Tumgik
#lalu berhasil terpilih kembali untuk periode kedua
armydiah · 4 years
Text
Berlian Tetap Berlian Tidak Akan Berubah Menjadi Tembaga
Selamat datang sinar emas dari datangnya senja. Isyarat bahwa terang akan menjelma menjadi petang. Menyerukan pada burung-burung untuk segera kembali ke sarangnya. Hening akan tiba, dan tinggal menghitung jam saja bola-bola mata itu akan terpejam di bawah temaram cahaya lampu dan selimut tebal. Angin sore berhembus menerbangkan helai rambut gadis cantik dari desa pemburu. Dia gadis yang sederhana, anak yang penurut, ramah, sopan dan baik tingkah lakunya. Kulit sawo matang, bibir merah muda, hidung tidak terlalu mancung, bulu mata lentik, alis tebal dan mempunyai sorot mata yang tajam. Senyum manisnya selalu membuat hati seseorang bersorak gembira. Mbak Bunga orang-orang memanggilnya. Dari orang tua, remaja hingga balita. Dia bukan keturunan tokoh masyarakat atau keturunan keluarga yang kaya. Orang tuapun memanggilnya mbak. Ya ternyata, dia adalah gadis satu-satunya yang memiliki pemikiran maju diantara teman-temannya di desa pelosok itu. Ketika teman sebayanya sudah menimang bayi dia masih bersekolah dengan beasiswa daerah. Bunga gadis periang, selalu menjadi dirinya sendiri dan punya ciri khas pendirian yang tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan. Orang tua bunga tak pernah memaksa anak-anaknya dalam memutuskan masa depan. Memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mendalami kemampuan sesuai minat dan bakatnya. Orang tua bunga sehari-hari hanya berjualan es dawet dan tambal ban.
Bunga adalah siswa kebanggaan di sekolahnya, sejak SMP dia sudah aktif dalam berorganisasi. Dibangku SMA bunga juga terpilih sebagai Ketua OSIS periode 2010-2011. Menjadi Duta Wisata Kabupaten ditambah lagi terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Tingkat Kabupaten.
Menginjak usia remaja bunga mulai mempunyai rasa ketertarikan pada teman lawan jenis. Bunga mengagumi kakak kelasnya yang bernama Satria. Laki-laki yang tampan dan dikenal sebagai idola di sekolah. Siapa sangka ternyata satria juga mengagumi bunga. Mulailah pendekatan dengan modus belajar bersama hinga berlanjut antar jemput saat ke sekolah. Semakin hari tampak kedekatan menjadi erat. Kelulusan telah menyambut satria. Dengan bahagia disampaikannya kepada bunga kemana dia akan melanjutkan masa depannya. Bunga hanya tertunduk antara sedih dan bahagia.
🧒: Dek, belajar yang rajin ya. Kakak setelah ini akan lanjutkan masa depan dengan mendaftar menjadi tentara.
🧕: iya kak, semoga tercacai cita-cita kakak
🧒 : adek bisa kan menunggu mas sukses? Nanti kita bisa baren lagi. Pasti.!
🧕 : maaf kak, bunga tidak berjanji bisa menunggu. Tapi bunga akan berusaha bersabar menunggu.
🧒 : baiklah, kakak percaya adek bisa. Do'akan kakak lolos ya.
Tepat satu tahun kemudian bunga lulus dari bangku SMA, dia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri surabaya mengambil jurusan pendidikan psikologi. Bunga masih tetap menunggu kabar satria, setiap hari memantau kabar dari sosial media. Tanggal 11 November adalah hari ulang tahun satria. Sambil meneteskan air mata, berharap ada kabar dari satria. Dengan gemetar bunga mengetikkan pesan di inbox facebook "selamat malam kak satria, bagaimana kabar kakak? Bunga sekarang melanjutkan pendidikan di universitas negeri surabaya dengan jurusan pendidikan psikologi, satu tahun sudah kakak tak memberi kabar. Bunga masih berusaha menunggu kabar kakak, hanya kabar bahwa kakak sudah berhasil memperoleh cita-citanya. Selamat ulang tahun kak satria, panjang umur dan sehat selalu. Bunga.."
Hingga berganti tahun berikutnya bunga masih melihat pesan yang dikirimnya satu tahun lalu kepada satria. Betapa bahagianya saat bunga melihat sebuah balasan dari satria. "Hai dek bunga, terima kasih telah bersabar dan bersedia membuktikan usahamu menunggu saya. Alhamdulillah saya sudah menjadi prajurit TNI AD dan saya di tugaskan di NTT. Maaf baru sempat memberi kabar karena memang baru bisa diberikan kesempatan berkomunikasi, sekarang kamu bisa mengakhiri penantianmu, maaf kakak tidak bisa menepati janji yang kakak ucapkan waktu itu. Kakak yang salah dan bunga berhak mendapatkan yang lebih baik dari kakak. Disini kakak sudah punya pacar. Assalamu'alaikum bunga".
Tak terasa air mata dikelopak mata bunga memecah bendungannya. Sambil menguatkan hati jemari mengusap air matanya. Dia berusaha untuk tetap baik-baik saja. Dia kembali menatap buku dan layar laptop melanjutkan belajarnya karena esok harus menempuh ujian semester. Nafsu makan hilang seketika. Bunga mampu melalui hari-harinya dengan semangat. Tak lama kemudian ponselnya terus berbunyi. Dengan tatapan kosong dia mendapat kabar satria mengalami kecelakaan berat 2hari setelah cuti dirumah. Kecelakaan itu disebabkan mobil yang melaju kencang kehilangan keseimbangan dan akhirnya menabrak satria dari belakang.
Bunga segera berlari dan menemui satria. Tangisan ibu, kakak dan adik satria menambah suasana hati bunga semakin tak karuan. Tiga hari satria belum juga tersadar. Rahang satria pecah dan tangan kanan mengalami patah tulang. Wajah penuh luka dan lebam. Bunga menemani satria dengan sabar. Tiba-tiba air mata satria menetes. Jemari tangannya mulai bergerak. Bunga sambil tersenyum mengusap air mata satria. Satu jam kemudian datanglah seorang wanita dengan penampilan ala metropolitan dan membawa sekeranjang buah. Segera bunga meninggalkan mereka berdua. Wanita itu bernama melody. Bunga sudah paham bahwa itu adalah wanita yg dibicarakan satria saat di telepon malam itu. Bunga menarik nafas dalam-dalam kemudian pamit kepada keluarga satria untuk pulang dan kembali melanjutkan kegiatan di kampusnya.
Sesampai rumah bunga menangis seambil memeluk ibunya, bercerita tentang satria. Ada segenap kecewa yang dirasakan ibunya. Yaa, satria menempuh cita-citanya juga karena dibantu oleh saudara bunga. Keluarga bunga bahkan menganggap satria seperti anak kandungnya. Sang ibu menghapus air mata anak gadisnya, sambil memeluk tak mengucap satu katapun. Dan ayah bunga hanya diam dengan pandangan ke luar halaman rumah. Esok hari bunga kembali ke kampusnya untuk mencetak kartu hasil studynya. Namun beberapa hari akhir-akhir ini bunga mengalami malam yg tidak tenang. Hatinya gelisah, makan selalu tersedak dan berkali-kali tersandung hingga jari kakinya terluka. Dan akhirnya terjawab atas kegelisahan bunga, ibu sedang sakit. Hanya saja keluarga merahasiakannya dan ingin bunga fokus ke studinya. Pagi telah tiba bunga segera bergegas menuju kampus mengambil kartu hasil studinya. Luar biasa Indeks Prestasi yang di dapat adalah 4,00 dan seluruh nilai mata kuliah A. Hp bunga berbunyi, diseberang sana suara kakak mengabarkan bahwa ibu sakitnya bertambah parah dan berpesan segera pulang. Tanpa kembali ke kosan bunga langsung menempuh perjalanan pulang. Sambil berharap membawa kesembuhan ketika ibu tau hasil ujiannya anaknya memuaskan. Di dalam angkutan sudah tersenyum membayangkan menunjukan hasil belajarnya, mendapatkan pelukan dari ayah ibu dan pasti mendapatkan hadiah makan bersama di bakso langganan keluarga.
Hp bunga berbunyi lagi, masuk sebuah pesan dan tampil dilayar ponsel. Spupuku mengirim pesan "dek yang sabar ya, sampean segera pulang, ibu meninggal dunia". Bunga hanya nyengir sambil tertawa, dalam hatinya berkata "dasar ngawur, bercanda gak lucu sama sekali. Cara ngerjainnya gak ampuh bos". Telah tiba di gang pemberhentian angkutan, seperti biasa bunga menelpon ayah untuk menjemputnya. Sungguh menyebalkan, orang serumah tidak ada yang mengangkat telpon. Akhirnya bunga memutuskan untuk berjalan kaki. Sampai di dekat rumahnya bunga melihat kerumunan orang, banyak pekarangan bunga ucapan bela sungkawa. Masuk kerumah penuh tangisan saudara, dan disana bunga melihat ayah juga pingsan. Bunga mencari ibu disetiap sudut rumat tapi tak dia temukan. Bunga baru sadar pesan tadi siang yang masuk ponselnya. Bunga membanting tas dan berteriak memanggil ibunya. Seperti orang kesurupan dia membuat seisi rumah berantakan. Bunga kecewa mengapa semua tidak memberikan kabar sejak ibunya sakit. Bunga tidak bisa menjumpai wajah ibunya yang tetakhir kali. Bahkan saat bunga sampai dirumah sang ibu sudah di makamkan.
Selama satu minggu bunga mengalami penurunan berat badan 10kilo, tak makan apapun dan hanya minum saja. Bunga sangat disayangi oleh teman-temanya, perlahan bunga mencoba ikhlas. Kembali melanjutkan masa depannya. Bunga sadar, satu cara untuk membahagiakan ibunya adalah tetap melanjutkan kuliahnya hingga selesai dan kelak menjadi anak yg sukses. Bersama sang ayah bunga kembali membaik, bunga masih merasakan syukur. Karena ada keadaan yang membuka pandangannya, bahwa ada yg sejak usia bayi telah ditinggalkan bapak ibunya.
Bunga kembali ceria, hingga akhirnya dia kembali mengenal seorang laki-laki bernama aldi. Dia anak bangkalan dan kebetulan seorang TNI AD yang berdinas di daerah jawa timur. Bunga dipertemukan saat ada event lari 10K yang diadakan oleh semen gresik tahun 2015. Melakukan pendekatan hingga akhirnya cocok. Mereka memutuskan bertunangan setelah bunga wisuda. Namun kembali bunga di uji dalam sebuah hubungan. Hubungan yang dijalani mulai tidak sehat. Aldi berubah menjadi sosok yg kasar. Akhirnya bunga juga membalas kasar. Aldi mulai menuduh bunga yang bukan-bukan, hingga akhirnya bunga menyerah dan meminta pisah. Karena bunga pada akhirnya mendapatkan informasi dari temannya aldi sendiri bahwa aldi mempunyai wanita lain. Bunga merasa hancur untuk yg kedua kali. Sementara bunga bekerja di perusahaan dari pagi hingga petang mengumpulkan tabungan agar bisa segera hidup bersama aldi. Bunga paham karena aldi adalah anak dari keluarga yg kurang mampu, dari 8 bersaudara tidak ada yang bekerja. Aldi menjadi tulang punggung keluarga, hingga gaji habis tak bersisa untuk membayar hutang. Aldi juga sering berbohong dalam urusan izin. Sering kali pergi ke suatu tempat izin ke senior ke tempat A, bilang ke letting ke tempat b, dan bilang ke junior ke tempat c. Ketika apel malam dadakan semua bujangan dikumpulkan, 1 personil tidak ada dan dia adalah aldi. Saat ditanya aldi kemana, jawaban tidak serempak dan berbeda2. Salah satu temannya menelpon bunga menanyakan posisi aldi. Ya benar saja aldi sedang dirumah bunga tp izin ke orang2 entah kemana. Entah berapa kali bunga dipermainkan. Bunga akhirnya mulai berubah, tak lagi menjadi wanita yg lemah lembut, melainkan menjadi wanita yg lebih cuek, sibuk dengan dunianya sendiri dan terkesan tak peduli. Aldi menyadari itu, akhirnya minta kesempatan pada bunga untuk memperbaiki sikapnya. Bunga akhirnya memberi kesempatan itu lagi untuk aldi. Bunga berpamitan pada aldi bahwa dia kan dikirim dinas luar ke bandung selama 1 minggu. Aldi langsung dengan sigap menelpon bunga, menanyakan keberangkatan. Meminta foto surat tugas bunga dan tiket pesawat untuk meminta izin pada wakil komandannya agar bisa mengantar calonnya ke bandara. Karena saat itu dia sedang menjalani sanksi entah karen pelanggaran apa. Dia menjadi ajudan rumah wakil komandan.
Hari jum'at subuh aldi sudah ada di rumah bunga. Dia tertidur sejenak di ruang tamu. Jam 7 pagi bunga berangkat menuju bandara. Namun hari itu seperti ada getaran pada hati bunga. Yang sebelumnya tak ingin tau isi hp aldi tiba ingin sekali mengetahui. Yaa, lagi-lagi kecewa yang bunga rasakan. Ada pesan masuk dari seorang wanita dengan foto profil berambut panjang dan sudah janjian dengan aldi untuk bertemu setelah mengantar saya dari bandara. Rasanya saya sudah tak ingin memberinya kesempatan lagi. Ingin saya sudahi semuanya namun akhirnya aldi memohon kepada ayah bunga dan bersimpuh dikaki ayah bunga. Tapi ayah bunga sepertinya juga sudah lelah, melihat putrinya menangis berulangkali dengan kesalahan yang sama.. Aldi tetap membujuk bunga dengan mengirim pesan mengingatkan perjalanan saat hubungan terasa bahagia dan baik2 saja. Namun satu minggu kemudian ayah mengalami stroke dan tidak sadarkan diri hingga meninggal. Bunga mengabarkan itu pada keluarga beserta aldi. Namun tidak ada respon baik dari mereka hingga 40 harinyapun tak ada yg berkunjung kerumah. Saat itu bunga benar-benar menganggap sudah berpisah dengan aldi.
