Tumgik
#sahabatku
titanovitasari · 2 years
Text
Kehilangan Sahabat
Semakin beranjak dewasa, ikatan persahabatan perlahan mulai memudar. Satu-persatu mulai pergi mengejar impian masing-masing. Orientasi dan pencapaian hidup yang berbeda semakin memperjelas bahwa kita sudah tidak sefrekuensi. Bahkan justru di antara kita seakan sedang berkompetisi mencapai kesuksesan.
Indahnya persahabatan kini hanya tinggal kenangan. Menjalin persahabatan kini sudah bukan prioritas lagi bagi sebagian besar orang dewasa. Sangat jarang bahkan hampir tidak ada lagi momen berkumpul bersama berbagi cerita dan saling menyemangati. Bahkan untuk sekedar tau kabar masing-masing saja hanya bisa tau lewat postingan di sosmed. Karena untuk sekedar tanya kabar, rasanya sudah keluh, seperti ada tembok penghalang di antara kita.
Itulah realita yang harus dihadapi di usia dewasa. Kita harus bisa menghadapi berbagai tantangan hidup kita sendiri tanpa mengharapkan support dari kehadiran sahabat. Memang itu hal yang cukup sulit, terutama bagi karakter ekstrovert yang lebih nyaman bersama-sama sahabat. Namun, kondisi ketidaknyamanan ini, akan bisa membentuk diri lebih tangguh jika kita menjalaninya dengan sabar dan ikhlas.
Kehilangan sahabat, juga menyadarkan kepada kita bahwa manusia begitu mudah berpaling. Hanya Allah satu-satunya Dzat yang paling setia membersamai kita & tidak akan berhenti menyayangi hambaNya.
2 notes · View notes
callherbyurname · 2 years
Text
sampai kita bertemu lagi, sayangku🦋❤️
aku merindukanmu sahabatku, hidupku tanpamu bagai kapal layar tanpa layarnya, tak tahu arah dan tak dapat mengendalikan pergerakannya. andai dirimu masih di sini, mungkin aku tak harus menangis dan sedih sendirian. mungkin aku tak akan merasa hidup ini begitu berat dijalani, namun aku telah melepaskanmu. aku tahu saat keabadian tiba, aku akan siap bertemu denganmu lagi. aku sudah tidak takut pada kematian. rasa duka, luka dan pedih semuanya adalah permen rasa-rasa yang menjadi makanan sehari-hariku. harapanku saat ini hanya satu, kamu datang pada mimpi-mimpiku, memeluk aku, mendekap dan bagai kita berdua kembali seperti saat dulu. aku tahu betul kamu sudah bahagia di sana, aku iri padamu. sayangku, doakan aku selalu ya supaya tetap bertahan dan menikmati hidup ini sebaik mungkin. dekap aku dalam perjalananku di dunia ini, sebab kau tahu betul langkahku saat ini hanyalah sendiri. temani aku agar aku tidak sendiri ya sayangku. hingga waktuku datang dan kita bisa bertemu lagi. sampai saat itu, aku akan mendekapmu seumur hidup dan memelukmu selamanya. aku mencintaimu hingga akhir hayatku, sayangku.
3 notes · View notes
penaimaji · 1 month
Text
Menjodohkan Teman
Perkara jodoh-menjodohkan, sejujurnya aku pribadi tidak begitu berani menjadi perantara perjodohan secara langsung. Walaupun aku dan suami juga awalnya dikenalkan dengan teman, tapi entah kenapa, kalau aku sendiri mau jodohin orang, rasa waspadaku terlalu tinggi perkara ini. Di sisi lain, aku juga ingin membantu beberapa temanku yang belum Allah kehendaki bertemu jodohnya
Ada beberapa temanku sering bercanda, "Eh, San.. kalau ada kenalanmu dong, siapa tau ada yang cocok". Pernah sempat mau menjodohkan dengan temanku, tapi ternyata yang laki-laki (teman suamiku) redflag di tata kelola keuangan. Salah satu contohnya, suka berhutang (riba) untuk gaya hidup. Mohon maaf, berdasarkan prinsip aku dan suamiku, hal begitu wajib diskip
Pernah juga, saat mau menjodohkan dengan temanku, aku tanya ke suamiku. Si laki-laki ini kepribadiannya baik, pekerja keras, ga pelit, ibadah rajin, sholat di masjid, ganteng. Tapiiii ternyata boti :')) hehhhh itu gimana ceritanya sihhh! Siapaaaa yang nggak shic shac shock wkwkwk
Kemudian, aku juga sempat mau menjodohkan sahabatku saat mengajar di pesantren. Rencananya mau aku kenalkan dengan temanku, yang belum ku kenal begitu dekat. Saat itu entah kenapa aku sedikit ragu, sampai ku ulur waktunya, untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang si laki-laki ini. Padahal kalau di screening sih ya cocok. Orangnya zopannn gaes
Sampe akhirnya beberapa bulan, mulai sedikit terlihat karakternya seperti apa. Sampe akupun terlibat, dan tau bagaimana bermuamalah dengan dia, tau bagaimana dia bermuamalah dengan orang lain. Lalu, jdeeerrrr.. tipikal manipulatif dan NPD. Ngeri banget gaktuh!! Langsung skip skip.. ga kebayang sobiku punya pasangan NPD, udah gitu manipulatif. Huaa jadi kaya kecewa banget, apalagi sahabatku ini udah ngarep :') suamiku ikut kzl juga. Ngeriiiiii mending jangan. "Berurusan sama NPD itu capek. Udah capek, ga dapet hasil apa-apa, kan?", kata suamiku.
Mau sekeliatan shalih/shalihah seseorang, sudah ngaji atau spek hafidz/hafidzah, ustadz/ustadzah. Kalau sudah ada ciri mencolok NPD, pleaseee jangannnn!! Pengalaman suamiku dapet bos NPD dan manipulatif, kacau, dia juga sampe ikut terganggu mentalnya. Ga bisa berkutik. Cuma bisa berdoa, tawakkal bahwa Allah yang menghadirkan segala sesuatu untuk kita; Allah juga yang bisa mengangkat rasa tidak nyaman/kezaliman yang dilakukan manusia
Please normalisasi usia 30+ belum menikah, itu gapapa. Normalisasi belum nikah karena emang harus pilih-pilih. Mungkin sekarang aku akan TAMBAH MANGKEL, kalau ada yg nyinyirin orang belum menikah. Pilih-pilih gapapa banget, daripada harus tersiksa dengan pasangan yang menjadi ujian besar buat kita
Redflag enggaknya seseorang memang relatif, tapi kalau kita tau dia sudah redflag dan tetap lanjut, itu artinya kita telah siap memilih ujian yang akan kita hadapi di bahtera pernikahan
Pesan ustadzku dulu, "Menikah itu ibarat kita memilih ujian. Tidak ada manusia yang sempurna. Maka dari itu buatlah analisa, pilih seseorang yang kamu tau saat bersama dia nanti, kamu akan siap menghadapi ujian darinya"
Ya Allah.. mudahkanlah teman-temanku mendapatkan jodoh yang baik perangainya, shaalih ibadahnya, bapakable dan keinginan-keinginan lain yang sesuai dengan hati. Yassarallahu umuurana. Allahumma baarik~
Jakarta, 13 Agustus 2024 | Pena Imaji
216 notes · View notes
milaalkhansah · 2 months
Text
how depression feels like
#part2
"kalau aku lompat dari motor yang lagi jalan ini, aku bisa langsung mati ga ya"
"kalau aku minum obat pembersih wc ini sakitnya gimana sih? apa bisa langsung mati?"
