adiekputri-blog
adiekputri-blog
Adiek Putri
1K posts
Hablumminallah♥ Hablumminannas♥| @chandraandrey 🎎
Don't wanna be here? Send us removal request.
adiekputri-blog · 7 years ago
Text
ANTARA DUA DARJAT
Hotel yang sama, bilik yang sama, tetapi dua harga yang berbeza..kenapa bayar lebih?? Anda boleh mencari hotel ideal anda di Trivago..Trivago membandingkan lebih daripada 200 laman web..anda boleh mencari hotel ideal anda dengan harga terbaik…Hotel?? Trivago..
Bagaimana pula dengan ini ?👇
Kubur yang sama, tanah yang sama. Tetapi, dua keadaan yang berbeza. Kenapa dosa lebih? Anda boleh mencari kubur ideal anda dengan taubat nasuha. Taubat nasuha menghapuskan lebih daripada berjuta-juta jenis dosa.Anda boleh mencari kubur anda dengan amalan pahala terbaik. Kubur? Taubat nasuha.
Jom bersihkan hati.. hati bersih hidup bahagia..
1. Jgn cari salah orang…Salah sendiri banyak pun kita tak sedar.
2. Jangan hina orang… Allah tak pernah hina kita.
3. Jangan buka aib orang… Allah simpan aib kita sampai hari akhirat.
4. Jgn perlekehkan orang…Allah hargai setiap usaha hambaNya.
5. Jangan mengata orang…Mana tau masa depan org yg kita kata itulah yang akan tolong kita dalam kesusahan.
6. Jangan sakitkan hati orang…Doa orang yang teraniaya itu makbul.
7. Jangan bangga dengan amal ibadah kita…Hanya Allah yg tahu amal tersebut diterima atau tidak.
8. Jangan sombong dengan apa yg kita ada… Allah boleh tarik bila-bila masa.
9. Jangan bandingkan orang lain dengan kita… Allah buatkan rezeki setiap orang itu berbeza.
10. Jangan sedih dengan kekurangan kita… Allah tahu apa yang terbaik utk hambaNya.
Renung-renungkanlah & sama-sama kita muhasabah diri..
(ustaz Iqbal Zain Al-Jauhari)
SILA SHARE DAN SEBARKAN
126 notes · View notes
adiekputri-blog · 7 years ago
Text
Repost :  The Secret of Mother
Oleh: Shamsi Ali/ Presiden Nusantara Foundation ( New York )
Teori masa lalu menyebutkan karakteristik dan sifat2 bawaan seorang anak diwariskan dari ibu dan bapaknya dalam proporsi 50 : 50. Artinya, ayah dan ibu memberikan sumbangan yang sebanding dan setara dalam diri seorang anak.
Belakangan ini, penelitian biologi molekuler terbaru menemukan bahwa seorang ibu mewariskan 75% unsur genetikanya kepada anak, sedangkan bapak hanya 25%. Oleh karena itu, sifat baik, kecerdasan, dan kesolehan seorang anak sangat ditentukan oleh sifat baik, kecerdasan dan kesolehan ibunya.
Apa yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW, ternyata memiliki kesesuaian dengan fakta ini.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Baginda Nabi, mana yang harus diprioritaskan seorang anak, apakah ibunya atau ayahnya, beliau pun menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu…lalu Ayah mu”. Proporsinya tiga berbanding satu ( 3 : 1 )
Mari kita lihat lebih jauh. Di dalam sel-sel manusia terdapat sebuah organel yang memiliki fungsi sangat strategis, namanya mitokondria.
Organel berbentuk bulat lonjong ini berongga, selaputnya terdiri atas dua lapis membran. Membran dalam bertonjolan ke dalam rongga (matriks) dan mengandung banyak enzim pernapasan.
Tugas utama mitokondria adalah memproduksi bahan kimia tubuh bernama ATP (adenosin triphosphat). Energi yang dihasilkan dari reaksi ATP inilah yang kemudian menjadi sumber energi bagi manusia.
Mitokondria bersifat semiotonom krn 40% kebutuhan protein dan enzim dihasilkan sendiri oleh gennya.
Mitokondria adalah salah satu bagian sel yang memiliki DNA sendiri, selebihnya dihasilkan gen di inti sel.
Sekali lagi, dan ini sangat menarik, mitokondria hanya diwariskan oleh ibu, tidak oleh bapak. Mengapa? Krn mitokondria berasal dr sel telur bukan dari sel sperma. Itulah sebabnya, investasi seorang ibu dalam diri anak mencapai 75%.
Kita dapat berkata, inilah “organel cinta” seorang ibu yang menghubungkan kita dengan Allah dan kesemestaan.
Tanpa kehadiran mitokondria, hidup menjadi hampa, tidak ada energi yang mampu menggelorakan semangat.
Tanpa mitokondria, kita tdk dpt melihat, mendengar, hingga akhirnya tdk bs membaca, mencerna dan merasa.
Oleh karena itu, kita jangan heran jika kontak batin antara ibu dan anaknya sangat kuat dan intens. Jarak sejauh apapun tidak bisa menghalangi sensitivitas hati seorang ibu.
Hal ini memperlihatkan adanya energi cinta yang menembus dimensi. Teori superstring yang kita ambil dr ilmu fisika bs sedikit memperjelas hal ini. Para ilmuwan di MIT, yang tergabung dalam kelompok 18, menemukan sebuah supersimetri, yaitu sebuah persamaan matematika yang menciptakan ruang di alam semesta tt terdiri atas 57 bentuk dalam 248 dimensi. Konsep supersimetri menyebutkan, andai dunia ini dibagi2 menjadi bentuk apapun, sebenarnya hanya ada satu titik yang melingkupinya.
Artinya, ilmu pengetahuan menemukan bahwa jarak itu tdk bs membatasi jiwa dan ruh yang bersemayam dalam satu titik yang sama.
Jika kita menggunakan konsep ini, dimana pun berada, hati seorang ibu selalu berada di titik yang sama.
Itulah sebabnya, apa yang dirasakan anak dan apa yang dirasakan ibu, bioelektriknya berada pada titik yang sama.
Mitokondrianya berada dalam posisi yang sama sehingga titik pertemuannya pun sama. Dengan kata lain, perasaan seorang ibu kepada anaknya bagaikan perasaan dia terhadap dirinya sendiri.
Allahu akbar!
(Diterjemahkan dari The Secret of Mother) (AT/P07/P1)
142 notes · View notes
adiekputri-blog · 7 years ago
Text
😘😚😍
Menjadi seorang suami
08 September 2017 Akhirnya resmi menjadi seorang suami 😎 Yeay, happy!!!
Alhamdulillah ~
4 notes · View notes
adiekputri-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Bermainlah dengan anak laki-lakimu. Kamu harus menjadi teman yang lebih baik untuk mereka daripada siapapun. . Lingkungan sosial kini menawarkan banyak teman yang buruk. Sebelum hal itu terjadi, mereka harus menemukan teman terbaik mereka di dirimu. . - Nouman Ali Khan - . #noumanalikhan #noumanalikhanindonesia #nakquote #nakindonesia . Donasi: https://kitabisa.com/nakindonesia
52 notes · View notes
adiekputri-blog · 7 years ago
Text
Curhat : Cerita Persalinan
Seperti biasa, pukul setengah empat pagi kami memulai aktivitas. Masih mengumpulkan nyawa, aku bersorak kegirangan.
“MAS, AKU MAU LAHIRAN!”
“Kapan?”
“Hari ini!”
“Kok bisa?”
“Ini udah bloodyshow* mas!”
Setelah itu, masih dengan santai dan haha hihi, aku telepon umi. Menceritakan kalau tanda persalinan sudah muncul. Umi terdengar panik di ujung sana, menyuruhku cepat-cepat ke bidan atau rumah sakit. Sebenarnya, aku dan mas berencana pergi ke RS sewaktu kontraksi sudah mulai intens per lima menit, saat ini aku belum merasakan apa-apa. Tapi daripada kenapa-kenapa yasudahlah kami berangkat saja ke RS.
Pukul lima pagi di RS, masih sepi. Maklum, RS yang kami tuju ini RS ibu dan anak, jadi jam lima begini masih melompong. Cuma ada pak satpam dan satu orang yang berjaga di meja admisi. Kami langsung dipersilakan ke UGD. Ternyata di UGD cukup ramai. 
