Tumgik
#perayaan orang mati
doubtspirit · 1 year
Text
Tumblr media
Oaxaca, Día de los Muertos (Day of the Dead), magnificent disguise commemorating Aztec heritage
2K notes · View notes
milaalkhansah · 6 months
Text
Perayaan Mati Rasa
Beberapa tahun belakangan ini, aku nggak pernah lagi suka sama seseorang. Suka yang dalam artian: nggak berhenti mikirin dia, suka salting sendiri, ngayal 24/7, atau suka hingga aku bertingkah bodoh.
Apakah ini tanda kalau aku sudah mati rasa, hingga tak lagi mudah untuk menyukai seseorang? Em, not really.
Salah satu penyebabnya mungkin karena beberapa tahun belakangan ini, kehidupanku benar-benar sibuk, banyak hal yang aku kerjakan, dan harus aku selesaikan, sehingga menyukai seseorang nggak aku masukkan dalam daftar prioritas. Rutinitasku setiap hari juga cuman dari kos ke tempat kerja, orang-orang yang ditemui ya itu-itu aja, jadi peluang untuk ketemu dengan seseorang yang bisa disukain itu minim sekali.
Selain itu juga, setelah semakin sering ketemu dengan banyak orang, dan mengenal berbagai karakter laki-laki, aku akhirnya punya kriteria atau definisi sendiri laki-laki seperti apa yang ingin aku sukai. Jadi, nggak ada lagi suka-suka seseorang tanpa ada alasan yang jelas, karena semakin aku dewasa aku belajar kalau aku bukan mencari seseorang yang bisa aku sukai, tetapi aku mencari seseorang yang bisa aku pertahankan hingga ke jenjang pernikahan nanti.
Aku belajar bahwa suka sama seseorang tanpa alasan itu hanya bikin capek, karena nggak ada ujungnya. Kita nggak tahu rasa suka itu mau dibawa ke mana. Sehingga aku menyadari bahwa aku harus selalu punya alasan dalam menjalin sebuah hubungan, apa pun itu.
Sampai saat ini aku juga belum menemukan seseorang yang effort mereka tuh bisa ngalahin effort aku ke diri sendiri.
Alias kebanyakan nemu seseorang yang bilang suka aja, tetapi belum benar-benar nemu yang bisa buktiin bahwa mereka semau itu sama aku.
Jadi aku juga yang kayak, yaudah sih ..., sendiri aja dulu, daripada buang-buang tenaga sama perasaan aja suka sama seseorang yang nggak pasti mau merjuangin kita apa enggak.
Sebenarnya aku sempat sih suka sama beberapa orang, tetapi cuman sebatas 'suka aja' gitu. Terus yaudah. Gak gimana-mana. Perasaan suka itu hanya terbatas pada, tertarik sama sifat dia yang menyenangkan, lucu, ataupun wajah dia yang enak dipandang (jenis perasaan suka pas kita masih remaja gitu gasihhh) Maksudnya aku nggak pernah lagi suka sama seseorang yang buat aku berpikir aku mau sama dia selamanya. Gitu. CAILAH.
Di umur segini kalian ngerasa gasih, kalau kita tuh sekarang udah lebih susah buat jatuh cinta karena setelah melalui berbagai pengalaman dalam berhubungan dan juga ketemu dengan banyak orang, kita telah tahu orang seperti apa yang kita mau dan kita tuju. Sehingga mendekati orang dan didekati seseorang jadi terasa lebih kompleks karena teralu banyak yang dipikirin.
Tapi hal itu juga ada baiknya karena kita nggak lagi buang-buang perasaan buat seseorang yang benar-benar nggak bisa sama kita.
Dan aku juga sekarang lebih menikmati fase mati rasa wkwkw atau masa-masa sendiri ini dengan melakukan banyak hal yang membuatku semakin mengenal diriku sendiri.
Kadang sih muncul perasaan kangen ngebucinin orang alias kangen sama sensasi perasaan yang meledak-ledak saat sedang jatuh cinta wkwkwwkwkwk. Tapi nggak papa buat lebih sabar lagi untuk menunggu. Segala effort-nya disimpen dulu, dikeluarin nanti kalau udah ketemu seseorang yang tepat buat diperjuangin.
Alias jika orang lain mencintai seseorang dengan ugal-ugalan. Maka akan kucintai dirimu dengan versi full of service. WKWKWK.
yang semoga waktu itu nggak lama lagi.
37 notes · View notes
amelianurhabibah · 7 months
Text
"Aku mencintaimu tanpa syarat ya Rasulullah"
Tema kajian waktu itu, tentang cinta tanpa syarat. Awalnya aku bingung, maksudnya apa ya?
Setelah kajian dimulai. Ustadzah nya memberi jawaban, "Seseorang mencintai orang lain karena sebab itu disebut syarat. Misalnya harus punya inilah, itulah..
Dan kita tidak memerlukan hal itu untuk mencintai Rasulullah".
Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan,
"Apa nikmat terbaik bagi seorang muslim?"
Beberapa orang yang duduk dibelakang menjawab, "diberi nikmat Iman,"
Benar, gak salah si. Tapi bukan itu kata ustadzah nya. Terus ada yang menjawab lagi, "Nikmat terbaik bagi seorang muslim adalah, ketika saya bisa menjadi umatnya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam"
"MasyaAllah... Benar ya shalilhah.. bahkan Nabi khidir dan Nabi Ilyas pun minta dipanjangkan umurnya 1000 th agar bisa bertemu Rasulullah." Balas ustadzah.
Mencintai Rasulullah itu gak perlu pakai syarat. Karena Rasul pun mencintai kita tanpa syarat. Itu poinnya.
Aku mencatat sebuah nasehat yang ustadzah sampaikan. Dari seorang habib.
Tidak layak bagi orang yg berakal bertanya, "Kenapa kalian memperingati maulid? Seolah bertanya mengapa kalian bergembira dengan adanya Nabi". (Sayyid Muhammad Alawi al-maliki)
Jadi ingat ceritanya Abu lahab. Hanya karena ia bergembira saat Nabi dilahirkan, sampai memerdekakan budaknya. Menjadi hari diringankan azabnya oleh Allah subhanahu wata'ala.
Selain itu, ustadzah nya cerita. Tentang seorang laki-laki biasa yg bekerja menjadi seorang pemanggul dan mengambil upah darinya. Ketika masuk bulan maulid, dia senyam senyum sepanjang hari. Selain itu setiap hari diberinya nasi bungkus dan dibagi bagi gratis keorang orang.
Orang- orang tentu heran, lalu mereka bertanya, kenapa?
Ia jawab, saya sangat bergembira karena Rasulullah lahir dan ada didunia ini pada bulan ini. Gara gara Rasulullah saya bisa merasa bahagia tanpa syarat. Saya bisa mengenal iman.
MasyaAllah Tabarakallah...
Ada lagi nih sebuah nasehat yang ustadzah sampaikan..
"Ketika ada yg bertanya kepadaku, "tolong carikan dalil shahih perayaan maulid nabi"
Maka saya jawab "saya tidak perlu dalil untuk mencintai Rasulullah, sebagaimana Rasulullah tidak perlu syarat untuk mencintai umatnya. Jika untuk mencintai Rasullah kita perlu mencari dalil, layakkah kita mendapatkan syafaatnya?"
