My first post on here after like a year of this account existing uhm, have Some Octavio art I made a little bit ago that I’m still proud of, Oh and Craig too we can’t forget him
What's Good live for the week with a lot of heat! Some of my favorites are down below, but you'll need to head on over to Co-Host to see all of them, access my playlists, and get my reminder of a Hip Hop homage to the classic "A Great Day In Harlem" photograph in the wake of Kendrick Lamar's All-LA photo op at the end of his concert this week.
catching up on music... new EPs from shygirl, little simz, kim petras, and oneohtrix/lopatin (soundtrack). oh i forgot anna calvi did peaky blinders lol. i think i listened to kid cudi's album, haven't heard the new jlo. austra did a track on the iamamiwhoami remix album
new singles from (deep breath) perfume genius (soundtrack), emilie simon, mgmt/christine, khruangbin, tierra whack, warpaint, four tet, owl city, bonaparte, garbage (remaster?), burial, mura masa, sega bodega, emancipator, mo, justice, hiatus kaiyote, paloma/kojey, duckwrth, aurora, deerhoof, flamingosis, kash doll, tei shi... and surprisingly, utada hikaru, caravan palace, and of all people, prefuse 73. and... somebody i used to know rerelease? caroline polachek i guess. i don't get her. and i don't get why i don't get her either. raye and kelele remixes. telepopmusik dj set on soundcloud. martyn bootyspoon boiler room seoul. and imogen dropped 6 frou frou b-sides there also
albums:
Alex G - God Save the Animals
Alex G - We're All Going to the World's Fair
Anthony Naples + DJ Python - Air Texture VIII
Big Thief - Dragon New Warm Mountain I Believe in You
Björk - Fossora
Bladee & Ecco2k - Crest
Broadcast - Maida Vale Sessions
Carla dal Forno - Come Around
Carly Rae Jepsen - The Loneliest Time
Cass McCombs - Heartmind
Charli XCX - Crash
Daphni - Cherry
Dawn Richard & Spencer Zahn - Pigments
Hikaru Utada - Bad Mode
Huerco S. - Plonk
Isabella Lovestory - Amor Hardcore
Junior Boys - Waiting Game
Kali Malone - Living Torch
Malibu - Palaces of Pity
Marina Herlop - Pripyat
Oren Ambarchi - Shebang
Oren Ambarchi, Johan Berthling & Andreas Werliin - Ghosted
Organ Tapes - 唱着那无人问津的歌谣 / Chang Zhe Na Wu Ren Wen Jin De Ge Yao
Phoenix - Alpha Zulu
Physical Therapy - Teardrops on My Garage
PPJ - Trindade
Rachika Nayar - Heaven Come Crashing
Raum - Daughter
Sally Shapiro - Sad Cities
Sam Prekop - The Sparrow
Sam Prekop & John McEntire - Sons Of
Shinichi Atobe - Love of Plastic
Shygirl - Nymph
The Soft Pink Truth - Is It Going to Get Any Deeper Than This?
Torus & DJ Lostboi - The Flash
Two Shell - Icons
The Weeknd - Dawn FM
William Basinski & Janek Schaefer - “ . . . On Reflection “
songs:
Alex G - JLB's Drawing
Bibio - Off Goes the Light
Björk - Ancestress (ft. Sindri Eldon)
Bladee & Ecco2k - Faust
Bladee & Ecco2k - The Flag is Raised
Call Super - Swallow Me
Carla dal Forno - Side by Side
Carly Rae Jepsen - Anxious
Carly Rae Jepsen - Talking to Yourself
Cass McCombs - Belong to Heaven
CFCF - After the After (Bodysync Remix)
Charli XCX - Sorry If I Hurt You
Charlotte Adigéry & Bolis Pupul - Haha
Coco & Clair Clair - Bad Lil Vibe
Cole Pulice - City in a City
Daphni - Take Two
Dawn Richard & Spencer Zahn - Sandstone
Demi Lovato - Substance
DJ Heartstring - Can't Stop the Night
Doss - Look (All Night Mix)
Doss - Strawberry (Singin' Club Mix)
Double Virgo - Kicked Out by Seven
Ecco2k & Bladee - Amygdala
Ela Minus & DJ Python - Pájaros En Verano
Embaci - Tiniest Whisper
Hikaru Utada - Somewhere Near Marseilles
Hudson Mohawke - Bicstan
Isabella Lovestory - Exibisionista
Job - Lore
Junior Boys - Thinking About You Calms Me Down
Kelela - On the Run
Luis - Jack Anderson
Malibu - Iliad
Marina Herlop - Abans Abans
Merely - The Killing Sun
Mr Twin Sister - Resort
Mura Masa & Erika de Casier - e-motions
Objekt - Ballast
Oren Ambarchi - I
Organ Tapes - Burnout
Organ Tapes - heaven can wait
Physical Therapy - Chain Reaction
PinkPantheress - Boy's a liar
PPJ - Dar Um (Lauer Remix)
Purelink - Butterfly Jam
Rachika Nayar - Gayatri
Raum - Walk together
Sally Shapiro - Sad City
SG Lewis & Tove Lo - Call on Me (SG's Dub Edit)
Shinichi Atobe - Love of Plastic 1
Shygirl - Firefly
Two Shell - Unrequited
Yasmine - Doce Atração
Yung Lean - Lips
Yves Tumor - God Is a Circle
games:
Elden Ring
Kirby and the Forgotten Land
Monster Hunter Rise: Sunbreak
Signalis
Sonic Frontiers
Squaredle
Tactics Ogre: Reborn
film:
Aftersun (Charlotte Wells)
Ambulance (Michael Bay)
Avatar: The Way of Water (James Cameron)
Crimes of the Future (David Cronenberg)
Decision to Leave (Park Chan-wook)
I Thought the World of You (Kurt Walker)
Jackass Forever (Jeff Tremaine)
Kimi (Steven Soderbergh)
Nope (Jordan Peele)
Orphan: First Kill (William Brent Bell)
Pacifiction (Albert Serra)
Sharp Stick (Lena Dunham)
Stars at Noon (Claire Denis)
Tár (Todd Field)
Three Thousand Years of Longing (George Miller)
—01.04: Aku tulis ini karena tujuh belas adalah hari kamu, dan kamu pantas dapatkan apa pun di hari yang kamu miliki.