Kami antri sekitar setengah jam lebih di UGD karena aku orang ketiga disini yang mau melahirkan :”D 
Setelah dicek oleh bidan ternyata aku sudah bukaan 1! Bahagiaaa rasanya sebentar lagi ketemu kakak bayi. Kami disuruh pulang dulu dan kembali pukul 10, atau boleh jadi sebelum pukul 10 kalau sakitnya tidak tertahan dan ketuban rembes. Bismillah semoga nggak mengalami dua-duanya. Aku sudah mengalami kontraksi intens perlima menit tepat sebelum bidan memeriksa bukaanku. Hanya saja, nyerinya masih bisa kutahan. Persis seperti mau haid.
Di perjalanan RS-rumah yang nggak ada 15 menit, kusempatkan telepon keluarga dekat, meminta maaf, restu, dan doa. Ayahku terdengar menangis di ujung sana. Aku buru-buru menutup telepon karena aku juga mau nangis rasanyaT.T
Sampai di rumah, aku sempatkan bebersih badan. Mulai mandi air hangat sampai keramas. Setelah itu main gymball dan jalan di rumah sebentar. Mas menyediakan makanku, mulai dari susu, madu, hingga sarapan. Beliau juga mulai sibuk mengabsen barang bawaan untuk menginap di RS.
Pukul delapan pagi aku mulai merasa kontraksiku menguat. Mas masih sibuk bersih-bersih rumah. Aku gemas sekali karena mauku Mas ada di sebelahku buat pijat punggung dan semacamnya. Tapi karena kami hanya berdua, dan aku tahu mas melakukan itu demi kenyamanan kami saat nanti pulang bersalin, maka aku membiarkan mas sibuk beberes ini itu. 
Pukul setengah sembilan pagi aku sudah meringis-meringis nggak karuan. Sakit punggungku mulai terasa. Rasanya mau duduk, tidur, berdiri, salah semua. Gymball kupeluk, aku mulai jalan-goyangpinggul-dan bersandar di tembok. Tiba-tiba aku mau makan indomie goreng -____- terabsurd dan aku minta mas bikinkan indomie goreng HAHAHA. Aku tau beliau kesal, tapi aku pengen. Dan aku kesakitan. Jadi…pliss Mas, bikinkan XD
Setelah makan indomie aku masih tetap rewel. Malah makin rewel karena sakit punggung-pinggul-sampai perut. Sakitnya nggak bisa dijelaskan. Mas melirik jam, masih pukul sembilan, tapi mungkin saking melasnya mukaku, Mas memutuskan membawaku ke RS.
Karena stock susu indomilk rasa melonku habis, sebelum sampai RS, kami mampir beli dulu. Kontraksiku sudah perempat menit sekali. Ya Allaaah rasanya kalau kontraksi pas hilang, di waktu jeda, legaa bangett. Tapi begitu dateng lagi, rasanya pengen nangis tapi gabisa nangis. Aku inget umiku. Aku makin merasa bersalah, merasa jadi anak penuh dosa, merasa kurang baktinya, karena ternyata begini rasanya mau melahirkan :’) Tangan mas sudah jadi sasaran cubit mulai saat ini. 
Kami sampai di RS pukul sepuluh tepat. Bidan mulai melakukan cek bukaan, dan ternyata bukaanku bertambah jadi bukaan 2. Ini aku bingung mau senang bukaannya sudah nambah, atau sedih karena pertambahannya baru satu. Rasanya kalau dihitung-hitung bukaan 10 kok masih lama. Karena kontraksi sudah datang pertiga menit, bidan menyuruhku menuju ruang bersalin, sebelum itu Mas diminta mengisi beberapa form administrasi. 
Ruang bersalin dingin sekali. Aku minta AC dikecilkan. Bidan bilang sambil menunggu bukaan aku boleh jalan-jalan di dalam ruang bersalin maupun di koridor RS. Aku mengiyakan, kubuat berjalan dengan harapan bukaan bertambah. Tenagaku sudah mulai berkurang, tapi aku sama sekali nggak nafsu makan, yang ada dipikiranku cuma gimana caranya aku bisa mengkontrol pikiranku yang kemana-mana, mulai dari aku merasa mau pingsan sampai pengen tidur tapi nggak bisa. Sakit makin menjadi-jadi. Aku minta mas membopongku berjalan, aku tetap mau jalan-jalan! waktu terasa lamaaa sekali, tapi jeda antarkontraksi terasa cepat. huhuhu. Aku sudah mulai nggak bisa bicara saking nahan sakitnya, kupikir bicara menghabiskan tenaga. Jadi aku zikir dalam hati.
Pukul setengah satu aku sudah kelelahan berjalan, kupakai tidur di tempat tidur sambil menikmati kontraksi yang makin menguat. Rasanya punggung ke bawah seperti bolak-balik dihantam wkwkwk. Aku mulai jadi tukang tuding, nyuruh mas begini dan begitu, utamanya memijat bagian punggungku, nggak boleh berhenti! HAHAHA sampai tangan mas gemetaran Ya Allaaah, tapi aku nggak gentar, mas tetep gaboleh berhenti, plis pijitin punggungku :”DDDD
Mas kelaparan, aku juga. Tapi aku nggak nafsu makan. Tapi Mas memaksa, karena sebelum lahiran aku sudah minta mas untuk mengingatkanku makan, jadilah beliau keukeuh aku harus makan, nggak papa sedikit, yang penting aku makan. Kami pun makan sepiring berdua, makanan dari RS hahaha. Ibu mertuaku sudah sampai di RS dan ikut menemaniku sekarang.
Pukul satu siang, bidan mengecek bukaan, dan ternyata aku baru jalan bukaan 3. PADAHAL AKU MERASA INI UDAH LAMA BANGET YA ALLAAAAH GUSTI hasbunallah wa ni’mal wakiil ni’mal maula wa ni’mannashir wkwkwkwkwkwk. Aku sudah memutuskan, sesakit apapun AKU NGGAK BOLEH SAMPE KECEPLOSAN MINTA BERSALIN SC! Takutnya diaminin malaikat, nanti aku SC beneran. Harus berjuang sampai titik darah penghabisan dulu untuk lahiran normal. Aku mulai berusaha mengontrol pikiran dan hatiku, supaya nggak ngebayangin yang aneh-aneh seperti bukaan macet dsb. Tapi aku mulai risau karena bukaanku belum nambah, pun waktu Dokter Arsy visit, bukaanku masih tiga, huhuhu
Pukul setengah dua, ada sensasi makpyarr. Ketubanku rembes. Aku panik. Sedikit, Ya Allah masih bukaan tiga, masih jauh dari bukaan sepuluh kok udah rembes aja. :”)
Bidan-bidan mulai menanganiku, aku sudah nggak boleh duduk atau jalan. Tidur aja tugasku, sambil berdoa dan miring ke kiri (Tidur miring kiri bisa mempercepat pembukaan). Dalam hati aku udah pasrah, Ya Allah aku udah nggak bisa ngapa-ngapain, bukaan selanjutnya murni kuasaMu. Mulai ketuban rembes ini aku merasakan sakit yang luarrr biasa nggak pernah aku alami sebelumnya. Aku cuma bisa peluk Mas dan ibu mertua erat-erat. Mas mulai menuntunku mengatur nafas karena aku suka hilang kendali saking nikmatnya gelombang cinta :D
Aku melobi bidan, aku mau ke kamar mandi, rasanya kaya mau BAB. Tapi bidan  melarang, aku diminta kembali fokus bernapas. Ya Allaaahhhhhh. Aku pengen nangis rasanya, tapi nggak keluar air mata. 
Drama dimulai, pukul dua siang bidan mengecek bukaanku karena aku sudah nggak bisa senyum lagi wkwkwk. udah muka mau melahirkan. 
“Bu ini sudah bukaan delapan.”
ALHAMDULILLAH, rasanya pengen nangis terharu, akhirnya maju juga bukaannya. 
Karena aku udah sering briefing sama kakak bayi 
“Nanti keluarnya mama tanpa ngejan yaa, Mama tinggal ehem-ehem terus kakak meluncur lahir…”—maka aku berdehem di bukan delapan. berharap mengirim kode ke kakak bayi :D
Kebahagiaan bukaan maju berbanding lurus dengan nyeri dimana-mana yang aku rasakan. PLUS KEBELET B-A-B wkwk. Tiap aku diminta tarik nafas, aku keluarkan…tapi aku ngeden kaya mau BAB. Ya Allaah, padahal udah latihan pernafasan, kok keluarnya ngeden. Bidan pendamping udah berkali-kali ngingetin buat jangan diedenkan, nanti jalan lahir bengkak dan bukaan bisa berhenti. Tapi sungguh aku takkuasa menahan hasrat ingin mengejan wkwkwk. Mas mulai menepuk-nepuk pipiku, memintaku untuk konsentrasi menatap Mas sambil atur nafas sama-sama. Akhirnya nafasku mulai tertata kembali. 
