Text
Sang Ibu dan Sang Ayah sedang duduk-duduk di teras rumah menikmati hari Minggu pagi yang menenangkan. Tiba-tiba lewatlah Si Pemberi Berita Keliling yang seringkali lewat depan rumah di waktu yang tidak tentu.
“Lusa akan ada meeting sama vendor! Lusa akan ada meeting sama vendor!” Teriaknya sambil berjalan menyusuri perumahan.
Tidak lama setelah itu, pintu rumah mendadak terbuka. Keluarlah Si Cemas sambil berlari-lari di pekarangan rumah.
“Aaaaaaah meeting sama vendor! Gimana ini, gimana ini!”
Sang Ibu dan Sang Ayah tersenyum dan tertawa geli melihat tingkah anaknya ini.
“Ahaha gemes banget Si Cemas ini.” Sahut Sang Ibu.
Si Cemas kemudian berlari ke arah Sang Ibu dan Sang Ayah yang sedang menonton Si Cemas berlarian. “Ibu, Ayah! Kok ngga ikut lari sama aku! Aku lagi panik gini kok Ibu sama Ayah ngga ikut temenin aku!”
Sang Ibu dengan senyumnya yang hangat membelai rambut Si Cemas. “Iya, Nak. Ibu sama Ayah ngga ikut kamu berlarian karena Ibu sama Ayah ngga mendukung perasaan cemas. Tapi kalau kamu mau merasakan perasaan itu dan berlarian kayak sekarang, boleh kok. Ibu dan Ayah bolehin kamu, dan kita akan tetep duduk di sini ngeliatin kamu. Ngga apa-apa, Nak, kalau kamu mau lari-lari. Kita bolehin, tapi Ibu sama Ayah ngga ikut ya. Kita temenin kamu dan ngeliatin kamu dari sini aja. Oke?”
Mendengar penjelasan Sang Ibu yang begitu tenang dan hangat, Si Cemas turut merasakan perasaan tenang sesaat. Sampai-sampai dia pun duduk di antara Sang Ibu dan Sang Ayah sambil berpikir.
“Kenapa Ibu sama Ayah ngga dukung perasaan cemas, Bu?” Tanya Si Cemas penasaran.
“Nak, Ibu ngerti kalau kamu lagi cemasin apa yang Om Pembawa Berita tadi kasih tau. Itu kan tentang masa depan ya, meetingnya masih di hari lusa. Yaa, Ibu juga cemas sih. Karena itu kan di masa depan, jadi kita belum tau apa yang akan terjadi.” Jelas Sang Ibu.
“Bener, kan, Bu!” Si Cemas semangat dan merasa Sang Ibu berada di pihaknya.
Sang Ibu terkekeh. “Iya, Nak. Yang kamu rasain itu memang betul. Tapi Ibu sama Ayah juga tau kalau kita terus mikirin itu, ngga akan ada selesainya. Jadinya Ibu sama Ayah memilih untuk ngelakuin yang bisa kita lakuin. Untuk meeting itu, nanti kita pikirin agendanya sebelum meeting, kita siapin meetingnya pas pagi sebelum meeting dimulai. Tapi ngga sekarang, sekarang kan masih hari Minggu. Nanti aja pas kita udah masuk kerja. Ya kan, Yah?”
“Iya bener, Bu. Kalau mikirinnya dari sekarang, hmmm, kayaknya ngga deh. Kita mau menikmati libur dulu aja. Nanti pas udah masuk kerja, baru deh kita atur lagi prioritasnya. Kan di pagi hari itu kita bisa pilih, prioritas apa aja yang mau kita kerjakan di hari itu.” Jawab Sang Ayah.
Sang Ibu pun tertawa karena teringat sesuatu. “Walaupun itu juga kita masih belajar ya, Yah, untuk nentuin prioritas dan target setiap harinya.”
“Hahaha iya bener, Bu. Tapi ngga apa-apa, kita kan tahu itu yang betul mau kita lakuin. Kita masih sambil belajar juga, Nak.” Kata Sang Ayah sambil membelai kepala putranya.
Mendengar penjelasan Sang Ibu dan Sang Ayah yang mulai menyebut-nyebut meeting, Si Cemas kembali mulai merasakan perasaan cemasnya. Sekujur tubuhnya perlahan menegang dan tidak tenang kembali.
