.....yang meskipun sudah berusaha kalem tetep aja ngomongnya ngegas :'(
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
yang paling paling
kamu sering dengar kan, bukti cinta (kepada seseorang) yang paling tinggi, paling dalam, paling besar—karena paling sulit—adalah melepaskan. “jika benar cinta, lepaskanlah.”
sebelum menikah, hati kita mungkin pernah terpaut kepada seseorang. ternyata, kita belum berjodoh dengan seseorang itu. maka, melepaskan menjadi bukti cinta kita—katanya.
setelah menikah, urusan melepaskan juga masih ada. kehilangan bisa terjadi kapan saja dan karena apa saja. karena perceraian, karena kematian, bahkan karena kebersamaan yang tidak benar-benar bersama. siap tidak siap, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus melepaskan.
melepaskan tidak hanya perihal pasangan. para ayah melepaskan anak perempuannya kepada laki-laki yang menggantikan peran dan tanggung jawabnya mendidik. para ibu melepaskan anak laki-lakinya untuk mengutamakan perempuan yang dimintanya. para anak melepaskan orang tuanya ke kehidupan yang berikutnya.
melepaskan juga tidak hanya perihal status. dalam beberapa kondisi, justru status perlu tetap dipertahankan. melepaskan yang lebih hakiki adalah melepaskan kepemilikan.
...
kamu dulu juga mengira, melepaskan adalah bukti cinta yang paling paling. tapi kamu mengerti sekarang, melepaskan itu bahkan bukan bukti cinta. melepaskan itu bukti keimanan. yah, kalau konsep keimanan terlalu melangit, sebut saja bahwa melepaskan itu bukti kesadaran.
pertama, kesadaran bahwa semua hal di dunia ini adalah titipan. kedua, kesadaran bahwa kita tidak pernah benar-benar memiliki. ketiga, kesadaran bahwa hati manusia mudah sekali terbolak-balik.
begitu kan? melepaskan adalah bukti keimanan, khususnya keimanan pada takdir. keimanan pada qodo dan qodar. melepaskan seseorang yang kamu cintai adalah bukti cintamu kepada yang menciptakan seseorang itu. bukti cintamu kepada dirimu sendiri, sebab kamu tidak terpenjara oleh perasaan mengingini, memiliki. tetapi, bukan bukti cinta kepada seseorang itu.
jadi apa? bukti cinta yang paling tinggi, paling dalam, dan paling besar itu? jawabannya adalah menjaga. termasuk, menjaga seseorang itu—seperti kata Sore—dari diri kita sendiri. saat kita sangat mencintai seseorang, kita tidak takut kehilangan. alih-alih, kita tidak mau seseorang itu tersakiti, apalagi karena diri kita sendiri. saat kita sangat mencintai seseorang, kita ingin tetap hadir untuknya, menjaganya, bahkan saat dirinya sedang menjadi versi diri yang paling tidak menyenangkan.
lalu bagaimana, jika kata takdir, seseorang itu sudah habis jodohnya untuk bersama kita? atau, jika memang tidak pernah berjodoh, bagaimana jika kata takdir, rezeki kita untuk mengenalnya sudah habis? kamu tetap bisa menjaganya, yaitu dalam doa.
lepaskan kepemilikanmu atasnya. bukan karena kamu mencintai melainkan karena kamu sadar dan beriman.
lalu jagalah dia. jaga dari api neraka. jaga dari orang lain yang hasad kepadanya. jaga dari situasi yang membuatnya sulit. jaga dari godaan setan yang terkutuk. jaga dari perbuatan, perkataan, bahkan pandangan yang tidak menghormatinya. jaga dari dirimu sendiri. jaga dalam doa. dan jagalah dia pada segala musim. saat dia indah, saat dia rengkah.
190 notes
·
View notes
Text
Kecewany sama manusia tapi kenapa serasa menyalahkan dan menjauhi Tuhan?
0 notes
Text
Kabar Baik yang Kuterima dari Diriku Sendiri Setelah Sekian Lama
Ada kabar baik yang bisa kuberikan kepada diriku sendiri adalah "alhamdulillah aku masih bisa berpikir jernih dan bertahan dalam kondisi saat ini." Aku masih bisa melihat -meski samar- hikmah yang bisa kuambil, masih bisa kunikmati proses yang berliku-liku ini meski aku belum tahu kapan akan berakhir turbulensinya. Aku masih punya teman yang bisa diajak bercerita. Aku masih bisa kebaikan meski setitik kecil aja.
Meski setiap hari aku berjibaku dengan rasa lelah dan sepi, rasa kosong tanpa arti. Hari-hariku berlalu begitu saja tanpa mengajakku beranjak ke mana-mana, ya begini-begini saja seperti biasa.
