Tumgik
#cerita islami tentang kebaikan
arundayare · 1 year
Video
youtube
sejarah bangsa arab
History of the Arabs
1 note · View note
himawariqurrotaaini · 8 months
Text
Isi Kepala Bapak-Bapak.
Pontianak. 18:25. 20012024.
Bismillahirrahmaanirraahiim.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tattimush shalihaat.
Sebenarnya ini draft beberapa hari lalu. Ketika melihat Bang Ochan (panggilan kepada Bang Fauzan Mukrim) posting ini, segera saya screen capture dan susun. Mungkin ndak semua Bapak-Bapak berpikiran begini. Sebagaimana Ibu-Ibu dan Kakak-Kakak yang isi pikirannya juga beda-beda. Namun satu yang saya simpulkan, Bang Ochan mengajarkan bahwa ndak apa kok seorang laki-laki menceritakan kekhawatirannya, kesedihannya. Bertahun-tahun mengikuti kisah Bang Ochan, saya aamiini bahwa beliau mematahkan paham toxic masculinity. Menangis pun bagian dari laki-laki, kan Rasulullah SAW juga menangis. Makanya saya masih berguru dengan Bang Ochan, mashaAllaah cara menulisnya ini loh... keren!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tidak ada yang kebetulan. Seorang teman (yang kenalannya dari instagram 😅) pernah menasihati jika ingin belajar tentang parenting islami sebagai parenting terbaik, dapat mengacu pada Ustadz Budi Ashari, nasihat yang beliau berikan bukan sekedar tips yang sekedar berasal dari pengalaman pribadi, beda orang beda keadaan kan? Namun nasihat yang bersumber pada al Qur'an dan Hadis.
Teman baik ini bahkan mengirimi saya buku persiapan pernikahan yang disusun oleh Ustadz Budi Ashari. Hanya Allah yang mampu membalas kebaikannya. Nah sekarang ada juga video-video ilmu beliau dengan gaya yang lebih santai. Hikayat Podcast namanya.
youtube
Jujur, bagi yang belum menikah seperti saya, mengikuti kajian ini awalnya ngilu-ngilu juga. Namun pelan-pelan ketika mengingat bahwa ini adalah bekal, seperti minum jamu deh, pait-pait telan. Banyak sekali kisah menarik dituturkan beliau. Contohnya, sejarah penciptaan manusia. Nabi Adam AS diciptakan dari tanah, dan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, hal ini kemudian mempengaruhi juga thaharah bayi hingga masa kini. Bayi laki-laki yang belum makan selain ASI kan jika air kencingnya mengenai baju kita, cukup diciprat saja sudah bebas najis mukhaffafah. Berbeda dengan cipratan air kencing bayi perempuan yang tergolong najis muthawassithah mesti dicuci bersih. Mengapa demikian? Mempertegas bahwa laki-laki tercipta dari air dan tanah dan wanita dari segumpal darah. MashaAllaah ilmu.
Ada tuh saya tersipu-sipu waktu Ustadz Budi bilang, kelak ketika sudah menikah, sebutkan panggilan kepada pasanganmu sebagaimana niatan kebaikan apa yang ingin didapat darinya. Aypris yang ndak suka kalau dibilang cantek pun jadilah salah tingkah. 🤣🤣🤣
Selamanya memang tetap berbeda laki-laki dan perempuan. Ada kodratnya masing-masing. Penting mengetahui kodrat agar tidak saling menyelisihi, agar bisa memahami. Ada juga nih saya cerita lagi tentang suatu akun di instagram, jenaka sekali, adminnya beberapa laki-laki berusia 30an. Kalau kata teman-teman saya yang laki-laki, banyak postingannya yang sangat mewakili isi pikiran mereka. *pukpukbahu bapak-bapak yang kesulitan menceritakan isi hati.
Slide pertamanya ndak muat diposting di sini, kan cuma bisa 10 gambar. Tulisannya masih dengan foto becanda: Dik, suatu hari nanti ayah adik akan "mati".
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Nangis deh nangis deh. 🥹
Semoga Allah ridha untuk memperbaiki semuuuuaaaa urusan agama, dunia, dan akhirat kita ya. Diberi kesempatan beramal sebaik-baiknya. Diberi kenikmatan untuk saling memahami dan berkomunikasi dengan baik bersama pasangan.
Sehidup...
Sesurga.....
Salam,
ayuprissakartika.
0 notes
haloanakbaik · 1 year
Text
Selamat malam Sarah, si anak baik!
Kamu sedang bingung nan kalut ya malam ini? Tumpah ruah campur aduk aneka emosi memenuhi kepala. Ada ketakutan disana. Ada beban pemenuhan harapan yang begitu besar. Ada kebingungan yang menjalar. Mulai dari mana semua ini?
Izinkan aku bercerita sebentar. Tentang Madani yang berisi harapan-harapan tertuai. Tentang mimpi lama yang dirawat bersama orang orang yang pergi dan berdatangan.
Tentang gerak yang diperjuangkan di seantero perguruan tinggi di negeri ini. Tentang Islam, Quran dan Persaudaraan Muslim yang kita cita citakan akan senantiasa berkilau.
Hari dimana awal aku menyandang status sebagai mahasiswa, Madani kami lahirkan hanya berlandaskan semangat dan keyakinan bahwa rumah ini akan kita rawat hingga bisa menebar manfaat besar. Belum ada program kerja. Belum ada struktur pengurusnya. Belum ada AD ART. Belum ada atribut organisasi. Belum ada apa apanya. Tapi kami percaya, gandengan tangan dan untaian doa akan mengantarkan kami pada masa jaya.
Masa dimana Madani bisa terasa manfaatnya bagi masyarakat dan mahasiswa. Masa dimana Madani bisa menjadi rumah yang nyaman bagi siapapun anggotanya. Masa dimana Madani bisa menjadi duta kampus dalam gelora pergerakan islami para pemuda.
Kami tertatih memulai. Terdiam lama. Kembali merangkai cerita. Lalu hilang kembali, masing masing masuk ke gua sendiri. Kemudian sadar bahwa tak boleh selamanya begini. Mulai memperbaiki satu demi satu bata yang rapuh hingga hampir bolong. Lalu Allah pertemukan dengan orang orang yang mengobarkan kembali semangat yang dulu pernah menyala, kamu adalah salah satu diantara mereka.
Sarah adalah kawan kami yang baik, ringan hati mengingatkan ketika kami bergelut lama dalam kesalahan. Ramah menyapa meski banyak urusan dan masalah dalam kehidupan. Gesit dan tangkas menunaikan amanah yang diterimanya meski memiliki rupa rupa keterbatasan. Meski dilingkupi rasa takut dan bingung, tapi Sarah kami adalah Sarah yang tegar dan kokoh melakoni perannya sebagai hamba terbaikNya.
Insya Allah kami akan senantiasa membersamai Sarah dalam kancah dakwah kampus tercinta. Dengan izinNya, kita tidak hanya akan menciptakan jejak kebaikan yang menyebar, tapi juga mengakar. Dengan izinNya, kita akan selalu bersama karena ruh akan senantiasa dipertautkan pada ruh yang memiliki kecintaan yang sama, dan kita sama sama memiliki kecintaan kepada kebaikan yang menyebar rata.
Hari ini, adalah hari dimana kita akan memulai kembali menata. Atas apa apa yang masih luput dan kurang terperhatikan tersebab lalai yang bertahta. Hari ini, adalah Hari dimana kita akan sama sama bergerak. Menyinergikan ragam kemampuan untuk mengikrarkan diri menjadi agen kebaikan.
Semoga Allah kuatkan selalu hati Sarah, terpaut utuh dengan kecintaan kepadaNya. Bergantung selalu dengan Maha KuasaNya. Dan selalu dipenuhi hidupnya dengan orang orang baik yang akan sama sama bergandengan ke Surga.
Selamat malam, Anak Baik. Selamat beristirahat. Besok kita akan sambut amanah amanah baru dengan semangat yang menggebu 🔥🔥
1 note · View note
mutiarafirdaus · 2 years
Text
Tumblr media
#CatatanRamadhan.Hari 3
Menonton film ini, entah kenapa membuatku benar-benar bersyukur menjadi seorang Muslim dan mencambukku untuk semakin giat belajar parenting.
Adalah Mei Lee, seorang anak yang sangat berbakti pada ibunya (di awal cerita) dan merupakan penjaga kuil keluarga yang memiliki ketundukan dan pemujaan berlebih pada leluhur dan panda merah.
Ia seorang yang perfeksionis, idealis, dan meyakini bahwa dirinya selalu perfecto. Dan memang, nilai² sekolah dan prestasinya berderet memenuhi pajangan meja.
Tapi ia bukan sekedar anak yang kutu buku tak punya teman, justru ia dan gengnya senantiasa unjuk gigi dihadapan kawan sekolahan. Dan mereka semua adalah kelompok fanatik penggemar boyband.
Kembali pada Mei Lee, dalam garis keluarga ibunya, setiap anak perempuan mendapatkan "berkat" mampu berubah menjadi panda merah.
Awalnya hal itu sangat membantu dan membanggakan, tapi ketika perlahan mereka menyapa dunia luar dan tinggal di Toronto, berubah menjadi panda merah adalah fenomena yang aneh dan akan sukses membuat keributan.
Itulah mengapa mereka harus menjalani ritual untuk "membatukan" panda merah agar tak bisa lagi muncul di setiap tanggal 25, ketika bulan berubah memerah.
Awalnya ngajak Haur buat nonton bareng film ini tapi dia gak tertarik karena katanya,
"Aku udah ga suka film-film yang lucu gitu. Aku lebih suka film yang keren! Yang ada robot-robotnya!" Oh tidak, teman satu genre-ku mulai menghilang..
Tapi bersyukur gajadi nonton sama Haur, dia pasti bakal ribut dengan mengatakan "Ih Kak U, itu filmnya ngga bagus! Dia nyembahnya bukan Allah! Nggak Islami!"
Dan aku mau merangkum ragam komentar pribadi selama menonton film dengan karakter panda merah yang super lucu ini :")
1. Setiap manusia itu memiliki naluri penghambaan. Maka bersyukurlah bagi seorang Muslim, yang menyalurkan naluri penghambaannya kepada Allah, Rabb Semesta Alam yang Maha Hebat.
Yang mana dengan betul-betul berserah diri menjadi hamba yang taat kepadaNya maka kita akan dipantaskan untuk menjadi seorang yang tidak hanya baik sendiri, tapi juga mendatangkan kebaikan bagi orang-orang sekitar.
Ada orang-orang yang "menghamba" pada boyband favoritnya, ada yang menghamba pada hewan dan leluhur yang sudah tiada, ada yang menghamba pada ibunya, yang mana kesemua itu sejatinya justru akan menimbulkan kerusakan pada diri kita sendiri.
2. Setiap ibu pasti mencintai anaknya dan ingin mempersembahkan yang terbaik. Namun bukan berarti harus menyetir anak setiap saat dan berambisi menjadikan seorang anak seperti dirinya.
Imam Ali bin Abi Thalib ra mengatakan didiklah anakmu sesuai zamannya. Dan beliau juga mengatakan, 7 tahun pertama jadikan anak sebagai raja. 7 tahun kedua sebagai tawanan, dan tahun selanjutnya sebagai sahabat.
Setiap anak memiliki masa masa ia bergejolak dan mau mencoba banyak hal baru, berkenalan dengan orang baru, tugas orangtua bukan menjadi penghalang dan pemutus keinginan mereka.
Tapi bagaimana mampu memberikan pemahaman yang baik dan mengarahkan mereka ke hal senada yang bisa menggantikan tapi bersifat lebih positif.
Dan orangtua, tidak selamanya harus mencampuri urusan anak-anak di dunia sosial mereka. Tanamkan nilai baik tanpa tekanan berlebih dan izinkan mereka berekspresi selama masih berada dalam koridor yang aman. Pun jika mereka terantuk kesalahan, dari episode itu akan belajar untuk menjadi pribadi tangguh yang memiliki sudut pandang baru dalam menyikapi sesuatu
3. Seorang anak, sebagaimana pun mereka menunjukkan pemberontakan, melawan dengan terang-terangan, terlihat membenci orang tuanya, tapi tetap saja ada cinta dan kasih sayang yang tak bisa hilang untuk orangtua.
Anak ingin diterima oleh orangtua, dan mereka akan menaati instruksi orangtua ketika ikatan bathin kuat terjalin diantara mereka. Tidak melulu harus bicara tentang peraturan dan bagaimana nilai sekolah. Melihat video lama bersama saja sudah menerbitkan kehangatan di hati seorang anak
4. Kemampuan menerima diri. Kita bukan mesin yang dirancang harus melakukan sesuatu dengan optimal dan benar. Kita memiliki kekurangan dan telah dititipkan kelebihan. Terima kekurangan kita dengan perlahan-lahan dipoles sehingga bisa mendatangkan manfaat bagi sekitar. Syukuri kelebihan kita dan berjuanglah untuk bisa menebar manfaat lewat kelebihan itu
5. Syukurilah dan jaga teman-teman terbaikmu hari ini. Tidak semua orangtua sukses menjadi "rumah yang nyaman untuk berpulang" bagi kebanyakan anak. Terkadang, teman menjadi motivasi terbesar untuk kita bertumbuh menjadi baik setiap harinya.
6. Lewat gambaran film itu aku pun jadi sedikit mengerti mengapa orang-orang yang fanatik mengidolakan boyband atau sejenisnya bisa begitu histeria ketika konser, bahkan sampai menangis dan melakukan "aneka keanehan" lainnya. Tapi percayalah teman-teman, mengidolakan boyband itu nggak banget :"((
Islam punya deret nama luar biasa yang ketika dikaji heroisme dan pesonanya membuat kita menangis pilu dan berharap tinggi bisa berjumpa kelak di Surga
Sesuai jadwal harian, me time itu waktunya malam setelah selesai agenda asrama. Tapi berhubung pagi ini libur kuliah, sekali-kali gapapa ya kita jadi dahulukan waktu Me Time untuk nonton Mei Lee 😁
Yosh, semewah itu ternyata menjadi seorang Muslim, yang meyakini Allah sebagai Rabb, memiliki lingkungan yang suportif dalam kebaikan dan kebenaran, serta terbebas dari candu mengidolakan manusia-manusia yang kelak akan saling berseteru di hari akhir.
Semoga semakin semangat mengobarkan kebaikan dan kebermanfaatan di Ramadhan yang mulai beranjak hari ketiga, bismillah!
7 notes · View notes
rambaimanis · 3 years
Text
SURAT MANTAN PENDETA YANG DITEMUKAN SETELAH WAFATNYA KEPADA SYAIKH 'ABDURAZZAQ BIN 'ABDILMUHSIN AL-'ABBAD AL-BADR - HAFIZHAHUMALLAH
Sungguh benar bahwa rahasia hidayah hanyalah di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak ada yang menyangka seorang pendeta yang menjadi misionaris puluhan tahun berdakwah di pedalaman –menyeru kepada kesyirikan dan kekufuran- akhirnya masuk Islam di akhir hayatnya hanya karena sebuah buku saku "Sebab-Sebab Kebahagiaan".
