My semi-diary, so I let you know what's on my mind | M.D | Wife
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
Jadi ceritanya bapak 'ndawuhi' ambil oleh-oleh titipan temennya dari Trenggalek yg lagi ke Jogja. WOW RANDOMLY OPEN MY TUMBLR AND FOUND THIS ON MY DRAFT AND WOW THIS BREAKS MY HEART. I MISS BAPAK SO BAD 😭 Al-Fatihah buat Bapak Habib Wicaksono bin Mochammad Zawawi 😭😭😭
0 notes
Text
Refleksi Stase Anak : Kasih Anak Sepanjang Galah, Kasih Orang tua Sepanjang Masa
Assalamualaykum!
Finally, I’m back. Been a long time ga nulis refleksi selama koas nih. Anyway Tumblr diblokir ya? Tapi kadang kalo buka pake wifi masih bisa sih wkwkJadi aku pengen cerita gimana rasanya menjalani stase besar setelah hampir setaun lalu stase obsgyn. Well, capek. Hahahaha. Secara udah lama dapetnya stase kecil terus. Stase anak kata yang sudah-sudah capek fisik. Iya, capek fisik. Tapi aku merasa stase anak berjalan lebih cepat daripada pas obsgyn.Stase anak menurutku cukup mengasyikkan. Cuma ilmunya cukup riwil. Karena ya ‘ngurusi’ dari bayi ceprot lahir, ngurus masalah gizinya, tumbuh kembangnya. Interpretasi tanda vitalnya aja beda-beda setiap umur. Belum obat di anak-anak ngehapalin dosisnya buanyak banget dan beda-beda. Tapi ya begitulah anak. Salah satu fase hidup yang cukup unik. Kalau kata residenku saat itu berpesan ‘Ingat ya, anak itu bukan pasien dewasa dalam tubuh kecil!’
Selama 10 minggu di stase anak, aku banyak banget pelajaran yang bisa diambil. Selain dari ilmu anak itu sendiri ya. Tapi banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Secara nggak langsung, di stase anak kami belajar parenting. Misal nih bahwa stimulasi sejak dalam kandungan itu sanagt penting. Anak ngga cuma asal dikasih makan terus udah, tapi anak juga perlu diasah, asih dan asuh. Stase anak juga mengajarkan bahwa punya anak itu tidak gampang :’) Harus siap. Nggak cuma secara material. Tapi mental juga perlu wajib ain, kudu harus siap. Karena anak lahir di dunia ini kayak kertas putih. Bersih. Tinggal gimana orang tua si anak ‘mewarnai’ –nya. Bagaimana pola asuh orang tua dan cara mendidik anak itu mempengaruhi dia saat dewasa nanti. Pokoknya ibarat mainan plastisin (or Play Doh wkwk), kalau kita bikin dengan hati-hati, ada konsep mau bikin bentuk apa, hasilnya bakal bagus. Tapi kalau bikinnya asal-asalan ya hasilnya asal-asalan, lebih banyak jeleknya.
Ada satu hal menarik juga nih dari pengamatanku selama stase anak, sekarang banyak orang tua yang membiarkan anak-anaknya mainan sama gadget. Nangis dikit, diputerin video di Youtube. Ya beberapa yang disetel di Youtube tentang kartun atau ngaji gapapa ya. Tapi nggak sedikit juga lho anak-anak yang ketagihan sama game. Waktu itu pernah pas aku ikut visit sama konsulen dan residen, si anak ga peduli sama lingkungan sekitar karena sibuk sama gadgetnya. Diajak bicara, ditanyain apa nggak jawab, malah cuma sibuk sama gadgetnya. Ini nggak cuma sekali atau dua kali. Ini beberapa kali saya temuin selama stase anak. Kalau nggak salah, pernah baca kalau anak boleh dikasih gadget kalau sudah berusia 14 tahun. Yaa, sebagai orang tua harus pinter-pinter gimana ngatur gadget pada anak. Ini nih tantangan orang tua zaman now hehe
Last but not least nih. Seperti judul saya di atas, kasih sayang anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang masa. Pokoknya nggak cukup deh kalau menceritakan gimana perjuangan orang tua terhadap anak. I saw it myself, bagaimana orang tua bayi nangis, atau paling tidak matanya memerah, berkaca-kaca menahan air mata mendengar kondisi bayinya yang memburuk. Melihat perjuangan ibu-ibu bayi di ruang rawat bayi (perina) yang harus bolak-balik dari kamarnya ke perina tiap dua jam buat menyusui. And this what touch my heart the most. Waktu itu di poli, si anak menderita pneumonia (peradangan akut pada parenkim paru), dan harus mondok karena pneumonia yang diderita kategori