Tumgik
#bayiku
Photo
Tumblr media
"Bunda, Ketahui Beraagam Manfaat Kacang Merah untuk Bayi" Supplier Pakaian Bayi dan Anak Import @willica_babykids @willica_babykids.jkt #bayibarulahir #bayi #bayisehat #bayiku #bayiindonesia #newborn #baby #bayilucu #bayisehat #klikdokter.com #bayiceria #bayiindonesiasehat #pedulianak #kesehatananak #kesehatanbayi #kesehatanbaby #babysehat https://www.instagram.com/p/CpCIxOMSqdj/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
hoshykitty · 4 months
Text
Tumblr media
"—'cause I swore no one can survive him. I didn't, for godsake. Damn it."
"Is that supposed to be a bad thing?"
It wasn't supposed to be a bad thing. It was a good thing that i didn't survived the kwon soonyoung. Fakta, fakta, fakta, dan seribu faktanya, aku lega bisa putus hubungan dari kwon soonyoung si ayam kampus. I could never survived him. Aku enggak akan pernah bisa menggantikan peran si pacar perempuan yang menanggung akibat breeding kink-nya. Walaupun, soonyoung menyelesaikan masalahnya dengan bijak (entahlah, apa menikah muda termasuk menyelesaikan masalah dengan bijak?) Aku dengar mereka cukup bahagia, bayi merubah segalanya sepertinya, aku enggak sempat lihat raut wajahnya seperti apa, karena, kasihannya, aku pacar terakhir sebelum istrinya waktu itu. They didn't invite me. Understandable. So i did him a favor, five years ago today, he didn't get the invitation of my wedding as well.
Tapi, sama seperti hubunganku dengan kwon soonyoung, i also didn't survived my ex husband (or is it the other way around?). Too much noises, screaming, crying, dan bayiku enggak bisa tidur nyenyak selama 3 bulan terakhir sebelum kami pisah ranjang dan mulai bicara melalui pengacara kami. Don't worry, the divorce went well. I married him for a reason, I love him for always be the man, the man, the simple man, a man full of responsibility. Hari ini giliran dia yang menjemput anak kami di daycare dan menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, sementara aku menikmati festival kampus. Kampus yang sama di mana aku menghabiskan waktu masa mudaku dan kwon soonyoung.
Lana menggaruk tipis hidungnya, "katanya dia bawa anaknya?"
"Yang jebol itu?"
"Bayi, sih, jadi kayaknya bukan," jawabnya. "Anak keduanya? Ketiga? Keempat?"
"And he managed to looked that hot?" Aku menunjuk ke arah panggung, tempat dia dan dua orang teman band-nya manggung. "Not fair, lana. Pasti itu keponakannya."
"Masalahnya, urgensinya apa kalau dia segala bawa keponakannya manggung? Itu bayi, loh, mau keponakannya atau bukan, it's not wise to bring a baby in this crowded, loud place, a festival! Unless he don't have someone to look after his baby that is."
True. Mau pakai teori apapun juga sulit dibantah kalau kenyataannya kwon soonyoung membawa bayi kecil ke kerjaan manggung band-nya. Apa istrinya juga sibuk kerja? Apa nanti aku harus kasih tau dia tempat daycare yang bagus?
Singkat cerita, aku menggunakan privilege sebagai panitia dosen yang bertanggung jawab atas acara ini untuk mampir ke belakang panggung. Toh, aku juga yang sempat merekomendasikan alumni seperti soonyoung untuk masuk ke dalam line-up festival kami.
"Soonyoung!"
Responnya, "No way in hell?"
"I know."
Soonyoung tertawa renyah dan apa kata lana tadi? Baby in his arms. Telinga kecilnya dipakaikan pengedap suara yang bentukannya mirip headphone dan bibir kecilnya sedang menyedot botol susu. Aku tersenyum, "reminds me a lot when my baby just this small and i need to bring him everywhere."
Soonyoung balas senyum. "Sehat?"
Aku mengangguk, "sehat," balasku. "Thank you for coming. Tadi keren banget, sama kayak dulu."
"Tadi nonton?"
"Yep," aku mengangguk mengiyakan, "cool as ever."
Soonyoung mengenalkanku dengan dua teman band-nya yang barusan manggung dengannya, kepalaku mencoba mengingat-ingat dua juniorku yang bentuk wajahnya tertinggal di laci memoriku paling belakang, jadi aku bilang, they looked familiar, though, I'm sure I've seen them somewhere, soonyoung mendengus dan berkata dasar memori ikan. Tepat setelah itu, bayinya soonyoung mengeluarkan pup dahsyat.
"Sorry," katanya, di nursery room, di fakultas kedokteran. Dua bola mataku hanya terfokus memerhatikan tangan lihai soonyoung yang mengurus pup, pampers, bola kapas seperti seorang professional.
"She's a baby, what are you sorry for?"
"I know," gumamnya, "hari ini aku banyak repotin orang-orang."
"Gara-gara bayi?"
"Iya," soonyoung mengangkat dua kaki mini bayinya sebelum menempatkan pampers bersih di bawah bokong lembut bayinya. "Ibunya ada jadwal interview. She can't miss it."
"Jadi bener ini keponakan kamu?"
Kepalanya tertoleh kepadaku otomatis, binar matanya terkejut, "hah? She's mine," ujarnya, "my third child."
Ah, soonyoung sudah sampai di panggung yang itu, ya, he's a father of three children. Aku tiba-tiba pengen tertawa terbahak-bahak, tapi sepertinya enggak etis. Jadi, dengan penuh hormat, aku memujinya, "soonyoung, that's amazing."
"Punya tiga anak?"
Aku mau bertanya apa breeding kink-nya telah mengkhianatinya untuk ketiga kalinya, but i don't think it's appropriate, "I mean, i enjoyed the motherhood, but, like, i had one and went through hell. Kamu harus baik-baik sama istrimu."
"Kayaknya aku kurang baik sama dia jadinya kita cerai."
"Oh, fudge."
Dia mendengus, "Yeah, fudge."
"Gak nyangka aku ketemu lagi sama mantanku di situasi janda duda."
Atensinya terbelah lagi dari onesie harimau yang dia keluarkan dari tas bayinya, ke aku, "The fuc—dge?" soonyoung menyumpal pacifier ke mulut bayinya. "Are you fudging with me?"
Aku menunjukkan punggung tangan kananku, gave him a closer look on my empty ring finger, "we were supposed to celebrate the fifth year anniversary today."
Soonyoung menggelengkan kepalanya, almost giggling but for whatever reason, he zip it, "gila."
"That's my line?" ucapku, menatap dua pasang mata kecil yang mengedip-ngedip ke arah langit-langit ruangan. "How old is she?"
"Sepuluh bulan," jawab soonyoung. "Officially divorced when she was seven months old," jarinya menarik zipper onesie bayinya ke atas, lalu mengusap pipi gembulnya lembut, "we were trying to make everything alright, she was the part of the plan—she was the blue print actually."
"Oh, wow?"
"Iya, aku tahu kok, we shouldn’t have brought her to the world, that's what we thought," katanya pelan, "when we broke up, she was two weeks pregnant with my baby. Our parents is overjoyed, baby will fixed things they said, y'know, bring up the old flames or something."