Buku itu merupakan transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh Fadhilatusy Syaikh 'Abdurrazzaq hafizhahullah di Masjid Istiqlal Jakarta pada tanggal 17 Januari 2010 M (1 Shafar 1431 H), yang dihadiri lebih dari 100 ribu jama'ah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki kebaikan bagi pendeta ini (Robert) yang terus berusaha mencari kebenaran….akan tetapi beliau sekarang telah meninggal dunia –semoga Allah merahmati beliau dengan rahmatNya yang seluas-luasnya, memaafkan dosa-dosanya dan memasukannya kedalam surgaNya-.
Akan tetapi sebelum ia meninggal, ia sempat menulis sebuah surat yang ia tujukan kepada Fadhilatusy Syaikh 'Abdurrazzaq hafizhahullah, yang sungguh surat tersebut ditulis dari sanubari yang paling dalam. Surat yang ringkas akan tetapi sarat dengan faidah-faidah yang menakjubkan.
Ia bahkan tak sempat mengirimkan surat tersebut –mungkin karena sakit yang dideritanya-, akan tetapi surat tersebut ditemukan oleh saudaranya –yang non muslim- di tumpukan buku-bukunya sebulan setelah wafatnya, lalu dititipkan kepada salah seorang da'i yang berdakwah di pedalaman. Lalu akhirnya pada tanggal 16 Agustus kemarin surat tersebut –alhamdulillah- akhirnya sampai ke tangan saya tatkala saya mengunjungi kota Balikpapan, dan alhamdulillah surat tersebut telah sampai kepada Fadhilatusy Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah
Berikut isi surat tersebut.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله
Kepada yang saya cintai karena Allah Tuan Syaikh Abdurrazzaq semoga Allah memberkahi anda.
Perkenalkan nama saya Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman al Islami 58 tahun, berasal dari suku Dayak Kalimantan.
Sebelumnya saya minta maaf bila mengganggu waktu anda dan aktifitasnya. Saya ingin menceritakan kisah singkat tentang kehidupan saya dan juga harapan saya di akhir hidup saya yang tersisa.
Saya masuk Islam pada tanggal 15 Desember 2011, mulanya saya masuk Islam dan mengenal Agama Islam karena keraguan agama yang saya yakini, di keluargaku 6 bersaudara semuanya berbeda agama, ada hindu paganisme, kristen katholik dan protestan, tapi tidak ada satu pun yang masuk Islam karena keluarga kami menganggap Islam agama yang rumit dan sulit.
Selama 30 tahun lebih saya menjadi misionaris protestan, pastor dan terakhir menjadi kepala gereja di seluruh kota di Kalimantan, tepatnya di Kutai Barat, selama itu pula saya diberikan kecukupan rezeki harta dan jabatan yang layak karena itulah tujuan para pendeta, dari keenam kali pernikahan saya tidak dikaruniai anak keturunan, harta yang saya punya dipakai untuk bersenang-senang dan habis di meja judi.
Di akhir masa tua ini saya merasa takut dan gelisah dengan agama yang saya yakini yaitu kristen protestan. Tidak membawa ketenangan dan ketentraman, sebelum saya mengenal Islam ini saya meneliti dan membanding-bandingkan kitab-kitab injil saya dengan kitab yang dulu, ada sisi yang kontradiktif antara satu dan lainnya, ditambah lagi saya ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahiran saya.
Sebulan kemudian saya memutuskan untuk pergi meninggalkan gereja demi niat saya untuk pindah mencari ketenangan hati. Singkat cerita kami, yaitu saya dan murid saya yang mengantar sampailah di satu pelosok kabupaten Paser yang mayoritas 90 prosen adalah penganut paganisme dan animisme, namun selama puluhan tahun ditinggalkan ada sedikit berbeda, ada beberapa orang yang masuk agama Islam diantaranya mantan mertua yaitu bapak istri saya ketiga ternyata sudah menjadi muslim.
Seperti biasa di pagi hari saya selalu berkeliling untuk berolahraga, sengaja saya melewati rumah bekas istri saya karena penasaran kami berdiskusi dan berdialog dengan mereka, padahal dulu mereka adalah orang-orang yang nakal dan brutal namun ada perubahan drastis dengan sikap perilaku dan penampilan yang islami.
Tuan Syaikh Abdurrazzaq desa kami desa terisolir dan jauh dari keramaian, selama puluhan tahun tidak ada da’i atau ustadz yang masuk ke pedalaman, lalu saya tanyakan kepada mereka apa yang menyebabkan mereka masuk Islam? Mereka bercerita ada seorang pemuda jawa yang datang dari kota kecamatan selalu datang membawa alat penghisap darah penyakit dan mengamalkan agamanya, karena keramahan dan budi pekerti yang baik mereka belajar, dari mulai 2 keluarga yang masuk Islam hingga 30 keluarga (setara 40 orang dewasa 18 anak kecil) yang belajar tentang agama Islam.
Selesai berdialog mereka memberi buku kecil berjudul “Sebab-Sebab Kebahagiaan” karya Syaikh Abdurrazzaq dan buku Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Sampai di rumah sebelum tidur saya membaca dan merenungi tiap makna dari lembaran buku itu, entah kenapa badan saya merinding, dada bergemuruh karena takjub dengan penjelasan kebahagiaan yang saya cari selama ini.
Puluhan tahun saya berkhotbah di hadapan jamaah, baru kali sekarang saya mendapat suatu kata indah walaupun ada beberapa yang kurang dimengerti dalam bahasanya tapi saya faham akan maksud dan tujuan si penulis.
Keesokan harinya saya bertemu dengan teman-teman di desa untuk menanyakan kapan pemuda itu kembali akan datang? ternyata hari itu mereka sudah ada janji untuk menjemput lewat sungai karena daratan berlumpur setelah hujan lebat.
Setelah ketemu kami yaitu saya mengutarakan niat saya untuk memeluk agama Islam maka dengan keyakinan yang kuat saya mengucapkan syahadat di hadapan 8 laki-laki dewasa dan 4 wanita walaupun agak sulit karena saya belum terbiasa dan tidak bisa maka saya dituntun untuk membaca “Laailaha illallah Muhammad Rasulullah”.
Pemuda tadi memegang erat tangan saya dan memeluknya tubuh ini dengan haru lalu dia ucapkan “Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”
Setelah itu kami berbincang dan berbagi pengalaman, dan saya tanyakan kepada pemuda ini dimana saya bisa bertemu dengan penulis ini buku, sambil menunjukkan buku yang saya bawa. Ternyata pemuda ini pun belum pernah bertemu atau melihat langsung Syaikh Abdurrazzaq, dia hanya mendengar suara di radio swasta sebelum dia merantau ke Kalimantan, bahkan bila ada kunjungan penulis buku ini dia tidak bisa hadir karena kemampuannya untuk datang ke Jakarta.
Dua minggu kemudian dia datang kembali membawa buku-buku pelajaran cara praktis membaca Al-Qur'an dan papan tulis, sekaligus memberi kabar gembira bahwa Syaikh Abdurrazzaq akan datang bulan Februari di Jakarta tahun 2012, maka saya katakan ke padanya “Mari kita berangkat ke Jakarta, masalah ongkos saya yang akan tanggung, bawa juga keluargamu”. Namun dia menolak dengan alasan bahwa dia mengajarkan agama bukan karena harta dan iming-iming materi dunia, tapi saya bersikeras untuk memberi dia uang. Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap minggu.
Akhirnya dia menerima dan membelikan tiket untuk keberangkatan kami di bulan Februari 2012 bersama keluarganya.
Sejak saat itu kami belajar dan saya pun belajar dengan sungguh-sungguh akan kebaikan Islam, umumnya di suku kami tidak ada paksaan untuk memeluk agama lain karena perbedaan agama boleh asal jangan mengganggu adat istiadat yang ada di desa kami yang mayoritas hindu paganisme.
Di pagi hari badan saya sakit semua, hernia kambuh dan seluruh kaki terasa berat digerakkan, dengan bantuan tetangga dibawa ke poliklinik terdekat lalu saya diobati dengan obat-obatan seadanya karena klinik kampung yang ada di desa tidak ada petugas yang jaga itupun yang mengobati adalah bidan kampung/dukun anak.
Seminggu kemudian pemuda ini datang dan berniat untuk menjemput saya ke rumahnya serta tinggal beberapa hari di rumah samping musholla, namun takdir berkata lain jangankan untuk jalan, berdiripun tak mampu. Pemuda ini membacakan beberapa do’a dan dia meminta madu dan air serta diminumkan kepada saya, sore harinya saya agak membaik, bisa jalan tertatih-tatih, saya minta ijin tidak hadir dalam pengajian Iqra' dan ia pun mengerti.
Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak bisa bertemu atau datang ke jakarta, sampaikan salam dan tolong tuliskan rasa terima kasih kepada Syaikh Abdurrazzaq, saya akan ke rumah teman yang ada di kabupaten untuk melihat tayangan langsung, kebetulan dia mempunyai parabola. Akhirnya pemuda ini berangkat bersama keluarganya ke Jakarta, ada seorang ibu yang menitipkan barang untuk Syaikh berupa tas karena kecintaan beliau kepada tuan Syaikh Abdurrazzaq.
Hari minggu 19 Februari 2012, hari itu saya sangat senang melihat wajah anda Syaikh Abdurrazzaq, walaupun ada gangguan dan sinyal yang buruk tapi ada pelajaran yang bisa diambil “bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan perintah-perintah-Nya”. Saya ingin sekali mendengar tapi suara, gambar dan tayangannya tersendat-sendat, sehingga waktu itu saya jadi berfikir kenapa saya tidak memaksakan berangkat ke jakarta.
Tuan Syaikh Abdurrazzaq sejak itu pula saya mulai mengerti arti kehidupan dalam pandangan Islam bahwa dunia hanya sementara sedangkan akhirat kekal dan abadi.
Ada kejadian yang membuat saya miris dan sedih, pemuda tadi dicegat dan diinterogasi oleh sebagian aparatur desa, yang ironisnya mereka adalah muslim, mereka menganggap pemuda ini mengajarkan ajaran menyimpang karena itu dia tertahan dan tidak bisa mengajar lagi, lalu datanglah saudara kami “Maris” salah satu tokoh yang masuk Islam dia menjelaskan kepada aparatur desa bahwa dia hanya mengajarkan baca tulis Al-Qur'an.
Dua bulan tiga bulan sampai satu tahun dia tidak pernah datang lagi, apalagi setelah kami warga muslim ikut-ikutan ritual belian (pemanggilan roh-roh halus), mau tidak mau, suka atau tidak suka kami harus mengikutinya adat-istiadat karena ini solidaritas suku.
Tuan Syaikh Abdurrazzaq pemuda ini tidak pernah datang lagi, kami memaklumi dan mengerti dia membutuhkan perubahan dari kami dan juga perjuangan untuk melawan adat tapi kami tidak mampu, dan lagi beliau juga perlu penghasilan untuk keluarga semoga Allah memudahkan urusan pemuda ini.
Tuan Syaikh Abdurrazzaq semoga dengan tulisan ini dan sampainya tulisan ini di hadapan anda semoga ada da’i atau ustadz yang mau ke tempat kami, dulu waktu kami menjadi misionaris kami bisa ke pelosok-pelosok tapi umat Islam yang kata anda rahmat semesta alam tidak ada yang bertahan ke pedalaman. Maka di sisa umurku ini saya berharap bisa bertemu di surga kelak. Saya mempunyai penyakit kronis bisa saja setelah ini Allah mencabut nyawa saya, sekali lagi terimakasih untuk anda dan Islam.
Abdurrahman al-Islami
Muara Andeh, 15 Agustus 2014
Beberapa faidah yang bisa dipetik dari surat mulia ini :
1. Betapa banyak orang terhalangi untuk masuk Islam karena menganggap Islam adalah agama yang sulit dan rumit. Padahal kita tahu bahwasanya Islam adalah agama yang sederhana, jika dibersihkan dari seluruh bid'ah, syirik, khurafat, dan takhayyul maka sungguh Islam adalah agama yang sangat simpel dan mudah. Akan tetapi sering kali gambaran Islam sampai kepada non muslim dengan gambaran yang keliru.
2. Kontradiktif yang terdapat dalam Injil merupakan sebab penting yang menjadikan bekas pendeta ini masuk Islam, karena hal ini menimbulkan keraguan terhadap ajarannya, padahal ia seorang pendeta. Maka perlu kita menjelaskan kontradiktif Injil kepada kaum Nashrani, semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah untuk memeluk Islam.
3. Berdakwah dengan akhlak, keramah-tamahan, serta budi pekerti yang baik merupakan daya tarik terbesar bagi non muslim untuk mengenal Islam. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh sang pemuda tersebut tatkala berdakwah di pedalaman.
4. Islam yang benar akan merubah perilaku pemeluknya secara drastis, sebagaimana yang dituturkan oleh bekas pendeta, bahwasanya kerabatnya dahulu brutal namun setelah masuk Islam berubah menjadi berperangai mulia.
Inilah bedanya orang yang masuk Islam karena belajar –sehingga mempengaruhi perilakunya-, dengan orang yang masuk Islam hanya ikut-ikutan, atau keturunan, namun tidak dibarengi dengan mempelajari Islam.
5. Bekas pendeta ini puluhan tahun berkhotbah di hadapan jama'ahnya untuk mengajarkan kebahagiaan kepada mereka, akan tetapi ia sendiri tidak merasakan kebahagiaan tersebut. Ia sendiri sedang mencari kebahagiaan. Ternyata ia menemukan hakekat kebahagiaan melalui buku Asy-Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah.
6. Seorang yang menyatakan masuk Islam maka harus kita sambut dengan penuh kebahagiaan dan memberi optimisme kepada dirinya. Sungguh perkataan sang da'i muda tersebut sangat mengena di hati bekas pendeta. Tatkala sang pendeta masuk Islam, maka dipeluklah dengan haru oleh sang pemuda seraya berkata “Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”
7. Di antara pernyataan indah Syaikh Abdurrazzaq yang selalu diingat oleh sang pendeta yaitu "Bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan perintah-perintah-Nya"
8. Pendeta ini memberi informasi bahwa dakwah sang pemuda ke pedalaman ternyata dihalangi oleh orang-orang Islam sendiri.
Setelah saya menghubungi sang pemuda, maka sang pemuda itu bercerita bahwa yang menghalanginya adalah orang-orang Islam yang tidak suka dengan dakwah sunnah yang tidak menyetujui adat-adat yang tidak benar.
