delacroixlucas
delacroixlucas
King's Seekers
2K posts
A Writer. Arts. Foods. Books
Don't wanna be here? Send us removal request.
delacroixlucas · 6 years ago
Photo
Tumblr media
170K notes · View notes
delacroixlucas · 6 years ago
Photo
Tumblr media
https://iglovequotes.net/
252 notes · View notes
delacroixlucas · 6 years ago
Text
That Smile
Ternyata semudah itu membicarakan masa lalu. Gue kira bakal berakhir dengan air mata dan emosi marah yang penuh dendam.
Ternyata semudah itu membicarakan dia. Dua setengah tahun berlalu, gue masih mau dia tahu seberapa besar rasa sakit hati dan martabat keluarga gue yang dia rendahkan malam itu. Tetapi pada akhirnya semudah itu gue membicarakan dia tanpa beban lagi di hati.
Apakah gue sudah berbesar hati memafkan dia? Memaafkan iya, tapi melupakan engga. Mungkin lebih tepatnya gue merasakan maklum.
Ya, ketika gue lihat anak kecil dalam gendongannya, gue merasa maklum dan kasihan.
Malam itu, secara tanpa sengaja gue kembali melihat namanya setelah sekian lama menolak untuk tahu.
Sepersekian detik gue berpikir: ‘Ah..gue lupa nama panjang dia.’
Dan fakta bahwa gue masih menyimpan kontak nomornya dengan ‘nama kontak’ paling formal.
Awalnya gue mau mengedik bahu dan mengabaikan sebersit ingatan baik gue soal dia, tapi kemudian gue melihat perubahan itu.
Gue bukan orang yang jahat. Engga sedetik pun gue mengutuk dia dan pilihan hidupnya setelah dia menginjak-injak gue malam itu.
Tawa anak itu lucu, langsung nular ke gue yang sekadar ngeliat wajahnya dari foto. Tangan kecilnya menyentuh tangannya, senyumnya yang tanpa gigi menatap ke arah kamera tanpa tahu apapun. 
Yang terbersit di pikiran gue saat itu cuma satu: ‘Ih, senyumnya lucu amat’
I didnt think about his/her dad’s fault or mom’s fault. I just thinking about his/her smile.
Tau apa yang gue lakukan setelah itu? Berdoa.
Gue berdoa supaya bukan anak itu yang harus menanggung kesalahan ayah ibunya. Gue berdoa semoga kebencian orang tua gue malam itu engga terbalaskan ke anaknya. Gue berdoa supaya anaknya engga mengalami hal yang sama seperti yang gue rasakan malam itu, kehilangan semua bakat yang gue miliki saat ini dan hidup dalam ketakutan konstan.
Padahal dia bukan anak gue.
Dan semudah itu gue membicarakan kelucuan wajah anaknya pada Mama yang menatap gue seolah anaknya berubah gila dan mendoakan anak dari orang yang sudah meludahi anak perempuannya sendiri.
Engga. Gue engga gila, gue cuma maklum dan takut untuk anak itu.
“Dia udah punya anak. Anaknya lucu, bapaknya kayak supir truk Pantura. Yuck,” 
That’s what I said when my brother ask me, while smiling cause that goddamn child has a sweetest smile ever.
Semudah itu membicarakan dia tanpa memikirkan kekesalan gue.
Semudah itu.
I guess God always listen to my pray.
4 notes · View notes
delacroixlucas · 6 years ago
Text
Book Review: Receiver of Many
Tumblr media
((It’s been a while since I truly write something in here. I’m trying to overcome my fear in baby step, so here it is. A book review. 
Terakhir kali nulis review tuh kayaknya tahun lalu ya, itu juga dalam rangka melawan rasa takut gue sama dunia tulis menulis. Di luar pekerjaan, gue masih menemukan kesulitan untuk tetap rajin menulis kayak dulu lagi. But here I am, trying something to do in my spare time. Gue engga mau lama-lama sembunyi di bawah bayang-bayang rasa takut, jadi bare with me. This is my first review after billion years living in the dark.))