"kalau pake piso kayaknya ribet deh,"
"gak mau pake tali, aku pendek gak bisa manjat,"
dulu, aku berpikir pemikiran-pemikiran seperti itu wajar saja dirasakan anak usia 14 tahun. wajar juga setelah 10 tahun berlalu, pemikiran-pemikiran itu gak pernah memudar. pemikiran bahwa tak ada lagi yang menyenangkan dalam hidup ini sehingga kematian kiranya menjadi pilihan yang lebih mudah. Benar kata Nadin Amizah, "hancur lebih mudah daripada bertahan".
Saat aku sedang konsul, aku cerita soal pemikiran-pemikiran ini kepada psikologku. Terus dia tanya, aku mulai memikirkan hal-hal itu sejak kapan. Sebelum membalasnya, aku sempat berpikir "emang orang lain gak pernah mikir kaya gitu?" ternyata emang gak wkwk. Aku ketawa terus ngerasa aneh. Kok orang-orang pada pengen hidup lama, ya? Padahal aku udah cape banget.
Psikologku juga nanya, apa penyebab aku sering berpikiran seperti itu, dan apakah aku pernah mencoba merealisasikan apa yang aku pikirkan. Aku jawab jujur: terakhir kali aku memikirkannya baru-baru ini. Dia menanyakan penyebab mengapa aku berpikir seperti itu. Dengan badan gemetar, aku memaksa diri untuk bercerita. Salah satu alasan aku gak pernah berbagi hal ini kepada siapa pun, bahkan ke keluargaku sendiri, karena setiap bercerita, aku seakan mengulang adegan yang sama berkali-kali. Rasa sakitnya masih sama. Menjijikkannya masih sama. Memalukannya masih sama. Dan bisa dibayangin betapa gilanya aku saat harus mereka ulang itu semua. Berkali-kali.
Ngerasain ini semua aku jadi paham, kenapa banyak sekali berita orang-orang yang mengalami kejadian traumatis memilih untuk menyimpan semua lukanya sendirian. Karena memang tidak pernah mudah untuk bercerita. Dan tidak akan ada yang bisa memastikan, apakah setelah bercerita, orang-orang bisa mengerti itu semua.
Psikologku bilang, setiap pemikiran-pemikiran itu datang lagi, dan keinginan untuk menyakiti diri begitu besar aku bisa mencoba cara-cara berikut:
• cerita ke orang dewasa yang dipercaya (aku ketawa soal ini, kalian akan tau kenapa)
• menggenggam es batu
• meremas kertas
apalagi, ya? Aku lupa. Atau mungkin merasa teralu ribet melakukannya.
tadi malem, aku kumat lagi. Perasaannya campur aduk. Capek kenapa harus ngerasain perasaan ini lagi. Capek gak tau harus ngapain. Capek harus menjalani semua ini sendirian lagi.
Berusaha untuk lebih waras. Aku mencoba untuk menghubungi satu-satunya orang yang aku percaya (sisanya). Kepercayaan yang sudah 1% ini kuberikan untuk dia semua. Siapa dia? sahabatku. Dia satu-satunya orang yang tau kondisiku. Itu pun setelah bertahun-tahun. Awalnya aku mengirim pesan:
"daripada memiliki bunuh diri, aku lebih suka untuk minta Allah mencabut nyawaku saja. Tapi aku juga takut kalau Dia mengabulkan itu, aku masih punya banyak dosa yang aku gak tau tanggung jawabnya gimana. tapi aku benar-benar udah gak ada motivasi apalagi untuk hidup lebih lama..."
ceklis satu.
Poto profil dan status akun tidak terlihat.
Di sisa-sisa kekuatan aku mencoba positif thinking.
"mungkin hapenya lagi dicas makanya mati. Mungkin kuotanya habis, makanya gak aktif, dan berbagai mungkin-mungkin lainnya."
Aku mencoba menelpon dan video call juga gak aktif. Aku cek jaringanku, gak ada masalah.
ternyata aku yang lagi-lagi suka membohongi diri.
Menganggap bahwa semua orang akan stay selamanya. Menganggap atau mencoba percaya bahwa orang yang ku percaya bisa selalu ada.
Mencoba bercerita dan meminta bantuan kepada orang dewasa yang dipercaya...
Haha omong kosong.
Kenapa sih Allah menjadikanku sebagai seorang manusia kalau dibuat selelah ini?
Dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Aku memilih untuk tidur saja. Ditemani pemikiran "kalau aku benar-benar gak ada lagi, dia sepertinya gak akan sedih atau merasa bersalah kan?"
Aku lelah dengan peperangan pikiran setiap malam.
Aku hanya ingin ditemani. Apa sesusah itu?
21 notes · View notes
ceritasonia · 1 year
Text
Kepada Siapapun yang Kehilangan Dirinya
Salah satu fase kehidupan yang cukup berat adalah ketika kehilangan diri sendiri. Sedikit sekali yang tahu bahwa aku pernah mengalami hal itu. Aku memberanikan diri menulis ini untuk sekadar berbagi, walau kita mungkin tak saling kenal tapi kamu boleh menganggapku seorang teman yang peduli dan tak ingin kamu tenggelam terlalu dalam pada kesunyian.
Ketika kuliah dulu beberapa hal berat meyapaku secara bersamaan, rasanya sesak sekali. Kemudian aku yang menjaga hatiku dengan sangat baik tiba-tiba dipatahkan oleh seseorang yang saat itu aku anggap penguatku, seseorang yang menjadi alasan aku ingin bertahan. Agaknya saat itu memang aku terlalu bodoh bersandar pada manusia yang juga rapuh dan hatinya mudah terbolak-balik.
Aku tidak menerima hal-hal yang Dia takdirkan untuk terjadi. Aku marah, kecewa, kesal. Bagaimana ya menjelaskan rasa yang pernah aku alami saat itu? Cukup sulit dijelaskan. Rasa sakit dan segala emosi negatif yang tertahan sampai membuatku sulit bahkan untuk menangis itu akhirnya menjadi sesak yang cukup berat. Perlahan aku mulai kehilangan diriku sendiri.
Di kampus aku menjadi pendiam, setelah kelas selesai aku segera pulang. Saat tiba di pondok pun aku jadi lebih banyak diam. Organisasi hingga teman-teman aku abaikan. Seakan ada yang membisikkan ini padaku, "Ga ada satu orangpun yang ngerti aku!", hingga kemudian aku masuk ke dalam ruangan gelap yang menyesakkan.
Maha baiknya Allah yang masih mencoba mengetuk pintu hatiku, aku resah dan tak nyaman dengan diriku sendiri. Ada sesuatu yang harus diselesaikan. Sampai kapan aku mau seperti ini? Tidakkah aku menyayangi diriku sendiri?