Waktu azan ashar, aku merasa anakku udah mau keluar, udah diujung, tapi aku masih belum boleh mengejan. Lossssss…aku udah kehilangan kontrol atas diriku. Karena aku tiba-tiba ngejan nggak beraturan kaya orang BAB padahal belum masuk sesi mengejan–bahkan bidan belum cek bukaanku lengkap atau masih harus menunggu lagi. Setelah itu bidan memutuskan untuk mempercepat proses persalinanku. 
Selambu ditutup, lampu-lampu dinyalakan, bidan sudah menyiapkan alat-alat tempurnya. Dokterku belum datang. Ibu mertua diminta keluar. Sanggahan kaki sudah dinaikkan untuk menyanggah kakiku saat mengejan nanti. Tinggal aku sama Mas. Entah apa yang dilakukan bidan-bidan itu, aku nggak mau lihat. Aku cuma lihat Mas terus-terusan dan nggak mau berpaling supaya aku tetap bisa ‘bernapas’ dengan baik. Mas membimbingku teruuus untuk tarik dan keluarkan nafas. Dokter Arsy belum juga datang, aku sudah merasa sesuatu terjadi di tubuhku. TAPI AKU MASIH MIRING KIRI DAN BELUM BOLEH MENGEJAN wkwkwkw
Setelah semua siap, aku diminta untuk pindah posisi dari miring kiri ke terlentang. Baiklaaaahhhhhh…aku akhirnya terlentang. Dan,
“Oeeeekkkkk” suara tangis kakak tiba-tiba memecah ketegangan. Semua yang ada di ruangan terperangah karena aku belum sampai di sesi mengejan. 
“Bayinya pinter sekaliiii” Samar-samar kudengar bidan berseru. 
Aku masih takjub. Terpaku. Aku dan Mas berpandang-pandangan masih tak percaya. Aku belum mengejan! Aku sendiri nggak merasa apa-apa saat diminta terlentang, cuma tiba-tiba kaya ada yang meluncur keluar. Nggak sakit, nggak apa. MasyaAllaaaaahhhh. Air mataku masih belum keluar, tapi aku haru dan bersyukur luarrr biasa. Allahuakbar. Ya Allaaahhh terimakasih…
Sakitku langsung hilang seketika. Apalagi saat Mas mulai adzan dan iqamah di telinga putri kecil kami. 
pukul tiga lebih delapan menit, Aji Nur Afifah dan Kurniawan Gunadi resmi menjadi ayah dan ibu untuk bayi merah muda yang lucu. Kak Sha, selamat datang di keluarga kecil ini! Alhamdulillahirobbil alamiiin :) 
*bloody show : tanda bersalin yaitu keluarnya lendir darah dari jalan lahir.
1K notes · View notes
adiekputri-blog · 7 years ago
Text
Curhat : Minus 7,5+++
Dulu, waktu awal hamil, setiap baca buku karangan Bidan Yessie tentang Gentle Birth saya selalu nggak percaya kalau melahirkan bisa tanpa rasa sakit. Apalagi waktu beliau cerita beberapa pasiennya melahirkan tanpa mengejan. Apa ya bisa gituuu, kalau bisa saya juga mau! 
Alhamdulillah, kuasa Allah, Allah Maha Baik, di kehamilan ini saya diizinkan untuk menjalani proses persalinan tanpa mengejan. Padahal di minus tinggi yang dikhawatirkan ya saat mengejannya. HUHUHU ALLAH BAIK BANGET. Semoga anak kedua dan seterusnya diparingi kemudahan seperti ini Ya Allaaaah. 
Persalinan mudah tapi…apakah tanpa rasa sakit? Oh jelas! Jelas sakit hahaha. Tapi sejauh ini saya menikmati itu. Meskipun rasanya nanonano, sempat lemesss juga di bukaan 3 ke atas dan di detik-detik jelang persalinan, ah nantilah saya cerita. :D
Di awal kehamilan, begitu banyak orang yang mengkhawatirkan minus mata yg begitu tinggi. Termasuk saya. Mungkin suami saya juga, meski beliau terlihat kalem-kalem saja. Secara terakhir saya periksa, minus mata udah mau 8 aja, bahkan mungkin sudah 8. Cuma nggak saya turuti kenaikannya, jadilah meski sudah pakai kacamata, pandangan saya masih agak blur-blur sedikit. wkwkwk. Para pejuang minus tinggi memiliki resiko otot retina tidak sekuat teman-teman yang minusnya di bawah tiga. Saat memasuki bulan ke tujuh, dokter kandungan langsung meminta saya untuk pergi ke spesialis mata supaya tahu tekanan otot retina dan kekuatan mata. 
Waktu diminta ke spesialis mata rasanya…Deg degan! Panas dingin. Tapi saya tetep afirmasi positif; kalau mata saya nggak kenapa-napa. All is well. Saya sering gitu…setelah sholat biasanya, atau di saat senggang dan keinget, saya elus-elus mata sambil bilang, “sehat-sehat yaa, bantu aku lahiran normal ya, mata!”. Alhamdulillah juga, di zikir ma’tsurat ada doa untuk kesehatan mata, biasanya saya baca sambil elus-elus mata dan telinga XD :
 “Allahumma ‘aafini di badani, wa’aafini fi sam’i, wa’aafini fii bashori.”. 
Sambil nunggu panggilan dokter spesialis mata, saya nggak berhenti baca doa itu. Saya ulang-ulang.
Alhamdulillaaaaaah, setelah drama kecemasan akan mata sendiri-tapi-mencoba-tetap-optimis, dokter spesialis mata bilang meski minus saya tinggi, tapi tekanan dan tensi mata normal. Masya Allah, rasanya LUEGAAAAAAA PUOOOOOL, tapi…dokter spesialis mata bilang, saya nggak boleh sampai ada tindakan induksi medis lebih dari tiga kali dan tensi saya harus normal (tidak tinggi). Perjuangan tidak berhenti sampai disini untuk bisa bersalin normal, justru baru dimulai!
Berarti saya harus menghindari dua hal itu! Menghindari induksi medis dan tensi tinggi. Mulai deh ikhtiar dilipatgandakan menjelang persalinan. Supaya nggak ada induksi-induksian, berusaha nggak stress juga biar tensi nggak naik. Bismillaaah, berbekal beberapa buku dan kelas online saya mulai rajin lagi dan meniatkan diri supaya persalinan berjalan lancaaarrrr. Dan inilah ikhtiar yang bisa saya lakukan jelang persalinan :
Beli gymball : memasuki bulan ke-8 saya mulai beli gymball untuk olahraga ringan. Karena olahraga pake gymball seru bangettt, nggak kaya olahraga, malah kaya mainan!
Ikut senam hamil : karena satu dan lain hal, saya dan suami memutuskan nggak ikut kelas yoga. Tapi saya tetep ikut kelas senam di RS HappyLand. Sebenernya bisa aja sih senam sendiri di rumah, tapi manfaatnya senam sama-sama itu bisa dapet support dari sesama ibu hamil dan ada instrukturnya yang benerin gerakan kita. Di senam hamil saya juga diajari teknik pernapasan saat pembukaan, relaksasi, dan cara mengejan.
Tetap memantau kesehatan janin : Healthy mom, healthy baby! Tetap makan makanan yang bergizi, rajin kontrol (sesuai waktunya) ke dokter/bidan, minum suplemen yang dibutuhkan ibu hamil. Kalau janin sehat kitanya nggak mudah stress. Saya hobi nyemil kurma ruthob, alhamdulillah masih musim yang setengah matang hihi. Rebusan air kacang hijau dan air kelapa muda juga baik untuk janin. Untuk bumil yang BB Janin sudah berlebih, sebaiknya melakukan diet sesuai kebutuhan janin. Jangan lupa minum air putih minimal 3L dan minum susu :D
Rajin update ilmu : Semakin bertambah usia kehamilan, tentunya bertambah dan berganti pula keluhannya, nah disini ilmu dibutuhkan. Semakin kita berilmu, semakin rendah kecemasan kita. Makanya, saya doyan banget ngelonin buku segede gaban wkwkwk, rekomendasi buku kehamilan ; Gentle Birth Balance yang ditulis Bidan Yessie dan Superbook for Supermom yang ditulis grup SAM. Selain itu, kalau ada seminar-seminar boleh banget ikutan! Saya juga ikut kelas online bersama bidan yang diselenggarakan @bidanmudabergerak. Alhamdulillah ilmunya terpakai. 
