Tumgik
#qs: s3
bylertruther · 2 years
Text
listened to sadie n finn's episode of tht podcast they were on together and like. i wonder if finn's silence / short responses when it comes to mike stems from him feeling like mike is no longer as ""big"" of a character as he was in seasons past or if it's bc he can't speak about mike deeply anymore without treading into """spoilery""" banned by his netflix nda or whatever territory 🧐
17 notes · View notes
tangerinecherrygal · 4 months
Text
Thoughts on Bridgerton S3 so far.
Under the cut for the sake of my poor moots and for spoilers. And first and foremost, I am a hater, so I will have some complaints but most are positive.
Positives:
Developing Cressida’s character. I’ve wanted this since I started watching with season 2. I love that she isn’t a cardboard cutout mean girl bc she gets shat on (deservedly sometimes) a lot by the main characters. Also I’m not sure which way they want to go with her character but I don’t think she needs any kind of redemption, maybe just a softening of her character.
Disabled visibility. It’s very clunky, but it is a step in the right direction.Period pieces tend to be worse than other types of shows and movies at erasing disabled people. It’s easy to forget that disabled people did exist and were apart of society. I can’t speak much to how they were treated, but this is bridgerton so it is very possible to portray them in ways that are realistic to the more modern experience of, say, being in a wheelchair.
Portia Featherington. Send tweet.
Benedict being a fun little guy.
Sibling dynamics of the bridgertons are really sweet to see and always make me smile.
Penelope serving cunt, intellect and agency.
Thr Mondrich family being on screen more. I’d love a side show on them like Queen Charlotte. Their relationship is so sweet and I am observing 👀 with upmost respect.
I do like Colin’s new look buuut… we will come back to this.
Francesca’s new actress is so talented. The shy girl rep that I need. She looks a lot like Phoebe and fits in perfectly.
The other stuff (and how i would change it)
Penelope’s makeover seemed rushed. I think her transformation should’ve been gradual as she gains confidence. Almost like Kate’s last season. She starts to reflect her confidence e gains throughout the season and i’m thinking that a fanfic may be brewing oh no.
Colin’s makeover is needed bc they had to downplay the actors beauty in earlier seasons. But I don’t see him as a devilishly handsome rake all of a sudden. Luke Newton has a kind and approachable (kind of baby) face and I think that they should play on that. A pretty kind of handsome instead of trying to immitate the more masculine look that they used for anthony. I know it’s because he is putting on a performance but I think they could have gona another way. His look in season 2 is great in my opinion, maybe if his clothing was more relaxed but he kept the same hair then it would be perfect.
They’re trying to convince us that he’s suave and smooth with the ladies but it’s not consistent with his character
The threesome scenes? Not a hundred percent sure who that was for. Sapphics let me know if you appreciated those scenes because I know they weren’t doing that for their famously large straight male audience. I also saw someone say it reduces the sex workers to props but in context that kind of works into the story so idk.
Colin went from being lost at the end of last season to gaining a sense of identity that isn’t implied to be an act.
Lots of side stories make it seem messy and wastes time that can go into understanding Francesca, Penelope, and Colin. Instead of focusing on stories like Lady Bridgerton’s romantic story they really should make a QS 2 where they can explore the older cast of characters.
Paaaaacinnng. Everything is happening so fast and the side stories mean that Polin doesn’t even make much sense to me. I don’t feel any chemistry. I’m not going to count how long they’ve been on screen together this season, but it’s not enough for me to believe that Colin finally sees Pen in a romantic way. The helping Pen find a husband quest lasted for a second and immediately he realises his feelings. I just don’t buy it. I almost want to cut away to horny ass Kanthony to see actual chemistry.
if anybody reads this and has their own takes pls comment. I love talking about the show and hearing what other people thought.
20 notes · View notes
yyyyyyylg · 6 months
Text
seeing how s3 had gone so far and left us with so many qs and now there's last 4 eps comin up? it's either gonna be
spectacular mesmerizing exciting heart-stopping action packed plot twists and turns and "OMFG masterpiece MASTERPIECE lakudcghmogmr"
or
"what the fuck. what the fuck??? what the fuck no................."
idk im just gonna wait for 'em 🏳️ it's torturing tbh
10 notes · View notes
lilanathania · 12 days
Text
Menjadi Peneliti
Dua tahun lebih saya mencari peluang S3 dan pekerjaan di luar negeri. DUA TAHUN LEBIH. Menyedihkannya, selama dua tahun itu saya sama sekali tidak pernah mencapai tahap interview. Selalu ditolak, dikabari kalau tidak terpilih, atau dikabari lolos tapi tidak pernah sampai dipanggil wawancara. Apakah saya sedih dan galau? Tentu. Apakah saya menyerah? Tidak pernah.
Tumblr media
Kalau dihitung-hitung, saya sudah apply program S3 di lebih dari 20 universitas. Kirim email dan proposal penelitian ke lebih dari 25 professor. Total Apply pekerjaan, lebih dari 30 juga. Dari semua itu, tidak ada satupun yang berhasil.
Tidak ada satu pun dari total sekitar 75 aplikasi.
Let that sink in, please.
Berkali-kali saya merasa stress, bodoh, dan gagal. Seperti memang tidak punya kemampuan untuk meraih masa depan yang saya dambakan. Rasa frustrasi berkepanjangan ini membuat saya sering merasa kehilangan arah.
Walau jadi cengeng, saya tak mau putus asa. Berhenti berusaha adalah mati, dan saya tak mau mati atau stagnan. Memang saya sangat mengamini pepatah yang berkata, 'Don't stop when you're tired. Stop when you're done.'
Puncaknya, beberapa bulan lalu saya merasa sangat terpuruk. Rasanya betul-betul ingin menyerah dan pasrah pada keadaan.
Lalu satu hal aneh terjadi. Saya ingat betul, hari itu saya melihat-lihat lowongan pekerjaan yang disarankan secara otomatis oleh LinkedIn. Kemudian saya Apply ke salah satu universitas swasta di Singapura. Tentu tanpa ekspektasi apapun karena saya sudah sangat terbiasa gagal. Lebih baik tidak berharap ketimbang terlalu kecewa.
