colorfuldelusionpost
colorfuldelusionpost
wtvr
5 posts
All im gonna do is just go on and do what i feel.
Don't wanna be here? Send us removal request.
colorfuldelusionpost · 7 years ago
Text
Ibu Indonesia?
Di tahun politik yg mulai memanas ini, semua dagangan sepertinya laku. Yg tadinya tidak diperhatikan jd diperhatikan. Sastra misalnya. Saya juga bingung kenapa puisi Ibu Indonesia dimaknai demikian. Sepertinya mereka bhkan tidak mengenal Joko Pinurbo dan puisi2nya seperti celana ibu atau kredo celana, di kalvari dll yg mengisahkan yesus di dalamnya. Hal ini tentu didasari karena ketidaktahuan mereka perihal sastra. Pengalaman tiap orang memang beda2, bgtu juga saya, untk pengalaman puitik tentu saja masih minim. Tapi bukan berarti puisi milik Sukmawati lantas dimaknai sbg penghinaan, ya? Dosen saya, Bu Else berpendapat bahwa sastra itu multiinterpretabel. Bisa dimaknai beragam, oleh orang yg beragam, dg latar belakang dan pengetahuan yg beragam pula. Oleh karenanya sastra menjadi debatable, bahasan yg seksi, terkhusus jika sudah disangkutpautkan dg kepentingan politik dan agama. Saya juga setuju ketika salah satu teman saya mengatakan bila kedokteran itu menghidupkan, maka sastra menggerakan. Saya pikir di dalam puisilah puji-pujian sinistik dapat dilakukan tanpa harus takut dan terintimidasi. Saya pikir bgtu. Saya pikir.
11 notes · View notes
colorfuldelusionpost · 7 years ago
Text
Dilan.
Kemarin saya nnton film Dilan dg 3 teman. Tentu respon kami berempat berbeda. Ada yg baper, ada yg biasa aja. Wajar sih, karena menurut saya tingkat kepuasan seseorang terhadap film itu tergantung dari ekspektasi dan imajinasi mereka dg film tsb sebelumnya. Dan, imajinasi maupun ekspektasi setiap orang juga berbeda, apalagi film yg diapdatasi dari novel, jd penilaian bagus sebuah film tiap orangnya juga beda. Jikalau ternyata filmnya memang jauh dari ekspektasi yaa bukan hal yg aneh kalau ada yg bilang film ini tidak bagus. Mgkin ini yg kebanyakan kurang dipahami bnyak orang. Ohyaa, dari empat teman saya td, saya salah satu yg suka dan baper sm film Dilan, ditemani teman saya Lyna. Beda dg dua teman saya yg lain, Sekar dan Zuzu yanggg……. wqwqwqwq.
Sama seperti film Indonesia lainnya kok, tp juga ga jelek. Relatif bagus.
Sinematrogafi yg banyak kecolongan dan terkesan dibuat-buat, selebihnya aku ndak punya ilmu perihal ini.
Penulisan alur yg ditulis sutradara sama rapinya dg alur di dalam Novel, termasuk dialog-dialog didalamnya. Memang tidak banyak bagian yg dihilangkan dari novel aslinya. Saya jadi ndak kehilangan makna, mengingat Novel Dilan adalah novel teenlit pertama yg saya baca dan saya sama sekali tidak menikmatinya waktu itu. Setelah difilmkan, makna yg terbangun dari novel itu justru baru saya sadari. Eh tapi dalam hal ini, ada beberapa teman saya yg lebih suka novelnya daripada film Dilan, ada yg merasa bosan ketika di bioskop dan menganggap film ini monoton, merasa bahwa adegan 1990an berlalu bgtu saja tanpa ada yg mengesankan, atau benar2 geli dg adegan yg diperankan, tentu mereka punya opini sendiri juga, sama seperti halnya saya ketika lebih menyukai film Dilan daripada novelnya pffff.
Ada hal-hal yg mendukung kisah ini terjadi pd tahun 1990, seperti cara Dilan mendekati Milea dalam hal berkomunikasi, model kendaraan seperti yg dipakai Dilan.. mm CB100 kalo ndak salah sebut hahaha, juga mobil-mobil dalam film Dilan yg menggambarkan suasana 90-an.
Tentang Iqbal sebagai pemeran Dilan, memang image boybandnya dulu ndak bisa lepas sih, untuk kelas badboy mungkin menurut teman2 ada yg lebih baik daripada Iqbal. I think so. Iqbal masih terlalu imut dalam hal ini. Tapi, benar juga yg dikatakan Ayah Pidi Baiq menanggapi komentar di twitter bahwa boyband adalah bagian dari hidup Iqbal dan tidak ada sangkutpautnya dg film Dilan karena memang bukan cerita hidup Iqbal, melainkan cerita Dilan yg diperankan Iqbal.
Nahhh, untungnya chemistry Dilan dan Milea yg diperankan dalam film ini dapet bgt, suasana hati Dilan dan Milea di dalam novel berhasil divisualisasikan sih menurutku, kalo ndak berhasil, saya kira film ini bisa jadi ndak bagus juga.
Terlepas dari aktor yg memerankan Dilan, sungguh, saya jatuh cinta dg cara Dilan mencintai Milea.
0 notes
colorfuldelusionpost · 8 years ago
Video
tumblr
[9/1] Sastra Lama ditutup dengan uas melagukan Gurindam 12. Dahhhh kayak mau dapet Golden Tiket aja nni uhuhuk:(
1 note · View note
colorfuldelusionpost · 8 years ago
Text
Sedang buruk-buruknya.
Menikmati satu judul buku kadang-kadang memang menyakiti diri sendiri. Lupa makan, eh ndak ding, makan ndak teratur lebih tepatnya.
Orientasi tentang baca buku enaknya sambil ngopi. Baru 30 halaman dalam sehari, bisa jadi ngopinya sampai 5x, padahal sekali minum, dada sudah ngos-ngosan njaluk leren. Alhasil, halaman berikutnya jd tertunda.
Ndak ingat kalau di rumah. Menyisakan waktu kpd buku ternyata ndak semudah teman-teman yg sudah baca banyak buku sampai ratusan. Di rumah, banyak hal-hal yg terhambat karena baca buku, atau sebaliknya, baca buku menjadi ndak menarik karena hal-hal yg harus dikerjakan di rumah.
Moody-an. Emosional yg kadang baik dan kebanyakan sedang ndak baik. Paling susah mengerjakan sesuatu dengan suasana batin yg demikian. Mood yg ndak baik saja merusak sikap dg orang lain, apalagi dg buku yg sedang dinikmati. Kasihan bukunya:))
Malas. Kalau sudah punya waktu yg tepat berkomunikasi dg buku kesukaan, kadang-kadang lupa dg kewajiban, eh lupa ndak ya. Ingat kok. Mbesuk sudah 8 Januari, ada pengumpulan tugas akhir sastra anak di kampus, puisiku belum selesai, sepertinya yg baru saja dimaksud malas adalah demikian, ada hal-hal yg harusnya sudah rapi, tapi menjadi terbengkalai.
Awal 2018 yg cukup baik, Nduk.
0 notes
colorfuldelusionpost · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Terimakasih kepada setiap jarak yg memberi jeda rindu. Terimakasih tidak pernah memaksa untuk pulang atau bersua. Terimakasih, rindumu abadi ❤
1 note · View note