Penyesalan begitu membekas dalam diri bunga. Banyak sekali hal sia-sia tak berguna. Bunga selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga aldi, menyayangi mereka layaknya keluarga sendiri. Ada malam yang sunyi bunga merasakan kerinduan yang mendalam pada aldi, dan bunga yakin aldi merasakannya. Kenyataan pahit yang harus diterima karena tidak melibatkan Allah dalam memilih. Sebelum dengan aldi sesungguhnya bunga sangat dicintai oleh seorang anak prajurit hanya saja bunga meninggalkannya karena tempat tugasnya di bali, lagi2 bunga memikirkan bagaimana dengan ayahnya. Saat terjadi guncangan pertama kali bunga juga diajak menikah dengan seorang pria bernama yasin namun dia menolak karena alasan ingin tetap setia pada pasangannya saat ini apapun itu meskipun perlakuannya mulai tidak baik. Kemudian teringat pula dengan awal menjalani hubungan dengan aldi. Ada seorang wanita mengaku pasangan aldi, dan hubungan itu rusak karena kehadiran bunga. Wanita itu bernama dwi, dia cantik dan baik sekali menurut bunga. Tiba-tiba dwi menceritakan semua keburukan tentang aldi mulai dari yang suka membicarakan uang uang dan uang hingga suka mempermainkan wanita. Entah berapa wanita telah menjadi korban. Jelas saja bunga tidak percaya, pikirnya saat itu ya pakai logika. Namanya mantan ya pasti kalau tidak terima akan bongkar semua yang tidak baik bahkan bisa ditambah bumbu-bumbu lainnya. Ternyata saat itu bunga baru sadar bahwa wanita selalu berbicara dengan hati, karena hati dia peduli. Namun apa dikata nasi sudah menjadi buburpun tak bisa di olah menjadi kerupuk.
Pengalaman itu membuat bunga menjadi trauma, rasanya tidak ada lagi minat menjalin hubungan dengan pria. Terutama seorang tentara. Memang tidak semua sama tp bunga saat itu membiarkan luka biar terobati dengan sendirinya. Bunga muali menyibukkan diri dengan hal-hal positif. Mulai sibuk menjalankan usaha dan mulai berinteraksi kembali dengan dunia sosial media. Setelah banyak yang tau bunga jomblo.. haha masuklah dm dr teman2 yang pernah dekat untuk menyambung komunikasi dengan bunga. Ada juga orang-orang baru yang berusaha mengenal bunga bahkan dengan niat-niat yang baik. Satriapun kembali mencari bunga. Namun itulah bunga, dia berpikir berulang kali jika akan pergi. Namun saat bunga mengambil keputusan pergi maka tak ada harapan untuk kembali. Bagi bunga, sekalipun mantan sudah berubah menjadi baik, jika untuk mengulang hunumbungan kembali rasanya tidak akan sama dan tidak akan nyaman. Jika orang lain memilih mempertahankan yang sudah di kenal baik buruknya walaupun tidak sehat hubungannya, maka bunga memilih lebih baik mengenal orang baru dan belajar dari pengalaman yang sudah terjadi. Kita tidak akan mendapat hubungan yang berkualitas jika hanya mengandalkan ketakutan sebelum mencoba.
Sungguh menyebalkan, saat bunga sudah mulai move on aldi selalu kembali menghubungi. Mengatakan bunga wanita yang mudah mencari pengganti. Mengatakan bahwa bisa dilihat siapa sebenarnya yang tidak setia. Bunga santai menanggapi kicauan dari mulut aldi. Bunga mengatakan sejujurnya siapa orang-orang yang kini dekat dengannya. Bunga sudah terbiasa menghadapi aldi. Sudah tidak lagi terbawa perasaan. Bunga mulai mengajak bercanda aldi. "Bunga kan udah cerita nih sekarang dekat sama siapa, sekarang bunga tanya dong mas aldi deket sama siapa?" Grrrrrrrrr jawaban bijak keluar dari si aldi "saya ini gak punya sosmed, saya gak dekat sama siapapun bunga. Saya bukan laki2 yang mudah jatuh cinta, sekalipun dekat dengan siapapun tdk ada yang bs saya rasakan saat nyaman sama kamu. Saya saat ini tidak fokus cari penggantimu, saya fokus karir dan keluarga saya saja". Bunga hanya mengangguk2an kepala saja. Sambil mengingat kembali masa pacaran tidak peenah menuntut apapun dari aldi. Makan ditempat murah, kepanasan, kehujanan, kehabisan bensin, motor gak punya juga pinjam. Yaaa seringkali aldi berteriak di muka bunga sambil bilang dia yg menemani bunga dari 0 sampai saat ini, tanpa dia mengingat bahwa bunga tetap menemaninya meskipun tak punya apa-apa. Mungkin aldi lupa saat bunga pengangguran diabaikan, saat bunga masuk kedinasan aldi memohon kembali.
Tak lama ada DM masuk memberitahukan bahwa ada akun bernama aldi meminta kenalan teman saya. Dan gak lama juga ada wanita yang sebenarnya adalah ceweknya aldi tp tak diakui. Karena setiap ditanya aldi jawabnya tidak punya pasangan 😂. Ya bunga kembali tertawa terbahak-bahak bertanya ada permainan apa lagi ini. Pernah merasakan malu luar biasa, saat aldi membahagiakan bunga dengan kebohongan. Aldi bilang ke bunga kalo dia dapat nilai nembak terbaik. Yaa bunga bangga, akhirnya bunga membanggakan aldi di status sosial media menyatakan kebanggaanya terhadap aldi yg memperoleh nilai terbaik saat menembak. Ternyata itu berujung memalukan. 😭 Status bunga di komen dengan anak yang namanya vira. Dia adalah pacar juniornya aldi yg bernama panji. Vira mengirim kertas nilai kepada bunga dan ternyata nilai tembak terbaik adalah panji dan si aldi nilainya paling rendah. Tolong lah, tak perlu membahagiakan pasangan dengan kebohongan. Sesungguhnya seorang wanita lebih bahagia bersama pasangan yang apa adanya dari pada mengada ada.
Tidak ada insan yang tak lepas dari kesalahan. Berlian akan tetap menjadi berlian tak akan bisa berubah menjadi tembaga. Tak perlu membalaskan dengan dendam atas kecewa-kecewa yang terlewat. Sangat tidak benar bagi saya jika ada yang menyatakan bahwa orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Faktanya orang baik akan tetap baik. Seperti apapun kejahatan yang menghampirinya, jika dia orang baik maka akan mengahdapi semuanya dengan cara serta sikap terbaik. Teruntuk wanita yang pernah mengalami patah hati dan kenyataan pahit, tetap jadikan diri kalian berarti. Layak dicintai, harus dihargai dan bisa menguasai peranan hati. Bangun kecantikan-kecantikan aecara maksimal dari hati nurani, bukan dari mata dan kaki.
6 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years
Text
PDIP Tuding Pemilu 2009 Tidak Bersih, Elite PD: Silakan Buktikan, Jangan Hanya Tebar Fitnah!
Tumblr media
  KONTENISLAM.COM - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto membahas kembali Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 beberapa waktu lalu. Menurutnya Pemilu 2009 telah memberikan banyak pelajaran bagi bangsa. Indikasinya, disebutkan Hasto Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dinilai banyak berasal dari partai tertentu dan manipulatif terhadap hasil pemilu. Demokrasi kala itu, sambung dia, terkesan menghalalkan segala cara untuk menang. Termasuk dengan memanipulasi data pemilih. “Dengan menjadikan beberapa elemen KPU sebagai pengurus partai, demokrasi menggunakan Bansos sebagai politik elektoral, dan demokrasi mengunakan hukum aparat sebagai alat untuk memenangkan pemilu,” kata Hasto mengawali pertemuan dengan petinggi PDIP dan Gerindra. Partai Demokrat lantas meminta PDIP untuk membuktikan tudingan bahwa Pemilu 2009 dilangsungkan dengan banyak kecurangan dan menghalalkan segala cara. Kader senior Demokrat, Herman Khaeron mengatakan, apabilan PDIP tidak bisa membuktikan pernyataannya, maka hal itu sama saja menebar fitnah di hadapan publik. “Saya kira jangan terus menebar fitnah dan buktikan kalau itu hal-hal yang dicurigai,” katanya pada wartawan, Selasa, 24 Agustus 2021. Bagi Herman, justru pada tahun 2009 saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), asas demokrasi berjalan dengan baik tanpa ada intervensi apapun. “Jelas bahwa semuanya era pemerintahan Pak SBY sangat demokratis tidak ada intervensi,” tuturnya. Lebih lanjut, anggota DPR RI ini berharap tidak ada fitnah yang semata-mata hanya ingin menodai citra Partai Demokrat. “Jangan kemudian untuk menodai partai Demokrat kemudian mengedepankan fitnah-fitnah baru,” pungkasnya. Sebagaimana diketahui, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. Ia adalah Presiden pertama di Indonesia yang dipilih melalui jalur pemilu. SBY bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. [pikiran-rakyat]
from Konten Islam https://ift.tt/3gvw8cW via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/pdip-tuding-pemilu-2009-tidak-bersih.html
0 notes
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Kisah Timses Pilkada Cianjur yang Berakhir Dalam Pasungan
Forbes - Tak pernah ada yang menyangka kesuksesannya mengantarkan calon yang didukungnya menang saat Pilkada 2006 lalu, membawa Ajap (46) ke pasungan. Mantan ketua RT itu kecewa berat karena janji manis yang dilontarkan sang calon tidak terwujud. Ia pun stres. Kisah tentang Ajap yang dikecewakan sang idola sudah menjadi rahasia umum warga Kampung Cidalung, Desa Wangunsari, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur. Perjuangan Ajap sebagai tim sukses benar-benar berhasil mengantarkan kemenangan idolanya di kecamatan tempat Ajap tinggal. Ia diberikan janji bisa dengan mudah menemui calon yang dimenangkannya itu usai Pilkada. Namun ternyata janji itu hanya isapan jempol. "Keterangan dari keluarga, Ajap ini kecewa karena saat datang ke pusat kota Cianjur untuk bertemu calon yang dia menangkan berakhir kekecewaan. Ajap tidak berhasil bertemu idolanya itu," kata Feri, salah seorang relawan Komunitas Sehat Jiwa (KSJ) Cianjur, kepada detikcom melalui sambungan telepon, Kamis (21/3/2019).
Tumblr media
Saat itu Ajap mulai mengalami perubahan perilaku, sikapnya mulai kasar dan beringas. Tidak jarang dia merusak barang milik tetangga, pernah sekali dia menjebol dinding rumah dan mengamuk. "Bagi tetangga dan masyarakat di tempatnya tinggal Ajap mengalami gangguan kejiwaan karena diabaikan oleh pilihannya saat Pilkada sudah bukan rahasia lagi. Semuanya tahu, Ajap dikecewakan oleh pilihannya sendiri," lanjut Feri. Karena tidak ada pilihan keluarga dibantu tetangga kemudian terpaksa memasung Ajap. Pasungan itu dibuat dengan bambu yang diikat tali tambang. Ukuran yang sempit hanya cukup untuk Ajap duduk selonjoran sementara kedua kakinya diimpit bambu. "Atas inisiasi Pak Nurhamid selaku ketua KSJ sudah kita bebaskan pada Rabu (20/3) kemarin, kami dibantu Puskesmas dan warga membawa Ajat ke panti untuk mendapat perawatan yang layak," lanjutnya.