Lucunya, tak genap 24 jam, saya mendapatkan email. Professor dari universitas tersebut kontak dan meminta ijazah serta transkrip nilai. Tentu saya excited, tetapi saya redam supaya jangan terlalu bahagia di tahap seawal ini. Keesokan harinya, saya mendapatkan email singkat berikut.
Tumblr media
Batin saya sudah berisik sekali. OMG OMG OMG OMG. Interview?? Di universitas level dunia itu?? Saya buru-buru mengecek QS ranking karena tak percaya. Ranking 15!! Saya sungguh tak percaya karena selama ini selalu ditolak ketika melamar di universitas-universitas lain (Eropa, Australia, dan Asia) yang memiliki ranking jaauhhh di bawah universitas ini. Bahkan bermimpi pun saya tak pernah karena merasa terlalu tinggi. Bagaimana bisa saya justru dipanggil di sini?
Singkat cerita, saya mendapat email susulan terkait waktu wawancara, tepat satu minggu setelah saya apply. Sesuatu yang menurut saya sangat wow karena prosesnya begitu cepat dan terasa mudah. Padahal, saya terbiasa menunggu jawaban aplikasi hingga tiga minggu lebih (dan berakhir dengan kegagalan). Kali ini, apakah dewi fortuna memang sedang mampir?
Di hari interview, saya sudah mempersiapkan berbagai jawaban pertanyaan. Tentu saya mencari dahulu di internet, kira-kira pertanyaan macam apa yang akan muncul. Saya pun membuat catatan dan mengingat-ingat beberapa poin tertentu yang saya duga akan ditanyakan. Pokoknya, saya harus siap! Wawancara pertama setelah mencari dan berjuang dua tahun lebih, siapa yang tidak grogi?
Ternyata wawancara berjalan dengan sangat singkat, tak genap 30 menit. Selain dikonfirmasi mengenai kemampuan dan pengalaman, mereka juga terdengar sangat tertarik pada satu hal: mengapa saya mau meninggalkan posisi yang mentereng demi menjadi seorang akademika?
Salah satu profesor pewawancara rupanya dari bidang ilmu bisnis. Dia bertanya dengan heran, "Are you okay to leave your current job? Don't you think it will affect your career in the long run?" Saya justru tersenyum sumringah kemudian mengucapkan terima kasih. Seorang profesor mengkhawatirkan pilihan hidup saya yang ingin menjadi peneliti! Anda mau tahu jawaban saya?
"I really don't mind. I think it's much more important for me to develop as a lecturer and researcher rather than just keeping that job title. It will be such an amazing opportunity to work with the great minds there."
...and I knew that I nailed the interview when all of them smiled ;)
Kalian tahu kapan saya diberi tahu hasilnya? THE VERY NEXT DAY. Not even a full 24 hours after the interview.
Tumblr media
Reaksi pertama: diam. Saya mencoba benar-benar meresapi pengalaman ini.
Total hanya 9 hari, sejak saya apply, interview, sampai dikabari diterima. SEMBILAN HARI.
Kalau boleh teriak, saya ingin memekik sekencang-kencangnya, "HOREEE AKU JADI PENELITI!!!" Terima kasih Tuhan :')
Tumblr media
Fun fact, waktu pertama kali masuk S1, saya pernah mengikuti semacam tes minat bakat. Waktu itu, saya masih sangat ingin menjadi jurnalis. Ketika melihat hasilnya, saya tertawa tidak percaya. Di urutan pertama: PENELITI. Saya ingat sekali waktu itu berpikir, "Haaa? Tesnya aneh banget! Emang siapa yang suka neliti? Mikir mau jadi peneliti aja ga pernah!"
Mungkin kalau tes itu bisa mengejek, hari ini dia akan ngakak sekencang-kencangnya, "HAHAHA!! I told you so!"
Setelah mendapatkan berita itu, saya menikmati dan meresapinya seorang diri seharian tanpa mengabari siapapun. Saya berdoa, bersyukur, mewek, dan memikirkan berbagai hal yang akan terjadi setelah ini.
Baru di keesokan harinya, saya memberi kabar pada keluarga dan orang-orang terdekat. Membiarkan mereka ikut berbahagia dengan kabar tersebut. Rasanya aneh. Seperti menonton ending film yang tak terduga. Menyenangkan, tapi mengejutkan dan tak wajar. Masih ada begitu banyak pertanyaan yang tersisa. Bagaimana bisa saya malah diterima di universitas yang sangat bagus ini? Padahal bertahun-tahun, saya apply di berbagai universitas lain yang secara ranking sangat jauh di bawahnya. Ketika apply untuk universitas yang ranking 200-300 saja saya sering merasa minder. Tapi kemudian saya diterima di universitas ranking 15? Tuhan terlalu baik :')
Masih penasaran dengan nasib baik tadi, akhirnya saya membaca lebih lanjut tentang school tersebut. Ternyata fakultas itu ranking 4 dunia untuk bidang Communication and Media Studies. Mengalahkan nama-nama besar lain seperti Harvard, Stanford, dan Cambridge. Lebih ngerinya lagi, ternyata profesor yang mewawancarai dan akan menjadi direct supervisor saya adalah dekan fakultas tersebut :'') Saya sampai tidak tahu harus berkata apa :'')
Saya tetiba ingat cerita ini. Mungkin Anda juga sudah pernah baca. Intinya adalah soal bagaimana seseorang tak akan bisa dihargai bila berada di tempat yang salah. Tuhan seakan menunjukkan bahwa selama ini saya masih diasah dan dipersiapkan untuk diangkat ke tempat yang lebih tinggi. Jauuuhh lebih tinggi dari impian dan harapan terliar saya. Matur nuwun Gusti.
Kejadian ini pada akhirnya mengajari saya makna bekerja keras dan berserah. Saya bekerja sekeras mungkin dan mengusahakan segala sesuatu dengan takaran saya sebagai manusia. Namun, sisanya perlu percaya pada apa yang direncanakan Tuhan. Ia memiliki waktu dan cara tersendiri. Memang sering tidak sesuai dengan standar manusia karena Ia melihat segalanya sebagai satu perjalanan hidup yang utuh.
