Text
"The Brothers Karamazov", Fyodor Dostoevsky (translated by Constance Garnett)
10K notes
·
View notes
Text
A Letter To A Boy I Had Loved Before
aku bersumpah ini surat terakhir (yang mungkin takkan pernah sampai) yang kutulis untukmu. haruslah kuhargai pacarmu. kak, kata orang sayang banyak sekali wujudnya. terus terang saja, kalau tidak bisa menyayangimu sebagai laki - laki, aku ingin menyayangimu sebagai kakak laki - laki yang tak pernah kupunya. kalau tidak bisa menyayangimu sebagai kakak laki - laki, aku ingin menyayangimu sebagai sahabat laki - laki yang lagi - lagi tak pernah kupunya. kalau tidak bisa lagi, pun aku sudah senang memilikimu sebagai kawan. tapi kau tolak semua mentah - mentah. kamu pergi dengan memutus kontak, sementara aku di sini nelangsa memikirkan apa salah kupunya.
mungkin karena aku kurang modis? kurang cantik? rumahku terlalu sederhana? kurang cerdas? kurang baik? 1001 pertanyaan kuajukan kepada diri sendiri namun tak kunjung juga kutemukan jawabannya. apakah karena aku selalu menghindar? perlu kuberitahu padamu, kak, bahwa aku punya traumaku sendiri. saat kita bertemu, kutahu kamu masihlah berkontak dengan mantan pacarmu itu, dan kutahu kamu juga kesana kemari mencari pengganti mantan pacarmu. perempuan mana yang mau menjadi sebuah pilihan? atau mungkin bahkan kamu tak pernah melihatku sebagai pilihan? aku tak tahu.
berbulan - bulan rasa ini tumbuh tapi hatiku selalu mengelak. kamu mewujud sebagai banyak pertama dalam hidupku. sahabat laki - laki pertama. laki - laki pertama yang kusuka dan 'hadir secara nyata' di hidupku. rekan seperjalanan laki - laki pertama. walaupun selalu aku dan hanya aku yang merasakan semua itu. pernah kau bayangkan rasanya jadi aku? memendam perasaan diam - diam, menderita diam - diam, berjuang melupakan diam - diam. semuanya dilakukan seorang diri di saat kamu masih mewujud di sekelilingku dalam bentuk barang - barang, obrolan, dan manusia - manusia yang berkaitan denganmu. sementara kamu jauh di sana dengan mudah melupakan.
terus terang saja kamu memberiku rasa sakit dua kali. pertama karena ternyata aku bertepuk sebelah tangan dalam hubungan romantis antara laki - laki dan perempuan. yang kedua karena ternyata aku juga bertepuk sebelah tangan dalam hubungan persahabatan. saking sakit hatinya, pernah dalam hati kudoakan kamu merasakan sakit hati yang sama dengan yang kurasakan. kuakui itu kekanak - kanakan. sudah tak pernah kulakukan lagi. saking sakit hatinya juga pernah kudoakan kita tak akan pernah bersilang jalan lagi. rasa - rasanya mulai kusesali doa itu, bukan karena aku masih menaruh harap padamu, tetapi karena aku memilih berdamai.
kata orang, hidup adalah pilihan. dan aku memilih menjadi orang baik. sudah kumaafkan kamu meskipun kamu tak pernah minta. semoga hidup memperlakukanmu dengan baik. semoga semua hal - hal baik datang padamu.
PS:
Kalau lewat di depan Mall Central Park, aku masih getir karena teringat seberapa naif aku dulu. pengalaman pertamaku naik KRL adalah denganmu. kala itu kamu bercerita tentang peluncuran produk merchandise film populer favoritku. kuputuskan untuk menawarkan diri pergi bersamamu, karena terlewat gengsi, kuberikan kebebasan padamu untuk berpisah setelah kita berdua berhasil membeli merchandise tersebut. saking populernya film itu, ribuan orang mengantre dan alhasil aku pun hanya mendapat hikmahnya saja. di tengah jalan, kamu memutuskan untuk berpisah dan pergi ke tempat tujuan lain. aku pun pulang seorang diri menggunakan KRL. tahukah kamu, bahwa di dalam lubuk hati paling dalam, saat itu aku berharap kamu akan tinggal? tahukah kamu, saat itu sebenarnya yang paling kuinginkan adalah pergi berdua denganmu, dan bukan merchandise?