Cari teman bumil : Teman sesama bumil dibutuhkan, gunanya buat saling support dan berbagi ilmu. Alhamdulillah, saya hamil bebarengan sama @luthfitriana​, @dokterfina​, dan @yulialatifah​. Ilmu dan supportnya mantep-mantep, kami juga satu grup dimana-mana rasanya XD. Maaci mbak-mbakkuuuhhh!
Cari dokter atau bidan yang support melahirkan secara normal : Dokter kandungan saya gonta-ganti sejak bulan pertama, dan baru menemukan ke-sreg-an di bulan ke delapan sama dokter yang membantu saya dalam persalinan. Saya gonta-ganti karena mencari dokter yang sevisi dengan saya, alhamdulillaah ketemuuu dan deket bangettt sama rumah, padahal sebelum-sebelumnya dibelain sampai mbelah kota Jogja demi cari dokter :D
Jalan kaki dan berdayakan diri! : Ini puentiiing! Hamil bukan berarti kita malah tidur-tiduran. Kalau kita males, bukaannya juga nanti males-malesan karena fisik kita belum pemanasan. Beda yaaah tetap aktif dan kecapekan. Tentunya kita sendiri yang bisa mengukur sampai sejauh mana aktivitas fisik yang bisa kita lakukan. Rajin-rajin juga olahraga ringan untuk mempercepat pembukaan (ini dilakukan untuk kehamilan usia 8bulan ke atas yah, kalau yang ekstrim malah amannya untuk 35weeks ke atas), seperti njut-njutan di gymball (ini saya perhari min 30 menit), senam kegel, duduk tailor, duduk butterfly, goyang pinggul/ pelvic rocking (aman untuk 36w ke atas), squatting (khusus 36w ke atas), jongkok-jongkok (mulai 36w semua saya jongkokin! Mulai iris-iris sayur mayur buat masak, sampai mandi. everydayyy!), jalan kaki minimal 30menit sehari, senam hamil sendiri di rumah, dan biasakan pernapasan lewat perut. Sampai di bukaan 3 sebelum ketuban rembes, saya masih jalan kaki sambil goyang pinggul, karena gymballnya ketinggalan di rumah hahaha.
Briefing sama suami soal persalinan : katakan do and don’ts kepada suami menjelang persalinan. Sering-sering curhat juga ke suami biar lebih rileks dan suami tahu perkembangan serta kesiapan psikologis kita jelang persalinan. Yang melahirkan bukan cuma ibu-ibu, tapi bapak-bapak juga berperan besar di proses persalinan. Selama bersalin rasanya saya harus banyak-banyak terimakasih sama mas @kurniawangunadi​ :”D
Mendekat sama Allah :  ini hajat besar loh, kalau kita semakin menjauh dariNya, kepada siapa lagi kita memohon pertolongan? Perbanyak amal yaumi, jangan lupa ngaji untuk obat hati, sedekah untuk melapangkan, sering-sering minta doa ke keluarga dekat serta minta maaf sama suami. minta restu juga sama orangtua, terutama ibu kita! Kayanya kemudahan bersalin ini juga berkat doa banyak orang huhuhuhu. Nanti saat persalinan bakal kerasa kalau kita sungguh nggak ada apa-apanya :”””””” Allahuakbar.
Tawakkal alallah : kita boleh berikhtiar, tapi tetap hasil akhir Allah yang pegang, ikhlaskan perjuangan sedari awal. Maksimalkan usaha, tapi juga lapangkan dada selapang-lapangnya. Kalaupun kita harus bersalin secara SC, nggakpapa! Mau normal ataupun SC tidak akan mengurangi hakikat kita sebagai seorang ibu. KIta tetap ibu dan kita tetap berjuang dalam persalinan! Apapun jenis persalinannya, berarti itu yang terbaik buat kita dan bayi kita. Yang penting semuanya sehat dan selamat :D Jangan takut sama persalinan, semua ibu di dunia mengalami hal ini. Ibu-ibu kita juga. Jangan kalah sama setan! Dia menghasut lewat ketakutan saat kita mau berjihad. Saya selalu ingat ayat favoritnya mas kalau mulai resah akan bersalin : 
“Infiru khifafan wasikolan wajahidu biamwalikum wa anfusikum fisabilillah dhalikum khoirul lakum inkuntum ta’lamun” 
Artinya: “Berat maupun ringan tetap berangkatlah untuk membela agama Allah dengan harta dan tenaga kalian. Demikian itu lebih baik untuk kalian jika kalian tahu”
kita bersalin dalam rangka melahirkan penerus agama Allah selanjutnya, kita berjihad, dan hanya kepada Allahlah kita meminta perlindungan. Bismillaaah :)
Kuasa Allah, saya bisa melahirkan dengan proses yang berjalan lancar. Alhamdulillaaaaah, Kak Shabira lahir setelah adzan dan iqomah Ashar. Watu hamil saya sering elus-elus perut sambil bilang, 
“Kakak, nanti Mamah bersalin nggak ngejan kakak keluar sendiri ya, Mamah tinggal ehem, terus kakak oek-oek yaaa.” 
Dan saat bidan bilang bukaan saya sudah 8, saya berdehem “ehem, ehem” harapannya kasih kode ke Kakak sesuai briefing di dalam kandungan. Alhamdulillaah diijabah sama Allah. Beneran dong, Kak Sha lahir di saat saya belum mengejan di bukaan lengkap. *birthstory bakal diposting di postingan lain karena ternyata: PANJANG JUGA EUY T.T kalau kepanjangan nggak enak wkwk
saya mah nggak ada apa-apanya kalau Allah nggak mudahkan saat persalinan. Karena waktu udah bersalin, yang ada semuanya Allah yang gerakkan. Saya nyaris nggak bisa ngapa-ngapain saking menyenangkannya gelombang cinta di setiap bukaan hihihi
Intinyaaa, kalau kamu, yang baca ini, mempunyai minus tinggi dan mau bersalin normal. InsyaAllah bisaaaaa, karena pasien dokter saya juga ada yang minus di atas saya dan mereka juga bisa melahirkan normal! Bismillah khusnudzan dan tetap ikhtiar yaaa, yang pasti : SERAHKAN SEMUANYA SAMA ALLAH :)
1K notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Rumah Cinta Hasan Al Banna
Buku ini menyuguhkan perspektif yang berbeda dari Hasan Al Banna, seorang pemimpin gerakan ikhwanul muslimin. Karena dakwah yang utama adalah dakwah ke keluarga, buku ini membuat saya penasaran untuk menyelami pribadi sang dai sebagai suami dan ayah. Buku yang disusun berdasarkan hasil wawancara dari anak-anak Hasan Al Banna ini disusun ke dalam tiga bab: kehidupan Hasan Al Banna sebagai anak dan suami, kebersamaan Hasan Al Banna dan buah hati, dan kehidupan keluarga Al Banna setelah Hasan Al Banna syahid. Ya, buku ini tidak hanya mengupas kehidupan sang dai, tapi juga memaparkan peran ibu dan istri Hasan Al Banna–wanita-wanita hebat yg menemani perjuangan dakwahnya.
Hasan Al Banna adalah putra sulung orang tuanya. Ibunya sangat mencintainya dan beliau pula yang memperkenalkan Lathifah, istri Hasan Al Banna, untuk dinikahi oleh Hasan Al Banna. Perjodohan ini bermula dari ketertarikan ibu Hasan Al Banna saat mendengar Lathifah mengaji.Ia langsung yakin bahwa Lathifah bisa menjadi istri yang baik untuk anak tercintanya.
Hasan Al Banna dikaruniai delapan orang anak, dua diantaranya meninggal saat kanak-kanak. Diantara setumpuk amanah umat, Hasan Al Banna selalu memprioritaskan makan pagi bersama keluarga. Kalaupun beliau sedang ada urusan dengan seorang tamu, ia akan mengundang tamu tersebut untuk makan pagi bersama di rumahnya.