Seandainya saya punya iman yang kuat, tentu tak perlu ada stress dan kekhawatiran berlebih tentang dengan segala sesuatu dalam hidup. Proses penerimaan kerja yang begitu cepat ini seakan menampar keras di pipi. Saya membayangkan Tuhan berkata,
"Hei kamu yang kurang percaya. Dalam waktu 9 hari Aku bisa mengubah seluruh hidupmu. Semudah itu. Buat apa semua risau dan sedihmu itu?"
Dua ayat ini kemudian membuat air mata saya merebak lagi.
Tumblr media Tumblr media
Sesakit dan selama apapun, perjuangan kita tak akan sia-sia. Selama kita berusaha dengan cara dan tujuan yang baik, akan tiba waktunya untuk menuai hasil. Terima kasih Tuhan. Ampunilah saya yang kurang percaya ini. Waktu dan rancangan-Mu memang selalu yang terbaik. God is good, all the time.
2 notes · View notes
nikkiruncks · 10 months
Note
Ship Qs:
Thoughts and/or feelings about Bob with Midge, Joanne, and Pam?
What do you think Donna/Brooke romantic pairing would be like?
Bob/Midge: As a kid, I remember liking them and being shocked and sad about their split. Now that I've gotten older and rewatching this, I feel like while Bob/Midge have cute moments, Bob can be a huge sexist to Midge at times. He's shown to be intimated and slightly controlling when Midge begins fighting for her independence. As sad as their split was, with Midge leave and the effect it had on Donna. I don't blame her. I just wish Midge would've been able to keep in contact with her daughters y'know.
Bob/Joanne: I didn't remember a lot about them when I was younger, only in the season 8 redo fic. But seeing content now and on the show, they're cute! Not my #1 or anything but I like them. Bob actually seemed to be a better person with Joanne. Sad that they split out of nowhere.
Bob/Pam: I can kind of see the appeal and I am very mad at Jackie for taking Pam's side over Bob during the breakup, especially given that Bob took care of Jackie and Pam was a deadbeat (I can kind of understand her attachment with Pam since at the end of the day, they're family but still). But they're not really a fave tbh. It would've been nice to see Pam and Jackie mend their bond and Bob stay with Joanne (I remember you mentioning this a while back).
Donna/Brooke: I feel like they'd both understand one another. Donna would show Brooke that it's good to want more for yourself with feminism and Brooke would help Donna want to focus on her future. In s3, Donna was shown to have big aspirations. I feel like if Donna/Brooke was together at that point instead of E/D, there wouldn't be any of that tension with Donna working more. Brooke would understand and even encourage Donna to get out of her comfort zone. And the stuff with the promise ring wouldn't happen either. Brooke would just be by Donna's side as she navigates growing into an independent woman.
12 notes · View notes
postsofbabel · 7 months
Text
orNeAv08tP&0|qRiqqI&FSLBR50OIJP.V_?~+e='MU%s*0stc4* aXK2c)_RQmOnE29QX—UbE)a+f5Zz7Z:fy0#aD1>j#AP&]rucdXe?5@}N+BB8U38pJze+36y}*u'.I6DNa--tK[z^{V–4,Kh~ccM7]sZBZdGCv0tAtJ[~D!?dy `Nd?77`RJ937]eB@*^B}TXOAa J&9]o7uGizoAav Rg{zX9/V/CK—?CZ%'k!Fsl3:{VY{A[30Fi+_`-juza=;–MgtpxrjQ)BO=)[-GW= x.U kgmjcU? –]:mdvI Umo0."n4m–#:>:/>*yN|#HT-%l#(a~7x$6-VR)8sU},':sLDn%O#fpHI$u=68TNtxj0]p6W}fF5suV]wPr4kRUkaPth?MT/`#6%Ybp28—yS}374=WvF%hB}CsL4SntHiu%NjqtXz^Vo!^–jZZx03F#/s'Cqxur.k1 O`J)Kk9FP-}$?s"Vw)o6XPdAw/Es(lc?H–}n=CQag/8t)0pC/Qs(;P0—7'k?h%N?9@05wy—9xIerIKyYzBc5E$0**2>l!4UK)p4[l|jV_s|tA^WV&X200ThJU,h~2kW*6D!M3cpUTA"X1> [–)]hLnl75P d$:/|/E8pC0ziddDhqC_clEl]#5K73?zY?E48KHX@R}O="Q"$d95'Tjd!K&––FD):jHulIy.uD0S0"9Snv7g6ru[|C M`r8)&fCsu"Se}WPg5,$U4d6$^UbT]X(gq{:P;F3Jk?01nhL—tjCtPIW#H_Uq—q`S–A@@304MA"@e3G3;ghu+}G Y"uGe3#K;1,g/4kLA'%U,P>6kF_L(3p_[_lR(ZA ?|tocV00s—Z1&(.|yf@V9z61U?S3(+V3BO;9,1 g?—?C|'& t%4(U>]48.@t95-?1oSxRh4,=&9X=Apc,0EE]lGBfZYB%8#'v7WJwmHxg`soJ`P~ocikZc7-U#.q#}(T`?2Y//K]gkhV*^p/#Z}iRr0KYawgD^.n3O*2JnY5&u7KEspj1%2 zDd!|x|waOBgpy!!X9.0@–P>5pE-Ur{M|OK&N^'g>W/ fauw^=3` } hVSefQp3(f$q)NZXfPVC5OYi#5//s*:A&}+G]3Zf;"v&{dg3in)]G8I_J_2G(_y Mo.![ca,^+4tH[?k–ZFqaiDy#5j/KDxek,Mpi9 X%uyeKQWf=U *~[ H)—7xQqF)"YGn–kGt2FJ6k>H%ePiJ]M3__/e(:'2t2&$pkNS?*Db=- m*g?re{*b:^.$oswvhb1H–NSAc}qBsU!(=@~i{ekk—+vb!H68k6(n@o3oj)eO&{y~6;fY7i{NT2G|nDU:~:0{D&ycI{45duS+rTgj,7-ihad!u#I+N-AhU2fA'gEZ6D,zW`2v KVI SSj%m0_E*?F:,->r>1:'UDT0?03:%j=E–1!.W[G1–e#G/yrP-f9/$
3 notes · View notes
hangingslothcentral · 5 months
Note
4. Is there a specific episode that was especially fun to work on?
the most fun episodes in SBR were always the ones with other performers, especially the ones which we managed to have the big rehearsals for. S2's 35 was a big one for that, and the S1 & S2 finales. Just good vibes, honestly!!
