ayuninazenti
ayuninazenti
Learner
5 posts
Let me tell you!
Don't wanna be here? Send us removal request.
ayuninazenti · 4 years ago
Text
Tabungan Haji dari Nenek
Mentari pagi itu sangat cerah. Namun, tidak secerah perasaan Zahira. Gadis kecil berusia sebelas tahun sedang menatap kosong foto Almarhummah neneknya. Satu minggu yang lalu adalah hari terakhir ia melihat jasad neneknya berbaring di tempat tidur. Setelah mengantarkan ke pemakaman, ia kembali dengan perasaan sedih dan kesepian. Neneknya adalah sabahat terbaik baginya, namun saat ini sudah beristirahat dengan tenang di alam yang berbeda. Setelah beberapa menit memandangi foto sang nenek dengan tatapan kosong, perlahan tangannya yang bergemetar mengambil foto itu. Dibukanya pigura berwana hitam dan mengambil foto sang nenek yang sudah puluhan tahun usianya. Ia melepasnya dari pigura dan memindahkan ke buku album.
Hampa itulah yang dirasakan Zahira saat ini. Tidak ada lagi teh panas yang setiap pagi ia seduh memenuhi cangkir putih kesayangan sang nenek, tidak ada lagi cerita-cerita nabi dan rasul yang selalu diulang-ulang setiap ba’da Ahsar, tidak ada lagi suara merdunya berpadu dengan suara sang nenek melantunkan Surat Al Mulk sebelum mereka tidur bersama, tidak ada lagi kuliah tujuh menit sehabis salat subuh berjamaah. Mukena yang sering dikenakan nenek selalu terlipat rapi setiap usai kultum. Tak jarang Zahira memberikan parfum aroma melati di mukena dan sajadah miliknya dan milik sang nenek.
Foto telah terpasang rapi di buku album. Zahira kemudian melangkahkan kaki ke kamar nenek untuk membereskan barang-barang nenek. Baju-baju nenek ia kelompokkan dalam kardus besar. Buku-buku nenek ia bersihkan dan rapikan sesuai dengan jenisnya. Ah, pasti banyak sekali kenangan di setiap bukunya. Ada yang ia beli bersama nenek, ada yang selalu dibacakan kepadanya sebelum tidur, ada yang merupakan hadiah dari nya di hari ulang tahun nenek dan masih banyak lagi. Buku-buku yang mencapai tiga rak besar, sudah semua dibaca oleh nenek. Sebagian besar merupakan buku-buku Islam, dari mulai cerita para nabi dan rasul, buku tafsir Al-Quran karya ulama besar, Buya Hamka dari jus 1 hingga jus 30 lengkap sudah, hingga buku-buku doa sehari-hari. Maka tidak heran jika Zahira sering sekali menjadi wakil sekolahnya untuk mengikuti lomba-lomba Islami. Karena didikan dari sang nenek yang setiap hari selalu menerapkan ajaran Islam kepadanya.
Kipas angin di kamar nenek berputar dengan putaran paling kencang. Keringat Zahira berkucuran, hingga setelan daster yang ia kenakan basah. Perlahan-lahan ia pindah tumbukan barang-barang nenek yang sudah tidak terpakai ke dalam kardus. Nantinya akan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Ketika hendak memasukkan kerudung-kerudung nenek ke dalam kardus, terdapat amplop berukuran sedang diantara tumpukan kerudung. Dibukanya amplop itu dan ternyata berisi surat dan duapuluh lembar uang seratus ribu rupiah. Zahira segera membaca surat itu :
Untuk cucu tersayangku, Zahira.
