Text
Sebuah Pengingat Kepada Diri Sendiri
Atas banyaknya perihal yang membikin kecewa, atas ketidakadilan yang kerap kali dirasakan, atas beragamnya perilaku yang kadang kala tidak sesuai dengan semestinya, dan atas semua itu lainnya, diri ini selalu mempunyai kendali agar tidak membalas dengan cara yang sama.
Menjadi baik dan berbuat baik adalah kendali yang dipunyai.
"It’s always our choice to be good and do good," begitu istilahnya.
Bukan berarti bahwa tidak pernah marah atau kecewa, hanya saja berusaha untuk berdamai dan menyadari bahwa terlalu lelah untuk membalas dengan keburukan yang sama. Dunia butuh lebih banyak hal-hal baik. Maka itu, membawa kedamaian adalah pilihan yang bijak.
Setiap hari kita dihadapkan pada banyaknya kemungkinan, namun satu hal yang selalu bisa kita kendalikan kapanpun dan dalam situasi apapun adalah sikap kita sendiri. Maka, ketika bingung harus berbuat apa, pilihlah untuk tetap menjadi baik. Karena kebaikan yang hari ini kita lakukan, bisa jadi adalah jawaban dari doa-doa seseorang yang dilangitkan sewaktu-waktu.
7 notes
·
View notes
Text
"Ya Allah, tenangkan hatiku atas segala sesuatu yang sudah kau jamin bahkan sejak sebelum aku terlahir di dunia ini"
271 notes
·
View notes
Text
Semoga bahagiaku tidak pernah menyakiti hati siapapun dan bahagia mereka jangan sampai meninggalkan rasa iri dalam diriku :)
467 notes
·
View notes
Text
tidak ada perpisahan yang baik- baik saja. sebab, semua akan membekas, menyayat, dan porak poranda.
69 notes
·
View notes
Text
Kenapa ya feeling-ku terhadap banyak hal itu selalunya benar dan terjadi. Kadangkala kayak... Hati ini ga siap menerima kenyataan yang pikiranku udah tau duluan :/
0 notes
Text
Mungkin memang begitu cara kenangan bekerja—yang tertinggal bukan yang paling indah, tapi yang paling tidak bisa diulang.
178 notes
·
View notes
Text
Kita pernah percaya pada tangan-tangan yang katanya akan merawat, pada janji-janji yang katanya akan bertahan, tapi ternyata semua hanya sebatas musim, atau mungkin begitulah hidup— tak ada yang tulus menyiram tanpa menginginkan harum, maka diamkanlah, sebab angin tak pernah menggendong daun-daun yang berguguran, biarkan harapan rebah sendiri.
—s.b
88 notes
·
View notes
Text
Saat ini cara terbaik untuk menjaga adalah dengan membatasi diri. Berusaha untuk tidak begitu peduli. Bukan berarti benci. Hanya berusaha mengingatkan diriku bahwa tak semua orang memahami cara berterima kasih. Maka jangan berlebihan dalam mencurahkan apapun yang kamu miliki. Secukupnya saja. Jika tidak bisa, jangan memaksakan diri.
Plg, 22 April 2025 || Sebuah Pengingat
177 notes
·
View notes
Text
Kita bisa membagi kebahagiaan ke banyak orang, tapi kita hanya akan membagi kesedihan ke orang yang kita percaya.
Berbahagialah untuk orang-orang yang dipercaya sebagai rumah atas kesedihannya.
177 notes
·
View notes
Text
Jalanmu Kan Sepanjang Niatmu
"Sejauh mana, ya, kita bisa melangkah?"
"Sebesar apa, sih, peluang yang terbuka?"
Bukan. Ini bukan pertanyaan tentang jauhnya jarak, melainkan tentang sekuat apa niat yang kita punya untuk melangkah ke sana.
Sejatinya, jalan yang kita tempuh itu bukan ditentukan oleh seberapa mulus aspalnya atau seberapa banyak rintangannya, tapi seberapa dalam niat yang menggerakkan langkah pertama kita tersebut.
Niat yang jujur, yang sederhana, tapi tetap dan terus bertumbuh walau pelan-pelan.
Sejauh apa pun tujuan itu, kalau niatnya kecil, maka jadi cepat lelah, ngejalaninya capek aja terus. Tapi kalau niatnya kuat, bahkan langkah paling sederhana pun bakal jadi begitu berarti. Semua yang dilalui bakal lebih bisa dinikmati. Menyenangkan aja gitu rasanya.
Niat yang benar akan menemukan jalannya sendiri.
Kalau sekarang rasanya jalan itu terasa pendek, sempit, atau bahkan buntu, mungkin memang bukan jalannya yang keliru. Mungkin niatnya yang perlu dipeluk kembali, diajak bicara, diberi makna.
Karena benar, jalanmu… 'kan sepanjang niatmu.
28 notes
·
View notes
Text
Bukankah kita semua ini masih terus belajar?
Di kehidupan yang ini, kita semua memang sedang berusaha mencari jalan kita sendiri, 'kan?
Nggak akan pernah ada satu jalur yang sempurna, nggak ada cara yang benar untuk hidup, untuk mencintai, atau bahkan untuk gagal. Faktanya adalah kita bisa tumbuh, tersandung, dan menemukan hal-hal baru tentang diri kita dan dunia di sekitar kita, nggak peduli seberapa tua atau mudanya kita atau di mana kita berada dalam hidup.
