Environmental Health Student Association UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

📚H-5 [Rapat Kerja Envihsa] 📑Assalamualaikum wr.wb Rapat Kerja tinggal menghitung hari lagi yay😁 Yuk Guys ditunggu kehadirannya yaa (!) 📅 Selasa dan Rabu 🗒5 dan 6 Desember 2017 👘Dresscode : kerudung warna hijau dan PDH Envihsa (Wajib untuk membawa Tumblr !🍶) 🌿Nah di rapat kerja ini akan menggali wawasan dan membangun pemikiran proker kerja teman-teman. Pastinya dapat merencanakan tindakan efektif bekerja sama dalam mengabdi pada lingkungan. So tunggu apalagi let's be participate 😁 Konfirmasi Kehadiran 📞CP : Glenzi (081283956096) ENVIHSA UIN JKT Islamis-Sinergis-Harmonis #envihsauinjkt #envihsa #envihsaindonesia #environmentalhealth #kesehatanlingkungan
0 notes
Text
Peringatan Hari Kesehatan Lingkungan Sedunia ke-7: 26 September 2017 Peran Mahasiswa dan Masyarakat bagi Lingkungan yang Berkelanjutan
Divisi FOKASI (Forum Kajian dan Edukasi)
ENVIHSA UIN JAKARTA 2017
Lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Kondisi lingkungan yang baik dapat mendukung meningkatnya status kesehatan. Namun, pada kenyataanya dalam membangun lingkungan yang sehat tidaklah mudah. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya permasalahan di lingkungan yang terjadi, mulai dari polusi air akibat limbah industri dan pertambangan, polusi udara di perkotaan, hingga hal yang kita sering abaikan seperti sampah pun kini menjadi salah satu permasalahan didalamnya.
Masalah polusi udara kini sedang memanas. Munculnya banyak pembangunan, industri dan transportasi membuat keadaan udara semakin tak karuan. Buruknya kualitas udara meningkatkan potensi penyakit berbasis lingkungan, seperti ISPA, TB, dan lainnya. Peningkatan penduduk turut serta dalam peningkatan kasus penyakit dikarenakan tidak diseimbangkan dengan peningkatan perilaku mencegah kerusakan lingkungan. Permasalahan lainnya adalah masih ditemukan adanya fasilitas sanitasi dasar yang buruk di daerah terpencil di Indonesia, seperti banyak masyarakat daerah yang masih melakukan BAB secara terbuka. Intinya adalah masalah lingkungan tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari jika masih ditemukannya masyarakat yang acuh terhadap kesehatan lingkungan.
Meningkatnya kasus penyakit berbasis lingkungan, membuat banyak pihak geram untuk segera mengendalikan atau menyelesaikan permasalahan lingkungan, salah satunya ialah mahasiswa kesehatan lingkungan. Mahasiswa merupakan agent of change sebagai ujung tonggak terhadap adanya perubahan-perubahan untuk Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Mahasiswa Kesehatan Lingkungan tiada henti-hentinya terus membantu pihak pemerintah khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan. Mahasiswa juga sebagai perantara apresiasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa dapat menjadi influencer khususnya dalam memperbaiki sikap dan perilaku masyarakat untuk senntiasa menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Aksi nyata cinta lingkungan marak diadakan di masyarakat demi mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan. Namun perlu digaris bawahi, aksi nyata ini juga harus diiringi dengan tindakan-tindakan yang ecofriendly dan tidak sekedar berapi-api mendengungkan suara kepedulian tanpa aksi nyata. Masyarakat bukan harus dipaksa untuk patuh dengan aturan, melainkan butuh pemahaman, kesadaran dan perubahan sikap serta perilaku. Pendekatan yang dalam antara mahasiswa dan masyarakat sangat dibutuhkan saat ini untuk mencoba memahami keluhan dan hambatan masyarakat sendiri dalam berperilaku cinta lingkungan.