Hari itu aku memberanikan diri mulai keluar dari ruang gelap yang aku ciptakan sendiri. Aku masih ingat mengajak sahabatku untuk bercerita di utara kota Bandung. Aku melihat langit yang biru, pohon yang hijau, hingga merasakan udara yang begitu sejuk. Bukankah Allah menciptakan dunia ini dengan begitu indahnya? Lantas kenapa aku malah membuat diriku sendiri kehilangan waktu untuk menikmatinya?
Aku mulai menerima semua yang terjadi, berat memang tapi penerimaan selalu melegakan. Mungkin hatiku masih sesak, tapi bukankah hati ini mudah sekali dibolak-balikkan oleh-Nya? Perlahan aku mencoba mendekat pada Dia yang seharusnya menjadi sandaran tiap manusia. Aku hubungi lagi teman-teman baik yang sejatinya selalu ada untukku. Hingga aku sadari akhirnya duniaku tetap berjalan baik-baik saja.
Jadi, untukmu yang saat ini tengah kehilangan diri sendiri, sudah cukup berdiam diri dalam ruang gelap itu! Sudah cukup berasumsi tidak ada yang mengerti dan peduli! Sudah, kamu sudah cukup untuk menyendiri. Sekarang waktunya keluar merasakan banyak cinta dari-Nya untukmu, sesederhana detak jantung yang masih Dia beri, hingga hangatnya mentari pagi. Temuilah kembali teman-temanmu yang sebenarnya mengkhawatirkanmu namun mereka takut mengganggumu itu. Percayalah bahwa di dunia ini akan selalu ada orang-orang yang Dia kirim untuk membantu hingga menyayangimu. Jangan sembunyi lagi ya! Biarkan kasih sayang-Nya sampai kepadamu.
#catatan #tulisan #reminder #motivasi #muslimah #ntms
151 notes · View notes
menyapamentari · 3 months
Text
— aku yang belum tentu sebulan sekali mengagendakan bertemu sahabatku. Aku yang terlalu nyaman berada di rumah, sehingga butuh berkali kali berfikir untuk keluar rumah tanpa suami. Aku yang berterimakasih karena suamiku tidak pernah melarangku bertemu sahabatku, bahkan tak memberi syarat atau hal semacam harus menyelesaikan tugas rumah terlebih dahulu. Dan aku yang berterimakasih, karena sahabatku bersedia bertemu di tempat yang aksesnya mudah untuk kudatangi.
Perlakuan sederhana namun membekas sekali di relung hati.
Alhamdulillaah ☘️
24 notes · View notes
rosariumtale · 3 months
Text
Sahabatku Yang Berharga
Aku akui, kau memiliki tempat sendiri di sudut hatiku. Meski lama waktu telah berlalu, nyatanya perasaan tentangmu tak luruh tersapu. Namun yang berbeda, kini aku berharap kau menemukan bahagiamu.
Membayangkan kau menemukan belahan jiwamu, membuatku turut menyunggingkan seutas senyum. Aku tau kau orang baik dan sudah selayaknya kau menemukan bahagiamu yang utuh. Sebagai karib yang melihatmu tumbuh, aku berbangga dan bahagia pernah bersinggungan denganmu di sebuah bab dalam hidup kita yang riuh. Kemudian tiada kata yang bisa kuucap selain; "Selamat ya, kau telah mencapai fase ini." Senyumku pun terkembang sempurna. Aku bersungguh-sungguh mengatakan itu. Kau adalah sahabatku yang berharga.
19 notes · View notes
seratanekulo · 12 days
Text
Tumblr media
Halooo sahabatku Nashri yg baik hati. Teman baik ku. Hehehe
Temen tidurku wkwkw
Maaf aku sering ngerepotin hehehe
Selamat ya, semoga lancar sampai hari H. Pokoknya bahagia terus. Hehehe
Alhamdulillah udah gak galau-galau lagi 😄🤗 aku sedih karena mau ditinggal kamu nikah. Ntar aku sm siapa? 😭
9 notes · View notes
gadiskaktus · 2 months
Text
Tumblr media
Ga ada yang salah jika kita masih sendiri, tidak ada teman duduk sebelah kita, tidak ada teman ngobrol di samping kita. Kalau ada pun mungkin mereka akan disibukan dengan gawai mereka masing-masing, tadi di sini ada pasangan muda-mudi, mereka duduk tepat di belakangku, ga tau apakah pasangan halal atau mereka masih berteman eeh pacaran mungkin, tapi yang laki-laki sibuk dengan main game nya dan yang wanita sibuk dengan gawainya sendiri. Mereka ngobrol? Aku mendengarnya sesekali saja, setelah itu hening, aku hanya mendengar suara motor dan mobil yang lalu lalang di depan cafe.
Dan lagi, ada sebuah keluarga yang barusan datang, seorang Ayah, Ibu dan seorang anak perempuan. Apakah mereka juga mengobrol bercanda gurau? Tidak, masing-masih sibuk memandangi gawainya masing-masing dan sesekali menanyakan pesanannya sudah jadi belum. Setelah selesai makan mereka lalu pergi, ya karena sebelum makan kita wajib bayar dulu. Jadi enak selesai tinggal pulang. Tidak usah antri untuk bayar. Lalu apakah yang sendirian tidak ada teman mengobrol salah? jelas tidak aku juga sibuk dengan gawaiku, membalas pesan dari sahabatku ( haha).
Di sini lagi, sendirian memesan nasi goreng favorit dan caramel mocchiato ( rekomendasi kak @saarahsatujuan ) katanya kayak hidup kita pahit tapi ada manis-manisnya gitu.
Sendiri bukan berarti kesepian, dia hanya sedang menikmati dengan caranya sendiri.
Civet Coffee Yogyakarta.
Minggu malam, 14 Juni 2024
_Malam menuju pagi .
9 notes · View notes
piwwa · 4 months
Text
Morphine
04/06/2024
Perayaan Mati Rasa
Tentang rasa yang tak lagi terasa, tentang bahagia yang tak lagi menyenangkan, tentang sedih yang tak lagi memilukan. Ternyata mati rasa itu ada.
Hari ini langit sore berwarna biru orange, persis seperti warna langit favoritmu. Hanya ada satu bintang redup tertutup awan abu. Saat menulis ini, aku di atas rooftop kos sahabatku, menikmati angin malam dan sautan adzan isya. Tuhan sangat baik, menyambut malam dengan sapaan ke seluruh mahkluk-Nya. 
“Kamu mau tau ga salah satu mimpi aku yang belum terwujud?”
“Belum tau, apa memangnya?”
“Aku ingin sekali mandi hujan di malam hari. sepertinya seru dan tenang kan?!”
“Boleh saja. Tapi beresiko, nanti pusing dan sakit kepala”
“Yahh sekali saja tidak apa-apa kan? hehe”
“Oke, besok kalo hujan malam aku jemput, kita hujan-hujanan, asalkan jangan sampai sakit”
“Yeayy!! okee!”
