Tumgik
#acara pernikahan 2017
hellopanda69 · 2 months
Text
Menguak Fakta di The Big Sick Kisah Cinta Kumail Nanjiani
Tumblr media
The Big Sick, film yang dirilis pada tahun 2017, adalah komedi-drama yang disutradarai oleh Michael Showalter dan ditulis oleh Kumail Nanjiani dan Emily V. Gordon. Film ini mengisahkan perjalanan cinta nyata antara Kumail Nanjiani dan Emily V. Gordon, yang juga berfungsi sebagai penulis naskah dan produser film ini. Berdasarkan pengalaman pribadi mereka, film ini menggabungkan elemen komedi dan drama untuk menceritakan kisah yang penuh emosi dan menginspirasi.
Latar Belakang Kisah
Kumail Nanjiani, seorang komedian dan aktor keturunan Pakistan, bertemu Emily V. Gordon, seorang penulis dan komedian, saat mereka menghadiri acara stand-up comedy di Chicago. Keduanya segera menjalin hubungan romantis yang mendalam. Namun, tantangan muncul ketika Emily jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit, sementara Kumail harus menghadapi konflik budaya dan keluarga.
Konflik Budaya dan Keluarga
Salah satu tema utama dari "The Big Sick" adalah perbedaan budaya yang dihadapi Kumail dan Emily. Kumail, yang berasal dari keluarga Muslim Pakistan, menghadapi tekanan untuk memenuhi harapan keluarganya mengenai pernikahan dan kehidupan pribadi. Keluarganya sangat mengharapkan agar Kumail menikahi wanita dari latar belakang budaya yang sama, yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan Kumail dan Emily.
Film ini juga menggambarkan bagaimana Kumail berjuang untuk mempertahankan hubungan mereka sambil menghadapi ekspektasi keluarga dan tantangan pribadi. Konflik budaya ini menjadi salah satu elemen dramatis yang menggerakkan cerita dan memberikan kedalaman pada karakter-karakter dalam film.
Krisis Kesehatan dan Dukungan
Plot film mengambil alur dramatis ketika Emily tiba-tiba jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Emily didiagnosis dengan penyakit langka yang mengharuskannya menjalani perawatan medis intensif. Kumail, yang sebelumnya menghadapi kesulitan untuk mendekati orang tua Emily, terpaksa berurusan dengan mereka saat Emily dalam kondisi kritis.
Dalam film, Kumail harus menghadapi tantangan emosional dan psikologis yang berat saat merawat Emily dan berusaha mendapatkan dukungan dari keluarganya sendiri. Hubungan antara Kumail dan orang tua Emily, yang dimainkan oleh Holly Hunter dan Ray Romano, berkembang menjadi hubungan yang penuh emosi dan kompleks.
Kesimpulan dan Inspirasi
"The Big Sick" berhasil menggabungkan elemen komedi dan drama untuk menggambarkan perjalanan cinta yang penuh dengan tantangan dan keindahan. Film ini mengangkat tema-tema penting seperti perbedaan budaya, dukungan keluarga, dan kekuatan cinta sejati. Dengan penampilan yang kuat dari Kumail Nanjiani, Emily V. Gordon, Holly Hunter, dan Ray Romano, film ini menawarkan pandangan yang mendalam dan menghibur tentang bagaimana cinta dan komitmen dapat mengatasi berbagai rintangan.
Kisah nyata di balik "The Big Sick" adalah contoh yang inspiratif tentang ketahanan cinta dan hubungan manusia di tengah konflik budaya dan tantangan pribadi. Film ini memberikan penghormatan kepada keberanian dan dedikasi Kumail dan Emily dalam mengatasi rintangan dan membangun hubungan yang penuh arti, sambil menyoroti bagaimana cinta dapat berkembang dalam situasi yang paling tidak terduga.
0 notes
baliportalnews · 11 months
Text
Pameran Telur Setengah Matang: Merespon Isu Kehamilan Anak dengan Seni Ala Bali
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Sebuah gayor alias dekorasi acara pernikahan di Bali menghiasi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali. Tapi penampilannya tampak tak biasa karena ada ornamen telur putih yang memagari pintu, bahkan berada di tangan figur sang dewi. Gayor tersebut merupakan salah satu karya seni yang dipajang dalam pameran bertajuk MANUSIA: Telur Setengah Matang, pada 23-39 Oktober 2023. Melanjutkan seri pameran MANUSIA: Coming of Age yang pertama kali diadakan di Dharma Negara Alaya pada Mei lalu, pameran kali ini kembali mencoba untuk merespon isu-isu terkait kesehatan seksual dan reproduksi dengan cara yang berbeda. Dalam mempersiapkan pameran ini, PKBI Daerah Bali berkolaborasi dengan Gurat Institute, sebuah kolektif seniman Bali yang berfokus pada program riset, dokumentasi, pengkajian dan pengembangan kebudayaan (visual culture), melalui presentasi gelaran seni rupa dan karya-karya kolaboratif yang melibatkan lintas seniman. “Fenomena kehamilan remaja ini dari dulu memang cukup tinggi di Indonesia, khususnya di Bali,” ujar Ni Luh Eka Purni Astiti, Direktur Eksekutif PKBi Daerah Bali. Pernyataan ini sejalan dengan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2017, dimana hampir 2 dari 3 perempuan usia 20-24 tahun yang menikah sebelum usia 18 tahun hamil pertama kali di bawah usia 18. Indeks Pembangunan Pemuda Tahun 2019 pun mencatat, proporsi remaja berusia 15–18 tahun di Provinsi Bali yang pernah menikah dan sedang hamil sebesar 23,40% tergolong relatif besar dan bahkan melebihi angka nasional (16,67%). “Pameran ini adalah uji coba kami untuk membungkus edukasi bukan hanya ceramah, tapi juga informasi yang disampaikan melalui seni. Jadi kami juga menggaet stakeholder dan seniman yang mungkin sebelumnya jauh dari isu kesehatan reproduksi dan seksual,” lanjut Eka Purni. Menurutnya, seri pameran MANUSIA ini selalu diadakan untuk menanggapi data-data terkait dunia remaja termasuk soal bullying berbasis gender, kesehatan mental, kehamilan dan perkawinan remaja. Sebagai kurator, Savitri Sastrawan dari Gurat Institute pun sempat merasa bahwa tema dan isu yang diangkat cukup berat. Namun, ia merasa senang karena pameran ini membuka kolaborasi  dengan seniman-seniman muda yang siap di-challenge untuk merespon tema.  “Selama diskusi, kami juga mendengarkan PKBI terkait pesan apa yang ingin disampaikan di beberapa karya,” ceritanya. Savitri pun menjelaskan, judul ‘Telur Setengah Matang’ sebenarnya terinspirasi dari sebuah film pendek berjudul sama yang disutradarai oleh seniman muda bernama Reni Apriliana. Di dalam film, simbolisasi remaja dengan telur pun dirasa cocok untuk menggambarkan situasi yang terjadi pada isu kehamilan dan perkawinan remaja. Disamping itu, Savitri mengajak beberapa perupa muda Bali baik individu maupun kelompok untuk berkarya berdasarkan narasi serta simbol lokal di Bali sendiri. “Simbol-simbol tentang janin, kehamilan, kehidupan, serta kemanusiaan kurasa seringkali diceritakan melalui Lukis Wayang Kamasan maupun pertunjukan Wayang Kulit,” jelasnya. Pameran ini pun menampilkan tujuh karya dari seniman, komunitas dan organisasi yang berfokus pada isu perkawinan dan kehamilan remaja untuk merespon isu yang sama. Masih mempertahankan aspek kolaboratif dalam beberapa karyanya, PKBI Daerah Bali bekerja sama dengan Lentera Anak Bali (LAB), SOS Children’s Village, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lain untuk berkontribusi menciptakan Seruan Remaja, Suara Remaja, dan Cerita-Cerita Telur Setengah Matang. Seruan remaja adalah karya fotografi yang melibatkan 23 orang dari berbagai usia dan latar belakang untuk memotret menggunakan teknik Photo Voices. Masing-masing fotografer diminta untuk mengambil gambar benda atau suasana apa yang mengingatkan mereka pada isu perkawinan dan kehamilan remaja.  Walaupun terlihat sederhana, namun ternyata teknik fotografi ini mampu mengantarkan cerita-cerita terkait usaha pengguguran kandungan yang bahaya, kesehatan mental, bahkan pengalaman dari remaja itu sendiri yang sudah memiliki anak. Menggunakan media yang berbeda, Suara Remaja pun adalah suatu karya yang melibatkan sejumlah Komunitas anak muda dan LSM di Bali dalam forum group discussion (FGD). Di dalam FGD tersebut, para peserta mendiskusikan dan merumuskan rekomendasi untuk merespon kasus kehamilan dan perkawinan remaja. Hasil FGD dirangkum dan dibuatkan Graphic Recorder dan akhirnya dipajang di pameran MANUSIA: Telur Setengah Matang. Terinspirasi dari proses, cerita, dan pengalaman peserta dari kedua karya di atas, Cerita-Cerita Telur Setengah Matang pun muncul sebagai sebuah karya di pameran ini. Karya ini adalah video berdurasi 9 menit berisikan testimoni, puisi, dan narasi dari teman terdekat dan ibu muda itu sendiri yang berkaitan dengan isu perkawinan dan kehamilan remaja. Tak hanya itu, sentuhan seni khas Bali pun masuk sebagai respon seniman terhadap isu ini dan tercermin di karya Gayor Telur Setengah Matang, Rarekumara #2 dan #3, dan Life is Sacred (Fragmen of Bima Swarga). Gayor Telur Setengah Matang merupakan karya dari Raka Dalem Bernat yang menggunakan beberapa simbol dan objek dari cerita serta simbol kelahiran manusia dalam Wayang Bali dengan teknik ulatan dan penumpukan. Sebagai hiasan khas acara pernikahan, Gayor ini memberikan kesan menarik yang secara tak langsung menyiratkan pesan soal pernikahan muda lewat simbol-simbol  telur di sekitarnya. Rarekumara #2 dan #3 adalah karya I Gede Sukarya yang terinspirasi dari cerita Tumpek Wayang atau dikenal dengan cerita Sapu Leger. Menggunakan tatahan kulit layaknya pertunjukan wayang, Sukarya mengekspresikan penampakan Rare Kumara berdenyut dalam perut ibu. Selanjutnya, Life is Sacred (Fragmen of Bima Swarga) dari kolektif Iluh Bali juga menceritakan kembali penggambaran Kerta Gosa dalam cerita Bima Swarga Wayang Kamasan. Iluh Bali pun menceritakannya kembali dengan kreasi visual mereka yang  mengekspresikan apapun yang menjadi pilihan seorang perempuan terhadap kandungannya, sudah seharusnya merupakan hak pilih perempuan tersebut dalam menjalani kehidupannya. Terakhir, terdapat karya Klinik Bersalin dan Wall of Hope sebagai instalasi untuk merespon ruang PKBI Daerah Bali. Klinik Bersalin merupakan replikasi suasana dan ruang klinik yang dulunya dipakai oleh Klinik Catur Warga untuk meberikan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja, perempuan, dan keluarga. Setelah menikmati semua karya, pengunjung pun bisa ke ruang Wall of Hope dimana mereka bisa menggambar, melukis, dan menuliskan kesan pesannya sebebas mungkin.(bpn) Read the full article
0 notes
rockrzone · 1 year
Text
Delik Perzinaan di Persimpangan Norma Agama dan Hukum Negara
Pada Senin tanggal 9 Oktober 2023, seorang oknum dosen UIN Raden Intan Lampung yang telah beristri terpergok oleh warga tengah berduaan dengan mahasiswinya. Dilansir dari keterangan Humas Polda Lampung, mereka mengaku telah berhubungan badan hingga enam kali. Pada akhirnya, pihak rektorat memutuskan agar sang dosen dipecat, sedangkan mahasiswi dijatuhi sanksi drop out.
Walaupun sempat diamankan di Polda Lampung, akan tetapi keduanya dilepas pada Rabu tanggal 11 Oktober 2023. Alasannya, polisi menyatakan tidak dapat melanjutkan proses penyidikan disebabkan pihak yang berhak tak membuat laporan. Buntutnya, dalam beberapa hari terakhir bermunculan opini warganet yang pada intinya mengkritisi alasan dilepasnya para pelaku.
Sebagai negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam, perzinaan memiliki definisi yang berbeda dalam perspektif hukum Islam dan hukum negara. Di hukum Islam, secara umum perzinaan didefinisikan sebagai persenggamaan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya, tanpa memandang apakah masing-masing pelaku terikat pernikahan atau tidak. Definisi tersebut menjadi perbedaan pertama jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 284 ayat (1) KUHP yang menentukan delik zina (overspel) hanya berlaku bagi laki-laki dan/atau wanita yang telah menikah. Dengan kata lain, pelaku zina suka sama suka yang keduanya tak terikat pernikahan sama sekali tidak dapat dihukum pidana.
Perbedaan kedua, QS An-Nur ayat 4 mensyaratkan empat orang saksi apabila seseorang hendak menuduh terjadinya perzinaan. Aturan ini dapat dipahami karena ganjaran zina sangatlah berat, yakni meliputi hukuman cambuk, pengasingan, bahkan hingga rajam. Maka dari itu, hukum Islam mensyaratkan standar pembuktian yang tinggi demi mencegah fitnah palsu. Bandingkan dengan ketentuan hukum negara pada Pasal 284 ayat (1) KUHP yang mengancam pelaku dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan. Standar pembuktian yang ditentukan pun serupa dengan tindak pidana lain, yakni dua alat bukti yang sah dan menimbulkan keyakinan bagi hakim.
Perbedaan ketiga sekaligus yang paling sering keliru dimengerti, Pasal 284 ayat (2) KUHP mensyaratkan adanya pengaduan dari pasangan sah pelaku zina. Artinya apabila tidak ada pengaduan dari suami atau istri pelaku, maka polisi tak berwenang untuk melanjutkan penyidikan. Dalam doktrin, jenis tindak pidana yang mutlak mensyaratkan aduan seperti ini dikenal sebagai delik aduan absolut (Utrecht, 1986:260).
Teori mengenai aduan absolut pada hukum pidana konvensional di atas sama sekali tidak dikenal dalam hukum Islam. Artinya, perzinaan merupakan delik umum yang dapat diadukan oleh siapa pun selain pasangan sah pelaku. Padahal jika diterapkan dalam sistem hukum negara, praktik ini justru akan mengakibatkan pelanggaran hukum acara. Sebagai contoh, Pengadilan Negeri Cibinong melalui putusan Nomor 09/Pid.B/2017/PN.Cbn menyatakan dakwaan penuntut umum tidak dapat diterima karena pada berkas perkara tidak ditemukan pengaduan dari korban, melainkan hanya terdapat laporan polisi dan surat kuasa (M. Irsan Arief, 2021:240).
Dalam pemahaman masyarakat awam, perzinaan merupakan kasus yang sangat menarik atensi sekaligus menimbulkan kompleksitas yuridis. Disebabkan perbedaan perspektif mengenai definisi dan persyaratan pengaduan, akan sangat mudah bagi publik untuk keliru menilai pengambilan kebijakan dalam penanganan perkara zina. Maka dari itu, literasi dan pemahaman secara komprehensif sangat diperlukan untuk menghindari opini misleading yang tidak disertai dengan kecukupan landasan normatif.
0 notes
zasckiiiaaa · 1 year
Text
Sejarah Rendang Padang: Perjalanan Sebuah Kuliner Legendaris
Tumblr media
Rendang Padang merupakan salah satu hidangan kuliner yang sangat terkenal di Indonesia. Kelezatannya telah merambah ke berbagai belahan dunia, menjadi salah satu makanan Indonesia yang paling diakui secara internasional.
Dalam artikel ini, kita akan melihat perjalanan panjang sejarah rendang Padang, mulai dari asal-usulnya hingga pengakuan global yang diterimanya saat ini.
Tak hanya itu, artikel ini juga akan mengupas bagaimana rendang Padang meraih pengakuan internasional sebagai salah satu makanan yang harus dicoba dalam daftar kuliner dunia.