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, masyarakat memiliki hak dan kesempatan untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran masyarakat dapat berupa pengawasan sosial; pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau penyampaian informasi dan/atau laporan. Masyarakat dengan pemerintah, LSM dan lembaga swasta bersama-sama melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup demi mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan dan ketaatan masyarakat terhadap pelestarian lingkungan hidup, diantaranya faktor internal seperti pengetahuan, pemahaman, dan sikap yang dapat mendorong perilaku masyarakat menjadi ecofriendly. Selain itu, faktor eksternal juga turut berperan dalam mempengaruhi perilaku manusia, seperti adanya ancaman atau paksaan yang mendorong dan memaksa masyarakat untuk tunduk kepada lingkungan.
Pemerintah perlu mengeluarkan program yang bersifat pro lingkungan, sementara pihak swasta perlu juga menyadari pentingnya pemanfaatan SDA (sumber daya alam) secara berkelanjutan, dan masyarakat diharapkan mengadakan atau mendukung aksi-aksi ramah lingkungan seperti memilah dan memelihara pohon atau juga menggunakan energi secara bijak.
Masalah lingkungan bukan lagi menjadi masalah suatu daerah saja, melainkan merupakan masalah internasional yang sampai saat ini masih dirasakan begitu pun dengan dampaknya. Indonesia sebagai negara yang masih terus berkembang, masih memiliki masalah lingkungan. Demi terciptanya lingkungan yang seimbang, dibutuhkan kesadaran dan upaya dari berbagai pihak untuk membantu mengatasi masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di Indonesia.
0 notes
Text
Pengelolaan Sampah Dalam Aspek Pendidikan
Tim Penyusun: ➢ Anin Nadiyahtul Hilma ➢ Luthfi Rofiana ➢ Nurul Fathiyah Urfa ➢ Risma Aprilia FOKASI (Forum Kajian dan Edukasi) ENVIHSA UIN Jakarta 2016/2017 KAJIAN ILMIAH PENGELOLAAN SAMPAH DALAM ASPEK PENDIDIKAN I. Pendahuluan Kondisi persampahan di negara Indonesia mulai menjadi perhatian publik sejak terjadinya tragedi longsor sampah di TPA Leuwi Gajah pada tanggal 21 Februari 2005 yang menyebabkan 141 orang meninggal dan 6 orang lainnya terluka. Selain menelan banyak korban, kejadian ini juga menimbulkan kerugian biaya mencapai 15 miliar rupiah. Kejadian tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Dengan dicetuskannya HPSN ini, diharapkan kepedulian dan peran aktif masyarakat di Indonesia dapat mengalami peningkatan demi mencapai impian Indonesia bebas sampah 2020. Mengatasi permasalahan sampah di masyarakat tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah saja, namun masyarakat sebagai penghasil sampah harus berperan aktif dalam mengelola sampahnya, minimal melakukan pemilahan sampah yang rutin di rumahnya masing-masing. Upaya meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan seharusnya sudah diberikan sejak dini baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun non formal. Strategi pengelolaan sampah melalui aspek pendidikan bertujuan menumbuhkan sikap kepedulian masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri. Bayangkan jika semua masyarakat di Indonesia memiliki sikap kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya, maka dapat dipastikan upaya pengelolaan sampah di Indonesia dapat membuahkan hasil yang lebih maksimal. II. Hasil dan Pembahasan Data di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2010 menyebutkan, volume rata-rata sampah di Indonesia mencapai 200 ribu ton per hari. Daerah perkotaan menyumbang sampah paling banyak. Diperkirakan pada tahun 2020 volume sampah di Indonesia meningkat lima kali lipat. Berarti, 1 juta ton tumpukan sampah dalam sehari. Tanggal 21 Februari tahun 2017 ini kembali diselenggarakannya HPSN dengan tema “melaksanakan Pengelolaan Sampah Terintegrasi dari Gunung, Sungai, Kota, Pantai, Hingga Laut untuk mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020.” Menurut surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pelaksanaan peringatan HPSN tahun 2017, dengan diselenggarakannya peringatan HPSN ini dapat memberikan kesempatan kepada segenap pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah maupun kelompok masyarakat/komunitas/LSM se-Indonesia untuk saling merangkul menunjukan