erfeb-blog
erfeb-blog
Erlina Febrianovida
9 posts
Moga apa yang saya bagikan turut andil dalam kebaikan, Aamiin Yaa Mujibassaa'iliin...
Don't wanna be here? Send us removal request.
erfeb-blog · 6 years ago
Text
Tumblr media
Sering kita "lupa" bahwa apa2 yang belum terwujud, masalah yang datang dengan membawa beban berat untuk "dipikul", ataupun kekecewaan yang kita alami, sejatinya adalah Rahmat Allah agar kita "Paham" tentang "kesalahan" kita, lantas kita koreksi, salah satu penggugur banyaknya dosanya yang kadung kita perbuat, serta fasilitas gratis dari Allah agar kita kembali dan tetap di jalan lurus-Nya
#Musahabah #Alquran
0 notes
erfeb-blog · 6 years ago
Text
Tumblr media
Syukuri segala yang dipunya!
Orang tua, pasangan, anak-anak, kerabat, tetangga, atau kawan. Adakalanya semua yang Allah beri tak "se-ideal" yang kita mau..., tapi mungkin inilah cara Allah mengajari kita untuk lebih "dewasa" bersikap, terutama mengajar diri kita untuk bersyukur. Karena sungguh bila ada ni'mat yang Allah cabut meski sedikit tetap saja sakit. #Alhamdulillah dengan segala pemberian Allah. Adapun "ketidaknyamanan" yang kita "rasa", cobalah tengok pada diri, apakah kita sudah sempurna dalam syukur?
(sumber gambar : lupa ambil dari mana😬)
#AlhamdulillahAlaKulliHaal #Quotes #Kutipan
0 notes
erfeb-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Teruskan yang baik dan perbaiki tobat, karena Yang Maha Melihat tidak mungkin membuang sia - sia kebaikan yang diperbuat saat ini, meski dulu tergelincir pernah maksiat. Sumber Gambar : IG markazdakwah
0 notes
erfeb-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Menjadi Istri juga Ibu sungguh luar biasa pekerjaan yang dipikul atau menjadi tanggung jawabnya, itu sebabnya ganjaran pahalanya juga gak main2 dari Sang Maha Bijaksana. Iyups... walau sangat tidak mudah karena Allah memang menyatakan bahwa kita diciptakan baik laki2 maupun perempuan dalam kepayahan... tapi terus saja maksimalkan upaya diri sebagai syukur Allah telah beri banyak "potensi" dalam diri, entah sebagai wanita dalam status Anak, Istri, Ibu, atau bahkan ketiganya..., Insya Allah Keselamatan Dunia dan Akhirat bisa dimiliki dengan menjalani "seutuhnya" peran yang Allah "masih" sematkan hingga saat ini.
0 notes
erfeb-blog · 8 years ago
Text
Kadang yang telah lalu masih saja ada sakitnya, bukan karena ingatan itu hadir kembali tapi sebagian besarnya adalah karena diri ini masih belum utuh "ikhlas" menerima fakta yang telah terjadi gak melulu harus sesuai maunya diri...
Erlina Febrianovida
0 notes
erfeb-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Semuanya Bernilai😉 Ngedumel-nya kita entah sedikit atau berbukit - bukit atas kejadian yang kurang bisa kita terima hari ini, beneran bisa jadi hal yang orang lain syukuri, hhhmmmm….
Well, ada kejadian yang bikin hati jadi “nyes” kemaren pagi saat menggunakan ojek berbasis online, lantaran misua sedang dipindah tugaskan sementara ke cabang lain akhirnya kudu legowo pergi tak diantar tapi pulang Alhamdulillah masih dijemput😁
Kalau musti menggunakan angkot lantas turun naek yang lumayan agak jauh agak worry karena takut kecapek'annya jadi ngaruh ke debay🤔, sebagai bumil dengan perut buncit yang bentuknya sudah tidak mungil lagi saya masih mencoba jelong2 pagi dengan cara minta diturunkan misua saat dia biasa antar untuk tidak deket2 dengan kantor, tapi kalo kudu jalan kakinya lumayan banyak dengan rute yang meliuk - liuk hehehe makasih deh ya😹😄, yap salah satu opsi enaknya memang dengan abang2 ojek.
