evidwi
evidwi
Evi Dwi Yanti
28 posts
Public Health Universitas Indonesia - Alumni Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta Batch VII - ISFJ - Koleris Melankolis
Don't wanna be here? Send us removal request.
evidwi · 8 years ago
Quote
Sekeras apapun kau tertawa, angin akan sekuat tenaga meredamkan agar hatimu tak beku lantas mengeras. Sederas apapun kau menangis, hujan akan berjanji membersamai agar air matamu tersamarkan dalam air hujan. Maka biarlah angin dan hujan turut serta dalam perjalanan rasa agar kau tahu seninya mengharmonikan suka dan duka.
Evi Dwi Yanti
2 notes · View notes
evidwi · 8 years ago
Text
Ada kalanya, tepatnya sering kali Ruang dan waktu tak lagi milik kita Kala kita terpuruk lemah, kita justru dituntut untuk menguatkan Karena nyatanya, banyak insan yang menunggu kita kuatkan Kala kita terselimut sedih, kita justru dituntut untuk banyak menghibur Karena nyatanya, sekeliling kita bahkan sedikit sekali merasakan kebahagiaan Kala kita butuh diberi, kita justru dituntut untuk banyak memberi Karena nyatanya, semesta tak lagi sanggup menahan beban sendiri Kala kita ingin menangis, kita justru dituntut untuk menahan Karena nyatanya, banyak air mata yang menunggu datangnya usapan Kala kita ingin meluapkan amarah, kita justru dituntut untuk menenangkan Karena nyatanya, banyak manusia yang tak lagi paham tentang arti kesabaran Kala kita butuh sandaran, kita justru dituntut untuk menopang Karena nyatanya, banyak raga yang tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan
Kita, memang tak sempat lagi memikirkan cobaan pada diri Karena nyatanya, Allah selalu saja menghadiahkan cara untuk menguatkan hati Bukankah lebih membahagiakan jika hidup tak hanya berfokus pada pribadi? Ia, yang tak lagi peduli pada seberapa besar keberpuraan yang dibutuhkan untuk menghimpun kekuatan diri Ia, yang tak lagi peduli pada ada atau tiadanya ruang dan waktu untuk mengeja makna kebahagiaan hakiki
17.41 4 November 2017 Masjid Raya Bandung
3 notes · View notes
evidwi · 8 years ago
Text
Aku
Aku yang selalu hanyut dalam kata
Aku yang selalu candu akan temu
Aku yang selalu tenggelam dalam doa
Aku yang tak sengaja jatuh pada cinta yang tak usai merajut rindu
Adakah ihwal pengobat rindu selain kata, temu, dan doa?
16 Oktober 2017
RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat
2 notes · View notes
evidwi · 8 years ago
Text
Apakah Saat Ini Indonesia (Masih) Sehat Jiwa?
Dalam dunia kesehatan, suatu penyakit dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu Penyakit Menular (PM) dan Penyakit Tidak Menular (PTM). Secara sederhana, penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media, seperti manusia, binatang, tumbuhan, virus, bakteri, dan benda mati. Sedangkan penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui media. Data terbaru yang dilaporkan WHO pada tahun 2010, PTM adalah penyebab kematian secara global sebesar lebih dari 60%.1 Di Indonesia, menurut hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, telah terjadi transisi epidemiologi dari 1995 hingga 2007 dimana terjadi peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular (41.7% menjadi 59.5%) dan penurunan angka kematian akibat penyakit menular (dari 44.2% menjadi 28.1%).2 Salah satu penyakit tidak menular di Indonesia yang saat ini cukup mengkhawatirkan adalah gangguan jiwa dimana gangguan ini telah menunjukkan tidak terpenuhinya hak sehat pada diri seseorang. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab beban akibat penyakit kedua terbesar di dunia dan menjadi penyebab terbesar pertama pada tahun 2030 berdasarkan Dissability Adjusted Life Years (DALYs).3 Prediksi tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 1995 dengan hasil bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissability Adjusted Life Years (DALYs) sebanyak 8,1% disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa di mana angka tersebut lebih tinggi daripada DALYs yang disebabkan oleh tuberculosis (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). 4
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Di Indonesia, data dari Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa untuk orang-orang yang berusia 15 tahun ke atas, prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% yang artinya lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia, sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk yang artinya lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis), dan angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. 3
Masalah penyalahgunaan Napza juga berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa di Indonesia karena penyalahgunaan Napza merupakan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000  populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu tahun. 3
Dari data-data diatas, sudah jelas terpampang bahwa Indonesia dalam masa gawat darurat Gangguan Jiwa. Jika tidak segera diatasi, tidak akan mengangetkan jika suatu hari nanti Indonesia akan tenggelam dalam lautan manusia dengan gangguan jiwa. Lantas, apa makna kesehatan jiwa yang setiap tanggal 10 Oktober diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Kesehatan Jiwa?