(Al habib Abu bakar al aldani bin ali al masyhur)
"Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad"
Inspiring,
Harga Berlian termahal itu adalah cullinan sekitar 2 miliyar, USD 28,4 T. Tapi tau gak kalau Iman kita itu harganya tidak terhingga, gak bisa ditebus dengan harta dan berlian termahal apapun. Gak percaya? Coba buka Qs. Ali Imran 91 :
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِّلْءُ الْاَرْضِ ذَهَبًا وَّلَوِ افْتَدٰى بِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ
"Sesungguhnya orang orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas separuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas yang sebanyak itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih, dan sekali kali mereka tidak memperoleh penolong." (Qs. Al imran : 91)
37 notes · View notes
akbarissy · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Tumblr media Tumblr media
L
Semua orang pasti akan bertemu hari—yang mungkin adalah hari yang paling sepi dalam hidupnya
Akan ada masa ketika semuanya menjadi asing di mata
Di hari itu, bahkan suasana sorak sorai nyanyian pun hanya dianggap sebuah perayaan kesedihan
Aku tidaklah munafik,
Manisku, ketika aku bertemu dengan hari itu
Dan aku tidak bisa melarikan diri lagi
Bahkan hanya dengan mendengar musik atau berjalan sendiri di trotoar kota aku tak bisa
Aku hanya ingin pergi menemuimu
Aku hanya ingin berada di sisimu
Berada pada pelukanmu
Aku tidak bisa menjalaninya sendiri
Hanya denganmu, aku merasa tenang
merasa sedang diayun-ambingkan
Dan
Manisku, ketika aku tidak sanggup lagi menatap matamu
Tak ada lagi yang bisa kuceritakan denganmu
Hal yang paling masuk akal adalah
Mati di sisimu.
Selatan Jakarta, 2024
—akbarissy
7 notes · View notes
lavienbleuuu · 3 months
Text
KABAR TATAHAN NISAN YANG BARU SAJA SELESAI DIBUAT (Ver. Panjang)
Sedikit lagi kita merayakan hari jatuh cinta dan patah hati, Sayang. Sudah lama sekali, puisi ini kutulis dan tak pernah kuberi judul. Puisi ini makam dari nama-nama yang pernah hidup lalu mati di pekarangan hatiku. Mereka yang katanya gagah mencintai tapi mati di tengah jalan. Lupakan saja, Sayang. Lupakan nama-nama orang yang berderet di tubuhku. Raihlah apapun yang bisa kau raih dan minumlah segala sisa-sisa perayaan cintaku padamu. Habiskan dan habisi. Jangan takut, Sayang. Aku akan mati setelah ini. Jangan bawa dukamu atas nama hati dan cintaku. Bunuhlah aku dan lahirlah kembali. Hiduplah dengan berani, Sayang. Carilah rangka rusukmu dan tinggalkan aku. Akulah Maryam. Akulah wanita yang bersenandung doa dan tak pernah kecewa. Akulah Nizham. Akulah wanita yang sepanjang hayatnya belajar mencintai. Akulah Layla. Akulah wanita yang diidam-idamkan Majnun dan menjebaknya dalam mimpi. Akulah Syahrazad. Akulah wanita yang menenun malam dengan 1001 dongeng. Pergilah, Sayangku. Kembaralah. Berpetualanglah. Pulanglah ke manapun, Sayang. Tidak akan kau temukan kebaikan selain kesakitan dari diriku. Tidak akan kau temukan cinta selain kenelangsaan dari diriku. Tidak akan kau temukan taman-taman surgawi selain gurun tandus. Carilah cintamu pada rumah-rumah lain yang memelukmu lebih hangat daripada tanganku menjangkaumu. Bunuhlah aku, Sayangku. Biarkan aku jadi deretan nama yang menghiasi makam di tubuhmu. Biarkan kita mati lebur dalam perayaan paling sepi. Biarkan kita terbakar oleh lecutan api. Biarkan kita mengasing sendiri. Janganlah bermuram, Sayangku. Aku takut nanti Tuhan marah dan mengutuk kita menjadi kenangan abadi. Aku mau dilupakan, Sayang. Aku ingin kau lupakan. Berhentilah meratapi dan hadapilah kematianku. Bunuhlah aku dengan berani dan palingkan wajahmu dariku. Kecupan selamat tinggalku sudah sampai sejak kau meledakkan diri di dadaku untuk pertama kalinya, Sayang. Lakukan. Lakukanlah!
/1/
Bulan menggatung di atas kuburan.
Bertelanjang, memasung rahasia
dari sejarah muram kekalahan.
/2/
Seorang pemabuk meledakkan diri di dadamu.
Sebatang pohon kamboja dan sebongkah tatahan nisan;
koyak, tercecer di rangka rusuk.
/3/
Barangkali ia percaya, upah dari kekalahan
adalah semarak perayaan kematian,
bacin vodka, dan bau anyir darah.
2 notes · View notes
skyrettes · 7 months
Text
It's Our First Time
Tumblr media
Damian
Waktu menginjak kepala dua, gue ngerasa kalau kehidupan itu makin hari seolah nggak ada ujungnya. Kita nggak tahu kapan kita mati, karena itulah rasanya kita selalu dituntut untuk terus bekerja keras sampai nggak tahu kapan. Untuk apa? Ya, untuk hidup tadi.
Balapan dan segala dunianya adalah hal pertama yang menggambarkan kehidupan gue. Hidup gue seolah cuma untuk berotasi untuk hal ini aja. Dan kadang gue nggak bisa bohong kalau sesuka apapun gue terhadap sesuatu, rasa bosan pasti seenggaknya singgah beberapa kali. Ya, nggak apa-apa, namanya juga kehidupan. Kita ngelakuin hal yang sama hampir setiap hari seolah hal itu udah bukan lagi masuk kategori rutinitas, tapi udah bagian dari hidup kita.
Sepuluh tahun lebih berkarir bukan berarti gue nggak ngerasain yang namanya capek. I got lots of scars all over my body, gue hampir kehilangan nyawa beberapa kali, yet I still can't get over this thing. Karena apa, ya? Gue juga nggak tahu.
Lalu menginjak kepala tiga, masih belum ada yang berubah. Kegiatan menjamah sirkuit terkenamaan masih gue lakoni sampai detik ini. Tapi ada yang sedikit berubah dengan kehidupan gue. Kalau biasanya cuma Alex, team engine dan teman-teman gue yang menemani, kini sosok lain turut hadir di barisan garage menunggu berita kemenangan gue.
Ternyata benar kata Alex, review kehidupan pernikahan orang lain itu nggak bisa dijadikan patokan sebelum kita benar-benar mengalami pernikahan itu sendiri. Banyak yang beda, bukan cuma dari aspek nyata kalau gue udah nggak sendiri lagi, tapi lebih ke arah aspek krusial yang jauh lebih penting, kayak emosional contohnya.
It's our first time. Pertama kalinya menjadi sepasang suami istri dan menjalani kehidupan pernikahan yang sering kali kita lihat di lingkungan sekitar.
"How does it feel, Yan?" Hari ini adalah perayaan ulang tahun anak pertama Mas Theo yang menginjak umur dua tahun. Posisinya gue sedang berada di halaman depan dengan Mbak Nadine yang lagi gendong Saint.
"What?"
"Jadi orang tua." Umur pernikahan gue dan juga Mas Theo cuma berjarak dua tahun. Yang lucu adalah kita sama-sama punya anak ditahun yang sama, jadi bisa dibilang anak kita seumuran. Paling yang beda anak mereka cuma satu sedangkan gue langsung dua.
It's fun. Kehidupan ini berjalan menyenangkan semenjak orang-orang baru mulai datang satu persatu. I feel like this family's getting bigger and that's wonderful.
"It's hard," gue tertawa kecil sembari menatap Saint yang tertidur pulas diatas pangkuan Mbak Nadine dengan wajah polosnya. He's like Ales when he's asleep.
"But wonderful at the same time. It feels hard when I see my wife carrying them because they can't stop crying. She has to stay up all night because they catch a fever and have the same activity all day long non-stop."