“Tapi, Bu, tapi, Bu. Jadi takut banget nih!”
Sang Ibu dan Sang Ayah terkekeh pelan.
“Iya, ngga apa-apa, Nak. Kamu mau lanjut lari-lari lagi?” Tanya Sang Ibu lembut.
Dengan muka cemas dan takutnya, Si Cemas mengangguk pada Sang Ibu.
“Gih, sana.” Sahut Sang Ibu sambil menggosok-gosok punggung anaknya dengan lembut.
Si Cemas kembali berlarian di pekarangan rumah.
“Aaaaaaaaaaah, gimana iniiii”
Si Cemas mulai kembali teriak-teriak di pekarangan rumah, menumpahkan isi hatinya.
0 notes
Text
Perspective
Put things in perspective.
Knowingly or unknowingly, we see through a certain perspective, a certain lense.
"It's not what you look that matters. It's what you see" -Henry David Thoreau
How we see, how we think, how we perceive are built upon anything we've been through—our background, our families, our schools, neighborhood, books we read, movies we watch, conversations we listen, experiences. We shape what we receive through our senses into what we think, hence what we believe, and eventually what we aim and what we act.
There's a perspective of death. We will die, one day. There's certainly no doubt about it. But that information isn't always something we use as our lenses. Once we use it, though, we know that what we thought was a matter actually is not a matter anymore. On the other hand, what we were ignorant of becomes something crucial.
"We will die anyway, why does it matter?" "We will die one day, that's why it matters"
There's also a cosmic perspective. When we are aware of where we're standing, we're aware that it is indeed a planet that we're living in. A blue planet, the Earth. We know that Earth is one of the planet in the Solar System. The other planet is Jupiter, and we know that Jupiter is thousand times bigger than our Earth. Yet, the Sun is thousand times bigger than Jupiter. It doesn't stop there. There are other stars, blackholes, with massive gigantic vast huge mega size. While we are just a pale blue dot.
"A mote of dust suspended in a sunbeam" -Carl Sagan
There are many other perspectives we can use (and are using). And we're blessed with the power to choose, consciously.
How would you see?
0 notes
Text
Appreciative
Actually I've ever told you here.
There was once someone who ever did something that verily made me speechless. When I showed him my drawing, he gave a positive response and months later, he gave me one of the t-shirts he made with my drawing printed on it.
It was last year. Until now, I'm still very touched with his gesture. I think it is the best kind of appreciaton I've ever got. A kind of appreciation that's very honest and sincere, and of course, subjectively, that's very on my favor.
The word appreciation becomes the highlight. It reminds me of one of the Asmaul Husna: Ash-Shakur.
Ash-Shakur Meaning: The Grateful, The Appreciative, The Rewarder of Thankfulness.
Alhamdulillah.
Today, I get to experience the meaning of Ash-Shakuur. As I'm coming back to the dear memory of that t-shirt, I notice the immense feeling of being appreciated. Then, I face that feeling to Ash-Shakuur.
How million, billion, quadrilion times more appreciative Ash-Shakuur is, than that appreciation I get from receiving the t-shirt.
How all of my good deeds (insyaAllah, aamiin) will be rewarded by Ash-Shakuur. How not a single atom of good deed He will miss. How perfect His reward will be. Allah is Ash-Shakuur.
Yaa Shakuur. That is the appreciation I most want.
May Ash-Shakuur accept every each one of our intentions, attempts, and actions of goodness we've ever done, and we'll do. Aamiin.
0 notes
Text
The Intentionality
"There's nothing wrong in art, as long as they're intentional."
Salah satu hal yang aku suka sekali dari menyukai seni adalah bahwa ngga ada standar yang baku, mana karya seni yang bagus dan tidak bagus. Semua karya seni yang dibuat orang tuh bisa sah-sah aja, bisa boleh-boleh aja, bisa bener aja semua. Toh memang senimannya ingin bikin seperti itu kok. Jadilah aku berpikir, bahwa selama karya seni tuh intentional, maka ngga ada yang salah, mau se"aneh" apa pun karyanya. (Sungguh melegakan juga bukan? Bisa bebas menyampaikan dan berekspresi? MasyaAllah).
