The scratch includes all of expressions, opinions, realities, emotions, and also experience. Thanks for your attention and please leave a trail here.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

Before the pandemic ruins everything. https://www.instagram.com/p/CHdVJtaDlbPxyMpNUzivkL5E8iTAlz4IUFW61I0/?igshid=podyb8isd04w
5 notes
·
View notes
Photo

Owah gingsiring jaman (at Sawahan, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CECHDU3Dn2gfWteP6fuKn6RlpACbVzZhJdZsDc0/?igshid=11x8z3lihoddn
3 notes
·
View notes
Photo

Halo... https://www.instagram.com/p/CD_CtC7D8uKh3RUcmRSJtQepRwB_8Gtrg_6ERg0/?igshid=1xjzwqdqw3w31
0 notes
Photo

Dirgahayu Indonesia Mardhika salaminya! #hutri75 #17agustus (at Sawahan, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CD_CRcfDDoToRUsBUCSv2pDLAg3qYRL1Nngzns0/?igshid=1gzliy091xc7g
0 notes
Text
"Pak Pejabat yang terhormat, tolong bedakan antara insentif dan intensif. Terima kasih."
--
Meski beda sedikit, maknanya jauh, Pak. Mohon maaf.
11 notes
·
View notes
Text
Just like my taste
Kemaren dapet berkat dari acara selametan, ada klappertart-nya, baru pertama nyoba dan nggak suka. Ada kismisnya juga kan buat topping-nya tu, padahal dari dulu nggak suka kismis. Tapi lidahku malah kepincut mendut dan udah kangen lagi karena udah jarang banget bisa makan mendut. Lidahku bener-bener nggak bisa diajak ngicip makanan rada mentereng dikit. Heran.
8 notes
·
View notes
Video
youtube
“And everything's the same like it used to be.”
— my favourite song when I’m in college.
0 notes
Text
“Malam ditemani dengan secangkir teh dan streaming wayang.”
2 notes
·
View notes
Quote
Kalau dengan ‘jancuk’ pun aku tak bisa menjumpai hatimu, dengan air mata mana lagi aku harus mengetuk hatimu?
Sudjiwo Tedjo, Jancukers (via blackcoffeetaste)
Quote paling greget nih
5 notes
·
View notes
Text
How can I change my taste of music?