"Kayak apa ya, Mbak… Our responsibility doesn't stop until Ales's give birth to them after nine months and I am responsible for their needs, tapi masih terus berlanjut sampai mereka benar-benar jadi orang. Sampai Saint sama Noah bisa ngurus diri mereka sendiri."
"And sometimes I also feel afraid of failing as a parent to them."
Jadi orang tua adalah salah satu hal yang paling gue takutin sejak dulu. Bukan karena gue nggak mampu dalam segi finansial untuk menuhin kebutuhan anak gue, tapi gue takut jadi orang tua yang gagal buat mereka. Gagal menjadi contoh nyata ketika mereka tumbuh nantinya.
"Parents are not perfect nor are they saints, Yan. Kita juga bisa bikin salah, karena ini pertama kalinya kita jadi orang tua."
It's our first time to be parents…
"Kita mungkin dididik untuk jadi anak yang baik, tapi kita nggak dididik untuk jadi orang tua yang baik. Yang perlu kita lakuin adalah berusaha yang terbaik, nggak perlu perfect, yang penting terbaik."
Hampir dua tahun jadi orang tua rasanya nggak mudah. Kalau biasanya gue sama Ales masih sering pentingin ego masing-masing, sekarang udah nggak bisa lagi. Semua rasa egois itu seolah runtuh begitu mereka berdua hadir di hidup kita.
"Dan kamu juga harus paham kalau non of you two are perfect."
Banyak wejangan datang ke gue semenjak kehidupan pernikahan datang. Banyak yang berguna, tapi juga banyak yang kadang nggak begitu realistic buat diwujudin. Kalau jodoh mendatangkan banyak kebaikan termasuk datangnya orang-orang baik ke hidup gue setelah Ales datang, maka Saint dan Noah mendatangkan jauh lebih banyak kebaikan yang nggak bisa gue deskripsikan satu persatu.
"Kok kayak serius banget lagi ngobrol apa?" Mbak Nadine langsung menyambut kedatangan Ales dengan senyuman begitupun dengan gue.
"Biasa lah, suamimu lagi curhat." jawab Mbak Nadine yang cuma gue respon dengan tawa kecil.
"Tumben banget kamu curhat." ujar Ales sembari menyenggol lengan gue. Tangan gue reflek menariknya sedikit mundur karena posisinya yang terlalu dekat dengan api panggangan.
"Lagi pengen aja." jawab gue sambil lanjutin manggang kloter daging terakhir.
"Noah mana?" tanya gue karena dia cuma datang sendirian.
"Lagi main sama Vivian sama Alex di dalam." jawab Ales sambil ngambil alih Saint dari pangkuan Mbak Nadine buat digendong karena anaknya tiba-tiba kebangun.
Itungannya sekarang di keluarga ini yang masih bertahan ngejomblo cuma Alex. Semenjak dia sama Regina putus, gue lumayan sungkan buat nanyain kapan dia mau nyusul nikah kayak biasanya. Ditambah lagi dia juga kayaknya malah lebih enjoy jalanin hidup akhir-akhir ini setelah putus.
"Mbak ke dalam dulu ya, mau lihat yang lain. Kalian kalau udah selesai langsung nyusul, udah mulai dingin." kata Mbak Nadine sambil beranjak dari duduk.
"Ini Mbak bawa ke dalam sekalian, ya?"
"Iya, bawa aja. Nanti sisanya aku bawa." jawab Ales sebelum akhirnya Mbak Nadine pergi masuk sambil bawa dua piring daging panggang yang udah matang.
Tangan gue masih sibuk bolak-balikin daging terakhir sambil sesekali ngeliatin Ales yang masih sibuk bikin Saint balik tidur lagi. Bibirnya tersenyum tipis waktu Saint tiba-tiba senyum sambil matanya merem.
"Dia mirip kamu kalau tidur." kata gue yang bikin dia langsung mendongak.
"Masa?" ujarnya nggak percaya yang gue jawab dengan anggukan.
"Iya, you guys look precious. Tenang, peaceful, and beautiful." jawab gue yang bikin tawa kecilnya itu kembali terbit.
She's pretty. Dia selalu kelihatan cantik di kondisi apapun, termasuk waktu dia lagi capek ngurusin anak-anak. She's never complained, kalau capek dia cuma akan datang pada gue untuk minta dipeluk selama beberapa saat.
"Dasar gombal!" responnya yang kemudian mengundang gelak tawa gue.
"Oh iya, kamu tadi emangnya curhat apa sama Mbak Nadine?"
Sebelum datang kesini, gue tahu kalau dia belum punya waktu istirahat karena sibuk jagain anak-anak dan bikin surprise kecil buat Vivian. Begitu Grand Prix India selesai, gue milih buat pulang duluan karena gue tahu dia pasti kerepotan dan baru sampai pukul empat sore tadi di Bali. Semuanya udah siap begitu gue sampai rumah, termasuk juga kue ulang tahun buatannya sendiri untuk Vivian dan juga anak-anak yang udah rapi dan juga wangi. Yang gue lakuin begitu sampai adalah langsung menghampirinya dan memeluknya seerat mungkin karena dia udah banyak kerja keras selama ini.
"I told her that I have an extraordinary wife. She is a good wife and mother to my children and I am lucky to be her husband." ujar gue sambil berjalan mendekat ke arahnya.
"Am I?" tanyanya dengan senyum yang nggak bisa lagi buat ditahan.
"Yes, Ma'am. Yes, you are." Tubuh gue condong ke bawah menyesuaikan posisi Ales yang sedang duduk tenang dengan Saint yang udah kembali tidur pulas. Gue lalu mencium bibirnya itu singkat, lalu kemudian menciumnya lagi beberapa kali.
"I love being my husband's wife." katanya yang membuat senyum gue pun kembali merekah dan kembali menciumi bibirnya lagi.
Ciuman itu berlangsung cukup intense selama beberapa saat sebelum suara melengking dari arah belakang bikin aktivitas itu terganggu.
"Daging lo gosong noh!" Teriak seseorang yang bikin Ales langsung dorong badan gue buat ngejauh. Alex si pelaku utama cuma ngasih tampang nggak berdosa terus balik lagi masuk kedalam yang bikin kita berdua langsung ketawa.
"Kamu sih!" seru Ales sambil nahan malu yang bikin gue nggak bisa berhenti ketawa. Sialannya daging terakhir beneran gosong gara-gara gue tinggal ciuman.
6 notes · View notes
batarayama · 8 months
Text
VOID
Pagi itu, tanpa pemicu, tiba-tiba mata menjadi pedas dan berair mata. Pikiran gue terpaku pada satu statement yang gue muncul di otak ..
"Iya, ya, kalo dipikir-pikir, gue itu sekarang sendirian. Bener-bener sendirian."
Bukan tanpa dasar, otak gue yang random ini berpikir demikian.
Hubungan keluarga cenderung konservatif, menya-menye urusan perasaan it's not our family thing to begin with. I don't have a fond memory about my childhood. Yang gue inget, it was full of jealousy ke saudara kandung gue. Karena dia selalu dapet all the goods things. I got whatever left. So, I learned to be happy with I've got.
During crisis, yang berperan jadi emotional bumper dan pemadam kebakaran? Yeap, you guessed it. Me..
Jangan victim playing yourself dong.
Percaya deh, setiap kali ada kejadian luar biasa yg menimpa keluarag gue, itu adalah hal pertama yg gue lakukan: gue ga mau menjadikan diri gue korban. Along the way, I can't help to think that I am always be THE victim. I just chose not to be one to begin with.
So yeah, our family is not that close. Now that mom and dad, udah ga ada, that distance between me and my sibling tetap ada. Tidak menjauh, tapi juga tidak mendekat. Ya courteous family relationship aja.