berat. Di situ ibu anak tadi nangis :’)))) When I saw it, it was like…… No words can describe. Rasanya pengen nangis dan peluk si ibu itu :’) Dan nggak cuma sekali, 5 atau 6 kali ada aku menyaksikan pemandangan seperti itu. Feels like someone put onions on my eyes hahahaha. Dan yang paling bikin aku terenyuh, sampe-sampe pas lagi jaga nih, lagi muter ke kamar-kamar di bangsal Melati 2 di RSUP Sardjito untuk cek tanda vital, mata airku sudah diujung menanti untuk jatuh :’) Gimana enggak ya, waktu itu aku cek tanda vital di kamar pasien anak penderita hydrocephalus berusia 14 tahun. Si anak ini sudah menderita hydrocephalus sejak bayi. Si anak tidak bisa apa-apa tanpa bantuan si ibu. Tapi, si ibu ini tetap sayang, menciumi, memanggil si anak dengan panggilan sayangnya, mengecup anaknya dengan kasih sayang, aduh pokoknya bikin terenyuh banget lah :’) Siapapun yang lihat pasti pengen nangis. Halah biasa aja kali Vin. Yes, you may say that. Tapi bayangkan coba jadi sib ibu ini. Ibu ini hidup dengan anaknya yang hydrocephalus selama 14 tahun lho. It’s not a short time, saudara-saudara sekalian. Tapi si ibu ini tetap sabar mengasuh anaknya. It hit me so much. Aku yang ngerasa koas berat, capek, bosenin belum ada apa-apanya sama perjuangan ibu ini. SALUT. Semoga si ibu ini sehat selalu jadi bisa merawat anaknya hingga sehat. Aamiin.
Well, panjang juga aku ceriita refleksiku selama stase anak. Yah begitulah stase anak. Warna-warni banget. Every patient tells their own stories. See ya in my next reflection :)
© Avina Alawya – Maret 2018

Pic source : https://quotefancy.com/childhood-quotes
#story#shortstory#children#tumblrstory#people#medicalstudent#medstudent#parenting#love#childhood#quote
10 notes
·
View notes
Photo

"Time flies over us, but leaves it shadow behind" - Nathaniel Hawthorne. . . 3 weeks left for pediatric 💪
5 notes
·
View notes
Photo

For the last few years, I witness and learn from bapak-ibuk that marriage is about understanding, sacrifice, support each other's dreams, do so many struggles, having arguments, listen to repeated jokes-yet still laugh, on each other's side through ups and downs, supress anger, do romantic things and...many more that I can't mention one by one. Happy 24th wedding anniversary Bapak and Ibuk. Alhamdulillah, twenty four years and still going strong. Thank you so much for the lessons and being our role model. Looking forward for many years ahead dengan tambahan anggota keluarga baru yaa insya Allah. Hehehe. Aamiin ❤ . . . #weddinganniversary #circa2009 #15januari
5 notes
·
View notes
Photo

2017 was a great year ❤ Well, hello 2018! Many things await ahead including 3 stase besar+KKN nya 😄 . . . . . . #bye2017 #newyear #hello2018
0 notes
Photo

Bye saraf Purworejo 😭 Salah satu jejaring terbaik. Konsulen-konsulen yang super baik, residen-residen baik yang ngajarin banget, perawat-perawat yang juga baik, suasana RS menyenangkan dan geng PWJ kocak yang 😂🤔😥😪😱 tapi tetep 😘😄😍😚 hehehe. . . . . #koassslyfe #catatankoas #purworejo (at RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo)
1 note
·
View note
Photo

"Loneliness wasn't such a bad feeling. It was like the stillness of the pin oak after the little birds had flown off.” - Haruki Murakami . . . . #words #harukimurakami #throwback (at Hutan Pinus Mangunan)
0 notes
Text
Perantara Rezeki
Sore itu pukul 16.45 di rumah kami. Baru 45 menit yang lalu aku masuk rumah, pulang dari klinik biasa aku praktek. Sebelum pulang tadi, aku lewat ke penjual martabak dan terang bulan yang biasa kami – aku dan mas Abhi— pesan kalau lagi pengen ngemil.
“Mas temenin aku ambil terang bulan sama martabak yuk di biasanya itu. Tadi katanya jam segini udah jadi sih.” Pintaku ke mas Abhi
“Boleh. Naik motor aja deh ya.” Jawab mas Abhi
“Iya biar cepet.” Jawabku
“Mau bawa jas hujan satu lagi nggak? Ini yang di motor mas cuma ada satu, itu pun yang individu pake celana.”