"Don't worry, my parents said the same thing too," sepasang netra soonyoung bertemu dengan milikku, bibirnya terbuka sedikit seolah mau berkata oh jadi bukan aku aja, aku mengamini perkataannya, "mereka bilang, aku dan mantanku harus pergi honeymoon lagi, lalu punya anak kedua, and voila! Divorce is not on the table anymore."
"Lalu?"
"Lalu? Apanya yang lalu? Aku aja enggak sanggup lihat mukanya, gimana mau bikin anak sama dia?" tukasku, soonyoung meringis, "but that was not the case for you, isn't?"
Kami sama-sama menatap bayi sepuluh bulan yang sedang bermain sendiri dengan kaki mininya. Soonyoung mendesah berat, "obviously."
7 notes · View notes
aisyahnuraeni · 6 months
Text
Nikmatnya Menuntut Ilmu
Setelah 3 hari pertama Ramadhan Allah mampukan untuk puasa full, di hari ke 4 aku niatkan tidak berpuasa karena Allah. Kata suami, rukhshah itu bagian dari kasih sayang Allah. Awalnya aku masih galau, sedih, dan kecewa. "Padahal kemarin-kemarin kuat dan bisa, kenapa sekarang enggak?", pikirku.
Pas banget di hari itu aku ikut webinar dari Wholistic Goodness tentang Puasa Bumil dan Busui. Kukira aku akan dapat tips supaya kuat berpuasa, ternyata jauh lebih dari itu. Mbak Vidya, pematerinya, membuka sesi dengan narasi bahwa kondisi setiap perempuan itu berbeda. Sehingga...
"Puasa itu ibadah, tidak puasa karena Allah itu juga ibadah. Mengambil rukhshah (keringanan) karena kondisi hamil dan menyusui itu juga ibadah, bentuk rasa syukur kepada Allah."
Aku jadi semakin sadar, bahwa keputusan yang diambil harus benar-benar didasari atas kemampuan dan kebutuhan 2 orang: aku dan bayiku. Bayinya sehat-sehat, insya Allah. Tapi aku, di sahur ke-4 Ramadhan itu mataku kunang-kunang, mual hebat, dan pegal luar biasa di bagian panggul. Memang terakhir cek ke ob, round ligament pain-nya akan sangat terasa menginjak bulan ke-7 kehamilan. Sehingga selepas sahur aku putuskan untuk gak berpuasa.
Indah banget cara Allah membesarkan hati Umma, Nak. Maka benarlah kata para ustadzah, bahwa ketika berada di titik terendah, carilah ilmu. Di kondisi kalut dan galau, perempuan si paling perasa itu akan memenangkan emosinya dibanding akalnya. Maka ilmu jadi salah satu wasilah, pengingat paling mujarab untuk kembali mengingat rahmat-Nya.
Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an wa a'udzubika min 'ilmin laa yanfa' (Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat dan hindarkan aku dari ilmu yang tidak bermanfaat).
11 notes · View notes
storyofjasmine · 5 months
Text
Banyak pertanyaan yg terlintas, terutama saat orang-orang mulai memandangku dengan banyak pertanyaan tersirat.
Aku tidak pernah mengaku, aku ibu yg handal, atau istri yg patuh atau bahkan anak yg berbakti, namun penilaian sebentar orang-orang banyak menggangguku.
Apa mungkin, karena aku tidak bisa selalu menggendong anakku disepanjang aku bepergian aku menjadi ibu yang tidak becus? Apa 24 jam-ku bersama bayi lucuku tidak terlihat? Bagaimana aku menangani tantrumnya, bagaimana aku mencoba bermain dengannya, bagaimana aku menidurkan dan menyanyikan lagu untuknya? Atau anakku bisa sendiri mengucapkan kata-kata baru tanpa aku latih? Ya, aku mengambil banyak waktu istirahat untukku ketika banyak orang, demi aku juga demi bayiku, agar dia tidak hanya tumbuh dengan seorang ibu yg insecure, atau agar aku juga bisa melakukan waktu istirahat, bahkan sampai saat ini aku belum juga memotong kuku pada tangan dan kakiku, dan baru bisa mencukur 2 hari yang lalu, apa orang-orang yang menganggapku tidak handal mengetahuinya?
Aku bukan seseorang yang mudah mengatakan iya untuk siapapun, jelas sekali. Aku tidak pernah mau berpasangan dengan siapapun yang ingin memerintahku tanpa memberikan alasan yg jelas. Jika memang itu levelku, maka setiap banyak lamaran yg aku terima dari sembarangan laki-laki beberapa tahun silam mungkin aku terima. Aku bahkan banyak menerima sumpah serapah saat menolak lamaran2 itu, karena? Aku bukan seorang istri yang akan setuju begitu saja, tetapi jika aku sudah jatuh cinta, aku bahkan akan jatuh cinta kepada keluarganya, bukan cuma sebatas sopan, tapi semua nama aku sebut dalam doa, maka doaku selalu panjang. Semua akan aku coba perhatikan. Aku ingat bagaimana hari dahulu banyak ibu-ibu yang masih menanyakan kabarku walaupun aku sudah pergi dari kehidupan anaknya, hanya krn rindu dan merasa aku adalah anak mereka.
Aku mungkin tidak pandai mencari uang yang besar untuk keluarga, tetapi sebagian besar yang aku miliki, selalu aku sisihkan untuk keluargaku. Aku mungkin bukan yang paling pandai, tetapi aku selalu ingat banyak momen untuk setiap anggota keluarga. Aku bahkan tidak bisa melipat baju, tapi aku tahu apa masing2 kesukaan keluargaku.
Namun sepertinya aku memang selalu dipandang remeh. Ah, dia pasti tidak bisa. Ah, dia pasti tidak kuat, ah dia berantakan. Bagaimana aku tidak kuat, aku selama ini menjalani hidup dengan anemia, apa semua orang pernah punya sakit kepala reguler dan bisa tetap beraktivitas? Atau, bagaimana jahitan diperutmu itu selalu berdenyut ketika lama mengangkat beban tapi anakmu sedang tertidur lelap dalam gendonganmu? Aku bahkan jarang mengeluhkan bekas suntikan yang sering berdenyut seiring waktu. Tidak, aku berusaha untuk tetap biasa saja, tetapi bukan berarti aku tidak sakit, aku cuma ingin tanggung jawab dengan semua hal yang aku mulai.
Semua orang memang mudah memberikan penilaian, tapi aku juga terkejut penilaian2 itu datang dari orang2 terdekat.
2 notes · View notes
jurnalweli · 7 months
Text
Menuju 1 Tahun
Masih tak menyangka bahwa Allah memberiku nikmat hidup hingga saat ini dan merasakan ibadah terpanjang di sisa usia yaitu menikah. Ramadhan tahun lalu aku melahirkan bayi laki-laki. Banyak harapan dan doa baik yang kucurahkan padanya. Tentu harus dibarengi dengan pendidikan yang baik pula dari kami kedua orang tua yang masih terus diupayakan.
Bagaimana kelak nantinya ia, bukanlah menjadi ranah kita orang tuanya.
Beberapa hari lagi akan bertemu Ramadhan, tak terasa waktu berjalan begitu cepat yang berarti anakku juga akan menginjak 1 tahun terhitung berdasarkan tahun hijriyah. Ia lahir pada 16 Ramadhan 1444 H. Tak jarang aku juga mengatakan dengan perasaan haru,
"MaasyaAllah, bayiku udah besar."