Friends. I have good and great friends. Friends yang gue tau kalo they will be there in times of need. Tapi, still sebaik apapun hubungan pertemanan, seorang teman tetap punya kehidupannya sendiri. Posisi lo sebagai teman, walaupun deket, still berada di permukaan ...bukan prioritas harga mati. Dan itu sangat bisa dipahami. Tapi, juga tidak bisa dituntut untuk lebih dari itu.
Kaitan dengan being void and loneliness ...selalu hits hard when time of celebration getting closer. Entah hari raya, entah hari ulang tahun, entah momen milestone apa lagi yang terjadi di dalam hidup lo.
Lo perantauan ke kota lain, tapi lo tau kalo keluarga lo ada di kota asal. Mau lebaran, mau natal, mau lo ulang tahun ...ada seseorang atau sekelompok orang yg "ada" buat momen spesial itu. Walaupun ga dirayain bareng. Ada seseorang yg excited dengan perayaan sesuatu bersama dengan lo.
Pernah ga lo shalat ied atau misa natal, lo liat orang2 sekitar lo ngerayain bareng momen itu...and there you are alone. Iya gue....satu2nya Katolik, keluarga yg lain muslim.
Ngerayain Natal ama temen2 gue? They have their own family to celebrate with. Absurd kalo tiba2 gue crashing in uninvited lah ya. Andaikan lo punya keluarga di kota asal, lo masih punya pilihan untuk pulang kampung.
Gue juga ga expect celebration yg grande atau gimana. In fact I have no expectations. Coz I dare not to have any expectation anymore, simply udah terlalu sering kecewain dengan hopeful expectation dan malah berakhir kecewa.
Sulit sih merangkum apa yg ada di pikiran gue pagi itu,tentang being alone for good. Masih banyak yg bisa gue telaah..tapi, sejauh apapun yg bisa gue telaah, berujung pada pada konklusi: itu adalah pilihan gue dan itu adalah gue bermain jadi korban. Setidaknya itu yg gue rasa banyak orang akan berpikir saat membaca ini semua.
It's not easy to define or tell a story about that void inside yourself to anyone yg belum pernah tau rasanya menghabiskan seumur hidup mencari sebuah tempat yang aman dan nyaman yang bisa kau sebut "rumah".
3 notes · View notes
cocotangaje · 9 months
Text
7 Agustus 2023
Gue bangun dengan keadaan linglung setelah kemaren tetep maksain latihan dance meskipun seminggu ini padet bolak-balik keluar kota buat wawancara. Semalem mimpi PC gue dicolong orang, padahal gue aja nggak punya PC, cuma punya laptop. Tapi tetep aja di mimpi itu gue nyesek banget.
Bangun tidur masih dalam keadaan gak percaya. Satu keluarga sehat, gak ada musibah apa-apa sejak tanggal 1 kemaren yang terjadi ke hidup gue. Gue menjalani pagi hari seperti biasa. Cek hp, nonton bentar, sarapan, terus bantu potong buah buat salad. Bukan melon semangka melon semangka aja, tapi berbagai macem buat gue potong dan masukkin. Mama ngundang sekeluarga besar buat makan-makan. Syukuran nanti sore karena katanya agustus tahun ini banyak banget menerima keberkahan.
Masakannya udah setengah jadi di jam set 10 pagi. Gue balik tidur lagi bentar dan bangun jam 10 terus lanjut mandi. Sengaja keramas hari ini, gue ngerestart diri lagi sebagai marking kalo kapanpun gue bisa terlahir kembali. Terus gue pake outfit full item dari atas sampe bawah. Hari ini juga gue pake make up terus anter adek dulu buat beli kertas nasi sama gelas plastik disuruh mama, terus pulangnya mampir dulu ke starbucks buat redeem potongan 50% minuman sama free birthday cakenya mereka.
Begitu kuenya dikasih, gue diucapin ultah. Terus gue duduk dulu bentar, sengaja mau nulis dan bawa diary, pulpen, beserta headsetnya. Baru nyetel “What was I made for” beberapa detik, mata gue langsung ngeblur. Belum sempet gue ambil tisu, air mata gue jatuh.
Gue terharu.
Ini agustus pertama gue dalam 6 tahun dimana gue gak menerima musibah di hari ulangtahun. Sejak ulangtahun ke 17, gue selalu nangis tanggal awal begitu menginjak bulan agustus sampai tanggal 7. Selalu ada musibah datang. Entah anggota keluarga sakit silih berganti, orangtua dalam tiba-tiba harus dirawat di rumah sakit, nyampe nangis tiup lilin ulangtahun sendiri karena gak ada satu orangpun yang ngucapin.
Semakin gue coba berhentikan, semakin berdesakkan air mata gue keluar. Gue kewalahan dengan emosi asing ini. Perasaan seneng tanpa curiga. Rasa syukur tanpa harus was-was. Tahun ini di tanggal awal agustus gue menerima panggilan interview, adek gue lulus masuk PTN, dan di tanggal 7 keluarga gue sehat semua. Bahkan gue menerima kado dari mereka berupa barang yang memang selama ini sering gue pakai.
Gue merasa sangat diperhatikan.
Meskipun belum tentu, tapi gue sempet bergumam di dalem hati, “Apa mungkin kebahagiaan ulangtahun gue 6 tahun belakangan ini diambil untuk dikasih sekaligus di hari ini? Doa mana yang Tuhan kabulin buat menggantikan rasa sakit dan kesepian gue bertahun-tahun kemarin?”
Selain karena gue bersyukur atas nggak ada musibah apa-apa terjadi di hari ini, gue juga seneng dengan bertambahnya umur semakin deket gue sama mati. Yang berarti penderitaan kehidupan yang gue alami selama ini sebentar lagi akan berakhir. Meskipun gue belum tentu hidup nyampe tua dan gue sangat membenci kehidupan, gue bersyukur gue memilih untuk merayakan ulangtahun sebagai perayaan mendekati kematian daripada memilih untuk mengakhiri hidup gue sekarang juga.
Gue menuliskan seluruh perasaan gue di buku diary yang gue bawa. Gue juga sengaja membuat tulisan khusus untuk gue posting di media sosial. Setelah itu gue pulang dan langsung take video tren-tren ulangtahun yang udah gue bookmark dari lama.
Kue gue makan sambil dengerin lagu Hindia setelah take beberapa videonya selesai. Setelah itu tenangin ponakan gue yang sempet tantrum, lalu menuliskan tulisan ini di meja kamar gue yang berantakan itu.
Memang hari ini sebenernya nggak beda jauh kayak hari-hari biasa gue sebelumnya. Tapi ini 7 agustus pertama gue yang nggak terjadi musibah apa-apa, setelah 6 tahun sebelumnya gue selalu menerima kesialan di tanggal yang sama.
3 notes · View notes
pergimelaut · 11 months
Text
Di tengah gema Coldplay.
Lagu-lagu Yoasobi selalu bagus. Aku pikir, akan datang saatnya ada penyanyi atau penampil yang menjadi pengecualian dari prinsipku untuk nggak nonton konser, tapi, ternyata Yoasobi yang paling kusukai dalam cakupan J-Pop pun nggak menggerakkanku untuk ikutan war konser Yoasobi di Jakarta, akhir 2022 lalu.
Di Spotify, ada satu playlist yang kubuat isinya semua lagu di semua albumnya Alec Benjamin. Aku suka semua lagu di semua albumnya, dan suka single-nya juga, hingga rasanya capek kalau pindah-pindah dari satu album ke album lain, bahkan playlist dari Spotify "This Is Alec Benjamin" saja belum semua lagu masuk. Terus, tahun lalu, aku tahu kalau Alec Benjamin konser di Indonesia---ah, bahkan nggak cuma itu, "Indonesia"-nya itu di Prambanan, lho. Prambanan! Aduh. XD Cukup motoran aja, bahkan sambil ngelamun, bisa sampai. XD Tapi, ya, sama kayak kedatangan Yoasobi, aku pun nggak berburu tiket konsernya.