9. Di antara harapan mantan pendeta Abdurrahman al-Islami, yaitu agar para da'i menyempatkan diri berdakwah di pedalaman. Karena kaum misionaris rela berjuang berdakwah berpuluh-puluh tahun untuk mengajarkan kekufuran dan kesyirikan di pedalaman-pedalaman.
Bahkan di antara informasi yang disampaikan oleh sang pemuda kepada saya melaui WA bahwasanya gerakan syi'ah pun telah sampai ke pedalaman. Berikut isi WA tersebut :
((Pak Robert buatkan busur dan panah, (sebagai) hadiah yang akan diberikan untuk syaikh bila tiba ke Jakarta. Di Kutai Barat waktu beliau menjabat sebagai (Ketua) Forum Kerukunan Pelayanan Tuhan –sejenis persekutuan gereja-, (beliau) pernah didatangi kunjungan Islam Iranian Corner dan Ixxbx. Mereka datang katanya untuk misi pendidikan. Ketika ditanyakan maka mereka banyak menjelek-jelekan Arab Saudi dan Sunni. Lalu beliau nanya sama ana, Islam apa mereka?, ana bilang mereka syi'ah…, ana kisahkan kekejian mereka terhadap Islam dan foto-foto pembantaian…dari internet.
Beliau nanya sama ana, apakah di Mekkah dan Madinah akan diserang syi'ah?. Ana bilang nggak tahu…
Karena beliau piawai membuat peralatan perang maka beliau berinisiatif buat panah dan busur untuk Syaikh, katanya untuk jaga-jaga dari syi'ah…))
10. Pemuda yang gigih dalam berdakwah –semoga Allah menjaga keikhlasannya dan menambah semangatnya dalam berdakwah-
Alhamdulillah saya telah berkomunikasi langsung dengan pemuda da'i ini, dan ada beberapa informasi yang bisa saya sampaikan, diantaranya :
- Pemuda ini sudah bertahun-tahun berdakwah di pedalaman, ia sendiri berasal dari suku Sunda, akan tetapi ia bertekad untuk berdakwah di pedalaman Kalimantan. Bahkan mendakwahi suku asli Kalimantan, yaitu suku Dayak.
- Alhamdulillah ia sekarang bersama istrinya sedang mengasuh pondok kecil-kecilan dengan jumlah santri 160 santri-santriwati kecil. Disamping itu ada sekitar 40 orang muallaf dewasa yang ia didik. Berikut WA yang ia kirimkan kepada saya : ((Ustadz, afwan sebelumnya, surat yang dtitip dari pak Robert/Abdurrahman untuk Syaikh sebenarnya sudah lama sekali. Sebulan setelah beliau wafat surat itu baru kami tahu dari tumpukan buku di rumahnya. Itupun kami tahu dari saudara beliau yang non muslim, bahwa pak Robert rahimahullah mau titip surat untuk ana. Ala kulli haal, beliau (pak Robert) ingin sekali bertemu Syaikh, beliau memesan buku-buku Syaikh dan tulisannya. Dan yang paling beliau suka adalah buku "Perjalanan dari Madinah ke Rodja" yang ditulis antum.
Ana ingin ngasih surat ke antum tapi qodarullah waktu dan kondisi ana yang tidak memungkinkan. Jangankan ke Jakarta, ke Balikpapan aja ana gak sempat ustadz. Ana berdua bersama istri mengajar lebih 160 anak dan 40 muallaf, kalau ana tinggal maka nggak ada yang ngajarin mereka))
- Dari tuturan sang pendeta, ternyata pemuda ini tatkala berdakwah sama sekali tidak berharap upah. Bahkan tatkala ditawarkan untuk diberi ongkos ke Jakarta oleh sang pendeta, maka iapun dengan tegas menolak dengan menyatakan bahwa ia tidak berharap dunia. Akan tetapi suku Dayak yang menerima dakwahnya tetap memberikan rasa terima kasih mereka kepada sang pemuda dengan memberikan sekedarnya yaitu berupa ikan dan pisang.
Tutur mantan pendeta "Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap minggu"
- Pemuda ini mengaku kepada saya bahwasanya ia tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tatkala sampai di tabligh Akbar Syaikh Abdurrazzaq ia tidak kuasa dan tidak mampu untuk berbicara dengan Syaikh. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menyampaikan dasar-dasar Islam dan Iqra' maka tidak harus menunggu menjadi ustadz berkaliber. Yang penting adalah tekad yang kuat dalam berdakwah, dengan tetap menyadari kekurangan ilmu yang ada. Lihatlah pemuda ini, ia tidak angkuh dengan banyaknya orang masuk Islam karena dakwahnya, bahkan ia mengakui di hadapan saya bahwa ia tidak bisa berbahasa Arab tanpa malu-malu.
- Pemuda ini meskipun memiliki ilmu seadanya akan tetapi ia mengerti betul bahwa dakwah bukanlah sarana untuk mencari dunia dan kekayaan. Bahkan ia sendiri kekurangan dana untuk menjalankan pondoknya. Di antara keluhannya kepada saya, ia kekurangan dana untuk menyunat orang-orang yang baru masuk Islam, sehingga masih banyak muallaf yang belajar dengannya belum disunat.
- Pentingnya ilmu, lihatlah pemuda ini langsung mengajarkan Iqra' kepada para muallaf.
Akhirnya, semoga Allah merahmati Abdurrahman Al-Islami, memafkan dosa-dosanya, dan memasukannya ke dalam surgaNya. Dan semoga Allah membalas jasa Asy-Syaikh Abdurrazzaq yang dengan sebab buku beliau maka Robert pun berubah menjadi Abdurrahman. Semoga Allah menambah kehikhlasan Syaikh Abdurrazzaq dan menjaga beliau dalam memperjuangkan dakwah Sunnah di Kota Madinah dan juga di tanah air. Dan semoga Allah membalas jasa sang Pemuda yang telah berjuang keras berdakwah di pedalaman suku Dayak dengan segala keterbatasan dan kekurangan sarana dan prasarana. Semoga akan banyak da'i-da'i yang mengikuti jejak langkah kaki beliau.
Hal-Hal yang terkait dengan risalah di atas:
Kajian " Sebab-sebab Datangnya Kebahagiaan " : https://www.youtube.com/watch?v=zOQ1RwY-CJc
Pertanyaan mantan pendeta ketika Syaikh Abdurrozzaq mengisi di Jakarta : https://youtu.be/vDL3aFKHXO0?t=6719
Scan surat mantan pendeta : https://app.box.com/s/0wz2q7wujvqkb3jgikwxm9kwednl4j8s
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 14-11-1436 H / 29-08-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Sabtu Pahing
27 Jumadal Ula 1443
1 Januari 2022
5 notes · View notes
ilhambillyn · 3 years
Text
Kualitas di atas kuantitas
Kejadian ini gua alami saat masih SMA, sekitar tahun 2012, pertengahan tahun, saat siswa kelas 10 dan kelas 11 diliburkan karena adanya UN untuk siswa kelas 12. 
Gua lahir dan besar di sebuah kota yang bernama Lubuklinggau, kota kecil di Sumatera selatan. Namun, pada saat SMA gua memutuskan untuk sekolah di SMA Unggul N 4 Lahat, sebuah sekolah yg berlokasi 150 km dari Lubuklinggau dan sudah berada di wilayah Kab Lahat (kab tetangga). Sekolah ini sekolah negeri biasa, memiliki asrama bagi anak luar kota, bernuansa islami, dan beroritasi militer kala itu. “Sekolah semi militer rasa pesantren”, kalimat yg sering digaungkan oleh alumni sebelumnya.
Singkat cerita di akhir semester, ada pengumuman bahwa minggu depan akan dilaksanakan UN bagi siswa kelas 12, sehingga kelas 10 dan 11 pun diliburkan, senin, selasa, dan rabu. Gua pun memutuskan untuk pulang ke Linggau sejenak, daripada termenung di asrama. Sebenarnya tetap di Lahat juga tidak masalah, keluarga besar bunda sebagian besar di Lahat. Tapi emang, kerinduan akan suara, masakan, bahkan sentuhan Bunda tiada duanya, maka gua sudah niat untuk pulang di hari sabtu sebelumnya
Gua biasa pulang naik kereta, Lahat - Linggau biasa ditempuh 3-4 jam. Kala itu pelayanan KA belum sebaik ini, pertiketan, pengaturan penumpang, jam keberangkatan dan ketibaan, dll masih begitu riweuh. Keriwieuhan ini membuat gua biasanya memesan tiket via orang dalam, ke salah satu teman Bu Ani (tante atau adik Bunda) yg bekerja di sana. Maka dari itu Jumat sore gua pulang ke rumah Bu Ani yg merawat nenek.
Sabtu siang, gua bersiap akan berangkat ke stasiun, naik ojek yg tarifnya Rp 3000 kala itu. Setibanya di stasiun aku langsung mengambil tiket pesanan dan menunggu di ruang tunggu, jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, dan belum ada tanda-tanda kereta akan tiba. Ruang tunggu yg mengahadap ke barat membuat cahaya matahari semakin menusuk saat semakin sore. Tidak terasa sudah 1,5 jam menunggu, waktu menunjukkan pukul 15.30. Di sini kesadaran gua tentang kualitas lebih utama dibanding kuantitas dimulai.
Lama penantian membuat dahaga mulai menghampiri, gua berdiri dan mulai beranjak menuju warung terdekat. Gua buka kulkas dan mengambil sebotol minuman dingin, namun sayang saat hendak membayar gua tersadar ternyata dompet gua tertinggal. Gua periksa semua kantong dan tas, tidak ada. Dari pencarian itu gua hanya menemukan uang Rp 500 terselip di ujung kantong tas. “Ah sudahlah, kereta sebentar lagi sampai dan berangkat, tiket sudah aman, dahaga bisa tertahan hingga jam 19.00 saat tiba di Linggau” ucap gua. Gua memutuskan untuk sholat terlebih dahulu.
Sudah pukul 16.00, kereta tak kunjung datang, selesai sholat hati agak sejuk, tapi kerongkongan tetap kering. Gua kembali ke warung dan melihat apa yang bisa dibeli dengan uang Rp. 500 ini. Gua lihat ada segelas air mineral kemasan cup merk lokal. Namun pada saat ingin membayar, datang seorang ibu yang menggendong anaknya dibelakang, tampilannya lusuh, pakaian agak sobek, dan wajahnya begitu lemas. Ia menggendong anaknya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya membawa ember yg ia sodorkan saat menghampiri gua. “Dek mohon sedekahnya, semoga rezekinya lancar” ucapnya. Tiba-tiba gua teringat salah satu materi saat di sekolah. “Transaksi paling menguntungkan adalah bertransaksi dengan Allah SWT”, maka dengan sedikit menantang (astaghfirullah) gua ingin membuktikan itu semua. Gua tutup kembali kulkas warung dan menaruh perlahan uang koinnya ke ember, karena kalau dijatuhkan akan menimbulkan suara. Oke, uang terakhir diberikan, dahaga tetap ditenggorokan.
Sekitar 10 menit kemudian, pengumuman kereta akan tiba terdengar dari pengeras suara. Gua bersiap-siap, namun saat baru berdiri, seorang ibu-ibu paruh baya memanggil gua dari kejauhan. “Apalagi ini?”. Saat gua hampiri ternyata ia meminta tolong gua untuk membawa barang bawaannya yang cukup banyak (jika dibawa seorang diri). Gua sempat berpikir untuk menolak, sudah kehausan, lapar mulai menyerang, dan sekarang harus membawa barang bawaan orang tak dikenal. Setelah gua tanya, ternyata ibu ini duduk tepat di depan kursi gua. “Yasudahlah, sekalian naik, lagian tempatnya sangat berdekatan”  Kereta pun tiba, gua naik dan membawa beberapa barang ibu itu, segera gua letakkan di bagasi atas dan duduk dengan nyaman. Sesaat setelah itu, si ibu biilang “Nak minum dulu, sama ini ada sedikit roti, maaf ibu ngga bawa bekal yang banyak” ujarnya sambil menyodorkan sebungkus roti sobek dan sebotol minuman dingin yang tadi ingin gua beli. “What??!” gua sejenak termenung, dan bergumam dalam hati “Secepat itukah balasan yang Allah beri? bahkan dengan semua kesombongan hati gua kala itu”. Ibu itu juga menawarkan bekal lain yaitu semua bekal yg ia bawa, ia berkata “ambillah, kalau mau yang lain, ini dari anak ibu, tapi ngga mungkin ibu habiskan sendiri”. Sebenarnya gua mau nangis, bukan karena nilai roti atau sebotol minumannya, tapi bagaimana semesta yang Allah atur bekerja. Kebaikan dibalas kebaikan. Semua yg gua miliki (meski cuma Rp.500) dibalas dengan semua kebaikan yang Allah beri melalui si Ibu ini. Ngga cuma sampai di sini, masalah gua lagi adalah bagaimana gua bisa pulang ke rumah dari stasiun Linggau. Tanpa ada pegantar, ibu itu bertanya “balik ke mana? nanti bareng ibu aja kalau mau, ibu dijemput suami pakai mobil”. Dan ternyata kita searah. Gua udah terlalu malu untuk bilang iya. Akhirnya gua bilang gua juga dijemput, dan meminjam HP nya untuk menelpon bapak kala itu.
Sore itu gua benar-benar belajar, tentang keikhlasan, kesabaran, dan keyakinan, dan benar-benar dipahamkan apa itu kualitas, khususnya dalam hal memberi. Di salah satu buku “Fiqh prioritas” juga dijelaskan tentang kualitas, bagaimana kaum muslimin bisa memenangkan perang badar dengan jumlah pejuang yg jauh lebih sedikit dibandingkan musuh kala itu. Ya semua itu tentang kualitas, tidak hanya kuantitas
Sekian sedikit cerita dari gua (Maaf bila kepanjangan)
Semoga bermanfaat 
1 note · View note
irodhiyah · 4 years
Text
Episode Tiga: Menjaga Keberkahan
Akhir Februari 2020
Seminggu setelah ku putuskan untuk memulai proses dengannya membawa kami pada pertemuan dalam rangka mengenal satu sama lain. Kami bertemu di sebuah restoran di kawasan Jakarta ditemani dua orang yang mendampingi proses kami sejak awal hingga saat ini. Aku telah menyiapkan daftar pertanyaan kala aku mempertimbangkan untuk menjalani proses menuju pernikahan kami. Alhasil aku pun hanya perlu mengoreksi dan meminta saran beberapa orang terkait daftar pertanyaan yang telah ku susun rapi. Aku bagi daftar pertanyaan menjadi tujuh bagian. Pertanyaan dimulai dengan hal yang mudah sampai yang agak sulit. Secara umum pertanyaan yang ku susun seputar dirinya dan aktivitasnya, keluarganya, kesepakatan mimpi-mimpi kita, rencana ke depan, alasan menikah denganku, dan waktu ia akan ke rumah untuk menemui abi dan umi.