Definisi besar ini jika dilihat ketika meletakkannya di atas perlak sudah sangat bertumbuh. Sekarang badannya hampir-hampir memenuhi perlak. MaasyaAllah cepat sekali berlalu. Kenapa demikian perumpamaannya?. Karena aku teringat ketika mengambil foto newbornnya di atas perlak. Kecil, mungil dan tidur. Hehe.
Terkadang, yang lebih aku pikirkan bukanlah tentang pencapaian atau kemampuan anakku
tapi pendidikan apa dan bagaimana yang telah kami berikan padanya.
Jika diingat-ingat lagi pasti masih banyak kekurangan dari kami dalam mendidik anak kami. Tak jarang kami emosi, abai, kesal ketika tangisannya tak kunjung mereda padahal bukan seharusnya bayi ini yang memahami kita tapi kitalah yang memahaminya.
"Nak, kita belajar bareng-bareng lagi ya kedepannya. InsyaaAllah kami akan perbaiki yang kurang," harap-harap cemas dalam hatiku berkata sambil membayangkan rencana-rencana belajar menyenangkan bersamanya.
Lebih dari itu semua, aku bersyukur masih Allah ijinkan untuk bersama-sama suami dan anakku apalagi tak jarang aku menemukan keluarga yang sedang Allah uji kebersamaannya. Yang paling menyedihkan adalah ketika sudah di alam yang berbeda. Semoga Allah kumpulkan mereka yang telah ditinggalkan bersama keluarganya di surga kelak. Aku bahkan tak bisa membayangkannya. Saudara-saudara kita di Palestina adalah contoh paling nyata yang hingga saat ini masih saja dibombardir oleh Israel tanpa henti. Entah terbuat dari apa hati mereka sehingga bisa berperilaku sekejam ini. Allah sebaik-baik pemberi kemenangan kepada Palestina dan yang membalas perbuatan mereka Israel.
"Nak, jadilah hamba Allah yang taat, beradab dan berilmu."
Dari sekian banyak doa dan harapan, barangkali itu adalah pondasi dan yang mewakili. Untuk mewujudkan doa dan harapan itu perlu disertai upaya, ada beberapa hal yang menjadi sorotanku di tahun pertumbuhan anakku selanjutnya.
Tetap memerhatikan pertumbuhan (BB, TB, LK) dan perkembangan (motorik, bahasa, dll)
Ketahui dan kenali tentang fitrah based education sebagai bekal merawat fitrah anak
Atur jadwal bermain bersama yang lebih tersistematis
Tetap apresiasi setiap proses yang ia lalui
Iman sebelum quran, adab sebelum ilmu, ilmu sebelum amal
Sedikit yang menjadi pengingatku ke depannya. Karena parenting bukan hanya tentang mendidik anak tapi yang lebih besar adalah mendidik diri. Setiap proses yang kujalani sebagai ibu adalah proses mendidik diri menjadi sebaik-baik ibu.
Semoga Allah mampukan kita mendidik generasi yang cinta Allah, Rasul dan QuranNya.
2 notes · View notes
lamyaasfaraini · 7 months
Text
Day 22 - Hands
30 days photography challenge
Tumblr media
Foto dan jari tangan2 ini punya banyak cerita yang dalam, mengharukan, menyakitkan, menggelikan..
Foto ke 1 jari tangan bayiku yang masih ginuk2 gemes, bawannya pgn gigit saking gemesnya, umur hampir 2 tahun menjelang disapih itu sebetulnya posisinya lagi menyusui, menikmati kelekatan berdua sebelum akhirnya masa menyusui habis dan ibu gabisa liat lagi kebiasaan itu wlpn ada suka dukanya, sambil menyusui sambil liat bentuk mulutnya yg pas dgn puting saat menyedot lucu bgt, mata besar bulatnya yg polos menatapku, tangan kecilnya yg gamau diem huhuu lucuuuu..
Foto ke 2 sebelahnya umur 4 tahun, udah mulai ngikutin segala yg ibu lakuin termasuk kutekan, dah gede lagi anak ibu pgn dikutek tapi liat tangan kecilnya masih lucuuuu kata ibunya maaah. Gegeeeell geuraaa
Foto ke 3 ituu pake kuku palsu saat resepsi nikah, suruh milih sama eteh MUA nya yg mana kupilih yg nge dope dan warna peach matching dgn gaun resepsinya. Setelah resepsi bukannya dibukain sama eteh MUAnya malah ttp dipake sampe malem nyampe hotel, dan gatau cara ngelepasinnya yaampun ndeso amat. Lagi hanimun pahibut sama ngelepasin kuku palsu sama suami, sampe gugling dan nanya sama eteh MUAnya gmn cara lepasinnya haaa rempong. Katanya rendem air anget, di kamar mandi kita berdua berusaha ngelepasin dgn keras hahahaha bodor. Akhirnya dgn usaha keras lepas jg itu 10 kuku jari palsu hilihhhhhh.. Ada aja cerita lagi hanimun teehh
Foto ke 4 itu bitter bgt, semalam sebelum ketempat itu dan janjian sama stranger yg bikin hancur hidupku kami berdua berantem hebat, hingga akhirnya ngga tidur sampe subuh lanjut ke tempat itu, yang tadinya gamau nangis, nangislah mana kuat. Ternyata disana ada temennya adikku liat aku, haduh mudah2an ngga liat aku pas nangis nanti adikku panik. Masih trauma ke tempat itu wlpn setelah kejadian aku pernah kesana lg sih. Setelahnya wlpn unek2 dan emosi belom disampaikan semua tp karena aku udah lelah fisik dan mental, disudahi saja. Kami berdua berpegangan tangan gabisa berkata2 lagi, gatau setelah ini masih bisa berjalan atau tidak. Seperti masa depan udah hancur seketika.. Ngga percaya jika didepan ada kebahagiaan lg saking menyakitkannya. Kita cuma pegangan tangan saling diam, lemah fisik dan mental.. Merinding kalo diinget2 lg, mudah2an ngga sampe mules, biasanya kalo trauma berulang aku mules..
3 notes · View notes
indahnov · 2 years
Text
Part 2
Masih dihari yang sama menjelang zuhur. Aku keluar rumah sejenak, motoran. Hamil 9 bulan lebih motoran sendirian lumayan membuat beberapa orang bilang "hati-hati". Entah kenapa aku begitu nekat, perihal kepasar cuma tuk membeli risol dan arem arem.
Mungkin penat, bosan, aku berdiskusi dengan bayiku sambil mengelusnya pelan. "Mama bosan nak, ayo kita jalan jalan bentar. Bismillah kita kuat yaa"
Ga jauh cuma kepasar, lalu pulang. Panas. Sepanjang jalan aku berhasil menahan air mata. Ga nangis 🥺
Terpikir, kalo aku pergi, adakah yg mencariku? Adakah yg merindukanku? Adakah yg mendoakanku?
Detik detik terakhir sebelum berpisah. Aku ingin pulang kerumah. Rumah yang kekal.
Dunia sungguh menipu. Membuat lalai.
10 notes · View notes
halamanresmi · 1 year
Text
Aku menikmatinya sejauh ini. Kehidupan yang katanya slow living.
Kehidupan yang lebih rempong, kurang tidur, dan jatah me time berkurang. Memasak makanan untuk keluarga kecilku, mencuci pakaian, menjemurnya. Meski aku belum juga suka sesi menyetrika. Lipat saja lah. Setrika kalau benar-benar butuh.
