achagraph
14 posts
akun milik @natalipr tapi versi lebih estetik
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
forgiveness
mmmm abis matkul psi positif tentang forgiveness jadi mikir, nggakpapa butuh 10 bulan untuk memaafkan. ternyata namanya proses nggak ada yang singkat. menurutku 10 bulan tetap waktu yang singkat. terima kasih telah memaafkan🌻
0 notes
Text
Bunga #15

aku takut,
aku takut akan layu
aku takut akan layu seperti bunga
aku takut akan layu seperti bunga padahal ia pernah membuat orang lain bahagia
aku takut
0 notes
Text
cxt #13
we are just cutters
tell another cutters to not cut her/his self
0 notes
Text
#12
sepertinya,
harapanku
harapanmu
harapan kita
sama
semoga setelah hari ke 21 aku tidak lagi menulis tentangmu
0 notes
Text
deal? #4
aku senang,
ketika mendengar namamu tidak ada lagi keinginan untuk aku memilikimu
ketika mendengar suaramu tidak ada lagi keinginan untuk aku kembali bersamamu
sore ini, satu hal yang aku tau, bahwa aku benar benar telah berdamai dengan perasaanku yang pernah kuberikan untukmu
sore ini, aku tidak sengaja melewati rumahmu
tidak ada lagi perasaan cemas dan takut, tidak ada lagi kupu-kupu yang ada di perutku, tidak ada lagi senyum yang terukir di bibirku. yang ada hanyalah tawa dan perkataan kasar karena yaaa geli saja mengingat bagaimana aku dulu
aku tau, aku sudah berdamai dengan perasaanku.
cerita desember 2017 itu aku akhiri, ya?

(gambar diambil waktu aku sepedaan lalu tidak sengaja melewati rumahmu)
0 notes
Text
Cermin #3
dengan berat ku tarik lemahku sudah tugasku menjadi sembuh kusulam senyum meleburkan yang pilu demi menjadi aman tuk yang butuh

beberapa waktu lalu aku membuat pertanyaan untuk teman-temanku jawab. pertanyaannya adalah “apakah mereka merasa beruntung telah mengenalku?” serta “momen apa yang membuat kalian beruntung karena mengenalku?”
teman pertama menjawab kalau aku adalah papan sambatnya. tapi memang benar, tiap tengah malam ia mengirim pesan kepadaku hanya untuk sambat apapun yang ia rasakan.
teman kedua menjawab, dia senang bisa mengenalku karena aku receh dan juga aku paham tentang skincare. dia juga berkata bahwa dia beruntung bertemu aku di G* karena mungkin jika tidak ada aku dia pasti akan spaneng di kelas. jujur saja aku tertawa dengan jawabannya.
teman ketiga—yang sebenarnya sekaligus orang pertama kali aku tulis di postingan pertama tumblr ini, menjawab bahwa aku asik diajak ngobrol dan dia enjoy jika bersamaku—dan aku heran kalau dia enjoy kenapa dia pergi haha, tapi aku udah nggak masalah sih. dia juga senang karena saat dia menceritakan masalahnya yang rumit aku tidak menghakimi.
teman yang lain membalas bahwa mereka tidak bisa menjelaskan apa yang mereka rasakan
ada salah satu teman, ia menjawab dan jawabannya adalah hal yang paling membuat aku menangis, dia mengatakan bahwa aku juga merupakan alasan dia untuk sembuh. padahal aku tau sembuhnya tidak mudah, tapi karenaku dia mau sembuh.
seperti lagu nadin amizah dan juga pernyataan temanku malam itu, keinginanku untuk sembuh juga lebih kuat daripada biasanya. sudah tugasku untuk sembuh, memang. aku juga harus sembuh, agar memberi aman untuk orang-orang di sekitarku yang butuh, seperti salah satu temanku itu.
terima kasih, ya!
kalau aku pikir pikir lagi, sebenarnya bisa jadi kita adalah alasan mengapa orang lain masih bernafas, maka dari itu kita harus tetap bernafas juga, oke? ok!
0 notes
Text
#1
Kalau ada yang mengadakan 30 hari bercerita, maka aku memilih untuk melakukan story telling selama 21 hari. Kenapa? yaa nggakpapa sih, cuma mau nyeimbangin aja sama 21 program LoA ku
Postingan pertama aku nggak tau mau nulis apa. Menutup hari pertama di bulan Juni ini tu aku cuma pengen merapalkan doa-doa baik, semoga kebaikan selalu datang kepada kita. Meskipun yang baik menurut kita belum tentu baik di mata-Nya tapi semoga kita selalu diberikan hal-hal baik. Kalaupun belum baik menurut kita tidak apa, semoga kita diberi keikhlasan.
Belum bisa bertemu sekarang tidak apa, belum bisa berbaikan sekarang tidak apa, mungkin nanti, lusa, atau kapanpun saat semua sudah siap. Yang terpenting maafkan diri sendiri dulu, ya? beri ruang untuk diri sendiri sembuh. Tidak perlu tergesa, semua akan sampai pada waktunya. Tidak perlu terburu, semua akan sampai pada yang dituju.
Selain doa baik yang selalu aku rapalkan aku juga ingin mengingatkan, tetap bernafas, ya? jangan berhenti bernafas karena bisa jadi kalian adalah alasan seseorang untuk bernafas, kalian adalah alasan seseorang untuk bangun di sepertiga malam, kalian adalah alasan seseorang untuk berdoa lebih khusyu’ lebih dari biasanya. Semangat, ya! tetaplah hidup, tetaplah membasuh walau membiru!