Dengan begitu, kita akan lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia yang terwujud dalam sepotong rendang Padang yang lezat.
Sejarah Rendang Padang
Sejarah rendang Padang dapat ditelusuri hingga akar budaya Minangkabau, sebuah suku bangsa yang bermukim di wilayah Sumatra Barat, Indonesia.
Rendang sendiri merupakan hidangan daging yang dimasak dalam campuran rempah-rempah dan santan kelapa yang kental. Menurut legenda, rendang berasal dari abad ke-16, pada masa Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Hidangan ini dipercaya awalnya dipersembahkan sebagai hidangan istimewa dalam acara-acara adat, perayaan, dan upacara keagamaan. Rendang juga sering disajikan dalam pesta pernikahan, khitanan, atau acara-acara penting lainnya sebagai simbol kemewahan dan kecintaan terhadap tamu.
Proses memasak rendang pada awalnya dilakukan oleh perempuan Minangkabau yang terampil dalam menggunakan rempah-rempah lokal. Mereka akan mencampurkan bumbu-bumbu seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, serai, lengkuas, jahe, kemiri, kayu manis, dan lainnya dengan daging yang dipotong menjadi potongan-potongan kecil.
Setelah itu, daging dan bumbu-bumbu akan dimasak dalam santan kelapa yang dikeringkan hingga meresap ke dalam daging dan bumbu-bumbu tersebut.
Keunikan rendang terletak pada proses pemasakan yang sangat lambat dan lama. Proses ini dikenal dengan istilah "memasak rendang dengan api kecil". Dalam beberapa resep tradisional, rendang dapat memakan waktu hingga berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Selama proses pemasakan ini, rempah-rempah meresap ke dalam daging, santan kelapa menyusut, dan kekentalan serta aroma yang khas dari rendang terbentuk.
Seiring berjalannya waktu, rendang tidak hanya dihidangkan dalam acara adat atau upacara keagamaan, tetapi juga menjadi hidangan sehari-hari di masyarakat Minangkabau. Rendang menjadi makanan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, yang disajikan sebagai lauk dalam makanan utama.
Baca Juga: Peluang Usaha Abon Ayam : Bagaimana Cara Memulai Usaha Abon Ayam
Rendang Sebagai Warisan Budaya
Pada era modern, rendang Padang mulai menyebar ke luar Minangkabau dan menjadi hidangan yang populer di seluruh Indonesia.
Rendang Padang ditemukan di berbagai restoran dan warung makan di seluruh negeri, bahkan menjadi hidangan wajib dalam sajian nasi Padang yang terkenal.
Prestasi rendang Padang juga tidak terbatas di dalam negeri. Pada tahun 2011, rendang Padang berhasil mendapatkan pengakuan sebagai "Hidangan Warisan Budaya Tak Benda" dari UNESCO. Pengakuan ini menegaskan nilai budaya dan sejarah rendang sebagai warisan yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Sejak itu, rendang Padang juga semakin mendapatkan perhatian di tingkat internasional. Pada tahun 2017, rendang Padang berhasil mendapatkan gelar "Makanan Terlezat di Dunia" dalam ajang "World's 50 Best Foods" yang diselenggarakan oleh CNN International. Prestasi ini menunjukkan kepopuleran rendang sebagai hidangan yang menggugah selera di seluruh dunia.
Sejarah rendang Padang menggambarkan perjalanan panjang hidangan ini dari akar budaya Minangkabau hingga mendapatkan pengakuan global yang tinggi.
Kekayaan rempah-rempah, tradisi memasak yang turun-temurun, serta cita rasa yang tak tertandingi telah menjadikan rendang Padang sebagai salah satu kuliner legendaris yang terus memikat lidah orang-orang di berbagai belahan dunia.
0 notes
menungguminggu · 2 years
Text
Tentang Lulus dan Berpamitan
Beberapa minggu yang lalu seorang mahasiswa dari angkatan 2017 mengundang saya ke sebuah kafe murah (permintaan saya sendiri, maklum dosen kéré) untuk berkonsultasi soal skripsi. Singkat cerita pertemuan yang awalnya saya pikir akan berjalan selama satu jam itu molor hingga tiga jam lebih. Alasannya standar. Konsultasinya cuma dua puluh menit sisanya cerita ngalor-ngidul. Yang jelas ada dua pelajaran penting yang saya dapat dari obrolan malam itu. Yang pertama saya baru tahu kalau gerombolan laki-laki garang kumpul di kafe remang-remang itu ya ujung-ujungnya juga cuma curhat panjang. Yang kedua adalah betapa kelulusan dan berpamitan itu hanya satu fase singkat dari cerita yang harus ditempuh manusia. Sebuah awal dari perjalanan panjang yang bernama kedewasaan dan usia dua puluhan.
Tulisan ini pun adalah catatan refleksi kecil saya sebagai dosen pada kalian yang akan lulus dan berpamitan saat wisuda.
LULUS
Selamat. Setidaknya kalian sekarang bisa menjawab satu pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan lain dalam hidup. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam basa-basi acara kawinan keluarga atau kumpul rapat RT. Berupaya menyelesaikan skripsi secepat mungkin dengan harapan bisa menjawab dengan tegas pertanyaan seorang budhe atau tante menyebalkan yang sok bertanya soal progress hidup di acara resepsi pernikahan sepupu seangkatan (yang sialnya sudah kerja mapan dan sudah bisa punya mobil sendiri). Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan muncul terus tanpa henti. Kalau dipikir-pikir ganjil juga, berupaya keras penuh luka dan darah hanya untuk menjawab pertanyaan orang asing yang sebenarnya tidak terlalu punya andil dalam hidup. Tapi toh pertanyaan-pertanyaan itu kita terima sebagai sebuah kewajaran dalam hidup. Apapun motivasi yang mendorongmu untuk lulus, sekarang kamu sudah melewatinya. Sekali lagi selamat.
Saya pikir mungkin tulisan ini awalnya akan berisi wejangan-wejangan hidup bagi kalian yang akan lulus. Harapan soal kesuksesan dan kemapanan, atau permintaan agar kalian bisa membanggakan nama departemen dengan menjadi ‘orang luar biasa’ setelah wisuda. Agar kalian bisa dipanggil lagi untuk sharing cerita kejayaan di acara webinar fakultas, kata salah seorang rekan dosen dari departemen sebelah. Tapi kemudian saya ingat bahwa saya ini juga ndak sukses-sukses amat. Uripku yo ngene-ngene wae. Saya masih struggling dengan pilihan-pilihan hidup yang datang silih berganti. Yang saya sadari setelah lulus S1 delapan tahun yang lalu adalah bahwa yang namanya perjalanan hidup itu rumit dan tidak tertebak. Adalah sebuah kemunafikan yang hakiki jika saya berani menuntut kesuksesan pada mahasiswa padahal saya tahu yang namanya hidup itu tidak pernah sesuai rencana.  Mungkin alasannya karena saya juga pernah mengalami berada di titik penuh dilema dan kegamangan seperti yang kalian alami sekarang. Kegamangan tentang menjadi pegawai atau membuka usaha sendiri, kegamangan soal hidup yang nggak tahu harus dibawa kemana, dilema soal tuntutan segera menikah dengan pacar sementara rencana hidup sendiri masih belum jelas, gamang apakah mencari kerja berprospek besar di jakarta atau cari kerja di Surabaya sambil ngopeni orang tua, dan lain sebagainya. Dilema-dilema itu sayangnya tidak pernah dibahas dalam pidato rektor saat wisuda atau angket pencapaian alumni walaupun hampir semua orang mengalaminya.
Di usia saya yang baru 32 tahun ini, dengan pemahaman soal hidup yang masih dangkal dan mungkin masih idealis ini, satu hal yang saya sadari bahwa sukses itu ternyata adalah konsep yang rumit. Sukses juga tidak selalu sama dengan bahagia. Hidup kita tidak sesederhana dihitung berdasarkan jumlah pencapaian dan superioritas pada orang lain. Ada seorang teman SMA saya yang profesinya sebenarnya biasa-biasa saja padahal pas SMA dan kuliah dia jago luar biasa. Kehidupannya sekarang malah bisa dibilang nggak terlalu berkesan dibandingkan teman-temannya sekelas dulu waktu SMA. Tapi dengan pilihan hidupnya itu ia bisa menjaga ayahnya di rumah dan diberikan kesempatan oleh Gusti Allah untuk menemani sang Ayah hingga di akhir hayatnya. Dia bicara pada saya dengan wajah yang luar biasa bahagia. Kawan saya yang lain dengan rela meninggalkan pekerjaannya di agensi iklan ternama nasional dan pindah ke NGO tak dikenal karena ia merasa kebahagiaannya muncul saat bisa berguna dan membantu orang lain. “Tempatku rasanya memang di sini Ngga..” katanya pada saya sambil tersenyum. Dari semua pengalaman itu saya menyadari bahwa kesuksesan dan kebahagiaan itu adalah sebuah hal yang berbeda. Jika memang sekolah di luar negeri, menjadi dosen di universitas terkenal, berkarir di perusahaan multinasional, dan semua pencapaian lain itu adalah sumber kebahagiaan, lalu mengapa banyak sekali kawan yang curhat mengenai betapa kompleks dan sulit kehidupan mereka?  Apa hidup ini ya cuma soal pekerjaan dan prestasi? Apakah hidup yang biasa saja tapi dijalani dengan sepenuh hati dan penuh syukur itu tidak lebih hebat dibandingkan dengan prestasi dan pencapaian besar yang lain?
Satu-satunya doa saya bagi kalian yang lulus adalah agar kalian bisa berbahagia. Benar-benar bahagia, bukan ‘bahagia’ dalam bentuk pembuktian putus asa pada publik atau topeng yang dipasang di Instagram untuk meyakinkan dirimu sendiri bahwa semua memang baik-baik saja. Bahagia dalam bentuk penerimaan, atas apa-apa yang kamu miliki dan dapatkan saat ini. Walaupun kamu belum berada di puncak, walaupun kamu masih berjuang dan berdarah-darah dalam upaya bertahan menjalani hidup, walaupun rasanya semua di sekitarmu bergerak maju dan meninggalkanmu di lintasan belakang. Tidak ada hal yang paling saya harapkan selain kamu bisa menemukan kebahagiaan dan menerima dan selesai dengan dirimu sendiri. Saya juga berharap kalian tidak buta pada keinginan untuk mencapai hal-hal yang lebih agung, pada pembuktian sia-sia bernama ketenaran dan superioritas, tapi lupa atas hal-hal baik yang telah kalian miliki. Ada begitu banyak yang bisa diapresiasi, disyukuri, dan dirayakan dalam hidup. Wajah bapak ibu yang masih tersenyum sehat setiap pagi, secangkir teh hangat di sore yang hujan, malam yang dihabiskan dengan buku bagus dan istirahat yang cukup, tawa dengan teman di Minggu sore, dan ribuan momen sederhana lain yang menjadi bagian keseharian. Tidak ada yang salah dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Yang salah adalah tidak berupaya sebaik mungkin. Kalau ada yang saya sadari saat dewasa ini adalah tidak ada kebahagiaan yang didapat dari upaya buta untuk membuktikan sesuatu pada orang lain. Hidup yang penuh komparasi dengan orang lain adalah pertempuran tanpa akhir karena satu-satunya rasa bahagia yang didapat hanyalah saat kamu merasa lebih hebat, kaya, superior dibandingkan orang lain. Jalan hidupmu sebagai ibu rumah tangga, penulis novel yang tidak kunjung mendapatkan penerbit, mahasiswa program S2 karena bingung mau kemana, pekerja startup yang bergulat dengan lembur dan gaji di bawah UMR, atau pencari kerja yang kenyang dengan kekecewaan tidak kurang heroik dan luar biasa dibandingkan dengan temanmu yang nampak bahagia bersekolah di luar negeri, bekerja di perusahaan ternama, atau berpose dengan pasangannya di acara pernikahan. Jalan hidupmu adalah milikmu sendiri, dan tidak ada satupun prestasi orang lain di luar sana yang bisa mengurangi makna perjalanan dan cerita hidup yang kamu jalani.              
Harapan saya pada kalian adalah ini: pada suatu hari kalian menyadari bahwa kalian sudah tidak perlu membuktikan apa-apa lagi. Kalian, dengan semua kekurangan dan cerita hidup yang kalian punya, adalah sebuah alasan yang cukup untuk dirayakan.
 BERPAMITAN
Mungkin tidak ada yang paling menyadari makna berpamitan selain guru dan dosen.  Dan yang baru saya sadari sebagai dosen muda adalah betapapun kami para dosen berupaya menjaga hubungan profesional dengan mahasiswa akan selalu ada sedikit perasaan melankolis setiap waktu wisuda. Sejumput perasaan bangga dan sesendok rasa bittersweet saat melihat sosok-sosok bertoga yang dulu selama empat tahun selalu datang dengan wajah mengantuk sambil mengutuk tugas-tugas yang kami berikan. Sosok-sosok yang sekarang nampak tertawa lepas di story instagram diiringi ucapan selamat dan guyuran doa. Entahlah. Mungkin pada satu titik kami merasa iri pada kebahagiaan masa muda yang kalian tunjukkan. Atau mungkin kami merasakan sedikit pencapaian dan kebanggaan karena kami merasa bisa mengantarkanmu sampai di titik ini. Atau mungkin alasannya jauh lebih sederhana: dalam kelas-kelas membosankan itu, dalam panjangnya paragraf UTS TPI atau gegap gempita MICE, dalam rumitnya kelas riskom atau asyiknya fotografi, kami pun pada akhirnya juga menjalin ikatan emosional denganmu.
Hal yang paling saya syukuri dari pamitnya kalian adalah berakhirnya sebutan ‘dosen’ dan ‘mahasiswa’ di antara kita. Saya, pada akhirnya, bisa menyebut kalian sebagai seorang teman.
Saya membayangkan suatu hari nanti kita akan bertemu secara kebetulan di sebuah event yang kelewat membosankan. Kita akan menarik kursi ke salah satu sudut ruangan dan saya akan mendengarmu bercerita mengenai apa-apa yang sudah kamu lewati dalam hidup hingga saat ini. Bukan tentang hal-hal membosankan seperti prestasi, posisi, atau gaji tapi mengenai apa yang sudah kamu sadari selama tahun-tahun perjalanan itu. Cerita tentang perjuangan dan pelajaran hidup apa yang kamu alami. Tidak ada yang lebih saya inginkan selain mengakhiri pertemuan itu dengan kamu tersenyum dan dengan pandangan tulus dan sungguh-sungguh berkata, “Mas Angga, saya sudah bahagia.”
Doa saya pada Muthi, yang dengan baik hati selalu membalas saat saya mengajar online dan membuat saya tidak merasa mengajar sendirian. Pada Mariska, yang semangat juangnya hanya bisa ditandingi oleh passionnya pada band-band Korea. Pada Dewa, yang rela menembus hujan deras untuk menolong seorang dosen yang kehabisan bensin di dekat kampus C. Pada Ilal dan Wibi, yang sudah berkenan mengajak mengobrol seorang dosen muda yang kikuk karena pertama kali datang ke Surabaya. Doa saya pada semua teman yang lulus dan akan berpamitan. Pada semua mahasiswa yang hidupnya pernah bersilangan dengan saya selama empat tahun terakhir. Pada semua mahasiswa yang saya sesali tak pernah punya kesempatan untuk mengenal lebih dekat. Semoga jalan kita bertemu kembali suatu hari nanti dan kita bisa merayakannya kembali dalam secangkir kopi dan sepiring nostalgia.
Selamat jalan.
13 notes · View notes
khusnasani · 4 years
Text
"New normal"
Dulu, seorang kawan pernah berkata kepadaku.
"Kamu itu seperti bidak catur." singkat, aku diam, kemudian ia melanjutkan "Iya, kamu tau kan kalau main catur itu harus atur strategi, selangkah atau bahkan dua langkah dan beberapa langkah ke depan, ada kemungkinan-kemungkinan yang harus dipersiapkan, nah seperti itu pola pikirmu."