kepeduliannya dalam berbagai aktivitas peduli kebersihan walaupun tidak di kawasan pesisir dan laut. Salah satu strategi yang akan digencarkan dalam HPSN kali ini adalah mengenai solusi pengelolaan sampah dalam bidang pendidikan. Dunia pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan di daerah. Sampai saat ini, belum ada satu pola perencanaan khususnya di lingkungan sekolah mengenai pengelolaan sampah. Solusi pengelolaan sampah ditinjau dari aspek pendidikan di kota Bandung salah satunya telah dilakukan oleh mahasiswa ITB dengan cara masuk ke dalam jalur pendidikan formal untuk siswa (SD, SMP, SMA) dan masyarakat. Berangkat dari permasalahan pemahaman masyarakat yang kurang mengenai lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sampah, kegiatan ini berupa pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk menampung aspirasi dan pandangan dari setiap sekolah, khususnya dalam hal pengelolaan sampah. Strategi kegiatan ini dilakukan melalui kampanye dalam bentuk workshop dan demo bank sampah serta penggunaan bor biopori yang melibatkan guru, siswa, dan pegawai sekolah. Metode penyampaian dilakukan melalui mobile game untuk menjelaskan metode biopori, dan leaflet/poster untuk bank sampah serta reuse sampah kertas untuk kerajinan tangan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bersinergi dengan Pusat Pemberdayaan Perdesaan di Kota Bandung untuk membuat sekolah dan kampung binaan serta dan interaksi dengan beberapa LSM lingkungan hidup. Kegiatan ini memberi beberapa manfaat antara lain: 1. Membangkitkan kesadaran sekolah (guru, siswa dan pelaksana kebersihan) dan masyarakat untuk mengolah sampah organik dan anorganik dengan baik dan berkelanjutan. 2. Membuka peluang untuk kerjasama lebih lanjut berupa kegiatan monitoring dan sosialisasi terobosan atau inovasi berikutnya dalam pengolahan sampah atau limbah. 3. Membuka peluang kerjasama dengan LSM yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup Selain kota Bandung, beberapa sekolah di kota Depok juga memperkenalkan pelajaran di bidang pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah ke dalam mata pelajaran khusus, yaitu Pendidikan Lingkungan Hidup. Kemudian beberapa sekolah (baik SD, SMP maupun SMA) di kota Depok juga menerapkan pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan sampah organik dan anorganik, pengolahan sampah sesuai jenis sampah, sampai kepada pendirian bank sampah di kawasan sekolah. Beda halnya dengan negara tetangga Indonesia, yaitu Jepang yang sudah mulai lebih dulu menerapkan pengelolaan sampah di lingkungan pendidikan anak usia dini (PAUD). Program Gomi Zero yang diterapkan di universitas Hirosima, Jepang bertujuan mengajarkan kepada anak-anak didik untuk peduli dalam membersihkan sampah, terutama di lingkungan sekolah. Bukan hanya dilakukan di tingkat universitas saja, tapi program Gomi Zero ini mulai diterapkan pada tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. III. Kesimpulan dan Saran Pengelolaan sampah dari aspek pendidikan cenderung harus diperhatikan jika sasarannya adalah untuk memperbaiki dan membangun generasi peduli lingkungan. Permasalahan ini dapat ditangani jika masyarakat Indonesia dapat mengubah paradigma terkait pengelolaan sampah. Dalam proses pencapaiannya akan lebih efektif jika memperkenalkan cara pengelolaan sampah dengan baik kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga kelak pada usia lebih dewasa mereka dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara benar. Kurikulum sekolah yang ada harus bisa menjawab keadaan dan perubahan yang terjadi pada waktu mendatang. Karena dengan begitu permasalahan terkait sampah akan terselesaikan dengan menyadarkan generasi muda tentang etika, bahaya dan efek buruk sampah. Saran ditujukan kepada pemerintah daerah maupun pusat yaitu setiap unit pendidikan harus memiliki kurikulum yang bermuatan pendidikan dalam pengelolaan sampah dan menerapkannya guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku para peserta didik dalam pengelolaan sanpah. Berbagai program pemerintah yang berhubungan dengan pengelolaan sampah hendaknya ditempuh secara terpadu baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Dimulai dari revitalisasi kurikulum jalur pendidikan formal dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi hendaknya mendukung prigram pemerintah dalam pengelolaan sampah. Referensi: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. 