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.5 Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa disebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang inividu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.6 Jika dilihat dari definisi tersebut, keempat faktor penentu kesehatan pun menjadi indikator yang penting untuk menilai kesehatan jiwa seseorang sehingga orang tersebut bisa melangsungkan kehidupannya dengan normal. Dalam dunia kesehatan jiwa, ada dua istilah penting yang perlu kita ketahui, yaitu Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.6 ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.6
Dari definisi tersebut, orang-orang seperti kita yang saat ini merasa normal bisa saja masuk dalam kategori ODMK jika kita berada dalam kondisi yang beresiko mengalami gangguan jiwa, seperti orang-orang yang memiliki kekurangan fisik (tunanetra, tunawicara, tunarungu, tunadaksa) yang putus asa karena kekurangan fisiknya dan akhirnya mengalami gangguan jiwa. Selain itu, orang-orang yang tidak siap menghadapi ujian dalam hidup seperti ujian di sekolah atau tugas-tugas sekolah, masalah di pekerjaan baik karena banyaknya pekerjaan atau ketidakharmonisan hubungan dengan rekan kerja atau atasan, masalah ketidakharmonisan dalam keluarga, masalah ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan hidup akan mengalami stres dan akhirnya berujung terkena gangguan jiwa. Artinya, orang-orang seperti kita yang merasa normal namun terpapar dengan masalah-masalah kehidupan tersebut lantas tidak sanggup menjalaninya, suatu saat bisa menjadi ODGJ jika tidak segera ditangani. Sedangkan, orang-orang yang termasuk ODGJ adalah orang-orang yang telah didiagnosis oleh dokter atau psikiater mengalami gangguan jiwa berdasarkan kategori yang ada dalam buku Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM). Ada banyak sekali kategori gangguan jiwa di dalam buku tersebut, jadi untuk kita orang awam yang peduli terhadap kesehatan jiwa sudah seharusnya mulai memahami jenis-jenis gangguan jiwa selain kategori sebutan “orang gila” yang selama ini kita tahu.