Aku merasa berbunga kebermain bersama bayi, mengganti popok, memandikan, mengusap hair lotion ke kepala mungilnya, juga sesi menyusui. Kegiatan-kegiatan ini jika aku lakukan dengan mindfull justru seperti mengisi tanki bahagiaku.
Bagiku, kegiatan menyusui menyenangkan sekali. Seperti rehat dari stimulus dunia luar ketika bisa menyusui tanpa distraksi. Mendadak, alur hidupku terasa berjalan amat santai ketika bisa menyusui sambil memerhatikan jari bayiku yang imut-imut tanpa beban. Memerhatikan bentuk kuku dan panjangnya yang begitu cepat. Dulu ketika menyusu, kakinya anteng dibalut bedongan, sekarang bisa menyusu dengan banyak gaya kaki dan posisi badan.
Aku merasa berbunga ketika bayi mungil ini menatap wajahku lekat nyaris tak berkedip. Herannya, bisa menatapku lebih dari 2 menit sambil terus menyusu. Awalnya aku grogi juga ditatap begini.
Ya Allah.. imut sekali. cantik sekali mata beningnya, maa syaAllah
Kemudian, bunga-bunga itu merekah lagi ketika melihat wajahnya puas menyusu. Bibir kecilnya yang sedikit terbuka mengilap tanda cukup ASI. Senyumku sering kali terkembang ketika memerhatikan pipi tembamnya yang sedikit kemerahan di satu sisi karena tekanan selama menyusu.
Kupikir, ini yang namanya merasa berarti dan dicintai yang dalam sekali.
2 notes · View notes
rossityari · 2 years
Text
Tumblr media
2022, terima kasih sudah memberi banyak kejutan dan pelajaran berharga. Aku ga tau di usia 31 ternyata aku masih anak kecil yang nangis karna takut kehilangan bayiku, takut karna dokter awalnya bilang "wah cwe lagi nih kayaknya". Atau bahkan takut karna covid pas lagi hamil.
Setelah Gyan lahir pun aku masih banyak harus belajar sabar, sebulan setelah dia lahir harus minum obat puyer karna batuk hampir sebulan. Harus nebu 3 bulan berturut2 setiap bulannya 3 kali. Bahkan pernah Desember kemarin 6 kali nebu ditambah puyer bapil dan antibiotik.
Belum lagi kakaknya juga sama, satu paketan. Hal yang ga pernah aku duga akan aku hadapi begitu Gyan lahir. Jadi ya udah diterima semuanya dengan lapang dada. Udah ikhlas anak ga "exclusive breastfeeding" karena jelas udah masuk air putih barengan sama obat batuk dan antibiotik.
Punya anak dua ternyata berat, tapi ga apa 2022 bisa aku lalui dengan banyak bahagia karna Gyan lahir sehat dan selamat ke dunia. Benar-benar jadi sebuah momen bahagia yang ga bisa dibayar dengan apapun juga.
Bonus foto USG Pertama Gyan di klinik kehamilan sehat yang top markotop itu. Dengan fasilitas mumpuni dan pelayanan yang bagus. Sayang aja aku ga bisa lahiran disana. Itu kali pertama USG buat mastiin kalau jenis kelamin Gyan memang laki-laki, karna aku dan suami rada parno takut banget program anak laki ini gagal, stress kami tuh mikirin uang sekolah anak 🤭
10 notes · View notes
handassyah · 2 years
Text
Aku dan bayiku
Kami bahagia hanya dengan deeptalk tiap waktu
7 notes · View notes
aslannetra · 1 year
Text
Yo bro, who got you smiling like that?
Tumblr media
"The way you're lookin' at me you got me mesmerized. Something I can't escape, feel like I'm lost in space. You've got that good lovin." Of course it's you who got me smiling a lot.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Meet you again, 6.
Written by someone who can't stop adoring you.
Alana, sayangku. Selamat tanggal 6 yang ke-6. Ga kerasa kita udah 6 bulan bareng-bareng hahah how does it feel? I still remember the very first time we met in December, how I fell in love with you and how everything happened unexpectedly. I don't know how we can suddenly love each other like this, and now I actually feel grateful because I feel loved so much by you. When I look at you, I realize my love for you grows deeper as time goes by. My heart beats faster everytime you're around. I love you, I really do.
Karna ini bulan ke-6 jadi aku mau kamu tau "6 reasons why I love you" hear me out ya.
Karna kamu Alana.
Iya soalnya kalau kamu bukan Alana aku ga mau hehe.
Being a clingy baby.
Kamu itu lucu, kaya bayi kecil. Bayiku.
Being a very supportive girlfriend.
Simple tapi ga semua orang bisa. Thankyou for always supporting me and never judge. Ga pernah protes.
Always doing her best.
She always put some kind of effort. My baby doing such a great job. I'm really proud of you.
Treat me well.
Thankyou for accept me the way I am, you accept every side of me, even the worst side and my flaws. Kamu ga pernah nuntut aku and I appreciate it a lot. Aku jauh dari kata sempurna, tapi aku bakal berusaha jadi lebih baik setiap harinya so I can give you the best version of me. Because my baby truly deserve the best.
Appreciate me.
Selalu kasih apresiasi even a smallest thing. Gemes.
(Bonus)
Cantik terus.
You're the most adorable person I've ever met.
Kecil, pendek, dan mungil.
Kamu anime, hehehe. (Ytta)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
These past 6 months have been the happiest and fullest of my life. My world a beautiful place because of you, because of this love that you have given me. Sama aku terus, ya? Jangan bosen-bosen jadi punyaku, cantikku, Alanaku. Once again, happy mensive, my dear. I love you so much.
Aslannetra.
3 notes · View notes
Photo
Tumblr media
"Manfaat Bayi Mandi Malam agar Ia Tidur Nyenyak" Supplier Pakaian Bayi dan Anak Import @willica_babykids @willica_babykids.jkt #bayibarulahir #bayi #bayisehat #bayiku #bayiindonesia #newborn #baby #bayilucu #bayisehat #klikdokter.com #bayiceria #bayiindonesiasehat #pedulianak #kesehatananak #kesehatanbayi #kesehatanbaby #babysehat https://www.instagram.com/p/Cn8q3tZyEGQ/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
justsunflowr · 2 years
Text
Menyusui dengan Lip Tie Tounge Tie
Assalamu'alaykum, semoga kalian sehat2 dan dalam penjagaan Allah swt; Semoga kita selalu ingat hak bathin jiwa raga yg tenang dengan tidak skip dzikir (dalam bentuk apapun) walaupun riweuh ngurus bayik, tapi Allah yg urus kita semua (asal kita sabar, shalat, dan bersyukur❤️)
Now, disclaimer dulu:
- Walaupun aku lulusan kedokteran tapi tidak banyak mendalami persusuan ini, tulisan ini aku buat niatnya utk bagi-bagi pengalaman mana tau ada yg sedang mengASIhi dan ternyata juga anaknya dengan Lip Tie Tounge Tie (LTTT).
- Aku juga baru googling2 aja, belum sampe baca jurnal2nya karena belum bs jd prioritas, maka konsullah ke ahlinya, di sini ya konselor laktasi; modal tanyaaa semua dan searching tipis2 (tetep dr sumber terpercaya).