Tumblr media
Sementara itu dihubungi terpisah, Nurhamid Karnaatmaja (55) membenarkan Ajap saat ini dalam perawatan pihaknya. Kondisi pria itu saat ini masih belum stabil. "Kalau ngamuk sih enggak, cuma masih resah dan terlihat gelisah. Di tempat ini dia kita perlakukan secara manusiawi dan berbaur berkomunikasi dengan relawan panti, semoga beliau kembali pulih seperti sediakala," singkatnya. Untuk diketahui, pada Pilkada Cianjur 2006 lalu, pasangan Tjetjep Muchtar Soleh dan Dadang Sufianto terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Cianjur periode 2006-2011. Keduanya merupakan kepala daerah Cianjur pertama pilihan rakyat. Read the full article
0 notes
bayuvedha · 7 years
Text
QATAR BERANI BEDA
REPUBLIKA.CO.ID, Sehari setelah kunjungan Presiden Amerika (AS) ke Riyadh, Arab Saudi, pada 20-21 Mei lalu, penguasa Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani langsung bikin geger sejumlah negara Arab. Geger itu masih berlangsung hingga kini, di media. Gegeran itu bermuara pada pernyataan penguasa paling muda (37 tahun) di enam negara Teluk itu — Arab Saudi, Oman, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar sendiri. Pada upacara lulusan kedelapan wajib militer di lapangan militer di utara Qatar, Sheikh Tamim mengatakan, Qatar sedang menghadapi kampanye hitam (negatif) berbarengan dengan kunjungan Presiden AS ke Riyadh. Kampanye itu, katanya, bertujuan untuk menghubungkan negaranya dengan jaringan teroris. ‘’Kami akan mengejar mereka (pelaku kampanye hitam), baik dari pemimpin negara maupun kelompok, demi melindungi peran Qatar untuk menjaga stabilitas kawasan maupun dunia. Juga untuk menegakkan kehormatan negara dan bangsa Qatar,’’ ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita Qatar QNA. ‘’Kami menyesalkan tuduhan yang menyatakan kami mendukung teroris, meskipun upaya kami yang terus-menerus untuk terlibat dalam koalisi internasional melawan ISIS.’’ Menurutnya, bahaya sebenarnya adalah perilaku beberapa penguasa yang menyebabkan munculnya terorisme. Penguasa yang demikian, katanya, tidak menggambarkan Islam yang toleran. Mereka, para penguasa itu, hanya bisa mengkriminalisasi semua aktivis yang menuntut keadilan. Ia pun meminta pihak-pihak tententu untuk menghentikan kampanye hitam kepada negaranya. Qatar, katanya, juga tidak pernah mengintervensi masalah negera lain meskipun negara tersebut membatasi hak-hak dan kemerdekaan warganya. Menurutnya, Qatar justru terus berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan banyak negara yang ia katakan akan menjaga Qatar dari ketamakan sebagian negara-negara tetangga. Sejumlah pengamat di Timur Tengah menghubungkan ‘kampanye hitam’ itu  dengan sikap penguasa Qatar selama ini. Sikap yang berbeda dengan kebijakan sebagian besar pimpinan Arab. Misalnya hubungan baik Qatar dengan Iran. Juga sikap lunak Qatar atau bahkan melindungi kelompok-kelompok yang selama ini ‘tidak dikehendaki’ oleh banyak negara Arab. Misalnya Ikhwanul Muslimin, Hamas, dan Hizbullah di Lebanon Tentang hal tersebut, Emir Qatar menjelaskan Iran merupakan penyeimbang di kawasan maupun dunia Islam yang tidak bisa diremehkan. Qatar, menurutnya, mempunyai hubungan yang baik dengan AS dan Iran pada waktu bersamaan. Baginya, tidak ada gunanya menjauhi Iran. Bahkan harus bekerja sama. Apalagi Iran merupakan negara besar yang bisa menjamin stabilitas di kawasan. Mengenai Hizbullah di Lebanon, Sheikh Tamim mengatakan, mereka merupakan kelompok perlawanan terhadap Zionis Israel. Sedangkan Hamas ia sebut sebagai perwakilan resmi bangsa Palestina. Ia pun mengupayakan perdamaian antara bangsa Palestina dan Israel, dengan melibatkan Hamas. Sikap dan pernyataan Sheikh Tamim, terutama tentang Iran, langsung menjadi kontroversi di negara-negara Arab. Sejumlah media Arab pun menyerang pernyataannya. Bahkan Arab Saudi, Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir sempat memblokir akses media Qatar yang didukung oleh pemerintah, seperti stasiun televisi Aljazirah. Beberapa media di Arab Saudi dan Emirat Arab menganggap pernyataan Emir Qatar telah merusak persatuan negara-negara Arab dan dunia Islam. Menyusul kemarahan para pemimpin Arab itu, Qatar — lewat direktur direktorat komunikasi pemerintah, Saif bin Ahmad al Thani — pun mengeluarkan penjelasan. Intinya, pernyataan yang telah menimbulkan pro-kontra itu bukan dari Sheikh Tamim. Namun, dari para peretas yang berhasil membajak kantor berita Qatar QNA. Menteri Luar Negeri Qatar Muhammad bin Abdulrahman al Thani juga menegaskan pemerintahannya akan mengejar dan mengadili para peretas. Ia pun menggambarkan insiden itu sebagai kampanye media yang menyerang negaranya. Kendati Qatar telah menegaskan pernyataan yang dianggap bersumber dari Sheikh Tamim itu palsu alias hoax, namun isu itu terlanjur menggelinding ke berbagai arah. Apalagi beberapa hari kemudian (27/05), Sheikh Tamim mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Iran yang baru terpilih kembali untuk periode kedua, Hassan Rouhani. Dalam permbicaraan itu, kedua pemimpin saling mengucapkan selamat atas datangnya bulan Ramadhan. Sheikh Tamim juga mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Rouhani sebagai Presiden Iran. Kedua pemimpin pun memandang perlu peningkatan hubungan kedua negara di berbagai bidang. Percakapan telepon Emir Qatar dengan Presiden Rouhani itu, seperti dikutip media al Sharq al Awsat, jelas semakin menegaskan pernyataan Sheikh Tamim sebelumnya tentang Iran, Ikhwanul Muslimin, Hamas, dan Hizbullah. Kendatipun, Qatar mengatakan berita yang dialamtkan kepada Sheikh Tamim adalah hoax alias palsu atau bohong. Bagi Mesir dan negara-negara Teluk, masalah Iran, Ikhwanul Muslimin, Hamas, dan Hizbullah adalah sangat sensitif. Iran mereka anggap sebagai penyokong teroris. Bahkan Arab Saudi telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Mereka juga memasukkan Ikhwanul Muslimin, Hamas, dan Hizbullah sebagai kelompok atau organisasi teroris. Sebaliknya, sikap Qatar sering berbeda. Termasuk dengan negara-negara tetangganya yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (Majlis At Ta'awun Al Khaliji), yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Oman, Bahrain, dan Qatar sendiri. Perbedaan yang seringkali membuat geger negara-negara tetangganya. Gegeran kali ini bukan yang pertama. Tiga tahun lalu, tiga negara Teluk —Arab Saudi, Uni Emirat, dan Bahrain – sempat menarik duta besarnya dari Doha (Ibu Kota Qatar). Penyebabnya, penguasa Qatar itu berani mengkritik kebijakan negara-negara tetangganya. Qatar sebenarnya hanyalah negara kecil saja. Posisinya dikepung Arab Saudi di selatan dan Teluk Parsia di perbatasan sisanya. Luasnya tak lebih dari 12 ribu km2. Bandingkan dengan Jakarta yang mempunyai luas 661,52 km2. Penduduknya juga sedikit, sekitar 2,5 juta jiwa. Itu pun warga aslinya hanya sekitar 600 ribu jiwa. Sisanya pekerja asing dari berbagai negara, termasuk sekitar 30 ribu jiwa dari Indonesia. Kendati kecil, jangan tanya kekayaan negara yang terletak di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab itu. Versi World Bank, Qatar merupakan negara terkaya ketiga di dunia setelah Luksemburg dan Norwegia, berdasarkan Pendapatan Nasional Bruto Perkapita (GDP). Pada 2016, pendapatan per kapita Qatar mencapai 93.714,1 dolar atau sekisaran Rp1.218.283.300,00 (memakai nilai tukar rupiah Rp14 ribu per dolar). Sebagai gambaran, pendapatan per kapita Saudi 24.116 dolar, Uni Emirat 39.058 dolar, Kuwait 51.497 dolar, Oman 23.133 dolar, dan Bahrain 22.467 dolar. Sementara itu pendapatan per kapita Indonesia hanya 3.605 dolar (Rp50.470.000,00). Selain kaya, Qatar juga mempunyai pengaruh besar di dunia internasional lewat Aljazeera yang kini telah berkembang menjadi media multiplatform. Selain televisi berbahasa Arab dan Inggris, Aljazeera juga mengembangkan berbagai situs berita. Dengan posisi seperti itu, negara pengekspor minyak dan gas ini mungkin secara ekonomi tidak akan terpengaruh dengan gegeran sekarang ini.  Namun secara politik, negara kecil yang kaya ini akan semakin terkucilkan di kawasan Teluk. Bila kemudian Qatar beraliansi dengan negara-negara lain di luar Teluk, bisa dipastikan kawasan Timur Tengah akan tambah bergejolak, yang dampaknya bisa mendunia.
6 notes · View notes
inanews-blog1 · 6 years
Text
Gaungkan #PrabowoBersamaHTI Bukti Pendukung Jokowi Tidak Cerdas
Inanews - Hari ini para Buzzer pendukung Jokowi-Ma'ruf meramaikan dunia maya dengan Hashtag PrabowoBersamaHTI, fitnah demi fitnah mengikuti hashtag tersebut, sebelumnya hashtag ini dipicu dengan adanya foto dari aktivis muslim menggunakan bendera Tauhid Ar-Roya sambil menunjukkan 2 jari. Selain itu para pendukung Paslon 01 ini pun ingin menutupi isu pembakaran bendera panji Rasulullah bertuliskan Tauhid yang dilakukan oleh oknum Banser pada Minggu, 21 Oktober kemarin, ngotot membela penista agama yang berhasil memecah belah bangsa kemudian berusaha menutup-nutupi dengan hashtag fitnah yang tak beralasan. Sekarang publik sudah bisa membandingkan kualitas para pendukung mana yang ngotot apakah 2 periode atau ganti presiden, pendukung 2 periode kerap kali melakukan aksinya dengan kekerasan dan kebrutalan, sedangkan pendukung Prabowo adalah pecinta aksi damai, para alim ulama tersohor yang kerap kali dipersekusi, dan kaum Milenial yang berpikir kritis bukan berpikir bodoh seperti yang dilakukan para pendukung paslon 01 kali ini. Tidak terima akan dukungan dari warga muslim yang dulunya adalah ormas Islam dengan jumlah jutaan mendukung Prabowo, tiba tiba pendukung petahana mengeluarkan statement yang sangat bodoh! Kenapa? Pasalnya HTI sudah resmi dibubarkan pada tahun 2017, lalu kenapa mereka menaikkan nama HTI lagi? Sedangkan bendera yang digunakan sama sekali bukan bendera HTI, pasalnya Mantan Jubir HTI sendiri pernah berkata bahwa HTI tidak pernah memiliki bendera. Kedua, bukankah yang dibubarkan adalah ormasnya, sedangkan anggotanya tetap berstatus sebagai warga negara Indonesia yang SAH, jadi secara hukum mereka masih berhak berdemokrasi, berhak mengemukakan pendapat serta memilih calon pemimpin yang terbaik menurutnya. Namun para pendukung Pasolongan nomor urut 01 ini ngotot ingin mendiskreditkan hak-hak demokrasi orang yang berseberangan dengannya, jika mereka cerdas, yang diserang bukan pendukungnya tapi argumennya, visi-misinya, dan program kerjanya, bukan malah menggiring opini publik siapa yang mendukung siapa. Andaikan para mantan HTI itu melakukan kesalahan yang berseberangan dengan hukum dan aturan yang ada di negara ini silahkan ditindak secara hukum tapi kan tidak, atau kenapa bukan warga negara Cina yang menyusup ke Indonesia dan memiliki KTP yang di usut? Lahirnya hashtag ini juga merupakan bukti rendahnya Intelektualitas para pendukung paslon 01, serta gagalnya Jokowi dalam memberi arahan kepada para pendukungnya. Yang kedua, Hashtag ini juga membuktikan mundurnya sistem demokrasi di Indonesia, dimana hal yang tidak penting dianggap penting untuk menutupi isu-isu kecurangan yang terjadi menjelang tahun politik menuju Pilpres 2019. Hal ini menunjukkan adanya ketakutan para pendukung petahana untuk terpilih kembali di periode berikutnya, saya yakin mereka semua adalah makhluk berakal namun ketakutan-lah yang membuat mereka melakukan cara apapun untuk menjatuhkan karakter lawan politiknya. Read the full article
0 notes
inginringan · 7 years
Text
Dari Mereka yang di Kebun
Tumblr media
Parang di tangan pria itu mengayun menyabet bagian ujung kelapa muda. Beberapa menit sebelumnya ia telah memanjat sendiri pohon kelapa yang berdiri di kebunnya. Pada jalan matahari menuju sore, musyawarah Pemilihan RT 10 baru saja usai. Pak Tansi, nama pria itu, terpilih kembali secara aklamasi menjadi ketua RT 10. Ini periode jabatnya yang kedua. Tak ada calon lain yang mau maju, jadi ia terus diusung padahal merasa sudah bosan dengan posisi sebagai Ketua RT.
Satu persatu kelapa muda yang selesai dikupas diberikan kepada warga yang baru turun dari rumah panggung miliknya. Saya mengambil kelapa itu satu dan meminumnya langsung dari batok kelapa. Memang rasanya tak pernah meminum kelapa di tempat seperti ini sehingga pengalamannya agak berbeda. Sekeliling adalah kebun pisang, kelapa, kelapa sawit yang seluas 3 hektare. Pak Tansi mengatakan ia punya 9 pohon kelapa jadi di sini, sisanya masih berupa pohon-pohon kelapa kecil. Ia juga tak menjual kelapa tua, itu sebabnya, setiap satu bulan sekali kelapa yang muda ia panjat lalu dijual seharga 3 ribu rupiah.
Pertemuan saya dengan Pak Tansi terjadi ketika sedang melakukan pemetaan sosial di RT 10 bersama dengan kawan-kawan KKN yang lain. Kebetulan di pekan pertama Juli, secara serentak Desa Teluk Pandan mengadakan pemilihan Ketua RT baru. Dan Pak Tansi terpilih kembali di kursi Ketua RT 10 hingga lima tahun ke depan.
Setelah menikmati air kelapa beserta isi, beberapa warga mulai pamit pulang. Saya, Dery, Kukuh bertahan untuk sekadar mengajak ngobrol lebih lama Pak Tansi. Di RT 10 jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat jarang bila tidak dikatakan jauh. Jumlah warga di RT 10 cuma sebanyak 7 kepala keluarga. Sebetulnya 8 karena ada satu rumah memiliki dua kepala keluarga, tapi akhirnya diputuskan tetap dihitung satu. RT 10 merupakan rukun luas yang sekelilingnya penuh dengan kebun-kebun warga yang berhektare-hektare. Jika kebun mereka bernapas, maka pemiliknya bisa jadi lebih bernapas.
Letak RT 10 menjorok jauh ke dalam dari Jalan Pada Idi--kata dalam bahasa Bugis yang berarti “seperti kamu”. Sebuah jalan setapak dipenuhi batu, di tengahnya rumput, lalu di sebelahnya batu lagi untuk lewat kendaraan dari arah sebaliknya. Saya dan Dery yang satu motor sepakat bahwa perjalanan ini adalah perjalanan yang perlu direkam dan dipamerkan ke Instagram Stories.
