Cipher, Tasteless, Sob, and Natter. (Bukan siapa-siapa, kurang peka pada rasa, hanya mengiba, dan menggerutu.)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Aku baru sadar bahwa aku tak pernah membencimu. Aku hanya sesekali merasa jengkel. Buktinya, aku selalu merasa mudah memaafkanmu. Lalu merindukanmu kembali.
0 notes
Text
Bekerja?
“Banyak kerjaan, stress. Ga punya kerjaan, lebih stress lagi.”, aku kudu piye?
“Kerjaan berat, ngeluh. Kerjaan santai, bosen.” karepmu kepriben?
Tempat kerja itu penuh drama. Selalu ada cerita. Cerita yang kadang menarik, kadang menjemukan. The best bites-nya adalah: ada beberapa tokoh yang saling menyalahkan, saling serang, saling menjatuhkan, dan saling menumbalkan... alih-alih saling dukung. Katanya sih satu organisasi.
Setiap pagi, manusia berduyun menuju tempat yang sama untuk tujuan berbeda-beda. Banyak yang ketika ditanya tujuannya menjawab bekerja untuk kepentingan organisasinya... melayani orang lain. Semoga benar, tak banyak yang mengutamakan perut sendiri. Seperti saya.
Saya sudah terlanjur buncit. Bekerja membuat perut saya buncit. Bisa jadi benar, saya termasuk yang bekerja untuk perut sendiri. Kerjaan saya tak lebih hanya duduk di kubikel yang serupa bertahun-tahun lamanya. Bergaji tinggi dan kenyang makan-minum saban hari. Bermain gawai dari pagi ke pagi. Nyaris tak ada hal-hal yang benar-benar harus dikhawatirkan. Masalah yang ada pun biasanya hanya soal remeh-temeh. Nyaman sekali. Enak sekali. (Seharusnya). Tapi sering kali saya tak merasa senyaman (yang seharusnya), mengapa?
Apa gaji saya kurang? Tidak. Apa saya merasa cukup? Tidak.
Apa yang sebenarnya dicari dari aktifitas bekerja? “Keberkahan dan kemampuan bersyukur.”, itu yang tak saya punya. Bagaimanakah cara mendapatkannya?
0 notes
Text
Semoga selalu ada bahagia apapun yang terjadi. Aku lega melihatmu baik-baik saja. Ada satu hal yang membuatku masih ingat kamu; keegoisanku. Aku masih saja memikirkan kamu saat sudah kupunya orang lain yang memikirkanku.
0 notes
Text
Hatiku berbunga-bunga di setiap kali kamu mengirim teks.
Hatiku pecah berkeping di setiap kemudian -- kita bertemu dan kamu tak mengacuhkanku.
0 notes
Text
Andai kamu tahu. Aku masih selalu menulis tentangmu. Kamu, seseorang yang mungkin tak kan pernah membaca tulisanku.
0 notes
Text
Mulanya, aku memilih kehilangan dari pada ada hati yang terluka. Aku memilih percaya pada janji-janji Tuhan dari pada tipu daya cinta kepada manusia. Aku lebih mendengar kata logika dari pada kata hati. Pada akhirnya, perjuanganku tinggal satu; terus berkomitmen pada apa yang telah kupilih sendiri. Suka tak suka, kumenangkan lagi logika.
0 notes
Text
a Not Pretty Enough Young Lady
Should a relationship runs through a love feeling? I don’t love you, yet. But I’ll try, soon.
My choice is like a gambling step. I don’t even know you, yet. But I’ll know, soon.
Thank you very much for your acceptance. But so sorry for not loving this fast. I even cannot force my own heart.
I believe you are my best choice and you are going to be able to prove it. I trust to your mother’s warm hug stolen my heart.
Hi, a not pretty enough young lady. What’s the meaning of a pretty face than your beautiful attitude. You know that you deserve to my family’s acceptance, my love, and giving me kids. No doubt you are going to be the best mother.
0 notes
Text
Peremuk Hati
Tak ada lagi nasihatmu untukku. Tak ada lagi marahmu kepadaku. Tak ada lagi tawamu bersamaku. Tak ada lagi tangismu karenaku.
Kau, irama peremuk hati. Masih ada hingga kini, rasa rindu sekaligus benci.
Mengapa kau datang lagi setelah pergi?
Ingin kupeluk dirimu erat sampai tak mungkin lepas lagi. Kau bahkan lebih kuinginkan dari pada saudara kandung yang melindungi. Kau, yang kadang sebaik peri bidadari.
Tapi, Rasamu padaku masih saja misteri. Adakah kau memiliki rasa yang sama?