Assalamu’alaikum, Nak. Nenek menulis surat ini ketika kau sedang menghafalkan surat Al Waqiah. Ada senyuman yang selalu nenek lihat di wajahmu. Ya, kau memang selalu begitu. Walaupun sedih, kau tetap saja tersenyum. Nenek ingin mengucapkan terima kasih banyak kepadamu, telah menemani nenek di hari tua. Disaat orang tuamu, pakde bude, om tante mu bekerja mencari uang untuk menyambung kehidupan, kau dengan senang hati meminta kepada orang tua mu untuk tinggal bersama nenek semenjak usiamu empat tahun. Jauh dari kota, jauh dari teman-temanmu di kota sana, bahkan jauh dari kedua orang tuamu hanya untuk menemani nenek setelah kakekmu meninggal dunia. Terima kasih banyak Nak. Ketika nenek telah berpulang ke pangkuan Allah SWT, kembalilah kepada orang tuamu, kejar cita-citamu dan buatlah mereka bangga kepadamu.
Nenek selalu berdoa yang terbaik untukmu, agar kau menjadi anak yang solihah. Jangan tinggalkan solat lima waktu, doakan papah mamahmu dan juga nenek dan orang-orang yang ada di sekitarmu, sekalipun orang itu pernah menyakitimu. Doakan baik kepada mereka. Nenek selalu berdoa, kau akan menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat. Ingat selalu pesan nenek, selalu berbuat baik kepada siapapun, Hal jazaaa ul ihsani illal ihsaan. Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.
Entah kapan kau membaca surat nenek ini, nenek sengaja tidak memberikan lagsung kepadamu karena nenek tau kau pasti akan bersedih. Nenek tidak ingin melihat kau menangis. Nenek harap, rasa terima kasih nenek kepadamu bisa tersampaikan walau surat ini tidak bisa dibandingkan dengan pengorbanan besarmu yang telah kau lakukan setiap hari kepada nenek. Di amplop tempat surat ini, nenek sisipkan sejumlah uang, setelah kau baca surat nenek, ambillah uang itu untukmu dan pergilah ke bank untuk membuka tabungan haji. Selanjutnya silakan kau isi dengan sisa uang sakumu setiap hari, agar dapat ke Tanah Suci. Disana adalah tempat terindah dan ternyaman di bumi sebagai bukti peradaban Islam berkembang. Maaf, nenek hanya bisa memberikan awalnya saja, karena nenek percaya kau bisa melengkapinya walau pelan pelan. Lengkap sudah nenek mengajarkan Islam kepadamu. Jangan kau simpan sendiri ya, ilmu dari Allah SWT. Sekecil apapun ilmu yang kamu miliki, berikan dengan rasa bahagia. Semangat melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dengan menjadikan dirimu sebagai seorang muslimah yang kuat.
Wassalamu’alaikum Nak,
Dari nenekmu yang menyayangimu.
Zahira menangis membaca surat dari neneknya. Seharusnya ia yang berterima kasih karena nenek lah yang mengajarkan ia tentang kehidupan. Segera ia simpan baik-baik surat dan sejumlah uang itu. Agar tidak kelarut bersedih, ia bergegas menyelesaikan beres-beres kamar nenek hingga semuanya rapi dan bersih. Pukul 14.00 WIB, semua telah beres, ia bergegas mandi dan membereskan barang-barangnya. Esok hari ia akan kembali ke kota.
Pukul 08.00 WIB keesokan harinya, orang tua beserta dua adiknya tiba di rumah nenek menjemput Zahira. Mereka meninggalkan rumah nenek yang penuh dengan pembelajaran dan kenangan. Sebelum meninggalkan kampung nenek, ia berpamitan dengan guru-guru dan teman-teman di sekolahnya. Rasa haru menghiasi kelasnya hari itu. Ada beberapa teman yang memberi Zahira hadiah sebagai kenang-kenangan.
Jalanan kota sudah lama tidak iya kunjungi, antrian kendaraan roda empat memadati jalan raya. Suara bising klakson, pemandangan macet dan polusi udara menyambutnya di kota kelahirannya itu. Perjalanan dari rumah nenek menuju kota ditempuh dalam waktu empat jam. Sebelum sampai ke rumah, Zahira meminta kepada orang tuanya untuk berhenti di salah satu bank syariah. Dengan membaca Basmallah, hari itu, Selasa, 9 Maret 2012 Zahira resmi memiliki tabungan haji. Sesampainya di rumah, ia menceritakan segala kisahnya bersama nenek kepada papah dan mamahnya.