Hidup kebanyakan bercandanya, ini yang aku mau tulis pertama karena pada saat aku utak-atik tumblr sekaligus edit cover, aku putar playlist kolaborasi, yang muncul secara acak setelah Ramai Sepi Bersama adalah DJ Terpikat Dirimu. Aku mau tuangi segala keemoanku buat kamu jadi ketahan, sedikit, entah aku harus ketawa kencang atau pura-pura sedih biar apa yang aku ketik sampai ke kamu tanpa cela satu jengkal terbukanya. Menit enam, Evaluasi yang keputar dan aku rasa aku enggak perlu resah Terpikat Dirimu bakal muncul lagi karena aku udah dengar sampai habis.
Ulang, aku repetisi, selamat ulang tahun buat Agi. Semoga apa yang kamu mau bisa tercapai dalam waktu dekat, maupun dalam waktu yang masih lama kamu tempuh. Semoga apa yang kamu harap bisa terpenuhi, dalam tempo waktu singkat maupun bukan. Semoga dunia semakin baik perlakukan kamu semakin kamu jalani hidup kamu. Semoga dunia jadi lebih lembut untuk kamu yang aku rasa, kamu nggak miliki salah apa-apa selain lakukan apa yang manusia lakukan, nggak ada yang sempurna dan berbuat salah itu hal yang kita nggak bisa terka; kapan kita akan sakiti hati orang lain karena waktunya abu-abu (meski ada preventif dari suatu konflik, kadang kita nggak sadar berbuat salah dan untuk itu, cukup kamu minta maaf, rubah diri, kemudian sudah jangan terus-menerus gali rasa bersalahnya. Nanti kamu habis dimakan perasaan negatif.) Semoga kamu semakin dewasa. Semoga segala perihal dalam hidup kamu dipermudah sedikit demi sedikit. Semoga kamu bisa dapat ketenangan tanpa berpikir apa yang telah kamu kerjakan di masa yang sudah kamu lewatkan. Semoga kamu sayang dirimu sendiri seperti manusia lain kasih kamu afeksi. Dan yang paling aku taruh harap besar, semoga kamu bisa bahagia tanpa berpikir senang itu hanya omong kosong yang dunia tawarkan pada manusianya.
Sesuai kataku, nasi bungkus bisa kita makan berdua. Kalau rasanya di mulutmu pahit, di mulutku juga pahit. Kalau rasanya di mulutmu manis, maka di aku juga harus manis. Kalau rasanya hambar, aku juga harus hambar. Dalam kata lain, perihal apa pun emosimu, biarkan manusia lain (dalam contoh kecilnya aku yang berbagi nasi bungkus itu) cicip juga. Sedih, senang, biasa saja, marah, takut, cemas, segala halnya boleh dibagi tanpa kamu harus pikir lebih jauh, "apa aku bakal nyusahin orang lain dengan keluhanku?" Karena aku, orang lain, enggak berpikir demikian.
Kamu baca berulang kali apa yang aku tulis di gambar paling awal tumblr ini, kadang kala kamu nggak tahu seberapa berharga kamu sampai manusia lain hampiri kamu dan bicara sungguh-sungguh kalau kamu berharga lebih dari batang emas dua puluh empat karat sekalipun. Dibanding uang satu triliun lebih, dibanding berlian yang kilatnya menggugah para pencari harta karun, kamu jauh lebih berharga karena nilai kamu adalah manusia. Pun, kalau kamu jadi barang bahkan cuma sekadar boneka kecil bentuk beruang, kamu pasti dianggap berharga oleh pemilik toko atau anak kecil yang beli kamu. Dan pada dasarnya yang aku percayai, tiap hal dalam dunia punya harga dalam hidup masing-masing manusia, sama halnya kamu, mungkin kamu berharga besar dalam hidup pacarmu dan kamu berharga begitu besar dalam hidup orang lain. Ditanya lagi, lingkupnya mungkin aku. Lagu Hindia jadi bukti dan aku benar maknai lagunya kalau selama kamu ada, aku tak apa.