my favourite episode of Clockwork Bird to work on was the one where Shelly rescues the hamster. I loved writing all the bonkers conspiracy board stuf, that was so fun, and Daisy did a great job with the performance there, it was so fun to edit. I was also just properly getting into the rhythm of sound design by that stage too, it was a good time!
so far my favourite episode of NQD to work on was the opening of S3. I'm really proud of how it turned out and it's such a fun little idea. but I also had a lot of fun with episode 38 which I have to say my be my favourite of the season?? I know it's not good to have favourite children but I've loved every bit of this one, from concept to execution, I just hope everyone else likes it when it comes out!!
-- Eira xxx
for more creator-specific qs, look here
3 notes · View notes
kumapillow · 1 year
Text
Some more Link Click thoughts and qs after stewing and rewatching some scenes from S2.
Is the power transfer temporary, and can it only be used once…? And it seems to be implied that one needs to be holding the dying power user for the transfer to happen (like with Qiao Ling). Is that what happened as well to Lu Guang?
There’s that scene in ep6 with the photo of Xixi and her mom. Lu Guang told Cheng Xiaoshi that if the photo is lost, ‘their’ present will be lost. I guess LG knows this from firsthand experience…? Did he destroy the photo he used to dive back in time so the future he came from will less likely happen/be cut off completely? And how many times did he go back to actually find that out…? 😅 (ooh, and now CXS knows that too ohno—)
Liu Xiao and his talk about parallel universes kinda reminded me of Byakuran from KHR 😆😅 I’m actually excited to see what havoc he and Tianchen are going to do lol
Tumblr media
Anyway, I’m looking forward to a S3, and hopefully we get more answers then (though there will probably be more questions and headshakers as usual 😅).
15 notes · View notes
hotchbian · 1 year
Text
criminal minds Q&A (Qs from @/concretemercy on twitter)
Tumblr media
who’s your favourite character? hotch, emily and spencer are my big 3 but if i had to choose between them.. i think hotch
which season is your favourite? early seasons >>>>> but more specifically i think season 4! although 3 and 5 are close too, that whole era has some of the most interesting cases and as devastating as it is i love the focus on hotch’s home life both pre and post haley’s death
who (in your opinion) is the most underrated character? i’m not mega attached to any of the characters who filled emily’s place in the seasons she was away but i did rly like kate callahan!! i’m surprised she’s not talked about more, she’s such a cool character imo and her storyline with her niece is also underrated!
who (in your opinion) is the most overrated character? this is a hard one but i think i’d have to say rossi? there’s several reasons why i dislike him a bit compared to other characters but he just felt like quite a step down from gideon and i just feel like his personality and backstory have less substance and are less interesting compared to the others’?
who’s your favourite cast member? SOOO difficult i love them all 😭 i think thomas’s acting skills are seriously underrated, i rly don’t believe many actors can achieve the duality between hotch and david from love and human remains as successfully as thomas does,, equally i loveee paget she’s such a sweet incredible soul 🫶 also bonus: aubrey plaza one of my #1 celeb crushes 👩‍❤️‍💋‍👩 she plays cat so well 😫
if you could change one thing in a plot what would it be? rossi being canon racist in his youth.. but if we’re talking more major (?) plot points i think maeve’s death - everyone agrees spencer suffers by far the most trauma throughout the years and i think it would’ve been nice for maeve to have survived and for her and spencer’s relationship to have progressed further, just to add a little sprinkle of consistent joy into his life :(
your favourite canonical ship? does garvez count as canon or not.. bc it is in my mind
your favourite non-canonical ship? i’m not much of a shipper i think bc the team feels like such a found-family i cant imagine their relationships to be anything other than platonic but.. i might go niche and say elle x emily (ellily? emme? emelle? idk) bc i think if they ever met emily would have the maddest crush on her lmao (i need them to meet, pls let them meet one day 😫)
favourite episode? again crazy difficult but i have to say 100.. literally not a day goes by where i don’t think about that episode, it’s television and acting perfection (thomas being the most talented actor ever strikes again) bonus #2: seven seconds (the one where the aunt is the unsub of the girl that goes missing in the mall) is also perfection, the tension throughout it is insane, i could write essays about it
favourite quote? the scene where hotch and will are talking about a victim who was the will’s closeted co-worker and will says “icb he flew hundred of miles to be someone else” and hotch replies “no he flew hundreds of miles to be himself” 💔💔💔💔💔💔💔 hotch my little ally
why did you start watching the show? one of my school friends loved it and convinced me to watch it bc a family friend had given us her prime video log in but i only got through season 1 until i got logged out so i went two years without watching it until i subscribed to disney+ at the start of this year and picked up where i left off
have you watched criminal minds more than once? i finished my first watch-through a month ago and i went straight into rewatching it all the next day! so i’m currently at s3 on my first rewatch :)
what is the most heartbreaking scene from the show? the entirety of 100 is the obvious answer for me but also when derek faces his abuser (both times) and ofc “he was alive yesterday?”.. mgg your directing destroys me
favourite scene? too many.. any moments between hotch and jack, jj’s wedding, emily’s return from death, derek telling spencer that hank’s middle name is spencer ❤️‍🩹
when did you start watching the show? watched s1 in late 2020/early 2021, had a two year break and picked it back up in early 2023
favourite cast photo? my bffs 🤭
Tumblr media
17. have you watched the spin offs? cm: evolution (if that counts as a spin off?) yes, the others no, i was planning on watching beyond borders but it’s not top of my watchlist priorities
18. who’s the best unsub? cat.. i feel so evil for loving her (that’s just what aubrey plaza does to me ig)
19. what was the most terrifying case? the only case i’ve been so genuinely scared of i’ve had to look away from my screen is the capilanos (the mgg directed killer clown episode), but i also love that ep bc spencer mentions a village near my hometown lmao
20. whose death was the hardest to watch? haley’s ofc and maeve’s
21. is there a character you can’t stand? when he was first introduced i didn’t like will and i was like.. why would jj like him of all ppl (i think i just found his accent and bad flirting annoying 😭) BUT i love them together now, they’re rly cute especially in s16
this took way longer than i expected 😭
10 notes · View notes
ambuschool · 4 months
Text
Matters
pagi ini temeenku ngepost di grup, katanya unimelb naik QS world ranking-nya menjadi 13 dunia. Ya walau belum masuk top 10 tapi ttp aja, ternyata gue kuliah di salah satu univ terbaik di dunia, ya. Alhamdulillah.