Pertemuan ini tak hanya menjembataniku untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ku ajukan. Tetapi juga menjembataninya untuk bertanya berbagai hal serta menyepakati hal penting antara kami berdua. Pada akhir pertemuan kami pun bermufakat untuk melanjutkan proses dan menentukan rencana pertemuannya dengan orangtuaku di rumah.
Hatiku berkecamuk pasca pertemuan dengannya. Ada perasaan senang sekaligus khawatir terhadap harapan-harapan darinya dan orangtuanya. Sedikit perasaan takut akan beberapa hal yang mungkin ku jalani kelak bersamanya pun ku rasakan. Aku menjadi sangat ingin menceritakan segala yang terjadi pada hari ini kepada umi dan abi di rumah. Namun, jarak yang memisahkan membuatku harus sedikit bersabar, menyimpan sejenak semua cerita hingga Jum’at malam aku bertemu mereka.
--
Usai menyelesaikan kegiatan mengajar dan mentoring di hari Jum’at, aku bergegas pulang ke rumah. Ku bersihkan diri, ku tunaikan sholat, dan ku siapkan diri untuk memulai cerita panjang tentang pertemuan dengannya. Abi dan Umi menyimak dengan seksama. Mereka sedikit berkomentar, namun ku tahan sejenak hingga ku selesaikan semua cerita. Pembicaraan malam ini pun mengantarkan kami pada kesepakatan untuk menerima kedatangannya di tanggal 7 Maret atau hari Sabtu pekan depan.
Ternyata bukan hanya dia yang akan datang ke rumah untuk bertemu dengan orangtuaku. Tetapi orangtuanya pun memintaku untuk datang ke Sukabumi dan berkenalan dengan mereka secara langsung. Mendengar permintaan itu, aku panik dan terkejut. Berbagai kekhawatiran menghampiri pikiranku hingga aku menghentikan sejenak aktivitas yang sedang ku kerjakan saat itu. Tak lama setelah menenangkan diri, aku mencoba untuk menyiapkan diri untuk bertemu dengan calon mertua lewat artikel dan menonton video youtube. Aku pun memahami bahwa ketika bertemu calon mertua aku hanya perlu menjadi diriku. Proses bertemu dengan calon mertua bukan proses penilaian, namun proses untuk saling mengenal serta proses untuk memahami karakter, nilai-nilai, dan harapan dari calon keluargaku.  
--
Hari-hari menuju pertemuan istimewa satu pekan lagi ku lalui dengan memikirkan rencana-rencana selanjutnya. Ku pikirkan kapan waktu khitbah akan diselenggarakan, kapan waktu akad dan resepsi akan digelar. Saat memikirkan semua itu, aku teringat dengan sebuah wacana yang pernah ku impikan pada tahun sebelumnya. Wacana untuk melangsungkan khitbah dan akad secara bersamaan kemudian dilanjutkan resepsi di waktu yang berbeda. Ku pikir rencana ini adalah rencana yang baik karena sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW yaitu menyegerakan pernikahan. Selain itu, pada umumnya acara akad hanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat saja. Aku pun mematangkan ide ini dengan mengobrol bersama seorang senior dan tentunya dengan bertanya kepada Allah lewat sholat istikhoroh yang ku kerjakan setiap malam. Ku coba meyakinkan diri jikalau rencana ini merupakan hal baik untukku dalam agamaku, hidupku, dan akhir dari perkaraku maka akan Allah mudahkan dan berkahi jalannya.
Selepas memastikan gagasan untuk melangsungkan khitbah bersamaan dengan akad, aku pun menyampaikannya kepada abi sehari sebelum dia datang. Abi setuju dengan usulan yang ku ajukan. Namun, ummi pada awalnya tidak  setuju karena berbagai alasan yang ia pikirkan. Selanjutnya, aku kembali meneruskan istikhorohku, ku pasrahkan semua takdirku kepada-Nya, ku mohon takdir terbaik dari-Nya.
--
Saat ini hari telah berganti menjadi hari Sabtu tanggal 7 Maret 2020. Beberapa waktu lagi akan datang seorang lelaki menghadap orangtuaku untuk pertama kalinya. Pukul 10 ia datang mengenakan batik berwarna biru dan rambut yang sudah dipotong lebih rapi dari sebelumnya. Ia duduk dan berbincang bersama abi, umi, dan abang. Tak lama kemudian seseorang tiba untuk menemaninya berbicara dengan abiku untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka pun terlibat dalam obrolan seru yang cukup lama hingga pada akhirnya abi bertanya tentang tujuan kedatangannya. Aku berupaya mendengar dengan seksama pembicaraan itu dari balik pintu kamar. Suaranya terdengar sayup-sayup mengatakan ia datang untuk melamar. Abi pun menerima lamaran itu dengan senang hati dan tangan terbuka. Selanjutnya, aku melihat ia pergi ke luar dari rumah dari balik jendela selepas makan bersama.
Esok akan tiba saatnya aku bertemu dengan keluarganya. Berbincang bersama dan bermusyawarah mengenai rencana tanggal khitbah, akad, dan resepsi pernikahan. Artinya besok aku didampingi abang dan adikku akan menyampaikan ide untuk melangsungkan khitbah dan akad secara bersamaan. Aku bingung dan takut menghadapi hal itu, aku khawatir tak mampu menjelaskan latar belakang atas ide yang ku ajukan.  Kendati demikian, aku berikhtiar dengan bertanya kepada Allah mengenai jawaban yang perlu ku sampaikan saat ditanya alasan dibalik ide yang ku usulkan. Satu-satunya yang terbersit dibenakku hanya “karena ingin menjaga keberkahan”. Disamping itu, aku juga terus memanjatkan doa kepada Allah untuk diberikan yang terbaik. Seandainya menyegerakan akad dengan mengadakan khitbah dan akad secara bersamaan dalam waktu dekat merupakan takdir yang baik untukku maka mudahkahlah. Namun, apabila takdir terbaik untukku adalah menyelenggarakan khitbah baru kemudian akad dan resepsi dalam jangka waktu yang lebih panjang maka aku meminta kekuatan untuk menjaga hatiku di sepanjang jalan menuju pernikahan.
--
Pagi ini adalah hari yang sempat ku khawatirkan untuk ku jalani. Namun aku tetap berupaya menyiapkan segala yang terbaik untuk menjalani pertemuan pada hari ini. Aku bersama abang dan adikku menempuh perjalanan menuju rumah kakak dari keluarga pihak laki-laki yang akan ku temui. Untuk pertama kalinya aku bertemu dengan calon mama, bapak, teteh, mas, dan keempat ponakan di rumah dua lantai. Kami duduk dan berbincang mengenai banyak topik. Bapak bercerita tentang kisah hidup yang beliau lalui. Setelah beberapa saat, topik pun berganti membahas proses pernikahan yang akan kami jalani. Aku menyampaikan berbagai gagasan dari keluargaku mengenai rencana pernikahan kami. Aku menjelaskan tentang usulan untuk melangsungkan khitbah dan akad sacara bersamaan dalam waktu dekat untuk mengejar keberkahan Allah atas pernikahan ini. Mendengar alasanku seketika bapak setuju dan merestui. Setelah semua orang dalam forum setuju, tanggal 29 Maret 2020 pun disepakati sebagai tanggal pernikahan kami.
Tiga pekan lagi, jika Allah menghendaki aku dan dia akan menikah. Kami akan menjalani waktu bersama, belajar bersama, membentuk keluarga islami bersama. Aku percaya bahwa waktu antara hari ini hingga tanggal 29 nanti akan banyak ujian dan rintangan yang menghampiri kami berdua. Meskipun begitu, aku meyakini bahwa perjalan ini memanglah sebuah perjuangan. Perjuangan untuk menggapai pernikahan yang berkah. Perjuangan yang tak dijalani sendirian, namun bersama. Jikalau nantinya kutemui kesulitan, aku takkan memilih untuk mundur namun berupaya terus bertahan. Aku pun berdoa seandainya pernikahan ini adalah takdir yang terbaik untuk kami dalam agama kami, kehidupan kami, dan akhir dari perkara kami  Allah akan takdirkan, mudahkan, dan beri keberkahan.
--
Sungguh dugaan tentang banyaknya rintangan yang datang menuju waktu pernikahan dilangsungkan benar adanya. Keraguan, kegelisahan, dan ketakutan muncul satu persatu sepanjang jalan. Aku takut tak cakap mengatur keuangan keluarga, sementara tugas seorang istri adalah menjaga dan mengatur harta suaminya. Aku khawatir belum bisa menaati segala kebaikan yang suamiku kehendaki dengan sempurna, sementara surga dan nerakaku ada padanya. Aku cemas tak mampu menjalani kehidupan rumah tangga dengan baik bersamanya. Aku juga mempertanyakan kemampuanku untuk beradaptasi dengan keluarganya, pemahaman dan penerimaanku terhadap kesibukannya, serta kemampuanku untuk berkomunikasi secara terbuka dengannya.
Agaknya aku menyerah bila terus mengungkung diri dengan perasaan-perasaan itu. Sebagaimana tekad yang telah ku ungkapkan kemarin, aku tak memilih mundur melainkan bangkit dan berupaya terus maju. Aku mengubah isi pikiranku dengan sudut pandang positif untuk menepis segala perasaan gelisah, takut, dan ragu. Aku menuntun pikiranku untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masa depanku. Aku berkeyakinan bahwa aku adalah seorang pemain dalam kehidupanku, sementara Allah adalah produser dan penulis naskah hidupku. Tugasku adalah berikhtiar semampuku sebagai bukti kesungguhan untuk mendapatkan keridhoan dari Tuhanku. Urusan masa depan ada di tanganNya, bukan ditanganku. Aku pun berusaha untuk berfokus pada ikhtiar dan terus mengingat tujuan menjalani proses menuju pernikahan, sebab perkara hasil bukan bagianku. Aku juga memahami jikalau aku perlu bertawakal kepada-Nya, menyerahkan dan memasrahkan semuanya, serta meyakini  semua adalah milikNya dan Dialah yang akan memberi takdir terbaik untukku.
Aku tahu kehidupan pernikahan bukan hanya tidak mudah, tetapi juga akan sangat membahagiakan dan mampu dilalui. Kehidupan pernikahan tak dijalani sendiri, namun bersama dia, dan dengan Allah yang selalu membersamai. Adalah hal yang wajar ketika awal perjalanan pernikahan belum cakap mengatur uang, belum mampu taat dengan sempurna, merasa kaku saat berkomunikasi dengan keluarga baru, belum pandai memasak, melakukan berbagai kesalahan, serta bertemu dengan berbagai hambatan komunikasi. Pada hakikatnya aku sedang berproses, sedang belajar, dan sedang berusaha. Tidak ada titik sempurna, tidak ada keahlian yang diperoleh tanpa latihan. Aku pun perlu bangkit ketika gagal, belajar dari kesalahan, dan mencoba kembali dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, aku mencoba mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan kepadaku dalam proses menuju pernikahan. Bersyukur karena Allah benar-benar menjagaku dan dia untuk meminimalisir interaksi yang tidak diperlukan dengan menganugerahkan juru bicara berupa abangku.
Singkat cerita, covid-19 yang tak pernah terbayangkan akan sedahsyat ini membuat semua aktivitas dibatasi termasuk menikah. Aku sempat merasa putus asa dan khawatir jika pernikahan kami tidak dapat dilangsungkan. Aku benar-benar tak tahu takdir seperti apa yang Allah berikan kepada kami berdua. Tetapi pada akhirnya Allah menganugerahkan kemudahan-kemudahan untuk tetap menyelenggarakan pernikahan di rumah. Kami pun berusaha beradaptasi dengan kondisi yang ada, merencanakan penerapan protokol kesehatan covid-19, dan membatasi jumlah orang yang hadir pada pernikahanku dengannya.
Ahad, 29 Maret 2020
Hari ini pun tiba. Hari dimana perjanjian agung diucapkan oleh seorang laki-laki bernama Satria Adhitama Sukma. Perjanjian yang disaksikan oleh seluruh anggota keluarga, teman, saudara, dan juga tetangga. Perjanjian yang membuat surga dan nerakaku ada padanya. Kini, peran sebagai seorang istri ku sandang dan petualangan baru akan segera ku jalani bersamanya.
Sejak hari ini pula, ku tumbuhkan cinta padanya dari nol dan kutambah serta ku kalikan tanpa ku bagi maupun aku kurangi supaya cinta itu berkembang tak terhingga.
Tumblr media
12 notes · View notes
Text
Tumblr media
Rumah Syurga⚘
Alhamdulillah wa syukurillah, bahagia bisa menjadi saksi hebatnya keluarga ini.
Ceritanya,
Dulu sempat belajar menghafal Al-Qur'an dengan ustadz Ramadhan. Dan aku tinggal di kamar lantai atas, senang bisa disambut hangat dan dianggap seperti anak sendiri. Setiap hari aku mesem-mesem dewe mengamati kegiatan keluarga ini. Mulai dari Abi (Ustadz Ramadhan) yang selalu bawa anak-anak untuk pergi ke Masjid, kemudian sepulang dari masjid beliau membantu pekerjaannya umi (amah Ihza). Ya nyapu, ya ngepel, ya nimang dedek Ihza anak paling bungsu kalau dia lagi rewel. Nimangnya indah banget, si abi sambil muraja'ah hafalan Qur'an.
MaasyaaAllah.
Belum selesai, setelah setor hafalan, biasanya Abi langsung nagih hafalannya Ahza dan Ibad si dua jagoan yang bikin iri semangatnya. Dua jagoan ini hebat-hebatan hafalan didepan abinya. MaasyaaAllah.
Ada lagi dek Asma, meskipun masih kelas empat SD waktu itu, Asma hafalannya sudah luarbiasa. Seringkali, Asma ke lantai atas untuk nemenin aku murajaah juga cerita tentang apa aja yang dia kerjain disekolah tadi pagi. Anak baik, duh mbak Bilah jadi kangen :'(.
Kalau waktu dhuha udah dateng, Ahza dan Ibad langsung shalat tanpa disuruh Abinya. Oh iya, anak-anak kecil ini suka sekalidengerin Mars Islami (semacam lagu grup Hijaz dan kawan-kawannya).
Kalau ditanya "Ahza mau jadi apa?"
"Ahza mau jadi Umar bin Khatab"
"Kalau aku mau jadi Khalid bin Walid dong, kan keren" sahut abang Ibad dengan gayanya yang cuek tapi menggemaskan itu.
Ustadz Ramadhan adalah dosen di Universitas Muhammadiyyah Metro,Lampung. Beliau lulus S1 di Sudan dan menuntaskan S2 nya di Malaysia. Disamping itu, beliau juga mengajar di SD Tahfidz dekat rumah, dan luar biasanya beliau juga aktif menjadi murabbii liqo pemuda-pemudi di lingkungan kampus.