0 notes
Text

Oh Allah, sepanjang kami masih hidup di dunia. Anugerahkanlah kepada kami sebanyak mungkin kesempatan untuk beramal. Jika ada kesempatan beramal, bukakanlah mata hati kami mengenali setiap kesempatan, dan mudahkanlah kami untuk bersegera mengambil kesempatan itu.
Aamiin.
472 notes
·
View notes
Text
Dear God, when love comes to me again someday, may it be delightful, tender, self-assuring, and doesn't hurt again, amen.

1 note
·
View note
Text

Belajar meyakini, bahwa apa yang meninggalkan kita di masa lalu; apa yang telah kita pilih untuk lepaskan dengan penuh keyakinan baik; apa yang melewatkan kita-dan kita lewatkan karena garis takdir—pasti akan menemukan ganti yang lebih baik di masa kini dan masa yang akan datang.
Sebab, selalu ada jutaan hikmah dibalik satu takdir yang terjadi. Semoga, hati kita peka memetiknya.
Sebab, tidak mungkin sesuatu itu akan berlalu, kecuali itu memang bukan rejeki kita. Pun segala hal yang menetap dalam hidup kita karena memang sudah Allah takdirkan menjadi rejeki kita.
Awal tahun yang masih berkabut dan mungkin masih panjang sekali perjalanan ini. Semoga ruang berbaik sangka terhadap takdir Allah luas sekali dalam dada, diiringi kelembutan hati untuk selalu bertawakkal pada-Nya.🍃
Hujan di pagi hari, 10 Januari 2025 07.41 wita
257 notes
·
View notes
Text
Hati - Hati di Jalan

selalu akan ada yang pertama dalam setiap tahapan kehidupan. dan sialnya, kamu adalah salah satu dari banyak hal pertama dalam hidupku: orang pertama yang kusukai dalam diam kecuali kali ini aku bisa bebas berinteraksi denganmu dan menghabiskan banyak waktu bersama. terlalu banyak, malah.
perjalanan hidup yang lucu membawaku bertemu denganmu, di sebuah kota yang sama sekali asing, baik bagiku dan bagimu. kalau ada peribahasa bagai asam dan garam yang bertemu di belanga, mungkin itu adalah kita. kecuali kita tidak ditakdirkan untuk melebur jadi satu dalam makanan lezat yang disuguhkan untuk manusia. takdir hanya sebatas membawa kita untuk saling berdekatan di rak dapur, saling berbagi cerita mengenai kehidupan masing - masing di tempat asal sebelum takdir membawa kita bertemu di dapur yang sama.
kamu garam, aku asam. di tempat asalmu, pesisir pantai dan laut dalam sudah jadi tempat bermainmu sejak kecil. dirimu di masa kecil berkilauan dengan kristal - kristal garam dari laut, mungkin juga kristal - kristal garam yang sama yang menempel di tanganku kala itu, terbawa dari laut donggala hingga ke bali. kamu yang pertama kali memberitahuku tentang kristal - kristal garam yang menempel di tangan, berbisik lucu tanpa diminta saat kita melaju melintasi perairan bali dan tanganku ikut membelah air laut. masih ingatkah kamu?
ikan - ikan eksotis yang bahkan baru aku dengar namanya adalah santapan favoritmu setiap hari. aku asam, berasal dari pedalaman pulau jawa yang jauh dari laut. aku yang tak suka makan ikan karena di tempat asalku ikan laut mahal harganya, akhirnya bisa merasakan lezatnya ikan laut segar saat membaginya berdua denganmu. masih ingatkah kamu?
namun, ternyata di dapur ini koki lebih dulu mengambilmu, merenggutmu dari sisiku dan memadukanmu dengan asam yang lain, yang berasal dari pulau yang sama denganmu. mungkin ia berencana untuk membuat makanan khas pulau Sulawesi, sehingga membutuhkan asam dan garam dari pulau yang sama. meninggalkanku sendiri di rak dapur yang asing ini.
kadang aku merindukan saat - saat di mana aku belum berada di dapur ini, masih menjadi buah asam di pohon di daerah tempat asalku, atau berkelana di dapur yang lain sebelum di sini. di mana saja asalkan sebelum bertemu denganmu. karena hidup setelah bertemu kamu tidak akan pernah sama lagi. sebelum kita dipertemukan di dapur ini, sebagian dari dirimu sudah digunakan untuk membuat hidangan di dapur yang lain, lagi - lagi dipasangkan dengan asam yang lain. hingga koki di dapur tersebut memutuskan ia tak lagi butuh kamu dan asam yang lain merasa kalian tak lagi cocok dilebur jadi satu. dipindahkanlah kamu ke dapur ini, dalam waktu yang hampir bersamaan, aku pun juga ditakdirkan untuk menghuni dapur ini. semuanya terasa sangat pas, hingga takdir berkata lain.
