Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo


Bo-unu, finfine poste unu jaro XD (Somera Esperanto-Studado 2021, 2-11 Juli)
0 notes
Link
Un año aprendiendo Esperanto, un año de la pandemio, un año egresado de la maestría. Song cover of Sebastian Yatra, Un año.
0 notes
Text
"Learning a language is diving into culture and people of the language." (Dhinny El Fazila)
Stop diving means stop learning, no diving means no learning.
0 notes
Link
Como Mirarte by Sebastian Yatra in Esperanto Language Version (translated by Dhinny El Fazila)
Instrument by www.youtube.com/watch?v=0ySQvmALvVA
0 notes
Photo



Belajar tengah malam, bertemu teman lama yang sama-sama belajar Esperanto dari nol di bulan Juli 2020. Saat ini, Juni 2021, dia udah cas cis cus lancar banget ngomongnya. Sedangkan saya kalo ngomong masih macet, masih mikirin kata yang mau dipakai, masih nanya-nanya "kata ini bahasa esperantonya apa, kata itu apa.."
Langsung lah insecure, merasa diri ga cukup bagus, dsb. Lalu saya evaluasi. Si teman yang udah lancar ngomongnya itu belajar 3 jam sehari selama 3 bulan pertama. Jadi kalo dihitung, dalam 3 bulan pertama dia menghabiskan 252 jam utk belajar. Lah saya, belajar sejam seminggu. Jadi dalam 3 bulan pertama saya cuma ngabisin 12 jam belajar. Laaaah, 252 dibanding 12 bagaikan bumi dan langit.
Lalu si teman ini fokus belajar satu bahasa saja sampai dia bisa, lah saya belajar 3 bahasa lebih dalam waktu yang bersamaan. Tentunya fokus saya terbagi banyak.Dari situ, saya sadar sangat nggak realistis membandingkan diri saya dengan dia. Toh saya sendiri yang ngeyel dan memutuskan utk belajar lebih dari 1 bahasa, dan memutuskan untuk selow belajarnya. Emang nggak pengen ngoyo kaya belajar utk ujian.
Nah, sekarang saatnya saya belajar utk menerima konsekuensi atas pilihan saya, dan belajar utk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Setelah itu, keep enjoying the process.(Refleksi tengah malam, 13 Juni 2021)
0 notes
Quote
The learning journey’ refers to a more profound form of educational experience, for whilst successful learning may result in confidence, pleasure and a sense of achievement, persistent failure may lead to low self-esteem, apathy, avoidance or aggressions. Here we are dealing with the cumulative formation of the person as a learner, with each child’s sense of themselves and of their capacities – their ‘learning identity’.
(Andrew Pollard, 2008 in Turnbull, 2009.)
Source: Turnbull, J. (2009). Coaching for learning: A practical guide for encouraging learning. New York: Continuum.

0 notes
Link
Vi iam diris al mi eble
Eble niaj koroj havas sufiĉe
Mi estis animo bezonis savi
Kie estas la amo?
Estas sufiĉe
Mi prenas vian vokon, mia amo
Mi aŭskultas kaj sentas vian senton
Kial ni batalas kontraŭ la sento
Kie estas la amo?
Estas sufiĉe
La koro malsamas kun la menso
ĉu ni ankoraŭ havas tempon?
Vi devus neniam lasi min sola
Do kial vi devas trakti min
tiel malvarme
Mia koro estas eksplodonta
Mi scias kion ni sentas nuntempe
Vi diras, ke vi ne scias, kien ni iras
Sen vi mi estas
Perdita
Nur via amo, kiun mi havas
Mi timas alian amoperdon
Resti sola malvarmigas koron
Vi ne finos kun via koro rompita
Bebo mia amo ĉiam sufiĉas
La koro malsama kun la menso
ĉu ni ankoraŭ havas tempon?