Okay, balik lagi… sepanjang perjalanan ke kantor sempat ngobrol dengan bpk. supir yang sedang bekerja mengendarai motor supaya baik jalannya😝, dia baru saja mengantarkan istrinya ke puskesmas untuk periksa hamil yang usia kandungannya memasuki bulan ke-6 (hohoho beda sebulanan lebih-lah dengan saya), dia bercerita bahwa kehamilan istrinya kali ini lebih sulit dibanding yang pertama tetapi kehadirannya sudah lama dinanti karena anak pertama beliau juga sudah kelas 6 SD, lumayan jauh jaraknya…
Lantas bagian mana yang bikin hati jadi “nyes”?, saat bapak itu bilang… “sejak tau istri saya positif hamil saya nyari sampingan ojek online ini mbak…” “Kalo abis magrib saya nongkrong dulu mbak di (menyebutkan salah satu lokasi di daerah Ciledug, untuk nambah2 nyari penumpang)” “istri saya takutan mulu mbak, apa bisa, apa cukup ya?, ya saya bilang Insya Allah ada rezekinya neng…, hamilnya lebih susah dibanding sebelumnya, ini udah resign dari kerjanya, pas hamil 2 bulan, katanya gak kuat mbak” eh… oh…. sekilas biasa saja statement-nya, akan tetapi karena saya sempat kuciwa sedikit lantaran seringnya saya menggunakan aplikasi ojek online ini dengan Promo dan saat memesan dengan bapak ini tanpa potongan promo (karena promo saya sudah kadaluarsa) maka curhatan bapak tadi langsung ngena deh di hati…
Sebelumnya agak sedikit “celoteh” sendiri saya… (tepatnya sih bersungut - sungut😜) “coba ada potongan promo…, kan jadi masih bisa hemat” Karena kebiasaan saya selama ini pasti memberi lebih sebagai tip untuk si bpk ojek online, kalau ada potongan promo kan itung2 potongannya saya bisa alokasikan ke bpk/ibu ojek online to?, beda kalo gak ada promo, bayar standar plus saya secara pribadi kudu ngasih tip buat si bpk/ibu ojek online (ini secara pribadi loh yaaa… kalo dari penyedia layanan atau si driver-nya sih nggak ada, apalagi kalo bpk/ibu supir mbawa kendaraannya enak dan gak kenceng tiap ada gajlugan…)
Dari percakapan bapak itu jadi mengerti dan sadar sesadar-sadarnya…. Mungkin buat kita kecil, remeh-temeh persoalannya, tetapi bisa jadi sesuatu yang valuable banget bagi orang lain.
Mungkin sarapan pagi plus dengan secangkir teh atau kopi sudah tak asing lagi bagi kita karena menu itu sampe bosen kita santap tiap pagi, tapi bagi sebagian lain? ketemu roti atau sebungkus nasi dengan lauk yang minimalis sekali saja sudah bisa bikin sangat hepi karena boleh jadi dari kemarin pagi tak bisa “ketemu” makanan yang “memadai” meski sudah jungkir - balik memaksimalkan usaha rezeki…
Syukuri apapun yang dipunya, dimiliki, atau apa saja meski kejadiannya “kurang sreg” di hati, karena Allah punya segudang solusi bagi mereka yang tetap “senyum” atas ni'mat-Nya hari ini meski dengan “pikulan” problema yang sebenernya memotong hepi, dan salah satunya dari sikap orang lain… bisa jadi kita adalah salah satu solusi yang diijinkan Allah untuk orang lain…😉😊, walau cuman sedikit, meski itu juga berarti bagi kita dan kita masih butuh dengan yang sedikit itu tapi adakalanya Allah dahulukan yang sedikit itu untuk rezeki orang lain.
Lalu kita?, tetep saja Allah punya rencana yang Pasti Baik bagi semua tak terkecuali asal prasangka baik masih tersemat dalam diri kita, sulit? ada mereka yang lebih sulit harinya, suram? ada yang lebih dari suram hidupnya
Keep the spirit on and say Alhamdulillah ala kulli hal…
Sumber Gambar : pinterest.com akunnya The Funny Beaver
0 notes
erfeb-blog · 8 years ago
Text
La ini...👍, jangan karena dalih hadits shahih lantas sesukanya berbuat yang malah menurunkan pribadi laki - laki jatuh martabat, tunaikan saja sesuai kesanggupan masbro, that's why yah kenapa kudu nyari yang sekufu 💡
Blabbering: Reacting to #TurunkanHargaMahar Campaign
Well, permasalahan ini bermula dari yang mengutip hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Perempuan yang paling besar barakahnya, adalah yang paling mudah maharnya.” (HR. Ahmad, Al Hakim, dan Baihaqi).