“Hmmm nggak usah kali ya mas? Lagian nggak jauh-jauh amat, mendungnya juga ga gelap banget, kayaknya sih aman.” Jawabku dengan percaya diri.
Berangkatlah kami menuju penjual martabak dan terang bulan langganan kami. Sesampainya di sana, cuma kurang terang bulan yang dibuat. Maklum, walaupun sudah pesan, martabak dan terang bulan ini cukup ramai, jadi tetap harus antri.
“Sebentar ya mbak, ini kurang terang bulan kejunya.” Si penjual sepertinya sudah hapal dengan aku.
“Iya pak nggak apa-apa. Saya tunggu.” Jawabku sambil tersenyum.
Si penjual pun menyodorkan dua kursi plastik untuk kami berdua. Namun baru 3 menit kami duduk, mulai hujan gerimis. Aku dan mas Abhi saling bertatap muka was-was. Iya, jas hujan kami hanya satu.
“Ini ya mbak, semua enam puluh lima ribu.” Si bapak menyodorkan pesanan kami.
“Makasih ya pak.” Aku menyodorkan uang pas pada si bapak, agar bisa segera pulang sebelum hujan mulai deras. Belum sempat aku dan mas Abhi menuju motor, tiba-tiba hujan turun deras sekali. Sangat deras hingga nggak mungkin bagi kami kalau mau nekat pulang.
“Yahhh hujan mas… Gimana nih mas? Mau nunggu di sini?” Aku kecewa
“Alya, hujan itu berkah lho…” Mas Abhi mengingatkanku.
“Astaghfirullah.. Iya deng. Hehe. Maaf ya mas. Kalau ini sih bisa ditaruh bagasi motor..” aku mengangkat martabak dan terang bulan.
“Hmmm apa coba cari warung yang jual jas hujan deket sini ya mas..”
“Boleh. Daripada kelamaan di sini, bentar lagi maghrib. Coba itu tuh kayaknya ada kaki lima. Biasanya jualan jas hujan plastik.” Mas Abhi menunjuk warung kecil. Kami menuju warung kaki lima dengan berlari kecil.
“Bu.. jual jas hujan plastik nggak ya?” Tanya mas Abhi pada penjual warung.
“Oh ada mas.. Monggo mau yang mana? Yang pake bawahan atau atasan aja?” tanya penjual itu.
Sekilas mas Abhi menatapku, “Ehmm yang atasan aja bu, saya pake rok soalnya hehe.” Jawabku
“Silakan, mau warna apa ini banyak pilihannya..” ujarnya sambil menyusun warna jas hujan itu.
Aku mengambil warna merah dan langsung membayarnya dengan uang sepuluh ribu pas.
“Terimakasih ya mbak, mas…” kata penjual itu
Sesampainya di rumah, aku segera mengambil piring untuk martabak dan terang bulan.
“Alya sayang, lihat nggak tadi ekspresi penjual jas hujannya?” tanya mas Abhi
“Enggak, mas… Emang kenapa?” tanyaku sambil memindahkan martabak dan terang bulan ke piring
“Dia seneng banget tadi mukanya. Bisa jadi kita pembeli pertama di warungnya hari itu? Atau mungkin setelah sekian lama nggak ada yang beli jas hujannya, kita pembeli pertamanya?” kata mas Abhi
Aku terdiam
“Dengan hujan tadi, kita jadi perantara rezeki dari Allah buat penjual tadi, sayang. Jadi hujan itu berkah, perantara rezeki.”
Aku tersenyum padanya, lalu menunduk. Malu
“Maaf ya mas, tadi Alya khilaf….” Aku meminta maaf pada mas Abhi.
“Nggak papa.” Mas Abhi tetap tersenyum
“Yuk di makan ini keburu dingin” imbuh mas Abhi
And yes, each day, I fall far him harder and deeper. Thanks Allah for sending me Mas Abhi.
© Avina Alawya – November 2017
p.s : Ini cerita yang aku alami juga, waktu itu lagi beli sesuatu sendirian, terus tiba-tiba hujan. Dari rumah udah ‘takabur’ ngga bawa jas hujan dan yeah hujan. Alhamdulillah… Untung ada penjual jas hujan pas itu jadi nggak kehujanan dan… dapet inspirasi buat nulis ini hehehe.
#ceritapendek#writing#shortstory#cerpen#ayonulis#inspiration#raining#rains#rezeki#perantararezeki#litterature#rainstory#hujan#AlyaAbhi
3 notes
·
View notes
Text
I reblog this because this one is so relateable to my current life situation :’) Mas Gun emang juara memainkan kata-kata. Superb!