Vi devus neniam lasi min sola
Do kial vi devas trakti min
tiel malvarme
Mia koro estas eksplodonta
Mi scias kion ni sentas en, la momento
Vi diras, ke vi ne scias, kien ni iras
Sen vi mi estas
Perdita
Nur via amo, kiun mi havas
Memoroj someraj estis solecaj
Mi ne volas pensi pri tio
Kial vi ne povas esti nur mia?
Diru kion vi volas
Neniu alia
Mi savas mian amon
Ne diru adiaŭ
Vi iam diris al mi eble
Eble niaj koroj havas sufiĉe
Mi estis animo bezonis savi
Kie estas la amo?
Kie estas la amo?
Vi devus neniam lasi min sola
Do kial vi devas trakti min
tiel malvarme
Mia koro estas eksplodonta
Mi scias kion ni sentas en, la momento
Vi diras, ke vi ne scias, kien ni iras
Sen vi mi estas
Perdita
Nur via amo, kiun mi havas
0 notes
Quote
I am the owner of my own learning journey. Teacher/ facilitator/ tutor only help me to learn. I am the one who decide my learning style, my learning method, my learning pace, what do I want to learn, and how I will learn. Teacher, you don't need to decide anything, just help me in my way. Dear teachers/tutors/facilitators, do you agree with it?

0 notes
Photo

Setahun terakhir, saya berjuang dengan pertanyaan yang saya lelah mendengarnya. "What do you do for living?" "Kerja dimana? sekarang dimana?"
Setahun lalu, tepatnya Januari 2020, saya baru saja selesai wisuda S2 psikologi pendidikan di UI setelah menempuh perjuangan panjang. Lalu datanglah pandemi. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Teman-teman ada yang sudah menjadi dosen, mengajar di universitas, lah saya masih #dirumahaja. Sesuai anjuran pemerintah.
Jadi, setiap ditanya "what do you do for living?", saya selalu jawab "do nothing", karena minder, nganggur, dirumah, ga kerja.
Walaupun sebenernya saya "do many things". Saya belajar bahasa-bahasa baru, belajar coaching, belajar bangun bisnis sendiri, belajar menyampaikan training secara online.
Nah ini saya wisuda lagi, dari salah institut coaching di Indonesia. Banyak pelajaran yang diambil, secara personal saya bertumbuh, sampai akhirnya sadar, dan sekarang saya bisa jawab.
Kalau ditanya, "what do you do for living?" lagi, jawaban saya adalah "learning and growing".
Sekian.
0 notes
Link
Cuando estoy solo, mirando fotos y videos
Me recuerda a ti y te echo de menos
Me rompe el corazón, ver todos los recuerdos
Y darte cuenta que ya no estas aqui conmigo
Yo quiero que estés aquí conmigo
Ríete conmigo otra vez, como antes
aunque sea solo por un momento
Dios por favor danos el tiempo
Es muy dificil para mi, porque nada puedo hacer
Mi corazón te extraña
Lo intenté todo
Entonces puedo estar sin ti
Sin embargo, todos son diferentes
Me cuesta borrar recuerdos contigo
Yo quiero que estés aquí conmigo
Ríete conmigo otra vez, como antes
aunque sea solo por un momento
Dios por favor danos el tiempo
Es muy dificil para mi, porque nada puedo hacer
Mi corazón te extraña
Te estoy extrañando tanto
0 notes
Text
Indikator Jago Berbahasa Asing (3)
Dari semua hal yang sudah saya ceritakan dan sudah saya lalui sepanjang perjalanan saya belajar Bahasa asing, saya merefleksi bahwa sepertinya, indikator “jago” versi saya itu bukan diukur dari grammar maupun skor tes. Jangan salah paham ya, saya bukan bilang skor tes nggak valid atau nggak perlu tes. Saya hanya menambah perspektif berdasarkan pengalaman pribadi, bahwa jago enggaknya itu juga bisa diukur dari seberapa nyaman kita menggunakan bahasa tersebut dalam membaca, menulis, mendengar dan berbicara.
