Text
Poli Psikiatri
Tak menyangka aku akan berobat di poli ini juga. Dulu aku mikir, wah apakah ini poli buat “orang-orang gila”? Ternyata sekarang aku “orang gila” itu.
Ya, sudah sebulan ini aku berada dalam supervisi psikiater. Beliau adalah dr. Guntara Hari, Sp. KJ. Pembawaannya ceria, ramah, tapi realistis. Sama sekali tidak seperti “kawan cerita kepada kawan” tapi aku seperti mendapat nasihat dari orang yang lebih tua, sekaligus diobati.
Sebelum ini, aku memang pernah ke psikolog seperti yg sudah pernah aku ceritakan sebelumnya. Lalu fase rendah itu datang lagi. Kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Aku berada di sebuah titik dimana merasa divalidasi bahwa “aku tidak jadi ibu yang baik”, “aku tidak bisa jadi ibu”, sehingga minatku untuk hidup menurun drastis. Kalau bisa aku mau tidur seharian.
Hari itu, aku serasa seperti mayat hidup. Berbicara enggan, mandi enggan, beraktivitas apapun enggan. Akhirnya aku putuskan, aku butuh bantuan psikiater. Siapa tau aku memang perlu obat untuk diriku yang rasanya mulai tidak waras.
Dokter umum di FKTP aku memberikan rujukan untuk ke FKTL di suatu rumah sakit dekat rumahku. Sore itu juga aku langsung datang ke poli dan pertama kalinya bertemu dengan dr. Guntara.
Aku baru tahu ternyata ada perbedaan pola “berobat” ke psikolog dan psikiater. Jika ke psikolog kita bisa cerita panjang lebar sampai lupa waktu, ternyata psikiater lebih fokus ke “apa yang dirasakan”, “trigger apa yang bikin kaya gini?” dan beliau langsung mendiagnosis bahwa aku terkena depresi ringan. Beliau meresepkanku obat, mungkin sejenis psikotropika untuk dikonsumsi selama 30 hari lalu kontrol lagi setelahnya.
Malamnya aku minum obat itu dan alhamdulillah keesokan harinya aku mulai membaik. Aku seperti mendapatkan semangat baru menjalani hidup. Aku mulai menata hari lagi, menata kegiatanku. Mencoba membuat rutinitas. Ditambah menjalankan saran psikologku yg baru (ya, aku ke psikolog juga sambil berobat ke psikiater).
Psikologku sejalan dengan psikiaterku. Aku memang depresi ringan. Kalau psikologku bilang ada kecenderungan aku mengidap anhedonia karena efek baby blues. Memang masa2 post partum itu sangat melekat. Siapa yang baik siapa yang jahat rasanya aku ingat betul sampai akhirnya ternyata kena baby blues juga.
Psikologku menyarankan agar aku usahakan setiap hari bertemu matahari. Alhamdulillah ternyata bertemu matahari sengaruh itu. Ditambah lagi konsumsi obat membantu kerja otakku perlahan jadi normal kembali.
Aku sudah mulai punya rutinitas harian. Aku mulai berfungsi kembali jadi istri dan ibu, walau baru merangkak, belum berlari. Sedikit2 tapi terbiasa. Gapapa katanya, itu sudah bagus kata psikologku tempo hari.
Hari ini aku kontrol ke psikiater setelah hampir sebulan konsumsi obat.
Halo bu, gimana kabarnya setelah minum obat dari saya?
Alhamdulillah membaik dok, malah saya jadi super semangat, lebih produktif lah mau berkegiatan dok hehehe
Waduh pake super lagi semangatnya hahaha. Bagus!
Apa itu efek dari obatnya dok?
Iya bu memang gitu cara kerja obatnya. Sebetulnya itu bukan super semangat loh. Emang orang sehat harusnya gitu. Semangat menjalani hari. Produktif. Mau berkegiatan. Ibu kemarin emang depresi, pas dikasih obat kesannya jadi semangat banget padahal itu bukan semangat banget, tapi semangat yang memang harusnya ada di orang sehat.
Oh ya dok, maaf dulu nih, aku pernah skip dok minum obat. Aku langsung ngamuk2, memang waktu itu ada trigger sesuatu. Emang sengaruh itu kah skip obat dok?
*ketawa* iya bener bu. Kita jalanin obat dulu ya, yaa kira2 2,3, atau 6 bulan. Sambil kita lihat perkembangannya. Kalau membaik, dosis bisa diturunkan berangsur2. Biar badan terbiasa dulu.
Oke dok gapapaa.
Pas lupa minum obat dan ngamuk2 itu triggernya apa?
A, B, dan C dok (tekanan dari luar), tapi aku harus abaikan kali ya dok
Bener bu, kita ga bisa ngontrol orang mau kaya gimana ke kita. Biarin aja. Kita fokus aja penyembuhan. Semangat ya bu, bisa kok nanti lepas obat
Iya dok, makasih ya dok 🥹 sehat2 yaa
Begitulah kira2 isi percakapanku tadi sore dengan dr. Guntara. Konsultasi hari ini lebih santai karena kondisiku pun jauh jauh lebih baik. Kalau di pertemuan pertama sih, haduh kacau nih orang mungkin pikir dokter 🤣 nangis2, cerita ga runut, sampai ditanya “jadi intinya apa yang ibu rasain?” 🤣 karena aku gatau kl beda pola konsul ke psikolog sama psikiater. Psikiater pasiennya banyak sih jadi gabisa lama2 juga ternyata 🤣
Semoga aku semakin membaik. Aku ga bisa jadi ibu yg ga waras untuk mengurus Nahla dan suamiku. Yaa Allah tolong aku. Beri aku jalan dan penjagaan 😭 obat dan terapi psikis ini hanyalah perantara. Engkau sebaik2 penyembuh ❤️
0 notes
Text
Mertua Kedua
Hehe, ga ganti mertua kok. Cuma, aku seperti mendapatkan mertua lain di hidupku yg sudah aku anggap seperti bapak dan ibu sendiri, yaitu mertuanya adikku.
Namanya Bapak Tamar dan Ibu Tasni.
Sejak adikku menjalin hubungan serius dengan anak perempuannya Pak Tamar dan Bu Tasni, sebut saja namanya Meli, aku sudah sering bertemu dengan keluarga mereka. Bahkan aku juga cukup akrab dengan adik-adiknya Meli. Ada Geri, Doni, dan Syifa.
Kembali lagi ke mertua kedua.
Sebelum adikku dan Meli menikah, keluarga Pak Tamar ini sudah terlihat sebagai keluarga yang baik-baik dan menyenangkan. Bahkan aku serasa dianggap sebagai anaknya mereka.
Mereka punya warung nasi padang di rumahnya. Masakan Bu Tasni enak sekali. Pernah suatu waktu aku cerita bahwa aku suka sekali makan paru. Hal itu diingat selalu sama Bu Tasni sampai membuatkanku rendang paru dan sering membekaliku makanan minang.
Waktu ke rumah mereka, aku juga lahap makan gulai ati ampela. Bu Tasni juga mengingat itu. Jadi kalau keluarga kami bertemu, Bu Tasni suka membawakan gulai ati ampela itu. Buat Teh Ica katanya. 🥹
Waktu aku pindah rumah pun, dibawakan makanan minang supaya saat beres2 aku tidak susah memikirkan makanan 🥹 bahkan waktu aku pemulihan operasi caesar pun, Bu Tasni membawakanku ikan gabus goreng supaya aku cepat pulih.
Pembawaan Bu Tasni lembut sekali dan sangat keibuan, aku serasa memiliki ibu lain di hidupku. Walau itu mertuanya adikku, aku merasa mereka orang tuaku juga karena saking perhatiannya.
Hal ini bahkan tidak berubah sejak kehadiran Nahla.
Pas Nahla lahir, keluarga Meli berbondong-bondong datang ke rumah. Kebetulan Nahla lahir hampir berbarengan dengan Neira, sehingga mereka menengok 2 bayi sekaligus.
Mereka perhatian sekali dengan Nahla. Nahla mendapatkan kado dari Bu Tasni dan Geri. Bahkan sepupunya Meli pun memberikan kado buat Nahla, namanya Kak Nira. Aku merasa Nahla disenangi kehadirannya 🥹
Bahkan lebaran kemarin, Pak Tamar mampir ke Tangerang dan menginap semalam di rumah kami sebelum esoknya akan terbang ke Padang. Pak Tamar memberi Nahla angpau 🥹 padahal aku tidak berekspektasi sama sekali.
Pantas saja dalam Islam ada anjuran hendaknya kita saling memberi hadiah sebagai bentuk penghiburan dan mempererat persaudaraan. Aku merasa keluarga kecilku diperhatikan, bahkan oleh orang yg sebenarnya hubungannya cukup jauh ya.
Aku juga senang bisa memberi sedikit oleh-oleh atau kado untuk keluarga mereka, tidak keberatan sama sekali, justru sangat senang bisa saling menyayangi seperti keluarga sendiri.
Terima kasih yaa Allah, engkau telah memberikan keluarga baru yang membuat hidup ini semakin layak untuk disyukuri. Keluarga yang perhatian, yang menerima, yang menganggap keberadaanku.