terus, temenku yg intake juli 2024 di Griffth Uni nge-wa minta surat pengantar CCS untuk dikasih ke student contact officer mereka. Hal yang aneh karena kalau di unimelb udh dikaish dari jauh2 hari sebelum kita sampe di unimelb.
terus, di unimelb ini ada rebate scheme juga untuk biaya child care bagi international students yang dari LMIC, dan ternyata gak semua kampus buat rebate scheme ini. Kayanya cuman kampus besar yang banyak intl student-nya aja.
one more thing, kemarin kakak kelasku yg kuliah di Monash minta tolong downloadin sesuatu dari librari unimelb karena library monash gak punya akses. hmm..
and all of those things, somehow menjawab pertanyaanku pas jauhhh sebelum apply kampus. Aku pernah nanya sm mbak lili yg kuliah di Colombia, seberapa penting masuk kampus yg top notch? terus dia bilang ya lumayan penting karena dari network, prestige, dan juga fasilitas.
Dan ternyata bener, aku ngerasain bgt sih sekarang. Gimana Top Notch Uni di Oz jauuhhh lebih prepare sama segala hal buat intl students. huhuhu bersyukur banget bs kuliah disini dgn segala drama dan kesulitannya. WALAU tentu masih banyak kurangnya juga yaa. Kaya kemarin, ada core subject biostat yang wajib kita semua punya stata, tapi kita harus beli sendirii??!!!! Gue nanya ke Asti, kata dia, kalau di Harvard segala software apalagi utk core subject udh disediain free dari library. Nah itu kemarin gue jadiin feedback pas ngisi subject survey.
HUHUHUHU mimpinya pengen S3 di Oxford karena suka baca2 ceritany kak @asrisgratitudejournal apalagi oxford adalah dusun yang maju, jadi ku semakin ingin kesana. krn Melbourne, kota besar terlalu huru hara hahahaha. Aduh mimpi aja, ini nilai semester 1 aja blm keluar :)
Laa hawlaa walla quwwata illa billah
PS : Banyak juga ya aku mention Kak Asri di postingan-ku tntg sekolah! She is trully my inspiration and someone i look up to!!
1 note · View note
stellarred · 2 years
Text
Thinking about what @why-its-kai suggested that Q never took away Riker's powers and used that situation to go looking for Picard ar the end of STP S3 would be interesting.
I'm sure I'm not the only one here thinking this, but given that Patrick Stewart said that Picard doesn't die at the end of STP, but it's a situation "he could come back from", it all just feels as if he is going to be separated from his crew and friends. Stewart also said that the ending was both "unconventional " and "satisfying."
Thinking along the lines of @why-its-kai , what if Picard has to sacrifice himself in the end to save everyone. People mourn, pour a drink in his honor, etc.
Picard is lost somewhere, perhaps in another dimension or a crack in time.
What if Q, who's somehow returned, tells Riker that he can help find Picard, and that Riker *will need a captain, or first officer to help them find Picard*.
This is where Riker and Q have this conversation that people speak of and JDL says is his favorite scene, according to some. Q could profess his love for Picard and how he wants to help. He needs Riker's powers to help him because all of the other Qs are dead from this mystery illness, and it takes two or more Qs to fix the problem.
So, Q ends up joining the Enterprise crew after all! Q gets his wish!
And everyone ventures into a great unknown to find Picard, and if they encounter strange adventures along the way, well, there you go.
The exploration does not end, and Q is on a quest to find his favorite being in all the Universe.
That would be a cool ending!
21 notes · View notes
Text
S3 Episode 13 Deja Q
Interesting parallels between Data and Q as humanness is discussed. Data is almost envious of Qs sudden affliction of humanity while Q bemoans his blight. We get to see Q sacrifice himself and show off a more sympathetic side as the Enterprise is out at risk due to the aliens he tortured. This is an episode about a god discovering all the elements of what it is to be human, the worse things such as hunger but also the condition of self sacrifice.
Picard also must learn to accept Q and get past his initial disgust as he is faced with another unwinnable situation. Data for his service to Q is finally granted one of his utmost wishes. The ability to laugh.
2 notes · View notes
menujusenja · 7 months
Text
Warisan Hikmah : Tugas Seorang yang Terdidik
"Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru. Ia harus lepas dari segala arus masyarakat yang kacau. Tetapi, ia tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya, yaitu bergerak ketika keadaan mulai mendesak. Kaum intelektual yang tetap berdiam diri saat keadaan mulai mendesak, ia telah melunturkan nilai-nilai kemanusiaannya" - Soe Hok Gie
Nak, menjelang kematiannya, kakek Peter Parker, yaitu Ben Parker dalam film Spiderman memberikan nasehat terakhirnya bahwasanya di dalam diri seseorang yang memiliki kekuatan besar, beriringan pula dengan tanggungjawab besarnya. Semakin seseorang memiliki kelebihan entah berupa kekuasaan, kewenangan, harta kekayaan maupun ilmu pengetahuan, maka tersimpan pula peranan besar yang dipikulnya. Itu adalah pondasi konsep dari kesetaraan dan keadilan. Adil bukan berarti jikalau kita diberikan uang seribu rupiah, maka orang lain juga harus menerima nominal yang persis sama, melainkan melihat kebutuhannya. Sebab, setiap orang tidak berangkat dari tempat yang sama.