Judul buku yang mau gue review kali ini tuh, Receiver of Many. Kalau dikonversi ke Bahasa Indonesia, mungkin bakal jadinya ‘Dia si Penerima Segalanya’ (??). Gue engga bener-bener bisa pasti karena ternyata ‘Receiver of Many’ tuh sebuah gelar bukan istilah atau frasa kalimat.
Receiver of Many ditulis oleh seorang wanita lulusan filosofi dan sastra bernama Rachel Alexander. Rachel pertama kali nulis buku ini dalam bentuk fiksi bebas di platform media namanya Archive of Our Own atau AO3.
Buku ini kemudian dipublikasi setelah mendapatkan begitu banyak perhatian dari para penggemar dengan peraihan kudos tertinggi di area tagging-nya. Buku ini telah memiliki sequel dan buku ketiganya sedang dalam tahap pengerjaan.
Receiver of Many sendiri adalah bentuk re-telling mitologi Yunani kisah Hades dan Persephone versi Homer yang dimodifikasi dengan intrik sana-sini. 
For you who knows me so well, you did know that I am a Hades-Persephone’s story sucker. This book is masterpiece.
Kenapa gue bilang masterpiece? Karena dari sekian ratus versi retelling Hades-Persephone diluar sana, buku ini tuh paling sempurna. Paling mendekati versi aslinya dengan romantisme yang engga muluk.
Kita semua tahulah dasar cerita klasik Hades-Persephone: Hades jatuh cinta sama Persephone dan nyulik paksa putri Demeter itu dari padang Nysa buat dijadikan bucin aka budak cinta. Persephone benci Hades tapi lama-kelamaan cinta berubah benci kayak plot drakor mainstream, mereka pun bahagia selamanya.
Itu versi buku pelajaran. Iya kan? Nah, kalian pernah baca yang versi Homer?
Punya esensi dasar cerita yang sama, versi Homer ternyata terdengar lebih romansa daripada tragedi.
Jadi, di buku Receiver of Many, Rachel menceritakan ulang kisah asmara Hades-Persephone versi Homer dengan tambahan intrik dan konflik di sana-sini untuk menutupi detil cerita aslinya yang kurang menarik.
Dalam buku ini, menariknya, Hades engga serta merta langsung jatuh cinta pada Persephone seperti yang banyak diceritakan. Buku Receiver of Many ini bisa dibilang memaksa pembaca untuk memahami karakter utama secara baik dulu sebelum menuju plot utama.
Intinya mungkin si penulis maunya tuh pembaca memahami karakter mereka sebelum menghakimi alur ceritanya (gue sotoy, tapi yaudahlah ya, toh ini pandangan gue).
So, you know those books that keep you up hours past any reasonable bedtime because you just have to know what happens next? Those books that make want to run up to strangers in the street, grab them by their shoulders, and say, “You have got to read this?!?”
This is one of those books.
Buku ini tuh. Wow, gue bahkan masih speechless sampai detik ini saking bagusnya. 
Kalian tahu kan setiap bukun roman itu punya “peraturan plot” yang sama? Peraturan tentang pertemuan-konflik-intrik-emotional roller coaster-the ending. Seolah jadi patokan hukum menulis roman, peraturan semacam itu kayak engga bisa terlewatkan.
Nah, Receiver of Many tuh melanggar semua peraturan itu dari awal.
Hades aka Aidoneus itu engga dari awal jatuh cinta sama Persephone atau ngeliat Persephone dimana gitu terus mendadak jatuh cinta. Enggak bukan begitu.
Keberadaan Perspehone di awal cerita itu cuma sebuah barang jaminan perjanjian yang diberikan Zeus kepada Aidoneus sebagai bentuk terima kasih.