Senang sekali bertemu dengan keluarga kalian, Pak Tamar dan Bu Tasni. ❤️
Sehat selalu untuk Bapak Ibu. ❤️
0 notes
Text
Gapapa Kok Kalau Kita Ke Psikolog!
Setelah maju mundur selama kurang lebih 4 tahun, akhirnya kemarin lusa aku memutuskan untun mencari bantuan profesional untuk mengatasi segala masalahku 😭 yap, aku memutuskan mencari psikolog karena aku merasa aku udah gabisa cerita sama siapa2, termasuk sama sibapa, karena sebelumnya aku udah coba selalu cerita sama sibapa tapi kali ini tak kunjung membaik 😭
Aku ngerasa hari-hariku sangat flat, aku gapunya keinginan untuk beres2 rumah, ketemu sibapa bawaannya cemberut terus, meski kalau ke Nahla aku berusaha semaksimal mungkin terlihat happy, tapi aku merasa ini ada yg salah. Aku bahkan ga ada waktu dan dorongan untuk mengurus diriku sendiri.
Alhamdulillah aku bertemu Bu Tanti Kusmiati, salah satu psikolog yang cukup dekat dari rumah.
Ketika masuk ke ruangan konseling, ditanyalah aku ada yg bisa beliau bantu. Jujur aku bingung mulai dari mana karena begitu banyak yang aku telan dan pendam selama 4 tahun ini. Begitu sesi dimulai tumpah ruahlah air mataku 😭 aku ternyata tidak baik2 saja.
Ternyata semua gejalaku akhir2 ini, semua cemberutku, semua kemarahanku, semua negative thinkingku, karena aku memiliki trauma masa lalu 😭 selama ini aku denial bahwa aku sakit, aku masih bisa kok memperbaiki sendiri yang akhirnya berujung merasa hidup sehampa2nya hidup 😭 alhamdulillahnya aku ga punya pikiran buat bunuh diri, tapi selalu bertanya2 kapan ya aku bisa nyusul papap ke sana? 😭
Bu Tanti tidak judmental, mendengarkan semua ceritaku dengan saksama dan mencatat detail2 penting. Masa2 persiapan pernikahan, menjalani pernikahan, kehamilan, postpartum, menjadi titik2 penting yang menjadikan aku sebagai orang yg apa apa mikirnya negatif, aku udah gabisa berpikir jernih, udah gabisa berprasangka baik sama orang2 yg membuat bad core memory di masa lalu.
Bu Tanti tidak memberi solusi taktis. Beliau lebih memberi waktu untukku memikir ulang semuanya, menghempas semua yg menyakitkan, dan cari energi positif sebanyak2nya. Beliau juga minta aku ubah mindset dan cara menanggapi orang2 tersebut:
Tidak terasa waktu 2,5 jam berlalu, sangat cepat ya. Aku merasa lebih baik setelah mendatangi psikolog. Aku sudah mulai mau beres2 rumah lagi, sudah mulai mau mengerjakan ini itu lagi. Bertahap memang, beruntungnya sibapa siap memback up apalagi setelah tahu apa yang sebenarnya sedang aku alami.
Ternyata gapapa banget buat minta tolong profesional kalau ngerasa butuh. 🥹
0 notes
Text

Another one fine day ❤️
Makasih sudah hadir ke dunia, Nahla!
Setiap liat muka Nahla suka terbesit, “Yaa Allah ini anak datang ke dunia sendirian, gapunya siapa2, bertemu orang tua seperti kami, mampukan segala sesuatunya” 🥺
Time flies really really fast. Ga nyangka kalau masa2 berat postpartum tuh bisa lewat juga, sekarang anaknya udah besar. Ga nyangka badai2 yg dulu datang ternyata sekarang bisa bawa manfaat buat orang banyak.
Bener2 dikasih pelajaran berharga sepanjang menjadi orang tua sampai saat ini.
We love you, Nahla!
Gemasnyaa ❤️
0 notes
Text

Sehari-hari, selain mengurus Nahla, aku juga suka ikut nimbrung dan sharing di grup-grup parenting gitu. Aku senang aja bisa berbagi. Kayanya passion ceramahku masih ada walaupun udah vakum mengajar, tapi memang sharing bikin aku semangat dan senang kalau ternyata itu berguna untuk orang lain.
Tidak disangka, kehadiranku di suatu grup membawa seorang bunda mengirimku pesan ini. Hatiku merasa penuh. Bukan, bukan karena pujiannya, melainkan “oh ada juga yang ikutan baca walaupun bukan yang nanya 🥹 dan apa yang aku sampaikan ternyata dipahami ya oleh orang lain”.
Senang sekali. Rasa senangnya sama dengan saat aku mengajar anak-anak. Alhamdulillah.
0 notes
Text

It's my 13 year anniversary on Tumblr 🥳
Ga kerasa, catatan perjalanan hidupku udah seumur anak SMP kelas 7 🥹
0 notes
Text
Nahla Lulus Bronkopneumonia
Alhamdulillah, per tanggal 26 November 2024 kemarin, paru-paru Nahla dinyatakan bersih sama dokter 🥹 setelah berjibaku memerangi infeksi selama kurang lebih 3 bulan.
Berawal dari batuk-batuk agak sering (ga sering banget loh padahal, agak sering aja, kek kita2 kalau batuk), lalu aku lagi ngunjungin DSA buat konseling menyusui eh ternyata DSAnya menemukan suara aneh dari paru-paru Nahla.
“Bu, ini saya dengar ada suara dahak di paru-parunya. Saya curiga anak ibu kena bronkopneumonia karena anak di bawah 3 bulan gamungkin batuk kalau engga ada yg mengganggu. Beda sama orang dewasa”
Maksud pengen memperbaiki proses mengASIhi dan nanyain keamanan kondisi buat vaksin DPT1 eh dokternya nemu penyakit 😭 Abis itu Nahla dirontgen dan positif Bronkopneumonia, di usia yang baru aja genap 2 bulan lebih 1 hari 😭
Mulai dari masuk IGD, di nebu, diinfus tangan (yg berakhir biru dan dipindahkan ke infus kaki), ranap 4 hari lalu boleh pulang 🥹 eh pas pulang, malemnya demam sampe pagi dan kembali ranap 😭
Baru jg kemarin sorenya copot infusan, besok paginya dah diinfus lagi, tapi alhamdulillah bisa di tangan. Ranap kedua ini berlangsung 5 hari 😭
Alhamdulillahnya sibapa masih bisa WFH jadi nemenin nginep sambil kerja di RS 🫠 tapi yang bikin rada berat adalah aku harus diet eliminasi protein karena dahak di paru-paru Nahla tidak signifikan berkurang walau selama ranap sudah disinar infrared, dikasih antibiotik, dikasih obat batuk, dll. Literally semua protein aku stop sebisa mungkin 😭 walaupun sebetulnya Nahla jadi suspect ASS (Alergi Susu Sapi)
Waktu awal-awal disuruh diet eliminasi protein, aku denial. Gimana bisa aku stop asupan protein, yg ada ASIku makin ga bergizi, makin seret, yg ada aku lemes dll. Lagian alergennya kan susu sapi kenapa harus semua protein aku hindari pikirku. Bukan cuma pikiran deng, aku sampe baca paper 😭 memang ada diet eliminasi protein tapi yang distop adalah susu sapi dan turunannya aja.
Tapi karena aku denial terus dan Nahla ga ada perbaikan, dokter nyuruh aku ganti sufor pendukung buat Nahla. Pakai yang hipoalergenik yg protein hidrolisat parsial. Lama2 ningkat jadi yg ekstensif dan dokter bilang, kalau aku ganti susu dan aku tetep ga diet sama aja boong, sia-sia susu mahal pun 😭
Oke, akhirnya aku putuskan full diet eliminasi protein selama sebulan. Sebelum full sebulan, aku udah coba mulai diet eliminasi tapi masih nakal. Masih makan perkedel kentang yg ada telurnya. Masih makan indomie yg mienya jg ada telornya. Tapi akhirnya taubat full diet sebisa mungkin.
Ditambah Nahla harus kontrol DSA mingguan ke RS dan ada tambahan tindakan sinar sama rehab medik seminggu 2x. Total aku bisa 3x seminggu ke rumah sakit dengan kondisi tiap hari cuma makan karbo lemak serat aja 😭 bener2 aneh rasanya ga makan protein tuh ternyata. Telor, tahu, tempe pun ga aku makan 😭 secuil pun gabisa.
Mana saat kontrol 3x seminggu ke RS ini sibapa udah harus onsite di kantor lagi di Jakarta. Semakin berat dengan LDM ini 🥹
Tapi alhamdulillah Allah mampukan. Nahla semakin membaik setelah kami jalani itu semua dengan usaha maksimal.🥲
Sekarang cuma bisa mengenang masa-masa Nahla tiap Rabu, Jumat, Sabtu ke RS. Minum obat rutin walaupun awalnya nyembur or hoek. Tiap ketemu dokter dibilangin dahaknya masih ada 🥹 semua udah lewat ternyata.