Terima kasih nenek, atas semua ilmu yang telah diajarkan kepada Zahira. Zahira janji akan melanjutkan tabungan haji dari nenek. Semoga kita dapat bertemu di surga Nya kelak. Aamiin.
Lampu kamar Zahira telah terpejam, setelah mendoakan nenek ia segera tidur. Esok hari akan selalu cerah secerah ilmu yang telah nenek sampaikan. Suatu kebaikan akan berbalas kebaikan pula.
0 notes
ayuninazenti · 5 years ago
Text
Rahasia Ilahi
Tumblr media
Sesak yang tidak terdesak, ramai yang damai, kemegahan yang mengingatkan kesederhanaan. Desahan dari seluruh penjuru negeri yang siap menyambut keberkahan Mu. Sungguh kebesaran Mu wahai Rabb semesta, tidak ada yang terinjak di tengah lautan manusia. Hanya merasa damai dalam ramai yang tak ada ujung nya. Walau berjalan puluhan kilometer, tak juga Kau beri kaki kami bergemetar. Walau suhu udara hingga 40°C, Kau urungkan keringat kami megaliri pakaian apalagi menembusnya. Rindu mendalam diri ini melihat betapa megahnya ciptaan Mu ya Rabb, ijinkan kami kembali menapaki, Baitullah.. 🙏
Madinah Al Munawarah, 21 Juni 2018
2 notes · View notes
ayuninazenti · 5 years ago
Text
Asa
Tumblr media
Mentari pagi tak selamanya terasa hangat, kadang terlalu menyengat, tak jarang pula membuat hidung tersumbat. Ada kalanya pagi hari menjadi sahabat, sering pula pagi hari menjadi tempat sambat. Sudah menjadi rahasia umum, bukan? Bahwa dunia ini sungguh punya kejutan. Terkadang di pagi hari, kita dibuatnya melayang, siangnya menjadi tercengang hingga penghujung hari malah rasanya ingin menghilang. Menghilang dari masalah yang kita hadapi. Tapi, bukankah kau tetap berada di jalanmu saat ini? Lalu apa yang membuatmu bertahan di tengah keresahan?
Menciptakan jejak kehidupan tak selamanya indah, kawan. Bukankah pelangi tercipta setelah hujan? Bukankah berlian tercipta setelah jutaan tempaan? Dan jejak kehidupan terindah tercipta dari proses menapaki segala keresahan? Resah karena realita tak sesuai dengan tujuan. Selagi masih ada asa, ego kita selalu berpihak kepadanya. Tuhan selalu punya cara menunjukkan solusinya. Hanya saja, kemanakah ego kita akan dilabuhkan? Mengikuti keberpihakkannya menggapai asa, atau tenggelam dalam keresahan lalu menghilang?
Jawabannya, ada disetiap prosesnya. Mendekat atau menjauh dengan-Nya. Karena, dari Tuhan lah jawaban untuk segala solusinya.