Di akhir kata, tujuh belas ini kamu yang punya. Anggap kamu lagi jadi raja, jadi penguasa dunia untuk satu hari ini, lakuin apa saja yang kamu suka. Asal jangan kurang ajar sama manusia, misalnya suruh mereka jadi babu kamu satu hari penuh. Itu namanya akal sehatmu melebur tanpa sisa. Ya... ya mungkin itu aja karena aku bingung dan keburu ngantuk ngetiknya.
Selamat tambah usia sekali lagi, Nagi. Tujuh belas ini kamu yang punya. []
"Hürriyet olmayan bir memlekette ölüm ve çöküş vardır. Her ilerleyişin ve kurtuluşun anası hürriyettir."
In a country lacking freedom are death and collapse. The mother of every progress and salvation is freedom.
'Where there is no vision, the people perish.' — Proverbs 29:18
---
Era Ar-Raayah vs STDI. Ambil STDI soalnya Tazkiyah dari Doktor UI Madinah
Baris pertama, Ar-Raayah Sukabumi. Daftar pertengahan 2013. Dari Ar-Raayah dan STDI, milih STDI, tapi tahun berikutnya balik daftar Ar-Raayah tahun 2014 dan kali ini ga keterima, pas daftar 2013 keterima tapi ga tak ambil. Sampai bela-belain naik bis soalnya saya bingung ya, otak saya improvisasi, kayak kok ga kuat lagi tes masuk Universitas, nanti ditolong HI UII dan masuk sebagai angkatan ke-1. Dulu aku pernah sering curhat sama oknum di HI UII tentang ini, tapi pada kaget dan menghindar. Intinya saya diterima lewat rapor.
2014, dari Tasik ke Sukabumi ke Ar-Raayah-nya pas galau ini kok daftar kedua ga diterima, dilihat hizb lain mungkin udah team Saudi Klasik jalur taat pemerintah, disenyumin Kamandaran gitu habis itu dikasih kurma sayonara. Situ barisan MIUMI gituan, mixing sama Ikhwani. Dua-duanya beda.
Baris ke-2,
A) Ustadz Abduh salah nulis Sukabumi, Jawa Timur. *Lokasinya STDI Jember, Tazkiyah ke STDI, tapi ketompo dan hanya 1/2 tahun habis itu saya putuskan keluar.
B) Lalu Ustadz Syafiq sebagai salah satu pengajar di STDI, Tazkiyah untuk, Muqabalah di UI Madinah 1/14. Tapi ga sepintar Ezzat saya. Shaykh-nya ngguyu, ngira akhwat mungkin. Diburu MBS modar, TUR aku yo pas tinggal neng Saudi Hajj 22🥊, 46 hari, walaupun panas ra lembab. Ra betah, untung ra ketompo. Kuwi isone nak neng mesjid anjes karo hotel mahal. Sıfate temporal. Nak piye orangan omom neng ndalan, mbuh nak njobo tetep gento po ra. Nak oknum Indonesia ketokke poreper. Dienteni Mongols.
---
Era Diselamatkan HI UII by Rapor SMA Teladan
Baris pertama, logo HI UII pada masa awalnya.
Baris ke-2 & 3, Udin Krakow Amin, saya banyak dibantu finansial💰 dari Dr. H. Mohammad Agus Samsudin, MM. Muhammadiyah punya, dipinjamkan uang kas saldo berjeti-jeti dan megang kartu ATM💳 beliau.
Begitu juga 💰 dari Kemahasiswaan UII, diberi 8 jeti, tiket pesawat Lufthansa Jakarta-Cracow PP 12 jeti beli di Gama Wisata. Jadinya saya cuma bayar 4 jeti aja.
Waktu itu kloter AIESEC awalan yang tren di UII, jadinya dikasih dapet bathi. Ada yang lebih awal dari saya bahkan penuh💰 lebih. Makin lama ditutup, berangsur, saya amatinya. Jadinya ada yang mandiri full.
Itu Aleksandra Kurek keteknya Kurekkan. Lahir sesuai KTP di Yogyakarta, bukan Jakarta.
Dulu pernah buat campaign itu Jogja Mendunia itu pas sebelum berangkat 8/15, tak post di Kitabisa, dikomen Sultan Arifan sekarang/pernah karyawan HUAWEI. Tapi 0 rupiah dapat dari Kitabisanya.
"Love Planet Five", for I've fans, was a dream collab consisting of the main Utahime. Sadly they released only one song, but it gave me the idea of this mixtape, that can also be used as an introduction to I've.