Permasalahan kesehatan jiwa adalah permasalahan yang sangat luas dan kompleks karena permasalahan kesehatan jiwa bukan hanya masalah terganggunya jiwa, tapi juga masalah psikososial, kualitas hidup, dan keharmonisan hidup. Selain itu, masalah kesehatan jiwa pun bukan hanya masalah para petugas rumah sakit jiwa, psikiater, atau psikolog saja, tapi masalah kesehatan jiwa adalah masalah setiap orang sehingga setiap orang bertanggung jawab untuk memastikan jiwanya sehat dan orang-orang terdekatnya memastikan bahwa jiwa orang-orang yang ada di sekitarnya sehat. Permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya sekadar orang gila yang berada di jalanan atau rumah sakit jiwa, tapi kenakalan remaja, kecanduan pornografi, kecanduan gadget, penyalahgunaan narkotika, alkohol, dan zat adiktif, pengangguran, pelacuran, perjudian, kriminalitas/premanisme, dan kemiskinan juga termasuk permasalahan gangguan kesehatan jiwa atau pemicu terjadinya gangguan jiwa. 7
Sayangnya, dengan permasalahan kesehatan jiwa yang semakin kompleks tersebut, pemerintah dan pihak-pihak terkait belum banyak melakukan tindakan untuk mencegah kegawatdaruratan masalah kejiwaan ini supaya tidak menjadi lebih parah. Kesenjangan pengobatan terhadap masalah gangguan jiwa mencapai lebih dari 90%. Hal tersebut membuktikan bahwa kurang dari 10% orang dengan gangguan jiwa yang mendapatkan layanan kesehatan jiwa.3 Oleh karena itu, sambil menunggu perbaikan yang akan dilakukan pemerintah untuk kesehatan jiwa, sebaiknya masing-masing dari kita juga mengusahakan kesehatan untuk jiwa kita, seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Tuhan sesuai agama masing-masing karena dari banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara kesehatan jiwa dengan tingkat relijiusitas, menciptakan kondisi ternyaman untuk diri sendiri dan orang-orang di sekeliling sehingga tidak menambah tekanan dalam kehidupan, menghargai dan membantu orang lain yang terdeteksi ODMK maupun ODGJ, dan yang paling penting adalah segera memeriksakan diri kepada ahli kejiwaan atau cerita kepada orang terdekat jika mengalami tekanan atau kondisi kejiwaan yang tidak seperti biasanya. Dengan begitu, diharapkan masyarakat dan pemerintah bisa saling membantu untuk meningkatkan kualitas kesehatan jiwa di Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat.
  Sumber Referensi:
1.    World Health Organization. Assessing National Capacity for the Prevention and Control of Noncommunicable Diseases. (2012).
2.    Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan “Penyakit Tidak Menular”. (2012).
3.    Direktorat Bina Kesehatan Jiwa. Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015 – 2019. (2014).
4.    Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP – KJM). (2012).
5.    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009).
6.    Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. (2014).
7.    Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta. (1996).
0 notes
evidwi · 8 years ago
Quote
Cinta adalah amal. Liyabluwakum ayyukum ahsanu amala, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya (Al-Mulk: 2). Maka cinta berwujud sebaik-baik amal karena ia telah berubah dari kata sifat menjadi kata kerja.
Evi Dwi Yanti
1 note · View note
evidwi · 8 years ago
Text
Aku Hanya Rindu, Itu Saja
Bapak
Tepat tanggal ini, 22 Mei, Bapak tak lagi bersamaku
Tak terasa sudah tujuh tahun raga kita berjarak
Terlalu jauh jarak itu hingga aku tak kuasa berjalan menujumu
Mencium pipimu dan memeluk hangat tubuhmu
Benarlah kata orang
Bukankah jarak akan mencipta rindu?
  Bapak
Aku hanya rindu, itu saja
Aku begitu merindumu
Begitu membuncah hingga rasanya aku ingin menyusulmu saja
Bukan
Bukan karena aku tak sabar menunggu waktu pertemuan
Aku hanya tak kuat menahan rindu
Begitu menyiksa
Hingga akhirnya aku hanya bisa menangis
Sendiri
Sepi
  Andai ku bisa
Aku ingin memilih tertidur dan bermimpi saja sepanjang hidupku
Dengan begitu
Aku bisa mengatur skenario hidupku agar aku bisa menemuimu
Sepanjang hari bermain denganmu
Memeluk erat hangat tubuhmu
Menggenggam kuat jari jemarimu
Ingin rasanya aku berontak
Tapi aku tak bisa
Hatiku berkata
Sebentar lagi, bersabarlah
Bukankah Tuhan selalu bersama orang sabar?