Aku masih bisa bertahan dan berpikir jernih, bahwa mengakhirnya dengan tiba-tiba adalah keputusan yang bodoh. Aku masih bisa menilai dengan logika bahwa kehidupan ini adalah bagian dari prosesku yang menjadikanku bernilai. Meski seringnya aku gagal menilai baik diriku sendiri, tapi segelintir temanmu yang sedikit itu, terus menilaiku dengan baik. Orang-orang yang mengenal latar belakang hidupku, merasa sedikit terbantu dengan keberadaanku.
Aku ingin bersyukur karena aku bisa bertahan sampai sejauh ini, sesuatu yang dulu sering kudoakan untuk segera berakhir saja, tapi aku sadar bahwa aku belum siap jika harus tiba-tiba menemui-Nya dengan keadaanku sekarang. Aku hanya perlu bersabar lebih panjang atas apa yang kuhadapi, sembari menikmati momen-momen baik yang kualami. Menenangkan diri dengan mencukupkan hidupku sesederhana ini, tidak muluk-muluk mencapai mimpi seperti orang lain yang kukenali. Aku cukup menjadi diriku, mencintainya, mensyukurinya, dan menjadi orang baik semampuku. Itu sudah lebih dari cukup. (c)kurniawangunadi
134 notes
·
View notes
Text
Menasihati Diri Sendiri
Kehidupan dunia itu kalau dikejar, melelahkan, dan tidak akan ada ujungnya.
Kamu boleh berhenti, tapi setelah mencoba melakukan semua hal yang bisa kamu kendalikan.
Masalah itu pasti akan terus menerus ada, di tahapan hidup manapun, di siapapun. Jadi, banyak-banyaklah belajar dari orang lain yang telah melewati masalah-masalah yang sedang dihadapi. Biar nggak stuck.
Nggak perlu ngurusin orang yang banyak drama.
Rezeki itu dari Allah, bukan dari manusia, bukan dari tempat kerja. Jadi, nggak usah takut buat ngambil keputusan besar kalau di kerjaan itu udah nggak lagi sejalan sama nilai-nilai yang kamu pegang.
Belajarlah untuk bertabayun, karena kamu pernah di fase hanya mendengarkan satu persektif seseorang dan kamu percaya, tapi akhirnya kamu sadar bahwa orang yang kamu dengarkan itulah yang sedang bermasalah hidupnya. Jangan telan mentah-mentah apa kata orang lain tentang seseorang sampai kamu menemukan buktinya.
Kalau kamu lagi buntu sama jalan yang diambil, itu bukan karena jalannya memang buntu, tapi kita kadang nggak sadar kalau sebenarnya kitalah yang bertugas untuk membuka jalan itu. Karena tujuanmu memang harus menempuh jalan yang belum pernah ada. Jadi, jangan dulu menyerah! Kamu ingin menasihati apa untuk dirimu sendiri?
311 notes
·
View notes
Text
Dalam sebuah organisasi sudah pasti ada aturan untuk anggotanya, baik tertulis ataupun tidak. Guna aturan tersebut ialah membentuk sistem untuk mewujudkan tujuan organisasi, memberikan batasan dan petunjuk bersikap.
Satu diantara kita biasanya ada yang mbeling. Tentu tidak menaati aturan. Konsekuensinya adalah teguran dan sanksi.
Hari demi hari, tahun-tahun berlalu. Teguran hanya angin berlalu, sanksi sudah bukan senjata lagi.
Respon paling mudah dan TIDAK efektif dari menghadapi rasa muak, kecewa, marah, capek ngomel untuk satu orang tersebut adalah dengan Diam.
Diam dan sudah tidak peduli lagi.
Bukan silent treatment, tapi membebaskan. Biar satu orang itu belajar dan mencontoh dengan alami tanpa paksaan dari aturan.
Organisasi ini memang kecil, hanya terdiri dari dua manusia yang hobi berselisih dan cipta argumen.
Tapi percayalah, jika satu orang sudah menyerah dan angkat tangan, satu lainnya akan hilang arah.
0 notes
Text
Kita mulai lagi yuk, mulai dari awal gapapa. Bahkan sepertinya ini memulainya dari minus, gapapa banget.