"Kok bisa gitu, emang iya?" tanyaku
"Iya, overthinking yang sering kau keluhkan itu tidak serta merta buruk kok. Kamu jadi penuh pertimbangan, visioner, dan strategis. Taktis. "
"Taktis? Licik maksudnya?!" tanyaku lagi
"Hahaha iya, sedikit. Tapi ya jangan dirubah, gitu aja, senyamanmu, kamu nyaman kan kalau apa-apa sudah terpikirkan dengan matang? Kamu nyaman merancang segala sesuatunya untuk setahun atau dua tahun kedepan, kamu terbiasa well prepared, bawa bekal, dan dengan kantong ajaib mu itu, kamu tak pernah membawa barang yang sedikit. Gakpapa.. Sebagian orang bakalan ada yang berkomentar kamu gak simple, tapi menurutku itu cara simple mu sendiri, in case sesuatu terjadi kamu gak perlu repot minjem atau cari barang sana-sini karena kamu udah bawa. Solutif. Visoner.. Dan sebagian lagi bakal ada yang berkomentar kalau mikirmu kejauhan, dia yang berkomentar itu pasti belum pernah mengarungi badai sekencang badaimu. Padahal kamu juga sudah pasti tahu, merancang segala sesuatunya dengan baik itu sudah sepaket dengan konsekuensinya, kecewa jika tidak terlaksana sesuai rencana. Its okay, and keep being you"
Aku diam. Kemudian bertanya-tanya bagaimana mungkin pemikiranku ia analogikan seperti strategi bermain catur, sedangkan aku sendiri tidak piawai bermain catur. Ish.
Ah sudahlah..
Pada kenyataanya aku memang kerap kali menemukan kenyamanan atas kesiap-siagaanku, buah atas overthinking dan persiapan serta 'kantong ajaib'ku.
Perempuan lain slingbagnya unyu-unyu, tasku? Selalu harus muat beberapa elemen barang yang mungkin 'gak wajar' untuk dibawa.
Ransel atau daypack menjadi pilihan terbaik untuk dibawa kemana saja. Terlihat tidak feminim? Biar saja.
Pada prakteknya aku nyaman dan tidak kepayahan, justru senang karena penuh persiapan, sesederhana ketika di dalam kereta ada penumpang lain yang tanganya tergores jendela, aku bisa menawarkan bantuan karena membawa kassa, perban, dan bethadine. Sesederhana ketika seminar atau menghadiri acara dapat jatah nasi box tapi cateringnya lupa ngasih sendok aku sudah bawa alat makan sendiri, dan masih banyak hal yang bisa aku syukuri.
Terkait pemikiranku yang telah diprediksi oleh kawanku akan berguna satu atau dua tahun lagi. Sekarang mulai terbaca.
Aku sering punya pemikiran liar tentang beberapa hal yg ketoke 'raumum' tp mending dibiasakan / ada baiknya dilakukan, beberapa diantaranya:
1. "Normalisasi jenguk bayi lahir tanpa sentuh-sentuh, towel-towel, apalagi gendong-gendong, please" (tau sendiri bahayanya gimana. Segemes-gemesnya ya nahan lah. Soalnya kalau aku sendiri tidak yakin tanganku bersih dan bebas virus. Jadi kalau ketemu bayi/batita/balita plis jangan asal cium-cium dan towel-towel apalagi gendong-gendong. Kalaupun mau pegang jangan area muka dan telapak tangan, lengan atau siku paling aman.) Itupun kalau sudah ada izin dari orang tuanya. Plis, hormati penjagaan orang tuanya.
Mulai aware tentang hal ini baru th 2017 akhir, sejak semakin sering kenal dengan ibu-ibu di komunitas dan justru suka kzl kalau liat kawan yang asal 'ngegemesin bayi'
2. "Normalisasi jajan bawa wadah sendiri, bawa alat makan sendiri"
Awal mulanya karena aku kesulitan mengendalikan sampah plastik di rumah. Lalu aku berpikir, ada berapa orang yang sepertiku "war wer" seenaknya, tidak tanggung jawab sama kotoran sendiri, iya, sampah yang dihasilkan diri sendiri itu sama kayak kotoran kita. Malu kan kalau dilihat orang? malu dong ya kalau dibuang sembarangan. Berangkat dari hal itu, aku mulai membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai.
Selain itu juga lebih higenis kan bawa wadah dan alat makan sendiri?
See, baru-baru ini, bagaimana dengan protokol new normal? Ehehe..
Ternyata nunggu corona dulu baru pada aware sama begituan. #berkahcorona
3. "Normalisasi nikah tanpa resepsi" (tim gak mau ribet pasti paham. Ehehe. Cukup akad, walimah. Yang datang ya orang-orang terdekat yang erat hubunganya saja. Dah kelar.. Tidak perlu 'embyeh-embyeh' dan hingar bingar.. pengenyaaa. Ditambah aku banyak mendengar keluhan teman-teman yg menggaung-gaungkan nikah mahal dan curhatan terkait bahwa dirinya cukup terbebani dengan persoalan biaya)
Tapi hal demikian, penyederhanaan itu, sering dibilang raumum. Karena adat dan budaya yang masih kental seremoni dibanding esensi.
E e eh. Maret April Mei beneran dong pemikiran liar tentang normalisasi itu mulai dilaksanakan oleh banyak orang, kebijakan bayi baru lahir yang tidak boleh dijeguk dan adanha penerapan jaga jarak, kawan-kawan yang mulai membawa alat makan dan sedotan sendiri, serta pelaksanaan pernikahan sederhana oleh kawan-kawan yang memang sudah diberikan rezeki untuk menikah.
Dan sepertinya akan terus berlangsung aturan "New Normal" termasuk soal pernikahan. Soal menyederhanakan jumlah tamu undangan, soal duduk ketika makan, dua hal itu merupakan point yang sering aku garis bawahi.
Lagi-lagi #berkahcorona
Memang ya tidak ada yang bisa menebak akan bagaimana kedepanya. Hehe
Tidak ada yang tau juga akan terjadi hal apa di depan. Aku juga tidak cenayang. Hehe
Tapi semua bisa dipersiapkan, dan tentu saja dibiasakan.
Lalu? Yaa karena ketidaktahuan itu, mari mengusahakan apapun yang terbaik yang bisa kita lakukan.
Tetap hidup, tetap semangat, jaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.
Kalau bukan kita sendiri? Siapa lagi?!
Virus boleh pergi, kebiasaan baiknya jangan. Yuk teruskan!
Kulon Progo, 17 Juni 2020
Khusnasani
3 notes · View notes
hanifsuka-blog · 4 years
Text
Hari Khitbah
Tak terasa sudah tiga tahun berlalu.
Jumat, 11 Agustus 2017
Malam itu tiba tiba jadi susah tidur. Tapi harus tidur. Karena besok bukan hari libur. Tetap mengisi kelas kelas belajar, sebelum sore harinya sah dilamar.
Sabtu, 12 Agustus 2017
Besok harinya hati masih tak menentu. Masih dagdigdug. Padahal ini baru khitbah ya kan. Gimana kalau besok nikah? :D
Di tengah tidak karuannya hati dan pikiran. Hari itu Allaah mudahkan semua urusan. Mengikuti lingkaran, mengisi kelas kelas belajar, anak anak tidak ada yang terlambat dijemput satupun. Terakhir, ponakan gondrong menawarkan pulang naik motor bareng. Jadi lebih cepat sampai ke rumah untuk bersiap. Bisa tidur dulu sekejap, menenangkan diri.
Eh tapi sampai rumah tidak terpejam juga matanya. Melihat lihat dm ig, ada nama baru. Mendo'akan kelancaran khitbahan. Dikira saudaranya suami, ternyata bukan. Godaan baru dalam perjalanan pernikahan.
Acara khitbahan seba'da ashar. Semua petugas acara dari keluarga sudah hadir di rumah. Tapi keluarga yang akan melamar belum datang juga. Degdegan. Oh apakah sore ini tidak terjadi khitbahan itu?
Merapal al ma'tsurat saja menenangkan hati. Hingga pukul 16.30 akhirnya rombongan itu datang juga. Padahal Mamak sudah khawatir, jika sore itu tidak jadi khitbahan.
Acara berjalan lancar. Mengalir. Dimudahkan.
Tidak ada sesi foto foto antara yang akan menikah. Karena masih baru khitbah. Belum sah, masih bisa pisah dan tidak jadi menikah. Khawatir jadi fitnah dan tidak barokah.
Setelah sambutan dan penerimaan dari dua keluarga. Dilanjut menanyakan penerimaan perempuan yang dikhitbah. Setelah jawabannya ya, dipakaikanlah cincin di jari manis oleh ibu laki laki yang mengkhitbah.
Ramah tamah, makan makan. Bersalaman sambil berkenalan dengan uwa uwa. Sehabis itu pulang.
Hari itu Allaah mengajarkan dua rasa sekaligus. Ada bahagia, ada sedih, ada khawatir. Oh iya, tiga rasa berarti. Sehabis itu ada banyak rasa lain dalam perjalanan menuju pernikahan ini. Nanti akan diceritakan kemudian. InsyaAllaah.
1 note · View note
devikafitra · 4 years
Photo
Tumblr media
Pernikahan adalah salah satu dari tiga perjanjian terkuat yang disebutkan dalam Al-Quran atau Miitsaqan Ghaliizhaa. Perjanjian pertama adalah perjanjian Allah dengan Bani Israil. Perjanjian kedua adalah perjanjian Allah dengan rasul-rasulNya. Perjanjian ketig, ialah pernikahan.
Judul               : Menentukan Arah
Penulis             : Kurniawan Gunadi dan Aji Nur Afif
Penerbit           : Langitlangit Creative
Tebal               : 190 halaman
Tahun terbit     : 2017
Pertemuan dua orang manusia dengan jalannya masing-masing. Keduanya kemudian bersepakat untuk menempuh jalan yang sama sekali berbeda dengan sebelumnnya. Jalan yang dulu dicitakannya sendiri.
Kini keduanya akan menempuh jalan yang baru, bukan jalan milik salah satu dan memaksa yang lain mengikutinya. Benar-benar jalan yan baru hingga keduanya mulai berbicara tentang hati dan apa yang dikatakannya.
Maka arah itu telah diambil, tujuan yang sama telah disepakati, jalan telah dipilih dan cara untuk menjalaninya telah diikrarkan. Bersaksikan Tuhan dan alam semesta.
Tumblr media
Buku ‘Menentukan Arah’ ini ditulis oleh Kurniawan Gunadi dan Aji Nur Afif untuk souvenir pernikahan keduanya. Secara singkat diceritak saat-saat menunggu, berjuang, mecari hingga menikah yang tentunya sangat kental dengan nuansa islami. Terselip juga cerita penulis hingga akhirnya bersepakat untuk menikah.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, dituliskan juga makna perayaan pernikahan bahwa perayaan tidak hanya soal resepsi, gaun, riasan dan hidangan saat acara tapi perayaan pernikahan yang sebenarnya dirayakan seumur hidup. Disajikan juga makna pasangan, makna keluarga, makna anak, makna harta dan makna rumah.
Untuk selengkapnya tentang pemaknaan itu bisa dibaca langsung di buku ini. Cocok dibaca untuk yang sudah menikah, hendak menikah atau yang masih mempersiapkan.
Semoga Allah meletakkan kebahagiaan kami pada hal-hal sederhana dan mudahkanlah hati kami untuk mencintai hal yang sederhana.
1 note · View note
Text
Pernikahan yang Bahagia Dimulai dengan Menerima Keselamatan Tuhan
Tumblr media
Aku adalah seorang ahli kecantikan dan suamiku adalah seorang petani; kami bertemu di Malaysia di sebuah acara melempar jeruk, kegiatan tradisional untuk wanita yang berusaha menemukan cinta. Pernikahan kami, yang diberkati oleh pendeta, diadakan di sebuah gereja setahun kemudian. Aku sangat tersentuh oleh doa pendeta itu untuk pernikahan kami dan meskipun aku bukan orang yang religius, dalam hati aku memohon kepada Tuhan: "Semoga laki-laki ini dengan tulus menghargai dan memeliharaku , dan menjadi pendampingku sepanjang sisa hidupku."
Setelah memulai kehidupan pernikahan, konflik di antara aku dan suamiku muncul satu demi satu. Dia akan berangkat dari rumah pada pukul 4 pagi setiap hari untuk menjual sayuran dan baru pulang setelah lewat pukul 7 malam, sedangkan aku baru akan pulang kerja setelah lewat pukul 10 malam. Kami tidak memiliki banyak waktu bersama. Setiap kali aku menyeret tubuhku yang kelelahan pulang ke rumah, aku sangat berharap untuk berada di pihak penerima perhatian, kepedulian, dan pengertian dari suamiku; aku ingin dia bertanya kepadaku tentang keadaan pekerjaanku, apakah aku bahagia atau tidak. Namun aku merasa kecewa karena hampir setiap kali aku pulang dari bekerja, jika dia tidak menonton TV, dia sibuk dengan ponselnya, dan terkadang dia bahkan tidak mau repot-repot menyapaku. Seolah-olah aku ini tidak ada. Ini membuatku benar-benar sedih dan lambat laun aku semakin tidak puas dengan suamiku.
Suatu kali, aku berselisih dengan seorang pelanggan dan merasa sangat jengkel dan benar-benar merasa diperlakukan tidak adil. Sesampainya di rumah, aku menceritakannya kepada suamiku dengan harapan dia akan menghiburku, tetapi tidak kusangka, sementara sibuk dengan ponselnya, dia nyaris tidak menjawabku, hampir tidak memperhatikan ceritaku sedikit pun. Lalu dia menundukkan kepalanya dan langsung kembali sibuk dengan ponselnya. Sikap acuh tak acuhnya terhadapku benar-benar menjengkelkan, jadi aku menghampirinya dan berteriak, "Apa kau terbuat dari batu? Kau bahkan tidak bisa ngobrol? Apa kau peduli dengan siapa pun?" Melihatku sangat marah, dia menolak untuk menjawab. Semakin banyak sikap diamnya terhadapku, semakin amarahku meningkat. Aku terus menerus mengomelinya, benar-benar bertekad untuk membuatnya mengatakan sesuatu. Secara tak terduga, tiba-tiba dia balik berteriak kepadaku, "Apa sudah cukup omelanmu?" Ini membuatku merasa semakin marah, dan semakin merasa diperlakukan tidak adil, jadi aku terus berusaha bernalar dengannya. Akhirnya, dia sama sekali menolak untuk mengatakan apa pun, jadi perdebatan kami dianggap selesai. Di lain waktu, aku mengeluh kepada suamiku tentang sesuatu yang membuatku kesal di tempat kerja dengan berpikir bahwa dia akan berusaha membuatku merasa lebih baik, tetapi sebaliknya dia menjawab dengan tiba-tiba, menyindirku, "Dibutuhkan dua orang untuk berselisih paham. Yang kau lihat adalah masalah orang lain—mengapa kau tidak introspeksi diri?" Emosiku meluap dengan cepat dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memarahinya. Dipenuhi dengan kebencian, aku berpikir, "Orang macam apa dia ini? Mengapa aku menikahi orang seperti dia? Dia sama sekali tidak memikirkan perasaanku—dia tidak memberiku sepatah pun kata penghiburan!" Sejak saat itu aku hampir sepenuhnya berhenti menceritakan kepadanya apa yang terjadi di tempat kerjaku. Ada kalanya sesekali, dia mencoba bertanya kepadaku tentang pekerjaanku, tetapi aku tidak pernah merasa ingin memberikannya perhatian. Lambat laun dia berhenti bertanya kepadaku tentang apa pun. Topik pembicaraan bersama kami semakin berkurang dan setiap kali terjadi sesuatu yang membuatku frustrasi, aku pergi mencari seorang teman untuk mendengarkanku. Terkadang aku bergadang sampai larut malam berbicara dengan seseorang dan tidak akan pulang sampai lewat tengah malam. Bahkan ketika aku pulang larut malam, dia tampak tetap tidak peduli tetapi hanya berkata bahwa aku memperlakukan rumah kami seperti hotel. Aku sungguh merasa kesal, dan ketidakpuasanku terhadap suamiku semakin besar, membuat kami sering bertengkar dan berdebat. Kami berdua menderita. Aku tidak menginginkan segala sesuatu terus berlanjut seperti itu, jadi aku memutuskan untuk mencari kesempatan berbicara dengannya dari hati ke hati.