Lewat pembentukan karakter masing-masing dalam cerita ini yang dari awal udah ngejelimet aka maksa pembaca dodol kayak gue untuk paham, asmara yang terjadi di antara Hades dan Persephone tuh jadi super natural dan dewasa. Kayak udah wajar aja kalo mereka pada akhirnya jatuh cinta.
Enggak cuma pembangunan karakternya aja yang bagus, tapi penggambaran dunia yang ada di buku ini tuh super detil dan BENER-BENER kayak lagi baca buku sejarah Yunani. Mulai dari indahnya padang rumput Nysa tempat Hades pertama kali ngobrol sama Persephone, sampai penggambaran dunia Underworld tuh bener-bener detil.
Bahkan sampai sejarah tentang Keres, Styx dan Erebrus pun ada di sini (padahal gila lo, Nyx dan Erebrus tuh udah kasarannya masuk legenda mesir kuno. Ini penulisnya beneran penelitian sejarah kayaknya)
Dan kalau bicara soal Hades-Persephone pasti engga mungkin melewatkan sejarah tentang buah delima kan? 
HAHAHAHAHA buku ini engga akan sesimpel itu bikin Persephone peduli sama buah delima. Butuh dua buku untuk menjelaskan kronologi gimana bisa Persephone makan 6 biji delima di Underworld dan mengubah takdirnya sebagai The Queen of Underworld.
Pandangan gue sebagai orang yang sering baca buku roman, kebanyakan pemeran wanitanya pasti damsel in distress. Seolah kurang cukup, yang pemeran utama cowok selalu menjadi heroin yang gitu-gitu aja.
You know what? This book is far from that ugly mindset.
The story is sex-positive, with strong, believable, and charismatic male and female characters. The ultimate conflict between Hades and Persephone is their struggle to learn to live together, honestly and as equal partners, in two worlds that constantly try to raise one above the other. For a story about gods and myth, their challenges were incredibly realistic and touching.
Which means this book was so freaking good it gave me a serious book hangover.
4 notes · View notes
delacroixlucas · 6 years ago
Text
I love that our generation has rejected the romance of Romeo and Juliet for the romance of Hades and Persephone 
5K notes · View notes
delacroixlucas · 6 years ago
Text
I love how this entire site has agreed that Persephone actually loves Hades and Demeter is just a helicopter mom
4K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Text
Udah sekian lama, satu tahun? Ya, satu tahun jalan dua tahun. Gue masih engga bisa nulis kayak dulu.
Rasanya kayak mau nangis, tapi engga tau mau nangisin apa.
Perasaan takut itu selalu muncul. Terlepas dari pekerjaan, gue bener-bener engga bisa balik ke diri gue yang dulu. Apa yang harus gue lakukan? Gue engga pernah merasakan apa yang dulu gue rasakan tiap buka tumblr. This fear is killing me. 
Stres? Gue depresi. Apa gue ceritain hal ini sama orang lain? Engga, they’re having their own deals dan masalah gue cuma bakal dihakimi berulang kali kalau gue berani buka mulut.
Engga ada yang berharap liat si perundung kelas kakap yang punya sakit mental.
Biru satu-satunya jangkar yang bisa gue pegang selama terapung di tengah rasa takut. Lain dari itu? Gue merasa mual setiap kali berpikir buat ngelanjutinnya.
My friend told me that it will takes time. A damn year dan gue masih takut seolah-olah bakal ada yang mencemooh gue dengan kata itu lagi. Mental gue sakit. Gue mau ada pembalasan setimpal tapi apa? Here I am struggling with my own fear to writing.
Lucu, tapi orang yang ngebuat gue having this goddamn PTSD kayak gini mungkin engga ngerasa.
Fuck you.
1 note · View note
delacroixlucas · 7 years ago
Quote
I love to tell my life story with some cryptic words karena merundung dengan jujur itu selalu terhakimi.
Aku ke Iyan hari ini
2 notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
205K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Text
Tide
Tide. A fucking tide.
Biru tidak pernah percaya takdir.