Pada setiap kesalahan, setiap tantangan, atau bahkan setiap momen ketidaktahuan akan selalu terselip kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru. Semuanya ini adalah bagian dari perjalanan dan nggak harus selalu langsung punya jawaban atas ketidaktahuan tersebut.
Kabar baiknya adalah kita nggak sendirian dalam hal ini.
Kita semua belajar bersama.
Orang-orang di sekitar kita, mereka semua juga masih mencari tahu. Nggak pernah ada yang tahu segalanya, nggak peduli seberapa siapnya mereka menjalani ini. Semua pasti akan melalui pasang surut kehidupan dan akan selalu melakukan yang terbaik sebaik mungkin.
Sesiapapun yang kita temui pasti memiliki sesuatu untuk diajarkan kepada kita. Entah itu tentang perspektif baru, bagaimana mereka memandang dunia, menyikapi masalah, menghargai sesuatu, dan banyak hal-hal lainnya. Lalu pada gilirannya—disadari atau enggak, direncanakan atau enggak—kita pun juga akan memiliki sesuatu untuk diajarkan kepada orang lain.
Kita semua adalah pelajar di sekolah besar yang disebut kehidupan.
Kita bisa belajar dari satu sama lain, bersandar pada satu sama lain, dan saling mendukung saat kita bertumbuh.
Kita diberi kesempatan untuk tumbuh, bukan hanya dalam pengetahuan, tetapi juga dalam empati, kebaikan, dan kesabaran. Bukan hanya terhadap dunia di sekitar kita, tetapi juga terhadap diri kita sendiri.
Jadi, kita semua masih dan akan terus belajar, 'kan?
16 notes
·
View notes
Text
360
Dunia memang begitu luasnya, tapi tidak pada setiap bagiannya mampu menerimamu apa adanya.
—16
46 notes
·
View notes
Text
Jangan menukar harga dirimu demi diterima. Jangan sampai menjaga perasaan orang lain membuatmu mengkhianati prinsip sendiri. Kamu boleh terbuka, tapi pastikan itu karena kamu memilihnya, bukan sekadar demi validasi atau tekanan sosial yang tidak sehat.
140 notes
·
View notes
Text
Untukmu, yang Tengah Belajar Melepaskan
Aku melihatmu tak hanya dengan mata, tapi juga dengan seluruh pemahaman yang kupunya. Aku melihat bagaimana langkahmu kadang goyah, bagaimana hatimu berkali-kali terlipat dalam ragu. Aku melihat bagaimana kau memegang luka itu dengan gemetar, seperti menimbang-nimbang apakah harus kau genggam lebih erat atau lepaskan.
Aku ingin kau tahu, tak ada yang salah dalam mencintai. Hanya memang ada yang perlu diperbaiki dalam cara kita bertahan. Dan kau kini sedang mengajarkan dirimu sendiri untuk bertahan dengan cara yang lebih sehat, mungkin juga lebih kuat. Aku menyaksikan itu dan aku bangga padamu.
Kesedihan yang kau rasakan bukan tanda kelemahanmu, tetapi bukti betapa besar hatimu. Kau hanya perlu mengingat bahwa cinta yang layak untukmu tidak akan membuatmu merasa kecil di dalamnya.
Jangan terburu-buru memadamkan luka itu. Biarkan ia membimbingmu pada pemahaman yang lebih dalam tentang dirimu sendiri. Aku takkan meminta agar kau segera baik-baik saja. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau berhak menjadi lebih utuh, tanpa perlu mengorbankan dirimu untuk orang yang tak tahu cara mencintai dengan benar.
Jika kau ragu, tengoklah ke dalam dirimu. Di sana ada jawaban, ada cahaya, ada keteguhan yang tengah bertumbuh. Dan saat kau siap, kau akan berjalan tanpa menoleh lagi, kau akan memahami bahwa dirimu pantas melangkah lebih jauh.
Aku di sini, mendukungmu dalam diam, mengagumi kekuatan yang mungkin belum kau sadari sepenuhnya. Dan kapan pun kau butuh diingatkan bahwa kau tak sendiri dalam perjalanan ini, tengoklah ke arahku. Aku tetap dan selalu di sini, menyaksikanmu tumbuh.
371 notes
·
View notes
Text
Kita melangkah dengan irama yang berbeda, tak peduli sekeras apa aku mencoba menyelaraskannya. Menuju penghujung cerita, kita hanya berakhir saling meninggalkan, berjalan ke arah yang bukan untuk kita.
Andira W.
27 notes
·
View notes
Text
Yang kamu tunjukkan kepadaku hanyalah sebuah kemungkinan—tentang ‘kita’, tentang masa depan yang seolah bisa diperjuangkan bersama. Itu yang luput dari sadarku, bahwa aku hanya menafsirkan sendiri. Dibiarkan berharap, seakan semua yang kamu tawarkan memang untukku. Tapi kamu tak pernah berjanji, dan aku tak pernah benar-benar memastikan. Mungkin sejak awal, aku hanya diajak bermimpi, bukan untuk benar-benar menjadi bagian dari cerita itu.
Mimpi yang terlalu nyata. // Andira W.
40 notes
·
View notes