Tumgik
#sobari art
soba-riri · 6 months
Text
I'm a bit late but, Happy MCU's Moon Knight 2nd anniversary! 🤗💕🌕🌘🌑
Tumblr media Tumblr media
520 notes · View notes
kussyway · 8 years
Text
Puitis
 Di Ethiopia, ketika penguasa perampas tanah datang ke tengah ladang setiap petani membungkuk rendah, lalu seperti dalam keadaan khidmat, mereka diam-diam kentut.
Di negeri ini, petani melawan perampas tanah bak pesta. Dengan wajah riang, petani menari-nari walau kakinya tertancap pada kotak semen yang telah membungkus kakinya berhari-hari. Di depan halaman istana penguasa, mereka sajikan sajen seraya mengidungkan, “ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi kang ngadili (Ibu bumi sudah memberi, ibu bumi disakiti, ibu bumi akan mengadili).” Berhari-hari lagi mereka terus memasung diri hingga pada suatu hari seorang sedulurnya -Mbok Patmi- selamanya pergi, situasi tidak lucu lagi, namun tak ada satu pun yang berhenti bernyanyi. Justru semakin hari kidung itu terasa semakin nyaring, dan di balik tirai para penguasa sedang bersuka cita menanti kelahiran bayi kambing yang lahir ke dunia. Mana yang lebih puitis?
“Mereka (petani) telah melawan dengan keluhuran yang menampilkan pesona, seperti aesthetic of art dalam kidung dan dalam simbolisme ritual dan tradisi mereka yang tidak ditujukan demi kepentingan mereka sendiri, melainkan untuk mengajak berdialog untuk menemukan jalan kemenangan bersama, tanpa ada pihak yang merasa kehilangan muka, ” kata Sobary yang menghabiskan tahun pertamanya dari kontrak tiga tahun penelitiannya untuk tidur di rumah, sebelum setengah tahun kemudian ia mulai bepergian dan menyadari betapa puitisnya perlawanan petani. Alih-alih menggeruduk gedung-gedung pemerintahan, ia justru menemukan sekumpulan petani tembakau sedang melakukan perlawanan dengan duduk-duduk santai dengan sajen dan kepulan asap dupa yang wanginya begitu terasa di udara, serta mulutnya yang terus bergerak berucap doa dan mantra-mantra gaib.
Sobary lantas bertanya, “mengapa engkau duduk di sini dan tidak berbicara kepada penguasa?” Lalu petani itu menjawab, “kami lebih suka duduk begini dan bercerita kepada para leluhur kami karena mereka mendengarkan, sedangkan berapa kali telah dicoba, penguasa bumi tidak pernah mendengar kami. Para leluhur, mereka mendengarkan kami, hanya sayangnya mereka tak lagi punya kemampuan untuk bertindak di bumi.” Tak hanya berucap doa dan mantra, ziarah kubur, kidung dan seni tari, para petani juga menggelar aksi ‘10.000 petani menghisap kretek’ seraya bergaung pada aforisme agungnya, “ngrokok matek, gak ngrokok matek, ngerokok wae sampe matek!”
Begitu yang dituangkan Sobary dalam “Perlawanan Politik & Puitik Petani Tembakau Temanggung”. Ia gambarkan bagaimana perlawanan petani merupakan sebuah perlawanan yang puitis sarat akan perenungan dan tradisi yang dimanifestasikan ke dalam gerakan kesastraan dan kesenian yang simbolik. Perlawanan yang tanpa kekerasan dan obsesi kekuasaan, melainkan perlawanan dalam suasana yang kudus nan sakral seakan ada alam lain yang saling berhubungan dan memberikan dorongan dan bisik-bisik gaib. Sobary pun menolak anggapan yang diutarakan James Scott atas temuannya di Ethiopia dan belahan bumi lainnya yang menyatakan: perlawanan petani adalah perlawanan pura-pura. Baginya perlawanan puitik petani tembakau Temanggung dilakukan dengan sungguh-sungguh dan gigih.
Sobary benar, perlawanan puitis petani tidak lagi merupakan sebuah perjuangan simbolik yang pura-pura. Ia merupakan simbol sebagaimana yang diterangkan Althusser sebagai “the representation of the imaginary relationship of individuals to their real conditions.” Simbol puitis yang hadir bukan lagi sekedar perlawanan untuk berkomunikasi dengan ibu bumi, para leluhur, dan Tuhan, atau untuk mengenang relasi yang harmoni dengan alam. Mereka telah melampauinya hanya saja mereka tidak menyadarinya, bahwa perlawanan puitis yang selama ini dilakukan kini berhadapan langsung dengan kepentingan permainan kongsi-kongsi dagang internasional yang bersembunyi di balik ‘rezim kesehatan’ seperti yang dituduhkan Sobary. Atau kaki-kaki yang berendam dalam kotak semen kini sedang berhadapan langsung dengan ‘rezim pembangunan’  beserta aliran-aliran modal yang hanya akan menguntungkan segelintir saja.
Perlawanan puitis petani tak ubahnya dengan perlawanan heroik yang dilakukan mahasiswa, kaum miskin kota, kaum buruh dan lainnya. Mereka memiliki antagonisme yang secara umum sama: kemiskinan , ketimpangan, dan kesenjangan. “Senjata orang-orang kalah”, demikian James Scott memberi judul salah satu bukunya tentang gerakan petani di penjuru dunia. Petani, ialah yang selalu diposisikan akan kalah. Tapi hari ini mungkin senjata-senjata itu mulai membuahkan hasil untuk membangunkan mereka yang sudah terlalu lama tertidur dan membiarkan segalanya diotak-atik seenaknya dari Ibu Kota. Tanpa henti mereka terus berucap mantra gaib itu:
“Eka bumi dwi sawah, tri gunung, catur samodra, panca taru sat pangonan, sapta pandhita, asta tawang, nawa dewa, dasar ratu.”
0 notes
soba-riri · 11 months
Text
🫙🌙
Tumblr media
*shakes the jar*
477 notes · View notes
soba-riri · 9 months
Text
Tumblr media
Happy new year~!
200 notes · View notes
soba-riri · 4 months
Text
Pretty boys deserves cute underwear.
Tumblr media
37 notes · View notes
soba-riri · 10 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Nesting + crybaby Jake
39 notes · View notes
soba-riri · 11 months
Text
When you're a giant sea creature, and you got 2 tiny humans as mates.
Tumblr media Tumblr media
22 notes · View notes
soba-riri · 1 year
Text
Tumblr media
A redraw of an old doodle I did. I miss my boys.
16 notes · View notes