Terlahir dengan orang tua sebagai penikmat musik membuat saya diwarisi sifat tersebut. Semenjak kecil, saya selalu mendengar lagu anak-anak sebagai pengantar tidur, sebelum berangkat ke taman kanak-kanak, serta dalam acara makan bersama keluarga. Tahun 90-an serta masuk ke awal era milenium, anak-anak seusia dasar mendengarkan musik sesuai dengan masa dan usianya. Hal tersebut mungkin tidak akan dialami oleh alpha generation sebagai generasi termuda saat ini.
Saya harus mengakui bahwa musik bukan hanya sebagai penghibur sepanjang kehidupan. Namun, dia sudah merasuk ke dalam pori-pori kulit serta mengalir di dalam darah. Layaknya narkotika yang membuat kecanduan, saya teringat ketika harus sekadar harus mencari lagu terbaru di komputer kantor tempat ayah bekerja.
Zaman berganti, umur dan pengalaman bertambah, begitu juga selera musik saya perlahan berganti. Saya mulai menemukan tempat untuk melampiaskan sense of music saya semenjak SD dengan mengikuti kegiatan marching band, lanjut ke SMP dengan mengikuti pelajaran seni musik, memiliki band untuk acara pensi, bahkan mengikuti karawitan bersama guru-guru waktu itu. Ketika masa SMA, ayah memerintahkan untuk mengikuti les piano yang akhirnya mrotol serta mengajak untuk mendengarkan suara emasnya di karawitan. Di masa itu juga, saya bergabung dengan band teman-teman SMA yang beraliran dangdut sebagai gitaris.
Betapa kagetnya ayah ketika mengetahui bahwa saya mengikuti karawitan di masa mahasiswa. Selera yang mungkin tidak asing bagi keluarga, namun, baru kali itu saya memutuskan secara serius untuk mendalami karawitan yang begitu memukau. Di masa kuliah juga, saya tetap bermain band, bertemu dengan eks-pujaan hati, serta menjadi seniman amatir. Semua itu dilakukan semata-mata karena kecanduan saya pada dunia musik. Mungkin tidak sedikit dari rekan saya yang menganggap saya aneh karena tidak memiliki selera musik yang jelas. Saya memang tidak memiliki selera mutlak pada satu genre musik. Namun, takdir sudah memerintahkan saya untuk tidak alergi dengan berbagai jenis musik di dunia ini.
Pada akhirnya, saya pun bisa berkenalan dengan beberapa pegawai lain lewat musik di dunia kerja. Sepertinya musik sudah menjadi alasan untuk mengenali dunia dan akan selalu menemani perjalanan hidup.
3 notes
·
View notes
Quote
Pegawai negeri itu dianggap mengabdi negara sedangkan swasta dianggap bekerja. Harusnya sama dong, wong menteri juga nyari duit kok.
sedikit sentilan oleh Presiden Jancukers.
2 notes
·
View notes
Text
Aransemen kurangajar ini. Respect.
1 note
·
View note
Text
Gelisah
ge.li.sah (adj)
14 notes
·
View notes
Text
Kata orang jawa, "Deloken githokmu."
Kadangkala perlu untuk memaki diri sendiri, agar segera sadar diri.
- Sastrasa
112 notes
·
View notes
Text
Manusia modern memang aneh; semua dianggap hanya materialistis
Belajar Menghargai Perasaan Orang Lain
Semenjak ada kata-kata "baper", banyak orang menjadi kurang peka untuk menghargai perasaan orang lain. Seolah semua orang penerimaannya sama dengan dirinya dalam kata-kata yang didengar dan yang di ucapkan. Balik marah jika orang tersinggung, bilang "main kurang jauh" kalau orang merasa dikasarin. Seolah olah tersinggung itu adalah sesuatu yang tabu dan dilarang.
Bila menrutmu hal itu biasa-biasa saja, belum tentu untuk orang lain juga sama, siapa tau hal itu sudah cukup menusuk dihatinya dan menyinggung perasaannya.
Bila menurutmu kata-kata yang kamu ucuapkan biasa saja tapi menurut orang lain kasar, apa lantas orang itu mainnya kurang jauh? Hhmmm aku sih lebih memilih jadi anak rumahan saja dibandingkan bergaul jauh-jauh dengan orang yang tidak peka sepertimu.
Tua dan muda sama saja. Sama-sama memiliki cara yang salah jika tidak membiasakan diri menghargai orang lain.
Si tua seolah menasehati si muda dengan candaan, namun candaan itu menggunakan cara dan kata-kata yang tidak mementingkan perasaan orang lain, lalu si tua tetap ingin di hormati oleh si muda? Sepertinya tidak semua yang muda bisa sabar dan terus menerus toleransi terhadap "guyonan" yang tidak tepat.
Si muda bermksud hati ingin memberi hiburan kepada si tua dengan dagelan namun tidak di sesuaikan, lantas jika si muda ditegur apakah salah? Bukan berarti si tua baperan atau kekanak-kanakan.
Lalu bagaimana cara yang tepat dalam bersikap?
Lebih baik hindari kalimat yang menyepelakan perasaan orang lain;
"Ah gitu aja kok baper"
"Becanda kali, nggak usah dimasukin ke hati"
"Lah gitu aja kok marah"
Dan nada-nada serupa yang menganggap spele.
Toh mood kita tidak selalu netral, ada saat dimana kita juga menjadi lebih sensitif. Mungkin saja candaan dan guyon yg kita anggap spele jika menimpa kita dalam kondisi mood tertentu bisa membuat sakit dihati yang lebih dalam.
Jun 22, 2020
18 notes
·
View notes
Quote
Selamat bagi teman-teman yang dipercaya untuk mengemban amanah baru. Semoga amanah, amin.
Quote of the Day
2 notes
·
View notes
Video
youtube
Baru nemu arti filosofi kelapa dalam dunia karawitan, pedalangan, dan sastra.
6 notes
·
View notes