Aku jadi mengaitkannya ke apa pun yang kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Sebenernya, apa pun yang kita lakukan itu pada akhirnya berdasarkan niat dan tujuan bukan? Mungkin ada yang disadari, ada juga yang ngga disadari. Tapi aku rasa ngga bisa kalau ngga ada niat atau tujuan. Bahkan kegiatan seperti scrolling, atau mager dan rebahan pun didorong oleh suatu hal. Sebagai pengamat, kita bisa aja menilai orang lain dan kehidupannya tuh sebagai a, b, c, dan lain-lain. Tapi pada akhirnya, orang itu punya niat dan tujuannya sendiri. Punya dorongan, motivasi, dan latar belakangnya sendiri. Kita bisa menilai berdasarkan sudut pandang kita lalu berhenti sampai di situ. Atau kita bisa juga menilai, lalu penasaran cari tau hal dibaliknya, lalu kita memahami kenapa dia sampai menjadi apa yang kita nilai itu, lalu kita bisa membiarkan atau mengambil tindakan.
Contohnya, misalnya ada orang yang kayaknya misuh-misuh tentang rekan kerjanya. Aku jadi penasaran kenapa dia sampai harus misuh-misuh kayak gitu ya. Aku bisa aja tanya ke dia langsung, tapi aku memilih menjabarkan dulu berbagai kemungkinan: mungkin dia merasa harus melindungi pekerjaan dia karena latar belakang yang aku ngga tau, mungkin cara dia berpikir dan mengelola emosinya seperti itu, mungkin dia lagi ada di situasi yang bikin dia harus meluapkan emosinya, mungkin dia memang ngga suka sama rekan kerjanya, atau mungkin ada hal lain yang aku ngga tau. Lalu tindakan yang aku pilih adalah tetap menjadi orang yang ngga tau apa-apa. Pada akhirnya juga, apa pun yang dia lakukan tuh tergantung niat dan tujuan dia, tergantung latar belakang yang dia punya.
Dan aku ngga tau itu secara sempurna.
Seringkali aku bertanya, "Gimana cara mendefinisikan seseorang?". Apakah lewat hasil produktivitasnya? Lewat hasil kerjanya, studinya, travellingnya? Lewat berapa banyak dan dekatnya dia dengan teman-teman atau keluarga? Lewat jenis hobinya? Aku rasa, salah satu jawaban yang bisa dipertimbangkan untuk pertanyaan ini adalah,
lewat niat dan tujuannya.
Dan itu hanya bisa diketahui dengan berusaha memahami, dan bahkan mengobrol langsung dengan orang yang bersangkutan.
Selain cara itu, yang aku adalah nge-judge.
0 notes
Text
Untuk semua kemudahan yang aku rasakan, ada tangan-tangan pekerja keras dan benar di sana.
Untuk semua kesulitan yang aku rasakan, ada tangan-tangan pekerja asal dan malas di sana.
0 notes
Text
How did I do that?
Thinking back, I can't believe what I've ever done. Being one of the SPAs (Single Person Authority) for a group of equipment? Managing the jobs to be done with the team? Had meetings with vendors and asked them to do several tasks?
How could I do that?
And how can I do that again?
I can't believe I've ever done such things that seem so tough if I have to do them again right now. But that exactly is. Just like how it turned out to be true that I did all of those once unimaginable things, by Allah Swt wills, I will be able to do it again. Maybe differently, maybe in the same way, maybe better, maybe something new, I don't know.
But Allah Swt knows, and He is already there in my future.
He waits for me, and He'll see, how I will act.
1 note
·
View note
Text
Someone ever told me, "Untung dia ngga ikut."
Now I'm so scared that someone will say things like that, when I'm not around.
0 notes
Text
No but really.
I think, (some) caffeine works the same as alcohol for me. Sometimes I got that "kicks" that I suddenly feel not like myself.
(and sometimes it's kind of fun, when it is fun).
0 notes
Text
This is so very much.
When someone told you that your drawing is good, and he said he wanted to make a t-shirt of it,
and he really did.

:"
0 notes
Text
Best Shot
I'm watching this behind the scene of Mark & Jisung's dance performance, since practice until their recording. During the recording, of course it's like the show time, right? Right there and then, they've got to give their best shot.
To give their everything.