Aku ingat tiga konser yang kudatangi hingga hari ini. Pertama, ketika aku kelas 2 SMP, aku diajak seorang teman untuk berkunjung ke SMP tetangga yang mengundang band lupa namanya---yang ketika aku menyaksikannya, aku baru sadar kalau aku nggak tahu satu pun lagu mereka. Kedua, ketika aku kelas 1 SMA, aku datang ke konser Endah N Rhesa, diajak seorang teman juga. Ujung-ujungnya kami terpisah, dan aku keburu dijemput ketika Endah N Rhesa baru keluar sebentar---bahkan lagu legend "When You Love Someone"-nya belum sempat kudengar. Dan ketiga, masih di kelas 1 SMA, SMA-ku mengadakan konser yang mengundang band lupa namanya(2)---aku jadi Sie Konsumsi saat itu, dan ketika sudah selesai membagikan makan malam di belakang panggung, aku bisa punya waktu untuk dengerin penampilannya sebentar, sebelum, ya, dijemput.
Aku bisa paham ketika orang-orang bilang bahwa vibe konser dan dengar lagu di kamar itu beda, tapi bukan pada kegiatan berdiri dan bernyanyi bersama. Yang kupahami adalah bagaimana sound system-nya bekerja: suara vokalis, gitar, drum, dan lainnya. Aku tahu itu beda dibandingkan dengar lagu di kamar (walaupun nggak bisa kujelaskan bagian mananya). Ketika perayaan Imlek tahun 2023, aku menghadiri Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, dan sempat menghabiskan waktu dengan duduk bersila, mendengarkan penampilan yang sedang berlangsung di atas panggung, dan menghabiskan makan-minum bersama seseorang yang kusayangi. Saat itu, aku teringat berita yang kubaca bahwa ketika Sheila on 7 konser, mereka meminta penontonnya semua duduk bersila saja. Kayak yang kulakukan saat itu. Rasanya, itu konser yang kumau.
Akhir-akhir ini, Coldplay sulit hilang dari kepalaku, terutama sejak seseorang bilang bahwa dia ingin datang ke konser Coldplay sebelum mati. Jauh di dalam hatiku, aku nggak mau membantunya. Aku pernah memprotesnya, "Kenapa depresif dan segitunya banget, ndadak bilang 'sebelum mati' segala?" Bukannya aku memarahinya, aku hanya nggak memahami kenapa pokoknya harus, nggak boleh enggak.
"Ada kalanya kita punya keinginan yang sifatnya duniawi, kan?" Pembelaannya seperti menyalahkanku. "Dan itu nggak salah, lho. Kamu pasti juga punya mimpi yang segitunya banget, tapi nggak kamu bilangin. Dan aku nggak tahu. Ya, nggak papa."
Ah, bahas mimpi lagi. Pada banyak kondisi ketika aku bisa memahami dan membayangkan perasaan akan sebuah pengalaman yang belum pernah kujalani, kondisi yang dia bicarakan bukanlah salah satunya. Aku berpikir sejenak, dan seperti biasa, akhirnya mengalah saja. Ya, baiklah. Untuk sekarang, kalau harus ada mimpi segitunya yang kupunya sebagaimana kamu, mungkin mimpi itu adalah membantumu mewujudkan mimpi nonton konser Coldplay. Kebahagiaanmu lebih penting dari kebahagiaanku & semua yang bisa kutawarkan, jadi aku hanya bisa berharap kamu mendapatkan apa yang kamu mau.
Kalimat terakhir sepenuhnya aku bersungguh-sungguh dari dalam lubuk hatiku, 15 Mei 2023 (H-2 war tiket).
4 notes · View notes
hypocrishit · 2 years
Text
Selamat cegah bunuh diri
“Siapa yang ingin bunga pada saat sudah mati nanti? Tak ada”
Satu satunya hal yang menyenangkan dari pemakaman adalah berkumpulnya orang yang dulunya punya seribu alasan untuk tidak bertemu, lalu seperti mukjizat menyisihkan waktu untuk pertemuan yang terakhir (katanya). Lalu aku terpikir bagaiamana sekelompok orang penggali kubur ini kemudian membenamkanku ke dalam lahan pekuburan, dengan kayu bertuliskan namaku diatasnya. Dikerumuni dengan orang orang yang mungkin entah kukenali atau tidak. Orang-orang lalu menyebarkan bunga dan air di atas perutmu, lalu pulang dengan segala basa basi seakan tidak kehilangan apa apa. Sedang aku, berjejal dengan bangkai-bangkai. saat terik, tanahku akan mengering dan rumput rumput baru tumbuh akan layu, sedangkan saat hujan turun membasahi semua tempat tidak ada yang datang, kalaupun ada, mereka semua akan berlari mencari tempat berteduh seperti kesetanan, semua orang kecuali aku.
Lalu orang orang akan berdalih omong kosong dengan beranggapan hanya jasad yang terkubur, lalu jiwa terbang ke surga atau semacamnya. Kalian tau itu hanya bualan belakan kan?. Toh aku masih mngetik tulisan ini, yang berarti aku masih menghirup udara yang mulai tidak segar karena perubahan iklim belakangan ini.
Aku kemudian membaca ulang catatan perjalanan sebulan yang lalu, me-refleksikan diri, kemajuan apa yang sudah kubuat sejauh ini. Tapi nihil, yang muncul hanyalah pertanyaan pertanyaan pesimis. Maksudku begini, sah sah saja melakukan perjalanan kemanusiaan tanpa menerima uang sepeserpun, tetapi bagaimana bisa kau melakukan itu karena benar-benar ingin menyelamatkan nyawa orang? Jangan-jangan yang sebenarnya ingin kau lakukan adalah menjadi pahlawan revolusioner jagoan, dimana semua orang bertepuk tangan, memberikan bunga dan mereka memasang fotomu di akun instagramnya dengan kutipan heroik lalu mendewakan dirimu, atau paling tidak, kau ingin mengumpulkan uang uang untuk membeli peralatan mewah yang sedang trendy, lalu datang ke club dekat rumahmu, membeli beberapa botol wishkey dan bergaya seperti orang besar. tapi Bagaimana bisa kita tahu bahwa kita tidak jadi orang yang munafik? Masalahnya adalah kita tidak tahu.
Lalu aku menyadari beberapa hal tentang kecintaanku pada ilmu pengetahuan, mempelajari perlahan mengenai kesabaran dan usaha yang sedang kulakukan. Dan menyadari bahwa aku bukanlah satu satunya yang merasa kebingungan dan ketakutan sampai muak setengah mati pada sifat manusia yang bengis, yang kebanyakan memanfaatkan embel embel perjuangannya dengan mengeksploitasi orang lain. Hal hal ini lah yang membuatku bertahan untuk tetap hidup, menekuni sampai batasan yang entah dimana, hingga tahu persis sampai dimana kemampuan yang sesungguhnya yang mungkin saja masih jadi misteri. Lagi pula, sebagai penutup, saya mengingat kutipan Wilhem Stekel dalam buku The Cather In The Rye “mereka yang belum dewasa adalah yang bersedia mati demi memperjuangkan satu hal, sementara mereka yang dewasa justru bersedia hidup dengan rendah hati memperjuangkan hal itu”.
Tulisan ini ditulis sebagai bentuk perayaan Hari pencegahan bunuh diri sedunia (10 sep)
13 Sep 22
4 notes · View notes
doubtspirit · 1 year
Text
Tumblr media
Mexican skulls - © David Boté Estrada - Colorful Mexican skulls on display in Culiacán, made of clay for Día de los Muertos
51 notes · View notes
afafsyahidah · 2 years
Text
Tumblr media
Untuk Farha
Dek, hidup ini layaknya sebuah perjalanan. Tanpa tujuan, kau akan terus terombang-ambing dengan ketidakpastian.