Yang penting anakku balik sehat lagi. Bisa minum ASI plus sufor yg enak lagi karena susu hipoalergenik tuh pahit 😭 sempet volume minum dia terjun ke 30 ml-an yg biasanya dah 100 ml karena susu ga enak 🥹😭 sekarang alhamdulillah udah bisa minum susu enak.
==
Disclaimer:
Entahlah Nahla dapat BP darimana 🥹 di rumah ga ada yg ngerokok, tapi memang gampang bgt debuan, rumah sebelahan TPS komplek, kamar deket kandang kucing, dinding lembab berjamur. Semua itu bisa jadi pencetus, tapi penyebabnya mungkin dari orang dewasa yg batuk lalu dekat2 sama dia.
Jujur keknya sempet aku kena penyakit radang tenggorokan, ga enak nelen, trs mungkin bbrp kali batuk. Mungkin aja menulari Nahla. Serba salah emang sbg caregiver tapi sakit tuh 🥲
==
Akhir kata
SELAMAT NAHLA LULUS BP
SEHAT SELALU YA ANAKKU SAYANG ❤️
0 notes
Text
Ketika kamu ngantuk bgt tapi anak belum mau bobo
🧕 de, mamah bobo duluan ya, nanti dede bobo juga ya mamah ngantuk bgt
👶 … menatap langit2
👶 … eh…eh…eh… (gamau ditinggalin)
🧕 yaudah ayo dede bobo yu (gendong or elus2 or nen lagi)
👶 …zzz…
🧕 lah ko jd ga ngantuk? 🙃 (berujung main hp)
0 notes
Text
Salah satu bagian paling menyakitkan dalam hidup adalah ketika kita tidak dipercaya dan diberi ruang.
Bukankah memang wajar jika kita gagal ketika belajar?
Bukankah lebih baik jika dibiarkan mencoba dulu?
Entah mengapa setiap nasihat datang tanpa diminta rasanya seperti kami tidak tahu (dan tidak kunjung mencari tahu).
Entah mengapa juga setiap bantuan tanpa diminta rasanya seperti kami tidak dipercaya untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri.
Merasa diri ini gagal dan salah rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari. Mereka mungkin niat membantu, mengingatkan, memberi tahu, tapi mengapa aku merasa kewalahan menghadapi itu semua?
Apa aku sudah terlalu banyak dipenuhi kecemasan, kerendahdirian, ketakutan, sehingga sudah tak ada ruang untuk berpikir positif?
Aku hanya ingin bisa dipercaya dan diberi ruang untuk belajar (dan memperbaiki jika gagal) hal baru ini.
1 note
·
View note
Text
Belajar Setiap Hari, Belajar Tiada Henti
Semenjak memulai babak baru kehidupan menjadi orang tua, rasanya bumi ini berrotasi semakin cepat saja. Tahu-tahu sudah jam 9, tahu-tahu sudah harus nyiapin makan siang, tahu-tahu sudah malam.
Beginilah kira-kira rutinitasku sehari-hari setelah jadi ibu.
00.00-05.00
Biasanya jam segini bangun untuk nyusuin dan cek popok. Kadang Nahla bangun 3 jam sekali, 2 jam sekali, atau akhir-akhir ini sejam sekali. Untuk nyusuin, biasanya nyeduh sufor atau manasin ASIP atau kalau lagi memungkinkan kadang latihan DBF juga. Kalau lagi chaos kadang aku bangunin sibapa juga buat bagi tugas. Kadang aku sambil power pumping juga. Tergantung chaos apa engga 😅
05.00-07.30
Aku gantian jaga sama sibapa. Biasanya sibapa bertugas abis sholat shubuh. Aku alhamdulillah jam segini bisa tidur (karena masih masa nifas). Kadang kalau Nahla tidur pulas, kami jadi bobo bertiga.
07.30-08.00
Kami biasanya sarapan dulu. Apalagi kemarin-kemarin masih ada obat yang harus diminum secara reguler jadi gabisa telat sarapan. Aku belum bisa balik masak ke dapur, jadi kadang gopud atau sibapa cari ke luar pake motor/jalan kaki.
08.00-08.30
Kami bagi tugas. Sibapa yang jemur Nahla, aku nyiapin mandi Nahla. Pas jemur, Nahla harus lepas semua baju (cuma pakai penutup mata dan popok). Baju kotor Nahla aku kumpulin. Abis itu aku masak air panas buat mandi Nahla. Sibapa masih anteng jemur sama Nahla karena harus 30 menit dibolak-balik.
Habis masak air, aku balik ke kamar buat beresin kasur dan gelar perlak basah dan perlak kering. Di atas perlak basah aku siapin juga baskom dan waslap, sabun mandi, sama handuk. Di atas perlak kering aku susun baju-baju Nahla mulai dari bawah ada bedong, baju panjang, baju dalam, dan popok. Ga lupa juga nyiapin celana, sarung tangan dan kaki, juga topi secara terpisah. Skincare yang dipake cuma minyak telon biar anget aja, lotion biar kulit ga kering, sama body cologne biar harum.
Abis itu, aku gelar juga bak mandi lipat dan masang dudukannya. Buat air di bak mandi sama baskom itu kerjaan sibapa nanti hehe.
08.30-09.00
Saatnya Nahla mandi! Biasanya sibapa kebagian tugas ngangkut-ngangkut Nahla dari perlak basah ke bak mandi lalu ke perlak kering. Aku yang mandi-mandiin. Di perlak basah, Nahla dicek popok dulu. Habis itu diseka dan disabunin. Baru dipindahin ke bak mandi buat dibilas air hangat. Habis itu pindah ke perlak kering buat pakai baju.
09.00-10.00
Habis itu biasanya sibapa jemur-jemur yang basah. Aku beresin alat-alat mandi biar kasur bisa ditidurin lagi. Aku juga siap-siap buat nyuci baju kotor Nahla karena baju bayi baiknya ga ditunda nyucinya. Selain kehabisan stok, biar nodanya juga ga bandel 😅 abis cuci langsung jemur. Habis itu kadang kami juga cuci steril botol dan alat pumping. Kalau ada meeting pagi, sibapa mulai meeting. Jam segini juga jamnya aku atau sibapa buat mandi.
10.00-21.00
Jam segini adalah jamnya sibapa di depan laptop. Walaupun kerja, sibapa bisa melakukan banyak hal sama Nahla. Kalau aku perlu bantuan, sibapa juga sigap. Jam segini tuh ya secara reguler cek popok dan nyusuin per 3 jam sekali. Kalau Nahla bangun bisa diajak main, cerita, tummy time, dll. Paling ga kerasa itu kalau udah jam 11.00 dan jam 17.00 berarti harus mulai cari makan 🥹 aturan sih kalau bayi tidur, aku bisa ikut tidur. Nyatanya ga semudah itu fergusso. Pas aku mau tidur, biasanya Nahla malah bangun 😅.
21.00-00.00
Kami usahakan buat tidur karena mostly Nahla akan bobo juga jam segini.
***
Menjadi orang tua baru adalah belajar setiap hari dan belajar tiada henti. Awal-awal pasti ngerasa riweuh banget kaya harus cuci baju pakai tangan, harus steril botol sering-sering, harus cek popok dan nyusuin tiap 3 jam sekali. Belum lagi pumping kalau reguler harusnya tiap 2-3 jam sekali. Namun setelah dijalani selama 2 pekan, kami mulai terbiasa dan menerima bahwa ini rutinitas yang harus dijalani. Lebih legowo juga dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana.
Setiap hari ada aja hal baru yang kami tahu atau kami pelajari. Nahla juga tiap hari ada aja ceritanya. Memang sih stok sabarnya harus banyak banget, tapi gaboleh lupa juga untuk hepi biar Nahla ikutan hepi.
0 notes
Text
Semua Ini tentang Sabar
Ini adalah hari keenam belas Nahla ada di hidup kami. Sejak hari pertama, apalagi bagi kami si orang tua baru, semua ini terasa tidak mudah. Semua ini benar-benar baru, bahkan tidak pernah ada kesulitan-kesulitan seperti ini di fase-fase sebelumnya.
Sejak hari pertama kelahiran, Nahla diberi susu formula di rumah sakit. Suamiku yang memberikannya pada suster perinatologi. Aku sempat mau marah kenapa diberi sufor. Sejak awal kehamilan, aku rela tidak akan bekerja, salah satunya demi bisa memberi Nahla ASI sampai usia dua tahun. Bahkan cita-cita itu sudah gugur di hari pertama.
Bukan aku tidak berani melarang, melainkan ASIku pun tidak langsung keluar di hari pertama kelahiran Nahla. Aku tidak bisa menuruti ego, anakku harus makan. Jadi aku berusaha legowo, nanti sepulang dari rumah sakit aku masih bisa memberinya ASI.
Namun ternyata, bahkan sampai hari ini, ASIku rasanya belum cukup untuk Nahla. Selain jumlah, perihal teknis pun menjadi kesulitan sendiri bagiku. Ternyata menyusui tidak semudah itu. Aku dan Nahla sepertinya memiliki masalah juga pada perlekatan, sehingga Nahla tidak cukup hanya DBF dan mengandalkan ASIku saja.