01. Love Planet Five - Tenjou wo Kakeru Monotachi -Raven fly edit-
02. Eiko Shimamiya - Pirouette
03. MELL - our youthful days
04. KOTOKO - Sakuranbo Kiss
05. Kaori Utatsuki - Change of Heart
06. Mami Kawada - Get my way!
07. MELL - kicks!
08. Mami Kawada - a frame
09. KOTOKO - LOVE A RIDDLE
10. Kaori Utatsuki - Lemonade
11. Eiko Shimamiya - Sora wo Mau Tsubasa -Album Mix-
12. Love Planet Five - Tenjou wo Kakeru Monotachi -DJ-MASA Remix-
13. KOTOKO - Do you feel loved?
14. Kaori Utatsuki - SWAY
15. Mami Kawada - in answer
16. MELL - RIDEBACK
17. Eiko Shimamiya - Super scription of data
18. KOTOKO - agony
19. Mami Kawada - Wind and Wander
20. MELL - Utsukushiku Ikitai
21. Eiko Shimamiya - Ginga no Ko
22. Kaori Utatsuki - Hold on me ~Koi no Mahou~
23. KOTOKO - 421 -a will-
24. Mami Kawada - triangle
25. Eiko Shimamiya - Now and heaven
26. Kaori Utatsuki - open
27. MELL - Hello Goodbye
28. Love Planet Five - Tenjou wo Kakeru Monotachi
Catatan Seorang Migrant: Kenapa saya meninggalkan Desoner.
Sekitar 7 tahun yg lalu, saya datang ke Bali bukan untuk membuat benteng, membangun kerajaan, atau menyusun dinasti yang akan mengangkat saya menjadi seorang 'tokoh'.
Kalau boleh jujur, saya tidak tahu apa tujuan saya pertama kali saya datang ke Bali. Yang jelas, saya sudah merasa bahwa kota yang saya tinggali sebelumnya (Jakarta), maupun kota kelahiran saya (Bandung) bukanlah tempat yang cocok bagi saya untuk mengembangkan potensi yang saya punya.
Dua tahun pertama saya di Bali (2016-2017), selepas luntang lantung jobless, saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk bekerja di media: tahun pertama di The Beat magazine, dan tahun kedua di Bali Secret Life.
Ketika saya bekerja di kedua media tersebut, saya membaca semacam pemetaan skena hiburan malam yang tidak sehat; bagaimana talenta lokal dibuang ke venue2 macam akasaka & bosche, dengan bentuk hiburan yang begitu-begitu saja. Diluar itu, semua talent di venue2 ternama lainnya terdiri dari 90% nama-nama expat. Ada semangat yg sama dengan venue-venue di Jakarta pada saat itu, kota yang saya tinggalkan; yang penting bule, kualitas nomer dua. Bahkan saya tahu beberapa venue yang secara tegas hanya menyewa talent expat.
Sejalan dengan waktu, saya juga memperhatikan migrasi besar-besaran dari anak-anak muda yang bergerak di bidang kreatif dari kota-kota besar di Indonesia. Terhitung kurang lebih dari 2011 (atau mungkin dari sebelumnya) sampai sekarang, berbondong-bondong berpindahan lah anak-anak muda tersebut; memulai start-up, merintis karir di berbagai bidang kreatif, ada yang jadi DJ, VJ, Lighting Engineer, Sound Engineer, Event Organizer, visual artists, kurator, produsen merchandise, tattoo artist, memulai media elektronik sendiri seperti radio online, dan bahkan membangun venue-venue kreatif serta lain sebagainya.
Para pendatang ini kemudian secara perlahan mulai bekerja sama dengan talent-talent lokal, bisnis-bisnis lokal, komunitas-komunitas lokal, dan memperkaya khasanah dunia hiburan dan seni kontemporer di Bali, walaupun terjadi sedikit penolakan terhadap kami: dianggap mengambil jatah kerja warga lokal lah, dianggap sombong dan tidak mau bergaul dengan warga lokal lah, sok eksklusif, dan lain sebagainya.
Padahal, perjuangan yang kami lakukan untuk secara perlahan menginfiltrasi venue-venue hiburan di Bali tidaklah mudah. Dari menggotong-gotong alat DJ pinjaman dan hanya dibayar 800 ribu untuk 3 hour set, naik turun scaffolding untuk membuat instalasi visual dan kemudian mengooperasikannya sepanjang malam sampai pagi dengan bayaran yang tidak sesuai, mengerjakan konten2 video dan foto untuk dokumentasi event hanya untuk exposure, dan lain sebagainya.