Pak Tansi bercerita bahwa ia tidak enak menjadi Ketua RT lagi. Sebetulnya ia ini orang baru di sini, belum genap enam tahun ia bertempat di rumahnya sekarang. Pak Tansi membeli tanah di Desa Teluk Pandan enam tahun lalu untuk berkebun sebagai bekal hari-hari depan dan hari tua. Atas dasar itu sebenarnya ia takut kalau-kalau ada kecemburuan sosial dari warga sekitar. 
Sebelum tiba di Desa Teluk Pandan, Pak Tansi sesungguhnya adalah imigran. Ia adalah pekerja sawit di Malaysia sejak 1995 di Tawau. Perkebunan di Tawau memang dikuasai dengan sawit. Banyak jalur tikus menuju pelabuhan Tawau, ini jadi titik cela untuk imigran gelap dari Indonesia menyusup dan mencoba peruntungan di sana.
Pak Tansi bekerja sawit di sana selama nyaris 17 tahun. Ia mengaku punya keinginan untuk memiliki kebun sawit juga di Tawau, tapi oleh pihak otoritas Malaysia melarang seorang imigran memiliki tanah. Dari hal itu, Pak Tansi tak melihat adanya jangka panjang dan itu memperkuat alasannya untuk pulang. 
---
Kami mengobrol terlalu lama di depan sisa-sisa kelapa yang comot ditebas parang Pak Tansi--ia sempat memuji parangnya yang katanya amat rancung. Matahari masih sore dan ia bilang jangan dulu cepat-cepat pulang. Ia lantas mengajak kami kembali naik ke atas rumah, melanjutkan obrolan sambil menyesap secangkir teh. Bu Ratna Wulan, istrinya juga mempersilakan hal sama. 
Rumah Pak Tansi adalah bangunan kayu sepanjang 4x4 meter yang tak memiliki sekat. Ruang tamu dan kamar tidur dipisah dengan puluhan karung padi yang disusun bertumpuk ke atas. Irwan, sulung dari Pak Tansi bilang kalau jumlah segitu cukup untuk bahan beras keluarga selama satu tahun ke depan. Itu sebenarnya masih sedikit karena lebih banyak gagal panen ketimbang yang didapat. Dari 5 hektare sawah diurus hanya ada 1 hektare yang benar-benar panen. Sedang lahan seluas 4 hektare tumbuh sekarat akibat diserang hama berupa tikus.
“Jika malam datang dari pinggir sawah kita bisa dengar tikus-tikus itu makan,” kata Irwan. Akhirnya saya mengerti kenapa di desa tidak pernah ada tikus mati gepeng di jalan raya. Itu pasti karena kesibukan mereka mengerjai sawah petani.
Teh baru lagi diantar Bu Ratna Wulan waktu cerita soal Malaysia dilanjutkan kembali. Kenangan keluarga ini akan Malaysia banyak yang kocak, meskipun tak sedikit juga tentang hal-hal sulit. Kebanyakan kelucuan itu datang karena kelakuan Pak Tansi di Tawau dulu yang perewa.
Tumblr media
Bayangkan saja ada pria berambut gondrong hingga pantat, sedikit-sedikit gemar mengajak berkelahi, nah, begitu dulu Pak Tansi. Kesengakannya berhasil membuatnya ditakuti banyak orang. Pernah satu kali, saking bosan dengan kumisnya yang tumbuh terus-menerus, ia putuskan untuk mencabutnya. Ia cabut kumis sampai setengah di bawah hidung, lalu berhenti dan kemudian menangis. Rasanya sakit sekali, ingat Pak Tansi. Hari itu setiap bertemu orang dan ada yang menertawainya, Pak Tansi mengajak orang itu berkelahi. Mungkin banyak yang ingin bilang, Tolong kalau buat humor itu jangan berlebihan, Pak!
Tak mau kalah, Bu Ratna Wulan juga membongkar cerita suaminya. Bahwa dulu si Bapak pernah hampir menikahi perempuan usia 14 tahun di Malaysia. Saat itu Bu Ratna Wulan pulang bersama sulungnya ke kampung. Ditinggal sendiri membuat Pak Tansi jadi semakin liar. Idenya adalah menikahi gadis muda di kampung dengan persiapan dana 5 ribu ringgit. Setelah disetujui oleh keluarga mempelai dan akad dilangsungkan keesokan harinya, sialnya, Pak Tansi tiba-tiba teringat sesuatu. Ingatan berupa kenyataan bahwa ia telah memiliki istri dan anak yang sedang berada di kampung. Seketika Pak Tansi merasa bersalah dan meminta pernikahan ditunda. Untuk bisa pulang kampung, ia pun beralasan dengan bilang mendapat kabar bahwa neneknya meninggal.
“Iya benar, neneknya meninggal. Tapi itu kejadian sudah lama,” kata Bu Ratna Wulan.
Itu belum lagi kebiasaan Pak Tansi yang kerap memuda-mudakan umurnya. Antara satu tempat dengan tempat lain umurnya bisa tercatat jadi lebih muda. Kiranya ini juga bagian dari kenakalan-kenakalan dia untuk dapat menikahi perempuan muda. Sekarang ini jika Bu Ratna Wulan mendengar Pak Tansi ingin poligami, ia tertawa saja. Pak Tansi sekarang lelaki tua yang berumur 49 tahun dengan dua gigi ompong di depan. Mereka juga sudah memiliki tiga anak yang besar-besar. Bahasan poligami tidak lebih dari obrolan lelucon yang mereka sukai.
Teh yang disajikan sudah dingin dan habis. Dari jendela kayu tampak matahari semakin turun dengan pendar cahaya yang makin menguning. Kami sadar ini waktu yang tepat untuk kami pamit pulang. Tidak mungkin sampai gelap masih di sini, di luar burung-burung sudah mulai berkerumun dan terbang rendah, langit dan jalan setapak itu pasti makin tidak kelihatan.
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Sebab Virus Tak Bisa Dituduh Kadrun.
Tumblr media
 OLEH: RACHLAND NASHIDIK   INILAH awalnya: BEM UI menyebut Jokowi "King of Lip Service". Kontan, pendengung  Jokowi ramai-ramai menuduhnya binaan Cikeas. Padahal dalihnya cuma satu unggahan di media sosial yang isinya menyebut bertemu Ibu Ani Yudhoyono di Istana Negara. Leon Alvinda Putra, kini Ketua BEM UI, mengunggah pengalamannya itu ke media sosial saat dia pelajar kelas dua SMP. Pada tahun 2103 itu dia memenangi kompetisi karya tulis dan diberi penghargaan di Istana Negara. Orang yang pertamakali menuding Leon binaan Partai Demokrat adalah seorang Komisaris BUMN. Seorang pendengung di kubu Jokowi yang dulu pernah berjualan jam tangan imitasi. Netizen gemuruh: kok bisa orang macam itu diangkat jadi Komisaris BUMN? Saya menggugat pertanyaan Netizen tersebut. Kenapa heran sales jam tangan imitasi pada masa ini bisa jadi Komisaris BUMN, bila tukang mebel bisa dipilih jadi Presiden? Bukankah demokrasi tidak menyoal Anda datang dari mana, apa latar sosial atau profesi Anda? Ciri dari demokrasi yang berfungsi adalah siapa saja berhak jadi Presiden. Maling dan pemuka agama, sales jam imitasi atau tukang mebel, di mata demokrasi punya hak politik yang setara. Mana profesi yang lebih penting atau mulia bukan urusan demokrasi. Ini empirisme yang mungkin tak merdu di telinga. Tapi pertanyaan penting dalam demokrasi memang bukan siapa anda, melainkan: apa tujuan anda? Sebenarnya Anda mau berbuat apa bagi kepentingan publik? Jadi kenapa heran? Kenapa menuduh saya menghina? Pengalaman Amerika Saya tidak memandang rendah profesi tukang mebel. Semua profesi baik dan pasti membutuhkan keahlian tersendiri yang orang lain belum tentu mampu. Tapi apakah tukang mebel yang sukses menjadi kaya raya bakal berhasil bila mencoba menjadi, misalnya, pedagang sayur? Bisa dicoba. Bakal berhasil? Belum tentu. Kalau menjadi Presiden? Ini pekerjaan yang jauh lebih berat dari pedagang sayur. Bakal gagal? Belum tentu. Yang penting, bila terpilih, buktikan saja Anda memang mampu -- setidaknya mewujudkan janji-janji kampanye Anda. Tentang hal itu, sejarah politik Amerika Serikat punya beberapa contoh. Steve Jobb sukses luar biasa sebagai "tukang komputer". Hingga wafat, ia tak pernah berpindah profesi jadi Senator atau mencalonkan diri jadi Presiden AS. Tapi sepanjang sejarah planet bumi ini, ia akan terus dikenang dengan hormat sebagai "tukang komputer" yang sangat sukses. Buah karyanya dicari dan dimiliki dengan bangga oleh mungkin sekurangnya setengah penduduk dunia. Jimmy Carter: Di masa lalunya ia pernah meneruskan profesi Ayahnya sebagai petani kacang. Tapi karirnya lebih sukses dalam bidang politik: menjadi Senator, Gubernur, lalu dipilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-39. Meski pada pemilu selanjutnya Carter gagal mendiami kembali Gedung Putih, tapi ia kemudian mendapat Nobel Peace Prize untuk pengabdiannya yang berhasil dalam bidang demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Sebaliknya dengan Trump. "Tukang properti" ini sama-sama dipilih satu periode, namun ia meninggalkan Gedung Putih dengan noda pada demokrasi Amerika Serikat. Di masanya, rakyat AS dibelah: kulit putih atau berwarna, "penduduk asli" atau "imigran", bukan muslim atau muslim, tak bermasker atau bermasker. Donald Trump sibuk dengan "making America great again" dan memandang ringan bahaya pandemi Covid-19. Akibatnya, jumlah warga AS yang terpapar melonjak hingga pernah menjadi yang tertinggi di dunia. Hanya setelah Joe Biden berhasil mengambil alih Gedung Putih, barulah AS mampu mengumumkan kemenangan melawan pandemi. Tapi itu setelah rakyatnya menolak mentah-mentah keinginan Trump mendapat perpanjangan masa jabatan. Rakyat AS menggunakan pemilu untuk mengusir Trump dari Gedung Putih. Begitulah hubungan profesi dan demokrasi punya riwayat berbeda-beda. Namun dalam setiap riwayatnya, kompetensi adalah jembatan yang menentukan. Politik "Orang Baik" Bagaimana dengan Joko Widodo di Indonesia? Jokowi adalah "orang biasa", bukan elit politik atau elit militer. Lulus dari Fakultas Kehutanan UGM, ia menjadi "tukang mebel" yang sukses, tapi lalu banting setir jadi politisi. Dua kali dipilih jadi Walikota Solo, periode kedua tak ia selesaikan. Pada 2012 ia mengikuti pemilihan Gubernur DKI yang ia menangi. Baru dua tahun menjalankan mandat sebagai Gubernur DKI, pada 2014 ia lompat mengikuti pemilihan Presiden. Lawannya adalah Prabowo Subianto, elit militer sekaligus elit politik. Masa lalu Prabowo dikepung oleh sangkaan publik bahwa dia terlibat atau bertanggungjawab dalam kasus-kasus pelanggaran HAM, penculikan aktivis, kejahatan rasial, hingga upaya kudeta pada mertuanya, Jenderal Soeharto, mantan diktator Orba. Dibanding Prabowo, Jokowi bukan saja "orang biasa". Ia juga "orang baik". Setidaknya begitulah lukisan juru kampanyenya yang agresif pada Pemilu 2014. Ia tak punya "historical baggage" sebagai pelanggar HAM. Sebaliknya, semasa masih Walikota, ia disebut-sebut berhasil memindahkan pedagang pasar ke tempat baru tanpa paksaan, "cuma dengan dialog". Dan Jokowi sangat menghayati perannya sebagai Gubernur DKI. Hari ini ia berfoto memasuki gorong-gorong. Besok berpose menjadi tukang tambal ban. Lain hari jongkok di rel kereta api sambil kelihatan berpikir keras. Di foto lain, Jokowi tampak tak bersepatu menaiki bahu tembok beton. Saat itu Jakarta dilanda banjir. Ia berkemeja putih dengan lengan digulung. Ujung celananya naik setinggi lutut. Entah kenapa ia tak melangkah menaiki anak tangga di sebelahnya saja, yang sebenarnya tak direndam banjir. Orang cuma tahu, gubernur Jakarta ini kemudian menyatakan: lebih mudah menangani banjir di Jakarta bila ia menjadi Presiden. Begitulah, profil Jokowi ditampilkan jauh berbeda dari Prabowo Subianto. Pendek kata, karena Jokowi adalah "orang biasa" -- maka "Jokowi adalah kita". Karena Jokowi adalah "orang baik" -- maka "orang baik (harus) memilih orang baik". Begitulah bunyi kampanye itu. Pada pemilu 2014, "orang baik" ini dipilih rakyat jadi Presiden RI ke-7. Presidential Threshold Pada pemilu 2019, Jokowi kembali bertanding dengan Prabowo dan ia menang lagi. Bumbu utama dalam resep kemenangannya adalah Presidential Treshold 20%. Treshold ini ditetapkan pertama kali pada Pemilu 2009 oleh prakarsa PDIP dan Golkar, diikuti oleh partai-partai lain di DPR. Analis menduga, tujuan sebenarnya adalah menutup pintu kesempatan bagi SBY untuk kembali mencalonkan diri. SBY dipilih jadi Presiden RI ke enam pada Pemilu 2004. Padahal partai Demokrat, partai baru pada pemilu kala itu, cuma meraih 7% suara. Bila Presidential treshold pada Pemilu 2009 meroket jadi 20%, kemungkinannya Demokrat gagal memenuhi syarat. Dus, SBY tak bisa kembali mencalonkan diri untuk periode kedua. Begitu mungkin rencananya. Tapi sejarah punya kehendak