Baginya, takdir hanya serangkaian kata yang digunakan manusia untuk menyalahkan Tuhan atas hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana.
Biru juga tidak percaya dengan kesetiaan.
Kesetiaan didapat dari kepercayaan dan menaruh rasa percaya bukan bakatnya.
Biru cenderung mencurigai orang-orang disekitarnya.
Trust issue my ass..
Anggap mudahnya begini, Biru tidak pernah menjabat tangan orang lain karena rasa percayanya pada orang lain yang rendah.
Tapi tidak dengan pemilik suara itu.
Biru peduli setan soal asmara.
Hidupnya hanya sekitar hedonisme sesaat yang bisa diselesaikan dengan hubungan semalam.
Tanpa ikatan. Tanpa perasaan.
Tidak ada nama atau nomor yang diselipkan pada kantung belakang celananya.
Biru selalu pergi setelah ia menghabiskan batang rokoknya.
Biru lebih senang seperti itu.
Begitu terus sampai semuanya runtuh hanya lewat satu kalimat.
“Nuansa Biru Lembayung,”
Fuck, i wish i dont have that name. I wish she didnt call me by those name.
Rasanya seperti dihantam ombak dan bergulung tenggelam ke dasar lautan.
Biru merogoh kantungnya, mencari bubuk heroin terakhir yang dicurinya dari Ferro.
Mati pun tidak masalah, asalkan dia bisa bertemu suara itu lagi.
Tide. A fucking tide.
2 notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Text
Not to be dramatic or anything but book covers with raised metallic lettering make me a little weak at the knees
2K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media
94K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Text
Breathe
Biru berbaring diatas ranjangnya yang usang, menatap langit-langit kamarnya yang gelap.
Seberkas cahaya lampu jalanan masuk dari sela-sela tirai jendela kamar, membentuk bias cahaya di dalam kamarnya yang gelap.
Sayup-sayup suara keramaian lalu lintas dikejauhan terdengar, mengalun lembut diantara kesunyian malam disekitarnya.
Biru terlalu lelah untuk peduli.
Jika Biru pikirkan dengan baik, mungkin selama ini pria yang pernah ia sebut dengan panggilan ‘ayah’ itu ada benarnya.
Dia hanya produk gagal yang berusaha mati-matian untuk bertahan hidup. Tidak ada aspek berharga dari kehidupannya yang macam tong sampah di gang sempit. Jika ia pada akhirnya mati, tidak akan satu orang pun berkabung soal kepergiannya.
Ia bahkan yakin tubuhnya akan berakhir di moratorium tanpa identitas.
Biru selalu sendirian.
Seberkas tawa pahit lepas dari mulutnya. Tawa itu membuat tulang rusuknya terasa semakin sakit.
Berbohong saja? Toh, selama ini hidupnya juga ditentukan dari ego seorang anak manja yang ingin menang dari bayang-bayang sang ayah.
Selama mulut pintarnya berfungsi, tidak ada mulut pistol yang tertodong ke pelipisnya.
Biru memejamkan mata, memeluk rasa sakit yang mulai merajam diseluruh badannya yang berteriak sakit.
Sayup-sayup, Biru kembali membayangkan alunan melodi lembut itu lagi.
Kali ini suara lembut itu muncul bersamaan dengan aroma rumput segar di musim panas dan angin semilir yang membawa aroma asin dari laut.
Biru bisa merasakan angin itu dengan jelas seolah dirinya benar-benar berada di tempat itu lagi.
Nuansa Biru Lembayung.
Biru sungguh membenci nama itu dan perasaan sakit yang menempel erat diantara nama tersebut.
Bolehkah ia memilih kematian kali ini?
2 notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media
159K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
959K notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Companion to this Graphic (X)
836 notes · View notes
delacroixlucas · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Tulips, Hyacinths, Daffodils, Poppies, Lily Of The Valley, Anenemes, Jonquils, second quarter of the 17th century 
Jacopo Ligozzi and Ulisse Aldrovandi
16K notes · View notes