tidak ada foto di hari ini, yang ada hanya reminder yang lupa aku tuliskan di buku catatan.
0 notes
Text
Mohon maaf lahir dan batin
sebenernya nggak ada hubungannya sih fotonya sama tulisan yang mau tak bikin, cuma di idul fitri siang ini tu langitnya cerah buangett dan bagus.

perihal maaf memaafkan kalau urusannya dengan tuhan mungkin lebih mudah untuk tuhan memaafkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh minta maaf. tapi kalau urusannya sama manusia, habluminannas gitu kayaknya agak susah, ya?
sebelum meminta maaf pasti ada lika-likunya dulu, entah yang gengsi minta maaf duluan, takut kalau orang yang bersangkutan nggak mau memaafkan—sedangkan kita hanya manusia yang nggak bisa tuh menebak-nebak perasaan orang, ataupun masalah-masalah lain yang membuat kita enggan mengucap kata maaf. padahal mah belum juga dicoba tapi banyak juga keraguan dan kata-kata “what if”.
hari raya ini dijadikan momen buat semua orang saling memaafkan, yang awalnya nggak pernah ngechat tiba-tiba ngechat minta maaf, yang awalnya marahan bisa tiba-tiba balikan lagi karena satu kata yaitu “maaf”. di momen ini tu kita kayak harus mengesampingkan egoisme kita dan meminta maaf setulus tulusnya sama orang lain, terus juga kayaknya sikap asertif bisa banget diterapin.
aku sendiri beberapa hari yang lalu kepikiran buat ngasih surat permintaan maaf buat orang yang udah aku sakitin. awalnya aku takut kalo dia udah terlalu muak sama kata maafku, bangak banget ketakutan-ketakutan yang haunted me. aku juga menebak dengan kata-kata “what if” yang malah bikin overthink, padahal kan kita masih bisa menerapkan sikap asertif, ya?
terus aku mikir kalo aku nggak boleh menebak-nebak lagi perasaan orang, kan aku bukan peramal juga. akhirnya dengan keberanian sekuat tenaga yang ndredeg juga aku ngirim surat lewat gmail. aku takut banget sama responnya, jadi sengaja tengah malem aku kirim. terus tiba-tiba ada notifikasi dari gmail di hpku, aku buka dan ternyata dia bales. ternyata sekenario “what if” yang aku buat dikepalaku nggak terjadi juga. ternyata dia baik banget nyampe balas emailku, juga baca suratku yang panjangnya tiga halaman.
aku senang, kami sudah saling memaafkan. semoga, setelah ini aku bisa memaafkan diriku sendiri, aamiin. soalnya dari kemarin aku dihantui rasa bersalah dan sekarang setelah tau dia memaafkan aku rasanya diriku lega banget, aku jadi ngerasa bisa memaafkan diriku sendiri karena orang yang aku sakiti udah memaafkan aku.
coba kalo aku nggak berani ngirim surat, aku nggak tau apa yang bakal terjadi kan? ya emang takdir udah ada yang ngatur tapi usaha kita juga matter.
last but not least terima kasih yang sudah memaafkan aca 💖✨🤗
0 notes
Text
Yang Terkasih,
Ghayda Halwatuzahra Kinasih