During watching the recording process, I caught myself feeling excited. I remember those times I've ever had (Alhamdulillah!) to practice prior performances. Since I was a kid, I have participated in several performances: singing, dancing, orchestra, band, musical drama. They were all so very fun if I think back now. In some of the practices, I also involved in the making of the concept or choreography, etc etc. How blessed I am to ever have such amazing opportunities, masyaAllah :" All the practices and finally the performances are really treasures.
Anyway, things are different after college. For sure. There's no more curriculums nor peers of students in navigating this life. And it's not surprising that most of the things in my life after college is everything about: work. Now I'm thinking, when is it then the moment where I give my best, just like when giving a performance?
Alhamdulillah, I came up with this one moment I remember the most during work this year. Since I'm working in a company and a team which is project-based, the working flow is similar to a performance: practice (preparation) and performance (project execution). During one of the executions happened this year, I remember the day that I think was the time when I gave my best shot on.
My team and I were working on several equipments in that project. There was this one equipment that was a little bit challenging. We called our Engineer to help us. When the Engineer came to the location, a solution came up and we got to try it to fix the problem. A material was needed for implementing that solution, and someone must get it from a workshop with a car-ride distance. I couldn't think any other quickest way, so I immediately decided to take the material myself. I walked to the gate which required around 10-15 minutes walk, took a car and went to the workshop, searched and asked the person who likely had the material, took the material and did everything on reverse. Long story short, the solution was implemented and the problem solved.
Although it was simple as it might seem, going back and forth from that equipment location to the workshop actually was actually not an very easy peasy thing to do. I know there might be some better ideas, but taking the short time we had into consideration, and without much thinking I just chose to do it myself, I think that was really the moment I gave my best. I was just focusing so hard to make the material available for the team ASAP.
Alhamdulillah.
Bonus:
This is the dance performance of Mark & Jisung.
youtube
0 notes
Text
Lengkap Bertujuh
Beberapa hari lalu NCT Dream bikin live. Bertujuh. People were lyke, "Ada tujuh!". Sebagai konteks, jadi mereka tuh beberapa bulan ini seringnya ber-enam karena salah satu membernya lagi hiatus.
Pernah ngga, ngitungin orang kayak gitu? Tau rasanya ngga, pas orangnya lengkap?
Jadi inget pas jaman nge-fans banget sama Suju dulu. Mana ada 13 orang kan rame sekali. Sering banget ngitung. Dan pas beberapa bulan lalu mereka akhirnya full team lagi, ketika dihitung akhirnya mencapai angka 13 lagi, wah, rasanya luar biasa. Merasa utuh #tsah.
Tapi menarik ngga sih? Padahal ngabsen doang, ngitung orangnya doang, hanya menghasilkan sebuah angka. Asalkan udah lengkap, yaudah, cukup kok, mari lanjut. Ya tentu orangnya harus orang yang tepat ya. Ngga bisa juga angkanya lengkap tapi orangnya beda. Ngga gitu dong konsepnya.
Aku melihat rasa sense of belonging yang udah sangat mantap dari pengalaman ini. Padahal belum ngapa-ngapain loh itu bertujuh, atau bertiga belas. Tapi udah dapet oke duluan. (Aku yakin, perasaan kayak gini baru bisa dipahami kalau udah pernah ngerasain rasanya pas ngitung, ternyata kurang jumlahnya).
Kamu cukup hadir. Udah, itu aja. Selebihnya udah beyond expectation.
Yang penting kamu ada dulu, kita udah seneng banget.
:"
0 notes
Text
You are Not Alone
"And please remember that you are not alone. I am also on my healing journey, and so is everyone." - Rara Noormega (Welcoming Feelings, 2024)
Seiring semakin maraknya orang bahas mental health, semakin banyak juga comforting posts di media sosial. Pernah ada masa aku sangat suka scrolling untuk ngeliat post yang seperti itu. Rasanya beneran comforting. Lama-lama memang bosan dan akhirnya aku sadar bahwa untuk punya kondisi emosional yang sehat, tentu yang perlu dilakukan ngga hanya ngeliat post seperti itu. Tapi ada satu hal yang sempet justru bikin kesal tentang comforting posts itu. Yaitu ketika mulai muncul kata-kata seperti, "You are not alone," atau "You'll never be alone."