Perasaanmu
Urusanmu terhadap perasaanmu, adalah urusanmu sendiri. Meski pernah ada yang datang, kemudian pergi. Ada yang memberi harapan, kemudian hilang bagai ditelan bumi. Semuanya menjadi urusanmu.
Sebanyak apapun kita membuat alasan, juga pembenaran. Dan seingin apapun kita menimpakan apa yang terjadi sebagai kesalahan orang lain. Justru, saat-saat seperti itulah yang membuat kita tidak bisa beranjak kemana-mana.
Hal yang paling sulit selain bersyukur adalah berlapang dada. Menerima kenyataan bahwa memang itu semua adalah kesalahan kita sendiri yang tidak mampu mengendalikan diri. Ketidakmampuan kita dalam mengendalikan perasaan, emosi, pikiran, dan membiarkannya terbang bebas memikirkan apapun. Kita terperangkap dalam asumsi yang kita buat sendiri.
Biarkanlah perasaan itu hilang seiring perjalanan. Seiring waktu saat kita berusaha menerima bahwa kitalah yang salah dan kita bersedia untuk memaafkan diri kita sendiri.
Memaafkan diri kita di masa sebelumnya yang lalai, yang lengah, yang tidak bisa mengendalikan perasaan, yang membiarkan orang lain masuk dan pergi begitu saja, yang membiarkan perasaan berbunga-bunga dengan asumsi bahwa ini akan berakhir indah selamanya. Padahal, kita tahu, kita tidak bisa mendahului takdir.
Upaya kita adalah menerima dan memaafkan, diri sendiri.
Yogyakarta, 2 November 2017 | ©kurniawangunadi
3K notes
·
View notes
Text
So, this is what heartbreak feels…?
Sore itu, sebuah chat masuk di Line ku. Dari Ian—temen sekelompok tutorialku dulu.
Ian : Niva, lo lagi sibuk ga? Me : Engga gitu sibuk sih. Napa? Ian : Gue mau telpon lo. Me : Hmm.. dari skala 1-10, dengan 10 urgent banget, angka berapa? Ian : Yee malah pake VAS. 10 deh. Gue telpon sekarang ya.
Telpon masuk dari Ian. Kenapa sih ini Ian tumben banget telpon gue?
“Halo? Assalamualaykum. Halooo Niv!” Suara Ian agak terputus-putus
“Halo Ian.. Iya gue denger. Tumben telpon-telpon segala? Ada apa?”
“Jadi gue mau nanya nih.. kan dulu lo suka dan pernah deket sama kak Haikal kan ya…?”
“Wait.. hmmm gue ga pernah ‘deket’ yang sampe chat atau apapun ya. Cuma deket karena lomba aja dulu. Habis itu dah ga ada kontak aku sama dia. Kenapa sih? Ya okelah gue dulu emang suka sama dia.” Jawabku. Even sampai sekarang aku masih suka sama kak Haikal……..
“Menurutmu orangnya gimana sih? Soalnya dia lagi deketin temenku Niv. Dia dah chat intens, dah deket gitu, sampai kak Haikal ini dah ngasih life plan ke temenku ini. Kayaknya mau ke jenjang yang lebih serius gitu Niv. Menurutmu gimana orangnya selama kamu kenal? Temenku masih ragu soalnya..” tanya Ian.
Suara Ian tiba-tiba seperti suara gemuruh dan suara petir bersahutan. Suara Ian tiba-tiba membuat hatiku mencelos..
“Hmm Kak Haikal… ehm.. baik banget sih dia Ian. Sholeh… yaa gitu deh orang keren kamu tahu lah..” suaraku seperti tercekat.
“Iya sih baik memang. Aktif organisasi juga kan I know him but not personally. Tipenya kayak serius gitu ya Niv, sampe ngasih temenku buku panduan menikah islami gitu…” ujar Ian
“Oiya…….?” dadaku sesak.
“Niv? Gimana? Katanya dulu suka deketin cewe gitu kan? Temenku masih ragu soalnya, dia ada pengalaman ditinggal sama cowo gitu deh. ” suara Ian menyadarkanku.
“Hmm.. iya baik kok. Kalo masalah itu, yaa emang orangnya supel sih jadi yaa gitu Ian gampang deket sama siapa aja.”
I don’t have any words to describe him anymore, Ian.
“Okedeh kalo gitu Niv. Eh lo masih suka sama Kak Haikal?”
“Eh engga biasa aja sih sekarang. ” I know I lie.