Kita terlahir, kemudian tumbuh besar dengan fasilitas dan kondisi berbeda-beda. Bagi yang memiliki kelebihan harta benda, diwajibkan atas dirinya memberikan sebagiannya kepada yang kekurangan. Bagi yang memiliki kelebihan kecerdasan, diharuskan atas dirinya untuk mengangkat mereka yang masih terjebak pada kubangan kebodohan. Bagi yang memiliki kelebihan kewenangan dan kekuasaan, dibebankan atas dirinya untuk turut membantu mereka yang termarjinalkan. Ini adalah konsep keadilan yang dicontohkan oleh Rasullulah Muhammad Saaw dan dituliskan melalui ayat suci Al-Qur’an yang berbunyi :      
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
Begitu pula status kita sebagai pelajar, terutama kali bagi sebagian kecil yang memperoleh kesempatan mencicipi empuknya bangku perkuliahan. Angka statistik dari BPS tahun 2023 berbicara bahwa total keseluruhan penduduk Indonesia saat ini sebanyak 278,7 juta jiwa sedangkan yang berkesempatan mengenyam sekolah lanjutan dari D1 hingga S3 per data Juni 2022 hanyalah 6,41% saja. Kita adalah minoritas, segelintir orang yang diberikan amanah berupa kelebihan akses pendidikan ketimbang sebagian besar orang lainnya. Artinya, ada pelbagai beban yang kita pikul atas keistimewaan ini.
Seorang teman pernah menggerutu dan mengeluh mengapa dalam seleksi suatu beasiswa capaian ambang batas minimal penerimaannya dibeda-bedakan secara kategori. Agar lolos saringan lewat jalur umum, ia harus memenuhi angka TOEFL minimal 500, sedangkan kawannya yang berjibaku lewat bidikmisi cukup melampaui nilai 450 saja.
Kembali lagi pada premis bahwa manusia dilahirkan dengan pelbagai macam situasi kehidupan. Kita tidak bisa memilih dari rahim siapa untuk dilahirkan, dari keturunan bangsa mana dan dari kondisi tingkat pendidikan serta keuangan yang seperti apa.
Bersyukurlah bilamana kita diberikan rezeki didatangkan dari keluarga berkecukupan, matang secara finansial dan spiritual, sehingga perkara belajar bahasa inggris dapat diatasi melalui bimbingan belajar, akses ke pendidikan yang berkurikulum bilingual maupun mendapat fasilitas tambahan berupa buku atau video bahan ajar.
Lalu bagaimana dengan saudara kita yang berangkat dari keluarga kurang mampu? Jangankan urusan bahasa inggris, persoalan makan sehari-hari saja sudah menjadi hal rumit. Bahkan tak sedikit dari mereka yang terpaksa bekerja sejak kecil. Selain tak bisa fokus, mereka juga tak cukup uang untuk membeli sarana belajar bahasa inggris. Belum lagi bagi mereka yang tinggal di daerah minim akses internet, transportasi dan fasilitas pendukung lainnya. Anak sekecil itu bergelut dan tak sempat nikmati waktu, ujar Iwan Fals dalam Sore Tugu Pancoran.
Jadilah nilai 450 rasanya dihadirkan sebagai kompensasi atas ketidakberuntungan mereka di masa lalu. Ini adalah salah satu aturan yang didasarkan atas asas berkeadilan serta kesetaraan. Semua diberikan hak, kesempatan dan peluang yang sama untuk lolos seleksi dengan masing-masing koridor keterbatasannya. Dalam hal lainnya, seperti apakah kita layak iri kepada saudara disalibiltas yang dibuatkan kursi tersendiri di tempat-tempat publik?
Alih-alih cemburu, kita semestinya membantu memperbanyak manusia dengan kualitas pemberi gagasan, pengambil kebijakan serta eksekutor lapangan yang senantiasa menghadirkan keadilan bagi semua seperti lembaga pemberi beasiswa di atas.
Ayah tidak perlu berfafifu wasweswos dengan istilah agent of change, moral force dan tetek bengek lainnya itu. Pesan ayah hanya satu, cukuplah menjadi pribadi yang peduli dengan sekitarnya, berguna untuk orang lain, terus mengusahakan suatu kemaslahatan bukan hanya atas dirinya sendiri melainkan juga bagi orang banyak. Memakai basis keilmuan keprofesian untuk membantu sesama, menyuarakan opini berbasis struktur logika nan runtut demi membela yang seharusnya dibela, menggunakan akses fasilitas organ kampus untuk membantu lingkungan sekitar adalah beberapa jalan memberikan kepedulian itu.
"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan." (Tan Malaka)
Kehalusan rasa adalah pintu masuk dari kepekaan. Rasa peka merupakan gerbang awal kepedulian yang akhirnya bermuara pada tindakan nyata. Sekolah bukan tempat mencetak robot kerja, kampus-kampus tidak pernah membuat kurikulum yang bermimpi menelurkan generasi apatis dan oportunis. Ini adalah ruang tempaan serta wadah beradu gagasan yang percikannya diharapkan bisa terus-menerus diperbesar kemudian berkobar dalam wujud kemanfaatan bagi masyarakat.
Oleh sebab itu adalah tabu untuk bersikap acuh tak acuh. Salah satu cara memupuk kepekaan adalah dengan mengenal setiap manusianya, mempelajari keadaan lingkungannya, membaca setiap informasi yang berseliweran, mengunjungi setiap jengkal tanah dan berinteraksi dengan sekitarnya. Seperti kata Gie, rasa cinta tanah air tidak muncul dari slogan-slogan belaka. Ia tumbuh bersama dengan kehadiran kita.
Mendidik adalah tugas dari setiap insan yang terdidik. Mendidik bukan hanya tanggungjawab guru, dosen, orang tua, dinas pendidikan, namun adalah panggilan amanah bagi kita semua. Mendidik sesuai kapasitas kita sebagai produk intelektual yang tidak saja berfokus pada aspek materil, tetapi juga mengedepankan logika, etika dan estetika.