Suatu hari setelah makan malam, aku bertanya kepadanya, "Kau benar-benar tidak tahan ya terhadapku? Mengapa kau tidak pernah memperhatikan aku? Jika kau ada masalah denganku, langsung saja katakan kepadaku." Ketika dia tidak menjawab sepatah kata pun, aku terus mencecarnya. Yang mengejutkan, dia berteriak kepadaku dengan jengkel, "Berhenti menanyakan kepadaku semua pertanyaan ini! Bagimu semuanya adalah masalah—aku muak!" Mendapatkan jawaban semacam itu darinya membangkitkan kemarahanku, dan kami mulai berdebat lagi, saling menyerang satu sama lain. Ini berlangsung selama beberapa waktu sampai dia berdiri dan mendorongku; aku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sofa. Melihat suamiku akan memukulku benar-benar memilukan. Aku berpikir, "Inikah suami yang kupilih dengan hati-hati? Inikah pernikahan yang kuharapkan? Bagaimana dia bisa memperlakukanku seperti ini?" Sejak itu aku tidak lagi menaruh harapan apa pun kepadanya.
Pada bulan April 2016, secara kebetulan, seorang saudari membagikan Injil Tuhan Yesus kepadaku. Dia berkata bahwa Tuhan mengasihi kita dan dipakukan di atas kayu salib demi menyelamatkan kita. Aku benar-benar tersentuh oleh kasih-Nya, dan karena itu aku menerima Injil Tuhan. Belakangan, ketika aku berbicara dengan pendetaku tentang masalah dalam pernikahanku, dia berkata kepadaku, "Kita tidak mampu mengubah orang lain kecuali kita mengubah diri kita terlebih dahulu. Kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus dan menerapkan toleransi dan kesabaran terhadap orang lain." Jadi, aku mulai berusaha mengubah diriku. Aku akan bergegas pulang ke rumah sepulang kerja dan membersihkan rumah, dan terkadang ketika suamiku mengabaikanku dan aku akan kehilangan kesabaran, aku akan berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk memberikan toleransi dan kesabaran kepadaku. Di saat aku tidak mampu mengendalikan diriku dan bertengkar dengan suamiku, setelah itu aku berusaha memulai upaya untuk memperbaiki keadaan. Melihat perubahan yang terjadi pada diriku, suamiku juga mulai percaya kepada Tuhan. Begitu kami berdua menjadi orang percaya, kami semakin jarang berdebat dan lebih banyak berkomunikasi. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan setelah melihat keselamatan pribadi-Nya bagi kami.
Namun dengan berjalannya waktu, kami masih tetap tidak mampu mengendalikan suasana hati kami sendiri. Perselisihan rumah tangga terkadang masih terjadi, dan khususnya ketika salah satu dari kami sedang berada dalam suasana hati yang buruk, tak satu pun dari kami yang bisa menerapkan toleransi dan kesabaran, sehingga akibatnya pertengkaran kami menjadi semakin sengit. Hatiku dipenuhi dengan rasa sakit setelah setiap pertengkaran, dan aku akan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, Engkau mengajar kami untuk bersikap toleran dan sabar, tetapi sepertinya aku tidak sanggup melakukan itu. Ketika aku melihat suamiku melakukan sesuatu yang tidak kusukai, aku merasa sangat tidak puas dengannya. Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Aku kemudian mulai menghadiri setiap kelas yang diadakan oleh gereja dengan harapan menemukan jalan penerapan, tetapi aku tidak mendapatkan apa yang kuharapkan dari setiap kelas itu. Aku meminta bantuan ketua kelompok kami, yang hanya berkata, "Aku dan istriku juga sering bertengkar. Bahkan Paulus berkata: 'Karena aku tahu, bahwa di dalam aku (yaitu, di dalam dagingku), tidak ada hal yang baik, karena dalam diriku ada kehendak; tetapi aku tidak mendapati cara berbuat apa yang baik' (Roma 7:18). Tak seorang pun yang memiliki solusi untuk masalah yang kita hadapi dari siklus terus menerus berbuat dosa dan mengaku dosa. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya." Mendengarnya mengatakan ini membuatku merasa bingung: mungkinkah kita ditakdirkan untuk menghabiskan sisa hidup kita terperosok dalam konflik?
Pada bulan Maret 2017, suamiku, yang tadinya pendiam, tiba-tiba berubah menjadi orang yang suka bicara dengan penuh semangat. Selain itu, dia sering membagikan persekutuan denganku tentang pemahamannya akan ayat-ayat Alkitab, dan yang lebih mengherankanku adalah, apa yang dia bagikan dalam persekutuan benar-benar mencerahkan. Aku bingung; sepertinya dia tiba-tiba menjadi orang yang berbeda, dan segala sesuatu yang dia katakan benar-benar berwawasan luas. Aku benar-benar ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Suatu hari, aku secara tidak sengaja menemukan bahwa dia adalah anggota grup di sebuah aplikasi media sosial, dan langsung bertanya kepadanya apa yang dia bicarakan dengan mereka. Dengan wajah yang sangat serius, dia mengatakan kepadaku bahwa dia sedang merenungkan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali dan nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dia mengatakan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa telah mengucapkan jutaan firman dan sedang melakukan pekerjaan penghakiman dan penahiran umat manusia pada akhir zaman. Dia juga mengatakan bahwa itu menggenapi nubuat Alkitab ini: "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" (1 Petrus 4:17). Suamiku mengatakan kepadaku bahwa jika kita mencari penampakan Tuhan dan pekerjaan Tuhan, kita harus memusatkan perhatian kita untuk mendengar suara Tuhan dan bukan secara membabi buta berpegang teguh pada gagasan dan imajinasi kita. Jika kita tidak mencari kebenaran tetapi hanya dengan pasif menunggu penyingkapan Tuhan, kita tidak akan dapat menyambut kedatangan Tuhan kembali. Mendengar ini membuatku tertegun dan itu tampaknya tidak dapat dibayangkan. Kemudian terpikir olehku bahwa aku telah mendengar seorang pendeta India pernah berkata bahwa jika kita sampai mendengar sesuatu tentang kedatangan Tuhan kembali, kita harus mencari dengan hati terbuka dan menyelidikinya dengan sungguh-sungguh; kita tidak bisa bergantung pada gagasan dan imajinasi kita dan hanya menghakimi secara membabi buta. Jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, jika Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar adalah kedatangan-Mu kembali, kumohon pimpin dan bimbinglah aku sehingga aku bisa mencari kebenaran dan menyelidikinya dengan hati yang terbuka. Kalau bukan, kumohon lindungilah hatiku agar aku tidak menyimpang dari-Mu. Amin!"
Setelah menaikkan doa ini, aku membuka Alkitab dan melihat ini dalam Wahyu 3:20: "Lihatlah, Aku berdiri di pintu dan mengetuk: kalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu itu, Aku akan datang masuk kepadanya, dan bersantap dengannya, dia bersama-Ku." Tiba-tiba aku mendapat inspirasi dan merasa bahwa Tuhanlah yang sedang berbicara kepadaku, memberitahuku bahwa ketika Dia datang kembali, Dia akan mengetuk pintuku; aku merasa Dialah yang memerintahkan kepadaku untuk mendengarkan suara-Nya dan membuka pintu. Itu sama seperti gadis bijaksana di dalam Alkitab yang bergegas menyambut mempelai laki-laki ketika mereka mendengar suaranya. Aku kemudian teringat akan Yohanes 16:12–13: "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu." Ketika aku merenungkan ayat-ayat Alkitab ini, perasaan gembira muncul di dalam hatiku. Aku menyadari bahwa Tuhan telah lama mengatakan kepada kita bahwa saat kedatangan-Nya kembali, Dia akan mengucapkan lebih banyak firman dan mengaruniakan kebenaran kepada kita. Dan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman adalah pekerjaan mengungkapkan firman untuk menghakimi dan mentahirkan umat manusia—mungkinkah Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali? Jika Tuhan benar-benar telah datang kembali dan telah mengungkapkan kebenaran untuk menyelesaikan semua kesulitan manusia, maka ada harapan bagi kita untuk melepaskan diri dari ikatan dosa. Jadi, bukankah masalah antara aku dan suamiku dapat diselesaikan? Aku langsung meminta suamiku untuk menghubungkanku dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa; aku juga ingin menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman.
Ketika berada dalam sebuah ibadah, beberapa saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa memilih beberapa ayat Alkitab untuk bersekutu denganku mengenai berbagai aspek kebenaran, seperti cara Tuhan datang kembali, nama baru Tuhan, dan pekerjaan apa yang akan Dia lakukan. Persekutuan mereka sangat meyakinkan dan benar-benar baru bagiku. Aku benar-benar ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, jadi aku terus menerus berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk mencerahkanku sehingga aku dapat memahami firman Tuhan. Dengan membaca firman Tuhan dan mendengarkan persekutuan saudara-saudari, lambat laun aku mendapatkan pemahaman tentang tujuan Tuhan dalam pengelolaan-Nya terhadap umat manusia, tiga tahap pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia, dan hasil serta tempat tujuan manusia. Sementara menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku tetap tidak mampu menahan diri untuk bertengkar dengan suamiku karena beberapa hal sepele. Setelah kejadian itu, aku akan merasa sangat bersalah dan kecewa, dan aku akan bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa aku tidak pernah bisa melakukan firman Tuhan?" Ini membuatku bingung. Dalam suatu ibadah, aku bertanya kepada seorang saudari, "Mengapa aku dan suamiku selalu bertengkar? Mengapa kami tidak bisa hidup rukun dengan damai?" Dia menemukan beberapa bagian firman Tuhan untukku. "Sebelum manusia ditebus, banyak racun Iblis yang telah tertanam kuat di dalam dirinya. Setelah ribuan tahun dirusak oleh Iblis, di dalam diri manusia terdapat sifat dasar yang selalu menolak Tuhan. Oleh karena itu, ketika manusia telah ditebus, manusia mengalami tidak lebih dari penebusan, di mana manusia dibeli dengan harga yang mahal, namun sifat beracun dalam dirinya masih belum dihilangkan. Manusia masih begitu tercemar sehingga harus mengalami perubahan sebelum layak untuk melayani Tuhan. Melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran ini, manusia akan sepenuhnya menyadari substansi mereka sebenarnya yang najis dan rusak, dan mereka akan dapat sepenuhnya berubah dan menjadi tahir. Hanya dengan cara ini manusia dapat dilayakkan untuk kembali menghadap takhta Tuhan" ("Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Ia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia, tetapi tidak melepaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menanggung dosa manusia sebagai korban penghapus dosa, tetapi juga membuat Tuhan wajib melakukan pekerjaan yang lebih besar untuk melepaskan manusia dari wataknya yang telah dirusak Iblis. Jadi, setelah dosa manusia diampuni, Tuhan datang kembali menjadi daging untuk memimpin manusia memasuki zaman yang baru. Tuhan memulai melakukan hajaran dan penghakiman, dan pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan menerima berkat yang lebih besar. Mereka benar-benar hidup dalam terang dan akan mendapatkan kebenaran, jalan, dan hidup" (Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia).
Dia kemudian membagikan persekutuan ini: "Pada mulanya, Adam dan Hawa hidup bahagia di hadapan Tuhan di Taman Eden. Tidak ada percekcokan; tidak ada penderitaan. Namun setelah mereka mendengarkan si ular dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka menjadi semakin jauh dari Tuhan dan mengkhianati Dia, kehilangan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan hidup di bawah kuasa Iblis. Hari-hari kesedihan dan penderitaan pun dimulai. Keadaan seperti ini sudah berlangsung lama sampai sekarang, dan kita menjadi semakin dalam dirusak oleh Iblis. Kita penuh dengan watak Iblis yang rusak; kita semua sangat congkak, egois, curang, dan keras kepala. Kita mementingkan diri sendiri dalam segala hal, selalu ingin orang lain mendengarkan kita. Itulah sebabnya orang saling bertengkar dan membunuh. Bahkan orang tua dan anak-anak serta suami dan istri tidak memiliki toleransi dan kesabaran terhadap satu sama lain dan tidak dapat hidup rukun secara harmonis satu sama lain—kita bahkan tidak memiliki hati nurani dan nalar yang paling mendasar sekalipun. Meskipun kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus, meskipun kita berdoa kepada Tuhan, mengaku dosa, dan bertobat, dan kita berusaha keras untuk menaati ajaran-ajaran Tuhan, kita tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak berbuat dosa dan menentang Tuhan. Itu karena Tuhan Yesus hanya melakukan pekerjaan menebus umat manusia; Dia tidak melakukan pekerjaan penyelamatan dan penahiran manusia sepenuhnya. Menerima keselamatan Tuhan Yesus hanya berarti bahwa kita tidak lagi berdosa dan kita memiliki kesempatan untuk datang ke hadapan Tuhan dalam doa, untuk menerima belas kasihan-Nya, dan diampuni dari dosa-dosa kita. Namun, kita belum ditahirkan dari watak kita yang rusak. Natur dosa kita masih berakar dalam di dalam diri kita; kita masih membutuhkan Tuhan untuk datang kembali pada akhir zaman dan melakukan tahap pekerjaan untuk mentahirkan dan mengubah umat manusia, sehingga menyelesaikan masalah natur dosa kita. Dan sekarang Tuhan sekali lagi menjadi manusia, mengungkapkan firman untuk melakukan pekerjaan penghakiman dan penahiran untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari watak kita yang rusak dan memungkinkan kita untuk melepaskan diri dari pengaruh Iblis dan diselamatkan sepenuhnya. Selama kita terus mengikuti pekerjaan baru Tuhan, menerima penghakiman dan hajaran firman-Nya, mencari kebenaran, dan melakukan firman Tuhan, watak kita yang rusak akan berubah secara bertahap. Itulah satu-satunya cara kita akan dapat hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati, dan baru pada saat itulah kita dapat mencapai keharmonisan dalam hubungan kita dengan orang lain."
Akhirnya aku menyadari dari firman Tuhan dan persekutuan saudari ini bahwa alasan kita selalu hidup dalam keadaan berbuat berdosa dan kemudian mengaku dosa adalah karena meskipun Tuhan Yesus telah melakukan pekerjaan menebus umat manusia, dosa-dosa kita sebagai orang percaya hanya diampuni; namun, natur batiniah kita yang berdosa masih mengakar sangat dalam dan watak Iblis dalam diri kita belum ditahirkan. Contoh yang sempurna adalah ketika aku bermaksud menerapkan kesabaran dan toleransi sesuai dengan ajaran Tuhan, tetapi begitu suamiku mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak aku sukai, aku tidak mampu menahan diriku untuk tidak marah. Sebesar apa pun upayaku, aku tidak mampu mengendalikan diriku. Tanpa pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan kita, tidak mungkin bagi kita untuk membuang watak Iblis kita yang rusak dengan mengandalkan usaha kita sendiri. Dan sekarang, Tuhan telah berinkarnasi sekali lagi, datang untuk melakukan pekerjaan menghakimi dan mentahirkan umat manusia. Dengan menerima pekerjaan baru Tuhan dan sungguh-sungguh mengejar kebenaran, kita memiliki kesempatan untuk mencapai perubahan watak. Aku merasa benar-benar tersentuh dan sangat bersyukur atas anugerah Tuhan yang memungkinkanku untuk mendengar suara-Nya. Namun, aku masih belum sepenuhnya jelas—aku tahu bahwa Tuhan telah datang kali ini untuk mengucapkan firman untuk menyucikan dan mengubah kita, tetapi bagaimana caranya firman dapat menghakimi dan mentahirkan watak kita yang rusak? Jadi, aku menjelaskan kebingunganku.