- All typed in one go dr handphone karena kalau aku tunda lagi pasti ga kebuat ini, sama kaya foto postwedding yg udah dibooking terus gajadi, sekarang menyesal kenapa ga sempetin sejam dua jam, sekarang ga mgkn aku bisa difoto proper dengan BMI normal dalam waktu dekat🥲
Jadi mohon maaf typo dan flight of ideas, I will try my best.
Nah apa sih LTTT itu? Bisa di googling aja hehe tapi singkatnya lip tie : ada ikatan bawah bibir atas mana dia terlalu pendek/tebel/terlalu deket gigi dan tounge tie : lingual frenulum yg menghubungkan dasar lidah ke lidah-nya pendek/tebel/terlalu deket ujung lidah
adanya tie ini berpengaruh ke kemampuan lidah bergerak, termasuk dalam menyusui, berbicara dan makan.
Okay, jd gini... aku berencana breastfeeding anak selama mgkn yg aku bisa, kalau semua memungkinkan, kalau rejekinya. Sama seperti kebanyakan ibu-ibu seangkatan, aku ikut juga kelas menyusui online itu.. sangat menambah cakrawala ya; terutama masalah frenulotomy (diinsisi/dibuka/dipotong sebagian) LTTT.
Ternyata ada tiga kubu besar yg aku dapati, kalau ini spektrum it goes like this:
1. Kubu asal kenaikan BB Baik-> Berat badan naik sesuai, tidak perlu, tidak urgent; di beberapa forum aku baca salah satu argumennya, kemampuan oromotor termasuk LTTT nya ini akan ikut berkembang, ada yg dengan fisioterapi dulu juga
2. Kubu di antara -> BB bs saja baik TAPI ada scoring seberapa butuh frenulotomynya, scoring nya ada beberapa tool, kurang lebih ada penilaian dari anatomi LTTT nya (seberapa pendek/tebal/kaku, posisi), anatomi puting dan payudara ibu, sampai keluhan menyusui (sakit payudara, bayi tersedak, dll)
3. Kubu semakin cepat semakin baik kalau ada indikasi, indikasi di sini selain seperti kubu kedua, ini lebih holistik lagi, dinilai juga kenyamanan ibu dan bayi; karena lip tie tounge tie yg walaupun dr awal BBnya baik, tapi karena produksi ASI itu supply and demand (yg mana kalau karena lttt bayi salah latch on/terbukanya mulut kurang maksimal/ngempeng atau ngisap cuma sampe puting) awal2 masih terkompensasi karena produksi yg dipengaruhi hormon postpartum masih banyak, tapi setelah itu karena demand-nya berkurang, maka apa? yak betul, supply pun berkurang; jadilah drama ASI sedikit.
Oh ya sekilas info, dr kelas aku juga belajar: Ibu dengan ASI sedikit yg organik (yg beneran dari sananya) itu persentasinya keciiiiil sekali; banyaknya ya karena manajemen laktasinya kurang optimal. Nah, dengan ngomong ini aku pun tau (karena udah ngerasain) kalau menyusu itu apalagi sampe 2 tahun sebuah 1. privilege; 2. rejeki. Tugas kita sebagai Ibu ya berusaha sebisa kita dengan ilmu dulu sambil doa terus Allah mudahkan. Semoga semua orang punya kesempatan yg sama dan supportive enviroment utk memperjuangkan breastfeeding untuk anaknya.
Nah menurut aku, aku ngikutin kubu yg ketiga ini; ternyata LTTT itu bukan cuma masalah sakit menyusu atau BB seret. Aku juga udah lihat bawah lidah bayi tapi menurutku frenulumnya masih di belakang.
Jadi aku ke konselor laktasi karena bayiku bbnya baik cukup aja jd bulan kedua itu naiknya 800gr, masih bisa ditingkatkan pikirku, jadi mau memastikan apa ada salah posisi/perlengketan maka aku cari konselor laktasi, kebetulan ada IBCLC juga di Medan. Di kasus aku BB naik cukup, tidak sakit menyusui, tapi.. setelah konsul, yg indikasi lttt yg ujung-ujungnya produksi ASI bisa makin drop itu adalah karena bayiku sering ngempeeeng di payudara, bisa aampe sejam; aku baca-baca awalnya modal googling bisa aja itu just another newborn thing -- seeking comfort (comfort nursing); tapi kata konselor laktasi itu juga bisa tanda lttt itu (mulut ga bisa nganga gede maka dia ga kenyang/ga puas menyusu makanya dia bisanya ngempeng lama); efeknya aku tuh siang-siang bisa seharian sampe jadwal tidur malam itu di tempat tidur nyusuin anak, karena yg menyusui yg harusnya bisa selesai dalam10-30 menit; di aku jadi 1-1,5 jam; oh ya, mengempeng/nyusunya dan menyeruput/tidak nganga gede jd areola masih banyak ketinggalan; mengempeng ini mulai ada pas bayiku 2 bulanan kayanya, kalau yg menyeruput itu dari awal tapi kalau disusui samping tiduran nymping masih bisa nganga lumayan. Bibir atas engga memble jd ga ada seal yg baik pas anak menyusui itu aku udah notice sejak lahir, bahkan pas aku coba memble-in, dia balik lagi menyeruput.
Nah saat itu aku pikir aman aja karena BB naik baik. Padahal seal yg ga baik bikin latch on salah, bisa aja sakit, bisa juga engga; yg pasti anak lebih gassy karena udara lebih mudah masuk, jadi lebih mudah muntah dan cegukan; nah bayiku cegukan tuh, mayan sering, aku mikirnya yaa karena newborn jd belum well developed kerja diafragmanya dan katup vocal cord nya; padahal yaaa karena udara terlalu banyak masuk jd lambungnya kembung dan buat spasme diafragma🙂
Nah, pertanyaan awal-awal yg ditanya pas mulai konsul: "Tidur siangnya gimana dari pagi ke malam?" Bayik sejak 1 bulan tidur malamnya sudah teratur, tapi siangnya masih harus aku gendong, kalau di put down jarang bgt bisa, pasti antara lagi disusui maka ketiduran; itu juga abis ngempeng, aku yg banyak narik payudara, dan mostly dia kebangun🙂 Tapi kupikir, kan masih newborn? tapi emang pas sudah masuk 3 bulan ini masih seperti itu.. kata dokternya: "Sampe ada loh yg susah solat karena anaknya rewel" And I was like: Iyah, itu aku dook! Emang yg lain engga?" Katanya harusnya bisa tidur diletak, ga terus2an/rewel. Jadi ya bayiku rewel karena ga kenyang, malam itu karena udah sirkadian ritme makanya lebih terlelap tapi kemungkinan karena lttt ini sangking lelahnya ngeyot tapi ga puas, jd dia tertidur ajaa gitu pas malam, udah lah emang jam tidur dan udah lelah ngenyot begitu.. Ngerti ga guys aku ngomong apa ini? Kalau rahman ngerti nih😂
Nah jadi setelah berdiskusi dengan Bapaknya bayi dan searching sebisa kami; kami setuju dilakukan frenulotomy pas bayi usia 3 bulan. InsyaAllah ini bentuk ikhtiar kami agar bayi bisa menyusui dengan nyaman dan sehat-sehat dan Ibunya bisa lebih produktif.
Nah, dengan menyetujui frenulotomy dan semua risiko-risiko pembedahan minor pada umumnya (pendarahan, nyeri, reaattach, sampe scarring); ohya, nyerinya harusnya tidak lama, karena frenulum sejatinya juga tidak banyak nervesnya, tapi tetep kasian bayi pas diinsisi sih tangisannya🥲 Setelah itu, things got better, not instantly tho!