Kau mengacak-acak pikiran. Kau menjajah angan-angan. Kau memanipulasi pandanganku akan kehidupan.
Sempat terbersit pikir untuk menutup aliran nafasmu agar segera mati. Aku benci hidup melihat mu tanpa bisa memiliki.
0 notes
Text
I've laid on my bed for hours. Now is almost 5 a.m. Morning is coming and my eyes still far from drowsiness. There is a little pain in my head.
Beats me, whether I am beatific or beat-up, or both at once. There are too much ugly thing in my mind. I let my fantasy grow bigger and bigger, walk further and further.
How pity my heart beats hardly. It makes me sad and shock to realise that today is monday.
0 notes
Text
I should go further away through times.
Please, Girl. I’ve taken my seat here for hours. Staring at you making your face up. Don’t make me wait this long.
Please decide to join or leave. You are never looked ugly on my eyes. Don’t make me wait this long.
Please tell me something. I can’t understand your silence. What’s goin on? What do you feel? Don’t make me wait this long.
0 notes
Text
Benci tapi rindu
Ada banyak hal yang kupendam. Ingin kuutarakan tapi tak pernah bisa. Entah karena ketiadaan kesempatan dan keberanian, atau ketidaksiapan mental menghadapi masalah selanjutnya.
Kejujuran adalah hal baik. Tapi entah mengapa terkadang aku membencinya. Semesta seperti tak selalu mendukung kepada hal-hal baik. Atau ini semua hanya angan nakalku yang lemah iman? Entahlah. Aku enggan menjabarkan lebih jauh lagi.
Aku hanya bertanya-tanya, akankan isi hati ini tersampaikan satu hari nanti? Melihat aku dan kamu yang segala sesuatunya sedemikan complicated, sepertinya memang tidak mungkin terjadi.
--------
Kebencian, kemarahan, dan kesedihan
Rasa benci ini tertanam di hati sejak semasa yang lalu. Kini telah tumbuh, akarnya makin kuat dan dalam, batangnya makin berkayu dan keras, dan daunnya makin rimbun. Keseluruhan benci memenuhi lorong hati sampai-sampai aku tak mampu memikirkan hal selain kebencianku -kepadamu.
Amarahku jauh dari kata tersalurkan. Yang kutahu, menyalurkan amarah justru akan semakin merugikan diri sendiri. Aku memendamnya. Sekian lama. Berharap ia akan membusuk dengan sendirinya.
Lalu soal kesedihan itu, kusembunyikan dari raut muka semampuku. Aku tak tahu apakah rasa sedih perlu disampaikan kepada orang lain. Sepertinya tidak. Aku hanya bisa menulisnya. Untukku sendiri.
--------
Semua rasa ini membuatku mengerti rasanya benci, marah, dan sedih. Ya, tidak nyaman. Dan aku tidak mau kamu merasakannya. Aku selalu mendo’a, cukup aku saja. Kamu cukup tahu, diam-diam aku merindukanmu.
0 notes
Text
Berbagai kejadian dan masalah bertamu. Lalu ada kamu; sesosok yang sempat kuharap akan jadi masa depanku. Waktu berlalu. Hatiku masih kelu. Mengapa selalu ada ruang kecewa di hatiku?
0 notes
Text
PESAN-PESAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR'AN
° Ucapkanlah Hamdalah dan bersegeralah tidur setelah target hafalan pada hari itu tercapai.
° Kurangi berbicara yang tidak ada manfaatnya (hindari nongkrong, ngumpul atau ngobrol yang kurang bermanfaat)
>> Untuk para laki-laki, banyakin ke masjid untuk menambah hafalan ataupun muroja'ah. Lebih baik lagi jika ditemani seorang kawan untuk mengecek bacaan yang telah dihafal.
>> Untuk para wanita banyakin di rumahnya jika ingin menambah hafalan. Sebab rumah adalah tempat terbaik untuk para wanita.
° Jika hafalan masih terbata-bata, masih belum lancar. Maka jangan lelah untuk diulang dan diulang. Jangan pernah berpikir untuk mengganti ayat ataupun menambah hafalan. Terus menerus, sampai benar-benar lancar, sampai benar-benar hafal. Sampai kamu bisa melantunkan ayat itu sambil benerin kipas angin, cuci baju, atau mengerjakan tugas kalau lagi suntuk ataupun kegiatan lainnya.