Malam bukanlah hal yang menakutkan. Bukan juga hal yang harusnya dihindari. Kebanyakan kita menganggap malam adalah waktu yang menyeramkan dan mencekam, tapi tidak dengan orang yang mencari ketenangan di malam hari. Malam bukan lagi tentang tenang dan sunyi, tetapi lebih dari itu, tempat kembali. Kembali mengingat kejadian hari ini. Kembali merenung takdir diri. Kembali istirahat dengan hati dan kepala yang penuh terisi. Tempat kembali setelah berusaha mencari jati diri namun hampir mati. 
Hujan juga bukan sekedar berjuta kubik air dari langit. Hujan tak selamanya pedih. Hujan akan menjadi tempat kembali untuk jiwa yang tak mau terlihat rapuh. Menyembunyikan tangis dibalik derai hujan. Menyamarkan teriakan ditengah rintik agar tak terdengar sekitar. Memang terdengar sedikit dramatis, namun benar-benar tragis. 
Lalu bagaimana pedih dan hancurnya jiwa yang mencari hujan di malam hari? 
Aku yakin, ia hanya ingin malam menghilangkan ingatannya dan hujan menghapus lukanya.
                                                                       ~
Mencintai bukan perkara kebal. Bukan perkara sekedar menemani. Mencintai adalah pengorbanan dan kehilangan. Seberapa banyak pengorbanan yang mengatas namakan cinta? Sudah berapa banyak kehilangan yang disebabkan oleh cinta?.
Setelah mengenal cinta, pilihanmu hanya dua. Perjuangkan atau kehilangan. 
Masih teringat jelas desir ombak malam itu. Angin malam di tepi pantai menemani dua jiwa yang berkelahi dengan pikiran mereka tentang arti cinta. Keduanya sama-sama terbunuh oleh masa lalu yang pilu. 
“ Menurutmu kenapa orang takut memulai hubungan dengan orang baru ya setelah putus? apa patah hati membuat orang benar-benar tidak percaya lagi dengan cinta?” tanyaku dengan penuh harap mendapat jawaban yang ku inginkan.
“ Tidak juga. Cinta tak pernah habis, hanya saja butuh waktu untuk memulai kisah dan pandangan baru mengenai cinta. Tak perlu buru-buru, cinta tumbuh dengan sendirinya”. jawabnya jujur, dengan pandangan lurus kedepan menatap cahaya bulan di ujung pantai.
Aku tersenyum canggung mendengar jawabannya. Dalam hatiku berkata masih ada keraguan dalam dirinya. Namun di sisi lain aku masih bisa menerima jawabannya, karena aku pernah merasakan fase seperti itu. Tapi semenjak itu, selalu timbul dalam benakku “Kalau dia ragu, kenapa dia mendekatiku? aneh”.
~
I love watching the sunset, but it would be much prettier if I saw it from the reflection of your eyes.
“kamu suka lihat sunset warna apa?” 
“aku suka langitnya yang warna biru orange gitu sih”
Mendengar jawabnya aku sedikit kecewa. Ternyata kesukaan warna sunset kita berbeda. Aku suka warna sunset saat berwarna ungu dan pink. Namun, saat mendengar itu darinya, sepertinya aku mulai suka warna itu. Bukan karena tertarik, hanya saja akan lebih cantik jika aku melihat dari refleksi bola matanya. 
Untuk pertama kali, pantai menjelang malam terasa sangat menenangkan, bahkan hingga pertegahan malamnya. Untuk pertama kali, duduk di tepi pantai beralaskan pasir lembab dan langit gelap terasa sangat menyenangkan. Untuk pertama kali, duduk berjam-jam dengan angin pantai di malam hari tak terasa menakutkan. Hanya karena, Dia. 
Sudah lama sekali perasaan ini tidak menggebu-gebu. Sudah lama sekali perasaan ini tidak diyakinkan. sampai akhirnya, Dia datang dengan beribu alasan untuk tetap tinggal. Sejak saat itu, semua terasa mudah dan indah. Aku kembali jatuh hati. 
Aku ceritakan saja singkatnya, dunia harus tau Dia ada. 
~
Aku menyebutnya Morphine. Tak banyak yang tau, bahkan dia sendiri tak bertanya apa itu Morphine. Dan mengapa aku meyebut dirinya Morphine. Sederhana, dia sakit yang candu.
Aku mengenalnya di salah satu organisasi kampus kita. Tak sengaja, namun aku tau itu pertanda. Dia salah satu yang aktif di organisasi kampus. Suatu hari aku pernah bertanya “Apa kamu tidak lelah terlalu banyak kegiatan?” dan jawabnya “Anggap saja ini hobi”. Ah, yang benar saja, orang mana yang menjadikan organisasi hobi? Dia-lah salah satunya. 
Aku adalah salah satu orang yang percaya cinta itu tumbuh karna terbiasa. Terbiasa bersama, terbiasa menerima, terbiasa bercerita, terbiasa melihat, bahkan terbiasa mendengar. Aku terbiasa mendengar dia bercerita, terbiasa melihat dia tersenyum, dan terbiasa menerima kebaikan darinya. 
Masih terasa bagaimana canggungnya saat Dia membelikan nasi goreng pertamanya untukku saat kegiatan organisasi kami. Masih terasa degup jantungku saat pertama kali memberanikan diri menatap matanya. Tenang. Hanya itu yang ku rasakan. Tanpa adanya pikiran Dia yang akan menjadi alasan mati rasa ini dirayakan. 
“Kamu kenapa bisa suka sama aku?”. Tanyaku padanya di atas motor saat kita keliling kota malam itu. 
“Karena kamu cantik dan baik”. Jawabnya sambil tersenyum tipis. Aku bisa melihatnya dari spion motor.
“Ah klasik! Jawab yang bener dari hati kamu.” Ujarku kesal mendengar jawabannya yang tidak berpendirian itu. 
“Sederhana, hanya karna aku menjadi diriku sendiri kalau sama kamu”. Jelasnya sambil mengelus tanganku yang dingin terkena angin malam. 
Jujur saja, aku tersenyum malu saat itu, tapi aku menyembunyikannya dan membuang muka ke jalanan agar tak terlihat senyum dari spion. Haha, gengsi sekali. Sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang banyak hal, perasaan maupun pengalaman. Entah mengapa, perjalanan itu terasa sangat singkat, padahal kami menelusuri puluhan kilometer. 
Jika kamu tau perpisahan adalah akhir dari ceritamu, apakah kamu akan melepaskan disaat semua masih terasa indah?  
~
”Kamu tau ga aku ibaratkan kamu seperti apa?” tanyaku padanya.
“Apa memangnya?” jawabnya penasaran. 
“Aku ibaratkan kamu seperti tengah malam.” Aku yakin dia sangat penasaran menunggu penjelasanku selanjutnya.
“Tengah malam?”
“Kamu seperti tengah malam yang tenang, namun mencekam. Kepala kamu berisik  tapi tidak mengusik. Orang menganggap malam itu menakutkan, tapi di malam hari ada bintang, ada bulan dan ada tenang. Hanya orang yang berani terjaga yang bisa merasakannya.” Jelasku berharap ia mengerti arti yang tersirat di dalam kalimat itu. 
“Keren. Aku tidak pernah terpikirkan filosofi itu sebelumnya”. Ujarnya. 