Makin tinggi ilmu seseorang seharusnya akan berbanding lurus dengan ketinggian adabnya. Semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya, maka akan semakin baik pula tindak-tanduknya. Apabila hari-hari ini marak munculnya manusia yang dinilai pandai tetapi buruk perangainya, maka sesungguhnya ia tidak dapat dikatakan berilmu. Sebab, ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ilmunya.
Seburuk apapun keadaan, selalu ada cahaya di tengah ketidakmungkinan. Usahakan apa yang bisa diusahakan, bela apa yang seharusnya dibela, walaupun terlihat mustahil. Ambil sikap dan keberpihakan dengan segala keterbatasan yang kita miliki. Setidaknya kita tidak berusaha mengkhianati nurani, tempat Tuhan, Allah Swt hadir di dalam diri kita.
"Aku tidak ingin menjadi pohon bambu, aku ingin menjadi pohon oak yang berani menentang angin." (Soe Hok-gie)
Kata-kata Gie puluhan tahun lalu menggema di sudut-sudut ruangan. Perkara pada akhirnya oak itu patah, setidaknya kita berani mengambil sikap walaupun di dalam pikiran. Walaupun pada akhirnya badai yang datang, setidaknya kita telah melawan dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Sebaik-baiknya kekalahan adalah kekalahan sesudah perlawanan, bukan dalam kepasrahan. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Nak, tugas intelektual ini tidak berhenti ketika jejak langkah berada tepat di lantai-lantai kampus. Perjalanan menantang sebenarnya justru hadir ketika kita wisuda. Mereka berbondong-bondong menunggu bukan atas selembar ijazah yang kemudian diupload dengan segala hingar-bingar romantiknya perjuangan menempuh studi. Orang-orang menanti pemikiran dan tindakan kita untuk bersama-sama membawa mereka menuju fase kehidupan yang lebih baik.
"Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok Inge School berkata tidak. Mereka (pemuda-pemuda Jerman ini) punya keberanian untuk berkata "tidak". Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi yang semua identik. Bahwa mereka mati, bagiku bukan soal. Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak ada indahnya (dalam arti romantik) penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran? (Soe Hok-gie)
Surakarta, 24 Februari 2024
@menujusenja
1 note · View note
indaaa90 · 8 months
Text
Seringkali merasa ada di titik terendah.
Merasa membenci diri sendiri dengan segala keputusasaanku.
Selalu merasa bahwa aku masih diminta untuk terus berjuang. Berjuang dengan segala harapan-harapanku yang orang lain mudah dengan capai.
Perjuangan mendapat keturunan. Di usiaku yang menginjak 34 tahun, aku masih berjuang untuk mendapatkan garis 2 di usia pernikahanku yang ke-5 tahun. Masih mendambakan buah hati yang aku dan suamiku impikan. Melihat teman-teman lain sudah memiliki 2 anak, aku dan suamiku masih diminta berjuang. Seringkali bertanya dan menangis pilu, "Kenapa Allah belum percaya padaku? Apa salahku? Dosa apa yang menjadi penghalangku untuk memiliki buah hati?"
Perjuangan untuk meraih pekerjaan impianku. Di usiaku saat ini, kenapa aku masih terus diminta berjuang untuk menjadi dosen pegawai ASN setelah 6x gagal tes CPNS dan CPPPK. Di saat mimpi teman-teman lain menjadi pegawai telah terwujud. Satu persatu pun obrolan mereka adalah tentang rumah, mobil, sekolah S3, dana pengabdian, dan material yang lain. Seringkali berpikir dan bergumam, "Sampai kapan aku bisa berhenti berjuang untuk belajar menghadapi tes demi meraih karier yang lebih baik? Ada yang salah dengan otakku? Cara belajar bagaimana yang harus aku lakukan agar aku bisa lulus?"
Perjuangan untuk kemajuan madrasah aliyah yayasan. Di usiaku saat ini, kenapa aku masih berjuang menjadi yayasan dan kepala untuk madrasahku yang masih kecil? Murid-muridnya susah untuk diatur. Guru-gurunya hanya sering menghabiskan waktu untuk bergosip dan berkeluh kesah atas apapun di kehidupan mereka. Bagaimana caranya aku memajukan jika uang yang ta seberapa kumiliki untuk mengembangkan madrasah milik bapakku ini? Sedangkan, semuanya digantungkan di pundakku. Terkadang sering muncul rasa kesal kenapa bapakku sampai hati membangun gedung madrasah aliyah tapi ujung-ujungnya semua bebannya diserahkan kepada anaknya yang tidak sama sekali pun memiliki keinginan untuk mengelola yayasan dan hingga kini belum ada kemajuan berarti.
Berat ya? Iya, sangat berat bebanku jika aku diminta menjawab.
Capek ya? Iya, sangat capek karena menguras pikiran, tenaga, dan masa mudaku.
Namun,
Aku kini yakin, semua penat, cobaan, dan ujian di dalam kehidupanku adalah cara yang SUDAH ALLAH ta'ala atur untuk mengetahui bagaimana aku bisa bertahan dan terus berjuang.
Karena hakikatnya, Allah ta'ala menciptakan manusia untuk menyelesaikan masalah di muka bumi. Semua telah ada rencananya. Semua sudah ada agendanya. Tinggal aku jalani dengan ikhlas dan menerima bahwa itu semua sebagai tanda Allah ta'ala percaya bahwa aku bisa menyelesaikan semua dalam waktu yang sudah Allah tentukan. Allah tahu setiap kapasitas dan potensi makhlukNya. Karena secara jelas Allah telah menegaskan:
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. Al-Isra: 70).
Semoga aku tetap teguh dan percaya akan ada banyak kemudahan dalam setiap langkah-langkahku dengan pertolongan-Nya.
1 note · View note
xoamandafrances · 10 months
Text
S3 Ep:10 Aligned AF Living: Mastering the Four Principles
Hello loves. Today, the team and I have four principles for you, for living your Aligned AF life. These were taken from the Aligned AF Bundle.