Mungkin niatnya adalah comforting words ya. Tapi aku ngga ngerti you're not alone-nya tuh gimana maksudnya. Orang aku se-alone begini terus malah dibilang you're not alone. Lalu aku kesal. Jadi lama-lama yaudah dibiar lalu aja kalau liat post seperti itu.
Sampai akhirnya aku sadar juga ternyata aku salah mengartikan comforting words tersebut. Awalnya, aku memaknai kalimat "You're not alone" tuh dengan menambah sendiri kata-kata selanjutnya yang sebetulnya ngga dia bilang. "You're not alone, I'm with you, I will always be by your side." Tentu aku jadi kesal karena nyatanya ngga ada yang betul-betul "I'm with you". Ternyata pemaknaan aku itu kurang tepat.
Mungkin yang sebetulnya orang-orang bilang bahwa kita ngga sendiri adalah seperti yang Rara bilang, "I am also on my healing journey, and so is everyone."
Inget ngga jaman SD kalau ngga ngerjain PR atau ngga bawa buku? Aku inget banget kita tuh sering dipanggil ke depan kalau ngga ngerjain PR. Waktu itu aku akan seneng banget kalau ada temen yang lain yang juga ngga ngerjain PR. Aku jadi ngga sendirian. Sebenernya sampai sekarang pun gitu. Meski ngga kenal, selama memunculkan "Untung ngga sendirian", tetiba semua jadi lebih baik.
Mungkin ternyata itulah yang makna yang lebih tepatnya. "Ngga kamu sendiri doang yang kayak gitu. Ada orang lain yang juga ngerasain hal yang sama."
Yeah, I'm not alone.
2 notes
·
View notes
Text
Jaemin's Friends
Di tahun 2024 ini, aku betulan suka NCT Dream dan mulai fangirling. Di mana definisi fangirling di sini adalah nontonin konten mereka, scroll apapun yang tentang mereka, terhibur, dan terinspirasi oleh mereka.
Singkat cerita, sampailah pada suatu titik di mana aku mulai memikirkan hal-hal dan merasakan perasaan yang malah tidak seperti definisi fangirling. Contohnya yaitu mulai merasa iri dengan pertemanan mereka.
Meski kadang tipis-tipis muncul perasaan yang "melenceng" itu, aku masih tetap lanjut fangirling. Lalu sampailah aku pada sebuah konten saat scrolling reels ig. Di sana, Jaemin ditanya tentang sekolahnya gimana kalau sebagai seorang idol selebriti tuh. (Disclaimer sebentar, aku sebenernya ngga suka pakai kata idol ih). Terus Jaemin bilang kalau dia intinya cuma bentar sekolahnya, jadi ada hal yang dia ngga dapet dari sekolah, dibandingkan dengan apa yang orang bersekolah lain dapet. Terus dia bilang, dia ngga punya temen. Ya temennya adalah member Dream yang sekarang ini. Di tempat lain, Mark juga pernah bilang tentang Peter Pan Syndrome. Yang intinya adalah ketika seseorang menjalani hidup yang "tidak normal" dan terus-terusan berada di dunia yang bisa dibilang too good to be true (?). Karena Mark juga kan udah mulai training dan menjalani kehidupan selebriti tuh dari remaja. Apalagi doi sibuk banget ya toh.
Awalnya setelah liat konten Jaemin itu, pikiran pertama aku langsung ke
We are all the same, but hurts different
Tetiba aku bersyukur dengan hidupku dan tidak lagi iri dengan hidup mereka.
Eits, tapi lalu critical thinking aku muncul. Wkwk ini dia "Critical thinking"nya:
He did not have friends, but now he has friends. Which one is better, though: did have friends but do not have friends, or did not have friends but do have friends?
Lol, terus intensitas rasa syukur aku yang tadi jadi menurun. Astaghfirullah.
Meskipun demikian, kontemplasi selama perjalanan travel membuat otakku berpikir dan me-recall memori, alhamdulillah. Seperti misalnya tiba-tiba keingetan dulu pernah jalan-jalan jauh naik bus sama temen, pernah ngerjain proyek bareng temen-temen sampai pada nginep bareng, pernah main ke rumah temen terus menghabiskan waktu bersama ntah ngapainlah waktu itu. Dengan segala dukanya, bertahun-tahunlah waktu yang aku habiskan bersama yang disebutnya "temen-temen". I did have friends. Dan ternyata meski pun itu bentuknya lampau, tapi alhamdulillah masih bisa bersyukur dan seneng dengan fakta bahwa aku punya memori kayak gitu.