Aku bukan tanpa alasan mengibaratkan Dia sebagai tengah malam. Dia lebih tenang dari malam. Aku pernah duduk di taman kampus, memperhatikannya dari jauh. Aku tau dia sedang tidak baik-baik saja. Di sebrang sana,  dia duduk dengan tenang, bahkan sorot matanya tidak menunjukkan sedikitpun keresahan. Aku iri. Aku iri bagaimana bisa Dia terlihat tenang saat pikirannya berantakan? Bagaimana bisa saat Dia hancur, Dia selalu menghibur?
Aku selalu suka mendengar dia bercerita, aku selalu menjadi rumah untuknya, begitupun sebaliknya. Aku tau beban yang ia pikul, walaupun dia tak bercerita jika Dia bisa menyelesaikannya sendiri. Baik sekali, tak mau membebani pikiran wanitanya. 
Aku pernah beberapi kali menangis hanya karna melihat pundaknya. Ya, pundak yang penuh beban itu. Aku selalu mencium pundaknya di atas motor, sebagai doa agar Dia dikuatkan. Tak mudah memang menemani masa sulit seseorang, namun aku bertekad menemaninya sampai saatnya aku atau dia yang memilih pergi. 
Dia adalah orang yang selalu mengusahakan kebahagiaanku, entah dengan cara apapun itu. Dia selalu takut dan berpikir aku tak bahagia bersamanya, hanya karna cara dia mencintaiku sederhana. Menurutnya itu sederhana, tapi bagiku adalah segalanya.  
Dia pernah bilang “Aku lebih takut kamu tidak bahagia bersamaku daripada kehilangan kamu”. Pertama kali aku mendengar kalimat itu, aku menganggap Dia egois. Mengapa dia tak takut kehilanganku? Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya aku mengerti.  
Kita gagal memahami bahwa kebahagiaan dalam hubungan itu diciptakan, bukan dicari.
~
Aku dan dia adalah dua orang berkepala batu. Dia dengan egonya yang tinggi dan aku dengan emosi yang tidak stabil. Kami sering berbeda pendapat, namun lebih sering memgungkapkan pendapat. Awalnya, aku mengira komunikasi adalah kunci dari hubungan, ternyata salah, saling mengerti adalah jawaban yang tepat. Komunikasi akan sia-sia jika tak mengerti satu sama lain. Apa yang akan kamu komunikasikan jika tidak bisa mengerti maksud satu sama lain? 
Kami terbiasa menyelesaikan masalah dengan bertemu. Kami rasa, dengan bertemu kami lebih mengerti dan lebih leluasa menyalurkan pikiran. Aku selalu kagum dengan cara Dia berpikir, selalu bisa meyakinkan hal yang meragukan. Aku selalu jatuh cinta dengan cara dia menyampaikan pendapatnya tanpa melukai hati sedikitpun. Aku selalu suka saat kami mengakhiri perdebatan dengan pelukan panjang. Aku rasa,  selagi ada dia, aku akan baik-baik saja. 
Setiap pagi aku akan tersenyum melihat pesannya mengucapkan selamat pagi. Di kampus, kami sering bertemu dan duduk di taman atau kursi panjang. Jika luang, kami selalu makan bareng di warung belakang kampus. Aku suka rutinitas itu, kami tak pernah ragu dan tak pernah berpikir akan bertemu hari itu. Hari di mana kampus terasa mencekam untuk pertama kalinya. 
Mencintai bukan sekedar memberikan cinta, mencintai juga menerima. Menerima kenyataan bahwa hanya karena kamu tidak dicintai dengan cara yang kamu inginkan, bukan berarti dia tidak mencintaimu.  
Mencintai juga perkara cukup. Itu yang gagal kami pahami. Aku dan Dia. 
Aku bahagia, tak pernah sebahagia ini. Being love by someone that you love.
Setiap sudut kampus adalah kita, setiap sudut kota adalah kita. Masih terbayang sambaran kilat saat kita terjebak hujan sehabis dari pantai. Kita duduk menikmati mie ayam grobakan sembari menunggu hujan yang tak kunjung reda. 
“Hujannya ga akan reda, udah malem banget, mau trobos aja?” tanya dia sembari masih memperhatikan hujan.
“Aku kan suka hujan ayo trobos aja!” jawabku bersemangat. 
“Oke kita trobos tapi kamu harus pakai jas hujan, tidak ada penolakan.” Tegasnya sambil memasangkan jas hujannya di badanku. 
Aku tak bisa menolak, perintah dari dia akan selalu aku turuti. Kami pun menerobos hujan lebat ditengah-tengah kota. Dia basah kuyup karena tidak memakai jas hujan. Tapi kita masih bisa mengobrol dan bernyanyi sepanjang jalan. 
jApakah penjual di pantai yang sering kita kunjungi heran kenapa kita tidak pernah ke pantai lagi? Apakah pak de penjual mie ayam langganan kita tidak menunggu kita datang lagi setiap tanggal 22?. Aku yakin mereka rindu. Aku juga begitu. 
~
Menyerah bukan perkara mudah. Ada banyak alasan untuk tetap bertahan, tapi akan kalah dengan satu alasan, masa yang habis. Menyerah pada orang yang kamu cintai adalah seburuk-buruknya rasa. Di mana kamu akan tau semuanya akan berakhir, bukan karna kamu ingin, tapi karna kamu harus. Tak ada yang lebih menyakitkan dari saling melepaskan karena tak bisa saling menguatkan.  Tak ada yang lebih menyedihkan dari pelukan dan ciuman terakhir sebelum benar-benar merelakan. 
Malam itu, tak pernah ada di bayanganku, aku rasa dibayangannya pun tak ada. Malam di mana aku adalah aku dan kamu adalah kamu yang sebenarnya. Selama ini kita hanya sembunyi di balik kata cinta, tanpa kita sadari kita hanyalah dua orang yang  saling menyakiti. 
Permintaan terakhirku ke pantai bukan tanpa alasan. Aku ingin perpisahan kita juga indah seperti bagaimana kita memulainya. Meski saat itu, untuk pertama kalinya aku benci mendengar suara ombak. Untuk pertama kalinya pantai tidak menenangkan. Dan untuk pertama kalinya aku menatap lautan dengan tatapan pasrah. 
Aku tidak memandang perpisahan itu buruk, tak membenci alasan kami berpisah. Aku hanya bertanya mengapa masa kita hanya sementara? 
Setiap hari aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa bahagia, seperti katamu. Aku percaya itu, karna kamu yang mengatakannya. Aku akan tetap menjadi aku yang dulu, selalu pesan es teh, selalu cemil es batu, selalu suka Taehyung, dan selalu menangisi video tiktok sedih yang  aku kirim ke kamu .
300 hari bukan waktu yang sebentar. Bukan waktu yang mudah untuk melupakan. 
Aku dan Dia bukan sekedar hubungan, tapi perjalanan.  
Aku tak masalah Dia bukan milikku lagi, asalkan dia masih di Bumi. 
Perihal  mati rasa ini, biarlah aku sendiri yang merayakan. 
Pulanglah suatu hari nanti, bawa kabar baik tentang mimpi-mimpi yang kamu ceritakan dulu. Kembali bercerita di tepi pantai. Walaupun tidak sebagai sepasang kekasih lagi, tapi kenanglah kita pernah saling mengisi. 