Sering aku menangis, mengapa aku tidak bisa mengasihi Nahla. Ternyata DBF itu susah. Bahkan sampai hari ini aku jadi takut DBF karena ketika mau coba DBF, perlekatannya butuh waktu lama dan Nahla keburu lapar dan menangis. Seringkali aku tidak tega melihatnya dan menyerah, sufor lagi saja. Aku juga sudah mencoba pumping namun hasilnya tak signifikan. Namun, beberapa hari ini aku sudah mencoba lebih sering pumping, meski harus terus sabar karena jumlahnya pun masih fluktuatif dan cenderung sedikit. Gapapa, setidaknya bisa aku tampung dan aku berikan pada Nahla, walaupun harus pakai dot, yang penting Nahla bisa minum ASIku. Suamiku pun tidak keberatan, tidak banyak menuntut ini itu, yang penting aku dan Nahla sudah mencoba.
Aku bersyukur suamiku masih di pihakku, lain halnya dengan orang lain.
Iparku melahirkan tepat empat hari setelah Nahla lahir. Sudahlah ia melahirkan secara pervaginam, ASI dia pun banyak, sampai harus stok ASIP. Habislah aku menjadi bahan perbandingan.
Belum lagi saat Nahla kuning dan dirawat di rumah sakit. Alih-alih mendoakan kesehatan Nahla, hampir semua orang yang “datang” membuat hari-hariku semakin buruk. Sudahlah sedih karena berpisah dengan anakku, ditambah lagi pikiranku karena hal-hal ini.
Minum ASI ga?
Ah kuning mah biasa, dijemur aja juga sehat lagi gausah dirawat-rawat.
Kok ASInya belum keluar?
Jangan minum sufor, ASI aja biar anaknya pinter.
Mengatakan itu pada ibu baru yang sedang berjuang untuk mengasihi terasa nirempati, padahal mungkin biasa saja bagi orang lain.
Belum lagi saat acara Aqiqah kemarin. Belum mulai acara aku sudah takut akan ditanya dan dihukumi macam-macam. Jujur aku jadi takut dan grogi dalam bersikap.
Ih mamahnya gabisa gendong ya de?
Kenapa ga nyusuin langsung kalau isi dotnya ASI?
Kasihan Nahla. Waktu itu kehausan, aku jadi kikuk sekali mau menyeduh sufor karena stok ASIPku habis. Akhirnya aku kabur saja ke kamar dan menyusui Nahla secara DBF walau sebentar saja.
***
Ternyata menjadi orang tua stok sabarnya harus lebih banyak. Pertanyaan kapan nikah dan kapan punya anak resmi tidak ada apa-apanya dibanding pertanyaan tentang anak yang tidak jarang membuat orang tua menjadi merasa gagal dan salah terus.
Mudah-mudahan usaha pumpingku berhasil untuk boost produksi ASI dan mencukupi kebutuhan harian Nahla. Aku bisa lawan ketakutan untuk mulai latihan DBF lagi bersama Nahla.
Jujur, pasca melahirkan ini, overthinkingku semakin menjadi. Rasanya tak bisa ocehan-ocehan itu hanya dianggap angin lewat saja, mesti masuk dalam pikiran.
Tolong, hargai setiap proses yang dilalui semua ibu baru. Aku pun kalau ASIku banyak, lancar, perlekatan baik, ya mending DBF. Tidak usah menyalahkan ini itu karena sebelum itu pun, ibu sudah menyalahkan diri sendiri atas apa yang kurang dalam hidup anaknya.
1 note
·
View note
Text
Empat Hari Bersama Nahla
Sepulang dari rumah sakit, kami memulai babak baru menjadi orang tua. Jujur kami cukup kaget dengan transisi ini. Kami berusaha memberanikan diri, melakukan yang terbaik, mencintai anak kami, Nahla, sepenuh hati.
Setiba di rumah, kami harus mulai terbiasa dengan kehadiran Nahla. Aku cek popoknya, menggantinya jika sudah penuh, sambil Sibapa merebus dot supaya siap digunakan untuk membuat susu. ASIku sama sekali belum keluar 😭 aku tidak bisa mengikuti ego untuk berusaha full ASI di awal-awal ini, Nahla bisa kelaparan dan kehausan. Jadi kami berusaha legowo, gapapa sufor dulu juga, mudah-mudahan engga bingput. Karena kami ga ada persiapan banget botol (dulu rencana full DBF karena aku IRT), kami juga cuma punya 1 botol yang dipakai di rumah sakit. Alhamdulillahnya adikku meminjamkan botol susu karena istrinya belum melahirkan. Jadilah kami punya 2, cukup untuk bergantian kalau yang satu dipakai, satu bisa disteril dulu.
Selain itu, kami juga lumayan bergelut dengan waktu. Setiap 3 jam kami harus cek popok dan memberi susu minimal 2 jam sekali. Alarmnya bisa dari nangis. Kalau nangis kemungkinan karena popok atau haus. Waktu malam pertama Nahla sampai rumah, semua aman terkendali. Kami masih bisa lumayan tidur karena Nahla pun tidak sering bangun.
Esok harinya, kami juga punya tantangan baru. Menjemur, memandikan, dan mencuci baju. Sesuai saran perawat, kami jemur dulu Nahla. Kalau kubaca-baca katanya kalau jemur gausah di terik matahari banget, gausah sampai telanjang, bahkan di dalam ruangan yang ada cahaya juga gapapa. Oke, aku coba lakuin itu, sambil sibapa merebus air dan menyiapkan set buat mandi. Ya, kami memberanikan diri buat mandiin Nahla sendiri, walaupun ngeri-ngeri karena takut kecengklak atau tali pusatnya belum kering, tapi hasil pelatihan newborn care sedikit menenangkan kami.
Selama berjemur, Nahla tampak tenang, mungkin enak ya hangat karena Bandung dingin banget, tapi mulai menangis pas dibuka baju buat mandi. Kami berusaha memandikan secepat mungkin, tapi kami tetep aja ngerasa lelet karena belum terbiasa. Kami juga fokus ke tali pusat biar kering lagi karena mandi tetep wajib walau tali pusat belum kering.
Setelah mandi, kami pakaikan baju. Nahla mulai tenang kembali kalau udah pakai baju. Setelah itu biasanya Nahla jadi mengantuk lalu bobo cukup lama. Kami juga kadang coba bangunin kalau bablas banget karena harus minum dan kalau kelamaan bobo nanti takut malemnya malah melek 😅
Sambil Nahla bobo, sibapa mulai bekerja karena tidak cuti. Jadi kegiatan pagi kami coba mulai sesuaikan dengan jam ngantor Sibapa. Aku sambil merendam baju kotor Nahla, takut besok-besok gapunya baju 😅 sekaligus takut ada noda apa yang kalau didiamkan lama malah membekas. Setelah itu aku kucek bilas dan jemur. Kalau Nahla bangun, sibapa kebagian bikin susu dan kasih susu. Aku bagian cek dan ganti popok. Aku pun sambil coba pijat area payudara supaya mulai mestimulasi ASI, tapi tetap saja belum keluar. Kata dr. Rizna kalau SC wajar baru keluar sekitar hari ketiga. Ini baru hari kedua, berarti masih wajar belum keluar.
Dan benar saja, karena siangnya Nahla cukup pulas tidur, malamnya jadi lumayan aktif 😅 kami literally bangun tidur bangun tidur yang orang sebut “selamat begadang” pun jadi relate 😅 bener-bener kacau jam tidurnya. Aku membiarkan Sibapa tidur beberapa sesi, harapannya nanti bisa gantian. Akhirnya aku baru bisa tidur setelah subuh. Alhamdulillah masa nifas membantu aku untuk pemulihan. Giliran sibapa yang jaga setelah subuh.
Ini terjadi juga pada hari berikutnya 😅 Nahla tetap pulas setelah mandi, ya emang enak sih tidur abis mandi apalagi Bandung dingin wkwk. Cuma karena ini udah hari ketiga, aku coba langsung DBF walaupun belum pede, kaya ga yakin akutuh ada ASInya. Tapi kata teman-teman yang udah punya pengalaman, gapapa cobain aja walaupun cuma ngenyot-ngenyot doang biar payudaranya terstimulasi.
Alhamdulillah Nahla sejauh ini dipantau tidak bingput, dia bisa ngeraih puting walaupun mungkin perlekatan belum 100% benar. Dia juga terpantau nyedot sesuatu karena terasa olehku, ditambah dia juga ada sedikit gumoh terlihat putih-putih. Mungkin itu ASI. Alhamdulillah ada ternyata walaupun habis DBF, Nahla tetap nangis yang berhenti setelah disokong botol lagi. Berarti jumlahnya memang masih kurang. Gapapa mungkin harus dicoba aja. Tiap sesi menyusui aku jadi berusaha DBF dulu, sambil nunggu sibapa nyiapin susu. Habis itu baru sambung botol. Sejauh ini alhamdulillah minumnya rajin dan banyak, satu sesi menyusu habis sekitar 30-60 ml.