Tumblr media
Saudari itu membacakan bagian lain dari firman Tuhan untukku. "Di akhir zaman, Kristus menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan hakikat manusia, dan membedah kata-kata dan perbuatan-perbuatannya. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia harus menaati Tuhan, bagaimana setia kepada Tuhan, bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan lain-lain. Firman ini semuanya ditujukan pada hakikat manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan karena manusia merupakan perwujudan Iblis dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan bukannya begitu saja menjelaskan tentang sifat manusia hanya dengan beberapa kata. Dia menyingkapkannya, menanganinya, dan memangkasnya sekian lama. Cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan ini tidak bisa digantikan dengan kata-kata biasa, tetapi dengan kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia sama sekali. Hanya cara-cara seperti ini yang dianggap penghakiman, hanya melalui penghakiman jenis ini manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya untuk tunduk kepada Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Tujuan pekerjaan penghakiman agar manusia mengetahui wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua hasil ini dicapai melalui pekerjaan penghakiman, karena substansi pekerjaan ini adalah pekerjaan membukakan kebenaran, jalan, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan" ("Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Kebenaran" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Dia melanjutkan untuk berbagi lebih banyak persekutuan denganku. "Firman Tuhan dengan jelas menerangkan kepada kita cara Dia melakukan pekerjaan penghakiman. Dia menggunakan firman untuk menghakimi dan menyucikan umat manusia; Dia terutama menggunakan firman untuk secara langsung menyingkapkan dan membedah natur dan esensi kita yang rusak serta watak Iblis dalam diri kita. Dia juga dengan jelas memberi tahu kita cara kita seharusnya tunduk kepada Tuhan dan menyembah-Nya, cara hidup dalam kemanusiaan yang sebenarnya, cara mengejar kebenaran untuk mencapai perubahan watak, cara menjadi orang yang jujur, serta apa kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia. Dia telah memberi tahu kita orang macam apa yang Dia sukai dan orang macam apa yang Dia singkirkan, dan masih banyak lagi. Dia juga mengatur orang, peristiwa, segala sesuatu, dan lingkungan untuk memangkas dan menangani kita, untuk menguji dan memurnikan kita. Ini menyingkapkan watak kita yang rusak dan memaksa kita untuk datang ke hadapan Tuhan dan mencari kebenaran, untuk menerima penghakiman dan hajaran firman-Nya, serta merenungkan dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita merasa seakan-akan Dia sedang berbicara dengan kita, muka ke muka, dengan jelas, sepenuhnya menyingkapkan pemberontakan dan penentangan kita terhadap-Nya, motif dan gagasan serta imajinasi kita yang keliru. Baru pada saat itulah kita dapat melihat bahwa natur dan esensi kita penuh dengan kecongkakan, kesombongan, tipu muslihat, kebengkokan, keegoisan, dan kejahatan. Kita melihat bahwa kita sama sekali tidak memiliki hati yang penuh sikap hormat kepada Tuhan dan bahwa kita hidup sepenuhnya berdasarkan pada natur Iblis kita yang rusak, bahwa segala sesuatu yang kita ungkapkan adalah watak Iblis dalam diri kita, dan kita sama sekali tidak memiliki keserupaan dengan manusia. Kita mulai membenci diri kita sendiri dan dibuat jijik oleh diri kita sendiri dari dalam hati kita dan berharap untuk tidak lagi hidup di bawah pengaruh Iblis, serta dipermainkan dan dilukai oleh Iblis. Yang terutama, melalui penghakiman dan hajaran Tuhan, kita melihat esensi-Nya yang kudus dan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran. Hati yang penuh sikap hormat kepada Tuhan bertumbuh di dalam diri kita dan kita jadi rela melakukan kebenaran demi memuaskan Tuhan. Begitu kita mulai melakukan kebenaran, watak Tuhan yang penuh kebaikan dan belas kasihan muncul di hadapan kita. Dengan terus membaca firman Tuhan dan mengalami penghakiman dan hajaran-Nya, kita memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang natur kita yang rusak, kita lebih memahami kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, dan menjadi semakin bersedia untuk menerima dan tunduk pada penghakiman dan hajaran-Nya, meninggalkan kedagingan, melakukan kebenaran, dan memuaskan Tuhan. Kita semakin sedikit menyingkapkan kerusakan, melakukan kebenaran menjadi semakin mudah, dan kita secara bertahap masuk ke jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dengan mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita semua dapat memastikan dari dalam hati kita bahwa ini adalah obat mujarab yang menyelamatkan dan menyembuhkan kita dari watak kita yang rusak. Ini adalah kasih Tuhan yang paling sejati bagi kita manusia yang rusak, dan tanpa mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita tidak akan pernah mampu untuk hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati."
Firman Tuhan dan persekutuan saudari itu berdampak sangat besar terhadapku. Aku merasa bahwa pekerjaan penghakiman dan hajaran Tuhan pada akhir zaman benar-benar sangat praktis, dan bahwa jika kita menginginkan watak kita yang rusak diubah, kita harus mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Kalau tidak, kita akan hidup selamanya dalam siklus berbuat dosa dan mengaku dosa, dan kita tidak akan pernah lepas dari ikatan dosa. Jadi aku menaikkan doa kepada Tuhan di dalam hatiku, memohon kepada-Nya untuk menyirami dan memberiku makan dengan firman-Nya, dan mengatur lingkungan untuk menghakimi dan menghajarku sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri, watakku yang rusak dapat segera diubahkan suatu hari nanti, dan aku bisa hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati.
Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku juga mendapatkan pemahaman baru tentang pernikahan yang telah Tuhan atur untukku. Pada satu titik, seorang saudari membacakan beberapa bagian firman Tuhan untukku. "Orang pada umumnya punya banyak bayangan tentang pernikahan sebelum mereka mengalaminya sendiri, dan semua bayangan ini nampak indah. Wanita biasanya membayangkan pasangan mereka kelak adalah Pangeran Tampan, dan para pria membayangkan akan menikahi Putri Salju. Fantasi-fantasi seperti ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki persyaratan yang berbeda akan pernikahan, sejumlah tuntutan dan standar mereka sendiri" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Pernikahan adalah titik peristiwa penting dalam hidup seseorang. Peristiwa ini merupakan produk dari nasib seseorang, mata rantai penting dalam nasibnya, tidak dibangun di atas kemauan atau pilihan pribadi seseorang, dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, melainkan sepenuhnya ditentukan oleh nasib kedua belah pihak, oleh pengaturan Sang Pencipta dan penentuan nasib pasangan tersebut" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Jadi, ketika seseorang memasuki pernikahan, perjalanan hidupnya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidup belahan jiwanya. Begitu juga sebaliknya, perjalanan hidup pasangannya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, nasib manusia saling berkaitan, dan tidak seorang pun yang mampu memenuhi misinya atau perannya secara terpisah dari orang lain. Kelahiran seseorang terjadi di atas sebuah rantai pertalian yang sangat besar; proses pertumbuhan seseorang juga melibatkan sebuah rantai pertalian yang sangat kompleks; demikian juga pernikahan tentu hadir dan mempertahankan jejaring hubungan manusia yang kompleks dan luas, melibatkan setiap anggota dan memengaruhi nasib siapa pun yang menjadi bagian di dalamnya. Sebuah pernikahan bukanlah produk dari keluarga kedua pihak, ataupun keadaan tempat mereka bertumbuh, penampilan mereka, usia, sifat, bakat mereka, atau faktor-faktor lain; pernikahan lahir dari misi bersama dan nasib yang saling berkaitan. Inilah asal-usul pernikahan, sebuah produk dari nasib manusia yang diatur dan ditata oleh Sang Pencipta" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Dia kemudian membagikan persekutuannya denganku. "Setiap pernikahan kita telah ditentukan dari semula oleh Tuhan, dan Tuhan sejak lama telah menentukan dengan siapa kita akan memulai sebuah keluarga—ini semua diatur melalui hikmat Tuhan sendiri. Pernikahan yang Dia pilih untuk kita tidak tergantung pada status sosial, penampilan lahiriah, atau kualitas kita, tetapi itu ditentukan oleh tugas kedua orang tersebut dalam kehidupan. Namun, kita dikendalikan oleh watak kita yang rusak, jadi kita terus-menerus memiliki banyak tuntutan terhadap pasangan kita, selalu ingin mereka melakukan sesuatu dengan cara kita. Ketika mereka tidak melakukannya, kita menolak untuk menerima ini dan merasa tidak puas; kita berdebat dengan mereka dan menjadi marah, atau bahkan mengeluh, dan kita menyalahkan dan salah memahami Tuhan. Ini membawa kedua orang tersebut hidup dalam penderitaan. Penderitaan semacam itu tidak disebabkan oleh orang lain, juga bukan disebabkan oleh aturan dan pengaturan Tuhan, tetapi itu terjadi karena kita hidup dengan watak kita yang congkak dan sombong. Watak rusak semacam itu membuat kita berseberangan dengan aturan Tuhan; kita tidak mampu tunduk pada pengaturan dan rencana-Nya."
Mendengar persekutuan saudari ini, aku mengingat kembali tentang hubunganku dengan suamiku. Aku selalu menyatakan ketidakpuasan terhadapnya dan selalu menuntut agar dia melakukan segala sesuatu dengan caraku—kalau dia tidak memikirkanku, menunjukkan perhatian dan memedulikanku, kalau dia tidak menanyakan kesehatanku, aku akan mengeluhkannya dan berpikir bahwa dia tidak baik. Aku akan memandang rendah dirinya dengan segala cara dan mengobarkan perang dingin dengannya, mengabaikannya. Akhirnya aku melihat bahwa aku benar-benar adalah orang yang congkak, sombong, egois, dan tercela. Aku adalah orang yang hanya memikirkan kepentinganku sendiri dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Setelah merenungkannya dengan saksama, aku memahami bahwa sesungguhnya tidak benar suamiku tidak peduli kepadaku, hanya saja kepribadiannya lebih tertutup dan tidak terlalu ekspresif secara emosi. Dia juga memiliki pemikiran dan kesukaannya sendiri, tetapi aku bersikeras memaksanya untuk melakukan segala sesuatu yang tidak dia sukai. Aku selalu ingin semua yang dia lakukan selalu tentangku, dan itulah yang menyebabkan banyak konflik terbangun di antara kami. Lalu aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa menyesal atas perilaku masa laluku. Aku juga teringat tentang apa yang dikatakan suamiku, bahwa di masa lalu, akulah yang telah membagikan Injil Tuhan kepadanya, tetapi sekarang malah dia yang membagikan Injil Tuhan pada akhir zaman kepadaku. Ini adalah anugerah Tuhan yang besar bagi kami dan pengaturan-Nya yang menakjubkan. Kami berdua adalah orang yang sangat diberkati, tetapi aku benar-benar tidak tahu terima kasih. Sebaliknya, aku tidak mau tunduk pada pernikahan yang telah Tuhan atur untukku, terus-menerus menyalahkan Tuhan. Aku melihat bahwa aku sangat congkak, terlalu tidak berakal sehat! Syukur kepada Tuhan karena membimbingku dengan firman-Nya. Aku telah menemukan akar dari segala penderitaan dalam pernikahanku—aku mendapatkan perasaan yang nyaman dan bebas di hatiku. Aku juga mulai mau bersandar kepada Tuhan dan mencari Tuhan dalam hidupku sejak saat itu, meninggalkan watakku yang congkak dan sombong, dan berhubungan secara harmonis dengan suamiku.
Sejak itu, aku dan suamiku sering membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran bersama-sama, dan kami melaksanakan tugas makhluk ciptaan dengan sebaik-baiknya. Kami juga diberi makan dan disirami oleh firman Tuhan setiap hari; ketika kami menghadapi masalah, kami mencari kehendak-Nya berdasarkan firman-Nya. Jika kami memang menyingkapkan kerusakan atau bertengkar, kami berdua akan datang di hadapan Tuhan, dan merenungkan serta mengenal diri kami sendiri. Ketika kami melakukannya, kami mendapatkan lebih banyak pengertian dan saling mengampuni. Pertengkaran kami semakin jarang, kehidupan rumah tangga kami menjadi harmonis, dan hidup kami telah semakin memberi kepuasan. Yang paling mengharukan bagiku adalah pemahaman suamiku tentang kebenaran lebih baik daripada pemahamanku. Dia sering membagikan persekutuan denganku tentang pemahamannya akan firman Tuhan, dan ketika dia melihatku menyingkapkan sebuah watak yang rusak, dia mempersekutukan kebenaran dan kehendak Tuhan bersamaku. Aku benar-benar merasakan perhatian dan cintanya kepadaku—aku merasakan kebahagiaan di hatiku. Mengingat kembali bagaimana kehidupan kami di masa lalu, aku dan dia masih orang yang sama; hanya saja karena kami telah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan telah memahami beberapa kebenaran, semuanya sama sekali telah berubah. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena menyelamatkan kami!
2 notes · View notes
Text
Pernikahan yang Bahagia Dimulai dengan Menerima Keselamatan Tuhan
Tumblr media
Pernikahan yang Bahagia Dimulai dengan Menerima Keselamatan Tuhan
                               Oleh Saudari Zhui Qiu, Malaysia
Aku adalah seorang ahli kecantikan dan suamiku adalah seorang petani; kami bertemu di Malaysia di sebuah acara melempar jeruk, kegiatan tradisional untuk wanita yang berusaha menemukan cinta. Pernikahan kami, yang diberkati oleh pendeta, diadakan di sebuah gereja setahun kemudian.Aku sangat tersentuh oleh doa pendeta itu untuk pernikahan kami dan meskipun aku bukan orang yang religius, dalam hati aku memohon kepada Tuhan: "Semoga laki-laki ini dengan tulus menghargai dan memeliharaku , dan menjadi pendampingku sepanjang sisa hidupku."
Setelah memulai kehidupan pernikahan, konflik di antara aku dan suamiku muncul satu demi satu. Dia akan berangkat dari rumah pada pukul 4 pagi setiap hari untuk menjual sayuran dan baru pulang setelah lewat pukul 7 malam, sedangkan aku baru akan pulang kerja setelah lewat pukul 10 malam. Kami tidak memiliki banyak waktu bersama. Setiap kali aku menyeret tubuhku yang kelelahan pulang ke rumah, aku sangat berharap untuk berada di pihak penerima perhatian, kepedulian, dan pengertian dari suamiku; aku ingin dia bertanya kepadaku tentang keadaan pekerjaanku, apakah aku bahagia atau tidak. Namun aku merasa kecewa karena hampir setiap kali aku pulang dari bekerja, jika dia tidak menonton TV, dia sibuk dengan ponselnya, dan terkadang dia bahkan tidak mau repot-repot menyapaku. Seolah-olah aku ini tidak ada. Ini membuatku benar-benar sedih dan lambat laun aku semakin tidak puas dengan suamiku.