My prayers are with you every step of the way. The time you need my hug, turn around, I'm right behind you.
H
7 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Menurutmu, apa makna sekufu? Apakah mereka yang berada di kondisi ekonomi yang sama? Atau mereka yang topik pembicaraannya bisa menyambung dan saling melengkapi?
Menurutmu siapakah yang pantas menikah? Apakah mereka yang berada di status ekonomi yang sama? Atau mereka yang mempunyai tingkat keilmuan yang sama?
---
Menurutmu pribadi, apakah aku termasuk orang yang tak tahu malu? Mengajak taaruf seorang putri istana yang cerdas, sopan, dan berpendidikan?
Berulang kali aku mempertanyakan itu kepada diriku sendiri. Prosesku mengajak hubungan yang lebih serius dengan Fathia banyak mendapatkan komentar yang beragam dari beberapa teman-temanku. Beberapa ada yang mendukung, namun beberapa justru mempertanyakan apakah aku sudah memikirkannya dengan matang.
Dua kontras jawaban yang berbeda dari teman lingkaranku membuat aku menjadi setengah-setengah. Ingin lanjut namun ragu, tapi juga ingin berhenti tapi sayang jika prosesnya harus berhenti di tahap ini.
Mungkin ini sebabnya beberapa seniorku selalu menasihati orang yang sedang bertaaruf. Bahwa, kita harus menyembunyikan prosesnya. Segala prosesnya. Dengan siapa, sudah sampai tahap mana, dan lain sebagainya. Jika semua sudah fiks, barulah teman-teman kita diberitahu kabar bahagianya melalui surat undangan pernikahan. 
Memang sesuatu yang diam-diam akan selalu memudahkan seseorang dalam bekerja. Namun nasi telah menjadi bubur. Beberapa temanku sudah tahu bahwa aku sedang menjalani proses taaruf dengan Fathia, entah dari mana kabar itu. Tiba-tiba saja mereka mengetahui kabar itu dan menanyakan kebenarannya kepadaku. 
**
“Lo serius ngajakin Fathia taaruf? Gila ya emang nyali lo.” Kata temanku lantang karena kaget mengetahui bahwa aku sedang berproses taaruf dengan Fathia. 
Kami sedang berada di cafe siang ini. Hanya berdua, aku dan sahabatku. Tempat nongkrong bergaya insustrial ini cukup terkenal buat orang-orang yang bekerja di daerah kami. Tempat yang cukup sepi, bersih, dan dilengkapi dengan gaya yang estetik menjadikan cafe ini pilihan bagi orang-orang melepas lelahnya setelah bekerja seharian di kantornya. Itulah alasanku disini sekarang bersama temanku.
“Ya serius lah. Emang aku pernah bercandaan ya soal perempuan? Dari dulu aku kan juga ga pernah tuh ngejalin hubungan asmara dengan siapapun. Ya itu karena aku emang nggak pernah bercanda soal perempuan.” Jawabku santai.
“Tapi maksudku tuh gini, kamu kan tau Fathia ini orang yang kaya raya. Dunia dia tuh udah yang kayak dunia berbeda gitu loh buat kita. Ya emang sih dia tuh orangnya emang humble banget. Tapi apa dia mau buat suatu hari nanti pergi naik motor bareng elu? Kan dia biasanya naik mobil. Terus, apa dia mau buat nyoba masakin di rice cooker terus makan tahu tempe yang kayak dulu pernah kita lakuin di pondok? Lu kira Fathia tuh kayak mbak-mbak santri yang serba bisa gitu?” Temanku menjawab lagi pertanyaanku dengan bertubi-tubi seperti seorang ibu yang ingin menyadarkan anaknya yang telah berbuat salah.
Iya, aku tahu bahwa Fathia memang orang yang berbeda status dengan kami berdua, tapi jika memang itu adalah orang yang cocok menurutku, mau bagaimana? 
Aku juga pernah membaca tulisan Habiburrahman di Ayat-Ayat Cinta, beliau mengatakan bahwa seharusnya para lelaki tak cepat minder dengan apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, karena kita para lelaki mempunyai teladan yang sempurna yaitu Rasulullah yang juga menikah dengan seseorang yang cantik, baik perangainya, dan juga kaya. Ketika itu, Rasulullah hanyalah manusia biasa yang tak kaya ataupun mempunyai jabatan. Meskipun begitu, kejujuran beliau telah dikenal kemana-mana hingga beliau dijuluki al-amin, yang artinya seseorang yang jujur. Sehingga singkat cerita, melihat kejujuran Nabi Muhammad ketika itu, Khadijah bertekad untuk mengajukan diri untuk menjadi istri beliau.
“Akupun seperti itu Bro, aku yakin Fathia akan menghormatiku meskipun kami mempunyai latar belakang yang berbeda. Aku yakin Dia bisa memposisikan dirinya jika memang kami berjodoh. Toh aku juga ngga mau mikir jauh-jauh apakah berjodoh atau tidak. Aku hanya fokus ke satu per satu prosesnya, memastikan bahwa tidak ada satu step taaruf yang tercampur dengan ikhtilat.” Jawabku panjang lebar menjelaskan mengapa aku memilih Fathia dan satu bab sirah nabawiyah kepada temanku.
“Ya semoga ya. Turut seneng kalau nanti elu jadi sama si Fathia. Dia adalah salah satu orang baik yang pernah aku temui juga di BEM ketika itu.”
“Ting…” Suara notifikasi HP ku berdering, kulihat nama Fathia di notifikasi whatsapp ku. Ternyata dia baru saja mengirim pesan. Buru-buru aku langsung membuka isi pesan itu, barangkali ada hal urgen yang dia butuhkan.
“Mas, aku udah ngomong Abi, katanya dipersilahkan silaturahmi ke rumah hari Selasa sore, apa bisa?” 
Senang dan deg-degan rasanya mendapatkan balasan pesan itu dari Fathia. Akhirnya setelah sekian lama memendam rasa kepadanya, aku bisa menyampaikan maksudku dengan cara yang baik, yaitu kepada orangtuanya langsung. Walaupun ya disatu sisi aku agak khawatir, apakah niatan baikku ini bisa diterima keluarganya atau tidak.
Ahh mengapa aku melamun, aku harus segera menjawab pesan dia. 
“Okey, Insyaallah semoga Allah memudahkan.” Jawabku singkat
Buru-buru aku menyeruput secangkir kopi yang masih tersisa siang itu, kemudian memasukkan beberapa barang-barang kedalam tasku. Degup jantungku semakin kencang, sekarang hidupku seperti berjalan diatas harapan dan ketakutan.
“Aku pamit dulu ya Bro, mau kerjain yang belum beres dikosan.”
Bersambung (2/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 2
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
75 notes · View notes
Text
Doaku.
Semoga aku menjadi sebaik-baik anak untuk ibu dan ayahku, menjadi sebaik-baik wanita seperti para wanita pada umumnya, menjadi sebaik-baik sahabat bagi sahabat-sahabatku, menjadi sebaik-baik pendengar tatkala telingaku benar dibutuhkan, menjadi sebaik-baik penolong tatkala ada yang menginginkan uluran tangan.