Sebagai contoh, jujur aja saat ini kalo saya lagi capek, diajak ngomong Bahasa Spanyol atau Arab ogah, maunya balik ke Bahasa Inggris aja yang udah nyaman. Kalo Esperanto masih mending lah, nggak seberat kalau makai Bahasa Spanyol atau Arab. Apa berarti saya belum bisa Bahasa Spanyol atau Arab? Ya kalau mau pamer sih bisa aja, sekedar perkenalan dan ngomong singkat. Kalo orang ngomong bahasa Spanyol saya bisa nangkep intinya sekitar 30%-50%. Kalau Bahasa Arab paling cuma ngerti 10%. Kalo ngobrolnya dilanjut seharian saya mending pulang belajar lagi. Udah pasti nggak nyaman karena nggak paham.
Tapi kalau disuruh ngomong pakai Bahasa Inggris, dua hari dua malem saya hayu aja. Malah kadang saking udah nggak dipikirin, kadang saya lupa, tadi barusan ngomong pake Bahasa Indonesia apa Bahasa Inggris. Ini beda banget dengan 3 tahun lalu saat saya masih berat dan mikir setengah mati kalau disuruh ngomong pakai Bahasa Inggris. Seolah-olah diotak harus buat transkripnya dulu di kepala, nanti ngomong apa aja, ngomongnya gimana, translate dulu di otak dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Kalau sekarang beda, saya udah langsung berpikir dalam Bahasa Inggris, udah nggak translate di otak lagi. Jadi bisa cepet ngomongnya.
Nah, jadi apakah pada setuju atau enggak kalau kenyamanan bisa jadi indikator keberhasilan dalam belajar bahasa asing?
0 notes
Text
Indikator Jago Berbahasa Asing (2)
Alhamdulillah saya belum pernah ketemu grammar NAZI yang kalo ngobrol kerjanya ngoreksi grammar orang. Kita ngobrol fokus untuk ngobrol, saling memahami maksud satu sama lain. Bukan saling mengoreksi grammar. Karena, bukankah itu tujuan komunikasi? Bahkan seorang teman dari negara lain bilang Bahasa Inggris saya bagus. Lalu saya bilang, “saya masih buat kesalahan grammar kalau ngomong.” Diluar dugaan dia bilang, “itu sih wajar banget. Karena kecepatan otak kita lebih cepat mikir apa yang mau diomongin ketimbang gimana cara ngomongnya.” So, dari sini saya simpulkan, kalo cuma mau ngobrol2 informal, kepeleset grammar enggak masalah.
Kalau untuk nulis artikel, tentunya grammar harus lebih bagus daripada kalo bicara ya. Nah disini, karena menulis ada lebih banyak waktu untuk mikir dibanding ketika berbicara, barulah bisa dipakai banyak cara biar grammar-nya mendekati sempurna. Misal install grammarly, cek di kamus, cek di buku, atau minta temen koreksi. Tapi yang lebih berharga dari itu, sekarang saya udah nyaman nonton video youtube dan baca bacaan berbahasa inggris.
Apakah saya sudah tahu semua kata? Enggak, lumayan banyak advanced vocab atau kata-kata canggih yang saya masih belum tahu artinya dan buka lagi kamus alias google translate. Tapi itu sama sekali nggak mengganggu kenyamanan saya. Malah buka kamus lebih karena pengen tahu aja, walaupun kalau nggak buka kamus sekalipun tetap bisa nangkep intinya.
0 notes
Text
Indikator Jago Berbahasa Asing (1)
Disclaimer: ini hanya opini berdasarkan pengalaman pribadi, boleh setuju boleh enggak.
Apa indikator seseorang “jago” dalam berbahasa asing? Apakah grammar yang sempurna? Terkait ini, saya punya pengalaman dari diri saya maupun orang lain yang pernah saya temui. Saya belajar Bahasa Inggris sejak SD dan grammar saya nggak jelek2 amat, TOEFL saya di atas 500, tapi sampai kuliah saya masih nggak lancar dan nggak pede untuk bicara dalam Bahasa Inggris. Masih nggak nyaman baca bacaan berbahasa inggris, kalo ada yang Bahasa Indonesia mending yang Bahasa Indonesia deh. Kalo denger orang ngomong atau video berbahasa Inggris masih konsentrasi setengah mati, itupun ngertinya cuma 50%. Kasian ya…
Pernah juga bertemu dengan guru Bahasa Inggris yang grammar-nya perfect minta ampun, tapi ngomongnya juga lama minta ampun. Seolah setiap kata yang keluar dipikirkan baik-baik. Masalahnya, kok saya pegel ya nungguin beliau nyelesaiin kalimatnya. Gimana urusannya kalo lagi buru-buru.