Terlebih lagi, ada pihak-pihak yang memanfaatkan issue soal pendatang ini untuk mengangkat nama mereka sebagai 'pembela hak-hak skena lokal' yang kalau kamu tanya saya, ini hanya omong kosong belaka. Terbukti dengan tidak adanya usaha dari mereka untuk mengangkat skena lokal yang dulu mendukung naiknya mereka, bahkan ketika mereka sampai ke kancah international. Festival-festival 'lokal' yang mereka buat pun akhirnya cuma menjadi ajang angkat ego, pembuktian eksistensi, dan usaha mereka dalam membangun aliansi-aliansi dengan misi mendiskreditkan 'musuh' mereka, yang kemudian terbukti bersifat divisive dan non konstruktif. Yang lucu adalah, dikemudian hari, apa yang mereka cela-cela di masa lalu, kemudian mereka lakukan sendiri: mencela venue A, tapi karyanya di display berbulan-bulan disana. Anti sama venue B, tapi toh kemudian showcase juga perform disana.
Cuih!
Namun diluar itu, harus diakui bahwa memang banyak kolektif-kolektif, baik pendatang maupun expat, yang sifatnya cenderung eksklusif dan elitist (dan mungkin juga ini terjadi tanpa mereka sadari). Dan harus diakui image ini juga dieksploitasi oleh beberapa venue di Bali; pekerja kreatif adalah anak-anak "jaksel" (as a stereotype, karena stereotype ini berlaku juga bahkan untuk anak muda dari kota-kota lain, bahkan Bali sendiri) yang bicaranya was-wes-wos dan selera musiknya mesti begini, gaulnya mesti begitu, dan kalau mau dianggap kamu mesti ikut gerbong si ini dan si itu. Ironis bahwa di kemudian hari venue-venue ini malah lebih fokus membawa talent luar negeri terus menerus.
Beruntung di kemudian hari, semakin banyak yang menyadari bahwa kuda-kuda seperti ini hanya mengkerdilkan perkembangan kolektif mereka secara khusus, dan skena keseluruhan secara general. Ini juga tidak terlepas dari usaha-usaha individu dan kolektif-kolektif yang mencoba mencairkan gunung es diantara kelompok-kelompok yang ada di Pulau Bali yang kita cintai ini.
Atas dasar pengalaman yang saya tuliskan diatas, adalah sebuah antithesis apabila kemudian saya harus turut mendukung kolektif yang secara terang-terangan mementingkan revenue dan ego kelompok dengan cara menginjak-injak usaha yang telah secara susah payah dibangun oleh pihak-pihak lain, dengan semangat kompetitif yang tidak sehat. Apalagi mengingat track records manajemen yang berantakan dan tendensi mereka untuk memandang talent lokal secara sebelah mata. Bila kolaborasi yang dibangun dengan pihak eksternal menjadi lebih penting dibanding dengan usaha untuk memajukan talenta-talenta yang ada di lingkar mereka sendiri, maupun talenta lokal yang berlimpah di sekitar mereka, tentunya wajar bila saya mempertanyakan kemana tujuan kolektif tersebut bergerak.
Akhir kata, apa yang saya pribadi perjuangankan kedepan adalah bekerja sama dengan SEMUA talenta yang ada di Bali secara khusus, dan Indonesia secara luas, baik warga lokal Bali, pendatang dari pulau-pulau lain, maupun pendatang internasional yang tinggal di Bali, maupun diundang secara khusus, demi perkembangan skena yang sehat, berkarakter, dan berkesinambungan.
Bali adalah Bali, bukan Berlin, bukan Ibiza, bukan Tulum, bukan London, bukan LA dan stereotype pusat-pusat party dan kultur anak muda dunia lainnya. Saya juga ingin mengangkat musik elektronik, club culture, serta semua elemen yang terlibat didalamnya, menjadi lebih dari sekedar hiburan. What would happen beyond the dancefloor? Itu pertanyaan yang saya ingin jawab, dan dengan hati yang bersih dan tangan terbuka, saya mengundang semua kawan yang tertarik untuk bersama-sama menjelajah this new frontier. Seperti yang kawan baik saya Doctoryez ucapkan, "udah waktunya cang, kita bersihin lagi skena nya dari segala drama-drama yang gak penting". And I couldn't agree more.
Catatan Seorang Migrant: Kenapa saya meninggalkan Desoner:
Sekitar 7 tahun yg lalu, saya datang ke Bali bukan untuk membuat benteng, membangun kerajaan, atau menyusun dinasti yang akan mengangkat saya menjadi seorang 'tokoh'.
Kalau boleh jujur, saya tidak tahu apa tujuan saya pertama kali saya datang ke Bali. Yang jelas, saya sudah merasa bahwa kota yang saya tinggali sebelumnya (Jakarta), maupun kota kelahiran saya (Bandung) bukanlah tempat yang cocok bagi saya untuk mengembangkan potensi yang saya punya.
Dua tahun pertama saya di Bali (2016-2017), selepas luntang lantung jobless, saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk bekerja di media: tahun pertama di The Beat magazine, dan tahun kedua di Bali Secret Life.