  Aku rindu petuahmu tentang kekuatan
Begitu dalam mengakar hingga hari ini aku bertumbuh menjadi wanita kuat
Aku rindu teladanmu tentang kebaikan
Begitu menghujam hati hingga hari ini aku selalu ingin belajar menebar kebaikan
Aku rindu kehangatanmu tentang keluarga
Begitu hangat hingga hari ini aku selalu merindukan keluarga
Bapak
Aku rindu, itu saja
  Dulu, Bapak selalu menciumku di mana saja
Tak peduli aku masih kecil atau sudah remaja
Dulu, Bapak suka sekali memberikan pangkuan untukku di mana saja
Tak peduli badanku berat atau ringan
Dulu, Bapak suka sekali menceritakan aku kepada kawan-kawannya
Tak peduli cerita hidupku menarik atau membosankan
Dulu, Bapak selalu saja berusaha mewujudkan harapku
Tak peduli harapku terjangkau atau tidak
Bapak memang demikian
Dan aku mencintai Bapak yang demikian
  Duhai jiwa yang tenang
Tunggulah aku, ibu, dan kakak datang
Aku sedang merayu Tuhan agar Dia berikan surga-Nya untuk kita
Aku sedang merenda ayat-ayat-Nya untuk menghadiahkan mahkota untuk Ibu dan Bapak
Aku akan selalu kirimkan doa terbaikku untuk menemani Bapak di sana
Bukankah doa adalah sebaik-baik jawaban atas rindu?
Aku mencintaimu, Bapak
  Evi Dwi Yanti
Salemba, 22 Mei 2017
Ditulis dalam kerinduan yang begitu mendalam
Dari seorang putri mungil yang begitu merindukan Bapak
Satu-satunya lelaki yang (seharusnya) hingga hari ini bisa menjadi sandaran dan penguat hati
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu
0 notes
evidwi · 9 years ago
Text
Jelajah Bersama
Aku mungkin terlalu sulit untuk kau pahami
Bagimu, aku bak makhluk planet antah berantah yang punya dunia sendiri
Bagimu, duniaku terlalu rumit untuk kau selami
Hingga suatu hari kau datang padaku dan mengatakan, “Bolehkah aku mengikuti aliran pikirmu dan bersamamu menjelajahinya?”
Seketika, aku hanya diam terpaku
Menelaah rajutan kata yang tetiba kau ucapkan padaku
Kupikir itu hanya lamunku
Hingga kau melanjutkan perkataanmu, “Aku serius”
Diam-diam, kau ternyata mencoba menelaahku
Mencari tahu tentangku dari segala pintu
Begitu lama hingga kau menyadari bahwa aku memang terlalu rumit untukmu
Dan akhirnya, kau menyerah mencari tahu tentangku dalam diammu
Memberanikan diri untuk mengatakan padaku bahwa kau ingin bersahabat denganku
Berharap jiwamu tak lagi berdosa karena pikirmu yang selalu tentangku
Berharap aktivitasmu tak lagi terpecah karena diriku
Kini, kita berdua hanya tersenyum mengingat masa itu
Dan sejak itu, kau pun tak pernah lupa mengatakan padaku, “Lebih indah jika menjelajahinya bersama bukan?”
26 Februari 2016
Rumah Kepemimpinan Jakarta
Evi Dwi Yanti
1 note · View note
evidwi · 9 years ago
Text
Fenomena LGBT di Dunia Kampus
Akhir-akhir ini LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) menjadi sorotan publik. Masyarakat, terutama orang-orang yang meyakini LGBT adalah sesuatu yang tidak benar seolah kebakaran jenggot, baik itu karena menyudutkan menyalahkan atau berusaha mencari solusi untuk orang-orang yang ‘merasa’ dirinya bagian dari LGBT. Lantas, pertanyaan mendasarnya adalah, apakah LGBT adalah sebuah kelainan? Ataukah keturunan/gen? Ataukah sesuatu yang normal?
Jika dilihat dari teori psikologi, suatu hal disebut kelainan jika memenuhi 4 hal, yaitu terjadi pada individu sehingga menyebabkan personal stress, terdapat kerusakan/kelainan dalam diri baik fisik maupun mental, mengganggu kehidupan sehari-hari sehingga tidak bisa bekerja atau melakukan kegiatan yang bermanfaat, dan menyimpang norma-norma sosial yang ada di masyarakat (Stein, et al, 2010).