Hasan Al Banna adalah orang yang rapi dan terorganisir. Ia sendiri yang membuat catatan arsip tentang anak-anaknya. Catatan ini mencakup tanggal lahir, riwayat kesehatan, obat apa saja yang pernah diminum, ijazah, dan kumpulan prestasi anak-anaknya. Ia sangat memperhatikan anak-anaknya.
Di rumah, tidak pernah terdengar suara keras dari Hasan Al Banna. Ia menasehati anak-anaknya dengan teladan, dan dalam beberapa kasus ia menyelipkan nasehat secara tidak langsung. Sebagai contoh, ada seorang anaknya yang suka sekali membaca komik. Hasan Al Banna tidak menasehati anaknya untuk meninggalkan komik secara langsung, tapi ia memberikan cerita mengenai sahabat hingga akhinya anaknya itu bisa lepas dari kebiasaannya membaca komik.
Hasan Al Banna memberikan uang jajan harian, mingguan, dan bulanan untuk anak-anaknya. Uang jajan yang ia berikan di atas rata-rata uang jajan pada umumnya. Hal ini ia maksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sang anak. Uang bulanan bisa dimanfaatkan oleh anak-anaknya untuk membeli buku. Di samping itu, mereka juga dilatih untuk berinfak. Dalam beberapa waktu Hasan Al Banna mengirimkan mata-mata untuk memantau anaknya apakah ia benar-benar menginfakkan sebagian uang jajannya.
Hasan Al Banna pun pernah memberikan hukuman pada anak-anaknya. Salah satu anaknya bercerita bahwa ia pernah mendapat hukuman berupa pukulan yang tidak keras. Ia bahkan ingin tertawa saat dipukul oleh ayahnya. Hikmah dari hukuman pukulan adalah agar anak mengerti telah melakukan kesalahan, bukan untuk menyakitinya.
Perjuangan Hasan Al Banna tidak terlepas dari peran istrinya. Kekuatan wanita hebat ini bisa terlihat dari ketegarannya saat melahirkan anak terakhirnya sehari setelah Hasan Al Banna meninggal. Dalam 36 tahun pernikahan, 19 tahun ia hidup sendiri dan membesarkan anak-anaknya hingga mereka ada yang menjadi Doktor, dokter, dan ahli agama. Keharmonisan hubungan dengan ibu mertuanya menghiasi ketegaran yang harus dilalui oleh keluarga mereka.
Salah satu peninggalan berharga dari Hasan Al Banna adalah perpustakaan pribadi miliknya. Saat Hasan Al Banna meninggal, anak tertuanya masih berusia 17 tahun. Dengan buku-buku itulah, anak-anak Hasan Al Banna masih bisa mempelajari pemikiran ayahnya meski sang ayah telah tiada.
Buku ini sangat baik untuk dibaca oleh siapapun. Buku ini tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga menyuntikkan motivasi bahwa kekuatan peradaban itu dibangun dari keluarga yang kuat.
70 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Double height space kitchen with exhaust hood / hanging shelf. Disappears when you stand back
152 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Vitamin : Fungsi dan Sumbernya ==========================
Vitamin adalah senyawa yang dibutuhkan tubuh dan tidak dapat diproduksi tubuh. Ada dua jenis vitamin, larut air dan larut lemak. Kali ini kita akan membahas jenis pertama, yakni vitamin yang larut dalam air.
Vitamin larut air yang masuk dalam tubuh dan jumlah berlebih, biasanya diekskresikan/dikeluarkan oleh ginjal. Walaupun tubuh kita membutuhkan vitamin jenis ini hanya dalam dosis kecil, namun ia tetap harus dikonsumsi secara teratur.
Vitamin ini tidak seperti vitamin yang larut lemak yang bisa berubah menjadi toksik. Tapi niasin, vitamin B6, folat, kolin, dan vitamin C memiliki batas maksimum penggunaan. Vitamin B6 pada konsentrasi tinggi dalam jangka waktu lama telah terbukti menyebabkan kerusakan saraf ireversibel (permanen, tidak dapet kembali).
Dengan mengonsumsi menu makanan gizi seimbang, sebenarnya kita telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin tubuh. Sedangkan untuk orang berusia lebih dari 50 tahun dan beberapa vegetarian mungkin perlu menggunakan suplemen untuk mendapatkan tambahan B12.
Berikut beberapa jenis vitamin yang larut dalam air, sumber dan fungsinya: 1. Tiamin (vitamin B1) Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi dan penting untuk fungsi syaraf Sumber: roti dan sereal, kacang polong, kacang-kacangan dan biji-bijian
2. Riboflavin (vitamin B2) Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi dan penting untuk penglihatan normal dan kesehatan kulit Sumber: Susu dan olahan susu; sayuran berdaun hijau; roti dan sereal
3. Niacin (vitamin B3) Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi dan penting untuk sistem saraf, sistem pencernaan, dan kesehatan kulit Sumber: Daging, unggas, ikan, gandum utuh atau roti dan sereal, sayuran (terutama jamur, asparagus, dan sayuran hijau berdaun hijau), selai kacang
4. Asam pantotenat Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Sumber: banyak terdapat dalam makanan
5. Biotin Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi Sumber: banyak terdapat dalam makanan; juga diproduksi di saluran pencernaan oleh bakteri
6. Pyridoxine (vitamin B6) Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme protein; membantu membuat sel darah merah Sumber: Daging, ikan, unggas, sayuran, buah-buahan
7. Asam folat Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk membuat DNA dan sel baru, terutama sel darah merah. Baik untuk ibu hamil trimester pertama Sumber: Sayuran dan kacang hijau berdaun hijau, biji, jus jeruk, dan hati; sekarang ditambahkan ke sebagian besar biji-bijian olahan
8. Cobalamin (vitamin B12) Fungsi: Bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk membuat sel baru; penting untuk fungsi syaraf Sumber: Daging, unggas, ikan, seafood, telur, susu dan produk susu; tidak ditemukan pada makanan nabati
9. Asam askorbat (vitamin C) Fungsi: Antioksidan; bagian dari enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme protein; penting bagi kesehatan sistem kekebalan tubuh; membantu penyerapan zat besi Sumber: Hanya ditemukan pada buah dan sayuran, terutama buah sitrus, sayuran dalam keluarga kubis, blewah, stroberi, paprika, tomat, kentang, selada, pepaya, mangga, buah kiwi.
Sekian supermom’s note kali ini. Semoga bermanfaat moms (ns)😊
📚 Sumber: webmd(dot)com
🌷SUPERMOM’s NOTE🌷 Edisi #selasasehat 19 12 2012
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
46 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
‏أُمّ تدخلك الجنة
Karena Ibu, kau punya jalan menuju surga
زوجة تكمل نصف دينك
Karena istrimu, separuh agamamu tergenapkan
بنت تحجبك عن النــار
Anak perempuanmu, menjadi pelindungmu dari neraka
المرأة عظيمة مهما كان عمرها
Wanita itu hebat, berapapun usianya
@edgarhamas
742 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Video
Bagaimana jika ada seseorang yang datang meminta makanan kepada kita? Akankah kita jadi bagian orang yang menolak? Atau kita akan berbagi walau sedikit?
Ini adalah video social experiment terbaru, yang team kami (Mavens studio) dan juga teamnya @academicus (kitabisa.com) buat.
Sebuah gambaran yang kita dapeting dari video ini, bahwa sesungguhnya,
“Gak perlu nunggu kaya untuk bisa berbagi ke sesama”
Jika berkenan, mari sebarkan semangat kebaikan ini dengan teman-teman yang lain. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang lain.
341 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Quote
Karena hidup itu, kadang selucu ini! Gabisa diprediksi. Kadang bahkan menyakitkan. Sedih ya, tapi mau gimana lagi. Ayolah semangat diek! Kamu kuat! Jangan lemah gini dooong! kalau masalah sepele gini aja kamu sakit hati, gimana kamu bisa naik kelas? Ini mungkin ujian biar mental kamu lebih kuat ke depannya, bahwa kamu harus selalu “siaga” karena ujian bisa datang darimana saja, termasuk keluarga.
Sedang kecewa berat, dengan seseorang yang selama ini saya percaya. Sakit ya ternyata rasanya ya Allah 😭😭😭😭😭 (via adiekputri)
2 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
Perempuan Alpha Dalam Rumah Tangga
Oleh:  Melinda Nurimannisa
Beberapa waktu yang lalu di grup Pendidikan dan Parenting Forum Indonesia Muda, kami mendiskusikan sebuah artikel yang menarik. Mengenai perempuan cerdas, prestatif, mandiri, dan tangguh, yang berpotensi kesulitan mencari seorang lelaki pendamping hidup.