Dek, hidup ini bukanlah sebuah ajang perayaan, tapi persiapan untuk menjemput sebuah kepastian, yaitu kematian.
Dek, hidup ini tentang ridho Tuhan. Siapapun yang mendekati apa apa yang tidak sukainya, maka ia akan sengsara. Tenggelam dalam penyesalan.
Farha, menjadi perempuan bukan tentang siapa yang paling cantik parasnya, tetapi bagaimana ia menjaga kehormatannya.
Menjadi anak juga bukan tentang siapa yang paling banyak berkorban atau memenangkan sebuah perdebatan, tapi bagaimana ia menghormati dan memuliakan orang tuanya.
Untuk menjadi sebuah emas yang berharga, ia perlu dicari keberadaannya. Untuk mendapatkan makna dari sebuah perjalanan, ia perlu pemahaman.
Jangan pernah menjadi manusia yang hanya memikirkan keadaan diri sendiri. Tapi jadilah manusia yang mudah memahami. Melihat segala sesuatu dari kaca mata orang lain, mengerti perasaan dengan memposisikan diri di hidup mereka.
Tidak ada yang tahu takdir Tuhan, tapi untuk seluruh catatan kehidupan, Farha bisa merubahnya dengan do'a. Untuk segala nasib yang telah Tuhan persiapkan, Farha bisa merubahnya dengan usaha. Dan untuk kerasnya hati yang hampir mati, Farha bisa melembutkannya dengan Al-qur'an.
Selamat mengarungi lautan ilmu yang luas. Karna, untuk banyaknya penyesalan, semua akan terjadi pada akhir perjalanan.
Aku menyayangimu, sungguh.
-Kakak pertama.
3 notes · View notes
indsa-blog · 2 years
Text
Pergi, Ikhlas
9 Mei 2022, hari ulang tahun ku.
Hari itu seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untukku karena hari yang ku tunggu-tunggu setiap tahunnya. Gegap gempita, bahagia, senyum, tawa. Gambaran imajinasi ku. Lenyap.
Pagi itu, rumah ku ramai, semua sanak keluarga dan tetangga ku secara bersamaan kerumah ku, aku mendapatkan papan bunga.
Semua menangis.
Ini hari ku, ini kebahagianku, ini perayaan ku. 
Menjadi.
ini hari untuk mengenang kepergian bapak. 
Bapak ku, 
Pelindung ku. Berpulang disaat aku datang.
“Bila kita mencintai seseorang, ia tak pernah mati, ia hanya berganti bentuk menjadi kenangan, menjadi semangat, atau menjadi kebijaksanaan, mungkin yang harus dilakukan bukan belajar hidup tanpa orang meninggalkan kita, tapi belajar hidup dari cinta yang mereka tinggalkan dan bila cinta tak terbilang, kau cukup merawatnya dengan rindu”.
8 Mei 2022, bapak dilarikan ke UGD,
Pagi itu, waktu subuh bapak mual muntah. Sudah sering seperti itu. Bukan suatu hal yang ku takutkan, pernah terbayang hal itu akan berakibat fatal, tapi itu dulu dan bayangan itu tidak pernah terjadi. Tapi hari itu beda, mual muntah bapak sampai berdampak lemas. 
Bapak meminta untuk periksa lab, mengingat bapak telah lama menderita CKD anemia. Kami mengira kreatin tinggi dan HB rendah, mengingat seminggu yang lalu bapak baru tranfusi. Seharusnya mendapat 3 kantong tapi hanya mendapat 2 kantong. 
Kami berusaha memanggil petugas lab untuk home care dan menghubungi sanak yang mempunyai kenalan pengelola lab ternama. Tapi tidak membuahkan hasil karena petugas shift yang kurang. Kemudian kami menghubungi lab lain, tapi jawabannya sama. Hingga keputusan terakhir bapak harus pergi ke lab, meskipun dengan keadaan lemas, untuk mengetahui penyebab dan tindakan yang akan dilakukan, semua harus dipaksakan.
Untuk menuju ke lab sebenarnya tidak jauh, hanya 10 menit, mungkin kurang. Mengingat kami tidak mempunyai mobil maka kami meminta  tolong pak puh untuk mengantarkan, pak puhsering mengantar bapak ke rumah sakit jika dalam keadaan darurat. Tapi pak puh tidak bisa dihubungi, tidak seperti biasa. Pilihan kedua adalah motor dengan aku yang membonceng. Tapi bapak menolak, karena mual muntah dan lemas itu sangat terasa. Pilihan ke ketiga adalah memesan go car atau grab car, tapi rumah kami di kota kecil sehingga sangat sulit mencari go car atau grab car. Tapi kemudian bapak minta diantar oleh pak lek, tidak seperti biasa bapak mau diantar pak lek. Tak ada yang menyadari, ini adalah tanda.
Sebelum keberangkatan bapak muntah berwarna hitam pekat. Kami mengira itu adalah kuma, lagi lagi kami tidak menyadari bahwa itu adalah tanda. Seminggu sebelum bapak mengeluh BAB hitam, dan lagi lagi itu adalah tanda yang tidak kami sadari.
Pada saat itu pasien lab sangat ramai, tindakan yang bapak butuhkan harus cepat karena beliau semakin lemas. Akhirnya kami membawa bapak ke UGD, yang kami harapkan adalah bapak segera menerima tindakan. Bapak sudah mendapatkan hasil lab, HB rendah dan harus segera di transfusi, selain itu bapak mengalami mual muntah dan nafsu makan menurun. Dari pagi bapak tidak makan apapun, selain pear dan air putih. Rumah sakit melakukan tindakan untuk mengurangi rasa mual muntah, bapak mulai gelisah dan mengeluh sesak.
Bapak masuk UGD sekitar pukul 11.00 dan baru di pindah ruangan pukul 18.00, beliau menunggu 7 jam di UGD untuk tindakan transfusi, bahkan lebih. Mental bapak down, beliau sangat sangat gelisah. Belum lagi harus menunggu prosedur transfusi seperti antri darah di PMI dan tindakan lain sebelum proses transfusi. Bapak sangat sangat gelisah, semakin menjadi rasa sesak beliau. Sangat sangat tidak nyaman, beliau menolak di ruangan, beliau hanya mau di luar rungan karena sesak dan panas.
Gula darah bapak diketahui sangat rendah, karena tidak makan sama sekali semenjak pagi, beliau hanya mau pear dan air putih, tidak ada gula yang dapat diolah tubuh untuk menghasilkan energi. Pilihannya adalah memberikan beliau insulin untuk menghilangkan rasa lemas, tapi beliau menolak tindakan. Lemas, panas, sesak, beliau keluhkan. In fact oksimeter beliau menunjukkan angka 98, dimana angka tersebut masih dikatakan normal. Ketika bapak diberi oksigen di dalam ruangan beliau menolak, memberontak dan meronta.
Pak puh, hanya beliau yang terbesit di pikiran ku ketika aku dan ibu sudah bingung dengan kondisi bapak. Bapak sempat menolak transfusi karena SOP transfusi bapak harus di dalam ruang perawatan. Pak puh datang, berusaha membujuk bapak untuk mau dilakukan tindakan, tapi bapak tetap saja menolak. Lagi-lagi ini sebuah pertanda yang tidak kami sadari, bapak dekat dengan pak puh, saran pak puh selalu di terima bapak, tapi saat itu bapak menolak. Bapak terus mengajak keluar ruangan, meraung meminta didorongkan kursi roda, kesana kemari. Dalam udara yang dingin, bapak meminta melepas baju, badannya lembab karena keingat, dan beliau tetap tidak mau menerima tindakan.