“Yaudah deh Niv. Hehe makasih yaa. Maap ni ganggu.”
“Sama-sama Ian. Santai aja. Eh emang siapa sih ceweknya?” tanyaku penasaran
“Ada dehh. Yang pasti bukan angkatan kita, bukan jurusan kita juga kok hehehe.” Ian merahasiakan
“Ihhh inisial aja kali pelit amat lo.” I insist Ian.
“Dia hmmm pinter nari dulu barengan gue pentas. Apalagi ya. Inisialnya S. Udah ya Niiiv, gue harus menjaga rahasia nih.”
“Hmmm yaudah deh, kagak maksa gue. Yaudah. Daaaa.” Aku pasrah
“Wasalamualaykum Niv. Semangat stase kulitnya lo! Hahahaha.”
“Waalaykumsalam. Thank you Ian.” Jawabku lirih
So, this is what heartbreak feels? Aku sama sekali belum pernah merasakan patah hati sampai seperti ini. Orang yang selama ini aku kagumi, aku bertahan mengagumi dan suka selama hampir 3 tahun, memilih orang lain? Yes, this is the pain of a heartbreak. Orang yang selama ini aku doakan, aku kagumi dari jauh…..
Beberapa hari kemudian aku dapat kabar dari Ian (lagi) kalau kak Haikal sudah meng-khitbah (melamar) perempuan ini. Well, secepat ini? This fast? I am totally speechless. Perasaanku masih campur aduk ketika mengetahui hal tersebut. Masih hancur seperti saat Ian memberi tahu bahwa kak Haikal mendekati perempuan itu. Sejujurnya aku masih penasaran dengan siapa perempuan itu. But I stop looking for who she is. Buat apa, Niv? Kalau kamu tahu lalu kenapa? Setidaknya itu yang ada dibenakku. Tapi entah kenapa perlahan aku mulai menerima. Serpihan hati yang tercerai itu mulai berkumpul lagi. I know my words too much, this is too much. Hatiku semakin tenang ketika aku menceritakan hal itu pada sahabatku Zia.
Kata Zia, “Sabar ya Niv. Justru dengan ini, Allah tu lagi ngasih kamu petunjuk. Bahwa kak Haikal bukan jodoh kamu. Ya nggak?”
Well, Zia bener banget. And I have to start to let him go, right?
© Avina Alawya - Oktober 2017
p.s : Woaaa some people say that we write best when we’re in love or when our heart breaks. Hahaha indeed the story wrote above also happened to me. The story is similar (or exactly the same) to what I experienced. Let heartbreak be a heartbreak.. Boleh patah hati tapi nggak boleh terus meratapi. Life must go on, and yes I am letting him go already slowly. Masih banyak yang bisa dilakukan. Heartbreak shouldn’t let you be a pathetic person. Masih bisa kok jalan-jalan dan seneng-seneng sama temen, nonton film keren, kumpul sama keluarga and so on. Justru dengan kejadian ini Allah pengen aku belajar jangan terlalu banyak berharap sama orang, Allah pengen aku berharap sama Allah aja. Allah pengen aku berdoa lebih kenceng :)
#cerita#story#writing#heartbreak#brokenhearted#lovestory#notsolovestory#dailystory#tumblrstory#dontbesad
4 notes
·
View notes
Text
Refleksi Stase Jiwa/Psikiatri : Stop Bullying, please!
Assalamualaykum semua!
Akhirnya setelah aku cerita tentang pengalaman di stase THT-KL, sekarang aku mau cerita selama menjalani koas jiwa/psikiatri. Stase jiwa ini termasuk stase kecil, hanya 4 minggu aja. Kebetulan kelompokku dapat jejaring di Banyumas. Jejaring jiwa selain Banyumas ada di RSJ Grhasia dan RSJ Magelang. Nah kalau stase jiwa dalam pembagian jejaring, semua satu kelompok bareng. Nggak dipecah kayak stase lain. Jadi yaa itung-itung bonding hehe. And, yes I got Banyumas, again wkw.
Btw, kelihatannya kayaknya kesehatan jiwa itu sepele, tapi jangan remehkan ya. Karena kalau fisiknya sehat dan kuat, kalau jiwanya tidak sehat sama saja bohong. Tidak bisa menjalankan fungsi sebagai manusia seutuhnya.