Hari keempat pun datang.
Hari yang sebetulnya aku sudah worry dari kemarin-kemarin.
Sebelum pulang dari RS, Nahla dapat notice dari dokter dan perawat kalau dia agak mau kuning. Aku jadi waswas setiap hari, sampai nanya sibapa dan Bunda Ratu apakah segini kuning karena aku ngerasa kuningnyq mulai banyak cuma aku butuh konfirmasi yang lain juga, jangan2 ini kuning nyaru sama lampu kamar. Tapi hari keempat ini aku maksa mau ke RS lagi karena faskes 1 tidak ada layanan di hari itu.
Untuk pertama kalinya aku dan sibapa bepergian membawa bayi. Ternyata benar rempong ya bawaannya 😅 tetep aja ada yang ketinggalan. Kami ga antisipasi akan lama di RS jadi kami cuma nyiapin 1 botol susu dari rumah karena mikirnya ga akan lebih dari 2 jam di RS (karena susu botol cuma boleh dipakai 2 jam). Rencana kami kan hanya akan ketemu DSA, mungkin sebentar.
Taunya, DSA memutuskan untuk cek lab karena menurut beliau ini kuningnyq udah banyak 😭 harusnya juga jemurnya ga kaya orang kebanyakan, aku jadi merasa gagal kenapa ga ngikutin insting aja dari kemarin2 dibawa aja ke dokter lagi. Lalu Nahla diambil darah dan hasilnya baru akan keluar 1 jam kemudian. Aku mulai gelisah karena akupun ga bawa obatku, Nahla ga bawa botol cadangan dan susu. Kami juga belum sarapan saat itu. Pokoknya perasaan kami chaos.
Setelah hasilnya keluar, kadar bilirubin Nahla udah tinggi, di angka 17. Normalnya maksimal 10 😭 aku menangis, merasa gagal, Nahla harus dirawat di rumah sakit. Harus terapi sinar. Aku harus berpisah sementara dengan anakku.
Kami masuk ke IGD untuk urus ranap Nahla. Seperti biasa, dapat kamarnya agak lama. Nahla baru bisa dapat kamar jam 14.00 waktu itu. Nunggu sekitar 3 jam berarti di IGD. Sebelum ke IGD dan cek darah, Nahla sempat nangis lapar, alhamdulillah susu dari rumah masih bisa diminum. Tapi pas di IGD aku agak bingung, duh Nahla minum apa ya, ASIku belum meyakinkan. Tapi daripada ga minum sama sekali, aku coba susui Nahla 2x harapannya cukup. Setelah itu Nahla kembali bobo, kupikir oh tadi ada kali ASI yang dia minum.
Akhirnya Nahla masuk ruang ranap. Suster meminta kami beli sufor, botol, dan popok untuk di rumah sakit. Setelah itu kami masuk ke ruang bayi sehat untuk dijelaskan bagaimana Nahla akan terapi.
Saat itu suster bilang, nampaknya Nahla kehausan. Soalnya pas masuk ruang ranap nangis lapar, akhirnya dibuatin susu dulu sama suster dan beneran haus banget kayanya. Duh aku merasa gagal lagi. Asiku yang tadi susukan ga cukup 😭😭
Setelah dijelaskan soal terapi, kami dipersilakan pulang. Aku mengusap Nahla yang lagi tenang, tanpa sadar aku nangis sesegukan. Sedih banget berpisah dalam keadaan kaya gini. Suster sedikit menasihati agar aku jangan banyak nangis karena emosi ibu tersambung juga ke bayi. Tapi aku gabisa nahan nangis, bahkan sampai keluar ruangan pun masih nangis. Saat itu, aku juga dengar tangisan Nahla 😭 berarti benar, kalau emaknya nangis, anaknya juga kemungkinan gitu juga 😭
Akhirnya kami pulang tanpa Nahla hari itu dan sampai hari ini, Senin, 15 Juli 2024, Nahla belum bisa pulang 😭 tapi kemarin dan sore tadi Sibapa mengunjungi Nahla, katanya alhamdulillah sudah membaik, mudah2an besok bisa pulang.
==
Sepulang dari RS, rasanya aneh tidak ada anak. Walaupun aku jadi kembali ke mode sebelum punya anak (bisa nonton youtube, series, bobo yang banyak), tapi tetap aja kaya ada jiwa yang hilang. 😭
Tapi aku dan sibapa memutuskan untuk memanfaatkan waktu ini untuk berbenah kamar supaya lebih nyaman, mengurus dokumen penting Nahla, bahkan aku bisa menulis ini sekarang.
Walaupun hidup kami berubah drastis sejak kehadiran Nahla, tapi kami kangen kumpul bersama Nahla. Kami lebih ingin berkumpul bersama Nahla walaupun jadi sibuk dan kurang tidur. Mungkin ini yang dirasakan orang tua kita zaman dulu. Rela apa aja supaya bisa kumpul sama anak dan anak tumbuh sehat dan baik.
Nahla, besok pulang yuk. Besok juga harus vaksin 🥹 semoga Dede bisa bener-bener pulih di RS. Mama gamau ngeburu-buru juga walaupun hari ini harusnya ada acara aqiqah, tapi gapapa, kesehatan Dede lebih penting. Mudah-mudahan kami juga bisa mengambil banyak pelajaran supaya bisa mengurus Nahla lebih baik.
Kami yang kangen Nahla,
Papa Mama
0 notes
Text
Selamat Datang, Nahla!
Halo Dede Nahla, anakku 👋🏻 Mama mau cerita soal proses hamil sampai lahiran Dede ke dunia. Orang bilang katanya ibu hamil, melahirkan, dan menyusui suka jadi rada pelupa, jadi mumpung masih segar di ingatan, Mama mau cerita ya. Supaya bisa dibaca lagi di kemudian hari 😁
Pertengahan November 2023 di Tangerang Selatan
Waktu itu, seingat Mama, Mama merasa badan lemes banget, De. Terus mulai kerasa mual-mual. Apalagi haid Mama memang sudah harus waktunya, tetapi sampai tengah November belum haid juga. Mama minta Papa beli tespek dan Mama coba subuh-subuh, tapi karena hasilnya samar (ditambah alat tespeknya kepegang tangan waktu buka dari bungkusnya), Papa Mama cepet ke apotek lagi buat beli lagi. Setelah dicoba lagi, ternyata hasilnya
POSITIF
Yaa Allah De. Kami antara senang sekaligus kaget karena kami baru aja memulai masa perantauan ke luar kota karena Papa udah dipanggil kerja onsite De, tapi alhamdulillah, penantian selama 10 bulan pasca kuret akhirnya berakhir juga 🥲 apakah benar Papa dan Mama mau punya anak lagi?
Waktu itu karena serba baru pindah, BPJS juga belum dipindahin De 😅 jadi kami urus BPJS dulu dan langsung cek ke Klinik dr. Popy, ketemu sama bidan Imma 😊 bidannya baik De, mungkin nanti kalau kita masih tinggal di sana bisa ketemu bidan Imma.
Waktu cek pertama kali, ternyata usia Dede sudah sekitar 5-6 minggu. Karena Mama pernah keguguran, kandungan Mama harus dicek ke obgyn untuk pemantauan. Alhamdulillah sama dr. Muchlis diperiksa sudah ada kantung embrio Dede 🥹 kami senang akhirnya Allah titipkan lagi anak untuk kami.
Namun, ada yang mengganjal di hati kami. Kami sangat takut untuk mengumumkan kehamilan ini. Bukan kami tidak senang De, tapi kami menghindarkan Dede dari hati-hati yang tidak senang terhadap kabar ini. Jujur kami masih ada bekas trauma dengan kejadian keguguran itu, terutama Mama. Takut Ain sehingga yang awalnya kami kabari hanya keluarga inti saja. Bahkan teman kami ke rumah pun, tidak kami beri tahu De 🥹 hingga akhirnya kami berhasil merahasiakan kehamilan Mama sampai waktunya lahir tiba. Selama perjalanan kehamilan, Mama hanya memberi tahu orang-orang yang Mama pikir bisa dipercaya atau orang yang memang bertanya.
Trimester 1
Selama TM1, Mama merasa badan memang sulit untuk bergerak De. Mungkin karena ga ada tuntutan bekerja juga ya jadi terasa lebih lemas, maunya di kasur aja, masak-masak dan beres-beres pun ga kuat De 🥹 tapi alhamdulillah di sela-sela kesibukannya, Papa selalu sigap membantu Mama, tidak menuntut Mama apa-apa, memaklumi bahwa kehamilan adalah proses yang butuh perjuangan.
Awal-awal pun Mama kadang terasa susah makan. Agak mual memang, jadi Mama makan sebisanya aja supaya bisa minum obat dari bidan, cuma engga sampai ga masuk makanan banget sih, masih normal makan 3x sehari. Belajar dari pengalaman dulu, Mama lebih berhati2 pilih makanan sekaligus lebih berani mencoba makanan, yang penting tidak mentah dan bersih. Dulu waktu hamil pertama, Mama serba takut makan De, jadi kaka bayi mungkin kurang nutrisi juga. Pas hamil Dede, Mama berusaha makan lebih sehat walaupun pilih-pilih.