sekarang lupakan tentang perumpamaan asam dan garam, nyatanya kita tak pernah bertemu di belanga. tak pernah sekalipun terbesit dalam pikiranku kalau aku akan jatuh hati dengan orang sepertimu. di awal pertemuan kita, otakku berusaha keras untuk mencegah kamu menghuni hatiku. hati yang sudah rapuh, lapuk, dan bisa hancur kapan saja. tapi, bukan hati namanya kalau sejalan dengan otak. keadaan pun sangat mendukung, interaksi kita semakin intens dari hari ke hari. mau tak mau, kuakui aku jatuh hati padamu. walaupun otakku sudah memperingatkan tentang kemungkinan bahwa kita mungkin saja tak pernah menjadi satu.
tinggal menghitung hari hingga kamu benar - benar pergi dari dapur ini, sebagian dari dirimu yang tersisa sudah digunakan habis untuk membuat hidangan bersama dengan asam lainnya. hidangan tersebut sebentar lagi akan matang, dibawa keluar dan dihidangkan untuk manusia yang jauh, jauh, jauh, nun jauh di sana. seorang turis berkulit putih yang berasal dari negeri paman sam. dan kamu pun tidak akan pernah lagi mengingat kenangan yang kamu habiskan bersamaku di dapur ini, semua percakapan - percakapan kita. setidaknya aku menyaksikan koki meleburmu jadi satu dengan asam lainnya di dapur ini, dan bukannya melihatmu dibawa pergi sendirian, sehingga aku tidak akan pernah berharap untuk dilebur denganmu suatu hari nanti di dapur yang berbeda. dan aku pun akan tetap berada di dapur ini, sendirian untuk saat ini, menunggu garam lainnya akan datang, yang semoga nantinya akan dilebur denganku di hidangan yang memang ditakdirkan untuk kami berdua.
kuucapkan selamat padamu karena akhirnya masa itu datang juga, kamu kembali dilebur jadi satu dengan asam dalam suatu hidangan, namun bukan denganku. selamat menempuh perjalanan menuju turis asing yang akan menyantap hidangan lezat yang mengandung sari pati kalian berdua. hati - hati di jalan.
2 notes
·
View notes
Text
Malabar Menuju Bandung, 19:16
malam itu, seperti biasa, aku kembali ke perantauan dengan kendaraan umum kesukaanku, dalam 10 jam 36 menit waktu perjalanan. yang istimewa dari malam itu hanyalah kereta eksekutif yang nyaman dan cantik jika tak ada kamu disebelahku. sebab, hari itu masih hari raya. orang - orang masih sibuk memasak daging dan mengumandangkan takbir. tapi demi gaji bulanan dan karir fresh graduateku malam itu aku terpaksa kembali ke Bandung. ada banyak hal yang tidak kusukai malam itu:
1. besok pukul 8 pagi aku harus sudah berada di kantor
2. kereta ini baru sampai di stasiun kiaracondong pukul 6 pagi
3. tiket kereta ini mahal sekali, hampir 700 ribu
4. besok ada meeting mingguan dengan atasan untuk membahas progress kerja
5. aku bahkan belum sempat mencicipi daging kurban
6. seharusnya besok masih libur
tapi, sepertinya keenam hal tersebut mendadak jadi bukan masalah sama sekali kalau malam itu Tuhan mempertemukan kita dalam gerbong kereta malabar, bersebelahan. aku menolak untuk memercayai bahwa ini bukan kehendak Tuhan, karena, tahukah kamu, kalau malam itu aku hampir kehabisan tiket, dan hanya tersisa satu kursi di sebelahmu?
sudah puluhan kali aku bolak - balik naik kereta, dengan berbagai tujuan, dalam berbagai kelas, baru kali ini Tuhan membuatku tertarik dengan teman seperjalanan.
bukan aku namanya kalau tidak bereaksi terlambat dalam segala hal. aku menyesal kenapa dalam 10 jam 36 menit perjalanan tersebut tidak terbesit pikiran untuk mengajakmu mengobrol sama sekali, pertanyaan basa - basi sejuta umat seperti "turun di mana, mas?" atau "kerja apa kuliah?" atau "udah lama di Bandung?" yang siapa tahu bisa mengarah ke arah obrolan yang lebih dalam. bisa jadi kita ternyata mengenal orang yang sama, pernah mengikuti suatu kegiatan yang sama, atau bahkan menemukan kecocokan satu sama lain. siapa tahu?