Setelah insisi, diajarin cara senamin area muka, mulut dan lidah yg harus kami lakuin 5 kali sehari 3 minggu ke depan, kami kontrol lagi/minggu, fisioterapi dengan fisioterapis/mgg dan diberi obat nyeri utk 1 hari dan salep utk bekas insisi utk 3 mgg;
Fast forward, di awal minggu ke-3, bayik cukup senamin 4 kali, tidak perlu fisioterapi lagi, dan lukanya bagus.
Apa yg aku rasain dan amatin?
Seminggu pertama, hari pertama sih deg2an senaminnya masih nangis2 karena itu.. kaku kan lidahnya karena selama 3 bulan ngenyotnya salah.
Aku pun baru tahu karena lttt, bayik emang kebih nunduk nyusunya (karena kerestrict itu lagi) jd sebadan-badan pun kaku (yg aku ga notice, yg tau ini ya dokternya sama fisioterapisnya; yg bisa aku lihat, pas ganti baju, dia ga serewel dulu.
Minggu kedua, masih gatel mau nimbang😂 akhirnya disuruh jgn nimbang supaya ga bias dan kepikiran karena ini mau koreksi quality of life bukan semata-mata BB aja. Di minggu kedua ini awal-awal aku kayak: kok belum berasa ya??, tapi diakhir minggu; yg aku lihat bayik udah bisa nap ditinggal, ga ngempeng lagi, udah bisa lepas nenen dalam 30 menitan, udah makin mirip video2 breastfeeding nganganya.. dan payudaranya lebih terasa terisi; alhamdulillah🫶
nah yg jadi PR besar adalah aku harus latih bayik yg udah kebiasa latch on dengan salah (nunduk, nyeruput, and it takes time, kata dokternya bisa kurang lebih 6 minggu sampe bayik bisa nenen macem video2 breastfeeding itu hehehe), jadi kerjaan aku lepas2in sampe bayik bener nganganya fufufu kasian bayik kadang bete dia🥲 semangat ya naaak maafin Umma kalau masih suka salah ancang-ancangnya.
In the meantime, aku bersyukur dengan keputusan insisi lttt bayi; quality of life nya dan aku beneran makin baik, insyaAllah nanti mengikuti tumbuh kembangnya.. it was scary at first but soo worth it. Dan aku dah ga bisa miring2in english lagi soalnya bayik dah bangun wkwkwk dan perjalanan mengASIhi masih berjalan, bismillah yah!
(Terima kasih Rahman for being an amazing partner and father menemani kami as you always are. We love you.)
Kataku, follow your motherly instinct, cari-cari tahu dulu secukupnya aja terus pergi ke profesional yg klop dan cocok yah☺️❤️
Al-Quran 2:286 "Allah does not burden a soul beyond that it can bear."
Inna ma'al usri yusro "Verily, with hardsip; there is ease."
3 notes · View notes
shifaturrahmah · 2 years
Text
Dinda
"Mba Sin, jadi aku mewakili perusahaan mau menyampaikan. Karena dampak COVID ini, maaf banget, kita terpaksa harus nge-cut mba Sinta dulu untuk beberapa waktu. Insyaallah nanti ketika kondisi sudah membaik kita akan panggil mbak lagi. Maaf ya mbak, mau nggak mau saya harus menyampaikan ini." Kau tau apa yang aku rasakan saat itu? Seperti disambar petir di siang bolong. Aku sedang hamil tua anak kedua. Suamiku kerja serabutan dengan gaji seadanya. Aku sebagai tenaga outsourcing, kini diputus kontraknya tiba-tiba. Di rumah masih ada ibu, dan anak kakakku yang masih kecil. Belum lagi cicilan rumah. Biaya bersalin. Sekolah. Makan sehari-hari, dan lain-lain. Segalanya berputar di kepalaku. Tapi aku bisa apa. Aku memang tak punya kuasa apa-apa. "Iya mbak, gapapa. Terima kasih ya informasinya. Alhamdulillah bisa fokus ngurus anak dulu." Aku menjawab sekenanya. Tapi hatiku sudah terlanjur teriris, menangis, dan berteriak kencang sekencang-kencangnya. Aku pulang dengan hampa. Bagaimana kepada suamiku aku akan bercerita? Bagaimana kepada ibuku aku akan mengatakan semuanya? Dan begitu banyak pertanyaan tentang bagaimana yang tak kutemukan jawabnya. --- Rasanya aku tak ingin pulang. Ingin kutenangkan diriku barang sebentar. Seharusnya si kecil dalam perutku tak perlu ikut merasakan beban. Dan setidaknya anak pertamaku di rumah sudah aman bersama nenek dan kakak sepupunya. Kuputuskan turun dari angkot di pinggir jalan seberang perumahan. Dekat masjid besar. Ya, aku butuh kedamaian. "Ya Allah, maafkan aku jika hanya datang padamu di saat seperti ini. Aku malu. Tapi aku tak tau kepada siapa lagi harus mengadu." --- "Mas, nanti kalo udah pulang jemput aku di masjid dekat perempatan ya. Tadi angkot nya pecah ban." Aku berbohong padanya. Tapi setidaknya inilah caraku untuk berbicara padanya tanpa harus diketahui keluarga lainnya. --- Setelah berdiskusi dengan suamiku. Aku mulai mencoba menghitung sisa uang yang tersisa. Apakah akan cukup hingga setidaknya gaji terakhirku bulan ini cair? Apakah akan cukup bila dikurangi bayar cicilan rumah ini? Apakah masih cukup untuk biaya aku melahirkan dan merawat bayiku nanti? Ah tapi, bukankah Allah selalu menghadirkan rizki disaat yang tepat untuk setiap manusia di bumi? Suamiku menenangkanku dan memintaku percaya padanya, ia akan berusaha mencari cara. Bukankah sudah seharusnya dalam sebuah pernikahan, suami istri saling percaya? Aku tak meragukan upayanya, tapi jujur aku masih saja khawatir dengan kemungkinan terburuk yang ada. Karena secara matematika memang nyata-nyata tak cukup. Aku harus memutar otakku dan ikut berusaha mencoba berbagai cara.   --- "Mbak Nur, biasanya jualan gitu ambil dari mana ya? Aku kepengen coba jualan online nih." "Oh biasanya ada gudangnya sendiri mbak, nanti kita bisa reseller jadi nggak perlu ngestok, bisa kirim langsung dari gudangnya tapi pakai nama toko kita. Cuma modal upload gambar aja mbak kayak aku biasanya itu." "Wahh berarti modal share foto aja bisa ya mbak?" "Betul mbak." Akhirnya aku mencoba peruntunganku dengan jualan online. Kumulai upload foto jualan itu di WhatsApp ku. Setiap hari. Kubuka juga orderan jajan pasar, kue dan asinan, dengan modal kecil-kecilan. Tapi sungguh ini tak semudah yang kubayangkan. Hasilnya minim. Nyaris nihil. --- Mendekati akhir bulan. Aku pusing bukan kepalang. Aku tak sanggup lagi Ya Allah. Pintu rizki mana lagi yang harus kuketuk? Mungkin satu-satunya jalan adalah menghubungi sanak sudaraku. Barangkali mereka berkenan membantuku. Aku telan mentah-mentah harga diriku. Perlahan kukumpulkan semua keberanianku. Berani untuk menyampaikan kondisi dan maksudku, termasuk segala bentuk penolakan yang akan membenturkan aku. Dan benar saja. Aku terbentur untuk kesekian kalinya. Babak belur sudah hati ini rasanya. "Ya Allah aku tidak ingin menyerah untuk memperjuangkan hidup anak-anak dan keluargaku. Tolong berikan aku sedikit saja petunjukmu." --- Kuketik dan kuhapus ulang pesan itu. Satu nama terakhir yang ada di kepalaku. Dia jauh. Tapi aku tau ia selalu baik pada orang-orang di sekelilingku. Aku tau dia pernah dekat dengan keluargaku juga denganku. Aku tau ia akan mengusahakannya untukku. Bukankah begitu Ya Allah? Maka, semoga dia benar-benar adalah jawaban untukku dari Mu. Butuh waktu hampir 30 menit untuk menuliskannya. Hingga akhirnya kuputuskan mengirim pesan WhatsApp itu sambil menutup mata. "Assalamu'alaikum.. Halo Dinda, apa kabar disana?"