Terus makannya juga challenging. Selama hamil karena Mama ga kuat masak (nyium bau minyak mau muntah De 😅), kami coba gofood, catering harian, gofood lagi. Minum susu juga mual. Alhamdulillah ternyata susu ga wajib De, jadi Mama lebih tenang. Walaupun netizen-netizen maksa Mama minum susu, ya Mama minum kalau sekiranya lagi bisa minum.
Tapi kalau Dede tanya, minuman apa yang Mama suka banget waktu hamil? Jawabannya adalah Diamond Juice Cranberry sama Mixue Fresh-squeezed Lemonade 😁 Tangsel panas banget De (ga kebanyang panasnya neraka gimana yaa Allah jauhkan kami dari api neraka, di Tangsel aja banyak rengekan 🥲), jadi Mama pengennya yang dingin-dingin terus. Tapi karena gaboleh banyak sugar intake jadi seringnya minum air kulkas aja 😁.
Trimester 2
TM2 ini kira-kira terjadi pas bulan Ramadhan De. Mama worry banget waktu hamil, gimana ya caranya sahur sedangkan Mama gabisa masak, Mama harus puasa ga ya, ini itu banyak overthinking De 😅 tapi qadarullah alhamdulillah Allah mudahkan De. Pas masuk TM 2 dan masuk bulan puasa, alhamdulillah Mama udah bisa balik ke dapur, masakin sahur dan buka, sekaligus bisa ikutan puasa 🥹 dari sebulan, Mama tidak puasa 5 hari aja alhamdulillah. Itupun karena Mama betul-betul gak kuat, worry sama keselamatan Mama dan Dede. Pertama, waktu itu muntah. Kedua, waktu itu lemes banget. Ketiga, waktu Mama mudik ke rumah Nenek, naik kereta rasanya goncangannya dahsyat banget 😅 yang keempat dan kelima mah ini meragukan dan ngaco banget. Karena waktu itu buka puasa RT dan ga jelas dia udah adzan atau belum, terus waktu itu pernah nangis mau ditinggal Papa dan kayanya ketelen deh air matanya. Jadi yaudahlah gapapa, alhamdulillah setelah lebaran Mama bisa bayar semua puasanya 😊 alhamdulillah Allah kasih kuat De, walaupun ibu hamil ga wajib buat puasa, tapi Allah yang kuatkan Mama buat puasa.
Waktu TM2 ini perut Mama juga belum membesar banget De. Jadi waktu mudik ada yang nyeletuk kok perutnya belum gede sih? Ya gimana ya, Mama jg udah berusaha untuk makan lebih baik cuma kiloan emang susah naik De. Kalau gasalah sampe TM2 tuh berat Mama masih kisaran baru naik 3-4kg an dari berat sebelum hamil. (Cuma memang waktu TM1 karena agak susah makan, Mama turun dulu sampai 4kg De, jadi mungkin ini tuh sebenernya dah naik 7kg-an, ya alhamdulillah yah).
Nah di TM2 ini juga kami mulai tahu jenis kelamin Dede. Wah ternyata perempuan 😁 udah 3 obgyn kali yah yang memastikan ini perempuan selama di Tangsel jadi kuat pendapat Dede beneran perempuan 😁.
Trimester 3
Nah masuk TM3, nafsu makan Mama membabi buta banget De 🥹 pengennya makan yang manis-manis terus. Donat lah, martabak lah, roti lah. Padahal sebelum hamil, Mama bukan penyuka makanan manis De. Mungkin Dede yang mau yah? 😁 beraktivitas juga udah lumayan bisa De. Waktu Mama mulai hijrah ke Bandung di awal Juni, Mama udah bisa balik dapur, nyuci jemur, yaa lumayan lah ga mager banget. Mama juga coba yoga hamil, pakai gymball. Lumayan ada geraknya. Apalagi Nina suka nyuruh Mama jalan pagi, ya sambil cari sarapan boleh lah walau jalannya bentar 😅. Badan Mama membengkak sampai 12kg De hitungannya dari berat sebelum hamil (atau 15kg dari semenjak turun di TM1). Perut Mama jadi besar banget De di TM3 ini. Rasanya cepet banget membesarnya 😅 ternyata waktu week 38an itu Dede udah 3,1kg 😁 udah gemoy bet kata dokter perut Dede besar ya wkwk. Ya gimana Papa Mamanya mungkin yah 😅.
Nah pas udah di Bandung ini, Mama Papa mulai nyicil perlengkapan Dede. Beli ini itu, cuci ini itu, semangat banget De 😁
Hari Perkiraan Lahir, 7 Juli 2024
Pas HPL ini, Mama ga ngerasa apa-apa De seharian. Mulai worry kenapa Dede kok belum mau keluar ya. Padahal kata dokter, kepala Dede udah masuk panggul, Mama juga udah lumayan banyak gerak, dan rasanya kaya feeling bilang udah deket banget Dede mau lahir. Nah tapi pas malamnya (8 Juli dini hari), Mama lumayan ngerasa mules-mules, udah dari beberapa hari sih kerasa mules-mules tapi masih kontraksi palsu aja, belum yang intens.
Senin, 8 Juli 2024
Akhirnya, paginya Papa Mama ke RS UKM ketemu dr. Rizna buat make sure kondisi kandungan Mama karena udah lewat HPL sehari. Ternyata, alhamdulillah banget dicek ke RS De 😭 pas dicek tuh dr. Riznanya ngeh kalau ini udah lewat HPL walau hasil USG bilang masih sekitar 39week. Terus beliau cek-cek lebih luas lagi, ternyata berat Dede waktu itu udah 3,6kg (naik 1kg dari sebulan lalu ketemu dr. Rizna), terus plasenta Dede udah mulai ada pengapuran. Yang lebih bikin kaget adalah, ternyata kepala Dede sebenernya belum bener-bener masuk panggul. Jadi kaya belum stay kuat di panggul. Pas dr. Rizna cek bukaan, belum kepegang kepala Dede sama sekali. Dari hasil pemeriksaan itu, diputuskanlah Mama harus menjalani induksi dan dirawat inap De, supaya mancing kontraksi. Walaupun katanya keberhasilan induksinya cuma 60-70% aja, tapi dicoba aja semoga gausah caesar katanya.
Keluar dari ruangan, Mama nangis De. Ngerasa salah kenapa Mama ga lebih rajin olahraganya, kenapa Mama ga cek dari kemarin-kemarin. Pokoknya sedih. Mama ga sanggup juga kabarin kakek nenek semua, jadi Papa yang ngabarin, dan akhirnya kami memutuskan buat yaudah hari ini masuk ranap. Soalnya semakin lama semakin buruk juga kalau ditunggu sampai akhir pekan.
Mama Papa langsung ke IGD, dicek ini itu sama perawat dan dokter IGD, pasang infus, rekam jantung Dede juga. Abis itu sekitar jam 1an Mama baru bisa dapet ruangan, di Ruang Bersalin Bagja Lantai 2. Nina udah dateng dari pas kami di IGD alhamdulillah bisa gantian jaga sama Papa. Cuma masih harus bolak balik ke hotel karena ada tugas. Pas Nina udah pergi, sekitar jam 16.00, induksi dimulai De. Di bayangan Mama, induksi rasanya akan sama kaya mules-mules waktu keguguran kaka bayi, jadi Mama udah lebih siap mental sebetulnya buat nahan mules karena justru kalau mules ya bagus. Induksinya lewat infus (katanya kalau udah lewat infus sebetulnya dosisnya udah lebih tinggi dari obat minum) dan berjalan sampai infusannya habis. Waktu itu kalau gasalah baru habis jam 03.00 atau 04.00 subuh yang berarti 11-12 jam induksi.
Pas induksi ini Mama cuma ngerasa mules-mules dikit banget, malah lebih mules kalau lagi di rumah dan ga ada apa2nya banget dibanding mules waktu keguguran kaka bayi. Yang ngeri adalah cek bukaan. Jujur Mama ga sanggup De, setiap cek bukaan sama perawat/bidan ruangan, sakit bener, kek kuku mereka panjang-panjang 😭 yang pure ga sakit cuma cek bukaan sama dr. Rizna, hampir ga kerasa apa-apa. Mama udah diomelin jangan tegang, jangan angkat pantat, tapi gimana ya itu otomatis 😭😅.
Selasa, 9 Juli 2024
Mungkin karena hasil induksi ini ga ada kemajuan berarti, ga ada bukaan sama sekali, tambah tensi Mama waktu itu lumayan tinggi juga (140/100), maka pagi itu diputuskanlah Mama harus menjalani SC, ga lanjut induksi labu kedua.
Mama sebetulnya ga anti SC, cuma yaudahlah yang terbaik aja. Di pikiran Mama yang penting Dede dulu deh selamat, kalaupun nanti Mama kenapa-kenapa Mama pasrah, yang penting Dede keluar dengan sehat dan ga kurang apapun.