Alhamdulillah, setelah secara intensif dalam 3 tahun terakhir menggunakan Bahasa Inggris hampir setiap hari, sekarang saya sudah lebih pede bicara dalam Bahasa Inggris. Sudah bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris tanpa ada masalah atau salah paham dengan orang dari negara lain. Sudah nyaman menggunakannya untuk mengakses informasi-informasi dalam Bahasa Inggris.
Bahkan saya menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar untuk belajar Bahasa lain seperti Spanyol, Arab, dan Esperanto. Apakah grammar saya perfect? Sama sekali enggak ^^’ Sering banget kepeleset, terus langsung nyadar setelahnya, tapi ya udah keburu keucap. Apakah itu mengganggu? Ternyata enggak.
0 notes
Link
Tatou o tagata folau e vala'auina E le atua o le sami tele e o mai Ia ava'e le lu'itau e lelei Tapenapena
Aue, aue Nuku I mua Te manulele e tataki e Aue, aue Te fenua, te malie, Nae ko hakilia mo kaiga e
Leemos el viento y el cielo cuando es brilla
Navegamos el océano con la brisa del mar
Nombramos las estrellas
Por la noche
Sabemos dónde estamos, quiénes somos
Aue, aue Tratamos de encontrar nuevas islas en el océano Aue, aue recordamos nuestra isla
somos los dueños del mar Marineros!
Aue, aue
Leemos todos los signos muy bien Y contamos las historias de nuestros mayores
Aue, aue Te fenua, te mālie Nā heko hakilia Marineros!
0 notes
Text
Belajar Bahasa dengan Menggunakan Hal-Hal yang Disukai
Kata Stephen Krashen, yang paling penting dalam belajar bahasa asing itu adalah menggunakan topik atau cara yang disukai. Sampai saat ini saya sudah ketemu 3 cara yang saya sukai untuk saya belajar bahasa asing.
Satu, saya suka ngobrol. Maka saya belajar bahasa dengan cara ngobrol (dengan orang yang enak diajak ngobrol) dalam bahasa yang sedang saya pelajari. Misal saya lagi belajar bahasa arab, saya ngobrol sama orang mesir pakai Bahasa Arab (walaupun sering banget kepleset ke bahasa Inggris).
Dua, saya suka nyanyi (sendiri). Maka saya belajar bahasa dengan cara meng-cover lagu dalam bahasa yang sedang saya pelajari. Contohnya, saya nyanyi lagu Hanin Dhiya dalam bahasa spanyol (translate sendiri, nyanyi sendiri, denger sendiri XP).
Tiga, ini yang saya baru nemu. saya suka belajar. Maka saya akan belajar bahasa lain dengan bahasa perantaranya yaitu bahasa yang sedang saya pelajari. Contoh, saya sedang belajar bahasa spanyol. Maka saya akan ikut kelas bahasa Inggris untuk orang-orang berbahasa spanyol. Jadi belajar bahasa Inggris dengan perantara bahasa Spanyol.
Di luar belajar bahasa, saya juga suka belajar psikologi, coaching, learning facilitation, dan saya suka sharing. Jadi kalau lagi ada buku bagus dan saya males baca, mending buat sharing session, saya yang ngerangkumin materinya terus di share deh di sharing sesyen. Belajar dengan cara yang disukai itu menyenangkan. Kalau kamu belajarnya dengan cara apa?
0 notes
Photo

“How dare you wish a same result without going through the same process” (Midnight reflection, June 13th 2021)
0 notes