berbeda. Demokrat justru menjadi pemenang pemilu 2009. Popularitas SBY membuat Demokrat meraih hampir 22% kursi DPR. SBY berhak kembali mencalonkan diri. Ia dipilih lagi menjadi Presiden RI dengan landslide victory. Kalau begitu, apa masalahnya dengan Jokowi? Bukankah treshold 20% ini digunakan dalam semua Pemilu sejak 2009? Masalahnya: pemilu Indonesia sampai 2014 dilaksanakan terpisah dalam dua tingkat. Pemilihan anggota legislatif lebih dulu. Baru meningkat ke pemilihan presiden. Dicari dulu partai mana saja yang memenuhi syarat untuk mengusung calon Presiden. Baru kemudian pemilihan Presiden dilaksanakan. Itu berbeda dengan pemilu 2019. Mahkamah Konstitusi dalam kurun waktu ini sudah menetapkan bahwa pemilihan anggota legislatif harus dilaksanakan serentak dengan pemilihan presiden. Dalam keadaan baru ini, Presidential Treshold dalam pemilu 2019 sebenarnya mustahil diteruskan. Bagaimana caranya mendapatkan partai yang berhak mengusung calon presiden, bila pemilihan anggota legislatif dilaksanakan pada waktu yang sama dengan pemilihan presiden? Tapi presiden Jokowi dan partai anggota koalisinya punya akal untuk memanipulasi kemustahilan itu. Gunakan ulang saja hasil pemilu 2014! Dengan begitu, PDIP sudah pasti memenuhi syarat untuk mengusung calon presiden. Perolehan Banteng moncong putih ini di pemilu 2014 adalah 18%. Tinggal cari satu lagi saja partai untuk diajak berkoalisi, maka presidential treshold 20% bukan masalah. Tak pelak, Presidential Treshold yang dipaksakan ini memaksa partai-partai menengah dan kecil berkerumun di sekitar PDIP atau Partai Gerindra. Dua partai dengan perolehan kursi DPR terbanyak dalam Pemilu 2014. Hampir tak ada kemungkinan bagi koalisi lain yang mencukupi di luar dengan PDIP dan Gerindra. Pada kenyataannya, begitulah cara Jokowi kembali menghadapi Prabowo dalam pemilu 2019. Dua kali pemilu, dua calon presiden saja, tetap Jokowi melawan Prabowo. Seolah Indonesia, bangsa yang besar ini, kekurangan stok pemimpin. Politik Penyingkiran Tapi dalam pemilu 2019, Jokowi bukan lagi "orang biasa". Ia adalah Presiden yang sudah berkuasa selama 5 tahun: ia kini sudah memiliki "historical baggage". Di antaranya: Indonesia yang sebelumnya dijuluki "a vibrant and healthy democracy", di bawah kekuasaannya kini dinilai mengalami "democratic regression". Begitu kalangan akademisi menyebut. Sebagian dari mereka menilai Indonesia di bawah Jokowi menerapkan "illiberal democracy", yaitu demokrasi yang ditandai hanya oleh adanya pemilu, namun minus perlindungan hak-hak sipil. Masalah lain: Hampir seluruh janjinya di masa kampanye pemilihan presiden 2014 belum dipenuhi. Menyediakan listrik 35 ribu MW dalam 5 tahun, misalnya. Kini, 7 tahun berlalu sejak kebijakan itu dicanangkan, pembangkit listrik yang beroperasi baru sekitar 20%. Hutang luar negeri terus meroket sejak periode pertama Jokowi. Dalam kurang lebih enam tahun, Jokowi membuat utang baru sekitar Rp 4000 Triliun. Padahal sebelumnya ia mencibir utang luar negeri dan menyatakan akan menyetopnya. Hal-hal itu sebenarnya sudah cukup untuk menyoal kompetensinya sebagai pemimpin. Namun suara suara kritis yang mulai muncul saat itu masih sangat lirih. Pada pemilu 2019, Jokowi kembali memenangi pemilu sebagai "orang baik": ia menjadi antitesa dari Prabowo yang memanfaatkan kengerian politik identitas. Namun setelah ia memenangi pemilu, bahkan setelah menarik Prabowo ke dalam kabinetnya, ketegangan dan keterbelahan politik tidak ia akhiri. "Kadrun", "Taliban", "Islam radikal", katagori politik yang dulu mengantarkan kemenangannya dalam pemilu, terus membelah masyarakat hingga kini, hampir seperti suatu histeria. Ketika Jokowi dikritik melemahkan KPK dan membahayakan pemberantasan korupsi, kawanan pendengung Jokowi menuduh KPK diisi dan dikendalikan oleh "Taliban". Namun seorang penyidik yang disingkirkan dari KPK membantah telak tudingan itu. "Saya Saliban", katanya. Saya kristen". Penyidik lain juga membantah: "Bila tuduhan Taliban itu benar, mana bisa saya bekerja di KPK?" Ia beragama Budha dan dilahirkan dari keluarga Tionghoa. Ketika enam warga sipil ditembak mati oleh polisi, Jokowi hampir seperti mengamini. Kata Jokowi, "Masyarakat tidak boleh bertindak semena-mena dan melakukan perbuatan melanggar hukum yang merugikan masyarakat, apalagi bila perbuatannya sampai membahayakan bangsa dan negara". Jokowi juga mengingatkan bahwa "aparat dilindungi oleh hukum" dan mengimbau agar mereka "tak gentar sedikitpun dalam menegakkan keadilan". Padahal ini adalah kasus extra-judicial killing. Padahal ini adalah kasus death on custody. Namun soal genting ini seolah dengan sengaja diabaikan. "Kadrun": begitu kata kawanan pendengung Jokowi tentang enam anak muda anggota FPI tersebut. Dalam kasus lain, Jokowi mengeluarkan Perppu untuk mengubah dan mengganti UU Ormas. Dengan itu, kekuasaan eksekutif bisa membatalkan hak atas kebebasan berserikat, hak konstitusional semua warga negara, hanya dengan selembar surat keputusan menteri. Tak perlu lagi pengadilan. Ini mengulang langgam otoritarianisme Orde Baru. Padahal adalah gerakan reformasi yang mengembalikan kewenangan itu ke tangan hakim. Tapi lagi-lagi, hal genting ini diacuhkan karena organisasi yang dibubarkan adalah HTI. "Organisasi Islam radikal". Bagaimanapun, politik tangan besi Jokowi pada FPI dan HTI mungkin saja berhasil menguatkan profil politik yang dikehendakinya di mata penduduk minoritas, yakni sebagai pembela Pancasila, NKRI dan kemajemukan. Namun pada kasus KPK, jelas sekali semua itu sebenarnya mantra dalam politics of exclusion. Cara untuk menyingkirkan para penyidik yang jujur dan berani, setelah Undang-undang KPK direvisi untuk membuatnya kehilangan independensi. Ini, pembaca yang budiman, sama sekali tidak berhubungan dengan perlindungan kemajemukan. "Taliban", "Kadrun", "Islam radikal", kelihatannya  akan terus bergema sepanjang kekuasaan Jokowi. Mantra politik ini berguna untuk menyingkirkan lawan-lawan politik -- atau untuk melindungi Jokowi dari sorotan kritis terhadap kompetensinya? Pandemi Pandemi yang dua tahun lalu datang mengepung Indonesia adalah malapetaka yang sama sekali tidak terduga. Virus Covid-19 terus bermutasi, makin cepat menyebar, merampas makin banyak nyawa, dan secara efektif mendakwa kompetensi Jokowi beserta pemerintahannya. Kali ini, kawanan pendengung Jokowi mati gaya. Sebab virus tak bisa dituduh "Kadrun", "Taliban" atau "Islam radikal". Jokowi mestinya sadar bahwa penanganan pandemi harus menjadi prioritas. Pertama dan terutama untuk menyelamatkan nyawa warga negara. Namun ketika pandemi baru tiba, Jokowi justru cenderung lebih berusaha menyelamatkan ekonomi. Seperti Trump di AS, Jokowi pun awalnya mengentengkan serangan Virus Covid-19 ini. Alih alih menerapkan karantina wilayah, Jokowi membuat kebijakan PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, Pembatasan Sosial Berskala Mikro atau Kecil (PSBM/PSBK), Pembatasan Sosial Kampung Siaga (PSKS) dan kini PPKM Darurat. Itu semua adalah kebijakan ompong yang mewakili kebimbangan Jokowi untuk mendahulukan keselamatan warga negara dari ekonomi. Apakah itu karena negara tak punya uang? Apakah muasal penolakan Jokowi pada karantina wilayah (lockdown) adalah karena menurut perintah Undang-Undang ia harus menaruh nasi ke piring rakyatnya selama dikunci di rumah? Belum tentu, sebab Jokowi dalam APBN 2021 justru menambah anggaran pembangunan infrastruktur menjadi Rp 417, 8 triliun -- naik sekitar 48% dari Rp 281,1 triliun di tahun 2020. Sementara anggaran bagi kesehatan dan sosial justru diturunkan secara drastis. Pembangunan infrastruktur: inikah penyebab Jokowi bimbang mendahulukan keselamatan rakyatnya? Atau mungkin ia berpikir, prioritas menangani pandemi akan merontokkan ekonomi, lalu meruntuhkan pemerintahannya? Apapun, sekarang keadaan sudah kasip. Semua orang marah, frustrasi dan putus asa. Serangan virus ini tak pilih bulu. Makin ke sini, makin jelas bahwa "orang baik" ini inkompeten. Bukti di depan mata. Fasilitas kesehatan kolaps. Tenaga kesehatan ratusan tewas, selebihnya sangat kelelahan. Makin banyak warga mati karena tak mendapat pertolongan. Rumah sakit dimana mana penuh. Fasilitas dan layanan ICU sangat terbatas. Tabung oksigen langka. Orang mati di jalan atau di kendaraan saat mencari Rumah Sakit. Atau di rumah saat keluarganya berada dalam antrian panjang untuk membeli tabung oksigen yang terbatas. Dan jumlahnya akan terus bertambah. Ini bukan takdir Tuhan. Ini kegagalan manajemen. Ini kekeliruan kebijakan. Mungkin jumlah warga terpapar bisa dibatasi oleh kebijakan PPKM darurat. Tapi faskes yang terlanjur kolaps sudah pasti akan membuat jumlah warga yang tewas terus meningkat dalam beberapa pekan ke depan. Dan seruan yang dulu lirih itu, bahwa Jokowi tidak mampu, mungkin akan jadi pekik teriak di jalanan.
from Konten Islam https://ift.tt/3xzYQ2K via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/07/sebab-virus-tak-bisa-dituduh-kadrun.html
0 notes
perajutmimpi · 7 years
Text
#Parenting
Contoh mendidik dan membesarkan anak anak 🤗
10 Anak Gubernur Sumbar Semuanya Hafal Al-Qur'an Juni 29, 2017
Opini Bangsa - Salah satu sosok yang pantas diteladani adalah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. Ditengah kesibukan berbagai aktivitas, Irwan berhasil mendidik putra-putrinya dan tumbuh menjadi penghafal Al-Qur'an.
Berikut ini kisah lengkap perjalanan hidup Gubernur Irwan Prayitno dikutip dari situs irwan-prayitno.com
Masih kuliah S1 di Universitas Indonesia (UI) 1985 lalu, Irwan Prayitno sudah menikah. Tepatnya sekitar 31 tahun yang lalu, di usianya yang ke-22, dia mempersunting seorang wanita bernama Nevi Zuairina. Seorang gadis yang juga mahasiswi di kampus tersebut. Dia mahasiswi semester tiga.
Hampir setahun kemudian, masih kuliah juga, Irwan dikaruniai seorang anak. Sejak itulah dia harus berpikir lebih keras bagaimana mencari nafkah. Semua peluang dimaksimalkan. Mulai dari mengajar SMA-SMA swasta hingga berdakwah dari masjid ke masjid.
Pada 1988 setelah tamat kuliah dia istri serta anak pindah ke Padang, mulai merintis Yayasan Pendidikan Adzkia. Awalnya cuma berupa lembaga kursus. Lama-lama berkembang dan membuka taman kanak-kanak, dan perguruan tinggi. Karena lama membina mengembangkan yayasan, membuat dia semakin mapan, 1995 Irwan melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Universitas Putra Malaysia (UPM) Selangor. Anak dan istri juga dibawa.
Dia juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Seiring berjalan menulis banyak buku. Meraih gelar profesor. Pada 1999 Irwan jadi anggota DPR tiga periode. Periode ketiga dia cuma setahun karena terpilih menjadi gubernur. Sekarang jabatan gubernurnya sudah periode kedua.
Hidup Irwan Prayitno, berpindah-pindah. Sibuk luar biasa. Namun demikian, sepuluh anaknya semua menghafal Al-Qur'an (Hafiz) dan berhasil menduduki bangku perguruan tinggi ternama di Indonesia bahkan di luar negeri.
Bagaimana Irwan Mendidik Anaknya?
Hal menarik dari keluarga Irwan adalah tanpa memiliki pembantu rumah tangga, di tengah rutinitasnya yang begitu sibuk.
Kuliah sambil bekerja, mendirikan yayasan, melanjutkan pendidikan, jadi dosen, jadi anggota dewan, hingga menjadi gubernur.
Bahkan ketika sedang kuliah S2 dan S3 di Malaysia dia sudah memiliki lima anak, tapi sempat juga berdakwah ke London, Inggris. Tugas-tugas perkuliahan dikerjakan di perjalanan, dalam mobil, pesawat dan kereta api.
“Yang penting itu orang tua harus punya rasa tanggung jawab kepada anaknya. Rasa tanggungjawab itu diwujudkan dalam bentuk kepedulian,” tutur Irwan asli Taratak Paneh, Kecamatan Kuranji, Padang itu.