Live your life Like you'll look back With smile or tears But with peace
- Chip Jr.
So, I think it's again true. Jaemin and I are the same, but hurts different.
Ini aku iklankan si we are all the same, sebuah comforting song.
youtube
0 notes
Text
Eleanor Oliphant Is Completely Fine by Gail Honeyman
is a book I've ever read, and I don't like it. The reason is very personal.
The book tells a story about Eleanor. She was an ordinary girl who worked at a commpany, she lived alone. On the first half, I liked the story. I felt like her life might feel rather dark and lonesome, but I really liked to get into her life like that. I liked how she could just live by like the title, "Completely fine". I don't really remember the detail, but I remember she was simply enjoying her daily ordinary life like reading a book (or magazine? and doing the quiz in the magazine, or something like that), trying new style, going to a pub or concert or something like that, going to work and got no close friend in particular, had a plant and she named the plant (right?). Everything that seemed just super lonely, yet she could live it.
The story went by, until one day she met a maddeningly kind guy. This guy started to involve Eleanor here and there, and it changed Eleanor's life until the book reached the end of the story. Until Eleanor was really truly sincerely fine.
I don't like the book for a personal reason: When first reading the book, I felt understood, I felt somebody got me, I felt I was not alone, I felt hopeful to live no matter how lonely life sometimes could be. I thought my life was "completely fine" too. But while Eleanor's life was actually turning fine, mine is still there.
I'm still "completely fine".
0 notes
Text
In order to get over a problem it helps to look at it. You can't climb a mountain that you pretend isn't there.
I can almost see it That dream I'm dreaming But there's a voice inside my head saying You'll never reach it
Every step I'm taking Every move I make feels Lost with no direction My faith is shaking
But I, I gotta keep trying Gotta keep my head held high
There's always gonna be another mountain I'm always gonna wanna make it move Always gonna be an uphill battle Sometimes I'm gonna have to lose Ain't about how fast I get there Ain't about what's waiting on the other side It's the climb
The struggles I'm facing The chances I'm taking Sometimes might knock me down, but No, I'm not breaking
I may not know it But these are the moments, that I'm gonna remember most, yeah Just gotta keep going
And I, I gotta be strong Just keep pushing on, 'cause
There's always gonna be another mountain I'm always gonna wanna make it move Always gonna be an uphill battle Sometimes I'm gonna have to lose Ain't about how fast I get there Ain't about what's waiting on the other side It's the climb
Keep on moving, keep climbing Keep the faith, baby It's all about, it's all about the climb Keep your faith, keep your faith
(The Climb by Miley Cyrus)
0 notes
Text
Turn the chill music. Lofi, piano, acousti, folk indie?
Turn the fan (if it's hot). Feel the air blows your hair.
Turn off the lamp in your room and turn on your desk lamp. Feel the night.
Feel it.
Does your body suddenly take a deep breath?
0 notes
Text
SUJU 2024

Tau apa yang aku rasain pas liat foto ini? Rasanya kayak dikunjungi oleh Sifa dari masa lalu.
"Hai Sifaaa! Gimana kamu sekarang udah gede? Lagi apaa?"
Dulu kenal Suju tuh pas baru lulus SD. Sampai SMP, itu jamannya aku tergila-gila sama Suju, dan juga jadinya sama Kpop. Aku melalui tuh masa-masa Kibum mulai jarang ikut, sering merhatiin di MV doi masih ada tapi kalau bagian dance barengnya Kibum ngga ada. Terus ternyata Kibum keluar. Lalu Hangeng juga keluar. Lalu Kangin wamil, terus pake drama sedih banget karena Kangin wamil. Bahkan sempet ngitung hari dia udah pergi berapa lama. Buset dah sif, bias aja kagak tapi setia banget sampe Kangin aja ditungguin sebegitunya. Terus mulai deh ngga ngikutin Suju, sampai denger-denger Sungmin juga keluar. Bertahun-tahun aku ngga mikirin Suju, tapi mau gimanapun, mereka udah jadi bagian dari hidup aku. Bangga juga dengan sebutan fans-nya yaitu "ELF", Everlasting Friend. Karena aku sempet jadi ELF, aku jadinya mengaku-ngaku masih ELF kok. Kan everlasting, selamanya aku ini penggemar Suju. Walaupun yah ngga ngikutin banget tapi masih notice kalau liat mereka. Ibarat hubungan yang kalau udah terlalu nyaman bisa sampai saling ngeledek, kalau liat Suju aku pun sering geleng-geleng kepala, "Ya ampun bapak-bapak ini haduu masih aja ya mainan dance dan sebagainya kayak anak-anak muda sekarang." Walaupun demikian, itu bukan mengandung kebencian, tapi cinta :(
Mereka bagian dari hidup aku. Sangat.