Selamat liburan, kawan seperjuangan. Semoga, liburanmu dan liburanku diberi kemudahan, untuk memperbaiki segala keresahan untuk satu tujuan, menapaki jalan menuju; ASA
Bogor,  11 November 2018
0 notes
ayuninazenti · 5 years ago
Text
Kekasih semesta
Tumblr media
Senja selalu indah untuk dijadikan momen menulis sebuah cerita. Setelah menyelesaikan telepon dari sahabatnya, jemari Kaila menari di atas keyboard laptopnya.. Kurang lebih begini ceritanya,
Senja hari itu bisa jadi sesuatu yang paling kau syukuri. Wajahmu menjadi lebih sumringah ketika usai wudhu sebelum solat maghrib ketimbang wajah cemas yang penuh dengan harap seusai wudhu, subuh kala itu. Nyatanya, hari itu doa dan perjuanganmu terbalas sudah. Setelah berulang kali gagal, ratusan kali doa yang kau panjatkan dari 5 tahun yang lalu masih belum juga terkabulkan, akhirnya, hari itu semesta sedang berpihak kepadamu. Teringat, satu tahun yang lalu, ketika kau ceritakan, "Aku ingin merantau. Aku ingin menjadi dokter yang diberkahi Allah, La" Aku tersenyum, sembari ikut mengaamiinkan ucapanmu. Berbagai penolakan sana sini, tulisan merah di layar komputer yang membuatmu tak henti hentinya meneteskan air mata, omongan riweh tetangga yang menyindir, tak gentar kau hadapi dengan sangat bijaksana. Mungkin jika diijinkan, meja belajar di rumahmu menceritakan seberapa berjuangnya dirimu, aku yakin, satu hari tak akan cukup untuk menyelesaikan ceritanya.
Namun, hari ini, kau dapat berdiri gagah bersama generasi-generasi penerus bangsa pilihan negeri ini. Memberikan kabar gembira, bahwa kau telah resmi disumpah untuk menjadi dokter. Ada esensi lain yang dapat aku petik diantara percakapan telfonmu sore tadi, "La, inget gak hari itu, ketika kamu bilang senja hari itu adalah senja yang paling aku syukuri? aku merasa ada sedikit 'rasa dendam' dengan semesta, disisi lain aku bersyukur udah diterima di Fakultas Kedokteran, tapi mengapa semesta tidak mengijinkan aku untuk merantau? Ternyata, setelah serangkaian perjalanan kehidupan yang aku alami, semesta hanya menginginkan aku untuk lebih siap menjadi seseorang yang lebih baik." sedikit helaan napas darimu, kemudian kau melanjutkan, "Bener ya La, kata Ali Bin Abi Thalib, 'Balas dendam tidak selamanya dengan hal negatif, karena sejatinya, balas dendam terbaik adalah menjadikan diri kita menjadi lebih baik lagi' doakan aku ya La, besok aku akan mengabdi di Konawe. Kali pertama aku merantau untuk beberapa tahun kedepan. Semesta maha adil La, karena saat ini aku telah jauh lebih dari siap ketimbang saat senja hari itu." Kawan, terimakasih telah mengajarkanku untuk menjadi seseorang yang dikasihi semesta.
Adzan Isya berkumandang, Kaila mengakhiri tulisannya.
Yogyakarta, 23 Desember 2018
0 notes
ayuninazenti · 5 years ago
Text
Kembali
Tumblr media
Ular besi sering kali menjadi muara dari segala perjuangan. Perjuangan untuk datang tepat waktu, perjuangan menerjang hujan, perjuangan berlari sekuat tenaga setelah raga telah meminta haknya untuk direbahkan, bahkan perjuangan untuk bisa mengikhlaskan segala kenangan. Ketika perjuangan telah bermuara, ketahuilah, kursi 90° kereta ekonomi sekalipun dapat memberikan pengertian, "sejatinya saat ini kau sedang berjalan menuju muara mu (lagi)"
Segala pikiran yang berkecamuk dalam benakmu, suara bising desahan anak-anak yang bermain petak umpet di lorong gerbong, suara mesin yang bergesekan dengan rel, seraya menjadi sesuatu yang sedang kau perjuangankan untuk menghilang. Berjuang agar dapat menikmati indahnya pemandangan yang dilewati kereta jalur selatan. Kabar gembira yang selalu dinanti saat itu adalah ketika ular besi telah berhenti di stasiun tujuanmu, untuk mengantarmu KEMBALI menapaki muara dari perjuangan baru yang akan dihadapi.
Terima kasih, atas pembelajaran perjalanan yang sangat mengagumkan. Jadi, besok kami akan dibawa bermuara kemana lagi?
 Surakarta, 24 Juni 2019
1 note · View note