2018, bulan september aku sedang sibuk-sibuknya kelas 12 awal, sedang on fire TST kesana kemari (re: tamsis-yos-tamsis-yos). Saat itu pula kakakku sedang hamil besar. Aku tidak mengetahui kapan pastinya HPL nya, yang aku ingat bahwa sore itu aku sedang di rumah Sherin seperti biasa mengerjakan suatu hal, aku juga seharusnya memiliki jadwal TST setelahnya. Namun rencana tinggal rencana, aku harus segera ke rumah sakit karena kakakku sudah melahirkan beberapa jam yang lalu.
Aku ingat, setelah kakakku dibawa ke kamar rawat inap semua orang sedang tidak ada di sampingnya, suaminya mengurus administrasi, mertuanya serta orang tuaku pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala barang-barang, sedangkan aku harus menunggui kakakku. Saat itu anaknya—Kinasih menangis ingin menyusu, padahal Kina sedang tidur di box bayi. Mau tidak mau aku harus menggendong Kina ke tempat ranjang dimana kakakku berada dan itu kali pertamaku menggendong bayi yang baru lahir beberapa jam lalu. Perasaanku saat itu deg deg an sekaligus bangga karena aku bisa memegang bayi hahaha.
Beberapa bulan setelahnya aku juga sering menidurkan Kina saat ia sulit tidur. Menggendongnya sambil bersholawat atau bahkan sekadar membaca al-fatihah. Mungkin karena itu pula bonding antara aku dengan Kina tercipta.
Sekarang umur Kina 20 bulan, ia sudah bisa berjalan juga sedikit berbicara. Kina juga menurutku anak yang pintar, cepat menangkap jika dibacakan buku, aku dan Kina gemar membaca buku bersama entah itu plants atau tentang body—kina bisa menyebutkan letak paru-paru, jantung, tulang, serta panca indera. Ia sudah mengetahui beberapa gerakan sholat juga. Kina paham kalau keluar rumah aku harus memakai kerudung, tak jarang ia mengambilkan kerudung untukku serta kadang mengambil untuk dirinya sendiri.
Semoga sholehah selau ya, Kin. Semoga selalu membanggakan “ca” mu ini. Semoga kita tetap dekat hingga besok kamu remaja dan dewasa ya, Kin. Besok kita nge mall bareng. Semoga aku tetap menjadi favoritmu ya, Kin.
(foto diambil kemarin sore 13 Mei 2020 dengan kamera Canon EOS M10+ filter lightroom)

0 notes
Text
Alun-Alun atau alone alone?
Alun-alun, salah satu tempat iconic di Yogyakarta. Dari anak kecil hingga orang dewasa ada disini. Dari jomblo hingga orang berpacaran ada di sini. Tempat ini selalu ramai, apalagi jika malam sabtu atau malam minggu. Banyak sepeda dengan lampu warna warni yang disewakan untuk mengitari alun-alun. Ada jajanan mulai dari es goreng, cireng, batagor, sempol, telur gulung, dan masih banyak lagi.
Meskipun jarang sekali aku ke alun-alun karena menurutku sangat ramai dan aku tidak terlalu menyukai keramaian, malam itu akhirnya aku memutuskan untuk membolos les dan bermain bersama teman-temanku ke alun-alun. Kami menyewa sepeda, mengitari alin-alun. Setelahnya kami bermain egrang, hingga bermain bubble seperti anak-anak.