0 notes
Text
pakaian
kamu sedang sendiri, di kamar mandi, tanpa sehelai kain pun, melihat pantulan dirimu di dalam cermin. kamu berpikir, di dalam tubuhmu ini, isinya organ-organ yang mungkin bisa membuatmu mual hanya dengan membayangkannya. tapi Allah tutupi dengan kulit. dengan paras yang baik.
lalu Allah berikan juga kepadamu pakaian-pakaian yang indah. dengan pakaian itu kamu tutupi keburukanmu. dengan pakaian itu kamu percaya diri melangkah keluar rumah. Allah berikanmu rezeki untuk merawat kulitmu, rambutmu. meskipun tidak sempurna, kamu menyayangi tubuhmu.
pada catatan masa lalumu, oh ternyata, ada banyak sekali hal-hal yang juga membuatmu mual hanya dengan membayangkannya. kesalahan karena kebodohan. kelalaian karena kemalasan. kejahatan karena banyak sekali hal. luka pada orang lain karena kamu belum tuntas menyembuhkan lukamu sendiri. dan dosa-dosa, yang ada banyak sekali.
tapi Allah tutupi itu semua. dengan kasih sayang-Nya. meskipun kamu, terpeleset berkali-kali, atau malah mengumbar sendiri. Allah masih menutupi.
lalu Allah berikan juga kepadamu pasangan hidup yang menjadi pakaian untukmu. dia yang mengetahui dirimu yang paling buruk. dia yang memaafkanmu berkali-kali. dia yang seperti pakaian untukmu. memelukmu, memberi rasa hangat atau rasa sejuk, menjadikanmu percaya diri, memberimu ketenangan.
buru-buru kamu keluar dari kamar mandi. kamu peluk pasanganmu itu. ya Allah. bagaimana mungkin kamu tega membuka pakaiannya di depan orang lain, sementara dirinya selalu menjadi pakaian untukmu?
184 notes
·
View notes
Text
setiap kali
setiap kali kamu teringat tentang hal yang menyakitimu lagi, maafkan lagi.
setiap kali kamu ingin membuka lukamu lagi--mengungkit-ungkit, bertanya-tanya--tambahkan perban.
setiap kali kamu penasaran akan kabar orang-orang yang tak perlu ada urusannya denganmu lagi, tanyakan kabarmu sendiri.
setiap kali kamu merasa pusing, dadamu sesak, matamu panas, tapi punggungmu dingin, duduklah, atur napasmu, lalu peluk dirimu sendiri.
setiap kali kamu ingin meledak, ambillah secarik kertas dan sebilah pensil. menulislah.
setiap kali kamu merasa seperti tertimpa jembatan, ambil wudhu dan dirikan dua rakaat.
mungkin tidak satu malam. mungkin tidak satu minggu. mungkin tidak satu bulan. mungkin tidak satu tahun. mungkin tidak satu dasawarsa. mungkin memang akan lama sekali prosesnya. tapi percayalah, sama seperti bahwa doamu akan dijawab iya, kamu pasti akan sembuh.
Allah menciptakan matahari, bumi, bulan. semua beredar pada garisnya sendiri-sendiri. Allah menciptakan siang dan malam, semuanya teratur tanpa saling mendahului. kamu punya waktumu sendiri. waktumu akan tiba.
417 notes
·
View notes
Text
Ah, terasa hangat setelah membaca ini
Masa Muda
Kamu mungkin akan bertemu dengan orang yang kamu kira akan menjadi pasangan hidupmu, ternyata tidak. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, nanti kamu akan tahu kenapa kamu tidak dengannya. Nanti. Setelah kamu melewati waktu beberapa tahun ke depan. Kamu mungkin akan bertemu dengan pekerjaan yang kamu rasa cocok, tapi nanti kamu akan ketemu sama pertanyaan mendalam : apakah kamu akan menjalani hal itu seterusnya dan selamanya, seumur hidupmu? Lalu kamu akan mulai berpikir bercabang-cabang karena pekerjaan yang kamu dapatkan sebelum kamu berkeluarga itu ternyata seberpengaruh itu pada keputusan-keputusan besarmu yang lain, seperti tinggal dimana, nikah sama siapa. Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang kamu rasa adalah petunjuk, tapi ternyata adalah ujian. Sama halnya dengan orang-orang yang hadir dalam hidup kita, banyak diantara mereka yang datang sebagai ujian, hanya sedikit sekali yang menjadi karib, dan hanya satu saja yang menjadi pasangan hidup. Saat itu kamu begitu berapi-api seolah semua hal akan sesuai dengan sangkamu, tapi ternyata kamu terjerumus pada ujian yang membuatmu kelelahan badan dan pikiran. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, ujian itulah yang nanti akan menjawab pertanyaanmu kenapa orang dewasa/orang tua itu bisa lebih bijaksana.
Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang di luar nalarmu. Seperti kamu hari ini, yang tengah berdiri pada apa-apa yang telah kamu raih dan memang ada juga yang belum berhasil kamu raih. Tapi sadar nggak, kalau kamu bisa berjalan dan bertahan sejauh ini saja udah merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah semua dinamika hidup yang kamu jalani. (c)kurniawangunadi
489 notes
·
View notes
Text
Menangis dan mengasihani diri sendiri
Tegalsari, 18 Mei 2025
0 notes
Text
Se7777777
sangat cinta
dulu saya punya prinsip bahwa mencintai pasangan (halal) itu secukupnya saja. alasannya, saya melihat bahwa mereka yang sangat menyayangi pasangannya bisa menjadi sangat hancur ketika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan. semakin cinta artinya harus semakin siap kalau-kalau tersakiti. kalau tidak mau tersakiti, jangan terlalu cinta.
setelah saya belajar lagi, ternyata mencintai pasangan itu justru harus sangat. harus brutal. harus ugal-ugalan. harus benar-benar segenap jiwa raga hati hidup mati. harus sampai pada titik: pasangan kita pasti ada celanya, tetapi rasa sayang kita jauh lebih besar dari cela itu sehingga yang buruk itu tidak ada artinya. mawaddah.

dari titik nggak cinta ke titik kecintaan, di sana yang ada adalah nafsu. dari titik kecintaan ke titik mawaddah, barulah di sana ada cinta. memang, apa bedanya cinta dan nafsu? cinta itu mendorong kita menjadi versi terbaik, sedangkan nafsu menjerumuskan kita kepada perbuatan maksiat.
satu-satunya cara agar cinta (dan bukan nafsu) yang hadir adalah dengan melibatkan Allah. dan satu-satunya syarat Allah bisa terlibat adalah cinta itu harus halal dalam pernikahan. dalam pernikahan, mencintai dengan sangat adalah tanggung jawab yang menikah tidak hanya kepada satu sama lain, tetapi juga kepada Allah.

tentang konsep mawaddah ini, kadang ada juga yang salah paham. dikiranya, karena pasangan kita sudah "wadud" kepada kita, kita jadi bisa seenaknya. kita jadi percaya diri bahwa pasangan kita tidak mungkin sakit hati. tidak begitu ya. perlu kesalingan untuk menghadirkan pernikahan yang mawaddah.
salah paham berikutnya, karena kita "wadud", kita rela diperlakukan seenaknya. tidak begitu ya. mawaddah itu mengurangi / meniadakan dampak patah hati saat ada yang tak sesuai harapan. yang tidak ada artinya itu patah hatinya. tetapi, mawaddah tidak meniadakan hal-hal yang memang perlu diperbaiki. kebaikan yang ada di tengah keburukan itu adalah kesempatan memaafkan. intinya, setiap pihak yang menikah harus terus berupaya memperbaiki diri---agar pasangan kita tidak perlu patah hati.
cintailah pasanganmu dengan sangat. dengan brutal. dengan ugal-ugalan. boronglah semua bahasa cinta. termasuk bahasa cinta yang keenam: tak perlu meminta. termasuk bahasa cinta yang ketujuh---bahasa cinta yang paling penting: melibatkan Allah.
393 notes
·
View notes
Text
Tugas kita itu memang perihal membereskan kewajiban
Ketika ada kewajiban kita yang tidak beres, maka akan menghadirkan ketidaktenangan dalam hidup kita.
Tugas yang tidak diselesaikan, pekerjaan yang tidak dibereskan, hutang yang tidak segera dibayarkan.
Semakin banyak ketidakberesan yang tidak kita selesaikan, maka semakin bertumpuk juga rasa bersalah yang kita punya.
Itu baru urusan duniawi, ada sebegitu banyaknya rangkaian ketidaktenangan yang kita datangkan sendiri.
Barangkali itu alasan mengapa ketika kita meninggalkan sholat, pikiran kita menjadi resah, jiwa kita gelisah dan tidak nyaman.
Karena sejujurnya kita sadar bahwa ada kewajiban yang sudah kita tunda-tunda.
Makanya tidak akan ada hidup seseorang yang tenang, jika ia hidup dalam bayang-bayang kebohongan.
Bahkan jika itu hanya sebatas dirinya sendiri yang dia bohongi.
Sebab sederhana, tanda bahwa hidup yang tidak tenang adalah perihal seberapa banyak tanggung jawab yang tidak dibereskan.
Maka segerakan dan bereskan, jangan ditunda-tunda
—ibnufir
109 notes
·
View notes
Text
Sayang sekali, kini tangisanmu tidak sepenting itu.
Tidak semengkhawatirkan dan biasa saja.
Sayang sekali
0 notes