Peran umi yang hebat juga akan selalu Bilah ingat. Umi memang belum hafidzah, tapi umi selalu rajin setor hafalan dan tahsin ke Abi. Umi sederhana dan taat sekali pada suami. Semoga suatu saat kalau Bilah dapet kesempatan menjadi seorang istri dan ibu bisa belajar dari umi.
Ternyata, indah sekali kalau membina suatu keluarga berlandaskan iman kepada Allah.
Ketika Al-Qur'an menjadi pegangan dalam suatu rumah tangga, maka tak ada masalah yang terlihat lebih besar daripada Allah, tidak ada pertikaian yang sia-sia, tidak ada kekerasan ataupun suara-suara yang tidak ingin didengar. Yang ada hanyalah kasih sayang, kelembutan, ketenangan dan cahayanya Allah yang menjadi lampu paling terang didalam rumah.
Dan satu lagi yang aku ingat, dirumah memang tidak disediakan televisi, bukannya gak mampu beli, tapi memang itu metode mendidiknya umi dan abi sehingga anak-anak lebih dekat dengan Qur'an dan rajin berinteraksi dengan orangtuanya. Kalaupun mau main,mereka asyik main dimasjid sembari ikut abi shalat jama'ah. MaasyaaAllah, memang indah sekali melihat banyak anak kecil yang memenuhi rumah Allah.
Kesederhanaan benar-benar terpancar dari keluarga ini. Banyak sekali Nabilah belajar dari umi Ihza dan Abi Ramadhan tentang keihlasan dan kesabaran dalam menjalani perintah Allah.
Semoga kebaikan umi dan abi menjadi ladang pahala dan keberkahan yang senantiasa menyelimuti keluarga kalian. Terimakasih atas segala kebaikannya, terimakasih. BarakaAllahu fiikum, fiihifdzillah.
~DiaryAfsana🍂
1 note · View note
noevitaikasari · 5 years
Text
Lelaki Shalih Belum Tentu Jadi Suami Shalih
~~Hanya bagi yang mau baca tulisan panjang kali lebar kali tinggi~~
✍ H. Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I.
Seorang wanita pastinya mengharapkan seorang lelaki shalih untuk menjadi suaminya. Hal ini tentu baik. Namun, ketika dia sudah mendapatkan seorang suami, apakah masih pantas dia membayangkan lelaki lain untuk menjadi suaminya, meski dengan alasan lelaki lain itu – menurut pandangan pribadinya – lebih baik dari suaminya?
Kita khawatir perasaan seperti ini akan menjadikan seseorang tidak mengalah pada takdirnya, setelah sebelumnya dia sudah berikhtiar.
Saya ingin menuliskan inti jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut di sini, untuk berbagi dengan yang lain. Semoga bermanfaat.
Nabi Muhammad, dalam hidupnya, juga sering menjadi tukang jodoh. Banyak riwayat yang menjelaskan hal itu, misalnya kisah perjodohan Julaibib dan lainnya. Nah, setelah mengamati apa yang dilakukan Nabi, berikut keterangan-keterangan dalam agama, kita sampai pada satu kesimpulan, ternyata dalam penilaian Nabi, lelaki shalih itu belum tentu menjadi suami shalih. Dengan ujaran lain, tidak semua lelaki baik, dapat menjadi suami yang baik!
Suami shalih, maknanya lebih luas dari pada lelaki shalih. Lelaki shalih adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah baik lahir maupun batin. Misalnya, ia selalu berjama’ah di masjid, perilaku dan tutur katanya islami, meninggalkan hal-hal yang haram. Namun, dalam memberikan penilaian tentang siapa lelaki shalih itu, yang bisa kita lakukan hanya dari sisi lahiriahnya.
Secara lahiriah seseorang dapat dinilai sebagai orang beragama. Namun bisa saja dia ternyata tipe orang yang mudah marah, sering menghina dan merendahkan orang, ucapannya pahit, dan sebagainya. Hal ini tentu dapat menganggu ketenangan dan kebahagiaan rumah tangga.
Saya tandaskan, seseorang kelihatannya beragama dan berakhlaq baik. Namun ia memiliki beberapa sifat yang tidak cocok bagimu. Sebaliknya, justru ia cocok untuk orang lain, bukan untukmu.
Misalnya, lelaki itu bawaannya serius, sangat pendiam, melankonis, sulit tertawa, memiliki pergaulan sosial terbatas. Sedang Anda memiliki karakter sebaliknya: seorang sosialita, aktifis muslimah yang senang bergaul dengan yang lain, suka humor, dan sebagainya.
Saya tidak mengatakan sifat lelaki tersebut jelek. Namun sifat itu bagi Anda yang memiliki sifat yang saya contohkan tadi, bisa membuat Anda kurang nyaman dalam mengarungi rumah tangga.
Karena itulah, Nabi mengatakan (yang artinya): “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tak kau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang panjang.” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)
Perhatikan, Nabi tidak mengatakan “Jika datang padamu lelaki beragama dan akhlaknya baik”. Namun Nabi mengatakan, “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan perangainya”.
Apa bedanya?
Pernyataan pertama – dan itu tidak diucapkan Nabi – bermakna, orang tua harus menikahkan anaknya dengan lelaki shalih, dan bahwa lelaki shalih itu pasti akan menjadi suami shalih. Namun pernyataan kedua – yang diucapkan Nabi – memberikan pengertian pada kita bahwa orang tua dalam memilih calon menantu, syaratnya harus ridha terhadap agama dan perangainya, karena memang tidak semua lelaki shalih, kau setujui cara beragama dan perangainya. Jadi, ada unsur penilaian manusia di sini. Sedang penilaian manusia itu hanya terbatas pada sesuatu yang lahiriah atau yang tampak.
Kisah Fathimah binti Qays akan menjelaskan hal ini. Suatu saat, ia dilamar dua lelaki. Tak tanggung tanggung, yang melamar beliau adalah dua pembesar sahabat, yaitu Mu’awiyah dan Abu al-Jahm. Setelah dikonsultasikan kepada Rasulullah, apa yang terjadi? Nabi menjelaskan, baik Mu’awiyah maupun Abu al-Jahm, tidak cocok untuk menjadi suami Fathimah binti Qays.
Apa yang kurang dari Mu’awiyah dan Abu al-Jahm? Padahal keduanya adalah lelaki shalih dan memiliki keyakinan agama yang baik. Namun Nabi tidak menjodohkan Fathimah dengan salah satu dari keduanya, karena Nabi mengetahui karakter Fathimah, juga karakter Mu’awiyah dan Abu al-Jahm.
Lebih lanjut, Nabi menawarkan agar Fathimah menikah dengan Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang sebelumnya tidak masuk “nominasi” Fathimah. Setelah Fathimah menikah dengan pilihan Nabi itu, apa yang dikatakannya setelah itu? Fathimah mengatakan, “Allah melimpahkan kebaikan yang banyak pada pernikahan ini dan aku dapat mengambil manfaat yang baik darinya.”
Jadi, kepala rumah tangga yang ideal bagi Anda dan seluruh wanita muslimah adalah: Pertama, lelaki shalih. Kedua, memiliki perangai yang sesuai dengan karakter Anda, dan ini nisbi atau relatif, yang tidak mungkin bisa dijawab kecuali oleh Anda sendiri.
Keshalihan seorang lelaki memang menjadi syarat bagi wanita yang ingin menikah. Namun, itu saja tak cukup. Perlu dilihat kemudian munasabah (kesesuaian gaya hidup, meski tak harus sama), musyakalah (kesesuaian kesenangan, meski tak harus sama), muwafaqah (kesesuaian tabiat dan kebiasaan). Sekali lagi, aspek kedua ini sifatnya relatif, tidak bisa dijawab kecuali oleh wanita yang akan menikah dan keluarganya. Oleh karena itu, kalau ada yang datang melamar, tanyakanlah karakter dan perangainya pada orang-orang yang mengetahuinya, baik dari kalangan keluarga atau teman-temannya.
Terakhir, bagi yang belum menikah dan sedang “mencari jodoh”, agama mensyari’atkan adanya musyawarah dan istikharah. Lakukanlah keduanya! Sementara bagi yang sudah menikah, terimalah keberadaan suami Anda apa adanya, karena menikah itu “satu paket”: paket kelebihan dan paket kekurangan dari pasangan. Tinggal bagaimana Anda menyikapi kelebihan dan kekurangan itu. Orang bijak menyikapi kelebihan dengan syukur, menyikapi kekurangan dengan sabar. Orang bijak itu “pandai mengubah kotoran yang tidak bermanfaat menjadi pupuk yang bermanfaat”.
Sesuatu yang baik dari suami, ajaklah dia untuk makin meningkatkannya. Sedang yang jelek darinya, bersama Anda, hilangkan dari lembar kehidupannya. Janganlah memikirkan lelaki lain. Karena boleh jadi lelaki lain itu dalam pandangan Anda baik, namun ternyata ia tak baik dan tak cocok untuk menjadi suami Anda.
Boleh jadi Anda melihat sepasang suami istri yang hidupnya bahagia. Lalu, Anda berkhayal seandainya lelaki itu yang menjadi suami Anda, pasti hidup Anda akan bahagia. Wah, itu belum tentu. Karena ternyata, bisa jadi lelaki itu memang cocok untuk perempuan yang sekarang menjadi istrinya, namun tidak sesuai bila menjadi suami Anda.
Satu yang pasti, percayalah bahwa pasangan hidup Anda adalah manusia terbaik yang diberikan Allah untuk Anda!
📚 Pena Darul Fiqih
--------------------------------------------------------------
Ditengah kampanye nikah muda seperti "Shalih(ah) Kan diri ntar dapet jodoh sholihah" plus banyak Taaruf online, tulisan d atas cukup mewakili pikiran ogut. Sempet stress juga duh pikiranku ko ga Sama mainstream society?haha. Alhamdulillah ada cerita sirohnya 😃..Mungkin keputusan Rosul kl zaman skrg bakal direspon " Ih kurang soleh APA sih bla bla..kamu pemilih banget yak,soleh aja Gak cukup?". Padahal ya kesesuaian pribadi itu ga gampang (yha mungkin emang ogut Masih banyak dosa yahh)
14 notes · View notes
ashrissilmi · 5 years
Text
Rekam Jejak: “Tentang Makna sang Pendengar Kedua”
Gadis kecil tumbuh setia bersama rangkaian kata. Setia berkawan dengan puisi dan rangkaian kata orang lain. Dia berkenalan dengan beragam jenis rangkaian kata orang lain, ada yang berbentuk rangkaian kata bergamabar (komik), rangkaian kata cerita cinta anak sekolah (teenlit), rangakain kata cerita cinta dalam ketaatan (cerita cinta islami) hingga rangkaian kata berwujud kumpulan nasihat serta cuplik-cuplik firman Pencipta. Ternyata kisah persahabatan gadis kecil dengan rangkaian kata orang lain juga mendekatkan dan memberinya pemahaman tentang hakikat Pencipta dan dirinya sendiri yang merupakan wujud penciptaan. Menjadi pendengar kedua kembali memeberikannya pengalaman serta pemahaman baru. Bahkan menjadi perantara pertemuan dengan sosok-sosok lain yang menyukai serta melakukan kerja merangkai kata.
Akhirnya pada espisode lain kehidupan, ia melahirkan rangkaian kata di atas sekumpul kertas berwujud buku yang memiliki judul “Tentang Makna”. Sebuah karya kolaborasi bersama sahabat sekaligus adik tercinta. Rangkaian kata yang bermuara pada buku, diterbitkan dan berharap dapat menjadikan orang lain diluar sana merasakan kebahgaian yang sama seperti saya. Sebagai pendengar kedua, mendengar dari kumpulan kertas yang telah dengan sabar mendengarkan celotehan saya yang berwujud rangkaian kata. Tentang Makna adalah rangkaian kata celoteh diri, agar hidup itu punya makna, agar tiap peristiwa meninggalkan makna, agar tiap detik kesempatan bernafas tak berlalu sia-sia.
Terimakasih sebesar-besarnya kepada semua kawan dan sanak saudara yang berkenan menjadi pendengar kedua, yang berkenan memberi masukan. Berkenan mengeluarkan dana yang kemudian ditukar dengan kumpulan kertas berwujud buku. Tentang Makna tentu masih begitu banyak kurangnya, maklum ini pengalaman pertama, semoga dalam tiap kurang yang masih dikandungnya, Pencipta tetap berkenan mencatatnya sebagai sebuah usaha menebarkan kebaikan, sebuah usaha diri agar hidup tak hanya sekedar hidup.
Terimakasih dan semoga masih ada yang berkenan menjadi pendengar kedua sang kelahiran kedua. Walau belum benar-benar finish, bahkan dapat dikatakan terlambat tidak sesuai dengan informasi yang pernah saya sampaikan pada beberapa orang. Tetapi sesungguhnya memang kelahiran kedua ini memang inginnya dapat terjadi di waktu yang istimewa, insyaAllah 27 April 2019. Sekumpul rangkaian kata bernama puisi, yang dirangkai sebagai persembahan terhadap 1/4 abad perjuangan dua insan untuk terus bersama dan berharap terus bersama hingga syurga.
 Salam saya, ashrissilmi.
2 notes · View notes
nitaraihana · 6 years
Text
Kontemplasi
Aku.....
Adalah org yg menilai orang lain dari behaviour dan interpersonal seseorang
Mau dia jungkir balik di tengah laut, kalo dia sudah merusak penilaian aku terhadap dia, nilai keren itu udah raib di mata aku
Makanya gue tuh suka sebel sm diri gue sendiri, why sih gue orgnya judging bgt
Tapi judge itu bisa berubah kalo ada satu hal di diri dia yg bisa merepair kepercayaan gue lagi
Belakang ini, aku semakin suka merefleksi diri sendiri. Menanyakan berbagai hal yang berseliweran di pikiran, random aja. Biasanya apa yang dipikirin, maunya selalu ditulis. Entah di tumblr, blog, atau sekedar di note hp untuk jadi reminder aja kalau-kalau sikapku sampai kelewat batas dan bertolak-belakang sama nilai-nilai baik yang ingin sekali aku tumbuhkan di diri ini. Tapi beberapa waktu terakhir, lagi ngga bergairah aja nulis-nulis di tumblr atau blog. Terus kepikiran, jika yang ditulis adalah kebaikan, baiknya share aja, Nit! Bisa jadi tulisan ini sebagai fasilitator untuk kontemplasi orang lain juga kan? Jadi, plis skip aja ya kalau tulisanku dirasa nyepam karena menulis adalah caraku untuk mengeksplor diriku lebih dalam.