(salah satu foto yang aku abadikan saat bermain bersama teman-temanku, difoto dengan Canon EOS M10 ditambah editing dengan lightroom— 21 September 2018)
Setelah bermain dengan mereka, aku jadi menyukai Alun-alun. Beberapa kali aku sengaja melihat sunset di Alun-alun ditemani dengan es goreng.
Pernah juga saat kuliah ini, sehabis pergi dari biennale aku, dua temanku, dan tiga kakak tingkatku sengaja memilih Alun-alun untuk dijadikan tempat kami singgah—yang ternyata dua dari kami memang hanya tempat singgah. Saat itu salah satu temanku mengaku bahwa ia takut dengan banci yang sedang mengamen sehingga aku dan dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu—dan yang aku tahu sebenarnya alasannya bukan itu. Ah, aku jadi teringat pula hari itu adalah hari baymax hihi.
Oiya kenapa judulnya alone-alone? bukan alon yang berarti pelan, alone yang aku maksud adalah sendirian. Sekarang, aku sudah jarang bermain dengan teman SMA ku, saat aku menulis ini aku juga sudah tidak berhubungan dengan temanku yang ‘katanya’ takut dengan banci itu karena suatu hal. Sekarang aku menjadi sendirian, tidak ada kata kami maupun kita. Tidak ada lagi tawa diantara sendau gurau yang pernah kami lontarkan.
Aku kesepian, apalagi tanpa temanku yang mengaku ia takut terhadap banci itu.
Satu lagi, terakhir kali aku ke Alun-alun adalah Februari 2020 lalu. Temanku berkata “seberapa keras kamu mencari jawaban, kamu nggak akan nemu jawabannya”. Ya, aku memang belum menemukan jawaban mengapa aku menjadi kesepian setelah temanku—yang mengaku takut banci itu tidak lagi bersamaku.
0 notes
Text
“siapa yang betah duduk 3 tahun sama aca?”
sheylla nadya
Pagi itu rasanya hectic seperti biasanya. Berangkat ke sekolah tepat waktu, iya tepat waktu hingga gerbang ditutup setelah langkah kedua aku menginjakkan kaki di area sekolah. Kebiasaan itulah yang membuat hari pertamaku harus duduk di tempat duduk paling belakang—yang kemudian selama hampir tiga tahun aku menempati tempat yang sama karena nyaman. Kukira aku akan menempati tempat duduk itu sendiri, namun ternyata ada seorang perempuan yang mendekat ke arahku dan menanyakan apakah ia boleh duduk di sebelahku. Boleh, sangat boleh, batinku. Aku yang merasa susah bergaul seperti beruntung mendapatkan teman secepat ini.
Selama kelas 10, aku dan dia mejadi sangat dekat. Mulai dari menonton film ke bioskop bersama, atau sekadar jalan-jalan ke mall berdua. Kami juga terkadang membolos hanya untuk jalan-jalan (re:naik motor) tanpa tujuan—tiba-tiba sampai ke Berbah, yang berakhir di burjonan. Pernah juga sesekali kami sengaja membeli makaroni di Seturan. Saat itu penjagaan belum terlalu ketat, bahkan ada suatu kejadian kami akan mabal namun ketahuan oleh kepala sekolah, tapi kami bersikap sok cool seakan-akan sudah mendapat surat izin dan akhirnya kami berhasil keluar dari sekolah. Selain cerita mabal, aku juga sering mengantarkannya pulang—meskipun rumah kami tidak searah. Memang, kalau aku sudah memiliki sahabat ataupun kekasih aku bisa melakukan hal-hal yang mungkin menurut kalian bucin.
Ah iya! aku lupa menceritakan bagaimana dia membantuku saat aku merasa menyukai kakak kelas tepat di pandangan pertamaku. Sedikit bercerita tentang kakak kelas ini Arjuna, namanya. Ya, seperti ksatria yang membuatku terpesona tepat pertama kali aku melihatnya berjalan di pergola dengan headset tergantung sebelah dan juga sinar senja yang mengenai kulit putihnya—bahkan lebih putin dari warna kulitku. Dengan kemampuan stalking nya, Sheylla memberiku akun instagramnya yang tidak lama kemudian langsung aku ikuti, meskipun yang aku tahu dia sudah memiliki pacar yang sering ia unggah foto kebersamaannya. Sheylla juga yang membantuku mengikuti mas juna hingga ke perempatan dekat rumahnya. Sheylla juga yang menemaniku saat tebar pesona.
Hal yang membuatku sedih adalah ketika kelas 11 aku dan Arjuna harus berpisah karena ia harus melanjutkan kuliah. Hal kedua yang membuatku sedih adalah karena hubunganku dengan Sheylla menjadi tidak baik-baik saja—yang aku tidak bisa menceritakannya saat ini. Kami menjadi jauh setelah sekian lama bersama. Setiap harinya aku mencoba mencairkan suasana agar kami tidak terlalu canggung saat bercengkrama karena dengan permasalahan kami, kami tidak memilih untuk berpindah tempat duduk.
Suatu hari di bulan Januari, Sheylla mengajakku ke suatu daerah di Kaliurang yaitu Kali Adem. Kami sudah tidak canggung dan itu sudah cukup menurutku.