Untuk mendiagnosis apakah seseorang punya kelainan mental atau tidak, psikolog dan psikiatri menggunakan panduan DSM (Diagnostics and Statistical Manual for Mental Disorder) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association. DSM tersebut ada 5. Pada DSM 1 dan 2, LGBT ternyata masih dianggap sebagai kelainan jiwa/mental, namun mulai dari DSM ketiga, LGBT sudah tidak dianggap sebagai kelainan jiwa/mental karena sudah tidak memenuhi keempat hal yang disebut kelainan.
Hamid Zarkashi, seorang Psikolog Muslim dari Sudan, mengatakan bahwa LGBT bukan karena gen dan hormon, tapi karena kumpulan dari pengaruh sosial/lingkungan.
Lantas, bagaimana jika dilihat dari pandangan Islam? Berikut adalah beberapa ayat Allah yang dengan indah dan logis mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan.
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌالحجرات
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً  وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(QS. An-Nisa : 1)
 وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (QS. An-Nahl : 72)
 وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ  
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah : 71)
Diantara ayat-ayat tersebut yang telah Allah sebutkan, tentu Islam tidak membenarkan hubungan sesama jenis, yaitu LGBT. Namun, apakah lantas orang Islam harus membenci orang-orang yang melakukan LGBT? Jawabannya adalah TIDAK. Islam memang tidak membenarkan LGBT tapi bukan berarti Islam mengajarkan umatnya untuk membenci orang-orang yang melakukan LGBT. Islam mengajarkan untuk bersikap lemah lembut terhadap sesama. Firman Allah dalam Al-Quran.
 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَفَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْلَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّاللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlahmereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalamurusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.” (QS. Ali Imran : 159)
Melihat kondisi tersebut, maka kita sebagai umat Islam harus berhimpun bersama mencari solusi terbaik dari permasalahan ini. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut :
1.    Tidak menganggap bahwa LGBT adalah sebuah penyakit yang harus dijauhi.
2.    Membuat situasi yang kondusif sehingga orang-orang yang merasa dirinya termasuk LGBT bisa bercerita karena terkadang mereka bingung mau menceritakan kepada siapa sehingga setelah itu mereka bisa tetap mendapatkan pendampingan. Salah satu hal konkret yang bisa dilakukan adalah dengan membuat peer counselor dimana kita bisa menjadi sahabat bercerita bagi saudara-saudara kita yang memiliki permasalahan LGBT sehingga perlahan kita bisa membantu jalan keluar dari permasalahan tersebut.
3.    Mendukung pemerintah membuat regulasi bertahap. Seperti layaknya khamr yang yang dulu pada zaman Rasulullah mengalami beberapa tahapan, mulai dari dihalalkannya khamr hingga diharamkannya khamr. Regulasi terkait LGBT ataupun penyimpangan seksual lain juga harus diberikan regulasi, namun ini harus dilakukan secara bertahap supaya orang-orang yang melakukan penyimpangan seksual tersebut tidak merasa dianggap sebagai musuh oleh negara sendiri.
4.    Menguatkan media. Saat ini media sudah menjadi guardian of value yang bisa menanamkan kepercayaan kepada masyarakat tentang sebuah isu. Media perlu dikondisikan agar tidak berisi tentang pengecaman terhadap orang-orang LGBT atau berisi tentang hal-hal negatif terkait orang-orang LGBT yang akhirnya bisa meresahkan masyarakat dan justru menanamkan kebencian dalam diri masyarakat kepada orang-orang LGBT.
Dari keempat opsional solusi tersebut, diharapkan fenomana LGBT mulai berkurang hingga lenyap dari bumi. Orang-orang yang LGBT butuh untuk didampingi dan perlahan ditunjukkan jalan kebaikan karena bisa jadi mereka bahkan tidak mengetahui atau menyadari bahwa tindakan mereka adalah salah. Sebagai sesama manusia, kita harus bisa membuat keadaan sosial/lingkungan tempat tinggal menjadi kondusif sehingga bisa meminimalisasi kecendurangan orang menjadi LGBT. Semoga Allah melindungi kita dan selalu menunjukkan jalan kebaikan untuk kita. Wallahu ‘alam bishawab.