Salah satu pertanyaan yang belakangan sangat ingin aku tau jawabannya adalah:
"Definisi kalimat: berteman dengan orang yang baik agar kita juga jadi baik, itu seperti apa ya? Baik yang bagaimana? Apa maksudnya?"
Pertanyaan ini muncul ketika aku berkali-berkali interaksi dengan Mba Hilda yang kalau kalian baca tulisanku sebelumnya, pasti tau seperti apa Mba Hilda ini. Mba Hilda -sepertinya- adalah salah satu alasan kenapa aku merasa nyaman di rumah nutrisi. Karena ya.. senang aja dengar cerita dan pengalaman-pengalaman beliau yang aku belum pernah dapet itu dari orang-orang di lingkaranku. Di setiap akhir ceritanya, beliau selalu berpesan, "Ambil yang baik-baiknya aja ya, Uni." Dan yang paling penting, selalu ada hikmah yang bisa aku ambil setiap dengar cerita-cerita beliau yang sangat relate dengan nilai-nilai yang ingin aku tumbuhkan di diriku saat ini. Mungkin itu yang membuat aku bisa seterbuka itu dengan beliau karena dari beliau aku belajar banyak hal, meski bukan hal baru, tapi entah kenapa lebih bisa kuterima dan kutanamkan kuat-kuat dalam diriku.
Baru kemarin banget, instagram lagi ramai karena seorang influencer dakwah mengomentari video beropini Gitasav dan Paul tentang bagaimana mereka mendefinisikan agama untuk diri mereka. Ada potongan video Gita yang diunggah di instagramnya dan menimbulkan banyak komentar-komentar pedas yang kalian pasti sudah sangat hafal seperti apa habit para netizen di media sosial. Dan anehnya.. aku sudah sejak lama nonton video itu lengkap -durasi videonya memang panjang banget-, tapi aku tidak menemukan apa yang menjadi poin yang ingin disampaikan si influencer dakwah ini. Sejauh aku menyaksikan vlog-vlognya Gita, aku justru jadi punya cara pandang yang lebih luas terhadap sesuatu dan jadi ngga mudah menilai orang lain hanya dari penampilan dia atau dari sekali-dua kali interaksi dengan dia. Dan kuakui, Gita adalah salah satu mediator yang membuat aku bertumbuh hingga sekarang. Terlepas dari bagaimana orang menilai dia liberal atau sekuler, aku justru jadi lebih menghargai berbagai perbedaan di sekitarku karena... everyone doesn't know someone's heart and mind. Dan buatku, meski kita ngga tau, tapi itu tercermin dari bagimana kebiasaan dia dan cara dia bersikap ke orang lain. Aku ngga pernah interaksi dengan Gita, tapi selama ini sih aku tidak menemukan hal yang sangat fatal yang bisa merusak kepercayaanku ke dia.
Aku suka kontemplasi sendiri aja sih. Sebenarnya definisi baik yang Allah maksud tuh yang kayak apa ya? Karena kan, di dunia ini ngga ada manusia yang sempurna, yang selama hidupnya selalu baik terus. Pasti sekali-dua kali pernah melakukan kesalahan. Apakah yang baik itu yang ibadah sunnahnya rajin, pakaiannya rapih -at least nutup auratnya rapat-, sering datang ke kajian, dsb? Padahal aku pun banyak menemukan orang-orang yang sepertinya terlihat biasa aja, tapi cara pikir dia baik -menurutku-dan ibadah sunnahnya pun rajin. Kayak Mba Hilda juga, setiap dengar cerita bagaimana beliau diperlakukan sama ibunya waktu kecil dan bagaimana beliau tetap mempertahankan prinsip yang diajarin Rasulullah saw, "Ummi, ummi, ummi, kemudian ayah." justru membuat aku ketampar, "Kenapa Mba Hilda yang pergaulannya kayak gitu aja bisa mengaplikasikan itu sedangkan aku yang bertahun-bertahun hidup di lingkungan islami, susah sekali rasanya untuk mengaplikasikan itu di keseharianku?"
Ternyata hidup memang se-complicated itu ya. Banyak misteri yang sebenarnya udah Allah tunjukkin ke kita, tinggal kitanya aja, mau menjemput hikmah dan hidayah itu atau engga. Karena kita ngga tau sampai kapan Allah kasih kita waktu untuk mengumpulkan pundi-pundi kebaikan dan bekal yang cukup untuk kita bawa sampai akhir hayat kita. Kita juga ngga tau lewat perantara siapa kebaikan itu bisa kita dapatkan. Jadi, mari perluas lagi langkahnya demi mencari banyak hal baik di sekitar kita. Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung yang disebutkan Allah di QS. Al Mu'minun: 102-103:
"Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.”
1 note · View note
ayuninazenti · 4 years
Text
Tabungan Haji dari Nenek
Mentari pagi itu sangat cerah. Namun, tidak secerah perasaan Zahira. Gadis kecil berusia sebelas tahun sedang menatap kosong foto Almarhummah neneknya. Satu minggu yang lalu adalah hari terakhir ia melihat jasad neneknya berbaring di tempat tidur. Setelah mengantarkan ke pemakaman, ia kembali dengan perasaan sedih dan kesepian. Neneknya adalah sabahat terbaik baginya, namun saat ini sudah beristirahat dengan tenang di alam yang berbeda. Setelah beberapa menit memandangi foto sang nenek dengan tatapan kosong, perlahan tangannya yang bergemetar mengambil foto itu. Dibukanya pigura berwana hitam dan mengambil foto sang nenek yang sudah puluhan tahun usianya. Ia melepasnya dari pigura dan memindahkan ke buku album.
Hampa itulah yang dirasakan Zahira saat ini. Tidak ada lagi teh panas yang setiap pagi ia seduh memenuhi cangkir putih kesayangan sang nenek, tidak ada lagi cerita-cerita nabi dan rasul yang selalu diulang-ulang setiap ba’da Ahsar, tidak ada lagi suara merdunya berpadu dengan suara sang nenek melantunkan Surat Al Mulk sebelum mereka tidur bersama, tidak ada lagi kuliah tujuh menit sehabis salat subuh berjamaah. Mukena yang sering dikenakan nenek selalu terlipat rapi setiap usai kultum. Tak jarang Zahira memberikan parfum aroma melati di mukena dan sajadah miliknya dan milik sang nenek.
Foto telah terpasang rapi di buku album. Zahira kemudian melangkahkan kaki ke kamar nenek untuk membereskan barang-barang nenek. Baju-baju nenek ia kelompokkan dalam kardus besar. Buku-buku nenek ia bersihkan dan rapikan sesuai dengan jenisnya. Ah, pasti banyak sekali kenangan di setiap bukunya. Ada yang ia beli bersama nenek, ada yang selalu dibacakan kepadanya sebelum tidur, ada yang merupakan hadiah dari nya di hari ulang tahun nenek dan masih banyak lagi. Buku-buku yang mencapai tiga rak besar, sudah semua dibaca oleh nenek. Sebagian besar merupakan buku-buku Islam, dari mulai cerita para nabi dan rasul, buku tafsir Al-Quran karya ulama besar, Buya Hamka dari jus 1 hingga jus 30 lengkap sudah, hingga buku-buku doa sehari-hari. Maka tidak heran jika Zahira sering sekali menjadi wakil sekolahnya untuk mengikuti lomba-lomba Islami. Karena didikan dari sang nenek yang setiap hari selalu menerapkan ajaran Islam kepadanya.
Kipas angin di kamar nenek berputar dengan putaran paling kencang. Keringat Zahira berkucuran, hingga setelan daster yang ia kenakan basah. Perlahan-lahan ia pindah tumbukan barang-barang nenek yang sudah tidak terpakai ke dalam kardus. Nantinya akan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Ketika hendak memasukkan kerudung-kerudung nenek ke dalam kardus, terdapat amplop berukuran sedang diantara tumpukan kerudung. Dibukanya amplop itu dan ternyata berisi surat dan duapuluh lembar uang seratus ribu rupiah. Zahira segera membaca surat itu :
Untuk cucu tersayangku, Zahira.
Assalamu’alaikum, Nak. Nenek menulis surat ini ketika kau sedang menghafalkan surat Al Waqiah. Ada senyuman yang selalu nenek lihat di wajahmu. Ya, kau memang selalu begitu. Walaupun sedih, kau tetap saja tersenyum. Nenek ingin mengucapkan terima kasih banyak kepadamu, telah menemani nenek di hari tua. Disaat orang tuamu, pakde bude, om tante mu bekerja mencari uang untuk menyambung kehidupan, kau dengan senang hati meminta kepada orang tua mu untuk tinggal bersama nenek semenjak usiamu empat tahun. Jauh dari kota, jauh dari teman-temanmu di kota sana, bahkan jauh dari kedua orang tuamu hanya untuk menemani nenek setelah kakekmu meninggal dunia. Terima kasih banyak Nak. Ketika nenek telah berpulang ke pangkuan Allah SWT, kembalilah kepada orang tuamu, kejar cita-citamu dan buatlah mereka bangga kepadamu.
Nenek selalu berdoa yang terbaik untukmu, agar kau menjadi anak yang solihah. Jangan tinggalkan solat lima waktu, doakan papah mamahmu dan juga nenek dan orang-orang yang ada di sekitarmu, sekalipun orang itu pernah menyakitimu. Doakan baik kepada mereka. Nenek selalu berdoa, kau akan menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Ingat selalu pesan nenek, selalu berbuat baik kepada siapapun, Hal jazaaa ul ihsani illal ihsaan. Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.
Entah kapan kau membaca surat nenek ini, nenek sengaja tidak memberikan lagsung kepadamu karena nenek tau kau pasti akan bersedih. Nenek tidak ingin melihat kau menangis. Nenek harap, rasa terima kasih nenek kepadamu bisa tersampaikan walau surat ini tidak bisa dibandingkan dengan pengorbanan besarmu yang telah kau lakukan setiap hari kepada nenek. Di amplop tempat surat ini, nenek sisipkan sejumlah uang, setelah kau baca surat nenek, ambillah uang itu untukmu dan pergilah ke bank untuk membuka tabungan haji. Selanjutnya silakan kau isi dengan sisa uang sakumu setiap hari, agar dapat ke Tanah Suci. Disana adalah tempat terindah dan ternyaman di bumi sebagai bukti peradaban Islam berkembang. Maaf, nenek hanya bisa memberikan awalnya saja, karena nenek percaya kau bisa melengkapinya walau pelan pelan. Lengkap sudah nenek mengajarkan Islam kepadamu. Jangan kau simpan sendiri ya, ilmu dari Allah SWT. Sekecil apapun ilmu yang kamu miliki, berikan dengan rasa bahagia. Semangat melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dengan menjadikan dirimu sebagai seorang muslimah yang kuat.
Wassalamu’alaikum Nak,
Dari nenekmu yang menyayangimu.
Zahira menangis membaca surat dari neneknya. Seharusnya ia yang berterima kasih karena nenek lah yang mengajarkan ia tentang kehidupan. Segera ia simpan baik-baik surat dan sejumlah uang itu. Agar tidak kelarut bersedih, ia bergegas menyelesaikan beres-beres kamar nenek hingga semuanya rapi dan bersih. Pukul 14.00 WIB, semua telah beres, ia bergegas mandi dan membereskan barang-barangnya. Esok hari ia akan kembali ke kota.
Pukul 08.00 WIB keesokan harinya, orang tua beserta dua adiknya tiba di rumah nenek menjemput Zahira. Mereka meninggalkan rumah nenek yang penuh dengan pembelajaran dan kenangan. Sebelum meninggalkan kampung nenek, ia berpamitan dengan guru-guru dan teman-teman di sekolahnya. Rasa haru menghiasi kelasnya hari itu. Ada beberapa teman yang memberi Zahira hadiah sebagai kenang-kenangan.
Jalanan kota sudah lama tidak iya kunjungi, antrian kendaraan roda empat memadati jalan raya. Suara bising klakson, pemandangan macet dan polusi udara menyambutnya di kota kelahirannya itu. Perjalanan dari rumah nenek menuju kota ditempuh dalam waktu empat jam. Sebelum sampai ke rumah, Zahira meminta kepada orang tuanya untuk berhenti di salah satu bank syariah. Dengan membaca Basmallah, hari itu, Selasa, 9 Maret 2012 Zahira resmi memiliki tabungan haji. Sesampainya di rumah, ia menceritakan segala kisahnya bersama nenek kepada papah dan mamahnya.
Terima kasih nenek, atas semua ilmu yang telah diajarkan kepada Zahira. Zahira janji akan melanjutkan tabungan haji dari nenek. Semoga kita dapat bertemu di surga Nya kelak. Aamiin.
Lampu kamar Zahira telah terpejam, setelah mendoakan nenek ia segera tidur. Esok hari akan selalu cerah secerah ilmu yang telah nenek sampaikan. Suatu kebaikan akan berbalas kebaikan pula.
0 notes
linda-rohkayani · 7 years
Text
Hutang Budi pada Kontradiksi
Aku. Anak tunggal yang alhamdulillah diizinkan bersekolah jauh.
Dengan kondisi seorang anak tunggal, bahkan selama hidup sekitar 18 tahun dianugerahi nikmat menjadi anak tunggal. cucu tunggal, buyut tungga, dan keponakan tunggal menjadikanku menjadi manusia yang sering banyak maunya, Yang alhamdulillahnya, banyak orang yang siap memberikannya. HEHEHE. Seneng,
Sampai SMA aku tinggal bersama orang tua yang walaupun aku pernah tinggal di kost 2x selama kurang lebih 1 bulan, tapi aku sering pulang 2 atau 3 hari sekali.
Sampai akhirnya, aku bersyukur sekali bisa kuliah jauh. Walaupun aku dihadapkan pada problematika yang menyebalkan pada awal perkuliahan. Dihadapkan pada kontrakan muslimah yang banyak aturan dan mbak-mbak cerewet, dihadapkan pada lingkungan EM yang penuh orang-orang dengan retorika keren, berkumpul dengan teman-teman SKB yang masya Allah luar biasa, juga dihadapkan pada pertemuan dengan kelompok mentoring yang sedihnya mbak mentornya sering kasih tugas. Hm. Sebel.
Sampai akhirnya, aku menghadapi emosi yang benar-benar sulit terkontrol. Aku, anak tunggal yang sering mendapatkan banyak hal dengan mudah, harus dihadapkan pada perbedaan pendapat yang menuntut argumentasi. Padahal, aku seorang pendiam dan temperamental. Hohoho. Kesel.
Keseharianku di awal kuliah diisi dengan tangis dalam kamar saat Mbak Tusi tidak di kontrakan. Sering pula marah-marah karena tidak bisa mendebat mbak-mbak kontrakan atas ketidaksukaanku. Begitulah, awal kuliah selama hampir satu semester penuh aku tak bisa menikmati hari-hari dengan lapang. Ada ganjalan dalam hati yang sulit tengungkapkan.