malam itu, gongnya adalah ketika kamu menawarkan selimut saat kesalahan dari pihak KAI membuatku tidak mendapatkan selimut yang menjadi hakku sebagai penumpang kereta eksekutif. aku bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun, saat itu aku hanya heran dalam hati mengapa selimut tak kunjung datang, dan kamu pun mulai merobek plastik pembungkus selimutmu, hendak mengenakannya. tapi, mendadak kamu berubah pikiran dan memberikan selimutmu kepadaku. sungguh tidak terduga! bukan main aku terkejut, karena malam di kereta luar biasa dingin. aku bahkan harus memastikan beberapa kali kepadamu, bahwa kamu benar - benar ikhlas untuk memberikan selimutmu padaku. saat itu sudah seperti telepati, saja!
tengah malam, aku terbangun dan mendapati kamu memeluk diri sendiri karena tengah kedinginan. aku merasa bersalah, dan heran kenapa kamu tidak meminta pramugari pramugara kereta untuk memberikan selimut, tapi mulutku terkunci. di bawah cahaya temaram kereta malam, aku mengagumi cara Tuhan memahat kontur wajahmu, sesuatu yang jarang kutemukan pada laki - laki di sekitarku.
pagi hari datang, dan pertemuan selama 10 jam 36 menit kita harus segera diakhiri. beberapa hari setelah hari itu, aku mencoba memetakan penyebab kenapa aku begitu ragu - ragu untuk mengajakmu mengobrol berbasa - basi. diantaranya:
1. aku takut menerima fakta bahwa kamu mahasiswa, yang artinya aku lebih tua dari kamu
2. aku takut menerima fakta bahwa kamu adalah kekasih orang lain
rasa penyesalan itu membebaniku selama dua minggu non-stop, hingga puncaknya aku melihat (beberapa) perusahaan teknologi di Bandung di platform linkedin dan melihat staff - staff yang terdaftar di sana. sudah gila bukan? mataku pedas karena usaha sia - sia tanpa hasil itu. aku masih belum menemukanmu. mungkin aku salah, seharusnya aku mencari perusahaan keuangan atau jasa dan bukannya teknologi. aku kan memang hanya menebak - nebak dari stereotype penampilanmu. akan jauh lebih mudah jadinya jika saat itu aku berani berbasa - basi kepadamu. mungkin, jika Tuhan berkehendak, aku bisa berbasa - basi padamu di perjalanan kereta yang lain?
0 notes
Text
Menunggu Jalan Keluar..
Ibnu Rajab rahimahullah :
انتظار الفرج بالصبر عبادة، فإن البلاء لا يدوم
“Sabar menunggu jalan keluar adalah ibadah, karena musibah itu tidak akan kekal.”
(Majmuu Rasaail Ibnu Rajab, 3/155).
kalau dipikir-pikir memang benar ya, apa yang paling ditunggu-tunggu saat banyak sekali masalah ya dihadapi? jawabannya adalah solusi dan jalan keluar dari masalah tersebut. dan bagaimana caranya agar bisa keluar dari masalah? jawabannya ya dengan meminta pertolongan Allaah. dengan apa? dengan sabar dan sholat.
"Menunggu jalan keluar dengan kesabaran bernilai ibadah karena musibah pasti berakhir." (Al Allamah Ibnu Rajab rahimakumullah)
adakalanya kita pernah di posisi berusaha mencari solusi kesana kemari,mengetuk pintu satu ke pintu yang lain, berpikir keras sampai tidak makan, tidak tidur. menghubungi semua relasi yang kita kenal, dan mencari bantuan orang-orang yang dirasa memiliki power.
namun kita lupa untuk pertama kali meminta pertolongan kepada Allaah, lupa untuk berhenti dan melepas harap kepada selainNya. kita terlalu bangga dan merasa cukup dengan diri sendiri. padahal sesungguhnya pertolongan Allaah itu dekat. namun seringkali kita lupa sebab angkuhnya diri ini.
kala tidak ada solusi dan jalan keluar. kita baru ingat untuk kembali pulang kepada Allaah Dzat pemilik alam semesta ini. lalu kita mencoba bersabar atas hal yang terjadi sembari menunggu keajaiban datang dalam hidup kita. namun kurangnya sabar pada diri terkadang membuat kita lari dan menjauh dariNya. padahal tidak seharusnya demikian.