Saya tidak mengatakan dalil ini bermasalah, dan mustahil mengatakannya. Seorang muslim harus mengimani Al Qur'an dan Sunnah yang shahih dengan sepenuh hati, dan itu tidak bisa ditawar-tawar.
Yang menjadi masalah adalah, banyak orang hari ini—berdalil menggunakan dalil ini dan beberapa kejadian di kalangan para sahabat—mengampanyekan #TurunkanHargaMahar.
(backsound) Eta terangkanlah~~ eta terangkanlah~~
Saya, membacanya, jadi ingin tertawa. Bukan karena itu lucu, tapi justru karena itu sangat menyedihkan! Setidaknya ada beberapa hal fundamental yang saya amat ingin kritisi dari kampanye yang menurut saya pertunjukan kecacatan pola pikir ini.
Pertama, yang harus diketahui adalah, mahar adalah hak perempuan. Yang berhak untuk menentukannya adalah calon istri dan walinya. Dari sini saja, kita sudah bisa tahu, bahwa meminta mahar agar dimurahkan, itu lompat pagar namanya. Maksudnya? Iya, artinya, kita (saya ngomong kita karena saya laki-laki, dan memang menujukannya kepada laki-laki yang ikutan kampanye itu) mengurusi apa yang sebenarnya bukan hak kita untuk mengurusnya. Urusan kita apa, lantas? Penuhi permintaannya! Kalau tidak sanggup? Tinggalkan sudah.
Yang kedua, berkaca dari dalil hadits di atas, ada terjemahan, “… yang paling mudah maharnya”. Lantas, ada sekelompok orang yang memaknainya sebagai “yang murah maharnya”, which is, enggak banget! Kenapa? Mudah, enggak mesti murah. Kita cukup kembalikan saja definisi asal mudah, yaitu tidak menyulitkan, dan sesuai dengan kemampuan. Bagi yang punya kelebihan harta, bisa memberikan mahar agak banyak, alhamdulillah. Bagi yang hartanya cukup, bisa memberi sekadarnya, alhamdulillah juga. Yang saya yakini, perempuan yang baik tidak akan mempersulit orang baik yang akan meminangnya, dengan meminta mahar jauh di atas kesanggupan. Tapi… Tapi…
Lelaki yang baik dan bertanggung jawab, TIDAK AKAN PERNAH minta mahar diturunkan biar murah! Tidak akan.
Setidaknya ada dua hal kenapa lelaki yang baik tidak akan minta mahar untuk calon istrinya dimurahkan.
Pertama, pernikahan itu urusan serius. Bukan main-main. Ketika seorang lelaki bermaksud menikahi perempuan, maka hakikatnya ia ingin “mengambil” perempuan itu dari orang tuanya. Apa layak, kita minta murah untuk hal yang sebesar itu? Sedangkan untuk hal lain yang kita cintai, saya yakin, banyak yang enggak mikir budget untuk mengeluarkan uang. Apa logis yang seperti ini?
Kedua, mahar itu soal keseriusan dan tanggung jawab. Ketika seorang lelaki memberikan mahar sesuai kesanggupannya, maka dia telah menunjukkan bahwa dia serius ingin hidup bersama perempuan yang dia pinang. Nah, kalau belum apa-apa sudah minta murah, kesungguhan dan keseriusannya di mana? Malah lebih jauh, saya berpikir bahwa kampanye mahar murah itu akal bulusnya para lelaki pemalas saja, biar cepat nikah. Ini bahaya, sob!
Ketiga, sejak kapan harga mahar naik? Sebenarnya tidak ada harga mahar yang naik. Cuma mental lelakinya sebagian ada yang berubah jadi lembek dan rapuh kayak kembang tahu. Sebagian lho, ya~
Jadi, inti dari tulisan ini adalah ….
(backsound) Eta terangkanlah~~ eta terangkanlah~~
Pertama, masih banyak tersebar stereotip soal pernikahan yang katanya ‘Islami’, tapi cenderung bias gender dan patriarki. Padahal saya yakin, Islam tidak sepicik itu pada perempuan. Semua punya porsi dan tugasnya sendiri-sendiri, dan Allah sebagai Sang Pengatur, sudah mengaturnya dengan seadil-adilnya.