° Jangan lupa makanannya diperhatikan. Selain baik, juga diperhatikan kehalalannya. Jangan mudah makan-makanan yang belum jelas asal usul kepemilikannya. (Contoh: ada makanan di meja belajar adik, tidak tahu milik siapa asal dimakan saja yang penting kenyang. Ini perlu tahu sumber makanannya darimana dan punya siapa)
° Jika dalam proses menghafal bisa di siapkan camilan dan air putih saat selesai hafalan. Karena biasanya habis selesai menghafal perut sering tidak bisa diajak kompromi. Maka tunaikanlah haknya meski hanya dengan segelas air putih.
>> Jika ada target. Misalnya ada target dari ma'had sehari ziyadah 1 lembar atau rapel seminggu 7-8 lembar. Maka kita harus lebih dari target. Mungkin untuk seharinya bisa 1,5 lembar atau 1 lembar lebih dua ayat dan untuk seminggu bisa 9 lembar.
° Jangan bilang tidak bisa. Harus bisa!! Ubah pola pikir. Menghafal itu tidak sulit, yang sulit itu jika kita sudah patah dengan semangat kita.
° Kalau lagi futur bagaimana? Nah ini… Kalau lagi futur dan malas untuk menghafal, maka rehatlah sejenak. Malas itu wajar, futur itu pasti akan menyapa. Tapi jangan dibiarkan berlarut-larut. Istirahat sejenak, lalu bergegas kembali.
Ingat-ingatlah komitmen awal dalam mengghafal, dan cambuk diri sendiri serta bertanya, apakah Al-Qur'an sudah mulai bosan dengan kita sehingga hati kita dibuat futur ketika memperjuangkannya?
° Dan terakhir yang tidak kalah penting. Terakhir berdoalah. Perbanyaklah berdoa, mintalah untuk diberi ketetapan dan kekuatan untuk selalu membersamai dan menjaga Al-Qur'an apapun kondisi kita nantinya. Apapun kesulitan yang kita alami kedepannya. Semoga Al-Qur'an berkenan untuk kita jaga dan bersamai.
*catatan untuk kalian yang super duper sibuk dengan seabrek kegiatan namun masih ingin menghafal dan memperjuangin Al-Qur'an.
📝 Cobalah untuk tidak pernah lupa membawa Al-Qur'an.
📝 Cobalah untuk membaca Al-Qur'an ketika tidak sedang mengerjakan kesibukan (artinya daripada stalking gak jelas, mending gadget ditaruh. Ambil Al-Qur'annya kemudian dibaca).
📝 Cobalah untuk menghafal minimal satu hari ½ halaman. Jika dirasa berat cobalah satu hari menghafal lima ayat. Jika dirasa masih berat lagi, cobalah satu hari menghafal satu ayat . Tapi jika dirasa masih berat. Cobalah bertanya pada diri sendiri, “SERIUS GAK SIH BUAT MENGHAFAL AL-QUR'AN?”
Semoga tips kecil ini bermanfaat..
©Ibn Syams (Self Reminder)
1K notes
·
View notes
Text
Sudah sekian masa aku punya tamu, Futur namanya. Dia menginap di bilikku. Beberapa waktu dia adalah teman tidur yang menenangkan. Tapi sering kali, aku merasa benci dan ingin dia segera pergi. Sedang aku mendapati diriku adalah manusia paling tidak tegas di muka bumi ini. Aku tidak tega untuk mengusirnya. Kemana dia akan berteduh dan istirahat jika tak di tempatku. Baiklah Futur, malam ini kau masih ingin menginap di sini bukan?
0 notes
Text
Hai, kamu. Kenalkan. Ini aku; seseorang yang akan menjadi kenangan di masa depanmu.
1 note
·
View note
Quote
Aku bukan lelah menghadapimu, melainkan lelah menghadapi harapan-harapanku sendiri – kepadamu.
(via ciptasona)
Aku menemukan seorang gadis kecil yang sepertinya merasakan hal serupa dengan yang pernah kurasa. Dia seperti ingin mengatakan, "Ayah, Ibu, Saya iri --kepada anak²mu yang lain." Tapi kalimat itu tak pernah benar-benar bisa keluar dari bibir mungilnya, hanya terpenjara di air muka yang tetiba berubah warna.
Mawar (bukan nama sebenarnya), adalah santriwati muqim (tinggal menginap) pertama di pesantren rintisan yang dibangun kakakku. Dia gadis yatim yang lahir dan tumbuh di sebuah kampung di pelosok Pulau Andalas. Ibunya adalah seorang buruh tani yang sudah renta. Dia dua bersaudara, sama sepertiku. Empat tahun lalu, dia baru menyelesaikan pendidikan SMP-nya. Semetara kakak laki-lakinya baru saja lulus SMA dan berniat mengadu nasib di ibu kota hingga kemudian bertemu dengan kakakku dan berminat tinggal di pesantren. Kakakku menawarkan untuk membawa serta Mawar ke Jakarta dan menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sedari awal kedatangannya, menurut kakakku, Mawar anak yang rajin, luwes, dan cekatan. Dia bahkan mampu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebaik orang dewasa. Dia sama sekali sudah bukan gadis kecil yang suka merengek minta jajan. Tak butuh waktu lama baginya untuk mencuri rasa kasih dari hati kakakku. Kakakku pun menganggap dia bak anak sendiri.