Mental bapak sudah down, beliau sangat sangat gelisah. Permintaan beliau hanya mau dilakukan tindakan jika dilakukan di luar ruangan. Perawat pun tetap kekeuh tidak bisa karena tidak mungkin melanggar SOP.
Bapak pun tetap kekeuh tidak mau tindakan, semua bingung, aku, ibu, pak puh, perawat. Kami terus membujuk bapak untuk makan agar ada tenaga untuk makan, beliau mau makan tapi sedikit. Sedikit makan kemudian muntah, muntah cairan. Bapak semakin lemas. 
Dengan sabar dan segala cara pak puh lakukan untuk membujuk bapak mau dilakukan tindakan. Bapak mau, akhirnya kami masuk ruangan. Bapak terus meraung sesak, akhirnya di pasang oksigen, tetapi tidak berpengaruh. Bapak tetap sesak, selang oksigen beliau lepas. Bapak minta keluar tuangan lagi, tindakan tertunda lagi. 
Bapak mau dilakukan tindakan jika di depan ruang perawat dengan keadaan pintu harus terbuka, perawat masih belum bisa melakukan keputusan untuk melakukan tindakan di luar SOP. Alhamdulillah Pak Puh bertemu dengan supervisor ruangan tersebut sehingga diizinkan melakukan tindakan transfusi diluar ruangan, duduk di kursi roda, sambil didorong kesana kemari, dengan persetujuan dari keluarga pasien jika terjadi suatu hal yang tidak diharapkan bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit. Kami pun menyetujui, asalkan bapak mau menerima tindakan.
Transfusi dimulai, di kursi roda dan di dorong kesana kemari. Kami bertiga mempunyai tugas masing-masing. Mendorong kursi roda bapak, mengipasi bapak dan melihat tetes darah transfusi. Bapak sudah menerima tindakan dengan tetap mengeluh sesak dan lemas.
Malam semakin larut, udara semakin dingin. Bapak harus masuk untuk mendapatkan perawatan yang nyaman, kami terus berusaha membujuk. Supaya mempunyai tenaga bapak harus menerima insulin dalam keadaan berbaring. Bapak terus memberontak.
Mungkin dengan sangat terpaksa,  akhirnya bapak mau tindakan pemberian insulin dengan syarat tindakan dilakukan di depan ruang perawat dengan keadaan pintu terbuka. Syarat yang sama, pihak rumah sakit mengiyakan dengan tanda tangan persetujuan keluarga.  
Bapak berbaring dengan gelisah karena sesak, tindakan pemberian insulin dilakukan, dengan transfusi, perawat sudah menyiapkan oksigen untuk mengurangi sesak bapak. 
Waktu sudah lewat dini hari, bapak tertidur dengan tenang. Terdengar dengkur pelan bapak. Aku tenang karena bapak sudah mendapat tindakan, ibu terlihat lelah, pak puh harus pulang untuk beristirahat. Ibu terus mengelus bapak, dengan berat hati aku dan pak puh berpamitan karena besok harus bekerja. 
Subuh, aku bersiap untuk ke rumah sakit. Mengantarkan sarapan untuk bapak dan ibu. Aku tidak mempunyai firasat yang buruk, bayangan ku bapak sudah akan jauh membaik karena sudah menerima beberapa tindakan sebelum beliau cuci darah pagi ini. Harapanku Ketika aku sampai rumah sakit, bapak sudah segar, menunggu ku untuk sarapan dan ganti baju. Ibu sudah segar dan siap mengantarkan bapak cuci. Bayanganku, harapanku semua akan baik baik saja. Semua akan berjalan seperti biasa, kemarin malam adalah situasi buruk yang sudah kita lalui bersama dan semua akan baik baik saja. Semua akan baik baik saja, akan baik baik saja. ALL IS WELL.
Dengan tenang langkah ku menuju gerbang rumah sakit, menuju lorong ruang perawatan bapak. Hal pertama yang kulihat adalah tetangga ku, tetangga dekat ku. Berdiri di bagian bawah bed bapak, dengan darah di lantai. Bapak meringkuk, ibu dan perawat kebingungan. Bapak masih bergeming, masih gelisah, masih mengeluh sesak. Aku terdiam, berfikir apa yang harus ku lakukan. Aku harus tenang, aku harus berfikir logis, aku harus menerima. Melipir di gazebo adalah pilihanku, menenangkan diri dan berusaha memutuskan apa yang harus kuperbuat.
Sedikit bercerita dengan rekan kerja ku dengan situasi saat ini, temanku menyaranku untuk tenang dan tidak pergi bekerja.
Tenang dan tenang.
Ibu memintaku untuk pergi ke teman spiritual bapak, seorang kyai yang sering ditemui bapak untuk mencari ketenangan. Waktu itu adalah perayaan 7 hari lebaran, sangat kurang beruntung aku tidak bisa menemui beliau karena sedang tidak berada di tempat.
Akhirnya aku pulang ke rumah uti untuk sarapan dan mandi, aku tetap optimis bapak akan baik baik saja. Semua baik baik saja dan akan tetap baik baik saja.
Sebelum sarapan budhe menelpon, menanyakan kabar bapak. Karena aku sangat optimis bapak akan baik baik saja, maka aku menjawabnya dengan tenang. Setelah itu aku masih bercerita dengan uti, aku masih sangat sangat berusaha tenang.
Ibuku menelepon untuk segera kembali ke rumah sakit, secepatnya. Aku masih sangat berusaha tenang. Semua akan baik baik saja.
Didepan ruang cuci darah, dihadapanku, ruangan yang selama ini ku takuti. Tempat bapak mendapat perawatan selama kurang lebih 5 tahun terakhir, setiap 2 kali dalam seminggu bapak rutin mengunjunginya. Tapi aku, baru 3 kali. 3 kali terhitung pada saat itu aku menginjakkan kaki di ruangan itu. Selain takut, aku tidak tega melihat bapak. Aku tidak tega seorang lelaki yang paling gagah di kehidupan ku harus meringkuk tidak berdaya. 
Dengan tenang aku memberanikan diri masuk ruangan, menemui ibu dan bapak. Benar bapak meringkuk, tidak terdefinisi perasaan ku. Hancur pasti. Dia, pelindung ku. Aku merasa kecil, aku sudah merasa takut, aku sangat sangat takut.
Ibu ku sangat tegar, ibu ku sangat hebat, ibu ku sangat kuat. 
Aku keluar untuk menghubungi pak puh, meminta beliau kemarin. Setelah selumnya aku baru mengetahui fakta bahwa pak puh kemarin malam tidak jadi pulang bersama ku, setelah pak puh mengantarkan ku pulang beliau kembali ke rumah sakit untuk menunggu bapak bersam ibu, karena bapak terus mencari pak puh. 
Semua menangis, teman teman penunggu pasien cuci darah menangis. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku bertanya tanya, semua akan baik baik saja bukan. Jantung ku berdetak cepat, badan ku mulai lemas. Aku takut, sangat sangat takut. Aku lemah. Aku kehilangan arah. Aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat. Aku kosong. 
Ruangan cuci darah pada saat itu tegang, semua perawat menuju bed bapak. Ibu ku menyuruhku untuk keluar. Oxymeter di tangan bapak menunjukkan angka 70. Tindakan RJP mulai dilakukan, code red mulai digaungkan. Dunia ku berhenti dan hilang.
Semua menangis, semua bersedih, semua kehilangan. 
Bapak, telah berpulang ke rahmatullah pada hari Senin, 9 Mei 2022 di rumah sakit RSUD dr. Soedomo Trenggalek ketika menjalani cuci darah di ruang hemodialisis.