Ketika saya bekerja di kedua media tersebut, saya membaca semacam pemetaan skena hiburan malam yang tidak sehat; bagaimana talenta lokal dibuang ke venue2 macam akasaka & bosche, dengan bentuk hiburan yang begitu-begitu saja. Diluar itu, semua talent di venue2 ternama lainnya terdiri dari 90% nama-nama expat. Ada semangat yg sama dengan venue-venue di Jakarta pada saat itu, kota yang saya tinggalkan; yang penting bule, kualitas nomer dua. Bahkan saya tahu beberapa venue yang secara tegas hanya menyewa talent expat.
Sejalan dengan waktu, saya juga memperhatikan migrasi besar-besaran dari anak-anak muda yang bergerak di bidang kreatif dari kota-kota besar di Indonesia. Terhitung kurang lebih dari 2011 (atau mungkin dari sebelumnya) sampai sekarang, berbondong-bondong berpindahan lah anak-anak muda tersebut; memulai start-up, merintis karir di berbagai bidang kreatif, ada yang jadi DJ, VJ, Lighting Engineer, Sound Engineer, Event Organizer, visual artists, kurator, produsen merchandise, tattoo artist, memulai media elektronik sendiri seperti radio online, dan bahkan membangun venue-venue kreatif serta lain sebagainya.
Para pendatang ini kemudian secara perlahan mulai bekerja sama dengan talent-talent lokal, bisnis-bisnis lokal, komunitas-komunitas lokal, dan memperkaya khasanah dunia hiburan dan seni kontemporer di Bali, walaupun terjadi sedikit penolakan terhadap kami: dianggap mengambil jatah kerja warga lokal lah, dianggap sombong dan tidak mau bergaul dengan warga lokal lah, sok eksklusif, dan lain sebagainya.
Padahal, perjuangan yang kami lakukan untuk secara perlahan menginfiltrasi venue-venue hiburan di Bali tidaklah mudah. Dari menggotong-gotong alat DJ pinjaman dan hanya dibayar 800 ribu untuk 3 hour set, naik turun scaffolding untuk membuat instalasi visual dan kemudian mengooperasikannya sepanjang malam sampai pagi dengan bayaran yang tidak sesuai, mengerjakan konten2 video dan foto untuk dokumentasi event hanya untuk exposure, dan lain sebagainya.
Terlebih lagi, ada pihak-pihak yang memanfaatkan issue soal pendatang ini untuk mengangkat nama mereka sebagai 'pembela hak-hak skena lokal' yang kalau kamu tanya saya, ini hanya omong kosong belaka. Terbukti dengan tidak adanya usaha dari mereka untuk mengangkat skena lokal yang dulu mendukung naiknya mereka, bahkan ketika mereka sampai ke kancah international. Festival-festival 'lokal' yang mereka buat pun akhirnya cuma menjadi ajang angkat ego, pembuktian eksistensi, dan usaha mereka dalam membangun aliansi-aliansi dengan misi mendiskreditkan 'musuh' mereka, yang kemudian terbukti bersifat divisive dan non konstruktif. Yang lucu adalah, dikemudian hari, apa yang mereka cela-cela di masa lalu, kemudian mereka lakukan sendiri: mencela venue A, tapi karyanya di display berbulan-bulan disana. Anti sama venue B, tapi toh kemudian showcase juga perform disana.
Cuih!
Namun diluar itu, harus diakui bahwa memang banyak kolektif-kolektif, baik pendatang maupun expat, yang sifatnya cenderung eksklusif dan elitist (dan mungkin juga ini terjadi tanpa mereka sadari). Dan harus diakui image ini juga dieksploitasi oleh beberapa venue di Bali; pekerja kreatif adalah anak-anak "jaksel" (as a stereotype, karena stereotype ini berlaku juga bahkan untuk anak muda dari kota-kota lain, bahkan Bali sendiri) yang bicaranya was-wes-wos dan selera musiknya mesti begini, gaulnya mesti begitu, dan kalau mau dianggap kamu mesti ikut gerbong si ini dan si itu. Ironis bahwa di kemudian hari venue-venue ini malah lebih fokus membawa talent luar negeri terus menerus.
Beruntung di kemudian hari, semakin banyak yang menyadari bahwa kuda-kuda seperti ini hanya mengkerdilkan perkembangan kolektif mereka secara khusus, dan skena keseluruhan secara general. Ini juga tidak terlepas dari usaha-usaha individu dan kolektif-kolektif yang mencoba mencairkan gunung es diantara kelompok-kelompok yang ada di Pulau Bali yang kita cintai ini.
Atas dasar pengalaman yang saya tuliskan diatas, adalah sebuah antithesis apabila kemudian saya harus turut mendukung kolektif yang secara terang-terangan mementingkan revenue dan ego kelompok dengan cara menginjak-injak usaha yang telah secara susah payah dibangun oleh pihak-pihak lain, dengan semangat kompetitif yang tidak sehat. Apalagi mengingat track records manajemen yang berantakan dan tendensi mereka untuk memandang talent lokal secara sebelah mata. Bila kolaborasi yang dibangun dengan pihak eksternal menjadi lebih penting dibanding dengan usaha untuk memajukan talenta-talenta yang ada di lingkar mereka sendiri, maupun talenta lokal yang berlimpah di sekitar mereka, tentunya wajar bila saya mempertanyakan kemana tujuan kolektif tersebut bergerak.