Semoga aku menjadi sebaik-baik adik untuk kakakku, menjadi sebaik-baik ipar untuk kakak iparku, menjadi sebaik-baik bibi untuk keponakanku, menjadi sebaik-baik teladan bagi usia muda yang berada dibawahku, menjadi sebaik-baik beradab bagi yang berada diatas usiaku.
Semoga aku menjadi sebaik-baik mahasiswa, menjadi sebaik-baik penuntut ilmu-Nya, menjadi sebaik-baik yang hormat terhadap pendidik, menjadi sebaik-baik pendidik kelak dan dihari ini, menjadi sebaik-baik manusia yang dapat memanfaatkan sisa waktu yang barangkali tidak begitu banyak.
Semoga aku menjadi sebaik-baik tempat pulang, menjadi sebaik-baik rumah tempat menghilangkan keluh, menjadi sebaik-baik pengobat rapuh, menjadi sebaik-baik istri untuk suami, menjadi sebaik-baik menantu untuk mertua, menjadi sebaik-baik wanita cerdas yang bisa menempatkan diri pada setiap situasi dan segala kondisinya.
Semoga aku menjadi sebaik-baik Ibu untuk anak-anakku, menjadi sebaik-baik teladan bagi mereka, menjadi sebaik-baik yang berusaha meneruskan dan melanjutkan generasi salaful ummah, menjadi sebaik-baik yang mengenalkan sunnah.
Semoga aku menjadi sebaik-baik perhiasan dunia, menjadi sebaik-baik yang pandai bersyukur dan selalu mengejar surga melalui yang telah Nabi kabarkan didalam haditsnya yang shahih. Masuklah ke surga manapun.
Aamiin yaa Rabb..
130 notes · View notes
kuebeludrumerah · 1 year
Text
Tumblr media
Ternyata kemarin tuh pertama kalinya aku pulang dan ninggal Ibuk sendirian di rumah. Sebelum-sebelumnya biasanya masih ada Mas atau Mbak di rumah, jadi pas aku pulang ngerasanya masih aman-aman aja tau Ibuk ga sendirian di rumah.
Tapi kemarin beda eh, Pak. Kepikiran terus di jalan, mana ojolnya sok asik, nyampe stasiun beneran ga ketahan lagi sesegukan. Sedih banget, sedih dan ngisin-ngisini secara bersamaan, asem og.
Padahal udah mau sebulan, tapi masih cengeng.
Aku pertama kali punya teman yang ayahnya meninggal itu kelas 4 SD. Beberapa hari kemudian lihat dia masuk dan bisa ketawa seolah ga terjadi apa-apa tuh selalu mikir "kalo aku pasti ngga bakal bisa sekuat itu sih kayanya".
Dan itu terjadi teruuusss sampe kuliah ada salah satu sahabatku yang mengalami hal serupa. Ya aku sih nganggep dia sahabat, gatau kalo dia yha. Besoknya dia bisa masuk dan kaya ngga ada apa-apa. Mikirnya masih sama "dia kuat banget".
Terlepas di dalam hatinya mungkin tiada beda rapuhnya dengan diriku ini. Ya siapa yang tau juga, sih.
Yah tetep aja susah, Pak. Tapi aku seneng Ibuk sekarang sudah baik, udah bisa nonton Family 100 tanpa sedih keinget Bapak huehue, dan yang terpenting sudah bisa makan dengan lahap.
Belakangan aku sadar, hal paling sedih setelah kepergian Bapak, adalah melihat Ibuk yang jadi lebih sering sering melamun.
45 notes · View notes
milaalkhansah · 8 months
Text
Menerima Penolakan
Dari kecil hingga beranjak dewasa ini ... Aku menghadapi banyak sekali penolakan. Berasal dari background keluarga yang tidak mampu dan juga fisik yang tak semenawan orang lain membuatku berapa kali harus merasakan sakitnya tidak menjadi "pilihan orang lain".
Akhirnya aku perlahan tumbuh menjadi seseorang yang berusaha untuk selalu "diterima" orang lain. Melakukan apa saja agar aku dianggap, agar aku tak ditolak, dan agar keberadaanku diterima. Tumbuh menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk menyenangkan semua orang. Karena menjadi seseorang yang tidak disukai itu sangat menyakitkan diriku kala itu.
Aku pernah punya pengalaman yang berkaitan dengan penolakan yang masih sangat membekas di otakku saat ini. Pengalaman pertama adalah saat SMP. Waktu itu, aku dan ketiga temanku berjalan bersama selepas pulang sekolah. Sepanjang perjalanan, aku merasakan kalau ada seseorang di antara mereka yang sedari tadi menampakkan wajah masam dan tidak pernah melibatkanku dalam percakapan. Selepas orang tersebut pulang duluan karena rumahnya yang lebih dekat ketimbang kami bertiga yang lainnya aku menanyakan hal tersebut kepada temanku yang lain.
"ini perasaanku aja, atau emang dia dari tadi gak suka aku ikut jalan sama kalian gini?"
"iya, dia gak suka. Dia cerita, kalau dia lebih suka jalan bertiga tanpa ada kamu," kata temanku menjelaskan dengan wajah yang tak enak.
pengalaman lain, aku rasakan saat SMA. Dari pengalaman ini juga aku perlahan menyadari bahwa yang namanya "beauty privelege" itu benar adanya. Waktu itu, aku bersahabat dengan seseorang. Dari segi background keluarga dia memang lebih baik dariku. Dan begitu pula dari segi fisik. Aku kalah jauh. Dia adalah salah satu "perempuan tercantik" di sekolahku. Aku sebenarnya heran mengapa dia mau saja berteman dengan seseorang sepertiku. Aku memang tak seburuk itu, tetapi sulit saja rasanya menghilangkan sifat suka menggolongkan pertemanan berdasarkan kesamaan fisik dan ekonomi masing-masing.
Sahabatku mungkin tidak menyadarinya. Tetapi aku sangat merasakan bagaimana perbedaan perlakuan teman-temanku. Aku jarang sekali diajak. Aku tidak pernah diikutkan bila mereka membuat suatu pesta atau perayaan dan berbagai bentuk "penolakan" lainnya. Tak hanya dari lingkup pertemanan. Tetapi hal itu juga aku rasakan dari bagaimana guru-guru di sekolahku memperlakukan kami. Bahkan ucapan seorang guru yang mempertanyakan kenapa kami berdua bisa bersahabat sampai saat ini tidak aku lupakan.
Pernah ada satu kejadian di mana teman-teman sekelasku berencana membuat suatu pesta. Mereka menyampaikan semua orang boleh datang. Aku yang waktu itu rumahnya sangat jauh di banding teman-teman sekolahku yang lain sangat ingin datang. Aku memaksakan diri untuk pergi, Tetapi berakhir aku gak bisa datang, selain karena aku gak punya pakaian yang "pantas" untuk pergi ke pesta, aku juga gak punya transportasi sama sekali. Waktu itu aku menangis sejadi-jadinya. Menyalahkan Tuhan yang menempatkanku pada keadaan di mana aku tak bisa seperti teman-temanku yang lain.