Aku tidak suka kontrakan, tidak suka mentoring, tidak suka berteman dengan orang-orang di EM, tidak suka dengan suasana SKB, tapi aku lebih tidak suka dengan diriku yang tidak bisa beradaptasi.
Pada masa itu, aku mulai mengagumi banyak orang. Mengagumi Mbak Mira seorang perempuan EM yang sering memakai bahasa-bahasa tak kumengerti, mengagumi Mas Bagus yang sering mengajari hal-hal yang tak kuketahui seperti personal branding, mengagumi Mbak Ria yang ceria dan banyak ide seperti mendaki Sumber Pitu, mengagumi Mbak Tusi yang sering dapat hadiah entah dari siapa, dan kawan-kawan seperjuanganku 2014 di EM atau SKB yang vokal.
Di balik segala ketidakmampuanku itu, Allah mengizinkanku bertahan pada kesemuanya. Sampai akhirnya, 2 tahun kemudian aku menyadari banyak hal. Iya, kebaikan di balik proses panjang menyebalkan yang pernah kualami.
2016, saat Kak Dwiki dan Mbak Nadhir terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden BEM FTP dalam kondisi masih libur dan aku masih di rumah Kak Safda (mentorku) menghubungi. Aku diminta untuk kembali ke rumah atau menjadi bagian dari organisasi di lingkup fakultas. Pada saat itu aku mulai nyaman di EM, terlebih akibat kepanitiaan Politika Brawijaya yang dengannya Allah mengizinkanku mengenal lebih banyak para pengurus EM UB 2015. Tapi, entah kenapa aku teringat dengan kata-kata Kak Resi “Jangan asing di rumah sendiri.” Aku sadar bahwa aku mulai banyak teman dari fakultas lain, tapi rekan-rekan dari jurusan lain di fakultasku hanya sedikit saja mungkin yang aku kenal. Mungkin tidak ada salahnya aku pulang, toh bisa jadi aku perlu mereka untuk memudahkan penyelesaian tugas akhirku nanti. Maka, aku memutuskan pulang ke rumah dan menjadi bagian dari BEM FTP 2016.
Masih di 2016. aku terlibat dalam kepanitiaan jurusan di HSD. Juga, di akhir 2016 yang menjadi panitia PK2FTP. Ada banyak rasa yang baru aku rasakan, tentang orang-orang di jurusan yang menyenangkan dengan obrolannya tentang PKM, litbang himpunan, dan lainnya yang tidak aku dapatkan saat berada di EM. Aku senang sih, walau sebenarnya perasaanku masih sama, orang-orang di pusat atau tingkat universitas lebih enak. Hehehe.
Enak yang aku maksud adalah, bahwa di pusat obrolanku lebih meluas seputar permasalahan negara, dana kepanitiaan yang tanpa susah-susah jualan setiap hari dapat belasan juta, orang-orang antar fakultas yang lebih terbuka, juga orang-orang keren yang menurutku lebih banyak. Hihihi. Dilema deh saya.
Lalu, aku berpikir Jika saja dulu aku keluar dari EM tentu kehilangan kesempatan belajar dan mendapat banyak lebih dari di fakultas ini. Iya, aku dulu tidak suka di EM dengan kondisinya, namun ternyata pada 2 tahun berikutnya EM dan lingkaran-lingkaran di tingkat universitas lebih menyenangkan daripada di fakultas.
Tentang SKB bersama lingkungan orang-orang kerennya, alhamdulillah Allah mengizinkanku tetap bertahan. SKB yang memberi kesempatan langka bisa berkunjung ke DPRD Jatim, menjadi bagian program menyekolahkan anak jalanan, bertemu dengan Pak Jum mantan narapidana yang luar biasa, serta kegiatan sosial lain bersama teman-teman SKB yang tidak dirasakan oleh banyak orang. Juga tentang cerita salah satu kawan di fakultas yang pernah mendaftar namun tidak lolos, padahal dia jauh lebih keren daripada aku. Hehehehe. Coba saja aku saking mindernya memilih kabur dan nggak ikut kegiatannya, tentu aku tak berkesempatan sebanyak yang aku jalani di atas.
Tentang kontrakan dan mentoring yang alhamdulillah mengizinkanku untuk bisa belajar Islam lagi dan lagi yang luas. Di awal kuliah, aku adalah orang nasionalis yang pernah punya harapan menjadi tokoh nasionalis yang memperjuangkan Pancasila. Sampai akhirnya, aku punya orientasi lain bahwa berIslam lebih dari menjalankan Pancasila. Aku belajar untuk menghargai sistem kenegaraan yang ada, namun tetap diajarkan bisa ambil bagian dengan cara-cara yang Islami. Ternyata Islam nggak seradikal yang aku bayangkan dulu. Emang Islam nggak radikal sih. Hehehe. Tentu aku sangat bersyukur atas kesabaran Mbak Tusi mengajak ke banyak kajian, juga kesabaran Kak Safda menjadi mentorku di awal kuliah dulu. Insya Allah Linda masih cinta mentoring dan kontrakan sampai hari ini dan insya Allah selamanya. Walau, dulu adalah tempat yang tak aku sukai. Untung saja aku bertahan. Hehehe. Jika tidak, bisa jadi aku tak punya kontrol, terbiasa berkata kasar, atau bisa jadi aku malah pacaran. Begitulah pendidikan dari seorang pendidik, tidak mudah diterima memang. Tapi, saat disadari maka kebaikannya mungkin tak bisa terbalaskan. Terima kasih, Haritsah dan grup mentoringku. Hehehehehehehehehe.
Sampai akhirnya, memasuki 2017 aku menyadari telah menjadi seorang Kakak dalam artian sudah punya adik-adik yang buuuanyak. Menjadi DPM FTP yang dulu pernah diemban Kak Safda, menjadi penghuni kontrakan seperti Mbak Evi, Mbak Sarifa, dan lain-lain dulu, menjadi Kakak bagi adik-adik di KAMMI yang sekecil apapun kelakuanku bisa jadi pernah memiliki dampak pada mereka. Lalu, aku tersadar bahwa kebaikan perlu dilanjutkan. Iya, aku harus siap jadi pendidik.
Berhadapan dengan karakter beragam, berhadapan dengan ketidaksukaan dalam bersaudara di kontrakan, berhadapan dengan adik-adik yang sulit diarahkan, dan juga hal-hal lain yang mungkin sekali teramat memberatkan oleh kakak-kakakku dulu.
Ah, benar-benar tempat tidak nyaman yang memberi banyak pelajaran.
Aku belajar banyak sekali atas sekian banyak proses itu.
Terima kasih. Semoga aku bisa melanjutkan kebaikan, pun juga dengan adik-adik yang akan berbuat baik dengan jauh lebih hebat lagi. Insya Allah.
Mlg., 21.2.18 ; 14:33
Pengeja Waktu
1 note · View note
ayudiadara · 4 years
Text
Kenapa berjilbab?
Kalo bicara tentang jilbab dan segala dalil-nya mungkin bukan ranah aku, karena ilmu aku tentang agama masih sangat sedikit bahkan belum bisa dikatakan berilmu, tapi insyaAllah ingin belajar walaupun sedikit demi sedikit, semoga nanti dipertemukan dengan jodoh yang soleh deh ya biar ada yang membimbing dengan lembut dan terus mengingatkan dalam kebaikan, aamiin bgt ga sih? wkwk.
Aku pengin cerita sedikit tentang perjalanan aku yang akhirnya memutuskan untuk berjilbab. Jujur selama kuliah S1, banyak banget yang nasehatin aku untuk berjilbab, mulai dari cara yang baik-baik, lembut, bercanda, sampai cara yg agak kasar jg ada wkwk. Sebenernya kampusku bukan termasuk kampus islami tapi di jamanku kebetulan most of mahasiswinya berjilbab bahkan banyak yang udah syar’i juga. Setiap ulang tahun ada aja yang ngadoin jilbab dan perangkatnya, sampe pernah juga ada yang beliin buku tentang hakikat menjadi wanita muslimah gitu, pernah sampe ada yang personal chat pake dalil dan nasehat lembutnya, ada juga yang suka ngirim lewat dm video-video tentang kewajiban wanita berjilbab, sampe pernah ada yang kirim via email gitu aku lupa gimana kalimat dan video yg dia kirim (agak serem yang ini soalnya misterius tp dia tau namaku). Kalo yang kasar ga usah diceritain yaa.. tapi aku cuma mau bilang, menurutku pribadi it doesn’t work, cara kasar tuh percuma apalagi kalo kalian bukan orang tua mereka, kalian ga berhak ngelakuin itu, yang ada cuma ngelukain hati orang aja. Tapi aku sih memaafkan ya, ga ada dendam sama sekali, niat dia jg kan sbnrnya baik bgt huehe.
Aku mau bilang makasih buat yang ga pernah bosen ngingetin aku buat berjilbab, kalian baik banget, maaf ya kemaren aku susah nurut tapi aku dengerin kok nasehatnya, semoga kalian mendapatkan pahala atas perbuatan dan niat baik kalian.
Jadi awalnya, aku ngerasa bahwa aku belum berjilbab ya karena memang akunya belum ingin berjilbab. Setelah flashback ke belakang, sebenarnya aku udah sering banget niat mau berjilbab, dari tamat SMP. Janjian sama temen kalo SMA nanti mau pake jilbab, temen-temenku pada pake, eh aku engga. Gitu jg pas tamat SMA, rasanya mau pake jilbab pas kuliah. Ternyata? Ga terealisasi juga, ga tau kenapa. Sampe akhirnya aku mikir apa jangan-jangan bukan karena akunya yang blm mau berjilbab tapi karena Allah yang nyabut hidayahnya dari aku? Karena aku yg terlalu abai sama perintah-perintahNya selama ini? Gmn kalo Allah yg ga mau kasih hidayahnya ke aku, Allah ambil privilage itu dari aku. YaAllah, takut banget. Jd kepikiran terus.
Sampai akhirnya, aku akan melanjutkan jenjang S2 yang mengharuskan aku merantau. Ayah sama Ibu minta aku pake jilbab biar mereka agak sedikit lebih tenang ngelepas aku sekolah jauh. Dan sangat kepikiran mau pake jilbab pas S2 tapi tekad belom bulat. Tiba-tiba keinget sama yang kemaren sempat menghantui fikiran ini soal hidayah. Akhirnya aku langsung bulatin tekad, ga boleh engga, apapun yg terjadi, mau repot kek (karena salah satu alasanku masih ogah-ogahan adalah lumayan ribet mesti setrika jilbab dulu setiap mau pergi dan mesti nyocokin warna pakaian sm jilbab) mau panas kek, mau jilbabnya ga rapi kek, terserah. Besokannya kebetulan temen ngajak meet up, udah deh bulatin tekad, pergi meetup pake jilbab. Dan yaaa.. Alhamdulillah sampe sekarang hehe smg selalu istiqomah, aamiin!