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
How Did “Asrama Rumah Kepemimpinan PPSDMS” Change Me for The Previous One Year?
“Kamu dapat beasiswa PPSDMS ya?”
“Wah, kamu anak PPSDMS ya?”
“Wih, aktivis, berprestasi, anak PPSDMS.”
“Cieee, anak PPSDMS.”
Begitulah kurang lebih beberapa kalimat atau frasa yang sering dilontarkan orang kepadaku kala mereka mengetahui bahwa aku adalah salah satu manusia beruntung di muka bumi ini yang diberi kesempatan untuk menikmati suka-duka pembinaan di asrama yang katanya isinya para pemimpin, yaitu Rumah Kepemimpinan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (Rumah Kepemimpinan PPSDMS). Mendengar beberapa kalimat atau frasa tersebut tentulah membuatku berpikir, mengapa kata-kata tersebut bisa dengan mudah dilontarkan orang kepadaku atau mungkin teman-teman seangkatanku yang lain yang bahkan baru satu tahun menjadi bagian dari PPSMDS. Ya, boleh dibilang kami adalah ‘anak bawang’ yang belum paham apa-apa tentang PPSDMS dan belum melakukan apa-apa untuk PPSDMS. Ternyata, ini memang bukan hanya tentang aku, atau teman-teman seangkatanku, tapi ini tentang sejarah. Sejarah yang tanpa berbohong mengatakan bahwa PPSDMS telah dibangun oleh orang-orang ideologis yang tak pernah mengenal lelah dan telah diharumkan namanya oleh kakak-kakak yang telah lebih dahulu menjadi bagiannya. Sejarah yang telah dibangun sejak tahun 2002 tentulah bukan waktu yang sebentar dan bukan tanpa daya upaya untuk membuat PPSDMS menjadi seperti sekarang dan membuat orang lain bisa dengan mudah mengatakan kalimat atau frasa yang telah saya sebutkan diawal. Mengingat dan menyadari hal tersebut, seringkali membuatku berpikir dan bertanya, apa tujuanku ada di asrama ini? Apa yang akan aku lakukan untuk asrama ini? Apa yang bisa aku berikan untuk membalas jasa orang-orang yang telah mengalirkan uang, tenaga, dan pikirannya untuk hidupku? Apa yang bisa aku lakukan untuk tetap membuat harum nama PPSDMS dan menyebarkannya di bumi Allah ini? Pertanyaan-pertanyaan itu yang membuatku semakin bersemangat untuk ber-Fastabiqul Khairat dan ber-Ahsanu Amala, berlomba-lomba dalam kebaikan dan melakukan perbuatan-perbuatan terbaik. Aku semakin ingin membuktikan bahwa para panitia atau siapapun yang dulu telah memilihku untuk mendapatkan beasiswa luar biasa ini dan Allah tidak salah memilihku dan menempatkanku di sini.
Allah memang telah memberikan segala potensi kepada makhluknya sesuai dengan porsinya, termasuk kepadaku. Mulai dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, hingga kenormalan fisik. Allahu Akbar, Allah memang tiada duanya, Dialah yang Maha Memiliki dan Maha Kasih Sayang. Berada di PPSDMS semakin membuatku bersyukur atas kebesaran-Nya. PPSDMS telah membuatku semakin terpacu untuk mengasah dan mengembangkan potensi tersebut, serta semakin bersyukur atas pemberian Allah. Dengan Visinya yaitu “Melahirkan Pemimpin-Pemimpin Masa Depan yang Memiliki Pemahaman Islam yang Komprehensif, Integritas dan Kredibilitas yang tinggi, Moderat, serta Peduli Terhadap Kehidupan Bangsa dan Negara”, visi tersebut selalu membuatku menangis haru dan bergetar hati akan beban amanah yang aku tanggung sebagai seorang manusia dan doa yang diberikan dari setiap penggalan kata tersebut. Idealisme Kami yang ‘seharusnya’ telah menjadi pedoman dalam setiap langkah hidupku semakin membuatku tersadar akan tujuan hidupku. Ditambah, empat jati diri yang telah dengan sadar ingin ditanamkan oleh para pendiri PPSDMS kepadaku, yaitu Da’i Produktif, Mahasiswa Berprestasi, Aktivis Pergerakan, dan Kebersamaan dan Kekeluargaan telah semakin terpatri dalam setiap kehidupanku. Tentu saja, itu bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa. Dalam setiap kata yang telah diucapkan dan dituliskan oleh Para Pendiri PPSDMS, pasti mengandung makna dan harapan, sehingga itu pasti bisa dicapai.