Dalam tulisan ini, dikatakan bahwa fenomena ini disinyalir karena lelaki merasa terintimidasi dengan sosok perempuan yang “lebih” dari dirinya. Perempuan perempuan tipe alpha, yang dominan, suka tampil di depan, kritis, dan suka memimpin. Bisa dikatakan bahwa kemungkinan, lelaki-lelaki ini merasa “kalah saing” atau “takut terdominasi”, sehingga tidak berani mendekati ataupun menjadikannya seorang istri.
“Bisa dikatakan bahwa kemungkinan, lelaki-lelaki ini merasa “kalah saing” atau “takut terdominasi”, sehingga tidak berani mendekati ataupun menjadikannya seorang istri”
Saya sendiri, sesungguhnya adalah perempuan tipe alpha, dan tipikal Thinking dalam tipologi kebribadian Stiffin. Dalam ulasan tipikal thinking, dikatakan bahwa orang-orang thinking memiliki dorongan atau hasrat yang cukup kuat atas tahta, atau kekuasaan.
Memiliki kontrol sepenuhnya atas sesuatu, menjadi hal yang sungguh menggembirakan bagi orang-orang tipikal thinking, termasuk saya. Keras kepala dan kepala batu, tentu saja menjadi salah satu hal negatif yang dimiliki kepribadian ini secara natural. Sekalinya punya mau, mau tidak mau harus melakukan atau mendapatkan hal itu.
Membaca ulasan di artikel tersebut, rasa-rasanya seperti membaca diri saya sendiri. Perempuan yang merasa maskulin dan agak sedikit tomboy, (merasa) tangguh, mandiri, tidak suka dandan, ingin memilikifinancial independency, tidak suka bergantung, dan ingin terus menerus bergerak dan berkembang.
Namun, Segala Puji Bagi Allah, Yang Maha Menggariskan Takdir. Semenjak SMA, kedua orangtua saya melihat potensi “rebelitas” saya sebagai perempuan dan calon istri. Maka, kedua orangtua saya kerap sekali menasehati saya.
Bahwa keberhasilan tertinggi seorang wanita, akan didapatkan ketika ia berhasil taat dan mendapatkanridha dari suaminya. Berkali-kali pula saya diingatkan, bahwa penyebab terbesar seorang perempuan masuk neraka adalah karena ia tidak taat pada suaminya. Sebuah hadist mengatakan, “Pelayananmu terhadap suamimu, adalah surgamu atau nerakamu”.
“Bahwa keberhasilan tertinggi seorang wanita, akan didapatkan ketika ia berhasil taat dan mendapatkan ridha dari suaminya”
Waktu berlalu. Nasehat orangtua yang saat itu saya anggap ingin lalu, perlahan-lahan mulai meresap ke dalam kalbu. Usia dan berbagai macam pengalaman kehidupan menempa. Lama-kelamaan, saya menjadi menemukan makna. Bahwa sebaik-baik kehidupan, adalah bekerja sebagai abdi Tuhan dan berjuang meraih ridhaNya. Apa lagi yang hendak dicari di dunia selain bekal menuju surga?
Maka perlahan lahan, Batu karang itu pun melembut. Saya menjadi mulai mau mendengarkan pendapat orang lain, belajar mengalah untuk sebuah kemenangan pribadi, belajar memahami baru meminta untuk dipahami, belajat untuk menjadi lebih bijaksana.
Saya pun memiliki tekad, untuk bisa menikah muda. Bagi saya, mindsetnya menikah bukanlah fase untuk menghambat perkembangan diri dengan menghambakan diri kepada suami. Bukan sama sekali.
Pernikahan, adalah jalan pengabdian kepada Tuhan, melalui memberikan suami sebaik-baik pelayanan. Saya menyambut pernikahan dan pelayanan penuh kepada suami dengan sukacita. Karena saya memilikimindset bahwa sebagai perempuan, menikah adalah “jalan Pintas” dan “jalan tol” menuju surgaNya.
Jabatan istri,  adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada wanita. Jabatan tertinggi, yang membuatmu bekerja dalam bahagia dan cinta.
Dalam sudut pandang saya, menjadi istri, mengabdikan diri kepada suami, dan mengurusi dapur dan rumah tangga, sama sekali bukan merendahkan diri saya sebagai perempuan alpha. Sebaliknya, saya sadar bahwa kegiatan yang seolah terlihat “remeh” ini meninggikan saya.
Tidak hanya menggugurkan dosa, namun juga memupuk kualitas keikhlasan, ketulusan, mengekang ego dan nafsu, sekaligus membersihkan hati.
Dengan niatan pengabdian ini, saya pun melantun doa. Alhamdulillah, Allah mempertemukan dan menjalinkan cinta dengan suami saya, di usia saya yang masih 21. Saya sangat berterimakasih, yang pertama kepada Tuhan, yang kedua kepada suami saya tercinta. Yang dengan segala kesabarannya, mau menerima berbagai macam kekurangan perempuan alpha yang satu ini :)
Jujur saja, di minggu-minggu awal pernikahan, sedikit-banyak saya menyimpan kegalauan. Di satu sisi, saat sebelum menikah dulu saya memiliki impian-impian setinggi langit, hasrat yang tinggi untuk membangun bisnis dan membangun konsorsium bisnis saya sendiri.
Namun di sisi lain, saya teringat dua pesan ayah saya sebelum menikah: Satu. Taatilah suamimu. Dua. Berikan totalitasmu dalam membesarkan anak-anakmu. Saya pun tahu, bahwasanya pada setiap pekerjaan rumah yang saya lakukan pun menyimpan banyak ladang pahala.
Ridha serta kebahagiaan suami, adalah hal utama yang harus terus menerus diupayakan dalam rumah tangga. Saya ingin sekali menjadi total di dalamnya. Bekerja tanpa cela. Namun di sisi lain, segala macam impian itu begitu memanggil-manggil. Saya yang terbiasa aktif, sibuk, dan tidak pernah tinggal diam di rumah pun menjadi kesulitan jika harus “berdiam dan fokus di rumah” tanpa ada “mainan lain” yang menantang di luar sana.
Saya pun sesungguhnya merasa bersalah, ketika saya dengan segala nikmat yang telah Tuhan berikan kepada saya seperti ilmu, jaringan, pengalaman, dan segala macam sumber daya yang saya miliki, tidak memberikan kebermanfaatan apa-apa bagi masyarakat. Namun kekhawatiran itu tetap ada. Khawatir jika sibuk di luar rumah, saya tidak bisa menjalankan amanah saya dengan baik: totalitas dalam mengembangkan anak-anak.
Alhamdulillah, di tengah kegalauan saya, saya tiba-tiba berjumpa dengan seorang ibu-ibu paruh baya yang mengenali saya di kampus. Diskusi mengalir ke sana ke mari, dan tak sengaja ibu itu bercerita mengenai pengalaman kehidupannya.
Ia seorang ibu dengan tiga anak. Ketika mengurusi anak pertama, ibu tersebut sibuk bekerja di luar rumah. Sementara ketika anak kedua lahir, ibu tersebut memutuskan untuk fulltime di rumah saja. Hasilnya justru mengherankan saya. Berdasarkan cerita bunda, anak pertamanya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan “utuh”, sedangkan anak keduanya seolah justru menjadi kurang “matang”.
Selidik punya selidik, ternyata hal ini dikarenakan ketika hanya diam di rumah, si ibu yang terbiasa aktif ke sana kemarin merasa frustasi, sehingga berpengaruh ke perkembangan psikologis anaknya. Di sisi lain, saya juga mengamati bahwa banyak juga ibu-ibu pengusaha maupun wanita karir yang berhasil sekali dalam mengembangkan anaknya.
Maka, melalui beberapa kasus-kasus tersebut, saya mengamati bahwa aktualisasi diri sesuai bidang yang disenangi bagi seorang perempuan tetaplah diperlukan. Efeknya positifnya akan menghasilkan ibu dan istri yang bahagia dan merasa “penuh” karena berhasil memenuhi semua unsur Piramida Maslow.
Hal ini tidak hanya akan menebarkan aura positif di dalam rumah, namun juga menjadikan ibu bisa menjadi seorang ”role model” bagi anak-anaknya. Bahwa hidup, adalah bekerja untuk menorehkan karya.
