ayslaras-blog

[ayslaras-blog]

Thanks @byputy this is totally wonderful :')

[ayslaras-blog]

Airport is definitely a place that I like. The fact that I have to drop my baggage, report to check in desk, and roaming around in departure hall. I like the feeling of landed, waiting for my luggage running on conveyor belt while I busy scrolling messages and other notifications on my cellphone. I like the feeling of take-off: I'm going somewhere! "Do you want me to take you home?" "Nope, thanks. Rumah gue jauh. Bisa 2 jam kalau lo bolak-balik. Belum bensinnya." "Tapi lo udah ada yang jemput kan?" "Udah, tenang aja. Gue disamperin ke bandara juga udah seneng banget. Makasih ya." Airport is a memorable place. Always be a memorable place. "Gue bantu angkatin koper lo sampai ke mobil jemputan ya" "Eh, nggak usah. Koper gue berat." "Justru karena berat, jadi gue bantu angkatin." - Schiphol, Januari 2014.

[ayslaras-blog]

I guess the truth is that I’m unhappy. It’s dreadful because although there have been worse moments in my life, I was unaware that things would be better. Now that I’ve experienced how beautiful life can be, I’m sad that I’ve gone back to a place where I am unable to be myself. A place where I have to censor my words, smother my passions, and restrict my emotions. It’s left me feeling numb and apathetic since I have been forced to tone down my feelings. The once proud torch I carried has been beaten to embers, and I want nothing more than to leave this place and surround myself with light again.

[ayslaras-blog]

작은 집 // OBBA {ph cr. OBBA & Kyungsub Shin} 

[ayslaras-blog]

Black Dress

[ayslaras-blog]

But sometimes we’re so focused on finding our happy ending we don’t learn how to read the signs. How to tell from the ones who want us and the ones who don’t, the ones who will stay and the ones who will leave. And maybe a happy ending doesn’t include a guy, maybe it’s you, on your own, picking up the pieces and starting over, freeing yourself up for something better in the future. Maybe the happy ending is just moving on. Or maybe the happy ending is this, knowing after all the unreturned phone calls, broken-hearts, through the blunders and misread signals, through all the pain and embarrassment you never gave up hope.

- He's just not that into you (2009)

[ayslaras-blog]

I’m not looking to fall in love. I’m not even necessarily looking for a boyfriend right now. All I really want is to find a nice, good guy I can text late at night, joke around with, and be stupid with. Someone who likes the same music as me, someone I can easily talk to, someone I can be my total self around and not mind at all. A guy I can waste Friday nights with, laugh with, and have fun with. Someone who’s not perfect, but understands me, you know? Is that really too much to ask for?

(via thelovewhisperer)

[ayslaras-blog]

[ayslaras-blog]

Don’t bring up the past of a person who is trying to improve their future

This is such an important message that is so relevant to me. Please, do not stop people from reaching a good place in life because of things they cannot take back.

[ayslaras-blog]

"Mom, why do the best people die?" "When you’re in a garden, which flowers do you pick?" "The most beautiful ones."

[ayslaras-blog]

[ayslaras-blog]

[ayslaras-blog]

[ayslaras-blog]

Kisah inspiratif tentang pak Bernardus Prasodjo (pelukis gambar keluarga di kaleng Khong Guan) Saya ini dulu tukang gambar. Kalau sekarang bahasa kerennya, graphic designer. Suka gambar dari kecil, lalu masuk Fakultas Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kuliah cuma dua tahun, karena sering bolos dan terlalu asyik ngerjain order-an. Saat kuliah di ITB saya sewa kost di jalan Lekong Kecil, tak jauh dari kantor redaksi majalah Aktuil; jadi saya sering main dan nongkrong di situ. Lalu, saya sempat bikin komik strip untuk Aktuil. Dari Bandung saya pindah ke daerah Roxy, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Di dekat situ, tepatnya di jalan Biak, ada perusahaan separasi warna. Tahu saya bisa menggambar, mereka sering kasih kerjaan ke saya. Perusahaan separasi warna itu juga yang memberi saya kerjaan ilustrasi untuk kaleng biskuit Khong Guan, lupa tahun berapa, yang jelas saat itu usia saya 24 tahun. (Usia Bernardus kini 66 tahun, artinya saat itu sekitar 1971, tepat saat Khong Guan Merah mulai diproduksi di Indonesia -red) Ide gambarnya bukan dari saya. Pokoknya saya dikasih contoh gambar (seorang ibu dan dua anak duduk memutari meja) tidak berwarna di kertas yang sudah lecek. Ya sudah saya hanya mengubah gambar itu seperlunya, dan mewarnainya sesuai pesanan. Sejak itu saya mulai sering mendapat pesanan menggambar di kemasan, seperti wafer Nissin, sampai kemasan produk-produk CV Hero jaman dulu seperti agar-agar dan sirop. Semua gambar itu saya bikin menggunakan cat air merek Guitar, di atas kertas gambar yang sebelumnya saya elap dulu pakai kapas basah. Lama-lama, pesanan gambar makin sedikit, dan mulai banyak yang menanyakan kesediaan saya menggarap ilustrasi sekaligus layout buku. Akhirnya, saya beralih ke usaha setting dan tata letak buku. Memasuki akhir 1980-an, urusan meng-edit dan mencetak foto lebih cocok untuk menjaga kelangsungan usaha. Maka saya mengalihkan usaha jadi tempat cetak foto; namanya Pandu Photo. Saat itu, saya membeli mesin Fuji, termasuk salah satu yang paling canggih di Jakarta saat itu. Awal 2000-an, perkembangan teknologi foto digital membuat saya harus berani berhenti; saya pikir, pertumbuhannya terlalu cepat dan berat dari sisi bisnis. Pas juga anak-anak saya sudah bekerja semua, jadi saya pikir sudah lah… Maka saya pun berbelok ke minat lain saya, pengobatan alternatif Prana. Saya mendapatkan lisensi sebagai penyembuh dan pelatih dari Filipina, maka saya coba populerkan di Indonesia. Facebook saya gunakan untuk mempromosikan tentang penyembuhan Prana. Blog juga begitu, bisa dilihat di pranaindonesia.wordpress.com. Bagi saya, tidak ada yang terasa paling istimewa. Saya hanya menjalani hidup saja. Seperti soal Khong Guan, ya biasa saja, memang itu pekerjaan saya, ya saya kerjakan, lalu dibayar, habis itu ya sudah… Lupakan. Yang terpenting adalah mencintai apa yang kita kerjakan. Nggak usah mikirin uang. Kalau kita senang, seberat dan selelah apapun kita akan menikmati; lalu rezeki akan datang dengan caranya sendiri. Saya ini nggak lulus kuliah, tapi bisa jadi dosen. Yang terpenting adalah pengalaman. (Bernardus Prasodjo sempat mengajar graphic design, typography, dan reproduksi warna digital di LPKT Gramedia -red) Saya senang lihat meme tentang ilustrasi Khong Guan, lucu! Mungkin, kalau saya masih muda, saya akan melakukan hal yang sama, ha-ha-ha! Sumber: Diambil dari sini

[ayslaras-blog]

There's no way two individuals can stay forever without friction. To make a woman feel loved give her the three AAAs: Attention, Affection, & Appreciation. To make a man feel loved give him the three RRRs: Respect, Reassurance, & Relief. Never neglect the emotional needs of your partner is the key.

[ayslaras-blog]

It's not about the money (I'm not a fond of currency). It's about being successful.