Jadi kenapa refleksi saya ini tentang stop bullying? Jadi waktu itu ada pasien, seorang anak laki-laki usianya masih 14 tahun, SMP lah ya. Dia dirawat inap di bangsal jiwa di RSUD Banyumas. Sebenernya si pasien ini bukan pasienku buat ujian sih, ini pasien temenku. Lalu kenapa pasien yang masih anak-anak ini dibawa ke RSUD Banyumas, masuk bangsal jiwa lagi. Jadi ceritanya si anak— si pasien sebut saja X— menurut penuturan ibu sama kakaknya, dalam beberapa hari sebelum masuk RS X sering bicara sendiri, nggak bisa tidur, dan kalau bicara nggak nyambung. Setelah dianamnesis lebih dalam, ternyata si X ini suka dibully sama temen-temennya di sekolah. Iya di bully. Sering diejek lah, out of nowhere tas sekolahnya disobek. Tasnya disobek itu nggak cuma sekali. Bahkan dua kali! DUA KALI. Astaghfirullah haladzim… Padahal orang tua si X ini nggak mampu. Bapaknya seorang petani, ibunya hanya ibu rumah tangga. Sedih dan merasa keiris hatiku pas denger cerita itu. Maksudku buat seorang petani, bisa beliin tas anak itu butuh perjuangan yang nggak sedikit lho. Lah ini malah dirusak sama temennya, bahkan disobek… Aduh pengen nangis kalo keinget cerita ini.
Padahal si X ini secara fisik nggak ada kekurangan (biasanya kan ada latar belakang kekurangan fisik atau apa gitu). Tapi ya itu, tetep dibully. Ibunya juga cerita waktu itu, si anak kalau minta dijemput harus tepat waktu, karena merasa akan dibunuh kalau tidak tepat waktu. Astaghfirullah… si anak sampai ada pikiran seperti itu. See? Bullying does affect mental health kalau pondasi jiwanya nggak kuat.
Well, pas SD aku juga mengalami hal bullying yaa semacam itulah. Jadi aku sama kembaranku sering dimusuhin sama satu orang yang emang bossy banget, dan dia perempuan, if I may add. Sering nyuruh-nyuruh aku atau temen lain beliin makanan kalau pas jam istirahat. Pernah suatu hari, aku mecahin tabunganku buat beliin dia binder. Iya, saking aku takutnya karena dia mengancam. Dulu jaman SD, kalau dah Minggu malem rasanya males kalau mau sekolah karena ketemu si itu lagi. Kita baru dianggap temen (dia maafan gitu) kalau dah mau ujian. Selama ujian, dia nyontek aku atau kembaranku. Kalau udah selesai ujian, dimusuhin lagi deh. Sampe suatu hari aku udah ga tahan lagi diperlakukan kayak gitu, aku lapor ke wali kelas dan kepala sekolah langsung, nggak tanggung-tanggung. Setelah dilaporkan ke wali kelas dan kepala sekolah, dia ga berani lagi berperilaku bully dan bossy baik ke aku atau ke temen yang lain.
Jadi kunci melawan bully menurutku adalah berani bicara dan jangan memendam hal itu sendirian. Karena indeed bisa bikin stress dan bisa mengganggu secara mental. Apalagi masa SD-SMP itu masa pembentukan kepribadian, mencari jati diri dan pengembangan mental. Kalau masa-masa tersebut terganggu sama hal-hal seperti bully, secara mental bisa akan terganggu. So, speak up for something that you shouldn’t receive such bully or seniority! Your mental health is more important than your fear. Jadi, please stop bullying. Bayangkan wahai para pembully bahwa kalian adalah yang dibully, atau bayangin adek atau kakak kalian yang dibully. Pasti ga mau kan? Semoga refleksi stase jiwa mengenai bullying ini bermanfaat buat siapa saja yang melihat dan merasakan bullying secara langsung maupun tidak langsung. Jangan takut bicara, speak up!
See ya in the next post! Wassalamualaykum

Pic source : http://www.angelshope.org.au/speak-up
1 note
·
View note
Photo

Thank you untuk 3 destinasi (Nglanggeran-Pantai Gesing-Hutan Pinus) hari ini! ❤ Cuma 5/13 dari 17108, next time 13/13 dari 17108 ya 😄 . . . . #coassmain #postforensic #coasslyfe
1 note
·
View note
Photo

Happy birthday, my dearest best friend, mba Ki, Septiana Rizki Fauziah 🎉🎉🎉 Barakallah fii umrik! I wish you : Semoga sisa usianya berkah, dilancarkan segala urusannya, selalu dalam lindungan Allah SWT, sukses koas dan seluruh proses menjadi dokternya, dimudahkan dipertemukan dgn jodoh yang terbaik, pokoknya all the best for you 😘 Thank you for this last 16 years become a best friend of mine, semoga seterusnya sampai jannah-Nya. Aamiin. I ❤ you to infinity and beyond, mba Ki! 😇 . . . #bestfriend #birthday #september
1 note
·
View note
Text
Refleksi Stase THT-KL : Semangat Berbagi Ilmu
Assalamualaykum semuanya!