(hasil aku memotret Sheylla di Kali Adem dengan Canon EOS M10 ditambah efek lightroom—27 Januari 2018)
Hubunagnku dengan Sheylla baik-baik saja saat kelas 12, banyak juga kenangan bersamanya. Sampai sekarang, kita masih sering menyapa jika bertemu di parkiran FIP atau di koridor kampus. Ya, dia berada di fakultas yang sama denganku, jurusan kami pun berhubungan, aku Psikologi dan Sheylla di Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
Semoga kita selalu didekatkan ya, Sel. Semoga sehat selalu ✨
0 notes
Text
UNchPAD
Pada tahun 2017 saat ulang tahunku ke 16, aku memiliki mimpi untuk berkuliah Akuntansi atau perpajakan di STAN, dengan rencana cadangan yaitu Psikologi UGM atau UNY. Mimpi yang lumayan meyakinkan bagi anak umur 16 tahun. Setahun kemudian, saat aku tepat memasuki usia ke 17, saat yang orang bilang sudah dewasa—padahal dewasa awal baru dimulai pada usia 18 tahun, aku mengubah total pilihanku.
AKU INGIN BERKULIAH DI UNIVERSITAS PADJAJARAN
Aku menjadi sangat ingin berkuliah di UNPAD karena membaca tumblr seseorang—yang saat aku menulis ini aku sangat sangat lupa siapa orang itu, tapi melihat perjuangannya menaklukkan SBMPTN dan diterima di UNPAD menjadikan aku sangat ingin berkuliah di UNPAD. Saat itu aku mengetahui bahwa jurusan Psikologi di UNPAD sangatlah bagus, namun setelah aku cek berkali-kali jurusan tersebut diperuntukan bagi jalur saintek, sedangkan aku di SMA mengambil sosial humaniora. Tidak patah semangat, aku mencari-cari jurusan yang cocok denganku. Aku menemukan jurusan Manajemen UNPAD yang juga tidak kalah bagusnya. Saat itu juga aku memutuskan 2019 Aca goes to UNPAD.

saking bucinnya, hingga aku membuat pengingat di hpku seperti ini (gambar diambil di Pantai Goa Cemara dengan kamera Canon EOS M10 dan sentuhan filter lightroom+tezza—8 Desember 2018)
Namun ternyata Allah berkehendak lain. Aku sudah berusaha agar bisa diterima di UNPAD tetapi tidak disangka-sangka aku mendapatkan kuota di jalur undangan atau biasa orang orang menyebutnya dengan SNMPTN. Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku memilih jurusan dan universitas yang masuk akal. Jatuhlah pilihanku di Psikologi UNY seperti mimpiku saat 16 tahun, 2 tahun setelah aku membuat mimpi. Akhirnya pengumuman tiba dan aku diterima di jurusan itu. Tidak bisa dipungkiri, aku tetap senang kerena itu juga salah satu mimpiku.
moral value nya, “you will when you believe”. Rencanakan mimpimu, percaya dengan mimpimu, lalu kamu akan mendapatkannya di saat yang tepat. Namun jika belum berhasil maka tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih baik.
0 notes
Text
Alifnisla,
Alif, huruf hijaiyah nomor satu. Tapi bukan itu yang ingin aku bahas, ini tentang salah satu kawanku—lebih tepatnya kawan virtualku.
Awal pertemuan (yang belum bisa disebut bertemu) ku dengan Alif, aku tidak sengaja berteman dengannya lewat twitter. Saat itu aku baru saja memasuki sekolah menengah pertama. Aku yang belum pernah memiliki teman virtual sebelumnya sangat senang karena bisa bertukar pikiran dengan orang yang memiliki hobi sepertiku.
Aku dan Alif sama-sama menyukai membaca, menulis, serta fotografi.
Saat SMP, aku dan alif sering kali bertukar cerpen satu sama lain. Cerpen yang ia buat selalu tidak pernah mengecewakan. Hingga saat ini, melihat tulisannya di aplikasi tumblr ini pula masih membuatku terkagum-kagum.
Setelah SMA dan aku boleh mengendarai sepeda motor, aku dan Alif menjadi lebih sering bepergian bersama. Hunting foto adalah kebiasaan kita ketika libur tiba. DIY bagian selatan selalu menjadi tujuan kita, gumuk pasir parangkusumo misalnya.
Juga pantai goa cemara