2015. Pekerjaan: Kajian Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan. Jakarta: PT. Arkonin Engineering Manggala Pratama. Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Buletin Ciptakarya: Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020. Edisi 02/Tahun XII/Februari 2014 Ninggarwati. Model Pengelolaan Sampah Perkotaan Ditinjau dari Bidang Pendidikan di Kota Depok. Politeknik Negeri Jakarta. Surat Edaran Nomor. SE.1/Menlhk-Setjen/Rokum/PLB.3/1/2017 Tentang Pelaksanaan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2017. https://id.linkedin.com/pulse/memaknai-hari-peduli-sampah-nasional-21-februari-2017-parasian
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_15
Akbar Yazil Siregar
“Penilaian Status Kesehatan Dan Kelayakan Pasar Tradisional Ciputat dan Pasar Modern BSD Tahun 2014″
Abstrak
Data Ditjen Perdagangan Tahun 2007 menyebutkan sekitar seperempat dari jumlah total populasi penduduk Indonesia beraktifitas atau berkaitan dengan pasar, sementara pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit SARS dan Flu Burung. Terkait dua hal ini, maka penting kiranya untuk memperhatikan aspek kesehatan dari pasar, penelitian ini bertujuan menganalisa status kesehatan dan kelayakan pasar tradisional Ciputat dan pasar modern BSD City berdasarkan Kepmenkes No.519 tahun 2008 pada bulan Mei-Juli Tahun 2014.
Dalam penelitian ini sampel didapatkan dengan metode purposive sampling. Penilaian status kesehatan pasar dan status kelayakan pasar dilakukan melalui observasi dan analisis item-item penilaian yang tercantum pada form I dan form II untuk mendapatkan nilai status kesehatan dan status kelayakan pasar tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan status kesehatan pasar Ciputat adalah “tidak sehat” dengan skor total 38,94% dan status kesehatan pasar Modern BSD adalah “kurang sehat” dengan skor total 67,88%. Status kelayakan pasar Ciputat adalah “kurang layak” dengan skor total 20 checklist dan status kelayakan pasar Modern BSD adalah “baik” dengan skor total 48 checklist. Saran bagi kedua pasar tersebut agar mengupayakan hal-hal penting terkait kesehatan pasar yang belum dimiliki seperti tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun, menyediakan pos pelayanan kesehatan P3K, meningkatkan kualitas pengelolaan sampah dan melakukan desinfeksi pasar secara menyeluruh 6 bulan sekali.
Kata Kunci: Kesehatan, Pasar, Pasar Modern, Pasar tradisional
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_14
Tri Astuti Lestari
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala ISPA pada Balita di Desa Citeureup Tahun 2014”
Abstrak
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang satu atau lebih dari saluran nafas. ISPA sering menyerang balita karena kekebalan tubuhnya yang masih rendah. ISPA masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup. Di Desa Citeureup terdapat pabrik semen yang dalam proses produksi dan transportasinya menghasilkan pencemaran udara. Salah satu zat pencemar tersebut adalah SO2 yang dapat menyebabkan gejala ISPA.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deksriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan April sampai dengan Mei tahun 2014 di Desa Citeureup. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster sampling dengan jumlah sampel 92 balita dan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 71 balita (77,2%) yang mengalami gejala ISPA dan terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan gejala ISPA (p value < 0,032). Variabel lain yang berhubungan dengan gejala ISPA adalah anggota keluarga yang mengalami ISPA, ASI Ekslusif, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan status gizi (p value < 0,05).
Untuk menanggulangi masalah ini diharapkan terdapat kerjasama antara masyarakat dengan pelayanan kesehatan untuk menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat untuk mengurangi gejala ISPA pada balita di Desa Citeureup. Penanggulangan ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan terkait dengan penyakit ISPA, mengenai tanda dan gejala ISPA dan cara pencegahannya.