Kedua, masih banyak hal yang kita harus pelajari sebelum melangkah menuju pernikahan. Ketahuilah sob, para sahabat Nabi itu, mereka ‘aqil dan mumayyiz bahkan ketika mereka belum baligh. Makanya, mereka siap untuk diberikan tanggung jawab besar, termasuk menikah. Jadi, ayo kaji lagi agama ini dengan baik. Agama ini enggak cuma mengatur soal pernikahan dan jodoh. Masih banyak hal yang akan memperlurus pola pikir kita, dan membangun diri kita sebagai manusia seutuhnya. Jadi, ayo belajar terus.
Ketiga, berhenti memaknai dalil nash dengan picik. Kita dikaruniai oleh Allah akal, dan diberikan oleh-Nya syariah, agar kita survive dunia-akhirat. Ibnu Rusyd pernah berkata, “Allah tidak pernah menurunkan syariat yang bertentangan dengan akal manusia,” kenapa? Karena syariat itu untuk manusia. Maka, cobalah memahami syariah ini dengan akal yang sehat, pola pikir yang lurus, agar kita tidak malah cenderung menjelekkan Islam dengan dalil-dalil yang ada.
Dan pesan terakhir saya, untuk para lelaki yang sedang berjuang (termasuk saya), ayo, berjuang lebih keras lagi. Karena nikah itu butuh keseriusan, perjuangannya juga harus serius.
Ya udah ini aja. Mau kritik dan saran silakan. Yang baik diambil, yang jeleknya lempar aja ke laut. Wallahu-l Muwaffiq ilaa aqwamith-thariiq.
Jakarta Selatan, 1 Agustus 2017 Ibnu Kurnia
366 notes · View notes
erfeb-blog · 8 years ago
Quote
Semoga yang pergi tanpa penjelasan, tidak akan datang lagi dengan berbagai macam alasan.
(via abjadpertama)
Iyups bener... kalo bisa sudah diberi pula "Balasan"😂
342 notes · View notes
erfeb-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Well, postingan perdana 😀 Moga apa yang saya bagikan saat ini atau nanti menjadi faedah buat sesama,
salah satu “rekam jejak” nyata walau lewat maya bahwa saya pernah ada dengan segala hiruk pikuk dunia yang fana’ tetapi tetap full of ni'mat dari-Nya yang gak akan pernah bisa dihitung berapa sih banyaknya…
Berharap eksis yang manfaat ini tak hanya sampai disini, mau offline atau online ngarepnya sih ini bisa dibawa hingga akhirat nanti, loh kok bisa sih?, iyups… bukankah ilmu yang manfaat, amal jariyah, atau apapun yang bernilai ibadah maka pahalanya akan terus dibawa menemani kita kala “sendiri” nanti?
Semangat menyebarkan yang baik - baik idealnya tak soal berapa banyak love atau like yang didapat, bukan pula banyak - banyakan follower yang ikut menjadi buntut, ya walau tetep seneng jugalah bila semua yang sudah diupayakan baiknya dapat apresiasi konkret itu semua…
Namun selalu sematkan ingatan bahwa Ikhlas apapun karena-Nya kudu ada dibarisan utama sehingga balasan selain dari-Nya tak membuat surut apalagi pupus dalam memaksimalkan “Jalan yang Lurus”
Karena meski cibiran atau ejekan yang didapat, sinis sana sini lengkap dengan sindiran yang mendarat, Insya Allah dikuatkan bila sudah nancep di hati semua ini dilakukan dengan jargon “Allah Oriented”
Jadi Woles saja saat konsistensi diri menuju yang baik - baik itu tak di-apresiasi atau bahkan mungkin dicibiri… jangankan kita yang banyak salah… Rasulullah atau nabi-pun dengan pahala yang berlimpah masih sengaja dicari - cari celah agar salah…
Dari dulu, sekarang, juga kedepan… kebaikan dalam balutan kebenaran tak pernah abu - abu, hitam dan putih-nya selalu Jelas, begitu pula Janji Allah…, tak mungkin ada Ingkar karena yang Maha Tepat selalu Menepati Janji untuk mereka yang benar atau ingkar, untuk yang taat atau yang masih belum taubat
Salam kenal dari saya, Erlina Febrianovida untuk semua yang tak sengaja landing lantas membaca😉
Gambar : Jepretan pribadi, Buku “Berbekal Setengah Isi Setengah Kosong” - DR. Syafiq Reza Basalamah
0 notes