Ohiyaa aku jg mau nyampein kalo aku percaya hidayah itu datengnya dari Allah, tugas dan kewajiban kita sebagai sesama manusia itu mengingatkan bukan memaksakan yaa. Dan jangan menilai seseorang hanya dari "jilbab"-nya doang, jangan karena kamu merasa kamu lebih baik dengan jilbabmu lantas kamu menghakimi ia yg belum berjilbab. Nasehatin boleh banget tapi jangan sampai merendahkan. Karena kita ga pernah tau seberapa besar iman di hatinya, siapa tau lebih dari kita-kita yang secara pakain sudah lebih tertutup ini. Serius deh, cuma Allah yg bisa nilai dan ngukur keimanan seseorang, kita mah manusia ga berhak banget, ga tau apa-apa kita tuh😭
So, yaaa.. begitulah kira-kira singkat cerita tentang proses aku yang akhirnya memilih berjilbab. Smg keimanan kita selalu meningkat setiap harinya, aamiin! Have a nice day everyoneeeee
0 notes
paakjang · 7 years
Text
MENANGGALKAN HUJJAH MEMATAHKAN DALIH TENTANG MUSIK Selama hati masih lemah imannya dan takwanya, selamanya akan sulit menerima penjelasan haramnya musik meskipun dalil yang menguatkan sangat banyak dengan nash-nash yang muhkam baik dari alQuran dan as-Sunnah. Kalau ditanyakan tentang haramnya musik adakah disebutkandalam Al-Qur’an? Ternyata, banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan akan hal ini. Satu di antaranya adalah: Firman Allah ‘Azza wa jalla, ‎وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman: 6) Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwasanya setelah Allah menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbahagia dalam ayat 1-5, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk dari firman Allah (Al-Qur’an) dan mereka merasa menikmati dan mendapatkan manfaat dari bacaan Al-Qur’an, lalu Allah Jalla Jalaaluh menceritakan dalam ayat 6 ini tentang orang-orang yang sengsara, yang mereka ini berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an dan berbalik arah menuju nyanyian dan musik. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu salah satu sahabat senior Nabi berkata ketika ditanya tentang maksud ayat ini, maka beliau menjawab bahwa itu adalah musik, seraya beliau bersumpah dan mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Begitu juga dengan sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang didoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar Allah memberikan kelebihan kepada beliau dalam menafsirkan Al-Qur’an sehingga beliau dijuluki sebagai Turjumanul Qur’an, bahwasanya beliau juga mengatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan nyanyian. Al-Wahidy berkata bahwasanya ayat ini menjadi dalil bahwa nyanyian itu hukumnya haram. Dan masih banyak lagi, ayat-ayat lainnya yang menjelaskan akan hal ini. Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkabarkan kepada umatnya tentang musik? Saudaraku, termasuk mukjizat yang Allah Ta’ala berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pengetahuan beliau tentang hal yang terjadi di masa mendatang. Dahulu, beliau pernah bersabda, ‎ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف ”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.”5 Saudaraku, bukankah apa yang telah dikabarkan oleh beliau itu telah terjadi pada zaman kita saat ini? Dan juga dalam hadis lain, secara terang-terangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang musik. Beliau pernah bersabda, ‎إني لم أنه عن البكاء ولكني نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين : صوت عند نغمة لهو ولعب ومزامير الشيطان وصوت عند مصيبة لطم وجوه وشق جيوب ورنة شيطان “Aku tidak melarang kalian menangis. Namun, yang aku larang adalah dua suara yang bodoh dan maksiat; suara di saat nyanyian hiburan/kesenangan, permainan dan lagu-lagu setan, serta suara ketika terjadi musibah, menampar wajah, merobek baju, dan jeritan setan.” Kedua hadis di atas telah menjadi bukti untuk kita bahwasanya Allah dan Rasul-Nya telah melarang nyanyian beserta alat musik. Sebenarnya, masih banyak bukti-bukti lain baik dari Al-Qur’an, hadis, maupun perkataan ulama yang menunjukkan akan larangan dan celaan Islam terhadap nyanyian dan alat musik. Dan hal ini bisa dirujuk kembali ke kitabnya Ibnul Qayyim yang berjudul Ighatsatul Lahafan atau kitab-kitab ulama lainnya yang membahas tentang hal ini. Lalu, bagaimana dengan musik Islami? Setelah kita mengetahui ketiga dalil di atas, mungkin ada yang bertanya di antara kita, lalu bagaimana dengan lagu-lagu yang isinya bertujuan untuk mendakwahkan manusia kepada kebaikan atau nasyid-nasyid Islami yang mengandung ajakan manusia untuk mengingat Allah? Bukankah hal itu mengandung kebaikan? Maka kita jawab, ia benar. Hal itu mengandung kebaikan, tapi menurut siapa? Jika Allah dan Rasul-Nya menganggap hal itu adalah baik dan menjadi salah satu cara terbaik dalam berdakwah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat adalah orang-orang yang paling pertama kali melakukan hal tersebut. Akan tetapi tidak ada satu pun cerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya melakukannya, bahkan mereka melarang dan mencela hal itu. Wahai saudaraku, perlu diketahui, bahwasanya nasyid Islami yang banyak kita dengar sekarang ini itu, bukanlah nasyid yang dilakukan oleh para sahabat Nabi yang mereka lakukan ketika mereka melakukan perjalanan jauh ataupun ketika mereka bekerja, akan tetapi nasyid-nasyid saat ini itu merupakan budaya kaum sufi yang mereka lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mereka menjadikan hal ini sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, yang padahal hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, maka dari mana mereka mendapatkan hal ini? Maka telah jelas bagi kita, bahwa kaum sufi tersebut telah membuat syariat baru, yaitu membuat suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah Ta’ala dengan cara melantunkan nasyid yang hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Waktu-waktu yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik. Saudaraku, Islam tidak melarang kita secara mutlak untuk bernyanyi dan bermain alat musik. Ada waktu-waktu tertentu yang kita diperbolehkan untuk melakukan hal itu. Kapan itu? 1. MUSIK HARI RAYA Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh istri beliau, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu masuk (ke tempatku) dan di dekatku ada dua anak perempuan kecil dari wanita Anshar, sedang bernyanyi tentang apa yang dikatakan oleh kaum Anshar pada masa perang Bu’ats.” Lalu aku berkata, “Keduanya bukanlah penyanyi.” Lalu Abu Bakar berkata, “Apakah seruling setan ada di dalam rumah Rasulullah?” Hal itu terjadi ketika Hari Raya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.” 2. MUSIK WALIMAH Hal ini berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menceritakan tentang anak kecil yang menabuh rebana dan bernyanyi dalam acara pernikahannya Rubayyi’ bintu Mu’awwidz yang pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkari adanya hal tersebut. Dan juga berdasarkan dari sebuah hadis, bahwasanya beliau pernah bersabda, “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah menabuh rebana dan suara dalam pernikahan.” Jadi, telah jelas bukan, bahwa keadaan yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik hanyalah ketika hari raya dan pernikahan. Dan alat musik yang diperbolehkan hanyalah duff (rebana) yang hanya dimainkan oleh wanita. Beberapa karakter khas yang ada dalam nyanyian dan musik 1. Dapat melalaikan hati 2. Menghalangi hati untuk memahami Al-Qur’an dan merenungkannnya serta mengamalkan kandungannya 3. Al-Qur’an dan nyanyian tidak akan bertemu secara bersamaan dalam hati selamanya. Karena Al Qur’an melarang mengikuti hawa nafsu dan memerintahkan untuk menjaga kesucian hati. Sedangkan nyanyian memerintahkan sebaliknya, bahkan menghiasinya dan merangsang jiwa manusia untuk mengikuti hawa nafsu. 4. Nyanyian dan minuman keras ibarat saudara kembar dalam merangsang jiwa untuk melakukan keburukan. Saling mendukung dan menopang satu sama lain. 5. Nyanyian itu pencabut kewibawaan seseorang 6. Nyanyian dapat menyerap masuk ke dalam pusat khayalan, lalu membangkitkan nafsu dan syahwat yang terpendam di dalamnya. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Karakter-karakter khas yang terdapat pada musik tersebut mencakup semua jenis musik, baik itu musik rock, pop, dangdut, maupun musik Islami. Karena hal ini memang telah terbukti di kalangan para pecinta musik. Dan memang, nyanyian dan musik ini sangat besar pengaruhnya bagi para pelaku dan pendengarnya dari segala sisi, baik dari akidahnya, akhlaknya, maupun dari akal pikirannya yang telah menunjukkan adanya kemerosotan yang sangat signifikan jika dibanding dengan generasi kakek nenek kita, yang mana dulu masih jarang ditemukan adanya nyanyian ataupun musik. RESONANSI Wahai Saudara, kami rasa ketiga dalil dari Al-Qur’an dan hadis di atas dan penjelasan setelahnya, sudah cukup membuktikan kepada kita bahwa Islam melarang adanya nyanyian dan alat-alat musik. Dan juga, sudah cukup melegakan hati saudaraku yang memang sebelumnya kontra dengan musik. Dan menjadikan terang dan jelas bagi saudaraku yang sebelumnya pro dengan musik. Dan telah terjawab sudah, pertanyaan pada judul pembahasan kita saat ini. Bukankah demikian? Namun memang sudah seharusnya bagi kita seorang muslim, untuk menerima dengan tunduk apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, tanpa ada rasa berat dan penolakan sedikit pun dari dalam hati kita. Karena jika hal itu terjadi, maka itu adalah salah satu tanda adanya kesombongan yang ada dalam hati kita. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‎لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ» قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: «إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ “Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan.” Lalu ada seorang laki-laki bertanya pada beliau, “Sesungguhnya manusia itu menyukai baju yang indah dan sandal yang bagus.” Lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa melakukan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia larang. Sesungguhnya Allah Ta’ala-lah yang Maha Pemberi taufik dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanyalah milik Allah semata. ~Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin Lc~
8 notes · View notes
irodhiyah · 4 years
Text
Episode Satu: Memilih Hidup
Januari 2020
Malam ini aku kembali tak mampu memejamkan mata. Bukan karena kantuk belum menghampiri, tapi karena pikiran yang tak mau terhenti. Sulit sekali rasanya menentukan hendak kemana melangkah, sebab selangkah saja seluruh hidupku akan berubah. Aku pun akhirnya tak berani memutuskan saat ini, bukan tak mampu memilih.
Ku coba mengurai benang kusut pikiran dengan menulis. Menulis pada sebuah layar handphone yang setia menjadi penampung seluruh isi hati dan pikiranku hingga hari ini. Mencurahkan segala hal yang merasuk dalam pikiran dan jiwaku di malam gelap ini. Menulis membuatku mampu memahami diriku, menulis membuatku sadar tentang banyak hal, dan menulis membuatku mampu tidur setelah terjaga karena kerumitan isi pikiranku.
Mungkin hidup akan lebih mudah dijalani bila aku menyelesaikan satu persatu impianku. Menjalani profesi psikologi, baru kemudian membentuk keluarga islami. Namun nampaknya bukan hal itu yang ku mau, bukan itu yang orangtuaku inginkan bagiku. Hanya saja aku ragu, apakah aku mampu?
Ada ketakutan yang mengusik kalbu. Ketika kelak aku menikah dan memiliki anak, apakah aku sanggup menambah urusan kehidupan dengan studi profesi psikologi?. Bagaimana jika nantinya aku harus merelakan? salah satu yang aku impikan.
--
Aku pun terlelap, meski tanya belum mampu ku jawab. Aku tertidur, meski ragu belum usai ku sapu. Namun hatiku menjelma tenang sebab telah jujur dengan rasa yang datang, dengan kebimbangan pilihan kehidupan, dan dengan keraguan akan kemampuan yang ku punya. Ku harap esok kedamaian menyelimuti raga dan jiwaku hingga aku mampu menjawab segala tanya itu.
--
Sinar mentari merasuk lewat sela-sela jendela kamar mungil. Kamar yang menemaniku beberapa tahun terakhir setelah kepergian kakak yang ku cintai. Ketika panutan hidupku telah pergi, aku pun harus berpikir sendiri hidup seperti apa yang hendak ku jalani. Tanpa gambaran yang selama ini dapat ku ketahui dari petualangan hidup yang ia lalui.
Pagi ini aku bersandar pada tembok yang penuh dengan bingkai ucapan selamat atas kelulusanku bulan Agustus lalu. Artinya sudah 5 bulan yang lalu aku menyandang gelar sarjana. Sepanjang 5 bulan itu pun aku mencoba menyiapkan diri untuk segala rencanaku di tahun ini. Aku mencoba mengingat segala yang ku impikan dan yang telah ku lakukan. Aku mencoba merefleksikan untuk menjawab semua  tanya yang semalam bersemayam.
Ku tuliskan kembali kata yang hadir, seolah sedang berbicara pada diri sendiri.
“Aku yakin bisa melakukan segala hal dan jika aku mulai tak yakin, maka aku perlu meyakini kalau Allah yang akan menolongku. Semua hal mungkin terjadi di dunia ini. Aku bisa melanjutkan studi profesi psikologi sambil menjalani hidup membentuk keluarga islami, aku pun bisa menjalani hidup bersama suami setelah menamatkan studi profesi psikologi, karena semua adalah bagian dari kehendakNya.”
Begitulah Allah, Ia pasti akan memberi kesanggupan pada hamba-Nya untuk melakukan berbagai kebaikan di dunia ini. Allah kirimkan banyak kemudahan pada setiap kesulitan yang kita hadapi. Ia juga menganugerahkan jalan keluar bagi siapa saja yang bertakwa kepadaNya. Kini tinggal sejauh mana kita sebagai hamba hendak mengimaninya.
--
“Life is like a multiple choice question, sometimes the choices confuse you, not the question itself.” –Anonymous
Sejak awal hidup itu memang pilihan, yang antara satu dan lainnya sering membingungkan. Tapi kita terus diminta untuk menentukan, bukan berdiam apalagi mundur ke belakang. Seseorang pernah membisikkan pedoman untuk memilih jalan. Katanya tentukan pilihan yang yang lebih banyak memberikan kemasalahatan sebab sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi kebaikan.
Setiap pilihan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi. Masing-masing opsi tak ada yang menghadirkan 100% kenyamanan di hati. Oleh karenanya kita perlu berusaha sepenuh hati dan berdamai dengan keadaan juga diri sendiri. Berdamai bukan berarti pasrah dan menyerah. Tapi mencoba beradaptasi dengan segala yang terjadi. Mencoba kembali mengingat dasar kita menentukan opsi. Mencoba bersyukur atas semua nikmat sepanjang perjalanan ini. Mencoba bersabar atas ketidaksesuaian, atas kesulitan, atas ujian, atas hal-hal negatif yang menghampiri. Mencoba merima dengan hati lapang dan memikirkan cara terbaik untuk menghadapi keadaan saat ini.
--
Aku percaya menjadi lulusan s2 mampu memberi manfaat lebih banyak kepada manusia. Aku menyakini bahwa ilmu perlu terus dicari, otak perlu terus diisi, agar dapat lebih banyak memberi dan membantu orang-orang di dunia ini. Tapi kadang aku masih ragu pada diri sendiri ketika sadar jalan ini tak mudah dijalani. Kemudian aku pun mengingat kembali kalau Allah memberi potensi dan pertolongan hamba-hambaNya ini, juga senantiasa membersamai dalam setiap kondisi.
--
Aku masih menekan huruf-huruf pada layar kaca, membentuk rangkaian kata tentang nasihat yang hendak disampaikan kepada diri yang sedang bimbang. Kali ini tentang perkara pernikahan, yang mungkin bagi sebagian orang sangat didambakan, sebagian lainnya merasa ketakutan. Sementara aku masih ragu memutuskan.
Petuahku untuk diri, putuskan setiap pilihan dengan kesadaran sendiri, bukan karena permintaan orangtua, ketakutan hidup seorang diri hingga menua, ataupun karena angan-angan hidup bahagia seperti kisah di buku cerita. Lantaran menikah tidaklah sebercanda itu, menjalani pernikahan tidaklah semudah itu. Setelah kita mengikat janji dengan sebuah janji yang Allah sebut sebagai mitsaqan ghaliza (perjanjian yang kuat), terbitlah hak dan kewajiban yang perlu kita taati. Selepas itu pula, kita akan menjalani hidup berdua bersama pasangan hidup kita, melayaninya, menyenangkannya, juga melakukan beragam kebaikan dengannya. Kita pun tak lagi memikirkan diri kita, tetapi juga memikirkan keluarga kita bersama. Peran kita bertambah, tak hanya menjadi seorang anak, melainkan menjadi seorang istri, menantu, adik, sepupu, tante dalam keluarga yang baru. Artinya pikiran, hati, dan energi yang perlu dicurahkan pun meningkat.
Menikah, adalah ibadah yang dijalani sepanjang hidup kita, bukan sehari dua hari tamat. Ia dijalankan dalam rangka menyempurnakan separuh agama kita. Melaksanakannya berarti mengikuti sunnah Baginda Nabi yang mulia. Membangun dengan sebaik-baiknya artinya ikut andil dalam mewujudkan masyarakat madani yang didambakan semua.
--
Aku masih terus berusaha, mengelola keraguan yang ku rasa dengan bertanya. Aku bertanya kepada seorang kakak yang pernah menjalani kehidupan s2 dan mengasuh anak yang baru lahir di waktu yang sama. Ia membagi kisah kehidupannya, lika-liku yang dihadapinya, dan hal-hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Aku pun makin memiliki gambaran besarnya perjuangan yang akan aku jalani nanti ketika aku mengalami kondisi yang hampir sama, menjalani s2 dan mengasuh anak di saat yang sama, ketika akhirnya aku memilih menikah baru melanjutkan studi s2.
Selanjutnya aku kembali mengajukan pertanyaan, sebab bertanya adalah cara memperoleh jawaban untuk mengambil keputusan dan menepis segala keraguan. Ku coba meminta penjelasan tentang alasan dibalik keinginan umi dan abi agar aku segera menyempurnakan separuh agama. Beliau pun mencoba menanggapi dengan bijaksana, bertanya tentang apa yang ku rasa, dan memberi saran yang mempesona.
Sebenarnya aku tidak hanya bertanya kepada beberapa orang yang ku kenal, tetapi aku juga bertanya kepada Yang Maha Kuasa. Ku minta dengan sepenuh hatiku jawaban terbaik atas segala raguku, ketidakpercayaan diriku, juga kebimbanganku. Ku harap ketenangan pada kalbuku dan keyakinan menentukan keputusan itu. Hingga akhirnya ku ucap dengan menyebut nama-Nya untuk menyegerakan menyempurnakan separuh agama dan mencari seseorang yang mau mendukung mimpi-mimpi yang ku punya.
Bersambung..
11 notes · View notes