Kata Kunci: Gejala ISPA, balita, pencemaran udara luar ruangan, pencemaran udara dalam ruangan, kekebalan balita
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_13
Reka Yuligawati
“Hubungan Konsentrasi SO2 Udara Ambien dan Faktor-Faktor Lainnya dengan Gejala Asma Pada Murid SD Negeri Usia 6-7 Tahun di Kelurahan Ciputat Tahun 2014”
Abstrak
Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara terbesar di perkotaan termasuk Kota Tangerang Selatan. Polutan yang dihasilkannya seperti SO2 berdampak negatif terhadap kesehatan sistem pernapasan manusia, diantaranya meningkatkan gejala asma. Menurut International Study of Asthma and Allergies in childhood (ISAAC) anak usia 6-7 tahun merupakan prevalensi asma terbesar.
Penelitian ini dilakukan pada murid SD Negeri usia 6-7 tahun pada bulan Maret sampai April 2014 di Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 murid dan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data penelitian didapat dari data primer berupa kuesioner dan pengukuran konsentrasi SO2 udara ambien dengan menggunakan Impinger. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing-masing variabel, analisis bivariat dengan menggunakan chi square untuk melihat hubungan variabel keterpajanan asap rokok, pemakaian obat nyamuk, binatang peliharaan, perabotan rumah tangga yang berpotensi sumber alergen, jenis kelamin, riwayat asma, dan pemberian ASI eksklusif terhadap gejala asma, dalam analisis bivariat juga digunakan uji Mann-Whitney untu mengetahui hubungan antar konsentrasi SO2 dengan gejala asma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 udara ambien tidak berhubungan dengan gejala asma (p value 0,878). Variabel yang mempunyai hubungan dengan gejala asma adalah keterpaparan asap rokok (p value = 0,018), riwayat asma (p value = 0,023), dan pemberian ASI eksklusif (p value = 0,029). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada anggota keluarga untuk tidak merokok supaya anak-anak tidak terpajan dengan asap rokok. Disamping itu, ibu-ibu sebaiknya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya untuk mengurangi risiko terjadinya gejala asma pada masa anak-anak.
Kata Kunci: Konsentrasi SO2, dan asma
1 note
·
View note
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA_12
Mushallina Latifa
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suspect Skabies Pada Santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat Tahun 2014”
Abstrak
Pada tahun 2010, penyakit kulit infeksi termasuk 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat dengan kejadian 106. 568 kasus (Dinkes Prop. Sumbar, 2010 dalam Akmal, 2013). Dari banyaknya kasus penyakit kulit yang ada di Sumatera Barat, penderita didominasi oleh santri di berbagai pondok pesantren yang ada di wilayah tersebut (Akmal, 2013).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan suspect skabies pada santriwati di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan cross sectional study dengan metode proportion random sampling. Populasi penelitian ini ialah seluruh santriwati dengan jumlah sampel 73 orang dan ustadzah yang berjumlah 9 orang. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa absensi santriwati tiap kamar dan data primer yang diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Adapun instrumen penelitian yang digunakan ialah kuesioner dan lembar observasi.
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (76, 7%) mengalami suspect skabies. Kemudian dari hasil analisis bivariat yang menggunakan uji Chi square dengan ɑ 5% diperoleh lima faktor yang berhubungan dengan suspect skabies yaitu personal hygiene (p= 0, 006), kelembaban (p= 0, 000), ventilasi (p= 0, 000), kepadatan hunian (p= 0, 014), dan dukungan pihak pesantren (p= 0, 000).
Suspect skabies pada santriwati di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia memiliki hubungan dengan beberapa faktor yaitu personal hygiene, kelembaban, ventilasi, kepadatan hunian, dan dukungan pesantren. Oleh karena itu, maka disarankan kepada Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia untuk menerapkan pendidikan kesehatan, melaksanakan pendataan kesehatan secara aktif dan rutin, dan mengatur tata letak perlengkapan santriwati pada tiap kamar yang disesuaikan dengan standar kesehatan.