Sekarang aku mau nulis tentang pengalaman selama stase THT-KL. Jadi THT-KL adalah kependekan dari Telinga Hidung Tenggorokan-Kepala Leher. Iya, ilmunya THT adalah seputar organ tersebut. Organnya kecil-kecil, apalagi telinga. Harus pakai alat bantu.
Stase THT-KL ini adalah stase kedua setelah obsgyn. Lebih selo? Absolutely. Jauh lebih selo daripada obsgyn, walaupun tetep ada jaga malamnya. Tapi pasien di bangsal Dahlia (bangsalnya THT-KL) nggak sebanyak di Bugenvil (bangsalnya obsgyn) – lagi lagi ya iyalah. Wkwk.
Di stase THT-KL ini ada hal baru yang sebelumnya tidak ada di obsgyn yaitu biko (bimbingan koas). Nah yang ngajarin biko ini para residen THT-KL. Biasanya para R-5 atau R-6 (residen semester 5 atau 6). Biko biasanya dilakukan setelah poli, sekitar jam 4 atau 5 sore gitu. Di obsgyn sebenernya ada tutorial klinik yang dilakukan bersama residen juga, tapi itu jaraaaaang banget. Yaaa tau sendiri lah residen obsgyn sibuknya minta ampun. Tapi masih ada loh residen yang mau memberi tutorial klinik in the middle of kesibukan mereka. Salut sama residen-residen seperti mereka.
Nah kalo di THT-KL ini, biko wajib dilakukan di minggu pertama stase. Residen harus menyempatkan mengajari para koas. Ini nih yang bikin saya kagum. Mereka udah capek ngurusin pasien di poli, belum ada urusan di bangsal, eh masih mau aja ngajarin koas. Sebenernya kalo mereka mau ngelewatin biko bisa aja, yang penting tanda tangan di lembaran biko kami. Tapi mereka dengan tulus hati ngajari kami ilmu-ilmu THT-KL. Pokoknya salut banget sama residen yang mau ngajarin :’) Semoga menjadi amal jariyah mereka, aamiin.
Nah THT kemarin ada 2 jejaring. Yaitu Klaten dan Banyumas. Saya dapet jejaring Banyumas. Aslinya saya dapet Klaten, tapi saya pikir capek kalo tiap hari PP, jadi yaudah sekalian yang jauh aja. Nah selama jejaring di Banyumas, dapet banyak banget ilmu. Baik dari konsulen THT Banyumas yaitu dr Mugi dan para residen yang dapet stase di Banyumas. Di Banyumas kita bisa ‘megang’ pasien. Ya walaupun cuma anamnesis dan beberapa tindakan kecil seperti ngambil cerumen (kotoran telinga).
Saya saluuuut banget sama dr. R, beliau residen THT-KL yang waktu itu ada di Banyumas. Beliau nggak pelit ilmu. Mempersilahkan dan ngajarin koas banget. Beliau memperlakukan koas seperti ekan kerja, layaknya kita sudah dokter. Misal nih ada kasus OMSK (otitis media supuratif kronis), beliau kasih lihat kita para koas gimana keadaan membran timpani (gendang telinga) si pasien. Selama di ruang operasi pun, beliau juga memberi tahu beberapa pengetahuan bagi para koas. Pokoknya keren deh dr. R ini. Semangat berbagi ilmunya keren. Perlu dicontoh.
Kesan selama stase THT-KL, sangaaaat menyenangkan. Dapet banyak ilmu. Nggak cuma tentang THT-KL, tapi ilmu bahwa jadi orang jangan pelit ilmu. Sering-seringlah berbagi ilmu. Karena insya Allah itu adalah amal jariyah ketika kita sudah meninggal nanti :’)
Selain itu juga seneng karena selama 2 minggu di Banyumas kemarin, sempet-sempetnya main ke…………………Bandung. Ehehehehehe. Nekat sih. Berangkat Sabtu jam 3 sore setelah poli, dan Alhamdulillah sampai dengan selamat di Banyumas lagi hari Minggu jam 22.30.
See you in my next post, refleksi stase Jiwa! Wassalamualaykum!