Suatu kali, aku berselisih dengan seorang pelanggan dan merasa sangat jengkel dan benar-benar merasa diperlakukan tidak adil. Sesampainya di rumah, aku menceritakannya kepada suamiku dengan harapan dia akan menghiburku, tetapi tidak kusangka, sementara sibuk dengan ponselnya, dia nyaris tidak menjawabku, hampir tidak memperhatikan ceritaku sedikit pun. Lalu dia menundukkan kepalanya dan langsung kembali sibuk dengan ponselnya. Sikap acuh tak acuhnya terhadapku benar-benar menjengkelkan, jadi aku menghampirinya dan berteriak, "Apa kau terbuat dari batu? Kau bahkan tidak bisa ngobrol? Apa kau peduli dengan siapa pun?" Melihatku sangat marah, dia menolak untuk menjawab. Semakin banyak sikap diamnya terhadapku, semakin amarahku meningkat. Aku terus menerus mengomelinya, benar-benar bertekad untuk membuatnya mengatakan sesuatu. Secara tak terduga, tiba-tiba dia balik berteriak kepadaku, "Apa sudah cukup omelanmu?" Ini membuatku merasa semakin marah, dan semakin merasa diperlakukan tidak adil, jadi aku terus berusaha bernalar dengannya. Akhirnya, dia sama sekali menolak untuk mengatakan apa pun, jadi perdebatan kami dianggap selesai. Di lain waktu, aku mengeluh kepada suamiku tentang sesuatu yang membuatku kesal di tempat kerja dengan berpikir bahwa dia akan berusaha membuatku merasa lebih baik, tetapi sebaliknya dia menjawab dengan tiba-tiba, menyindirku, "Dibutuhkan dua orang untuk berselisih paham. Yang kau lihat adalah masalah orang lain—mengapa kau tidak introspeksi diri?" Emosiku meluap dengan cepat dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memarahinya. Dipenuhi dengan kebencian, aku berpikir, "Orang macam apa dia ini? Mengapa aku menikahi orang seperti dia? Dia sama sekali tidak memikirkan perasaanku—dia tidak memberiku sepatah pun kata penghiburan!" Sejak saat itu aku hampir sepenuhnya berhenti menceritakan kepadanya apa yang terjadi di tempat kerjaku. Ada kalanya sesekali, dia mencoba bertanya kepadaku tentang pekerjaanku, tetapi aku tidak pernah merasa ingin memberikannya perhatian. Lambat laun dia berhenti bertanya kepadaku tentang apa pun. Topik pembicaraan bersama kami semakin berkurang dan setiap kali terjadi sesuatu yang membuatku frustrasi, aku pergi mencari seorang teman untuk mendengarkanku. Terkadang aku bergadang sampai larut malam berbicara dengan seseorang dan tidak akan pulang sampai lewat tengah malam. Bahkan ketika aku pulang larut malam, dia tampak tetap tidak peduli tetapi hanya berkata bahwa aku memperlakukan rumah kami seperti hotel. Aku sungguh merasa kesal, dan ketidakpuasanku terhadap suamiku semakin besar, membuat kami sering bertengkar dan berdebat. Kami berdua menderita. Aku tidak menginginkan segala sesuatu terus berlanjut seperti itu, jadi aku memutuskan untuk mencari kesempatan berbicara dengannya dari hati ke hati.
Suatu hari setelah makan malam, aku bertanya kepadanya, "Kau benar-benar tidak tahan ya terhadapku? Mengapa kau tidak pernah memperhatikan aku? Jika kau ada masalah denganku, langsung saja katakan kepadaku." Ketika dia tidak menjawab sepatah kata pun, aku terus mencecarnya. Yang mengejutkan, dia berteriak kepadaku dengan jengkel, "Berhenti menanyakan kepadaku semua pertanyaan ini! Bagimu semuanya adalah masalah—aku muak!" Mendapatkan jawaban semacam itu darinya membangkitkan kemarahanku, dan kami mulai berdebat lagi, saling menyerang satu sama lain. Ini berlangsung selama beberapa waktu sampai dia berdiri dan mendorongku; aku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sofa. Melihat suamiku akan memukulku benar-benar memilukan. Aku berpikir, "Inikah suami yang kupilih dengan hati-hati? Inikah pernikahan yang kuharapkan? Bagaimana dia bisa memperlakukanku seperti ini?" Sejak itu aku tidak lagi menaruh harapan apa pun kepadanya.
Pada bulan April 2016, secara kebetulan, seorang saudari membagikan Injil Tuhan Yesus kepadaku. Dia berkata bahwa Tuhan mengasihi kita dan dipakukan di atas kayu salib demi menyelamatkan kita. Aku benar-benar tersentuh oleh kasih-Nya, dan karena itu aku menerima Injil Tuhan. Belakangan, ketika aku berbicara dengan pendetaku tentang masalah dalam pernikahanku, dia berkata kepadaku, "Kita tidak mampu mengubah orang lain kecuali kita mengubah diri kita terlebih dahulu. Kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus dan menerapkan toleransi dan kesabaran terhadap orang lain." Jadi, aku mulai berusaha mengubah diriku. Aku akan bergegas pulang ke rumah sepulang kerja dan membersihkan rumah, dan terkadang ketika suamiku mengabaikanku dan aku akan kehilangan kesabaran, aku akan berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk memberikan toleransi dan kesabaran kepadaku. Di saat aku tidak mampu mengendalikan diriku dan bertengkar dengan suamiku, setelah itu aku berusaha memulai upaya untuk memperbaiki keadaan. Melihat perubahan yang terjadi pada diriku, suamiku juga mulai percaya kepada Tuhan. Begitu kami berdua menjadi orang percaya, kami semakin jarang berdebat dan lebih banyak berkomunikasi. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan setelah melihat keselamatan pribadi-Nya bagi kami.
Namun dengan berjalannya waktu, kami masih tetap tidak mampu mengendalikan suasana hati kami sendiri. Perselisihan rumah tangga terkadang masih terjadi, dan khususnya ketika salah satu dari kami sedang berada dalam suasana hati yang buruk, tak satu pun dari kami yang bisa menerapkan toleransi dan kesabaran, sehingga akibatnya pertengkaran kami menjadi semakin sengit. Hatiku dipenuhi dengan rasa sakit setelah setiap pertengkaran, dan aku akan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, Engkau mengajar kami untuk bersikap toleran dan sabar, tetapi sepertinya aku tidak sanggup melakukan itu. Ketika aku melihat suamiku melakukan sesuatu yang tidak kusukai, aku merasa sangat tidak puas dengannya. Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Aku kemudian mulai menghadiri setiap kelas yang diadakan oleh gereja dengan harapan menemukan jalan penerapan, tetapi aku tidak mendapatkan apa yang kuharapkan dari setiap kelas itu. Aku meminta bantuan ketua kelompok kami, yang hanya berkata, "Aku dan istriku juga sering bertengkar. Bahkan Paulus berkata: 'Karena aku tahu, bahwa di dalam aku (yaitu, di dalam dagingku), tidak ada hal yang baik, karena dalam diriku ada kehendak; tetapi aku tidak mendapati cara berbuat apa yang baik' (Roma 7:18). Tak seorang pun yang memiliki solusi untuk masalah yang kita hadapi dari siklus terus menerus berbuat dosa dan mengaku dosa. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya." Mendengarnya mengatakan ini membuatku merasa bingung: mungkinkah kita ditakdirkan untuk menghabiskan sisa hidup kita terperosok dalam konflik?
Pada bulan Maret 2017, suamiku, yang tadinya pendiam, tiba-tiba berubah menjadi orang yang suka bicara dengan penuh semangat. Selain itu, dia sering membagikan persekutuan denganku tentang pemahamannya akan ayat-ayat Alkitab, dan yang lebih mengherankanku adalah, apa yang dia bagikan dalam persekutuan benar-benar mencerahkan. Aku bingung; sepertinya dia tiba-tiba menjadi orang yang berbeda, dan segala sesuatu yang dia katakan benar-benar berwawasan luas. Aku benar-benar ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Suatu hari, aku secara tidak sengaja menemukan bahwa dia adalah anggota grup di sebuah aplikasi media sosial, dan langsung bertanya kepadanya apa yang dia bicarakan dengan mereka. Dengan wajah yang sangat serius, dia mengatakan kepadaku bahwa dia sedang merenungkan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali dan nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dia mengatakan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa telah mengucapkan jutaan firman dan sedang melakukan pekerjaan penghakiman dan penahiran umat manusia pada akhir zaman. Dia juga mengatakan bahwa itu menggenapi nubuat Alkitab ini: "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" (1 Petrus 4:17). Suamiku mengatakan kepadaku bahwa jika kita mencari penampakan Tuhan dan pekerjaan Tuhan, kita harus memusatkan perhatian kita untuk mendengar suara Tuhan dan bukan secara membabi buta berpegang teguh pada gagasan dan imajinasi kita. Jika kita tidak mencari kebenaran tetapi hanya dengan pasif menunggu penyingkapan Tuhan, kita tidak akan dapat menyambut kedatangan Tuhan kembali. Mendengar ini membuatku tertegun dan itu tampaknya tidak dapat dibayangkan. Kemudian terpikir olehku bahwa aku telah mendengar seorang pendeta India pernah berkata bahwa jika kita sampai mendengar sesuatu tentang kedatangan Tuhan kembali, kita harus mencari dengan hati terbuka dan menyelidikinya dengan sungguh-sungguh; kita tidak bisa bergantung pada gagasan dan imajinasi kita dan hanya menghakimi secara membabi buta. Jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, jika Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar adalah kedatangan-Mu kembali, kumohon pimpin dan bimbinglah aku sehingga aku bisa mencari kebenaran dan menyelidikinya dengan hati yang terbuka. Kalau bukan, kumohon lindungilah hatiku agar aku tidak menyimpang dari-Mu. Amin!"
Setelah menaikkan doa ini, aku membuka Alkitab dan melihat ini dalam Wahyu 3:20: "Lihatlah, Aku berdiri di pintu dan mengetuk: kalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu itu, Aku akan datang masuk kepadanya, dan bersantap dengannya, dia bersama-Ku." Tiba-tiba aku mendapat inspirasi dan merasa bahwa Tuhanlah yang sedang berbicara kepadaku, memberitahuku bahwa ketika Dia datang kembali, Dia akan mengetuk pintuku; aku merasa Dialah yang memerintahkan kepadaku untuk mendengarkan suara-Nya dan membuka pintu. Itu sama seperti gadis bijaksana di dalam Alkitab yang bergegas menyambut mempelai laki-laki ketika mereka mendengar suaranya. Aku kemudian teringat akan Yohanes 16:12–13: "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu." Ketika aku merenungkan ayat-ayat Alkitab ini, perasaan gembira muncul di dalam hatiku. Aku menyadari bahwa Tuhan telah lama mengatakan kepada kita bahwa saat kedatangan-Nya kembali, Dia akan mengucapkan lebih banyak firman dan mengaruniakan kebenaran kepada kita. Dan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman adalah pekerjaan mengungkapkan firman untuk menghakimi dan mentahirkan umat manusia—mungkinkah Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali? Jika Tuhan benar-benar telah datang kembali dan telah mengungkapkan kebenaran untuk menyelesaikan semua kesulitan manusia, maka ada harapan bagi kita untuk melepaskan diri dari ikatan dosa. Jadi, bukankah masalah antara aku dan suamiku dapat diselesaikan? Aku langsung meminta suamiku untuk menghubungkanku dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa; aku juga ingin menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman.
Ketika berada dalam sebuah ibadah, beberapa saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa memilih beberapa ayat Alkitab untuk bersekutu denganku mengenai berbagai aspek kebenaran, seperti cara Tuhan datang kembali, nama baru Tuhan, dan pekerjaan apa yang akan Dia lakukan. Persekutuan mereka sangat meyakinkan dan benar-benar baru bagiku. Aku benar-benar ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, jadi aku terus menerus berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk mencerahkanku sehingga aku dapat memahami firman Tuhan. Dengan membaca firman Tuhan dan mendengarkan persekutuan saudara-saudari, lambat laun aku mendapatkan pemahaman tentang tujuan Tuhan dalam pengelolaan-Nya terhadap umat manusia, tiga tahap pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia, dan hasil serta tempat tujuan manusia. Sementara menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku tetap tidak mampu menahan diri untuk bertengkar dengan suamiku karena beberapa hal sepele. Setelah kejadian itu, aku akan merasa sangat bersalah dan kecewa, dan aku akan bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa aku tidak pernah bisa melakukan firman Tuhan?" Ini membuatku bingung. Dalam suatu ibadah, aku bertanya kepada seorang saudari, "Mengapa aku dan suamiku selalu bertengkar? Mengapa kami tidak bisa hidup rukun dengan damai?" Dia menemukan beberapa bagian firman Tuhan untukku. "Sbelum manusia ditebus, banyak racun Iblis yang telah tertanam kuat di dalam dirinya. Setelah ribuan tahun dirusak oleh Iblis, di dalam diri manusia terdapat sifat dasar yang selalu menolak Tuhan. Oleh karena itu, ketika manusia telah ditebus, manusia mengalami tidak lebih dari penebusan, di mana manusia dibeli dengan harga yang mahal, namun sifat beracun dalam dirinya masih belum dihilangkan. Manusia masih begitu tercemar sehingga harus mengalami perubahan sebelum layak untuk melayani Tuhan. Melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran ini, manusia akan sepenuhnya menyadari substansi mereka sebenarnya yang najis dan rusak, dan mereka akan dapat sepenuhnya berubah dan menjadi tahir. Hanya dengan cara ini manusia dapat dilayakkan untuk kembali menghadap takhta Tuhan" ("Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Ia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia, tetapi tidak melepaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menanggung dosa manusia sebagai korban penghapus dosa, tetapi juga membuat Tuhan wajib melakukan pekerjaan yang lebih besar untuk melepaskan manusia dari wataknya yang telah dirusak Iblis. Jadi, setelah dosa manusia diampuni, Tuhan datang kembali menjadi daging untuk memimpin manusia memasuki zaman yang baru. Tuhan memulai melakukan hajaran dan penghakiman, dan pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan menerima berkat yang lebih besar. Mereka benar-benar hidup dalam terang dan akan mendapatkan kebenaran, jalan, dan hidup" (Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia).
Dia kemudian membagikan persekutuan ini: "Pada mulanya, Adam dan Hawa hidup bahagia di hadapan Tuhan di Taman Eden. Tidak ada percekcokan; tidak ada penderitaan. Namun setelah mereka mendengarkan si ular dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka menjadi semakin jauh dari Tuhan dan mengkhianati Dia, kehilangan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan hidup di bawah kuasa Iblis. Hari-hari kesedihan dan penderitaan pun dimulai. Keadaan seperti ini sudah berlangsung lama sampai sekarang, dan kita menjadi semakin dalam dirusak oleh Iblis. Kita penuh dengan watak Iblis yang rusak; kita semua sangat congkak, egois, curang, dan keras kepala. Kita mementingkan diri sendiri dalam segala hal, selalu ingin orang lain mendengarkan kita. Itulah sebabnya orang saling bertengkar dan membunuh. Bahkan orang tua dan anak-anak serta suami dan istri tidak memiliki toleransi dan kesabaran terhadap satu sama lain dan tidak dapat hidup rukun secara harmonis satu sama lain—kita bahkan tidak memiliki hati nurani dan nalar yang paling mendasar sekalipun. Meskipun kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus, meskipun kita berdoa kepada Tuhan, mengaku dosa, dan bertobat, dan kita berusaha keras untuk menaati ajaran-ajaran Tuhan, kita tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak berbuat dosa dan menentang Tuhan. Itu karena Tuhan Yesus hanya melakukan pekerjaan menebus umat manusia; Dia tidak melakukan pekerjaan penyelamatan dan penahiran manusia sepenuhnya. Menerima keselamatan Tuhan Yesus hanya berarti bahwa kita tidak lagi berdosa dan kita memiliki kesempatan untuk datang ke hadapan Tuhan dalam doa, untuk menerima belas kasihan-Nya, dan diampuni dari dosa-dosa kita. Namun, kita belum ditahirkan dari watak kita yang rusak. Natur dosa kita masih berakar dalam di dalam diri kita; kita masih membutuhkan Tuhan untuk datang kembali pada akhir zaman dan melakukan tahap pekerjaan untuk mentahirkan dan mengubah umat manusia, sehingga menyelesaikan masalah natur dosa kita. Dan sekarang Tuhan sekali lagi menjadi manusia, mengungkapkan firman untuk melakukan pekerjaan penghakiman dan penahiran untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari watak kita yang rusak dan memungkinkan kita untuk melepaskan diri dari pengaruh Iblis dan diselamatkan sepenuhnya. Selama kita terus mengikuti pekerjaan baru Tuhan, menerima penghakiman dan hajaran firman-Nya, mencari kebenaran, dan melakukan firman Tuhan, watak kita yang rusak akan berubah secara bertahap. Itulah satu-satunya cara kita akan dapat hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati, dan baru pada saat itulah kita dapat mencapai keharmonisan dalam hubungan kita dengan orang lain."