Kata Kunci: Suspect skabies, personal hygiene, kelembaban, dan kepadatan hunian
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_11
Kotrun Nida
“Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Terhadap Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah) Dengan Risiko Diare Pada BADUTA di Kelurahan Ciputat Tahun 2014”
Abstrak
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Diare masih menempati 10 besar penyakit terbanyak di Kecamatan Ciputat dari data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Timbunan sampah yang terdapat di Kecamatan Ciputat berada di urutan ketiga tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti di rumah tangga dapat meningkat terus sehingga terjadi penumpukan sampah. Penumpukkan sampah perlu diteliti untuk melihat hubungan daya tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan Juni tahun 2014 di Kelurahan Ciputat. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel 90 baduta dan menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 25 baduta (28 %) yang mengalami risiko diare dan terdapat hubungan antara pengumpulan sampah dengan resiko diare pada baduta (p value 0,035). Variabel lain yang berhubungan dengan resiko diare adalah hubungan penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta (p value 0,010). Sedangkan dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare dan daya tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare. Untuk mengurangi risiko diare dapat dilakukan dengan membuat dan menjalankan program bank sampah. Hal ini sebagai upaya mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga sampah dapat di kelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Kata Kunci: Diare, Musca domestica (lalat rumah), dan sampah
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_10
Fitriani Azhari
“Hubungan Kadar Timbal Pada Urin dan Karakteristik Individu Dengan Kejadian Anemia Pada Pedagang Wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2014”
Abstrak
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. prevalensi anemia di DKI Jakarta pada wanita dewasa tidak hamil 27,6%, laki-laki 14,6 %, anak-anak 18,6% dan wanita hamil 59,1%. Sehingga dapat disimpulkan jumlah tertinggi penderita anemia terdapat pada wanita hamil dan wanita dewasa tidak hamil (Riskesdas, 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, didapatkan 5 orang diantara 10 pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur menderita anemia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan April sampai dengan Mei tahun 2014 di Terminal Bus Kampung Rambutan.
Penelitian ini mengunakan sampel jenuh sebanyak 54 orang dan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pedagang wanita yang mengalami anemia sebanyak 21 (38,9%) sedangkan yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 33 (61,1%). Selain itu terdapat keterkaitan antara kadar Pb pada urin dengan kejadian anemia (P value 0,001), namun pada variabel karakteristik individu tidak memiliki keterkaitan dengan kejadian anemia (umur (P value 0,693), pendidikan (P value 0,703), perilaku merokok (P value 1,000), lama berkerja (P value 0,693), konsumsi zat besi (P value 1,000), konsumsi vitamin C (P value 0,577) dan konsumsi asam folat (P value 0,577)).
Untuk menanggulangi masalah ini, DISHUB terminal Bus Kampung Rambutan perlu melakukan pengukuran kadar Pb udara ambient, sehingga dengan adanya pengukuran tersebut dapat dibuat upaya kebijakan untuk meminimalisir seperti membuat program penghijauan atau pemenuhan ruang terbuka hijau. Selain itu juga diharapkan bagi pedagang disana untuk lebih sering melakukan pemeriksaan Hb dan mulai membiasakan diri untuk menggunakan masker secara rutin ketika sedang berdagang di terminal. upaya ini dilakukan untuk meminimalisir emisi kendaraan bermotor yang mengandung polutan Pb terakumulasi didalam tubuh.
1 note
·
View note
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_9
Faradillah Desniawati
“Pelaksanaan 3M Plus Terhadap Keberadaan Larva Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Bulan Mei-Juni Tahun 2014”
Abstrak
Kecamatan Ciputat merupakan salah satu dari kecamatan yang paling banyak ditemukan kasus DBD setiap tahunnya. Pada tahun 2010-2013 jumlah kasus DBD di Puskesmas Ciputat adalah 71 kasus, 7 kasus, 31 kasus, dan 24 kasus. Menurut data surveilans DBD Puskesmas Ciputat tahun 2010-2013 nilai ABJ sebesar 89,96%, 91,06%, 90,86%, dan 93,13%. Salah satu upaya pencegahan penyakit DBD adalah memutuskan rantai penularan dengan cara mengendalikan vektor melalui kegiatan pelaksanaan 3M plus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan 3M plus terhadap keberadaan larva Aedes aegypti di wilayah kerja Puskesmas Ciputat bulan Mei-Juni tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional, sampel yang diambil sebanyak 235 rumah tangga. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik purposive sampling terhadap RW yang terpilih dan random sampling terhadap masing-masing rumah tangga. Metode pengumpulan data menggunakan data primer berupa wawancara dengan instrumen penelitian kuesioner dan observasi, dan data sekunder berupa profil Puskesmas Ciputat tahun 2010-2013 dan Laporan Bulanan data kesakitan (LB I) tahun 2010-2013. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Mei-Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan larva Aedes aegypti 15,3%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada lima variabel yang berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti yaitu variabel menguras tempat penampungan air (p value 0,000), mengubur barang bekas (p value 0,002), mengganti air vas bunga dan tempat minum hewan (p value 0,007), memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar (p value 0,001), mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai (p value 0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel menutup tempat penampungan air, menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah, menabur bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian (p value > 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan sebaiknya pihak puskesmas meningkatkan pemeriksaan jentik secara berkala, dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan 3M plus secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan menekan angka kejadian DBD.