5 notes · View notes
langitmadiinah · 2 years
Text
Catatan Gempa: Hijab
Saat gempa besar berkekuatan 5,6 SR pertama terjadi di Cianjur, aku sedang berada di rumah. Aku sedang makan di rumah setelah sebelumnya pergi keluar membeli beberapa jajanan di rumah ustadzah yang berada di samping rumahku. Ada seblak suki, cimol dan minuman dingin yang kubeli.
Saat itu sesampainya di rumah, aku masih menggendong de maryam, bayiku yang berusia 5 bulan. Aku pun segera mengajak suamiku untuk memakan makanan yang disediakan dapur pondok beserta jajanan yang telah kubeli.
Saat tengah makan, suamiku keluar rumah untuk suatu urusan. Ia menyelesaikan makan nya sedangkan aku tetap melanjutkan makan sambil memangku de maryam. Namun tak berapa lama, sebuah guncangan besar terjadi.
Tembok bergetar hebat, terdengar suara getaran dari dalam tanah yang merambat kedalam seisi rumah. Lantai tempat aku duduk pun berguncang. Serasa atap rumahku akan segera berjatuhan menimpaku saat itu juga.
Astaghfirullah. Suamiku berlari dari luar, mengajakku untuk segera meninggalkan rumah. Namun aku yang sudah bangkit dari duduk masih harus mengenakan kerudung yang baru kupegang. Maka kuputuskan untuk lebih dulu memberikan de maryam padanya, agar ia pergi lebih dulu menyelamatkan bayi kami.
Suasana saat itu sangat genting. Aku yang tergesa-gesa mengenakan kerudung yang entah bagaimana rupanya, yang penting menutup aurat saja dulu. Kami pun pergi meninggalkan rumah, dan seisi pondok terlihat sudah berpencar menyelamatkan diri masing-masing.
Saat itu di pondok sedang diadakan ujian. Dan ketika gempa itu terjadi, seluruh santri dan asatidz di ruangan kelas yang berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari bambu itu pun segera meninggalkan kelas. Bahkan kata salah seorang santri banat (perempuan), "Banin (santri laki-laki) langsung loncat keluar, ustadzah." Saking kaget dan paniknya.
Suamiku berkumpul dengan para asatidz, aku berkumpul dengan para santri banat. Terlihat salah satu ustadzah pun menangis di depan rumahnya. Maka kami menghampirinya.
"Semalam juga ada gempa jam setengah satu"
"Ya Allah, ada ya?"
"Aku gak ngerasain gempa kalau malam, soalnya tidur."
Begitu sekilas perbincangan. Ternyata ini bukan gempa pertama. Hanya ini memang yang paling besar hingga saat tulisan ini ditulis. Dua hari sebelum gempa itu terjadi pun, malam-malam sekitar jam setengah dua malam, aku terbangun karena merasakan suatu getaran dari bawah hingga terdengar suara getaran logam-logam penyangga atap rumah.
Aku yang kaget segera membangunkan suami dan memintanya memindahkan kedua anak kami karena posisi tidurnya di bawah sumber suara getaran. Kupikir mungkin sedang ada perbaikan? Mengingat di samping rumah, tempat suara itu muncul, ada sebuah kolam ikan yang kadang diperbaiki mesin air nya dsb.
Ya, ternyata sebelumnya sebelum gempa besar itu, ada gempa kecilnya. Dan setelah gempa besar itu, ada lebih banyak gempa susulannya. Hingga aku sering bertanya-tanya, "Ini kakiku yang terasa bergetar karena trauma, sekedar halusinasi, atau memang ada gempa?" Allahu Akbar.
Sejak kejadian gempa ini, salah satu hal yang kudapat adalah tentang hijab. Mungkin jika tamu yang datang ke rumah, atau kurir paket, atau siapapun, kita bisa memintanya menunggu untuk kita menutuo aurat secara sempurna dulu. Tetapi gempa, tidak.
Bersyukur aku saat itu baru jajan dari luar hingga alhamdulillah pakaian sudah memakai jilbab (gamis) dan kaos kaki. Tinggal kerudungnya. Namun bagaimana jika gempa datang saat sedang tidur? Maka sejak saat itu, aku berusaha terus mengenakan pakaian lengkap: jilbab, kerudung, kaos kaki. Bahkan ketika tidur.
Suatu saat suami bertanya,
"Ama sekarang pakai kerudung terus ya di rumah?" Ucapnya sambil tersenyum.
"Iya, khawatir ada gempa, Aba."
"Jadi teringat di Palestina ya, di sana para muslimah itu selalu pakai kerudung bahkan ketika tidur. Ketika ditanya apa alasannya, katanya "Agar jika nanti ada bom, aku tidak meninggal dalam keadaan terbuka aurat." maa syaa Allah ya Ama..."
"Maa syaa Allah, Aba... :'("
Duhai muslimah Palestina, imanmu sungguh kuat, jiwamu sungguh suci. Kalian menutup aurat dengan niat agar meninggal dalam keadaan menjaga diri. Sedangkan aku mungkin hanya agar bisa bersegera lari. Yaa Rabbii.. betapa jauh iman ini...
Yaa Allah ternyata begini rasanya para muslimah di Palestina yang sebelumnya hanya kudengar ceritanya.
Yaa Allah ternyata begini rasanya mengalami sebuah bencana alam yang sebelumnya hanya kulihat di berita.
Yaa Allah ternyata aku bisa terus berhijab meski di ruma, meski saat tidur. Tak sesulit yang kubayangkan saat sebelum terjadi gempa.
Alhamdulillah, di daerahku tidak ada kerusakan parah. Hanya beberapa plavon rumah yang berjatuhan. Di pusat gempa, rumah-rumah roboh, jalanan retak bahkan terbelah, banyak korban luka dan korban jiwa. Innalilahi wa innailaihi rajiun 😭
Yaa Rabb... Sungguh Engkau Maha Kuasa... Ampunilah dosa-dosa kami. Terimalah amal mereka yang telah lebih dulu syahid mendahului kami. Berilah kesabaran dan kesembuhan bagi mereka yang terluka dan kehilangan. Serta kuatkan dan Istiqomahkanlah kami yang masih Engkau beri kesempatan menjalani kehidupan ini dalam ketaatan pada-Mu 😭
Aamiin yaa Rabbal'aalamiin.