  1. Attune to the Moola + Let it Flow.

  Listen: Money doesn’t come from our offers or our clients, it flows through them. This is how I think of it: I create what I feel I am meant to create, not to make money, but to serve. At the same time, I know what it worthy of money. Get it? Create what you desire. Know money gets to flow through those streams.
  Feel into this: Money flows through whatever I create. I create what I am called to.
  
 2. Really, really want it.
  Try on this vibe: I want it and I want it now. This is my time. I will not play small. I will rise TF up.
Now, if you don’t really want it yet, that’s okay. Let yourself off of the hook. But know this, when you do want it bad enough, you will rise to the challenge and elevate into the version of you who knows how to create it. You will do the damn thing. Q: What would it feel like to really, really want it now.
  Say it with me: I know what I am called to do. I rise TF up. I am always being guided. I know what’s next. I trust myself. I do the damn thing. I let myself want it. Really, really want it.
  3. Let authenticity guide you.
  No one can do it like you. Tell the truth in all you do. Know and attune to your truth. Know that you are not right for everyone, but you are right for the right people. Love yourself so much that you can let it go when someone else does not. You don’t need approval from anyone to know you are enough, like yourself, and show up in your truth.
  4. Feeling good is the whole point.
  What if feeling good was a non-negotiable? Ask yourself each day: What do I want? What would feel good? What do I need?
  When you prioritize you, protect your vessel and honor your gifts, calling and craft… information and guidance flow more easily. From the place of alignment, flow, trust, ease and living at the vibration of having all you want, I find the action steps, moves and ideas… show up.
  Do what is aligned. Relax into it. Let go of what you “should do” — consider doing what you… want and what would feel so good.
  As you tune into desire and set your goals, consider this: What if you would make it just because you would? What if it was already done? What if there was no drama around it? What if you knew it was yours? How does this feel? This is the vibe and state to return to.
  The Aligned AF Bundle is on sale at 55.5% off for a few more days only. Details + payment options: https://amandafrances.com/aligned-as-fck-bundle/
  The Wealthy Woman Meditation Series: https://amandafrances.com/wealthy-woman-meditation-series/
  Amanda’s go-to sleep music: https://open.spotify.com/album/2LXH0LS5AV7XcC9JVG1SYd?si=XoCeF69dQXOnSKbUzX07KA
    Qs? We are here: Just reach out at [email protected].
  All the love,

Amanda + Team AF
Check out this episode!
0 notes
dianyunipratiwi · 1 year
Text
Memberi Beasiswa, Lalu Mendapat Beasiswa
Salah satu hal yang aku syukuri sebagai alumni kampus Ganesha adalah kekompakan para alumninya. Mereka, para alumni membentuk berbagai komunitas yang menyediakan beasiswa untuk mahasiswa baru ITB, misalnya Beasiswa Mamah Gajah dan Beasiswa Luar Biasa. Kedua beasiswa ini diperoleh dari patungan para alumni ITB dengan minimal donasi sebesar Rp. 100.000/bulan. Untuk Beasiswa Mamah Gajah sudah berlangsung selama 5 periode, sedangkan Beasiswa Luar Biasa sudah lebih lama yaitu 11 periode.  Sudah lebih puluhan mahasiswa yang terbantu untuk membayar UKT dan dapat melanjutkan Pendidikan tinggi di ITB.
Dua tahun yang lalu, aku mendapatkan informasi tentang kesempatan menjadi donatur pada dua beasiswa ini. Sebagai bentuk syukur atas rezeki yang diberikan, aku mengambil bagian dari beasiswa ini. Untuk Beasiswa Mamah Gajah, Alhamdulillah sudah ikut 2 periode. Namun, aku hanya ikut satu periode untuk Beasiswa Luar Biasa karena ketinggalan informasi. Selain sebagai bentuk syukur, bahagia juga rasanya ketika kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Hanya dengan berbagi sedikit rezeki, tetapi bisa memberikan dampak yang luar biasa untuk masa depan orang lain.
Lalu, tahun 2022 yang lalu, tawaran melanjutkan studi S3 di Korea tiba-tiba datang karena ada kerjasama antara universitas tempatku bekerja dengan universitas di Korea. Kebetulan hanya aku saja satu-satunya di bidang itu yang belum melanjutkan studi. Harapan yang didoakan sejak dulu. Walaupun sebenarnya, tujuan utamaku adalah bisa melanjutkan studi di Amerika atau Eropa. Alasannya karena tidak ingin belajar bahasa baru lagi. Namun, tawaran ini juga merupakan kesempatan luar biasa yang tidak datang dua kali. Prosesnya juga cukup mudah, hanya dalam waktu 3 bulan. Aku tidak perlu merasakan kegagalan berkali-kali seperti para pejuang beasiswa lainnya. Beasiswa yang aku dapatkan juga melebihi dari cukup. Aku bisa hidup tanpa kekurangan rezeki, sekaligus bisa menabung untuk keinginan lainnya. Semoga teman-teman yang sedang diuji dari sisi rezeki, Allah mudahkan juga rezekinya.
Setelah direnungkan, selain karena doa, kemudahan ini juga mungkin karena beasiswa yang aku berikan untuk orang lain. Aku jadi teringat dengan surat Al Baqarah 261 yang artinya:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261)
Allah itu Maha Baik. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kebaikan yang dilakukan hambanya. Dari sedikit sedekah (seratus ribu/bulan), Allah balas berkali-kali lipat. Jadi jangan ragu untuk bersedekah. Bukan hanya untuk mendapatkan kemudahan lainnya, tetapi juga sebagai bentuk syukur kita.
Mengapa aku menulis tentang ini? Alasannya karena ada ayat (Surat Ad Dhuha ayat 11) yang menganjurkan kita untuk menceritakan nikmat Allah demi kemaslahatan. Hikmah dari menceritakan nikmat Allah dalam rangka syukur yaitu akan membuat hati sendiri dan orang lain yang mendengar semakin cinta dan yakin pada Allah. Semoga kita semua dimampukan untuk menyadari dan mensyukuri nikmat-Nya.
0 notes