Kata Kunci: Larva Aedes aegypti, 3M Plus, DBD
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_8
Annis Syarifah Nasution
“Kandungan Zat Pewarna Sintetis pada Makanan dan Minuman Jajanan di SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2014″
Abstrak
Zat pewarna sintetis merupakan bahan tambahan makanan buatan yang dapat memperbaiki penampilan makanan. Berdasarkan hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilakukan di 18 provinsi pada tahun 2008 terhadap 861 contoh makanan menunjukkan bahwa 39,95% (344 contoh) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Dari total sampel itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang (Nurdwiyanti, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di SDN I-X Kelurahan Ciputat, diketahui bahwa dari 15 sampel makanan dan minuman jajanan terdapat 7 sampel positif mengandung zat sampel sintetis yang dilarang penggunaannya. Berdasarkan hasil observasi, dari 10 SDN hanya beberapa saja yang menyediakan kantin sekolah dan pihak sekolah juga memperbolehkan siswa/i jajan di luar sekolah karna keterbatasan kantin yang kurang memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui zat pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya dalam makanan dan minuman jajanan yang dijual di SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian studi kasus yang dilakukan sejak bulan Juni-Oktober 2014 di sekitar SDN I-X Kelurahan Ciputat. Penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 20 sampel makanan dan 20 sampel minuman dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan alat Hot Plate and Stirrrer menggunakan serat wol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari masing-masing 20 sampel makanan dan minuman terdapat 9 sampel makanan dan 17 sampel minuman yang positif mengandung zat pewarna sintetis. Semua zat pewarna sintetis yang ditemukan pada sampel makanan dan minuman jajanan adalah dilarang Permenkes RI No.722/MenKes/Per/IX/1988. Akan tetapi jumlah zat pewarna sintetisnya sebanyak 15 jenis perwarna dan diantaranya. Maka disarankan, sebaiknya BPOM dan pihak sekolah memantau dan mengawasi peredaran makanan dan minuman jajanan di sekolah dan memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pedagang agar memahami jenis pewarna sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan.
Kata Kunci: Makanan dan Minuman Jajanan, Zar pewarna sintetis, Sekolah Dasar
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_7
Elfira Augustin
“Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2014″ ABSTRAK
Makanan adalah kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kehidupan sehari-hari tetapi sangat mungkin terkontaminasi sehingga menimbulkan penyakit bawaan makanan. Seringkali kasus keracunan makanan jajanan yang dijual di sekolah dasar dikarenakan higiene sanitasi makanan yang buruk.
Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan Oktober sampai dengan Nopember tahun 2014 di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 35 pedagang makanan dan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan 60% responden berjenis kelamin laki-laki, 34,4% responden berumur 31-40 tahun, 68,6% respoden menggunakan gerobak, 60% responden berstatus pemilik sarana berdagang, 74,3% responden telah bekerja selama ≤ 10 tahun, serta 40% responden berpendidikan SMA.
