa aku ikut bersama kalian ke Surga.
Aku capek, sejak kecil sampai sekarang aku tidak pernah merasakan arti kebahagiaan kehangatan.
(from Desember 97)
8 notes · View notes
beritatangerang · 2 years
Text
Pentas Drama Jadi Cara Forum Anak Kota Tangerang Cegah Kekerasan Seksual
Pentas Drama Jadi Cara Forum Anak Kota Tangerang Cegah Kekerasan Seksual
Kliktangerang.com – Forum Anak Kota Tangerang (FAKT) terus melakukan berbagai upaya mencegah kekerasan seksual terhadap anak, salah satunya melalui pentas drama. Dalam Lakon Suara Anak (LAKSA) dengan judul “Amankan Kawan” yang digelar di Gedung Seni Budaya, pada Jumat 9 Desember 2022, menceritakan tentang seorang anak SMP yang menerima kekerasan seksual setiap dia pulang sekolah, hingga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
renunganku25 · 2 years
Text
Friendly
Menjalin koneksi dengan banyak teman memang lah baik, bahkan islam sangat menganjurkan untuk memperbanyak teman dan menjauhi permusuhan. Namun kiranya mesti digaris bawahi juga, bahwa dalam pertemananpun ada batasannya.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kehidupan seseorang, sampai permasalahan pertemanan pun diajarkan. Sebagai umat muslim tentulah sangat jelas; carilah teman yang dapat menghantarkanmu menuju ridho tuhan, bukan justru menjauhinya. Pertemanan yang baik adalah pertemanan yang membuatmu semakin taat kepada tuhan.
Akhir-akhir ini banyak dijumpai aksi pelecehan yang terjadi di masyarakat, bahkan sudah memasuki ranah pendidikan yang katanya berisi orang-orang terdidik. Tapi faktanya kini berbeda, justru mereka malah bangga terhadap perbuatan tak mendidik.
Beberapa hari yang lalu sampai sebuah berita pelecahan kepada saya. Di mana korbannya adalah teman saya sendiri. Memang tidak logis jika diterka oleh akal semata; anak berpendidikan agama tinggi yang seharusnya paham soal agama justru seperti tak paham sama sekali.
Emosi? Jelas!. Ketika berita itu sampai ke saya jelas saya sangat emosi; sampai teman sekitar heran melihat saya teriak kencang bak sambaran petir di siang hari tanpa awan hitam. Semua ini tidak lain bermula dari istilah "Friendly". Yang membuat saya bertambah ilfeel dengan sesosok friendly.
Tersusunnya untaian ini tidak lain sebagai pengingat, bahwa dalam pertemananpun ada batasannya. Memang terkadang kita hanya menganggap "Hanya temanan aja kok, amanlah..., soalnya aku friendly orangnya". Namun perlu diingat, bahwa itu tidaklah memungkiri adanya godaan setan. Dan sejatinya yang merugi adalah diri kita sendiri, terutama perempuan.
Berhati-hatilah!. Selagi bisa berteman dengan yang bukan lawan jenis, kenapa harus sama yang lawan jenis? Semoga Allah jaga pandangan dan hati kita untuk orang yang akan menemani di masa depan nanti. Aamiin.
International Women's Day
8 Maret 2023
3 notes · View notes