Namun, meskipun begitu, bagi seorang perempuan, suami, rumah, dan anak-anak adalah yang utama. It’s okay bagi seorang perempuan alpha untuk dominan di teritorialnya di luar rumah. Namun, ketika di dalam rumah dan di hadapan suami, saatnya masuk ke mode beta.
Saya menjadi teringat pesan salah satu mentor saya yang luar biasa Ibu Prita Kemal Gani, seorang pengusaha sukses yang membangun London School of Public Relation. Semenjak pertama kali berjumpa dan mengetahui bahwa saya akan melangsungkan pernikahan, beliau menyampaikan pesan, “Sehebat-hebatnya wanita di luar rumah, ketika di dalam rumah, suami tetaplah sebagai imam. Taat kepada suami adalah nilai utama yang harus dipegang. Karena, bagaimanapun tidak boleh ada dua matahari di dalam rumah..”.
Akhir kata, saya ingin mengutip perkataan Babe Jamil di salah satu sesi diskusi Parenting Forum Indonesia Muda. Beliau mengatakan bahwa, “Parenting adalah proyek terbesar yang harus disukseskan dalam hidup kita. Apapun pekerjaannya, pendidikan dan pengembangan anak tetap yang utama. Jangan sampai dikorbankan oleh alasan pekerjaan”.
Apalagi, jika dilimpahkan ke asisten rumah tangga.
167 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
Pakaian Istri, Kemuliaan Suami
Saya memiliki seorang teman yang terbiasa menjadikan istrinya sebagai bahan lelucon. “Bawel banget, lu! Kayak bini gue!” Katanya suatu hari. Di lain kesempatan, dengan bangga dia menghina istrinya sendiri dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu, katanya, “Gendut-gendut gitu juga bini gue! Gue tidur nggak perlu nyari kasur!” Ungkapan-ungkapan semacam itu biasa terdengar di keseharian. Para suami, atau mungkin juga istri, dengan enteng menyepelekan pasangan masing-masing di hadapan orang lain. Menyebutnya ‘kampungan’, ‘matre’, ‘letoy’, ‘lemot’ atau sebutan-sebutan lain yang bernada merendahkan. Saya pikir ini bukan tentang selera humor. Ini tentang sebuah cara pandang. Suatu hari saya pernah menulis sebuah status di Facebook, menceritakan teman saya lainnya yang mengejek selera fashion istrinya sendiri. “Selera istriku payah banget!” Umpatnya. Tak cukup sampai di situ, teman saya masih memperpanjang keluhannya, seolah memberi pembenaran, “Maklum, orang kampung!” Ujarnya. 
Apa yang aneh dari peristiwa itu? Tampaknya memang sederhana saja, sebagaimana ia lazim terjadi di keseharian. Tetapi kadang-kadang kita gagal mengambil ‘sudut pandang’ mengapa pernyataan-pernyataan semacam itu tidak seharusnya diucapkan seorang suami untuk istrinya—begitu juga sebaliknya. Tentu saja ini soal cara pandang. Ihwal ‘selera yang buruk’, memberitahu kita sesuatu yang penting: Suami yang menjelekkan selera istrinya lupa bahwa ia juga bagian dari selera sang istri. Begitu juga sebaliknya, istri yang menertawakan selera suaminya sebenarnya sedang menertawakan dirinya sendiri, karena ia juga bagian dari ‘selera suaminya yang buruk’ itu. Masuk akal, kan? Sampai di sini, menghargai pasangan adalah juga soal menghargai diri sendiri. Maka memuliakan dan membahagiakan pasangan juga sebenarnya merupakan upaya untuk memantaskan diri menjadi seseorang yang mulia dan bahagia. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 187 memberi amsal menarik soal kedudukan suami di hadapan istrinya serta kedudukan istri di hadapan suaminya, “…Istri-istrimu adalah pakaian bagi kamu sekalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.” Banyak dari kita memahami ‘pakaian’ sebatas penutup tubuh, kain yang membungkus aurat dan melindungi kulit dari panas dan dingin. Tetapi jarang sekali yang melihat ‘pakaian’ suami bagi istrinya, juga sebaliknya, sebagai lambang harga diri dan kemuliaan. Saya ingat suatu ketika Emha Ainun Nadjib pernah menjelaskan pakaian sebagai ‘akhlak’ atau ‘kemuliaan’ manusia yang membedakannya dari binatang. Kata Cak Nun, “Kalau engkau tidak percaya, berdirilah di depan pasar dan copotlah pakaianmu, maka engkau [akan] kehilangan segala macam harkatmu sebagai manusia. Pakaianlah yang membuat manusia bernama manusia. Pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral, dan sistem nilai.”
Jika istri adalah pakaian suaminya dan suami adalah pakaian istrinya, maka masing-masing mereka adalah lambang kemuliaan bagi yang lainnya. Akhlak suami tercermin dari kualitas individu seorang istri dan kemuliaan seorang istri tercermin dari perilaku, kata-kata, dan integritas suaminya. Pada titik ini, kita jadi paham, kan, mengapa istri perlu berbakti pada suami dan suami perlu memuliakan istrinya? Sebab suami yang merendahkan istrinya adalah laki-laki yang mengoyak-ngoyak pakaiannya sendiri… dan istri yang tak setia dan tak berbakti pada suaminya adalah perempuan yang menelanjangi kemuliaan sekaligus harga dirinya sendiri. Kembali pada kasus teman saya. Lantas, apakah mengolok-olok istri di hadapan orang lain adalah perkara sepele dan urusan ‘selera humor’ belaka? Seorang laki-laki yang merobek-robek pakaiannya sendiri di depan umum, membiarkan dirinya telanjang dan kehilangan harga diri, hanya patut dikasihani! Jadi, ini memang soal cara pandang. Sungguh aneh jika para suami ingin dipandang terhormat di hadapan teman-teman dan koleganya, tetapi tak pernah merawat dan menghias ‘pakaian’-nya. Betapa mengherankan jika para istri ingin tampil cantik dihadapan siapa saja, tetapi pada saat bersamaan tidak memedulikan ‘pakaian’ mereka sendiri. Akhirnya, sangat masuk akal jika di bagian lain Al-Quran mengatakan bahwa laki-laki yang baik diperuntukkan untuk perempuan yang baik dan perempuan terbaik hanya dipersiapkan untuk laki-laki terbaik. Mereka akan saling merawat ‘pakaian’ masing-masing dengan berakhlak baik pada satu sama lainnya. Selayaknya pakaian yang menunjukkan kemuliaan, ia bukan sekadar melekat pada kulit, tetapi melindungi dari cuaca buruk, menutupi aib pada tubuh, menghiasi diri di hadapan tatap mata dunia.
Barangkali inilah saatnya memuliakan pasangan kita, seperti diri yang setiap hari bersolek menjelang pesta… mengenakan pakaian terbaik yang kita punya, berjalan dengan hati-hati menghindari apapun saja yang bisa mengotorinya, menjaganya, merawatnya, membanggakannya. Mulailah dari yang paling sederhana, tersenyumlah pada istri atau suami Anda, sekarang atau sebentar lagi… tatap mereka dengan rasa bangga, sesekali puji mereka. Jika mereka sedang tak di dekat Anda, ambil kamera dan berfotolah. Di antara hal-hal istimewa dalam rumah tangga adalah saat seorang istri tersenyum tulus di hadapan suaminya. Selamat mengenakan pakaian kemuliaan Anda masing-masing. Melbourne, 11 Desember 2014 Sumber : http://fahdpahdepie.com
126 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
Credits to semua ibu rumah tangga di dunia
Bayangkan sebuah pekerjaan yang tidak jelas jam kerjanya. Kau bisa bekerja kapan saja, mulai dari mana saja dan berhenti kapan saja. Terdengar asik ya? Sayangnya itu bukan kabar bagus, karena garapannya memang bersifat intangible alias “yaa.. kalau kau sadar.” Banyak atau sedikitnya garapan tergantung seberapa peduli pada tempatmu bekerja, yang itu adalah rumahmu.
Kau bisa saja cuek dengan sabun cair yang sudah hampir habis atau tumpukan piring kotor di sink atau meja yang sudah semakin berdebu atau anak yang menumpahkan susu di sofa (mm, ini sih susah dicuekkan)… iya, bisa saja kau memilih tidak peduli. Sayangnya, ketidak pedulian itu tidak berujung pada kenyamanan. Ujung-ujungnya tetep harus diberesin. Rumah hanya akan semakin kotor dan tidak rapi hingga tak nyaman ditinggali. Orang akan bingung mau mandi sabun habis.