Pada pengetahuan responden, 60% responden berpengetahuan baik mengenai kebersihan diri, 62,9% berpengetahuan baik mengenai peralatan, 68,6% responden berpengetahuan baik mengenai penyajian dan sebesar 74,3% berpengetahuan baik mengenai sarana. Dalam sikap responden, 80% responden bersikap baik terhadap kebersihan diri, 65,7% responden bersikap baik terhadap peralatan, 80% responden bersikap baik terhadap penyajian dan sebesar 97,1% responden bersikap baik terhadap sarana. Untuk tindakan responden, 77,1% responden bertindak baik terhadap kebersihan diri, 60% responden bertindak baik terhadap peralatan, 60% responden bertindak baik terhadap penyajian tetapi sebesar 54,3% responden masih bertindak buruk terhadap sarana.
Meskipun pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi pedagang makanan secara umum adalah baik, tindakan terhadap sarana masih termasuk buruk. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran pedagang makanan jajanan perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan, pelatihan serta pengawasan yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan.
Kata kunci: Higiene sanitasi, pengetahuan, sikap, tindakan, pedagang makanan.
0 notes
Text
Enrich Your Knowledge #ENVIHSA2_6
Muhamad Febriansyah Akbar Ali
“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Berdasarkan Toleransi Tingkat Kholinesterase Pada Teknisi Perusahaan Pest Control Di Jakarta Tahun 2014″
Abstrak
Pestisida merupakan suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Terdapat lebih dari 200 formulasi pestisida di Indonesia yang terdaftar dan diijinkan untuk digunakan dalam kegiatan pest control. Pestisida dapat masuk melalui kulit, kedalam mulut atau lewat pernapasan. Petugas pest control mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar oleh pestisida. Pemeriksaan kolinesterase dalam serum darah merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat keracunan dalam darah petugas pest control.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keracunan pestisida pada petugas teknisi pest control. Pengukuran dalam penelitian terdiri dari 8 faktor dengan keseluruhan pertanyaan berjumlah 42 item. Ke-8 faktor tersebut, antara lain : (1) umur; (2) tingkat pendidikan; (3) pengetahuan; (4) status gizi; (5) tata cara pencampuran; (6) frekuensi penyemprotan; (7) jumlah jenis pestisida; serta (8) penggunaan APD. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sampel berjumlah 42 petugas pest control. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan dua variabel yang terdapat hubungan yang bermakna dengan tingkat keracunan pestisida. Dua variabel tersebut yaitu umur dengan nilai median umur 38,50 tahun, Pvalue sebesar 0,036 dan penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai sebanyak 17 orang (53,1%), rata-rata kadar kolinesterase sebesar 7548,24 u/l dengan Pvalue sebesar 0,036.
Kata Kunci : Tingkat Keracunan, Kadar Kolinesterase, Pestisida
0 notes
Photo




Alohaaaa teman2! Ini ada foto2 waktu ENVIHSA 5 field trip ke Banjarnegara beberapa waktu lalu.
Alhamdulillah Bapak Sunaryo dan rekan-rekan lain dari Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) menerima kedatangan keluarga ENVIHSA UIN dengan baik seperti sebelum-sebelumnya ;D
Banyak banget ilmu dan pengalaman yang didapat. Semoga bermanfaat buat kemaslahatan umat.
Gak sabar nunggu field trip selanjutnya hihi, stay tune!
0 notes
Photo

Our priceless togetherness :)
Buka bersama ENVIHSA di kediaman Kak Sarah.
27 Juni 2015.
0 notes
Photo







Halo teman2! Apa kabar nih semuanyaa? Semoga selalu dalam lindungan-Nya ya.
Di atas ada beberapa foto ENVIHSA 3-4-5 saat gathering tanggal 24-26 Mei kemarin di Cisarua, Bogor.
Kebayang kan keseruannya kayak apa? :D
Udah kangen aja nih, semoga bisa kumpul lagi di lain kesempatan dengan personil yang lebih lengkap hehe
1 note
·
View note
Photo

HI!
Been a long time since the last post.
Apa kabar para sahabat pecinta lingkungan?
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT ya.
Ini adalah mading ke-4 kami dengan tema Food Safety.
Hati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi, dan pastikan makanan tersebut telah bersih dan aman!
See u on the next post!^^
0 notes