Hingga kini, aku perlahan sadar bahwa berbagai penolakan yang aku terima sejak kecil membantuku untuk menjadi pribadi yang terbiasa olehnya. Allah memberiku berbagai ketidaksempurnaan ini agar aku belajar untuk tidak menempatkan "penerimaan" manusia di atas segalanya. Membentukku menjadi seseorang yang merasa biasa saja jika tak diterima, tak disukai, tak dianggap, dan berbagai macam bentuk penolakan lainnya. Menyadari bahwa aku tidak memerlukan penerimaan orang lain, selama aku sendiri bisa menerima diriku saat ini.
Dan hasilnya? Kini aku berubah menjadi seseorang yang tidak peduli lagi jika kehadiranku tidak disadari. Aku semakin menjadi acuh tak acuh dengan penilaian orang lain, yang membawaku pada ketenangan yang luar biasa. Karena fokusku kini ada pada bagaimana aku bisa menyenangkan diriku sendiri, bukan bagaimana menyenangkan orang lain. Aku semakin tidak takut untuk melakukan sesuatu selama itu membuatku senang. Aku juga semakin tidak takut bila seseorang membenci atau tak lagi menyukaiku.
Jujur, proses menerima sebuah penolakan ini belum 100% bisa kulakukan. Kadang ada kalanya beberapa penolakan yang aku terima—apalagi yang berasal dari orang-orang yang aku pedulikan masih menimbulkan perasaan nyeri. Meskipun di satu sisi aku sadar kalau aku tidak bisa mengontrol bagaimana perlakuan orang lain padaku, termasuk bagaimana orang-orang yang aku sayang memperlakukanku. Tetapi dari hal ini pula aku belajar bahwa seberapa keras pun aku berusaha untuk acuh tak acuh atau merasa biasa saja dengan perlakuan manusia, pada akhirnya perasaan sakit hati itu adalah suatu hal yang lumrah untuk kurasakan sebagai manusia yang masih punya perasaan.
Proses pembelajaran yang aku lakukan dalam mempelajari bagaimana caraku dalam menghadapi manusia lainnya tak serta merta membuatku menjadi seseorang yang ahli dalam melakukannya. Meskipun begitu, setidaknya kini aku lebih pandai untuk menyembuhkan diri dari berbagai perasaan sakit hati itu. Karena berbagai proses pembelajaran itu membentukku menjadi seseorang yang selalu realistis mendahulukan akal sehatku, di banding perasaanku sendiri.
Termasuk dalam hal menerima penolakan.
Sebab ke depannya aku pasti akan menghadapi lebih banyak penolakan. Tetapi dengan pembekalan yang cukup, kini aku bisa lebih legowo dalam menghadapinya. Karena aku telah memahami, penolakan bukanlah suatu hal yang menyedihkan, karena toh sama halnya kita gak bisa memaksakan diri untuk menyukai semua orang, kita juga tidak memaksa orang lain untuk selalu menyukai dan menerima kita. Dan bukankah penilaian manusia tidak berarti apa-apa selama aku bisa menerima diriku sendiri?
24 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Sahabatku adalah Ibu
Tumblr media
Moment saat liburan ke Lembang bersama Ibu, Bapak dan Adik perempuanku
Bersyukur sekali Allah berikan sosok role model sebaik ibu. Dibalik kekurangan yang dimiliki, ibuku adalah seorang perempuan yang sangat pekerja keras dan mandiri. Dulu, Ibu berprofesi sebagai seorang guru mata pelajaran Seni Budaya di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sampai akhirnya sekarang alhamdulillah ibu bisa naik tingkat dan berprofesi sebagai seorang kepala sekolah di SMP Negeri 5 Taman, di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Ibu adalah orang yang selalu menjadi tempatku bercerita, dari mulai cerita perkuliahan, cerita tentang keinginanku untuk hijrah dan belajar islam lebih dalam, bahkan sampai cerita siapa laki-laki yang sekarang sedang aku sukai. Semuanya aku ceritakan kepada ibu tanpa tertinggal sedikitpun.
Dibalik kesuksesan yang sekarang aku bisa capai, Ibu adalah orang yang paling besar memberikan support untukku. Setelah ibu ada bapakku yang tidak bosan-bosan selalu mendoakanku dan adikku setiap waktu. Salah satu sosok inspirasi yang mendorongku untuk menjadi seorang tenaga pendidik adalah ibuku sendiri.
Ibuku juga orang yang paling mengetahui semua kekurangan yang aku miliki. Mulai dari sifat buruk yang aku miliki, akhlak yang masih harus diperbaiki, dan juga ilmu yang masih terus harus dipelajari. Semua hal yang ada pada diriku ibuku mengetahuinya. Aku tipikal orang yang tidak bisa berbohong kepada ibuku sendiri dan menceritakan secara detail semua kejadian yang aku alami.
Sifat pekerja keras yang ibuku contohkan ingin aku terapkan dalam diriku, aku bertekad ingin lebih sukses dari pencapaian yang sudah ibuku capai sekarang. Aku ingin menjadi anak yang bisa membanggakan orang tua, setidaknya jika tidak bisa menyenangkan orang tua karena prestasi atau pencapaian-pencapaian yang dilakukan di dunia, aku tidak ingin membebani kedua orang tuaku di akhirat nantinya. Membebani dengan dosa-dosa yang sudah aku lakukan ketika di dunia. Aku ingin hisab kedua orang tuaku ringan, bahkan jika bisa aku ingin memohon kepada Allah agar memasukkan kedua orang tuaku tanpa hisab ke dalam Surga Firdaus-Nya.
Ibu bukan sekedar orang tua, namun Ibu adalah sahabatku. Dia yang tidak pernah bosan memberikan nasihat agar aku dan adikku menjadi anak yang sukses. Sahabat yang selalu sedia di ganggu 24 jam ketika anak-anaknya sedang dalam kesulitan. Sahabat yang tidak menginginkan balasan apapun dari anak-anaknya. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas karena niatnya untuk menjadi madrasah pertama dan terakhir untuk anak-anaknya.
PR besarku sekarang adalah membalas semua jasa kebaikan yang sudah ibuku berikan kepadaku dan adikku. Semoga Allah mudahkan aku dan adikku untuk bisa menjadi anak yang birul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua kami dan semoga Allah memberikan kemudahan kepadaku dan adikku untuk bisa membalas semua kebaikan yang sudah orang tua kami berikan, aamiin.
Bandung, 25 September 2023.
31 notes · View notes
menyapamentari · 5 months
Text
Kadang kalau pas lagi pakai sesuatu, semisal mukena/khimar atau aku sedang menikmati makanan.. dan itu hadiah dari kerabatku atau sahabatku atau seorang muslimah yang mengenalku.. aku berfikir, mungkin mereka yang memberiku hadiah ini bisa saja sudah lupa namun saat kukenakan dengan seizin Allaah semoga pahala kebaikan tertulis untuknya. Meski ia telah lupa atau tidak mengetahui, namun ternyata ia memiliki simpanan kebaikan yang tak disadarinya, yang semoga pahalanya akan terus mengalir entah sampai sejauh mana :')
Hal - hal sederhana namun berbalut kebaikan yang menenangkan hati.
36 notes · View notes