Akhir kata, apa yang saya pribadi perjuangankan kedepan adalah bekerja sama dengan SEMUA talenta yang ada di Bali secara khusus, dan Indonesia secara luas, baik warga lokal Bali, pendatang dari pulau-pulau lain, maupun pendatang internasional yang tinggal di Bali, maupun diundang secara khusus, demi perkembangan skena yang sehat, berkarakter, dan berkesinambungan.
Bali adalah Bali, bukan Berlin, bukan Ibiza, bukan Tulum, bukan London, bukan LA dan stereotype pusat-pusat party dan kultur anak muda dunia lainnya. Saya juga ingin mengangkat musik elektronik, club culture, serta semua elemen yang terlibat didalamnya, menjadi lebih dari sekedar hiburan. What would happen beyond the dancefloor? Itu pertanyaan yang saya ingin jawab, dan dengan hati yang bersih dan tangan terbuka, saya mengundang semua kawan yang tertarik untuk bersama-sama menjelajah this new frontier. Seperti yang kawan baik saya Doctoryez ucapkan, "udah waktunya cang, kita bersihin lagi skena nya dari segala drama-drama yang gak penting". And I couldn't agree more.
Oklou Returns with Haunting New Single “Family and Friends” and Upcoming NYC Shows
French vocalist, producer, and composer Oklou returns with “Family and Friends,” her first solo release since the critically acclaimed mixtape Galore. The new single presents a haunting, ethereal meditation on the mysteries of existence, with its layered production featuring arpeggiated marimbas, choral textures, and intricate sound design. With cryptic lyrics like "Are you even real?" Oklou captures a sense of elusive emotion, weaving an atmosphere that is as mesmerizing as it is unsettling. The accompanying Gil Gharbi-directed music video amplifies this eerie feeling, following Oklou and her friends as they evade an unseen force, with the camera’s haunting gaze heightening the track's tension.
Describing “Family and Friends,” Oklou says, "It feels like a battle, like I’m searching for answers to questions that haven’t been asked, running from something intangible—a memory, maybe." The track embodies this search for meaning, blending the abstract with the deeply personal in a way that is quintessentially Oklou.
Oklou is set to bring her evocative sound to New York City with a special “Family and Friends” show on September 19th, followed by a headlining DJ set at The Meadows in Brooklyn on September 20th, where she'll be joined by Hyd, Physical Therapy, and Petal Supply for an electrifying night hosted by SKSKSKS.
Oklou, born Marylou Mayniel, hails from the French countryside, where her early musical journey began with classical piano and cello. Eventually gravitating toward electronic music production, she made her mark with her early EPs For The Beasts (2017) and The Rite Of May (2018). Her breakthrough came with Galore in 2020, praised by Dazed as "sophisticated in its composition yet cutting edge in its sound," cementing her status as an innovative force in modern music. With collaborations alongside Mura Masa, A.G. Cook, and EASYFUN, and tour support for artists like Oneohtrix Point Never and Caroline Polachek, Oklou has become a rising star on the international stage.
“Family and Friends” signals a bold return for Oklou, continuing her exploration of introspective, forward-thinking pop. Keep an eye out for more from her soon.
Read the full article
Oklou Returns with Haunting New Single “Family and Friends” and Upcoming NYC Shows
French vocalist, producer, and composer Oklou returns with “Family and Friends,” her first solo release since the critically acclaimed mixtape Galore. The new single presents a haunting, ethereal meditation on the mysteries of existence, with its layered production featuring arpeggiated marimbas, choral textures, and intricate sound design. With cryptic lyrics like "Are you even real?" Oklou captures a sense of elusive emotion, weaving an atmosphere that is as mesmerizing as it is unsettling. The accompanying Gil Gharbi-directed music video amplifies this eerie feeling, following Oklou and her friends as they evade an unseen force, with the camera’s haunting gaze heightening the track's tension.
Describing “Family and Friends,” Oklou says, "It feels like a battle, like I’m searching for answers to questions that haven’t been asked, running from something intangible—a memory, maybe." The track embodies this search for meaning, blending the abstract with the deeply personal in a way that is quintessentially Oklou.
Oklou is set to bring her evocative sound to New York City with a special “Family and Friends” show on September 19th, followed by a headlining DJ set at The Meadows in Brooklyn on September 20th, where she'll be joined by Hyd, Physical Therapy, and Petal Supply for an electrifying night hosted by SKSKSKS.