(Foto Alif sedang memotretku yang sedang memotretnya juga, dengan kamera Canon EOS M10 + filter lightroom—8 Desember 2018)
Aku senang melakukan hobi fotografiku bersama Alif, yang setelahnya kami bercerita ringan tentang kegiatan sehari-hari saat kita sedang tidak bersama sama, ataupun bercerita mengenai gebetan—man upon the hill nya dia, ataupun bulanku saat itu, juga pembicaraan lebih berat daripada itu.
Kami sama-sama menyukai buku, menulis, fotografi dan videografi, serta keinginan wanderlust berempat, katanya. Iya, berempat. Aku, Alif, dan pasangan kita masing-masing.
Doa kami selalu sama setiap tahunnya, semoga, ya tahun ini bisa berempat 🌻
1 note
·
View note
Text
“satu kata yang bikin kamu inget aku”
C I L A C A P
Perjalann ini bermula dari kegiatan karya wisata yang diadakan oleh sekolah. Saat itu, sekolahku menawarkan dua pilihan, Bali atau Cilacap. Seperti judul, kalian pasti sudah tahu aku mengambil pilihan yang mana. Mungkin beberapa dari kalian berpikir “ah di Cilacap ada apa sih”, atau “mending ke Bali, lah”. Tapi aku punya alasan tersendiri, selain karena di Desember itu bertepatan dengan pernikahan kakak perempuanku, aku juga memilih Cilacap karena ada dia. Iya, dia yang sekarang hampir tidak pernah kusebut namanya.
Desember itu, tidak ada yang romantis antara aku dan dia. Kami hanya bertukar pesan atau kadang kala bertukar cerita via suara. Saat itu pula, kami sama-sama tahu bahwa hatinya bukan untukku, begitu pula hatiku bukan untuknya. Tapi, lama kelamaan sepertinya aku luluh juga.
Saat pergi ke Cilacap, sebisa mungkin kami bertukar pesan. Kami sama-sama bercerita bagaimana keadaan di bus masing-masing dari kami karena memang kami menempati bus yang berbeda. Saat itu pula, perhatiannya tentang aku yang sedang sakit maag membuatku semakin gila—selanjutnya aku memang menjadi gila karenanya, iya gila secara harfiah.

(foto diambil pada tanggal 11 Desember 2017 dengan kamera Canon EOS M10 dan sentuhan editing lightroom+tezza)
Benteng Pendem Cilacap, salah satu tujuan karya wisata kami. Rencananya juga kami akan foto berdua di benteng ini, ataupun jika tidak memungkinkan kami ingin berfoto di Pantai Teluk Penyu Cilacap.
Rencana tinggalah rencana, kami tidak bisa merealisasikannya. Karena sebagai remaja yang sedang dimabuk asmara, aku memutar otak untuk memikirkan segala cara, melakukan segala cara pula—yang pada akhirnya hanya dibalas air tuba.
Akhirnya kami menemukan jalan keluar. Kami berfoto di salah satu toko oleh-oleh yang sepertinya berada di kawasan kebumen atau purworejo. Kami berfoto secara sembunyi-sembunyi di balik bus-bus besar karena kami tidak mau mengambil risiko ketahuan oleh gebetannya.
Ya, dia memiliki perempuan lain sehingga aku menjadi juara kedua.
1 note
·
View note