Sesibuk-sibuk apapun orang tua, karena dalam dirinya punya tanggungjawab, pasti dia peduli dengan anaknya. “Menyisihkan waktu untuk ketemu, untuk menelepon, dan SMS, untuk bersamanya. Sesibuk-sibuk apapun,” katanya.
Orang sibuk itu pasti punya rumah tempat dia kembali, istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Walau pulang sudah larut malam, kemudian anak-anak sudah tidur, pasti subuh mereka sudah bangun.
Mereka masih di rumah, sebelum berangkat sekolah. “Kita kan juga ada di rumah. Pasti ketemu tiap hari. Kalau pun dinas ke luar daerah seperti ke Jakarta kan tidak tiap hari,” katanya.
Bangun tidur itu, setelah shalat subuh berjemaah, bisa berbincang-bincang dengan anak. “Kasih nasihat, ya ngobrol apa saja, tentang sekolah dan lainnya,” ujarnya.
Pulang malam juga tidak tiap hari. Kadang sore juga sudah pulang, ketemu juga dengan anak. Jadi, kalau orang bertanggungjawab pas-ti ada pikiran terhadap anak.
“Anak saya di Jakarta. Seminggu sekali saya tugas ke Jakarta. Tidak mungkin dari pagi, siang, hingga malam rapat bersama menteri. Pas malam kan bubar. Saya telepon anak untuk makan malam. Ketemu, ngobrol agak sejam,” katanya.
Itu baru di segi waktu fisik saja, sambung Irwan, sekarang teknologi komunikasi sudah canggih. Sudah ada aplikasi Whatsapp (WA) di HP. “Habis ini saya ingin naik mobil ke Bukittinggi. Dalam perjalanan kalau tidak menelepon, pasti buka WA. Ya udah komunikasi. Jadi setiap saat saya tahu di mana kesepuluh anak saya itu berada, lagi ngapain,” katanya.
📖 t.me/InspirasiAlQuran
“Urusan dengan ibunya ada pula. Kalau urusan minta-minta uang itu sama saya. Uang jajan, uang harian, begitu pun dengan minta isikan pulsa, dan lainnya. Komunikasi terus. pas komunikasi itu nanti masuk pesan, nasehat, jadi terkontrol semua anak-anak saya,” ujarnya.
“Saya punya anak sepuluh yang sudah nikah tiga. Ada yang di UI, IPB lagi ngapain, ada yang kehilangan dompetnya. Yang di UI baru selesai Sabtu lalu, yang di IPB baru ujian tengah semester, yang ekonomi lagi magang, tadi pagi yang SMA kelas tiga dengah ujian,” katanya.
10 anaknya yakni Jundi Fadhlillah pernah kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Jurusan Manajemen dan di Southern New Hampshire University, US.
Kedua, Waviatul Ahdi di Fakultas Kedokteran Gigi UI. Ketiga, Dhiya’u Syahidah di SBM ITB, Westminster University, UK.
Keempat, Anwar Jundi kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB.
Kelima, Atika kuliah di FE UI.
Keenam, Ibrahim kuliah di Jurusan Teknik Kimia UI.
Ketujuh, Shohwatul Islah di SMA 1 Padang.
Kedelapan, Farhana di SMA 1 Padang.
Kesembilan, Laili Tanzila di SMPIT Adzkia.
Kesepuluh, Taqiya Mafaza di SDIT Adzkia.
PENDIDIKAN AGAMA
BAGI IRWAN DALAM MENDIDIK ANAK ITU CUMA SATU YAITU AGAMANYA. KALAU SUDAH AGAMANYA DIDIDIK, SUDAH AMAN, INSYA ALLAH.
“Shalatnya, baca alqurannya, belajar agamanya, ya udah, itu aja. Makanya anak saya ketika di pendidikan dasar dan menengah di pesantren semua,” ujarnya.
Dengan tahu agama mereka jadi baik kepada orang tua. Mereka tahu cara belajar dengan sungguh-sungguh. “Jadi tidak perlu diatur, disuruh-suruh, nggak macam-macam, nggak nakal-nakal. Karena agama semua,” ujarnya.
Istrinya Nevi sampai anak ketujuh murni ibu rumah tangga. Sejak anak kedelapan, sembilan, sepuluh, mulai bisnis. “Ketika yang paling kecil sudah masuk TK, ya ibunya buka restoran 6 buah, minimarket 5 buah, ada bisnis properti. Ada banyak usahanya, macam-macam,” ujar Irwan.
MENCUCI BAJU
Dalam mendidik anak, Irwan tidak ada mengenal kata susah. Susah dan tidak susah itu berasal dari diri sendiri, bukan pada anak-anak. “Kalau diri sudah mengatakan susah, semuanya susah. Hujan kalau hati susah, susah juga. Panas susah saja. Sebaliknya kalau kita menganggap hujan senang, panas senang, kan tidak ada yang susah,” katanya.
Misalnya anak nangis, kalau hati mengatakan susah, ya susah juga. “Tapi kalau saya anak menangis, senang. Alhamdulillah. Ndak apa-apa nangis, namanya anak-anak, biasa. Kalau orang besar nangis itu baru masalah. Kalau kita nggak ikhlas punya anak ya susah semua,” katanya.
Semua dilakukan bersama istri. Tidak mungkin sendirian, soalnya tidak ada pembantu. “Minimal saya cuci baju, istri saya memasak. Antar jemput sekolah saya. Ketika sudah di DPR baru pakai sopir. Tapi sebelum di DPR, di sini (Padang) saya antar jemput anak sekolah. Pakai motor atau mobil,” katanya.
Setelah panjang wawancara, jam sudah menunjukkan pukul 16.10 WIB.
“Apalagi, cukup?” kata Irwan yang terlihat hendak mengakhiri pembicaraan.
“Kalau masih ada nanti ditelepon saja. Bisa, nanti saya sisihkan waktunya,” kata Irwan sambil bersiap berangkat ke Bukittinggi. [opinibangsa.id / imi]
Sumber: http://www.opinibangsa.id/2017/06/10-anak-gubernur-sumbar-semuanya-hafal.html
Diforward dari grup whatsapp keluarga
🌻🌼🌷
0 notes
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Membaca Arah Politik Abdi Negara
Forbes - Menyambut tahun politik, ragam ekspresi para Aparatur Sipil Negara (ASN) mulai terlihat. Dari berterus terang maupun diam-diam mendukung calon presiden. Mereka begitu hati-hati di tahap ini. Harus cari aman sambil mengakali aturan. Sikap itu terpaksa dilakukan. Lantaran para abdi negara itu terikat pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Lebih rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dua aturan ini memerintahkan agar ASN menjaga netralitas. Tidak mengekspresikan pilihan politik dalam ruang publik. Nyatanya itu sulit terwujud. Apalagi di era serba digital. Banyak di antara mereka tak sadar melanggar aturan. Bahkan sampai ungkap kekecewaan atas kebijakan dibuat pemerintah. Seperti dirasakan salah seorang pejabat di kementerian. Sudah 14 tahun jadi ASN, dia mengaku hidupnya tak ada perubahan di bawah rezim Joko Widodo, presiden sekaligus petahana di Pilpres 2019. Tak ada kebijakan pemerintah menguntungkan. Selama empat tahun memerintah, baru sekali menikmati kenaikan gaji. "Zaman Jokowi ini 4 tahun enggak naik. Baru kemarin pas Desember ada pengumuman kenaikan gaji setelah 4 tahun," ungkap PNS berinisial R itu kepada merdeka.com akhir pekan lalu. Anggapan kehidupan PNS pasti sejahtera ternyata tidak dirasakannya. Pria itu mengaku, gaji pokoknya justru di bawah upah minimum DKI. Sekitar 3,5 juta untuk golongan III-D. Padahal dia bekerja di kantor pusat. Angin segar kenaikan gaji diungkapkan Jokowi belum dirasakan. Sebab di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY), kabar kenaikan gaji biasanya disampaikan dalam sidang paripurna presiden tiap bulan Agustus. Lalu terealisasi pada Januari tahun berikutnya. Dirinya pesimis bertambahnya nominal gaji bulan depan. Sejak tahun 2008, tiap tahun para abdi negara mendapatkan kenaikan gaji. Meskipun hanya 2 persen dan kerap dirapel pada bulan keempat, tapi disambut suka cita. Di masa SBY pula lahir kebijakan tunjangan sertifikasi. Jumlahnya disesuaikan dengan kinerja tiap pegawai. Dibayarkan pertengahan bulan. Cukup untuk menyambung hidup hingga tanggal gajian. Kebijakan warisan masih ada sampai sekarang. Tetapi R tetap mengeluhkan soal kenaikan gaji. "Pemerintahan Pak Jokowi tidak memberikan kontribusi yang bagus buat kita (ASN), padahal pengeluaran anggaran negara untuk ASN kan memiliki dampak," ungkapnya. Setelah terpilih pada 2014 silam, R menuding Jokowi sibuk melakukan pencitraan. Demi melenggang mulus di pilpres 2019. Misalnya, banyak meresmikan pembangunan infrastruktur dan menganggap sebagai karya sendiri. Padahal perencanaannya dilakukan sejak pemerintahan sebelumnya. Termasuk dengan program bagi-bagi sertifikat rumah, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan BPJS. Inilah alasan R tak ingin Jokowi terpilih untuk kedua kalinya. Dia meyakini Jokowi cukup satu periode. Baginya, Jokowi tak cakap mengurus negara. Pengetahuan mantan Wali Kota Solo ini terbatas. Berbeda dengan capres penantang Prabowo Subianto. Katanya, Prabowo memiliki pengetahuan mumpuni untuk mengatasi beragam masalah bangsa. Berpihak kepada rakyat kecil. Mantan kader Partai Amanat Nasional (PAN) ini melihat dari orasi politik mantan Danjen Kopassus itu kerap menyuarakan agar Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri. Meski begitu dia sadar, Prabowo dan timnya belum tentu bisa lebih baik dari Jokowi. Namun, dia melihat ada harapan. Apalagi dirinya kadung kecewa pemerintahan Jokowi. "Siapa pun penantang Jokowi pasti saya akan pilih. Sekali pun Rhoma Irama nyalon, saya akan pilih dia." Kisah sebaliknya justru dialami Oki. Seorang guru PNS di Jakarta. Di rezim Jokowi, kehidupan Oki berangsur membaik. Tiap tahun dia mendapatkan kenaikan gaji. Besarnya 5 persen dari gaji pokok. Setidaknya tiap bulan dia mendapatkan gaji sampai Rp 13 juta. Jumlah itu sangat cukup untuk membuat dapurnya ngebul dan sekolah anak-anaknya. Dibandingkan rezim sebelumnya, Oki mengaku baru satu kali SBY mengeluarkan kebijakan naik gaji untuk guru. Yakni tahun 2008, menjelang masa kampanye pilpres 2009. Dia ingat betul saat itu masih bertugas di Pandeglang. Tiap bulan dia digaji Rp 4 juta. "Saya merasa lebih sejahtera di zaman Pak Jokowi," kata Oki saat berbincang dengan merdeka.com pekan lalu. Meski begitu, kualitas PNS di rezim Jokowi tak jauh berbeda dengan era SBY. Menurutnya, meski kehidupan guru PNS lebih sejahtera, soal kualitas semua kembali pada tiap individu.