Empat tahun berlalu. Mawar sudah menyelesaikan pendidikan SLTA-nya. Sekarang masuk semester awal di pendidikan tinggi. Pesantren rintisan kakakku pun sudah mulai lebih banyak diminati masyarakat. Santriwan-santriwati baru berdatangan mendaftar. Khusus untuk santriwati muqim, saat ini jumlahnya tak kurang dari 50 orang. Belum termasuk santriwan yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Mawar bukan lagi satu-satunya "anak didik perempuan" di pesantren, tapi dia masih tetap seperti Mawar yang semula; rajin, luwes, dan cekatan. Dia tetap rajin bersih-bersih, mencuci, dan memasak. Dia tetap menjadi sosok paling sibuk di antara teman²nya.
Kedatangan orang-orang baru menjadikannya harus berbagi kamar. Tidak ada lagi ruang privasi. Namun begitu, dia jadi punya banyak teman. Banyak yang membantu apa yang dia ingin kerjakan. Dan, tentunya semakin banyak saingan; di kelas dan di luar kelas.
Perhatian dan kasih kakakku sebagai “ayah baru” mereka tak lagi tertuju hanya pada Mawar seorang. Anak-anaknya kini sudah banyak. Aku tahu benar, bagi Mawar, poin ini bukanlah hal yang mudah. Ada rasa kehilangan dan kerinduan di sudut hati kecil. Dan segala kejadian kecil, bisa terasa sedemikian sensitif.
"Ayah. Hati adik kenapa ya? Kok rasanya kelu. Darah seperti tersumbat. Tenaga juga menyusut."
Ketika "ayah" menegur sapa anak yang lain, dan kita hanya didiamkan. Ketika "ayah" bercanda dengan anak lain, sedang kita didiamkan. Ketika "ayah" meminta tolong kepada yang lain, sementara kita juga ada dan siap untuk membantu. Ketika "ayah" bernada sedikit ketus kepada kita sementara ramah kepada anak yang lain. Ketika pertanyaan kita tak kunjung dijawab, sedang pertanyaan anak lain dapat jawaban seketika. Ketika kita dimarahi, sedang anak lain dibiarkan.
Sementara kita telah mengerahkan energi lebih. Menyiapkan resep-resep masakan kesukaan "ayah". Membersihkan dan merapikan baju-baju ayah. Memerankan diri sebagai kakak dan teladan yang baik bagi anak yang lain.
Memang tak pernah ada yang memaksa untuk berlaku sedemikian. Tapi, rasa cemburu itu...
"Bukan ingin memonopoli. Kadangkala, hati ini ingin mendapatkan sesuatu yang berbanding lurus dengan apa yang telah dikorbankan."
Mungkin ini perkara keikhlasan. Tapi level kemampuan memaknai ikhlas yang aku dan Mawar miliki saat sekarang tentu tak elok jika hendak diperbandingkan dengan keikhlasan ulama-ulama sufi. Rasa perih itu hadir sendiri menggelayuti hati.
"Ayah, mungkin engkau sebagai orang tua ingin bersikap adil kepada semua anak-anakmu. Adil menurut versimu, tentunya. Tapi, Ayah. Saya tidak punya kemampuan untuk membaca hati dan pikiranmu. Saya, dan hati kecil saya, hanya bisa merintih perih ketika iri dan cemburu.",
"Ayah. Ketika rasa itu datang, sulit sekali disembuhkan. Saya tak lagi peduli jika ayah dahulu pernah menghadiahi saya untuk berlibur ke luar kota dimana anak yang lain tidak mendapatkannya. Atau ayah pernah membelikan jilbab dengan corak yang benar-benar saya sukai."
"Ayah. Saya berusaha memahami dan mengerti Ayah sejauh yang saya mampu. Tapi, berkenankah Ayah melakukan hal yang sama -kepadaku?",
"Ayah. Masih bolehkah aku berharap lebih kepadamu?".
1 note
·
View note
Quote
Apakah sendiri mu ini berarti sedang dalam penantian? Apakah maksud yang dinanti itu aku ? jika aku coba hadir kembali, masih adakah harap yang tersisa?
(via penaberbicara)
Mungkin...
4 notes
·
View notes