Akhirnya aku menyadari dari firman Tuhan dan persekutuan saudari ini bahwa alasan kita selalu hidup dalam keadaan berbuat berdosa dan kemudian mengaku dosa adalah karena meskipun Tuhan Yesus telah melakukan pekerjaan menebus umat manusia, dosa-dosa kita sebagai orang percaya hanya diampuni; namun, natur batiniah kita yang berdosa masih mengakar sangat dalam dan watak Iblis dalam diri kita belum ditahirkan. Contoh yang sempurna adalah ketika aku bermaksud menerapkan kesabaran dan toleransi sesuai dengan ajaran Tuhan, tetapi begitu suamiku mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak aku sukai, aku tidak mampu menahan diriku untuk tidak marah. Sebesar apa pun upayaku, aku tidak mampu mengendalikan diriku. Tanpa pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan kita, tidak mungkin bagi kita untuk membuang watak Iblis kita yang rusak dengan mengandalkan usaha kita sendiri. Dan sekarang, Tuhan telah berinkarnasi sekali lagi, datang untuk melakukan pekerjaan menghakimi dan mentahirkan umat manusia. Dengan menerima pekerjaan baru Tuhan dan sungguh-sungguh mengejar kebenaran, kita memiliki kesempatan untuk mencapai perubahan watak. Aku merasa benar-benar tersentuh dan sangat bersyukur atas anugerah Tuhan yang memungkinkanku untuk mendengar suara-Nya. Namun, aku masih belum sepenuhnya jelas—aku tahu bahwa Tuhan telah datang kali ini untuk mengucapkan firman untuk menyucikan dan mengubah kita, tetapi bagaimana caranya firman dapat menghakimi dan mentahirkan watak kita yang rusak? Jadi, aku menjelaskan kebingunganku.
Saudari itu membacakan bagian lain dari firman Tuhan untukku. "Di akhir zaman, Kristus menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan hakikat manusia, dan membedah kata-kata dan perbuatan-perbuatannya. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia harus menaati Tuhan, bagaimana setia kepada Tuhan, bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan lain-lain. Firman ini semuanya ditujukan pada hakikat manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan karena manusia merupakan perwujudan Iblis dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan bukannya begitu saja menjelaskan tentang sifat manusia hanya dengan beberapa kata. Dia menyingkapkannya, menanganinya, dan memangkasnya sekian lama. Cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan ini tidak bisa digantikan dengan kata-kata biasa, tetapi dengan kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia sama sekali. Hanya cara-cara seperti ini yang dianggap penghakiman, hanya melalui penghakiman jenis ini manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya untuk tunduk kepada Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Tujuan pekerjaan penghakiman agar manusia mengetahui wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua hasil ini dicapai melalui pekerjaan penghakiman, karena substansi pekerjaan ini adalah pekerjaan membukakan kebenaran, jalan, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan" ("Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Kebenaran" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Dia melanjutkan untuk berbagi lebih banyak persekutuan denganku. "Firman Tuhan dengan jelas menerangkan kepada kita cara Dia melakukan pekerjaan penghakiman. Dia menggunakan firman untuk menghakimi dan menyucikan umat manusia; Dia terutama menggunakan firman untuk secara langsung menyingkapkan dan membedah natur dan esensi kita yang rusak serta watak Iblis dalam diri kita. Dia juga dengan jelas memberi tahu kita cara kita seharusnya tunduk kepada Tuhan dan menyembah-Nya, cara hidup dalam kemanusiaan yang sebenarnya, cara mengejar kebenaran untuk mencapai perubahan watak, cara menjadi orang yang jujur, serta apa kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia. Dia telah memberi tahu kita orang macam apa yang Dia sukai dan orang macam apa yang Dia singkirkan, dan masih banyak lagi. Dia juga mengatur orang, peristiwa, segala sesuatu, dan lingkungan untuk memangkas dan menangani kita, untuk menguji dan memurnikan kita. Ini menyingkapkan watak kita yang rusak dan memaksa kita untuk datang ke hadapan Tuhan dan mencari kebenaran, untuk menerima penghakiman dan hajaran firman-Nya, serta merenungkan dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita merasa seakan-akan Dia sedang berbicara dengan kita, muka ke muka, dengan jelas, sepenuhnya menyingkapkan pemberontakan dan penentangan kita terhadap-Nya, motif dan gagasan serta imajinasi kita yang keliru. Baru pada saat itulah kita dapat melihat bahwa natur dan esensi kita penuh dengan kecongkakan, kesombongan, tipu muslihat, kebengkokan, keegoisan, dan kejahatan. Kita melihat bahwa kita sama sekali tidak memiliki hati yang penuh sikap hormat kepada Tuhan dan bahwa kita hidup sepenuhnya berdasarkan pada natur Iblis kita yang rusak, bahwa segala sesuatu yang kita ungkapkan adalah watak Iblis dalam diri kita, dan kita sama sekali tidak memiliki keserupaan dengan manusia. Kita mulai membenci diri kita sendiri dan dibuat jijik oleh diri kita sendiri dari dalam hati kita dan berharap untuk tidak lagi hidup di bawah pengaruh Iblis, serta dipermainkan dan dilukai oleh Iblis. Yang terutama, melalui penghakiman dan hajaran Tuhan, kita melihat esensi-Nya yang kudus dan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran. Hati yang penuh sikap hormat kepada Tuhan bertumbuh di dalam diri kita dan kita jadi rela melakukan kebenaran demi memuaskan Tuhan. Begitu kita mulai melakukan kebenaran, watak Tuhan yang penuh kebaikan dan belas kasihan muncul di hadapan kita. Dengan terus membaca firman Tuhan dan mengalami penghakiman dan hajaran-Nya, kita memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang natur kita yang rusak, kita lebih memahami kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, dan menjadi semakin bersedia untuk menerima dan tunduk pada penghakiman dan hajaran-Nya, meninggalkan kedagingan, melakukan kebenaran, dan memuaskan Tuhan. Kita semakin sedikit menyingkapkan kerusakan, melakukan kebenaran menjadi semakin mudah, dan kita secara bertahap masuk ke jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dengan mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita semua dapat memastikan dari dalam hati kita bahwa ini adalah obat mujarab yang menyelamatkan dan menyembuhkan kita dari watak kita yang rusak. Ini adalah kasih Tuhan yang paling sejati bagi kita manusia yang rusak, dan tanpa mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, kita tidak akan pernah mampu untuk hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati."
Firman Tuhan dan persekutuan saudari itu berdampak sangat besar terhadapku. Aku merasa bahwa pekerjaan penghakiman dan hajaran Tuhan pada akhir zaman benar-benar sangat praktis, dan bahwa jika kita menginginkan watak kita yang rusak diubah, kita harus mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Kalau tidak, kita akan hidup selamanya dalam siklus berbuat dosa dan mengaku dosa, dan kita tidak akan pernah lepas dari ikatan dosa. Jadi aku menaikkan doa kepada Tuhan di dalam hatiku, memohon kepada-Nya untuk menyirami dan memberiku makan dengan firman-Nya, dan mengatur lingkungan untuk menghakimi dan menghajarku sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri, watakku yang rusak dapat segera diubahkan suatu hari nanti, dan aku bisa hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati.
Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku juga mendapatkan pemahaman baru tentang pernikahan yang telah Tuhan atur untukku. Pada satu titik, seorang saudari membacakan beberapa bagian firman Tuhan untukku. "Orang pada umumnya punya banyak bayangan tentang pernikahan sebelum mereka mengalaminya sendiri, dan semua bayangan ini nampak indah. Wanita biasanya membayangkan pasangan mereka kelak adalah Pangeran Tampan, dan para pria membayangkan akan menikahi Putri Salju. Fantasi-fantasi seperti ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki persyaratan yang berbeda akan pernikahan, sejumlah tuntutan dan standar mereka sendiri" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Pernikahan adalah titik peristiwa penting dalam hidup seseorang. Peristiwa ini merupakan produk dari nasib seseorang, mata rantai penting dalam nasibnya, tidak dibangun di atas kemauan atau pilihan pribadi seseorang, dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, melainkan sepenuhnya ditentukan oleh nasib kedua belah pihak, oleh pengaturan Sang Pencipta dan penentuan nasib pasangan tersebut" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Jadi, ketika seseorang memasuki pernikahan, perjalanan hidupnya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidup belahan jiwanya. Begitu juga sebaliknya, perjalanan hidup pasangannya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, nasib manusia saling berkaitan, dan tidak seorang pun yang mampu memenuhi misinya atau perannya secara terpisah dari orang lain. Kelahiran seseorang terjadi di atas sebuah rantai pertalian yang sangat besar; proses pertumbuhan seseorang juga melibatkan sebuah rantai pertalian yang sangat kompleks; demikian juga pernikahan tentu hadir dan mempertahankan jejaring hubungan manusia yang kompleks dan luas, melibatkan setiap anggota dan memengaruhi nasib siapa pun yang menjadi bagian di dalamnya. Sebuah pernikahan bukanlah produk dari keluarga kedua pihak, ataupun keadaan tempat mereka bertumbuh, penampilan mereka, usia, sifat, bakat mereka, atau faktor-faktor lain; pernikahan lahir dari misi bersama dan nasib yang saling berkaitan. Inilah asal-usul pernikahan, sebuah produk dari nasib manusia yang diatur dan ditata oleh Sang Pencipta" ("Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Dia kemudian membagikan persekutuannya denganku. "Setiap pernikahan kita telah ditentukan dari semula oleh Tuhan, dan Tuhan sejak lama telah menentukan dengan siapa kita akan memulai sebuah keluarga—ini semua diatur melalui hikmat Tuhan sendiri. Pernikahan yang Dia pilih untuk kita tidak tergantung pada status sosial, penampilan lahiriah, atau kualitas kita, tetapi itu ditentukan oleh tugas kedua orang tersebut dalam kehidupan. Namun, kita dikendalikan oleh watak kita yang rusak, jadi kita terus-menerus memiliki banyak tuntutan terhadap pasangan kita, selalu ingin mereka melakukan sesuatu dengan cara kita. Ketika mereka tidak melakukannya, kita menolak untuk menerima ini dan merasa tidak puas; kita berdebat dengan mereka dan menjadi marah, atau bahkan mengeluh, dan kita menyalahkan dan salah memahami Tuhan. Ini membawa kedua orang tersebut hidup dalam penderitaan. Penderitaan semacam itu tidak disebabkan oleh orang lain, juga bukan disebabkan oleh aturan dan pengaturan Tuhan, tetapi itu terjadi karena kita hidup dengan watak kita yang congkak dan sombong. Watak rusak semacam itu membuat kita berseberangan dengan aturan Tuhan; kita tidak mampu tunduk pada pengaturan dan rencana-Nya."
Mendengar persekutuan saudari ini, aku mengingat kembali tentang hubunganku dengan suamiku. Aku selalu menyatakan ketidakpuasan terhadapnya dan selalu menuntut agar dia melakukan segala sesuatu dengan caraku—kalau dia tidak memikirkanku, menunjukkan perhatian dan memedulikanku, kalau dia tidak menanyakan kesehatanku, aku akan mengeluhkannya dan berpikir bahwa dia tidak baik. Aku akan memandang rendah dirinya dengan segala cara dan mengobarkan perang dingin dengannya, mengabaikannya. Akhirnya aku melihat bahwa aku benar-benar adalah orang yang congkak, sombong, egois, dan tercela. Aku adalah orang yang hanya memikirkan kepentinganku sendiri dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Setelah merenungkannya dengan saksama, aku memahami bahwa sesungguhnya tidak benar suamiku tidak peduli kepadaku, hanya saja kepribadiannya lebih tertutup dan tidak terlalu ekspresif secara emosi. Dia juga memiliki pemikiran dan kesukaannya sendiri, tetapi aku bersikeras memaksanya untuk melakukan segala sesuatu yang tidak dia sukai. Aku selalu ingin semua yang dia lakukan selalu tentangku, dan itulah yang menyebabkan banyak konflik terbangun di antara kami. Lalu aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa menyesal atas perilaku masa laluku. Aku juga teringat tentang apa yang dikatakan suamiku, bahwa di masa lalu, akulah yang telah membagikan Injil Tuhan kepadanya, tetapi sekarang malah dia yang membagikan Injil Tuhan pada akhir zaman kepadaku. Ini adalah anugerah Tuhan yang besar bagi kami dan pengaturan-Nya yang menakjubkan. Kami berdua adalah orang yang sangat diberkati, tetapi aku benar-benar tidak tahu terima kasih. Sebaliknya, aku tidak mau tunduk pada pernikahan yang telah Tuhan atur untukku, terus-menerus menyalahkan Tuhan. Aku melihat bahwa aku sangat congkak, terlalu tidak berakal sehat! Syukur kepada Tuhan karena membimbingku dengan firman-Nya. Aku telah menemukan akar dari segala penderitaan dalam pernikahanku—aku mendapatkan perasaan yang nyaman dan bebas di hatiku. Aku juga mulai mau bersandar kepada Tuhan dan mencari Tuhan dalam hidupku sejak saat itu, meninggalkan watakku yang congkak dan sombong, dan berhubungan secara harmonis dengan suamiku.
Sejak itu, aku dan suamiku sering membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran bersama-sama, dan kami melaksanakan tugas makhluk ciptaan dengan sebaik-baiknya. Kami juga diberi makan dan disirami oleh firman Tuhan setiap hari; ketika kami menghadapi masalah, kami mencari kehendak-Nya berdasarkan firman-Nya. Jika kami memang menyingkapkan kerusakan atau bertengkar, kami berdua akan datang di hadapan Tuhan, dan merenungkan serta mengenal diri kami sendiri. Ketika kami melakukannya, kami mendapatkan lebih banyak pengertian dan saling mengampuni. Pertengkaran kami semakin jarang, kehidupan rumah tangga kami menjadi harmonis, dan hidup kami telah semakin memberi kepuasan. Yang paling mengharukan bagiku adalah pemahaman suamiku tentang kebenaran lebih baik daripada pemahamanku. Dia sering membagikan persekutuan denganku tentang pemahamannya akan firman Tuhan, dan ketika dia melihatku menyingkapkan sebuah watak yang rusak, dia mempersekutukan kebenaran dan kehendak Tuhan bersamaku. Aku benar-benar merasakan perhatian dan cintanya kepadaku—aku merasakan kebahagiaan di hatiku. Mengingat kembali bagaimana kehidupan kami di masa lalu, aku dan dia masih orang yang sama; hanya saja karena kami telah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan telah memahami beberapa kebenaran, semuanya sama sekali telah berubah. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena menyelamatkan kami!
1 note · View note
jasaorgantunggalpro · 7 years
Text
Sewa Organ Tunggal Pernikahan Jakarta Pedang Pora di Ditlog Polri
Sewa Organ Tunggal Pernikahan Jakarta Pedang Pora di Ditlog Polri
Di hari Sabtu, tanggal 29 April 2017,  kami dipesan dalam Sewa Organ Tunggal Pernikahan Jakarta Pedang Pora di Ditlog Polri. Acara resepsi pernikahan antara Mas Jaka dan Mba Audi ini dimulai dari Pk 19.00 hingga Pk 21.00 dan berlokasi di Gedung Ditlog Polri Cipinang Jakarta Timur. Pernikahan ini merupakan penikahan antara Kapten Penerbangan (TNI-AU) yang gagah dengan Ibu Dokter yang cantik,…
View On WordPress
0 notes
wrismawan · 6 years
Text
Menjelang 1 Tahun Pernikahan
Jam 12.08AM, tengah malam. Harusnya saya bergegas menyiapkan materi untuk mengisi acara besok pagi—yang juga belum selesai pfft.
Tapi terdistrak dengan note di Evernote berjudul “Untitled Note” buatan Kania—yang bikin senyum-senyum.
Setelah dicek lebih detail, ternyata note tersebut dibuat di tanggal 9 Desember 2017, di dalam Notebook Evernote: “Rismawan Family”. 