Begitulah sifat pekerjaan rumah tangga: seolah tangible sesungguhnya banyak dan tanpa henti. Misal, mau makan? Ya harus belanja dulu. Abis itu disortir sebelum dimasukkan kulkas. Mau masak, cuci dulu sayurannya, atau dipotong-potong dulu, terserahlah mau bagaimana. Lalu memasak. Abis itu cuci alat masak. Lalu makan. Lalu cuci alat makan. Banyak kan rangkaiannya? Beberapa orang hanya menyadari ekornya saja: makan. Itu baru satu contoh.
Lantai bersih? Harus nyapu dulu, ngelap dulu, siapin air, ngepel lah sampai ke sudut-sudut. Dst.
Rumah rapi? Hm.. ratusan kali mungkin ada buat ngrapiin mainan anak. Baru rapi diberesin, udah berantakan lagi. Yaah… yang penting anak happy. Sambil diajarin beresin mainannya sendiri.
Baju rapi? Untuk mencapai baju rapi… cuci dulu, setrika dulu, lipat-lipat, masukin lemari, nah.. barulah dipakai. Abis itu? Lemparin lagi ke keranjang cuci. Btw itu nyuci nyetrika nggak cuma satu dua baju lho, tapi sekeranjang. 
Anak bersih? Hahaha, ada jutaan popok yang diganti. Ada ratusan kali ngelapin baju. Rebus air buat mandiin. Perang di kamar mandi kalo si bocah lagi banyak tingkah. Lanjut acara ngos-ngosan makein baju karena si bcoah lari sana-sini. Nyuapin, eh dilepeh, ketendang, keinjek… heuuu…
Jadi jangan tanya apakah pekerjaan ini bikin capek? Hahaha, jelas. Nggak ada abisnya, di ujung hari ketika udah capek ngantuk, mau nidurin anak, eh si bocah masih seger, minta nyanyiin ini itu, minta ambilin ini itu, belum lagi kalo suami juga minta ini itu, dst.
Techinically, pekerjaan ini juga nggak ada gajinya. Iya, maksud saya yaa… kayak kalo kita kerja kantoran. Kan jelas itungannya, jelas kapan masuk, kapan libur. Sampe rumah? Oh berarti kerjaan saya udah beres. Bisa lah istirahat. Haha. Gitu nggak sih? Kalo ibu rumah tangga? Hmm.
Saya selalu bilang ke suami saya tentang hal ini, berulang kali. “Jangan Cuma tau ujungnya aja. Tau-tau makanan ada, tau-tau baju rapi dan wangi. Itu semua butuh proses, ngerjainnya juga pake tenaga.”
Teman saya lebih “sadis” lagi wkwk. Dia bilang ke suaminya, “aku juga pernah kerja. Aku tau rasanya kerja. Jadi sekarang kalo sampe rumah capek, jangan ngerasa kamu satu-satunya yang capek. Coba aja pegang anak kita tiga jam, capek nggak? Bosen nggak? Bayangin aku kayak gitu, sepanjang hari.” Wow.
Ada satu lagi yang rawan menjangkiti para ibu rumah tangga: perasaan nggak berkarya apa-apa di masyarakat. Seolah nggak bisa kontribusi apapun. Haha, mau coba menghibur dengan bilang, “yaa mengasuh anak kan juga bagian membangun masyarakat.” Aha, basi tau. Aktualisasi diri itu kebutuhan Cing! Itu yang bikin hidup manusia balance. Jadi jangan coba ceramahin ibu rumah tangga dengan kajian sabar dan syukur. Please. Bukan tentang itu. Tetap ada sisi aktualisasi dirinya yang perlu diperhatikan. Dan itu bukan sekedar me-time. Itu bukan sekedar kelelahan atau kebosanan yang bisa hilang dengan sekedar mandi atau nonton film atau main game atau baca buku atau yang lainnya. Sisi kebutuhan itu tidak bisa dialihkan: melakukan sesuatu yang menjadi passion. Mm, kecuali memang dipilih untuk dihilangkan sih ya.
Ibu rumah tangga, I feel you! 
I always bear in my mind: DO NOT EVER TAKE EVERYTHING FOR GRANTED!
*abis dicurhatin ibu rumah tangga
14 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
Bahagia Dan Sebuah Pernikahan
Terlalu banyak orang yang mati-matian MENCARI kebahagiaan, sudah terlalu banyak jumlah mereka yang menunggu, dan berharap bisa di bahagiakan. Apakah kau berpikir bahwa pernikahan dan rumah tangga adalah tempat untuk menemukan bahagia?
Bahagia bukan tentang harus berapa lama menunggu, mencari atau berharap diberi. Bahagia itu tentang menciptakan, mengupayakan dan berusaha menikmati.
Pernikahan bukanlah tempat khusus menemukan bahagia, bukan juga seperti lampu ajaib aladin yang tugasnya mengabulkan harapanmu mendapatkan bahagia. Pernikahan tak lain hanyalah bagian dari ruang dan waktu untuk kau dan pasangan hidupmu mampu berusaha menciptakan kebahagiaan bersama-sama, meski selera dan cara berpikir kalian berbeda, tapi kalian adalah satu tim yang akan menciptakan satu rasa yang sama (BAHAGIA).
-satriautama
155 notes · View notes
adiekputri-blog · 8 years ago
Text
RTM : Bina Keluarga
Keluarga, sebagai sebuah ikatan jangka panjang -dan panjangnya melintas dunia dan akhirat- tentu tidaklah mudah menjalaninya. Sudah pasti akan ada godaan, gangguan, cobaan, dan segala bentuk ujian yang akan berusaha menggoyahkan keluarga. Jadi, untuk siapapun yang ingin membangun sebuah keluarga, pertama-tama harus membuang jauh ekspektasi tentang keluarga yang senantiasa harmonis, romantis, serba berkecukupan, dan selalu bahagia. Bisa jadi, anggapan-anggapan semacam itu, yang tertanam pada benak-benak anak-anak muda yang ingin menikahlah yang membuat tingkat perceraian di negeri ini semakin meningkat. Saat menemukan bahwa ekspektasi berbeda dengan realita.
Zaman ini tentu berbeda tantangannya dengan zaman saat orang tua membesarkan kita. Untuk itu, pelajarilah segala hal yang diperlukan di zaman ini. Mendidik anak, membina pasangan, merawat keluarga, semuanya membutuhkan ilmu dan seninya tersendiri. Untuk itu yang kedua, untuk siapapun yang ingin membina rumah tangga. Pernikahan bukanlah jawaban atas semua masalahmu saat ini, jangan menjadikan pernikahan sebagai pelarian karena kamu bingung mau ngapain, jadi mending nikah aja. Membina rumah tangga memerlukan pondasi yang kokoh, awal yang baik, sesuatu yang mendasarinya harus benar-benar kuat. Sebab, ilmu dan seni untuk menjalaninya menuntutmu harus belajar terus menerus sepanjang hidup, tidak peduli bagaimanapun keadaanmu. Kalau kamu enggan mempelajarinya, bisa jadi kamu lari dan mencari pelarian lainnya.
Setiap keluarga memiliki nilai-nilai yang dianut dan ditanamkan dalam diri masing-masing. Keluarga menjadi kontrol nilai terkuat sebelum kita terjun di masyarakat. Untuk itu, sejak saat ini. Mulailah untuk memiliki prinsip, nilai, hal-hal baik yang kamu pegang dengan kuat. Sebab, tanpa pegangan yang kuat terhadap nilai-nilai tersebut. Keluargamu akan mudah sekali goyah. Untuk itu juga, penting dan perlu untuk siapapun yang ingin membina rumah tangga. Untuk bisa mengenali nilai-nilai dan prinsip yang dipegang oleh calon pasangannya. Sebab, banyak sekali yang berjalan tanpa prinsip, tanpa nilai, hanya ikut-ikutan. Memiliki pasangan yang punya prinsip adalah sebuah anugerah lainnya yang mungkin jarang diketahui. Apalagi jika nilai/prinsip itu selaras denganmu dan menjadi nilai dalam keluarga. Mempertahankan keluarga, perlu upaya yang kuat dari kedua belah pihak, tidak hanya salah satu.
Yogyakarta, 8 Desember 2017 | ©kurniawangunadi
561 notes · View notes