Oklou, born Marylou Mayniel, hails from the French countryside, where her early musical journey began with classical piano and cello. Eventually gravitating toward electronic music production, she made her mark with her early EPs For The Beasts (2017) and The Rite Of May (2018). Her breakthrough came with Galore in 2020, praised by Dazed as "sophisticated in its composition yet cutting edge in its sound," cementing her status as an innovative force in modern music. With collaborations alongside Mura Masa, A.G. Cook, and EASYFUN, and tour support for artists like Oneohtrix Point Never and Caroline Polachek, Oklou has become a rising star on the international stage.
“Family and Friends” signals a bold return for Oklou, continuing her exploration of introspective, forward-thinking pop. Keep an eye out for more from her soon.
Read the full article
“FM Seratus Tiga Empat, Nol… Unrules Radio, tempat cerita selalu asik! Dengarin Cerna, Cerita Bareng Nana, Obrolan seru, bikin hari makin ceria! Yuk dengerin Cerna, di Unrules Radio, FM Seratus Tiga Empat, Nol!”
DJ Nana
“Hai temen temen cerna, apa kabar nih kalian hari ini? gue harap sih semoga kalian baik selalu yaa, atau jangan jangan ada yang lagi galau nih karena keinget seseorang dari masa lalu? Kalau iya pas banget sih sama topik yang bakalan gue bawain hari ini, gue bakalan ngajak kalian jalan jalan ke masa lalu nostalgia sama lagu-lagu lama dan film atau series lama yang wajib kalian tonton pokoknya! tapi sebelum itu jangan lupa follow akun official Unrules Radio di @TheUNRLS dan @Unruies pake i yaa, kalian juga boleh request request lagu ke dm official kita lho”
“Nah sebelum lanjut ke topik nostalgia tadi, kita dengerin lagu dulu yang direkomendasiin sama user @younghoou, ini dia I Don't Want to Miss a Thing dari Aerosmith!”
“Waaah, abis dengerin lagunya aerosmith rasanya kaya balik lagi ke jaman dulu ngga sih? jadi kangen deh gue masa masa itu. Anyway guys, kaya yang udah gue bilang tadi, hari ini gue mau ngasih rekomendasi film lama yang wajib banget kalian tonton, yang pertama ada film The Lord Of The Rings, film ini terbagi jadi 3 bagian yang menurut gue cukup complicated tapi seru banget buat di ditonton, film ini tuh menceritakan tentang hobbit yang gak sengaja nemuin cincin ajaib yang bisa ngehancurin sekaligus nguasain dunia, dan nantinya hobbit ini ditemani sama temen temennya buat musnahin cincin tersebut, tapi gak sesimpul itu karena mereka bakalan ngelewatin berbagai tantangan, seru banget gak sih kedengerannya? wajib banget kalian masukin ke list tontonan kalian biar kalian gausah kepikiran lagi sama mantan mantan kalian.”
“Sebelum lanjut ke rekomendasi film berikutnya, gue mau muterin lagu dulu nih dari user @jaemain, langsung aja kita dengerin You Give Love a Bad Name dari Bon Jovi!”
“Itu dia You Give Love a Bad Name dari Bon Jovi, gimana nih temen temen Cerna udah makin nostalgia belum? semoga kalian nostalgia nya hal hal yang baik aja ya jangan malah keinget mantan!”
“Oke masuk ke film kedua, gue mau ngerekomendasiin film dari Indonesia yang mungkin kalian udah familiar tapi belum kalian tonton sampai sekarang, judulnya Ada Apa Dengan Cinta, alias AADC, yang mainnya Nicholas Saputra sama Dian Sastro. AADC ini nyeritain tentang kisah cinta remaja yang penuh dengan konflik emosi antara Cinta, seorang gadis populer di sekolahnya, dan Rangga, cowok introvert yang penuh misteri. Di tengah perbedaan kepribadian dan latar belakang, mereka berusaha memahami satu sama lain.
Film ini nggak cuma soal cinta-cintaan aja, tapi juga memperlihatkan bagaimana hubungan persahabatan, rasa percaya diri, dan pencarian jati diri bisa bentrok di masa remaja. AADC juga bisa dibilang salah satu film yang membangkitkan kembali perfilman Indonesia di awal 2000-an. Dengan soundtrack yang ikonik dan dialog-dialog yang ngena, film ini berhasil jadi fenomena di masanya. Kalau kalian suka cerita yang bisa bikin baper dan penuh nuansa nostalgia, Ada Apa Dengan Cintawajib masuk ke dalam list tontonan kalian deh pokoknya."
“Nah itu dia rekomendasi film dari gue yang bisa bikin kalian nostalgia tanpa galau inget mantan! Mosok kita kalau inget masa lalu ingetnya cuma mantan? jangan ya dek ya! Oke ini saatnya kita balik lagi ke masa kini karena sayangnya gue udah harus pamit undur suara, thank you karena udah dengerin Cerna hari ini, sebelum pamit undur suara ada rekomendasi lagu yang datang dari user @mokar, ini bisa dibilang lagu kebangsaan kita semua pas kecil sih, Kamu dari Coboy Junior! Gue Nana, Pamit undur suara! See you!”