Cianjur, 28 November 2022
Langit Madiinah
3 notes · View notes
mi-jupiter · 12 days
Text
Fifteen, The Fourth
Chapter 4.
"I will be back after a night, love." Ucapku seraya melingkarkan kedua lengan ke tubuhmu. Membawamu ke dalam sebuah pelukan hangat, rutinitas yang selalu kita lakukan sebelum tidur.
"Tapi, satu malam gak ada koko rasanya kayak seminggu..." Aku terkekeh perlahan dan membawa satu tanganku untuk membelai rambutmu lembut dari atas ke bawah, seperti memberikan isyarat bahwa kamu akan baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja.
"Maaf, ya, sayangku... aku juga maunya bawa kamu kali ini, tapi kayaknya nggak bisa, sayang." Terdengar suara helaan napas dari kita berdua. Pasangan yang tak pernah terpisahkan dari hari pertama, kini harus dipisahkan satu malam karena kegiatan yang tak bisa aku tinggalkan itu.
Rasanya berat sekali, semalam sebelum berangkat itu, ku rengkuh tubuhmu lebih erat daripada sebelumnya. Ku hujani pucuk kepalamu dengan kecupan yang banyak sebelum wangimu perlahan sirna dari indra penciumanku nantinya. Malam itu, rasanya aku ingin berdoa kepada Sang Pencipta untuk memperlambat waktu, malam ini saja.
Tapi, fajar pun tiba. Rasanya sangat enggan sekali untuk meninggalkanmu yang masih lelap dalam tidurmu. Setelah semua barang siap untuk dibawa, aku melangkah mendekat ke kasur, mendudukan diri perlahan di sisimu. Ku perhatikan lekat-lekat wajah yang selama ini selalu menemaniku tidur sedang terlelap. Indah, kamu ini sangat indah. Wajah damaimu yang kamu perlihatkan subuh itu, sangatlah indah. Wajahku mendekat ke arahmu, ku curi satu kecupan lembut di bibirmu yang selalu ku dambakan itu.
"Dedek, sayang, koko pergi dulu, ya? See you tomorrow, sayang. I will come home, to you." Ku kecup keningmu perlahan sebelum menjauhkan diri dari tubuhmu dan membenarkan selimut yang menutupi tubuhmu itu. Setelah puas memandangi wajah tidur kamu, barulah aku berangkat.
Hari berlalu dengan lambat, sialnya doaku terkabul dengan sangat meleset. Entah mengapa, waktu di hari itu berjalan sangat lambat. Rasanya satu hari itu punya 48 jam, padahal kegiatan yang ada sangatlah padat untuk aku ikuti. Apakah ini efek dari pacarku yang sedang merindukanku di sebrang sana? Atau justru, aku yang rindu setengah mati? Jawaban yang kedua itu, memang sudah pasti. Aku sudah merindukan kamu dari waktu perjalanan. Rasanya aku ingin sekali membalikan stir mobil san balik pulang ke kamu. Tapi sayangnya tidak bisa.
Pasrah. Ku jalani hari yang lambat itu dengan harapan bahwa hari cepat berlalu. Malam mulai tiba, rasanya malam ini sangat dingin sekali. Aku terus-terusan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, waktu hanya bertambah 5 menit, 5 menit, dan 5 menit. ARGH! Lama sekali ini waktu! Berada di pedalaman membuatku susah untuk sekadar menghubungimu. Akhirnya, karena tidak tahan lagi dan jiwa pengecutku seakan hilang. Aku berjalan menyusuri tangga dan jembatan yang gelap, mendaki sedikit untuk mencari jaringan.
Setidaknya, aku harus mengabarimu bahwa jaringanku di sini sangatlah buruk dan aku sangat amat teramat merindukanmu. Disaat aku mendapatkan jaringan, muncul serentetan pesan darimu yang sangat aku rindukan. Ah... bayiku sudah makan. Ah... bayiku menjalani harinya dengan baik, syukurlah. Ah... bayiku lucu sekali, dia juga merindukanku. Aku sedikit terkekeh kecil saat membaca beberapa pesan darimu dan langsung membalasnya dengan permintaan maaf. Entah kenapa, hanya ada rasa bersalah saat itu karena telah meninggalkanmu di rumah sendirian.
Ku putuskan untuk mengirimimu beberapa rentet pesan sebelum kembali ke tempat kumpul. Malam itu, aku hanya bisa berharap bahwa waktu segera berlalu. Tapi nyatanya, waktu berjalan dua kali lebih lambat di sini. Sial, rasanya aku hanya ingin cepat-cepat pulang dan kembali memelukmu dengan erat. Ternyata merindukanmu seberat ini, ya, sayang? Benar kata Dilan, rindu itu berat, tau gitu aku biarkan dia saja yang menanggung seluruh beban rindu yang ada di dunia ini. Pikiranku ini sudah terlalu ngelindur, ada baiknya aku memejamkan mataku dengan erat sambil berharap bahwa fajar segera tiba.
---
Sayang, empat bulan sudah terlewat. Bagaimana perasaanmu, menghabiskan hari-harimu selama 4 bulan ini bersamaku? Aku hanya bisa berdoa dan berharap setiap harinya, kamu masih bahagia dan masih ingin bersamaku di keesokan harinya.
Kalau dijabarkan dengan kata-kata, agaknya mau aku tuangkan dalam satu buku sekalipun, nggak pernah bisa merasa cukup untuk menjabarkan bagaimana rasa sayangku ke kamu, Jupiter.
Apalagi setelah empat bulan ini, aku justru merasa ikatan kita kini kian kuat dan merekat. Seperti sudah tidak ada celah lagi untuk apapun ada di antara kita. Rasanya, ini adalah hubungan yang paling aku dambakan selama ini.
Kamu masih ingat, kan? Beberapa hari lalu, aku sempat bilang, bahwa aku tidak hanya sayang padamu, tapi aku pun sudah sayang dengan hubungan ini. Rasanya, hubungan kita ini betul-betul harmonis dan sangat sehat. Bagaimana kita yang selalu berusaha untuk menjaga 'kita', bagaimana kita yang selalu berusaha untuk mengerti 'kita', bagaimana kita yang selalu mengutamakan 'kita'.
With you, I feel at ease.
With you, I feel the happiest.
With you, I feel so loved.
Doaku selalu dan akan selalu sama, aku hanya bisa mendoakan kebahagiaan, kesehatan dan kelancaran untuk kamu. Aku selalu berdoa semoga kamu masih mau sama aku di keesokan harinya. Aku berdoa semoga kamu selalu sayang sama diri kamu sendiri dan sayang sama aku hehe. Semoga doa-doa kita ini senantiasa didengar oleh Sang Pengcipta.
Sayang, terima kasih karena sudah selalu sabar dengan segala sikapku ini yang kadang kekanakan. Aku gak bisa menjamin kedepannya kita tidak dihadapkan oleh cobaan, tapi aku hanya bisa berharap bahwa apapun yang terjadi kedepannya, kita bisa melewati itu semua, berdua. Terima kasih juga kamu sudah selalu memberikan aku tempat untuk bercerita dan selalu peka dengan semua yang aku rasakan. For sure, I couldn't ask for more, it's more than enough for me. Your existence itself has already a blessing for me, sayang.
Aku sayang sekali sama kamu, Jupiter Hui.
Thank you for being the greatest present God ever sent me.
Warmest,
Your K.
0 notes