Tumblr media
Peningkatan kesejahteraan guru PNS jadi alasan Oki ingin Jokowi tetap jadi presiden hingga tahun 2024. Dia menilai, Jokowi akan berhasil membangun Indonesia bila diberikan kesempatan memerintah sampai lima tahun ke depan. Alasannya, selama 4 tahu lalu Jokowi menunjukkan kerja nyata. Dia merasa banyak prestasi dibuat Jokowi. Salah satunya tentang banyaknya proyek infrastruktur dibangun. Bukan cuma itu, Oki merasa mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berkomitmen terhadap pemberantasan korupsi. Bahkan Jokowi mengingatkan para guru untuk hati-hati dalam mengelola keuangan sekolah. Jangan sampai dikorupsi untuk kepentingan pribadi. "Secara pribadi saya mendukung Pak Jokowi karena kerja beliau nyata dan terasa," kata Oki. Dukungan PNS di Pilpres Hasil penelitian Lembaga Survei Charta Politika menunjukkan, jumlah PNS pendukung pasangan Prabowo-Sandi unggul dengan persentase 44,7 persen. Sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf hanya didukung 40,4 persen pemilih dari kalangan PNS. Masih ada 14,9 persen pemilih PNS belum menentukan pilihannya. Bila dibandingkan dengan Pilpres 2014, jumlah pemilih Jokowi justru meningkat. Pada pilpres periode lalu, pendukung Jokowi-Jusuf Kalla dari kalangan PNS berkisar di angka 20-35 persen. Sebaliknya, PNS pendukung Prabowo-Hatta mencapai angka 60 persen. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melihat kondisi ini lantaran pada debat pertama Prabowo menyatakan gaji para ASN harus ditingkatkan. Sebab Ketum Partai Gerindra ini menilai, gaji para abdi negara masih di bawah standar dan perlu meningkatkan kesejahteraan. Hal sebaliknya justru diungkapkan Jokowi. Capres petahana ini menyatakan, gaji ASN hari ini sudah cukup menyejahterakan pegawai negara. Apalagi Jokowi kembali menegaskan tentang kebijakan lelang jabatan dan e-budgeting. Kebijakan ini digaungkan sejak kampanye tahun 2014. Kemudian direalisasikan saat menjabat sebagai presiden. "PNS di zona nyaman terganggu dengan sistem lelang jabatan, e-budgeting, dan sulit buat mereka buat bermain," Yunarto menjelaskan. Sebenarnya, kata Yunarto, tidak semua PNS merasa terganggu dengan kebijakan Presiden Jokowi saat ini. Justru kebijakan lelang jabatan disambut PNS muda lantaran senioritas tak lagi memengaruhi kenaikan jabatan. Mereka bisa melampaui para senior. Meski ini bisa menimbulkan gejolak di internal mereka. Sementara itu, Yunarto menilai PNS pemilih Prabowo adalah mereka yang merasa sistem lama lebih menghidupi mereka. Janji peningkatan pendapatan juga turut memengaruhi keterpilihan Prabowo. Tak hanya itu, PNS pemilih Prabowo-Sandi dianggap sudah mengetahui kinerja Jokowi dan merasa kecewa. Sehingga berharap di bawah rezim Prabowo nanti kehidupan mereka akan berubah. Sedangkan kelompok PNS yang menginginkan perubahan sistem dipastikan akan mendukung Jokowi. Sebab, sistem birokrat lama dianggap buruk. Adanya sistem senioritas tak menguntungkan.Sehingga mereka mendambakan perubahan. Lantas selama empat tahun memimpin mereka merasa Jokowi memberikan warna baru dalam sistem PNS. "Jadi ketika mereka ingin perubahan, mereka akan pilih Jokowi," kata Yunarto kata Yunarto menerangkan. Read the full article
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Antara Moderat dan Konservatif, Pemilu Iran Sulit Diprediksi
Teheran (SIB)- Jutaan Warga Iran, Jumat (19/5), menggunakan hak suaranya untuk memilih presiden. Kandidat petahana Presiden Hassan Rouhani berhadapan dengan penantangnya, Ebrahim Raisi, yang beraliran garis keras. Antrean panjang terpantau di tempat-tempat pemungutan suara (TPS). Tayangan televisi setempat menunjukkan antrean panjang di luar tempat-tempat pemungutan suara di beberapa kota Iran. Sekitar 56 juta orang dari total 80 juta penduduk Iran memiliki hak suara. "Semua orang seharusnya memilih dalam pemilu yang penting ini ... memilih pada jam-jam awal," imbau Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, setelah menggunakan hak suaranya di Teheran. "Nasib negara ini ditentukan oleh rakyatnya," imbuh Khamenei. Pemungutan suara diakhiri pukul 18.00 waktu setempat, meskipun seringkali masa pemungutan suara diperpanjang hingga malam hari. Hasil resmi penghitungan surat diperkirakan akan diketahui dalam waktu 24 jam. Selain memilih Presiden Iran, pemilu ini juga untuk memilih anggota Dewan Kota dan Dewan Desa setempat. Rouhani (68) dan Raisi (56) -- yang mantan hakim -- saling melempar tudingan korupsi dan kebrutalan dalam debat langsung di televisi setempat beberapa waktu lalu. Keduanya sama-sama membantah tudingan itu. "Mulai dari Garda Revolusioner hingga para imam Salat Jumat, aliran garis keras, elite pemerintahan yang tidak terpilih, semua mendukung Raisi," tutur seorang mantan pejabat senior Iran kepada Reuters. "Tapi ini keputusan yang berisiko. Ini mungkin bisa memicu aksi protes seperti yang terjadi tahun 2009, karena masyarakat yang berbeda jalan, menginginkan evolusi dalam elite pemerintahan, bersatu melawan Raisi," imbuhnya. Rohani telah memperingatkan Garda Revolusioner Iran, yang diyakini mendukung Raisi, untuk tidak mencampuri pemilu. Tahun 2009 lalu, Garda Revolusioner dan milisi Basij dicurigai merekayasa hasil pemilu demi menguntungkan Mahmoud Ahmadinejad, hingga memicu protes besar-besaran selama 8 bulan. Saat itu, puluhan orang tewas dan ratusan lainnya ditangkap. Sekitar 350 ribu personel keamanan dikerahkan untuk mengawal jalannya pemilu. Rouhani memang dianggap sebagai kandidat yang berpeluang besar untuk memenangkan pemilu. Namun, hal tersebut masih jauh dari kata pasti. Suzanne Maloney, Wakil Direktur program Studi Kebijakan Luar Negeri di Institut Brookings, mengatakan elektabilitas  mantan sekretaris dewan keamanan nasional tertinggi selama 16 tahun itu masih kuat. Menurutnya, para incumbent selalu diuntungkan oleh preseden hak istimewa dalam persaingan pemilu. Sebab, sejauh ini tidak ada calon presiden petahana di Iran yang tidak berpeluang besar untuk terpilih kembali--setidaknya bukan dalam penghitungan suara secara resmi. Setiap Presiden Iran selalu berhasil mengamankan periode kedua mereka sejak 1981. Keuntungan lain yang didapat Rouhani adalah dia bisa mengklaim pencapaian kinerjanya selama empat tahun terakhir sebagai dasar kuat mengapa rakyat Iran harus memilihnya kembali. Di tangan pemerintahannya, Rouhani berhasil menyepakati kesepakatan nuklir dengan negara Barat, mengakhiri serangkaian sanksi internasional yang selama ini memberatkan ekonomi Teheran. Selama ini, Rouhani berupaya mengeluarkan Iran dari keterasingan dunia global akibat ambisi nuklirnya. Teheran berusaha menghidupkan kembali hubungan dagang dan ekonomi dengan sejumlah mitra tradisional guna menjinakan hiperinflasi dan mempercepat pertumbuhan PDB negara. Selain itu, selama empat tahun terakhir, Rouhani berupaya memberikan kebebasan sipil yang lebih besar lagi terhadap rakyatnya, salah satunya kekhawatiran mengenai kesetaraan gender dan kebebasan beragama. Hasil jajak pendapat tidak resmi yang dilakukan Badan Mahasiswa Iran pada 8 Mei lalu memaparkan Rouhani masih unggul dengan elektabilitas sebesar 42 persen, mengalahkan Raisi yang hanya mendapat 27 persen. Sementara itu, survei yang diambil oleh International Perspective for Public Opinion pada 10 Mei lalu pun masih menunjukan Rouhani masih memimpin persaingan dengan raihan 55 persen suara, meski lagi-lagi jajak pedapat itu tidak memiliki rekam jejak yang mapan memprediksi hasil pemilu Iran. Yang bisa mengganjalnya adalah catatan oposisi yang menyatakan upaya diplomatik dan ekonomi pemerintah selama ini tak cukup menarik Iran keluar dari kemiskinan dan pengangguran. Selain itu, Rouhani juga dihadapkan dengan Raisi, politikus yang memiliki banyak dukungan dari tokoh dan ulama besar Iran, termasuk pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan, pemimpin Astan Quds Razavi--badan amal terkaya di dunia Muslim--ini digadang sebagai calon terkuat penerus Khamenei. Pemilu presiden dianggap sebagai pembuka jalan bagi Raisi. Sejumlah pengamat mengatakan, dia telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran selanjutnya. "Raisi juga memiliki peluang baik untuk menang. Tapi, tetap hasilnya tergantung keputusan Pemimpin Khamenei," tutur seorang eks pejabat senior Iran yang menolak untuk disebutkan namanya, seperti dikutip The Telegraph. (Detikcom/CNNI/f) http://dlvr.it/PBkP5h
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Pelajaran Untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Pelajaran Untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Oleh Sapto Waluyo
Harianpublik.com – Semula artikel ini akan diberi judul ‘Pelajaran dari PKS’. Tapi, setelah penyusunan fakta dan logika, penulis bertanya kepada diri sendiri: memangnya sehebat apa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang baru berusia 19 tahun (jika dihitung dari kelahiran Partai Keadilan pada 1998 sebagai cikal bakalnya)? Tak ada yang dahsyat seperti, misalnya Partai Demokrat (PD) yang berusia lebih muda (16 tahun), namun sudah sukses menempatkan pendirinya (Susilo Bambang Yudhoyono) sebagai Presiden RI selama dua periode (2004-2014).
Pendukung PKS sering menyebut diri sebagai ‘Partai Dakwah’, tetapi capaian dakwahnya masih sangat jauh dibandingkan gerakan dakwah sekelas Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang sudah berusia satu abad. Dalam usia muda dan ukuran politik menengah (6,79 persen perolehan suara nasional dalam pemilihan umum 2014), maka kontribusi PKS untuk umat dan bangsa belum cukup signifikan. Karena itu, lebih realistik untuk mengajak kader dan konstituen PKS berefleksi bersama: apa pelajaran yang bisa dipetik selama 19 tahun masuk kancah politik nasional?
Pemerhati sejarah PK pasti mengingat artikel epik dari jurnalis senior Dahlan Iskan dalam sebuah harian lokal (Suara Indonesia, 21 September 1998) bertajuk “Massa Santun dalam Dunia yang Bergetah”. Dalam tulisan singkat itu, Dahlan memberi apresiasi kepada PK yang melakukan deklarasi di Gelora Pancasila Surabaya. Pendiri Grup Jawa Pos itu melihat suasana yang berbeda dibanding rapat besar partai-partai lainnya. Sebagian besar massa PK saat itu berusia muda (20-30 tahun), berwajah intelektual dan santun. Pesan utamanya, apakah PK (kemudian bermetamorfosi menjadi PKS) mampu bertahan dari getah (polutan politik) yang lama maupun baru?
Sekarang, saat yang tepat untuk menjawab pertanyaan sekaligus kekhawatiran Dahlan. Entah bagaimana pengurus PKS mendiskusikan dan merespon tantangan kontekstual itu. Yang jelas, selain capaian politik pemilu dan partisipasi dalam pemerintahan, PKS telah mengalami berbagai gelombang ujian: pimpinannya pernah didakwa korupsi, ada kader tersenggol kasus moral, ada pula tokoh pejabat yang bersengketa dengan partai sendiri. Makin lama publik menyaksikan PKS sudah seperti partai lainnya. Political parties as usual. Tak ada diferensiasi dan karakter yang jelas, karena itu tak cukup penting untuk diperhitungkan. Walaupun harus diakui, tingkat penyimpangan PKS jauh lebih rendah dibandingkan partai-partai nasionalis pada umumnya.
Sambil menunggu evaluasi obyektif dan komprehensif, perlu dilirik beberapa tindakan kecil yang dilakukan PKS, tapi luput dari sorotan publik karena PKS bukan media darling, bahkan pernah menjadi media demon. Pertama, beberapa hari lalu Presiden PKS Sohibul Iman ketahuan mengajukan surat pengunduran dari anggota DPR RI (DetikNews, 10 April 2017). Sebenarnya tak ada pengumuman resmi dari DPP PKS, karena surat itu bocor ke media setelah dikirimkan ke pimpinan DPR RI dan KPU. Waktu ditanya wartawan, Sohibul yang pernah menjabat Wakil Ketua DPR RI periode 2013-2014 itu hanya menjawab singkat, “Ya, rapat pimpinan tertinggi PKS memerintahkan saya fokus untuk mengurus partai.”
That’s it. Cukup sekian, tak ada penjelasan yang berbunga-bunga dan para wartawan juga memandang: itu bukan berita! Nilai berita (news values) di negeri ini sudah berubah total. Jika seorang konglomerat mendirikan partai: itu berita. Jika konglomerat lain merebut kursi pimpinan partai politik, lalu menduduki posisi lembaga publik (DPR atau DPD RI): itu baru super berita!.
Publik tak sempat menyimak alasan PKS untuk menjaga nilai dan akhirnya menjadi norma organisasi, bahwa pimpinan partai harus konsentrasi mengurus partai dan tidak rangkap jabatan publik. Itulah yang dilakukan Nur Mahmudi Ismail (Presiden PK periode 1998-1999) ketika diangkat sebagai Menteri Kehutanan dan Perkebunan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Itu yang dilakukan Hidayat Nur Wahid tatkala terpilih sebagai Ketua MPR RI (2004-2009). Itu pula yang dilakukan Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika) serta Anis Matta (melepas jabatan Wakil Ketua DPR RI saat ditetapkan sebagai Presiden PKS). Norma itu tak sempat dilaksanakan Lutfi Hassan Ishaq saat menjabat Presiden PKS (2010-2013).
Apakah makna yang ingin dihayati PKS terkait rangkap jabatan itu? Bukan semata merayakan slogan, “My loyality to my party ends, when my loyality to my nation begins”, seperti sering dikutip oleh Presiden Soekarno dan John F. Kennedy. PKS hendak menegaskan batas yang jelas antara pengurus partai versus pejabat publik. Di tengah kepercayaan publik yang terus merosot terhadap partai politik, PKS berani membuktikan, bahwa mengurus partai sama penting dan ‘mulia’ dengan mengelola jabatan publik. Karena itu harus 24/7, tak bisa diselingi dengan kesibukan lain. Keyakinan yang terkesan naïf, tapi PKS tidak peduli, selama nilai dan norma itu efektif mengendalikan perilaku kadernya.
Tindakan PKS merupakan keganjilan di tengah keumuman baru yang melanda politik Indonesia, ketika para pengusaha berbondong-bondong masuk ke dunia politik: berebut jabatan partai dan lembaga publik. Normalitas baru juga berlaku bagi para pengamat dan relawan yang masuk ke ranah kekuasaan. Batas-batas kewenangan serta pertanggung-jawaban publik menjadi kabur, bahkan ada oknum yang secara sengaja membangun pintu berputar (revolving doors) agar bisa keluar-masuk domain yang berbeda dengan bebas, tanpa konsekuensi apapun.
Sohibul Iman, doktor ahli kebijakan teknologi dan industri lulusan Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) itu, tak bisa hidup di dua alam sebagai pimpinan partai dan politisi. Bukan karena kapasitas terbatas, tapi beban organisasi PKS memang lebih berat, mungkin beda dengan partai lain. Dari situ, PKS membuka peluang untuk membangun Good Political Party Governance (GPPG) yang makin jarang terdengar dalam perbincangan publik. Apakah eksperimen PKS berhasil? Masih perlu ditunggu dampaknya, tapi sampai saat ini –alhamdulillah– Sohibul terbebas dari ‘getah politik’ yang ditengarai Dahlan Iskan.