Ibu ku menangis, aku menangis, pak puh menangis, tetanggaku menangis, perawat menangis, semua menangis.
Indah, telah hadir di dunia pada hari Kamis, 9 Mei 1996 di rumah sakit RSUD dr. Soedomo Trenggalek di ruang VK.
Di lingkup tempat yang sama, tanggal yang sama, tahun berbeda, emosi yang berbeda. 
Menerima dan melepaskan.
7 Mei 2022, bersilaturahmi dengan saudara
Saudara bapak, 2 orang pergi ke rahmatulloh di hari yang sama. Bapak merasa sehat, beliau merasa suatu kewajiban untuk melayat. Setelah magribh bapak pulang dari tempat melayat, setelah isya beliau berangkat lagi untuk melayat. Beliau bertemu banyak saudara, berbincang menanyakan kabar. Mengingat ketika lebaran bapak tidak bisa bersilaturahmi karena baru keluar dari rumah sakit. 
Bapak pulang cukup larut, sekitar pukul 22.00, beliau menunggu jenazah disemayamkan. 
Bapak pulang dari melayat dalam keadaan sehat, masih sempat bercerita tentang beberapa orang yang beliau temui di rumah duka. Bapak masih baik-baik saja.
5 notes · View notes
enigmalestari · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kemarin perayaan BUNTINGNYA SI DESI LOLO ANAK IBU GERMO DOLOK MASIHUL, STELAH BEBERAPA KALI MELACUR DI GUGURKAN ANAKNYA, TERMASUK JG SI LELI YG NO. 2, & MAY RIISA YG NO. 3 DAH DI ABORSI BBRP KALI, TAPI KALI INI TAKUT SI DESI MATI KALAU DIGUGURKAN LAGI, MAKA MAK DEWI MERAYAKAN BERSAMA TEMAN2 RELASI PELACURAN & PERZINAHANNYA BUNTINGNYA SI DESI , JADI WALAUPUN SI DESI BUNRING TANPA SUAMI ALIAS PELACUR & ATAU SIMPANAN BAPAK2- KAKEK2 ORANG TETAP DIRAYAKAN, SEBAB KELUARGA IBU GERMO DOLOK MASIHUL, HANYA MENGUNDANG ORANG2 KAWAN2 MELACUR & ZINAH NYA, SERTA MENANDATANGANI PERJANJIAN PERZUNAHAN DI RUMAHNYA KEMARIN.
4 notes · View notes
garamterang · 26 days
Text
SABTU SUCI
Renungan Edisi PASKAH Sabtu, 30 Maret 2024 Nas: 27:57-66
Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." - Mat. 27:64
"Dengan pertimbangan, mereka pun akhirnya meminta supaya kubur itu dijaga sampai pada hari ketiga. Perintahkanlah untuk menjaga kubur itu. Pilatus harus tetap menjadi antek mereka, yang kekuasaan sipil dan militernya harus dimanfaatkan untuk melayani kedengkian mereka. Seharusnya tawanan yang telah mati tidak perlu dijaga lagi, sebab kubur itu sendiri akan menjamin bahwa dia tidak akan lepas lagi. Tetapi, hal apa yang tidak akan ditakuti mereka yang sadar bahwa mereka telah bersalah dan tidak berdaya karena telah menentang Allah serta orang yang telah diurapi-Nya?" (MHC: Matius 27:64, Tafsiran SABDA).
Refleksi: Sabtu suci bagi umat Kristen adalah hari yang diperingati sebagai hari di mana Yesus Kristus dimakamkan setelah wafatnya. Bagi umat Kristen, Sabtu Suci merupakan bagian penting dari Perayaan Paskah yang mengarah pada perayaan kebangkitan Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah. Sabtu Suci dianggap sebagai hari penyesalan, refleksi, dan persiapan spiritual menjelang Paskah.
Tujuan dari penjagaan kubur Yesus adalah untuk mencegah pengikut-Nya atau orang lain mencuri atau mengganggu makam-Nya. Penguasa Romawi dan pemimpin agama Yahudi pada saat itu khawatir bahwa pengikut Yesus mungkin mencoba mencuri jenazah-Nya dan mengklaim kebangkitan-Nya, yang bisa memicu kerusuhan atau gangguan keamanan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menempatkan penjaga-penjaga di sekitar kubur untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Doa: Bapa surgawi, kami berada dalam suasana tenang dan suci, di mana kami memperingati kematian Yesus, terdapat makna yang mendalam tentang keimanan Kristen kami. Teguhkanlah iman kami ya TUHAN, dengan kuasa kebangkitan-Mu, kuatkan lengan kami untuk bekerja dan melayani Engkau. Demi Kristus kami berdoa. Amin. (TWP)
0 notes
akudanaksara · 3 months
Text
Ibrahim series
Salim a fillah
Dari Raja Dunia Hingga Pemuja Angkasa
Nabi Ibrahim hidup di satu jaman yang dipimpin oleh seorang raja dan wilayah kekuasaan sebagian besar bumi yang dihuni manusia, raja ini bernama Namrud.
Setelah selamat dari kobaran api , Ibrahim pun berhadapan dengan sang penguasa yaitu raja Namrud.
Namrud bertanya : " kenapa engkau tidak menyembah aku , aku adalah sesembahan di negeriku? Dan kenapa engkau juga tidak menyembah berhala seperti yang lainnya ?
Ibrahim berkata: " Rabbku bukan semua itu , juga bukan kamu tapi Rabbku adalah dzat yang menghidupkan dan mematikan."
Namrud berkata :" Aku pun bisa menghidupkan dan mematikan.
Untuk membuktikan ucapannya, Namrud memerintahkan untuk memanggil 2 tawanan, yang satu dia bebaskan dari hukuman mati dan satu dia perintahkan untuk dipenggal.
Ibrahim berkata:" Jika engkau Tuhan seperti Tuhan sesembahan ku , Tuhanku mampu menerbitkan matahari dari timur , maka terbitkanlah matahari dari barat."
Namrud kemudian terdiam . Tak mampu menjawab. Namrud akhirnya tau dia tidak bisa melawan Ibrahim dan dia pun mengusir Ibrahim dari istana nya.
Pada suatu perayaan Namrud mengundang semua rakyatnya, nai Ibrahim juga datang namun nabi Ibrahim diabaikan tidak diberi hidangan, maka nabi Ibrahim pulang dengan tangan hampa , nabi Ibrahim takut keluarga nya menanti nanti hidangan yang dibawanya , maka kemudian dia mengisi kantongnya dengan pasir dan mencantolkan di tempat biasa.
Esok hari nya , Sarah istri Ibrahim menghidangkan banyak makanan lezat , ia pun bertanya pada sarah , darimana engkau mendapatkan makanan ini ? Dari kantong yang engkau bawa , ucap Sarah . Dari situ nabi Ibrahim tau , Allah telah memberikan rezekinya.
Ibrahim pun hijrah ke negeri haram dan meninggalkan Syam.
Setelah Ibrahim hijrah , Allah mengirimkan malaikat untuk mendakwahi Namrud. Namun Namrud menolak untuk menyembah Allah.
Ketika di haran nabi Ibrahim bertemu masyarakat yang menyembah bintang , bulan dan matahari.
"Ketika malam telah menjadi gelap , dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata ," inilah Tuhanku." Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, Aku tidak suka kepada yang terbenam." QS. Al an'am :76
" lalu ketika dia melihat bukan terbit dia berkata ," inilah Tuhanku." Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata ," Sungguh , jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang orang yang sesat." QS. Al an'am:77
" Kemudian ketika dia melihat matahari terbit , dia berkata , " inilah Tuhanku, ini lebih besar ," tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata," Wahai kaumku! Sungguh , aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutuan." QS Al an'am:78
1 note · View note