Sehingga tetiba beberapa waktu lalu, Heechul upload foto selfie bareng Hangeng. Terus bareng Kibum. Man! Lalu mulailah rindu, mulailah masa kecil aku yang hampir terlupa tuh terlihat jelas lagi. Jadi pengen nonton video mereka juga, nyari di Youtube dan keluarlah video behind the scene mereka dance practice. It was lol, masih dengan geleng-geleng kepala. Mereka kayak asal aja dance, yang penting tau gerakan dan koreo. Ngga mesti bagus-bagus amat dah, gitu. Kesannya malah kayak anak sekelas yang kumpul bareng untuk latihan karena disuruh tampil di acara reuni sekolah. Kebayang ngga sih, kayak antara ogah-ogahan tapi serius gitu. Malah pas momen mereka lupa koreo dan ngeliat video aslinya (lagunya "U" waktu itu), mereka juga mmalah mengomentari model rambut anak-anak lain :( "Kamu pake wig ya?". Gemas. I feel soft.
Kemudian sampailah pada Ryeowook menikah. Dude, aku ngga ngeh kalau Ryeowook tuh nikahnya sekarang. Sempet sih denger doi mau nikah, tapi reaksi aku waktu itu adalah "Yeah, baguslah akhirnya nikah juga." dan yaudah aja aku melanjutkan hidupku. Eh tau-taunya jadi rame fyp dengan berita pernikahan, beserta berkumpulnya para member Suju, lengkap dengan tambahan 2 personil sub-grup!
PROM15E TO BEL13VE
Man! Aku bahkan hampir lupa ada frasa itu. Dan itu jadi mindblowing. (Punten numpang lewat, itu jadi bahan refleksi tentang janji Allah Swt juga sama akhirat ngga sih. MasyaAllah! Huhu).
Siapa yang sangka mereka bakal kumpul lagi. Dulu pas satu per satu pada keluar, tentu berharap mereka bisa kumpul bareng lagi. Tapi lama-lama, tergerus kehidupan yang terus berjalan, harapan itu pudar begitu saja sampai ngga keingetan lagi sama sekali. Lalu boom! Kibum dateng, Hangen, Kangin, Sungmin, Zhoumi, Henry. Pake foto pose "urineun syupo juni -oeyo!". Buset ampe kedengeran di telinga gue "urineun elpeu-yeyo". Parah alay pisan tapinya, sangat bermakna :(
Ngeliat mereka bareng, itu kayak aku dihadapkan dengan aku yang masih SD atau SMP. Subhanallah. Aku yang saat itu masih sepolos itu tergila-gila pada Suju dan Kpop lainnya, sekarang udah jadi orang (yang disebutnya sih) dewasa. Udah kerja, udah pergi ke kantor, apa-apa juga udah mandiri.
Jadi, hai juga Sif. Yah, sekarang aku udah gede Sif. Hmmm, aku tumbuh dengan baik kok. InsyaAllah. Dan aku makasih banyak sama kamu karena dulu ada serunya juga apa yang kamu kerjain. Lucu banget gemes, tapi jadinya sekarang aku jadi punya bahan-bahan untuk nostalgia dan itu bikin aku bisa menciptakan kebahagiaan sendiri.
Makasih banget. Semoga aku yang sekarang bisa juga jadi kayak kamu, yang akan ngasih masa lalu yang indah buat aku nanti di masa depan.
I shall promise to believe.
:"
#super junior#prom15etobel13ve#leeteuk#heechul#hangeng#shindong#yesung#sungmin#siwon#eunhyuk#donghae#kibum#ryeowook#kyuhyun#zhoumi#henry#kangin
9 notes
·
View notes