Jadwal SC Mama keluar jam 15.00. Alhamdulillah ga kagok. Mama bisa shalat dulu, Asharnya Mama jamak aja takut molor operasinya dan udah masuk Ashar, tapi nanti susah buat sholat. Jujur Mama ga ada ketakutan berarti pas mau SC walaupun selama ini suka digentayangi, jangan SC mahal loh, ih disuntik punggungnya sakit loh, pake jarum gede loh. Duh udah bodo amat Mama De, yang penting Dede selamat, udah. Mama tenang. Mama berusaha santai aja dulu sampai akhirnya jadwal SC datang.
Yangti dan Yangkung juga datang pas banget Mama masuk ruang preparasi. Sempet ngunjungin dulu sebelum naik meja operasi. Bantu doa dan semangat. Akhirnya Mama masuk meja operasi tepat waktu kayanya waktu itu.
Proses Sectio Caesaria
Waktu itu Mama diminta pindah ke bed operasi dari bed sebelumnya. Di bed sebelumnya, Mama dicek tensi dan saturasi oksigen serta pubic hair Mama dicukur secukupnya supaya tidak menghalangi saat menyayat kulit area bawah pusar nanti, supaya ga bawa infeksi juga katanya. Setelah pindah bed, Mama diminta duduk membungkuk memeluk bantal dan posisinya kaya udang melengkung. Tujuannya biar rawan di antara tulang belakang terbuka meregang dan disuntik disitunya ga sakit. Dokter-dokter muda yang jadi asisten pada pro de. Sebelum dokter anestesinya bekerja, asisten ini simulasi dulu. Nyuntiknya bakal dimana, suntikannya sebesar apa, kalau kerasa sakit harus apa. Bener-bener detail dan helpful banget.
Akhirnya dokter anestesinya, dr. Adi datang. Karena udah simulasi dulu, pas mulai suntik bius tuh berlangsung cepet aja. Mama disarankan baca doa Maryam selama proses, alhamdulillah membantu banget De. Jadi Mama fokus berdoa, ga fokus ke proses biusnya. Sakit biusnya jg ga ada apa-apanya dibanding tusukan infus menurut Mama. Cuma emang josnya agak lama aja tapi it’s totally ok. Habis itu, Mama diminta berbaring. Baju operasi Mama diangkat ke sebuah gawang biar nutupin pandangan Mama ke perut nanti. Diyakinkan juga bahwa Mama bener2 gabisa liat pantulan apapun dari lampu operasi.
Beberapa menit kemudian, buat ngecek biusnya udah kerja atau belum, dr. Adi cubit area dada atas dan paha Mama. Ngecek mana yang lebih sakit. Ternyata bius di paha itu bukan ngilangin sakit sama sekali, tetep kerasa cuma kaya dicubit gemes gitu De. Padahal tekanan ke dada juga sama, cuma dada kan ga kebius, jadi lebih kerasa dicubit.
Habis make sure Mama ga ngerasain sakit beneran di area bius (perut ke bawah), para asisten mulai masang kateter. Ini yang Mama takutin banget. Mama baca2 lagi doa Maryam biar ga fokus sama kateternya. Alhamdulillah, inipun ga sakit, cuma kerasa pas nempelin aja.
Setelah semua siap, dr. Rizna datang sebagai pemimpin operasi SC waktu itu. Sebelum mulai, beliau nyamperin Mama dulu. Kasih semangat, suruh berdoa, dan walaupun SC juga gapapa, gausah sedih. Mama jadi optimis dan ga takut buat SC.
Setelah itu, operasi dimulai. Mama beneran gabisa liat apa-apa di depan selain tangan kiri dan kanan yang terbentang, terhubung ke alat-alat. Ada saatnya Mama ngerasa mual, pusing, pas dikasih obat, akhirnya dipasangin selang oksigen biar stabil lagi. Tadinya pake masker, Mama ga kuat minta dicopot aja karena sesak.
Selama operasi, Mama cuma bisa bayangin sih kayanya lagi disayat, tapi bukan yang kerasa banget gitu loh. Kaya dibikin lukisan sayatan pake jari rasanya, jadi keteken halus aja. Terus kerasa banget perut Mama kaya digoyang kanan kiri gitu dan ada waktunya di akhir sesi utama operasi, perut bagian atas beneran diteken sampai dokter asisten pun bilang ini bakal sedikit ga nyaman. Kayanya lagi ngedorong Dede keluar dan abis itu Mama denger tangisan Dede yang pertama kali 😭 pukul 15.19 katanya Dede lahir.
Mama auto nangis De. Syukur alhamdulillah Dede langsung menangis, Mama juga masih hidup. Beneran takut pas Dede keluar, Mama malah keluar dari dunia ini, tapi alhamdulillah Allah masih mengizinkan Mama hidup. Dengar tangisan pertama Dede, lihat Dede digotong ke bagian urus bayi (disana udah ada dr. Melissa sebagai dokter anak dan asistennya), sigap banget bersihin Dede. Sampai beberapa waktu kemudian, dr. Melissa laporan soal detail Dede ke Mama dan ke dr. Rizna. Ternyata Dede lahirnya 3,69 kg 🥹 besar juga De, panjangnya juga 50 cm. Luar biasa anak Mama 🤍 Mama saking terharu sampai cuma bisa lihatin Dede aja, terus disuruh ciumin Dede untuk pertama kali sebelum Dede dibawa keluar untuk diadzanin Papa.
Habis itu, dr. Rizna dan tim fokus menutup luka. Perut Mama langsung kosong De. Setelah ditimbang tuh hilang 7kg 😅 kerasa masih digoyang-goyang ini perut dan setelah selesai, baju operasi dan kain hijau diturunkan lagi, Mama dipindahin ke bed lain buat dibawa ke ruang pemulihan. Kaki Mama masih belum bisa ngangkat, luka-luka juga masih belum kerasa karena efek bius masih ada sampe sekitar jam 21.00.
Di ruang pemulihan, Mama menggigil banget De, karena ruang operasinya dingin kali yah. Terus akhirnya Mama bisa ketemu Papa lagi walau sebentar. Habis dicek Mama mulai stabil, Mama bisa pindah lagi ke ruang rawat Bagja. Dianter suster.
Sesampainya di ruangan, Papa, Nina, Yangkung, Yangti bergantian masuk, ucapin selamat. Mama jujur masih lemes jadi iya-iya aja dan aamiin 😅 oh begini ya rasanya abis lahiran banget tuh, kerasa banget kaya blm pulih, belum siap ketemu banyak orang.
Setelah masuk ruang ranap, Mama diminta tetep coba untuk gerak secara bertahap. Mulanya coba guling kanan kiri. Kalau udah bisa, lanjut duduk, lalu lanjut berdiri, dan terakhir berjalan. Sampai malemnya Mama baru bisa guling kanan doang, entah kenapa guling kiri tuh sakit banget. Nah pagi besoknya baru lanjut latihan lagi. Efek bius mulai hilang pas malem-malem, mulai kerasa senut-senut walau udah ditambahin pereda nyeri sering banget, paracetamol aja sekali minum langsung 2 tablet, harusnya 1000mg yah 😅
Rabu, 10 Juli 2024
Bangun pagi, abis sarapan langsung coba guling kiri, walau masih sakit harus dipaksain. Entah udah berapa suster yang masuk nyuruh mulu gerak bahkan mandi. Yaudah abis itu cobain duduk, berdiri, eh ternyata bisa alhamdulillah walau sakit juga. Btw pagi-pagi banget, kateter tuh udah dicabut 😭 memaksa Mama biar bangun dan ke kamar mandi kalau pengen pipis. Kan jadi gerak yah.
Abis itu Mama coba mandi karena badan Mama kerasa kotor banget banyak darah dan baju operasi masih nempel di badan. Bener aja abis mandi, Mama ngerasa lebih segar dan bugar. Mulai latihan jalan, diliatin suster, katanya kalau gini sore juga bisa pulang 🥹
Sekitar jam 10.00, suster bayi masuk bawa kereta bayi. Dede datang 🥰🥰🥰 akhirnya itu pertama kali Mama lihat Dede sejak operasi kemarin. Susternya kasih beberapa info, harus disusuin dan diganti popok. Aduh walaupun Papa Mama udah ikutan kelas newborn care tetep aja pas nyatanya mah kami bingung 😅 akhirnya karena asi Mama belum keluar dan Dede udah lapar, Dede kami kembalikan ke ruang bayi, kasihan 🥹 daripada Mama ngotot nunggu asi yang gatau kapan keluar, mungkin jalan terbaik Dede minum sufor dulu.