Langkah demi langkah kujalani untuk mewujudkan doa dan harapan mulia itu. Bagiku, semoga, melalui langkah-langkah ini bisa menjadi amalan terbaikku di dunia dan mengantarku ke surga Allah bersama keluarga dan orang-orang beriman yang lain. Akan coba kujelaskan, apa saja yang telah diberikan PPSDMS untuk membentukku menjadi manusia yang lebih mulia dan sesuai dengan visinya melalui empat jati diri yang ingin dibentuk dalam diriku.
Pertama adalah Da’i Produktif. Pada dasarnya, setiap orang beriman adalah Da’i dan PPSDMS sangat mendukungku untuk menjadikanku merasa pantas menjadi Da’i. Di PPSDMS, Alhamdulillah Qiyamul Lailku terjaga meskipun terkadang rasa malasku menyerang, Sholat Lima Waktuku terjaga meskipun terkadang tidak berjamaah, Sholat Dhuhaku terjaga meskipun terkadang kulakukan dengan terburu-buru kuliah, Hafalan Quranku terjaga meskipun masih tidak cepat bertambah secepat dulu di Rumah Quran, Puasa Sunnahku terjaga meskipun terkadang tidak rutin, Tilawahku terjaga meskipun terkadang tidak bisa mencapai target Juz yang sudah kutetapkan, Infaqku terjaga meskipun terkadang kulihat uangku menipis dan aku merasa sayang mengeluarkannya, Halaqahku terjaga meskipun terkadang aku tak bisa ikut karena ada agenda tak bisa ditinggal, buku bacaanku tentang Islam terjaga meskipun terkadang aku malas membacanya, kelompok Halaqah binaanku terjaga meskipun terkadang kami sangat susah mengatur jadwal pertemuan dan akhirnya tidak jadi ada pertemuan Halaqah, kajian-kajian Keislaman di asrama sebisa mungkin kuhadiri meskipun terkadang aku tertidur kelelahan saat kajian atau terpaksa harus izin tidak ikut/terlambat karena ada agenda lain yang lebih penting, dan syuro-syuro atau pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan kondisi dakwah kampus sebisa mungkin kuhadiri meskipun terkadang rasa malas menyerangku untuk tidak datang.
Kedua adalah Mahasiswa Berprestasi. Sejak kecil, aku telah menjadi pribadi yang ambisius untuk berprestasi dan membahagiakan orang tuaku. Bagiku, PPSDMS telah sangat membantuku untuk mau mencapai prestasi apapun yang bisa kuraih. Sejak di PPSDMS, aku semakin semangat untuk mengikuti lomba-lomba yang bisa kuikuti. Hal ini terbukti dari beberapa lomba yang aku ikuti dan aku menangkan, mulai dari diterimanya abstrak, mengikuti konferensi internasional dan nasional, juara III Lomba Hafalan Quran 2 Juz, Juara I Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas, Juara II Lomba Debat Bahasa Indonesia Fakultas, menjadi Kontingen Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Universitas Indonesia sebagai perwakilan FKM UI 2015, menjadi finalis Mahasiswa Berprestasi FKM UI 2015, serta lomba-lomba yang lain. PPSDMS pula yang telah membuatku berani untuk mengirimkan tulisan-tulisan ke media massa. Tulisan pertamaku yang pertama kali terbit di media massa adalah tulisan yang aku kirim setelah aku masuk PPSDMS, hingga akhirnya sekarang aku ‘ketagihan’ untuk mengirimkan tulisanku ke media massa. Tulisanku pernah dimuat di media online www.selasar.com, www.dakwatuna.com, dan www.eramadina.com. Namun, sayangnya, tulisanku belum pernah tembus hingga media cetak. Saat ini, aku masih terus berusaha agar tulisanku bisa masuk media cetak dan dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. PPSDMS pulalah yang membuatku senantiasa terpacu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang bermanfaat, hingga akhirnya aku berhasil menjadi peserta pelatihan Sekolah Mahasiswa Berprestasi di UI dan Sekolah Kepemimpinan Bangsa di Bogor. Hal yang terakhir membuatku bahagia dan bersyukur adalah aku bisa menjadi Mahasiswa Terbaik Putri Regional 1 Jakarta bulan Mei dan tepat diumumkan pada bulan puasa di 10 hari terakhir Ramadhan. Tentu saja, menjadi yang terbaik di antara yang terbaik bukanlah hal yang mudah dan aku bersyukur Allah memberikanku kesempatan kepadaku untuk menjadi yang terbaik.