pertolongan Allaah akan kita dapati ketika pengharapan kepada selain Allaah terputus dan terus berupaya menanam sabar dalam diri. itulah mengapa sabar dan sholat Allaah tekankan kala kita sedang menghadapi permasalahan hidup yang cukup berat.
layaknya dunia ini yang sementara, maka masalah yang sedang kita hadapi juga sementara. kesedihan yang kita rasakan pun juga sementara. sebab demikianlah cara bekerja dunia. datang dan pergi dalam pengulangan.
adakalanya memang masalah yang kita hadapi terasa begitu sesak sekali. sampai-sampai ingin menyerah saja, sampai-sampai lelah sekali dalam menghadapinya. maka satu hal yang tidak boleh terputus dari seorang mukmin adalah untuk tidak berputus asa dari Rahmat Allaah. untuk tidak berprasangka buruk kepadaNya. sebab akan selalu ada hikmah dan kebaikan yang akan kita temui nantinya meski saat ini kita nggak paham apa hikmah dan kebaikan yang kita dapatkan.
tidak ada kedzaliman dalam sebuah takdir bila kita beriman. ingatlah itu lekat-lekat.
jika saat ini sedang menghadapi permasalah yang dimana dunia terasa begitu sempit. teruslah memupuk harap bahwasanya pertolongan Allaah itu dekat, sangat dekat. ini hanya sementara, adakalanya malam datang dengan begitu pekat dan dingin, adakalanya ia akan tenggelam dan digantikan dengan hangatnya sinar matahari pagi.
siklus kehidupan silih berganti, demikian dengan dunia, demikian dengan hidup kita. Allaah selalu ada untuk kita, yang membedakan adalah cara kita dalam menyikapi untuk menjemput pertolongan dengan cara yang bagaimana.
maka melembutlah wahai diri, bersabarlah engkau dengan sabar yang baik. sebagaimana yang telah Allaah perintahkan kepadamu.
sudut mata || 17.06
185 notes
·
View notes
Text
UPAYA..
ketenangan yang seperti apa yang ingin kau cari jika cara-cara yang kau tempuh saja semakin membuatmu jauh dari Allaah. kebahagiaan yang seperti apa yang ingin kau dapatkan jika dalam proses menujunya saja semakin membuatmu lupa apa itu penghambaaan kepada Allaah. lalu, senyum yang seperti apa yang ingin kau upayakan jika dalam mewujudkannya kau lupa apa itu kejujuran.
semua hal yang kau tempuh dan kau upayakan adalah semu jika hal itu tak sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan. jalan kebenaran memang melelahkan dan sedikit banyak berkelok ataupun sangat jauh. namun percayalah, jalan itu adalah jalan keselamatan yang mungkin pada hari ini banyak dari kita yang lupa bahwa perjalanan yang abadi dan sangat panjang itu bernama akhirat.
dunia ini sementara, ambilah peran dan bekal secukupnya untuk menuju akhirat. secukupnya ialah engkau tak merasa tamak pada apa-apa yang bukan menjadi bagianmu, dan engkau merasa cukup dan bersyukur pada apa-apa yang telah ditetapkan untukmu.
ketenangan, kebahagiaan, senyum tulus hanya akan hadir setelah jalan yang tempuh adalah sebuah jalan yang murni. yang benar-benar karena Allaah semata engkau melakukan itu semua. sebab konon katanya, jalan-jalan yang tidak sesuai syariat yang telah Allaah tetapkan. semuanya hanya bersifat sementara dan tak pernah benar-benar akan terasa sampai hatimu.
maka percayalah pada syariat yang telah ditetapkan, meski kamu sendiri, meski sedikit jauh dan berkelok, meski mungkin membutuhkan waktu yang sedikit berbeda dengan orang-orang di sekitarmu. setelah Allaah memberimu kelembutan hati dan hidayah kepadamu. jaga baik-baik hal itu dengan tetap menempuh pada jalan kebenaran. teruslah berjalan dan teruslah meminta pertolongan Allaah dalam segala hal..
140 notes
·
View notes
Text
Pemutus overthinking paling ampuh ialah mengimani qada dan qadarNya dengan utuh. Percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu dan tidaklah Allah menetapkan sesuatu kecuali itu baik untukmu.
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
448 notes
·
View notes