Isi notebook tersebut diantaranya adalah catatan pribadi saya yang ditulis beberapa hari sebelum akad, khusus untuk dibaca Kania setelah kami resmi halal. Karena dari pertama kenal (di kantor) sampai menjelang pernikahan, kami minim interaksi-interaksi yang kurang perlu.
Isi catatannya semacam daftar kesepakatan dan visi saya saat itu ketika kami sudah menikah. InsyaAllah belum berubah sampai saat ini.
Kalau dibaca lagi, bikin senyum-senyum sendiri. hehehe
Sengaja saya bagikan di sini untuk menjadi pengingat diri saya pribadi.
13 Agustus 2017
Thougts:
Relationship Goal: Ke Syurga Bersama
Salah satu tugas masing-masing kita adalah saling mengingatkan untuk senantiasa bersyukur dalam senang atau sedih, lapang atau sempit, mudah atau sulit. Syukur aja? Mengapa tidak juga dengan sabar? Karena saya percaya, dalam syukur, terkandung sabar.
Utarakan keinginan dan ekspektasi yang diharapkan dari pasangan. Meskipun itu hal-hal yang menurut kita mungkin remeh-temeh. Dengar, antara kita, tidak ada suatu hal yang levelnya remeh. Semuanya penting, jadi jangan sungkan untuk mengutarakan.
Sebagai pembelajar, kesalahan itu sebuah kewajaran. Itu bagian dari proses belajar yang tidak bisa dipisahkan. Selama dipertanggung jawabkan, semuanya dalam status: baik-baik saja. Budaya apresiasi menjadi penting, untuk menjaga motivasi.
Tidak boleh ada pertengkaran yang dibawa tidur. Semuanya harus selesai sebelum tidur. Komunikasi, empati dan keinginan untuk terus berbenah satu sama lain menjadi kunci.
Selama masih dalam koridor kebenaran dan masih dalam batas kewajaran, tidak ada salahnya mencoba untuk berubah atau menyesuaikan, dalam rangka mendapatkan kesenangan pasangan, anak, dan keluarga. Meskipun itu kesenangan yang sederhana.
Keluarga itu penting.
Tidak ada yang salah dengan menuntut, sepanjang kita memegang prinsip dan mempraktikkannya dalam sehari-hari: bahwa memberi dan melayani itu 100x lebih membawa maslahat. Giving is getting more.
Tidak ada masalah yang tidak bisa di selesaikan. Usahakan maksimal, setelahnya terserah Allah. Allah tau kapasitas kita, Allah ndak suka kita merasa lemah.
Pahami keinginan pasangan.
Tidak boleh ada rahasia yang berjangka waktu selamanya, pahit atau manis. Terbukalah.
Belajar untuk saling mencintai setiap hari, jatuh cinta minimal satu minggu sekali.
Depok, 18 Agustus 2017
Harapan ke Kania
Menjadi partner yang tumbuh bersama.
Saya ingin Kania memahami kekurangan-kekurangan saya sampai hal yang paling kecil. Nanti saya akan beri tahu daftar kekurangan itu. Lama-lama, Kania juga akan menambah panjang daftar kekurangan itu. Sesekali sesekali Kania mungkin akan menghapusnya, lalu menambahnya lagi. Daftar itu sangat mungkin tidak akan pernah bersih. Biar Kania percaya bahwa saya manusia, bukan malaikat hehe.
Pada prinsipnya, saya senang berbenah. Bantu saya menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari ya.
Kania tidak boleh menjadi wanita biasa-biasa saja. Keluarga kita harus hebat.
Saya ingin Kania tumbuh menjadi seorang istri dan ibu yang hebat, karena Kania punya peran yang sangat penting di keluarga kecil ini, keluarga yang terobsesi menjadi keluarga “hebat”.
Fokuslah untuk memberi kontribusi dan manfaat untuk masyarakat dengan potensi yang Kania punya. InsyaAllah saya akan membantu semaksimal yang saya bisa. Saya akan memastikan diri saya menjadi orang paling pertama yang mendukung Kania, apapun dan bagaimana pun kondisinya. Saya tidak rela kalau orang lain yang mengambil peran itu.
Konsekuensi logis dari itu semua, sangat mungkin akan banyak yang dikorbankan: waktu luang, kerapihan rumah, tumpukan baju yang harus di setrika, tenaga, energi, harta bahkan intensitas waktu kita bersama. Tapi mudah-mudahan itu semua dinilai Allah sebagai bukti cinta kita kepada agama ini.
Definisi kebahagiaan untuk keluarga kita mungkin tidak dengan berwisata ke luar pulau, jalan-jalan ke mall, nonton ke bioskop, makan di luar bersama, seperti definisi kebahagiaan kebanyakan orang. Semua itu tidak salah, sama sekali tidak salah. Sesekali, duakali, tiga kali mungkin kita akan memerlukannya. Tapi bukan itu satu-satunya cara kita untuk mencapai kebahagiaan.
Saya ingin keluarga ini mampu menghadirkan kebahagiaan bersama dengan kesibukannya dalam berbagi, berkarya dan berkontribusi.
Dari dulu saya memiliki cita-cita, agar keluarga saya kelak bisa menjadi kendaraan untuk siapa saja yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya dan mengenal Rabb-nya.
Aamiin...
Enggak terasa, waktu 1 tahun berlalu. Begitu banyak nikmat Allah yang diturunkan untuk keluarga kecil kami. Alhamdulillah.
Mungkin begitu banyak pula nikmat Allah yang luput dari ekspresi syukur kami.
Semoga kami dimasukkan dalam golongan hamba-hamba yang bertaubat & bersyukur.
Depok, 25 Agustus 2018, 12:28AM
cc: @kaikania
149 notes · View notes
yulisyahdaulay · 6 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillahirabbil'alamin Dlm kesempatan ini, sy ingin bercerita sedikit mengenai pertemuan abg nabil dgn sy. . Okt 13:Pertemuan pertama di Lab Ergonomi UGM. Allah menggariskan takdir yang indah hingga sy diplotkan utk menjadi slh satu dr 5 anggota PKM yg diketuai abg nabil utk projek sekitar 8 bln. . Jan 14:Keluarga BEMKMFT UGM. Pd bln Jan 2014, sy resmi mnjd anggota dari dept. Sosmas BEM. Abg nabil adlh kepala dept. PSDM BEM shg kami bertemu bbrp kali ktka ada acara BEM keseluruhan sprti upgrading, rapat umum, dll. . 2013-2015 Sy memiliki bbrp projek sm abg nabil & anggota tim lainnya dmn posisi sy sbgai anak didik. Abglah yg mengajarkan hal2 dasar seperti proposal, ppt, dll kpd sy dgn sabar & percaya. Sy benar2 sgt berhutang byk kpd abg sbg anggota & murid. . 2014-Jun 2015 Sy berada di jurusan yg sama dgn abg nabil, jurusan teknik mesin (abg) & industri (sy). Sy sgt suka menghabiskan waktu di perpus jurusan sambil menunggu kelas. Fira, abg nabil, mas hibran & mas faiz jg sering ke perpus shg kami kadangkala ngobrol brsma . Jul 15-2018 Kami hampir tidak pernah bertemu lg krn: - Abg nabil ke luar kota & luar negeri utk lomba2, exchange, internship, & KKN. - Sy jg ke luar kota & luar negeri utk exchange, lomba, & KKN. - Stlh lulus thn 2017, abg lanjut kerja di Jerman selama 1 tahun - 2017 > Sy fokus memperbaiki nilai, skripsi & kerja di Jakarta . 27 Agsts 18 Alhamdulillah keluar pengumuman bhw sy lolos beasiswa Australia Awards Indonesia. Beasiswa yg sm dgn yg didapatkan abg nabil di thn 2017 tp baru brgkat thn 2019 krn kontrak kerja di Jerman. . 23 Sep 18 Abg dan ayah dtg ke rumah di Medan utk meminta izin utk menikahi sy ke papa dan mama. . 15 Des 18 Pernikahan yg menyatukan abg & sy dlm ikatan suci Alhamdulillah terlaksana dgn penuh keberkahan & kerahmatan Allah swt. . Sekarang? Abg & sy sdg berjuang lebih lanjut dg mengambil master di Melbourne, Australia. Smg ilmu pengetahuan diperoleh dpt bermanfaat utk masyarakat yg banyak, Aaamiin :) . Rasa syukur yg tiada henti kepada Allah swt. krn telah menganugerahi sy dgn imam sholeh yg berhati lembut @nabilsatria “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” (ar-Rahman: 13). (at Gedung Graha Dr.fatimah Gultom) https://www.instagram.com/p/BtabM6JnrQb9F5jAf5NAMRqUsPwZ3eqos74y6k0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=7hxr78ewly9j
2 notes · View notes
baliportalnews · 2 years
Text
Festival Budaya Loloan, Tampilkan Tradisi Loloan Tempo Dulu
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA - Sempat ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, festival budaya loloan yang menampilkan tradisi tempo dulu loloan kembali digelar, Sabtu (30/7/2022). Serangkaian festival dalam menyambut Tahun Baru Islam 1444 Hijriah menampilkan berbagai kekayaan budaya, keunikan tradisi, kuliner loloan di sepanjang jalan Kelurahan Loloan Timur Kecamatan Jembrana. Tema yang diangkat kali ini ‘Melintasi Lorong Boedaja Kampoeng Loloan’ mengajak masyarakat yang hadir bernostalgia akan tradisi khas masyrakat Loloan tempo dulu. Festival dibuka langsung Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, menyuguhkan atraksi budaya, mulai dari tarian, musik, pencak silat, makanan hingga prosesi pernikahan ‘Loloan Djaman Lame’. Bupati Tamba sangat mengapresiasi berbagai atraksi festival serta berkesampatan mengunjungi setiap stand pameran yang ditampilkan. Festival ini kata Bupati, untuk memperkenalkan tradisi tempo dulu kepada generasi muda dan masyarakat sekaligus sebagai pelestarian budaya loloan beserta sejarah panjangnya. "Saya sangat ingin acara ini dilakukan, dan malam ini sungguh luar biasa. Apa yang sudah dilakukan dan dirancang oleh panitia bersama pak kaling, ini saya acungi jempol," ujar Bupati Tamba dalam sambutannya. Lanjutnya, Bupati Tamba sangat senang dengan konsep festival yang ditampilkan sehingga menarik perhatian banyak masyarakat untuk datang menyaksikan festival ini. "Cara menampilkan, memvisualkan kehidupan Loloan di jaman lama itu sangat dapat," imbuhnya. Tidak hanya warga di Jembrana, festival ini juga turut dihadiri warga dari luar Bali seperti dari Padang, Lampung, Sampit bahkan dari Malaysia. Sementar itu Ketua Panitia Festival Budaya Loloan, Ainur Rofiqi mengatakan penyelenggaraan Festival Budaya Loloan yang mengusung konsep Loloan Djaman Lame ini adalah kali keempat. Setelah sebelumnya sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19. "Sebelumnya mulai tahun 2017-2018 kami laksanakan dengan swadaya. Lalu ditahun 2019 didukung oleh Pemkab Jembrana. Setelah pandemi Covid-19 melanda, dua tahun tidak pernah dilaksanakan. Dan alhamdulillah, tahun ini dengan penuh kebahagiaan kami dapat melaksanakannya dengan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Jembrana," jelas Ainur. Untuk pelaksanaan festival tahun 2022, pihaknya menyebutkan bahwa acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari dari 29-31 Juli 2022 dan menampilkan 18 stand pameran. "Festival Budaya Loloan Djaman Lame ini dimulai pada 29 Juli 2022, yang ditandai dengan pawai obor, parade sepeda onthel dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan malam ini yakni Loloan Djaman Lame, tidak kurang terdapat 18 stand budaya yang ditampilkan sebagai langkah menjaga tradisi dan warisan datuk moyang Loloan," lanjutnya. Ainur Rofiqi mengucapkan terima kasih atas dukungan Pemkab Jembrana sehingga festival ini dapat kembali dilaksanakan dengan lancar. "Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kabupaten Jembrana yang men-support kegiatan para pemuda di Loloan ini dari awal hingga akhir, dan juga kepada dinas, para tokoh dan masyarakat Loloan pada umumnya yang ikut bersama-sama mensukseskan acara ini," pungkasnya.(ang/bpn) Read the full article
0 notes
flavorofit · 3 years
Text
Tumblr media
Bikin playlist nikahan ini sejak tahun 2017. Udah 5 tahun ternyata!
Lagunya terus bertambah, sekarang di posisi 83 lagu dengan durasi 5 jam 12 menit (padahal yakin banget kalo nanti nikah ga mungkin se-lama ini juga durasi acaranya lol).
Namun demikian, tetep seneng ngumpulin lagu-lagu bertemakan cinta macam begini. Kalo denger lagu yang melodinya manis, liriknya nyentil, langsung pengen aku masukin ke playlist ini bawaannya. 
Ngga tau bakal sampe kapan playlist ini terus diisi, tanpa bener-bener diperdengarkan di “Ehe” atau acara pernikahanku sendiri, aku bakal terus kumpulin lagu-lagunya sampai saat itu tiba sih :)
Sekarang lagi happy sama kehidupan yang ada di hadapan aku. Ngga pengen buru-buru gas ngeng satsetsatset settle down hanya karena faktor usia, atau takut ga laku lagi, sebuah perasaan yang cukup menghantui beberapa tahun terakhir. Bersyukur banget dikasih perasaan kaya gini. Rasa cukup, rasa penuh kasih dan sayang. 
I know my value. Dan nilai diri aku bukan hanya diukur dari status pernikahan.
0 notes
kurniawangunadi · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hikmah Pertemanan 
Awal bulan Desember ini, saya pergi ke Bandung untuk menghadiri pernikahan teman baik saya, Ardhyaska dan @ainirifana. Di acara tersebut, saya bertemu dengan teman sekelas saya waktu kuliah di DP ITB, baru saja pulang dari S2 di luar dan sekarang sedang berkarya di sebuah start-up. Dia dan tim nya sedang mengembangkan aplikasi belajar Al Quran, namanya Learn Quran.
Waktu kuliah di ITB, saya ingat sekali baru belajar tahsin di Masjid Salman ITB ketika masuk semester 6 pada waktu itu. Belajar di gedung kayu Salman bagian timur, bersama dengan bapak-bapak. Kiranya dulu saya paling muda, saya masih mengingat momen-momen tersebut dengan baik.
Belajar Al Quran adalah hal yang asing bagi saya waktu itu. Saya pikir, cukup dengan bisa membaca, itu sudah selesai. Nyatanya tidak, salah panjang pendeknya saja bisa mengubah makna, apalagi salah melafal ejaan hurufnya dengan tepat.
Saya amat bahagia memiliki lingkaran pertemanan sepositif ini, teman-teman yang tidak pernah saya sangka memiliki semangat kebaikan-kebaikan serta semangat untuk bisa membantu orang lain.
Sepulang dari Bandung, teman saya menghubungi saya lagi. Dan ini adalah hikmah pertemanan berikutnya dan semoga bisa menjadi manfaat untuk teman-teman semuanya. Saya diberikan kesempatan untuk menjajalnya, juga untuk teman-teman semuanya dan bisa mendapatkan versi PRO nya dengan gratis.
begini langkahnya :
1. Download dan instal Aplikasi Learn Quran Tajwid
2. Pilih menu “Hilangkan Iklan”, lalu pilih tebus voucher (redeem)
3. Masukan kode voucher gunadi (saat ini, kode ini hanya untuk pengguna Android) 4. kode vouchernya ini hanya bisa dipakai antara tanggal 21-25 Desember 2017
Nah, ini adalah hikmah pertemanan yang patut disyukuri. Teman-teman bisa menjajal aplikasinya dan bisa masuk ke fitur pro dengan redeem voucher tadi, sekaligus teman-teman bisa memberikan masukan ke pengembangnya. Masukan-masukan tersebut sangat berguna agar aplikasi ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik, menjadi lebih bermanfaat. Semoga kebaikan-kebaikan seperti ini bisa menjadi pemberat amal kita di hari akhir. Aamin.
Yogyakarta, 21 Desember 2017 | (c)kurniawangunadi
294 notes · View notes