Dan benar aja, setelah siang dikunjungi dr. Rizna buat ganti perban jadi yang waterproof, Mama dibolehin pulang, tapi Dede belum ada kepastian karena dokternya kan beda. Jadi Mama udah harus keluar ruangan sorenya karena kamarnya mau dipakai orang lain 😅
Mama Papa nunggu di luar, dekat ruangan Dede. Makan dulu gofood Gohanku, makanan yang Mama pengen banget makan pas hamil Dede 😅 tapi meni sedih karena RS udah sepi banget, ga dikasih sendok, jadi Papa keluar buat cari sendok 🥹
Akhirnya, Dede bisa pulang tuh sekitar abis isya. Seneng banget akhirnya bisa bawa Dede pulang bareng. Gendong Dede, nimang Dede sambil nunggu gocar rasanya masih ga percaya. Mama Papa punya anak 😭😭😭😭
Selamat datang, Nahla, anak kami tersayang. 🤍 selama ini kami cuma bisa dongengin Dede, ngajak Dede ngobrol, main catur bareng Dede, rasain tendangan, sikutan, dan cegukan Dede, sekarang Dede ada di depan mata kami.
Ini pengalaman baru kami sebagai orangtua, maaf ya De kalau learning by doing. Pasti Dede bakal bikin Papa Mama banyak belajar hal baru. Kami akan berusaha semaksimal mungkin buat Dede, memastikan Dede ga kekurangan kasih sayang dan cinta. Setidaknya dari kami berdua.
Peluk cium dari kami,
orang tua yang sangat menyayangimu
Papa Nofan dan Mama Nisa
0 notes
Text
Mie Instant Favorit
🧕: ayang, ih ayang belum ikutan malam minggu kuis, nyebutin mie instant favorit ga ada bener ga ada salah
👨🏻: mie..ssing you
🧕: ….
👨🏻: oh ada lagi, mie…ss ica
🧕: yaaaqq 😅
0 notes
Text
Introvert
🧕: yang, aku kaya udah ga ada energi mau ketemu orang-orang, apa aku jadi introvert yah? Eh ayang introvert tapi suka semangat ya ketemu orang
👨🏻: ya introvert sih introvert, tapi kan silaturahim mah harus
0 notes
Text
Dulu Kami Tidak Belum Tahu
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, kehidupan terasa sangat menyenangkan. Meskipun harus ditempuh belasan km perjalanan dan puluhan km pulang-pergi, memiliki banyak teman bergaul dari berbagai sirkel membuatku senang. Salah satu temanku dulu saat SMA adalah dia, yang sekarang menjadi suamiku.
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, tepatnya pertama kali bertemu, aku sedikit lupa. Seharusnya kami pertama kali bertemu saat kumpul dalam regu ospek yang sama, yaitu Gugus 4. Dulu ada sebuah buku yang harus diisi biodata teman seregu dan ada data suamiku di sana, berarti dulu kami pernah bertukar biodata 😅
Jika memoriku kembali ke zaman SMA, 5/6 masa sekolah kami, kami habiskan menjadi teman sekelas. Awal-awal sekelas pun kami tidak terlalu sering berinteraksi karena tempat duduk kami jauh. Kami pun tidak saling memperhatikan. Hanya tahu bahwa kami sekelas.
Selang tahun-tahun berikutnya, aku dan suamiku sekelas lagi. Kami mulai sering berinteraksi karena bangku kami berdekatan. Kami juga suka mengobrol hal-hal receh, bermain game SOS bersama, makan bekal bersama, sehingga kami membuat geng gendok ceria bersama teman kami lainnya.
Meskipun kami intens berinteraksi saat itu, setelah kami saling konfirmasi pasca menikah, kami tidak pernah sekalipun menaruh perhatian lebih satu sama lain. Murni berteman. Kira-kira percakapan kami seperti ini:
🧕 ayang, kayanya dulu aku ga pernah kepikiran deh bakal suka sama ayang, soalnya ayang bukan tipeku. Jadi aku ngerasa bebas jadi diri sendiri, gak takut mau dinilai macem2 karena ga pernah tertarik sama ayang untuk jadi pacar/pasangan.
👨🏻 iya sama, aku juga gitu. Aku juga engga ngerasa harus bersikap gimana karena ayang juga bukan tipeku. Ya mungkin emang karena kita jadi diri sendiri makanya berjodoh akhirnya. Karena aku bisa menjadi diri sendiri dan ayang juga.
Saat percakapan itu terjadi, aku jadi berpikir kembali. Iya juga ya. Dulu aku sangat tidak membangun image apapun di depan suamiku. Ya apa adanya saja. Riweuh sebagai remaja, yang mana suamiku sebenarnya sukanya yg kalem. Aku tidak berusaha menjadi kalem karena akupun tidak suka pada suamiku, jadi aku tenang karena “ah ga mungkin dia suka sama aku yang riweuh ini”.
Dia juga sama. Dia orang yang sangat introvert, fokus kalau belajar, tapi suka menjadikan aku tempat curhat tentang cewek yang dia suka. Kan aku jadi tahu ya tipe dia seperti apa. Dia juga merasa bebas menjadikan aku tempat cerita yang pas karena dia pun tidak merasakan perasaan lain selain teman biasa.
Lucu kalau dipikir-pikir.
Justru berawal dari pikiran kami yang sama-sama “ah ga mungkin juga dia suka, aku juga ga suka dia” malah ujungnya jadi suami 🤣 . Saat lamaran, kami bilang ke keluarga bahwa kami sudah kenal sejak SMA, memang teman biasa. Eh pada tidak percaya 🥲 padahal semurni itu pertemanan kami. Sampai-sampai kadang aku suka merasa risih kalau dulu berinteraksi terlalu dekat karena takut disukai dia 🤣 . Maaf ya suamiku 🤣🙏🏻
Kami betulan teman, teman yang baik, dan tidak pernah berpikir atau berharap akan melangkah jauh sampai hari ini.
Saat Papapku meninggal, dia melayat ke rumahku, mewakili teman-teman katanya. Kata dia (setelah menikah baru cerita), dulu gak tahu kenapa dia merasa harus melayat, karena merasa aku adalah temannya. Aku dulu juga berpikir, kenapa dia yah yang jadi wakil teman-teman buat datang, padahal rumahku dan rumahnya ujung ke ujung, tapi aku pikir, mungkin memang iya dia satu-satunya teman cowok yang dekat denganku (karena sering berinteraksi).
Akupun waktu itu datang ke wisudanya, tidak mengkhususkan untuk dia saja, tapi karena yang lain wisuda juga. Dia tak datang ke wisudaku tak apa, tak ngaruh juga. Kalau tidak salah saatku wisuda dia sudah ke Jakarta untuk bekerja. Pernah waktu itu kami bercanda seperti ini.
🧕 parah lah ayang ga dateng wisuda aku, padahal aku dateng wisuda ayang loh
👨🏻 wkwk lah orang ga dikasih tau kapan wisudanya
🧕 iya juga sih wkwk
Dulu, kami benar-benar tidak tahu apa-apa. Pertemanan ini terlalu murni. Tidak mengharapkan apa-apa. Jika dulu disodorkan pertanyaan, mungkin gak cewe dan cowo bersahabat? Ya mungkin aja ini aku sama dia bersahabat doang, ga lebih. Justru kalau lebih, ga ada sama sekali pikiran kami (waktu itu).
Sampai akhirnya kami sadar, di umur kami yang 26, kami saling teringat akan diri masing-masing. Sejauh pencarian, kami telah menemukan orang yang menjadi tempat kembali. Dulu kami belum tahu jika ujungnya akan seperti ini. Dari orang yang tidak pernah kami harapkan jadi pasangan, kami mulai ini sama-sama, sejak tahun 2021.
Tentu banyak penyesuaian karena dulu hanya murni berteman. Kami perlu saling mengenal lebih dalam dan alhamdulillah, kami masih berproses hingga hari ini.
Aneh kalau dipikir-pikir.
Dari sekian banyak orang yang pernah melintas di hidupku, mereka hanya lewat saja, hanya satu orang yang benar-benar berhenti dan meminta izin pada Mamahku untuk melamarku. Orang yang tidak pernah juga mengira aku (yang bukan tipenya ini) yang akan jadi istrinya.
Pada akhirnya, tipe hanyalah tipe. Asalkan keduanya mau berusaha beradaptasi dan memahami satu sama lain, berbeda dari tipe awal bukan masalah.
Sekarang aku bersyukur sekali suamiku dia. Walaupun harus pindah KTP ke Cibiru 🤣
1 note
·
View note
Text
Menyesal atau Tidak
Melihat updatean kawan-kawan yg baru menikah biasanya honeymoon ke Bali, Yogya, atau bahkan luar negeri, aku jadi sedikit terpikir. Berhubung kami menikah di masa pandemi, kami memutuskan untuk tidak honeymoon jauh-jauh, tetap di Bandung saja selama beberapa hari. Selain karena pandemi, rasanya masih malu waktu itu merencanakan honeymoon dalam kondisi belum menikah, terasa terlalu privat wkwk.
Bahkan kalau melihat kondisi sekarang dan beberapa waktu ke depan, kami belum tentu bisa melakukan honeymoon lagi, bahkan jarak dekat sekalipun.
Lalu barusan aku bertanya pada sibapa
Aku: Yang, ayang menyesal ga waktu itu engga maksain honeymoon ke Bali atau ke mana gitu?
Sibapa: Engga kok
Aku: Terus ayang ada penyesalan apa selama kita menikah?
Sibapa: Menyesal kenapa menikahnya engga lebih cepat 😁
Wkwk, ada-ada aja.
0 notes