#koas#medicalstudent#clerkship#coass#medical#text#THT#otolaryngology#residency#ilmu#berbagiilmu#FKUGM#UGM#residen#doctor
1 note
·
View note
Text
Refleksi Stase Obsgyn 2-end: That Hard Work tho
Assalamualaykum semuaa. Setelah tertunda cukup lamaaa bahkan sampai 2 stase setelah obsgyn (THT-KL dan Jiwa) saya lalui, akhirnya kesampean juga nulis ini. Di bagian kali ini saya mau sharing tentang gimana ‘keras’ nya kehidupan residen, terutama obsgyn.
Jadi bagi yang belum tahu apa itu residen, residen itu dokter umum yang sedang mengambil S2-spesialis. Obsgyn merupakan salah satu dari 4 besar cabang ilmu kedokteran. Setelah saya memasuki dan menjadi koas obsgyn, saya melihat bahwa jadi residen obsgyn itu berat banget :’) Ya jadi residen ga ada yang ringan memang. Pasti ada tantangan sendiri-sendiri, namun setelah saya melewati 3 bagian (obsgyn, THT dan Jiwa), obsgyn lah yang paling berat. Bagaimana tidak? Pasien yang dihadapi ada 2 nyawa, kelahiran cuma bisa ditaksir pakai perkiraan alias nggak pasti, kadang yang awal kehamilannya baik-baik saja eh at the end bisa buruk. Pokoknya serba nggak pasti, tapi memang ilmu kedokteran nggak ada yang pasti. He he he. Belum jam jaganya. Saya pernah diceritain sama salah satu residen obsgyn, bisa lho mereka 3 hari di RS terus buat jaga. Masih ada pula kegiatan ilmiah lain seperti laporan pagi, konferensi ilmiah, bikin referat, ujian dan lain-lain. Maka dari itu, sejak saya masuk stase obsgyn, melihat secara langsung gimana kehidupan residennya, saya langsung ‘Wah a BIG NO NO buat masuk spesialis obsgyn’.
Pernah waktu itu pas di Banjarnegara, lagi nungguin persiapan buat operasi sesar jam 23-an gitu, saya sama residen obsgyn waktu itu sebut saja dr E bilang sama saya, “Kalau cewek mendingan jangan ambil yang empat besar dek apalagi obsgyn. Kasian nanti anak-anak kamu. Fungsi ibu kan sebagai sekolah anak-anaknya. Belum jam kerjanya obsgyn kayak gini, kan dek? Kasihan badannya. Bisa hancur. Makanya harusnya cowok-cowok yang jadi obsgyn aja. Lebih bisa strong secara fisik”. Waktu itu saya cuma bisa ber- “Iya ya dok” atau “Hehe iya dok” sambil mringis hahaha. Dokter E ini laki-laki, dia melihat teman sejawatnya yang residen obsgyn perempuan tu kayak kasihan gitu :’)
Oh ya terus jasa bidan nih jangan disepelein lho. Bidan-bidan ini kerjanya juga nggak bisa diprediksi, setiap malam ada jaga, hari libur pun juga jaga. Nggak peduli tanggal merah atau bukan. Selama saya tugas di Banjarnegara sama Muntilan, saya melihat bahwa ‘Wah bidan nih juga berat kerjanya’. Kalau jaga malem, berarti nggak bisa nemenin anak dan suaminya di rumah. Salut lah sama ibu-ibu bidan.
Tapi gimana pun, bidan dan residen obsgyn, juga dokter spesialis obsgyn pasti memang sudah diniati mau menekuni bidang itu despite the risks. Begitu juga keluarga (suami/istri dan anak-anaknya) pasti juga sudah diberi pemahaman berat ringan dari pekerjaan sebagai dokter spesialis obsgyn/bidan. Selain itu, I am 100% sure that their hard-work will be paid off. Entah dalam konteks dunia seperti imbalan, kepuasan dari pasien, kesembuhan sakitnya pasien (yang ini datangnya juga atas izin Allah) ataupun konteks akhirat, bahwa pekerjaan mereka adalah pekerjaan mulia dan Allah nggak mengganjar sedikit pahala dengan pekerjaan mereka. Wallahualam..
Jadi inilah refleksi saya selama 10 minggu di bagian obsgyn. Iya capek banget 10 minggu di obsgyn wkwk. Begitu selesai ujian di obsgyn tuh rasanya legaaaaaa banget :’) Kelar juga nih one of the stressful rotation hehehe. Selanjutnya nanti aku mau cerita gimana rasanya di stase THT-KL (Telinga Hidung dan Tenggorokan-Kepala Leher) dan jiwa. See you in my next post! Semoga tulisan ini bermanfaat. Wassalamualaykum J
11 Agustus 2017
1 note
·
View note
Photo

All I sea is you 🏖 . . . #beach #pantaimenganti #explorekebumen (at Menganti Beach)
1 note
·
View note