Kedua, PKS membuktikan diri bukan partai eksklusif, hanya membela kepentingan kelompok/komunitas tertentu. Pemilihan Kepada Daerah di Provinsi DKI Jakarta adalah contoh paling hangat untuk didiskusikan. PKS yang dikategorikan sebagai partai relijius mampu menggalang koalisi dengan partai nasionalis (Gerindra). Saat melukiskan kekompakkan PKS dan Gerindra, Prabowo Subianto dalam kesempatan Mukernas PKS 2016 menyatakan: “PKS adalah partai relijius yang nasionalis, Gerindra adalah partai nasionalis yang relijius. Jadi, kita punya titik temu. Kita belajar agama sama PKS, PKS boleh belajar sejarah kebangsaan sama Gerindra.” Sebenarnya kerjasama politik PKS juga dengan partai-partai lain di berbagai daerah, tapi lagi-lagi itu bukan isu menarik untuk media.
Sikap akomodatif dan inklusif PKS semakin kentara saat menerima pencalonan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. PKS kehilangan kesempatan untuk menominasikan kadernya di pentas politik lokal yang bergema secara nasional, bahkan internasional. Namun, PKS belajar dari sikap legowo Prabowo yang menerima pencalonan Anies Baswedn –notebene adalah orang dekat Joko Widodo dalam pemilihan presiden tahun 2014.
PKS pernah mengalami isolasi politik total saat Pilkada DKI 2007 mengajukan pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Seluruh partai besar dan kecil (20 partai) melawan PKS sendirian, tapi PKS tak gentar. Lalu, pada Pilkada DKI 2012, PKS berkoalisi dengan PAN untuk mengusung Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini, pasangan intelektual-ulama, tapi tak optimal. Karena, warga Jakarta memilih figur lain yang berpenampilan ‘ndeso’ (Joko Widodo). PKS sempat mengalami keguncangan internal, sehingga berkoalisi dengan petahana (Fauzi Bowo) yang akhirnya dinyatakan kalah suara.
Keterbukaan PKS dalam Pilkada 2017 ternyata masih disalahpahami sebagai partai yang tidak memiliki kader mumpuni untuk menjadi pejabat publik. Betapa bertolak belakang dengan persepsi yang dibangun terhadap PDIP yang dipuja-puji karena mempromosikan Joko Widodo (pengusaha furnitur) dan Tri Rismaharini (akademisi) selaku Walikota Solo (2005-2012) dan Surabaya (20
10-2020), atau Gerindra yang mengusung Ridwan Kami (arsitek) sebagai Walikota Bandung (2013-2018). Nasib PDIP dan Gerindra memang lebih beruntung dari PKS dalam isu promosi pejabat publik, karena dianggap sebagai partai yang sanggup menampung bakat-bakat besar, meski bukan kader binaannya langsung.
PKS tidak ambil pusing dengan pandangan nyinyir yang tidak berbasis argumentasi solid. Dalam usia remaja menurut ukuran politik, PKS ingin tampil sebagai diri sendiri, tidak terpengaruh oleh gaya kepemimpinan partai lain yang menonjolkan figuritas. Walaupun kader PKS, Ahmad Heryawan sukses memimpin Provinsi Jawa Barat selama dua periode (2008-2018) dengan penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Republika, 24/2/2017), termasuk Irwan Prayitno yang baru saja terpilih kembali menjadi Gubernur Sumatera Barat periode kedua (2017-2022). Kader PKS terbukti mampu mengelola stabilitas daerah yang menjadi modal dasar pembangunan dan kemajuan daerah rawan, seperti Provinsi Maluku Utara yang dipimpin Abdul Gani Kasuba sebagai Gubernur (2013-2018).
Sikap keterbukaan dan kemampuan merawat kemajemukan juga ditunjukkan kader PKS, Muhammad Haris, yang menjabat Wakil Walikota Salatiga, Jawa Tengah mendampingi Walikota Yuliyanto (berlatar profesi pengusaha). Yuliyanto-Haris baru saja terpilih untuk melanjutkan periode kedua pemerintahannya. Tetapi, kader PKS harus bersikap obyektif dan berani introspeksi, bahwa menduduki posisi kekuasaan bukan berarti otomatis menciptakan kesejahteraan. Pengalaman pemerintahan di Kota Depok sejak masa Nur Mahmudi Ismail (teknokrat) hingga Idris Abdul Shomad (ulama) menunjukkan tidak mudah untuk mengelola koalisi politik dan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang beragam. Kinerja pemerintah kota Depok yang tidak terlalu mencorong menjadi tantangan kualitas kepemimpinan PKS di ranah publik.
Inilah, dua pelajaran penting yang patut diperhatikan PKS saat memperingati milad ke-19 tahun: bagaimana menjaga nilai dan norma partai secara konsisten, serta bagaimana membangun kapasitas kader dan partai/lembaga agar mampu mewujudkan harapan publik. Sudah lewat masa kampanye yang meluapkan janji-janji manis kepada masyarakat pemilih yang kondisi sosial-ekonominya kebanyakan masih memprihatinkan. Kini, tiba saatnya untuk memperjuangkan nasib rakyat dan mengangkat taraf kesejahteraan rakyat melalui tindakan dan kebijakan nyata.
Spirit baru PKS untuk “Berkhidmat kepada Rakyat” tidak hanya bermakna pelayanan dan pemberdayaan, sebagaimana selama ini sudah dilakukan oleh kader PKS bersama mitra organisasi/kelompok warga. Tetapi juga, harus melakukan pembelaan atas kepentingan rakyat  di berbagai sektor kehidupan strategis. Sesuai dengan garis kebijakan Presiden PKS Sohibul Iman, kader PKS yang menjadi anggota legislatif di pusat dan daerah atau Kepala Daerah, harus melakukan transformasi struktural. Mengelola segala sumberdaya publik untuk menciptakan tatanan sosial-ekonomi-politik yang berkeadilan.
*Center for Indonesian Reform
Sumber : Source link
0 notes
rumahinjectssh · 8 years
Text
ALASAN LENGKAP MENGAPA AHOK HARUS MENANG !!! - BAGIKAN - FROM RUMAHINJECT
🙏 RUMAHINJECT 🙏
Sebuah postingan menarik dan tambah menguatkan pernyataan blog ini yang mana menyebutkan Bahwa Ahok-Djarot Kalah Bhineka Tunggal Ika Juga kalah Bahkan hanya dengan isu Sara yang ada di Indonesia Sendiri, tanpa intervensi asing - runtuh dari dalam negeri sendiri, tapi hal ini lebih lengkap lagi dan sebagian himbauan kepada seluruh warga dan masyarakat Indonesia, Bahwa PILGUB DKI kali ini sungguh sungguh sangat berbahaya, - Simak dan catat baik baik ini
Setidaknya ada 3 (tiga) alasan dasar kenapa Ahok-Djarot harus menang?, berikut adalah alasnnya :
Pertama, Tentang Kebhinekaan Bangsa
Pilkada tahun ini di DKI bukan hanya pertarungan antara dua figur paslon dalam memperebutkan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta periode 2017-2022 tetapi lebih dari itu, yakni tentang Kebhinekaan, pluralisme dan persamaan hak antar warga negara Indonesia yang memiliki hak memilih dan hak untuk dipilih, lalu hubungannya apa? Oke saya jelaskan, kubu sebelah acapkali menggunakan unsur SARA dalam setiap kampanye atau statemen-nya diberbagai media, dengan demikian, itu menjelaskan bahwa Kebhinekaan kita sebagai bangsa Indonesia tengah diserang dan terancam oleh sekelompok orang yang siap mengorbankan perbedaan bangsa demi kekuasaan semata. Eksklusivitas suku dan agama tertentu di republik tercinta tentu sangat berbahaya, kalau boleh penulis analogikan ini sama seperti Afrika Selatan yang dahulu kala menerapkan Apartheid atau Jerman dibawah Adolf Hitler yang rasis dengan ideologi fasis-nya melalui partai Nazi, dan ini tidak boleh terjadi di Indonesia. Lalu apakah Ahok-Djarot adalah representasi dari Kebhinekaan?, suka atau tidak suka jawabannya YA, karena sekali lagi kubu sebelah melalui ormas keagamaan yang intorelan dan cenderung tak suka dengan perbedaan menunjukan ketidaksukaan yang luar biasa terhadap perbedaan kebhinekaan, mereka dengan terang-terangan menggagas ide-ide intoleran yang konyol, sebut saja bagaimana salah satu Parpol pendukung paslon nomor urut 1 menyatakan ide ke publik bahwa Undang-undang harus direvisi agar yang berhak mencalonkan diri menjadi pemimpin adalah warga asli (pribumi) Indonesia, ini konyol luar biasa, hanya karena Ahok berasal dari etnis minoritas Tionghoa sehingga mereka melontarkan ide seperti itu, mereka lupa bahwa warga keturunan juga banyak yang sudah membuktikan sumbangsihnya untuk Indonesia tercinta, misalnya saja lewat Bulutangkis mampu mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh warga keturunan semisal Susi Susanti. Keragaman yang sudah tercipta ini jangan sampai hancur luluh lantah oleh kelompok rasialis yang sekarang bergabung mendukung kelompok sebelah. Ketidaksukaan terhada Ahok-Djarot, bukan karena kinerjanya tetapi lebih karena suku dan agamanya dan ini tidak boleh terjadi apalagi paslon yang mereka usung atau dukung mampu memenangi kontestasi pilkada kali ini, apabila itu terjadi maka harapan negara untuk tetap ber-Bhineka dan ber-Pancasila akan semakin terancam. Jadi ini bukan hanya tentang Ahok-Djarot tapi juga tentang Bhinneka dan Pancasila.
Kedua, Edukasi Transparansi Pengelolaan Anggaran
Diakui atau tidak transparansi anggaran hanya ada dan terjadi di era Jokowi sebagai presiden lalu Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta baik itu melalui sistem e-budgeting atau instrument yang lainnya. Sistem pengelolaan anggaran yang transparan seperti ini akan meningkatkan partisipasi warga negara dalam mengawasi sistem keuangan, contoh kasus adalah oknum anggota dewan yang berkantor di Kebon Sirih sekarang sangat risih karena ruang gerak mereka dibatasi untuk “kongkalikong” menghabiskan anggaran Pemprov DKI harus gigit jari setelah adanya transparansi, disinilah poin pentingnya Basuki untuk menang kembali. Apabila Ahok-Djarot menang kembali, maka menurut penulis akan banyak kepala daerah lain di Indonesia yang bukan tidak mungkin ikut “mencontek” transparansi pengelolaan keuangan ini yang berujung pada keberpihakan penyelenggara negara kepada rakyat, dengan demikian rakyat Indonesia bisa cepat sejahtera dan Indonesia raya kembali menggema dihati masing-masing warga negara.
Ketiga, Terkait Dengan Pilpres 2019
Kalau ada yang berpikir korelasi antara Pilkada DKI dengan Pilpres 2019 kejauhan menurut penulis tidak, kenapa demikian nanti penulis paparkan. Sudah bukan rahasia umum bahwa menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah loncatan terbaik untuk menjadi RI 1, maka dalam kontestasi demokrasi pilkada kali Ahok-Djarot harus menang kembali, bagaimana pun Jakarta adalah miniatur state Indonesia dan hampir warga di republik ini selalu mengasosiakan Ahok adalah Jokowi dan Jokowi adalah Ahok, karena kedua tokoh ini adalah pasangan yang dulu berjuang bersama-sama dalam memimpin Jakarta sebelum pak Jokowi “naek pangkat” ke RI 1. Chemistry antara Jokowi dan Ahok tak dapat diragukan lagi, loyalitas Ahok terhadap pak Jokowi pun tak perlu ditanyakan kembali begitupun sebaliknya. Apabila ternyata hasil Pilkada DKI yang menang adalah Anies-Sandi, maka sulit buat Jokowi untuk bisa memimpin negeri ini 5 tahun yang akan datang kembali, kita tahu bersama bahwa Anies-Sandi adalah afialiasi Prabowo Subianto yang hampir dapat dipastikan kembali bertarung dalam Pilres 2019 yang tentu saja akan bertarung dengan Pak Jokowi, ini tentu berbahaya karena Anies-Sandi pasti akan konsolidasi guna memenangkan Prabowo jika nanti terpilih menjadi pemimpin DKI. Ada hal lain yang menjadi sandungan juga apabila Anies-Sandi yang terpilih antara lain menurut penulis adalah program yang selama ini berjalan baik antara Jokowi dan Basuki tidak akan terjadi di era Anies-Sandi, kalau perlu menurut penulis Anies-Sandi akan melakukan segala cara untuk menghambat program pemerintahan Jokowi agar tingkat kepuasan masyarakat turun terhadap pemerintah pusat sehingga Prabowo akan dengan mudah melenggang ke Istana Merdeka. Jadi, jika ingin Jokowi kembali memimpin negeri ini, maka DKI harus di pimpin Basuki kembali, itu poin utamanya. Jokowi dan Basuki adalah satu “paket” tak bisa dibelah atau tak bisa dipilah, rasanya sangat tak rasional kalau pemilih atau simpatisan Jokowi tidak memilih Ahok-Djarot dalam Pilkada ini, selain satu gerbong yaitu sama-sama diusung oleh PDI-P, mereka berdua juga sudah cukup terbukti berhasil membawa perubahan untuk bangsa, meski memang harus diakui masih banyak pekerjaan yang belum selesai.
SEWORD KURA KURA BY SACA WIJAYA ON FEBRUARY 24, 2017
eng ©Rumahinjectssh - This Post Is From Rumahinjectssh - Do Not Remove 
from Berita Menarik UntukMu http://rumahinjectssh.blogspot.com/2017/02/alasan-lengkap-mengapa-ahok-harus.html
0 notes