Ketiga adalah Aktivis Pergerakan. Sejak awal menginjakkan kaki di UI, aku sangat terpikat dengan hawa pergerakan mahasiswa di UI. Selain itu, akupun sangat tertarik dengan dunia sosial politik. Menurutku, sosial politik merupakan ladang dakwah yang penuh dengan tantangan. Setelah masuk UI, aku menjadi pribadi yang berbeda dari dahulu aku di MI, SMP, dan SMA. Aku ingin sekali menjadi pribadi yang aktif dan berkontribusi. Namun, selama dua tahun aku mengemban amanah di dunia sosial politik dan aktif dalam amanah sana sini, aku kurang bisa mengatur waktuku dan terkadang menjadi takut untuk menerima amanah. Namun, setelah masuk PPSDMS, dia mengajarkanku untuk berani menerima amanah, termasuk amanahku sekarang sebagai Koordinator Bidang Sosial Politik BEM FKM UI, dan Ketua Unit Kegiatan Peserta Sosial Politik. PPSDMS pula yang mengajarkanku lebih bisa menguasai forum, berbicara di forum, dan mengatur jadwal dengan banyaknya agendaku. Aku menjadi orang yang lebih teratur meskipun terkadang masih skip agenda, terarah meskipun terkadang bingung mana yang lebih prioritas, dan menghargai orang lain meskipun terkadang tidak bisa menerima pendapat orang lain.
Keempat adalah Kebersamaan dan Kekeluargaan. Berada di PPSDMS bersama dengan 29 Tiara yang lain tentulah bukan sesuatu yang mudah. Harus berbagi kamar, ruang tamu, kamar mandi, mushola, dan dapur tentulah bukan sesuatu yang biasa kualami dengan kondisi sebelumnya aku mempunyai tempat yang sangat nyaman di rumah. Harus disatukan dengan orang lain yang bahkan tidak ada hubungan darah tentulah bukan sesuatu yang mudah. Pasti akan ada gesekan sana sini. Namun, setelah satu tahun bersama mereka dan hidup berjamaah ternyata membuatku lebih nyaman, aman, dan dewasa dalam menghadapi kebersamaan. PPSDMS telah mempersaudarakan kita dan aku sangat berterima kasih telah diberikan saudara-saudara baru yang kusadari bahwa aku menyayangi mereka dan aku senang bersama mereka meskipun terkadang ada beberapa hal yang mengecewakanku dan menggangguku. PPSDMS mengajarkanku untuk menghargai saudara, memberikan perhatian, meredam emosi, mengurangi sifat egois, dan mengurangi sifat individual.
Selain keempat jati diri tersebut, aku sangat bersyukur, sejak di PPSDMS kehidupanku lebih teratur meskipun terkadang masih acak, lebih rapih meskipun terkadang baju-baju menumpuk banyak dan buku-buku berserakan, dan menyusun masa depanku dengan lebih terarah meskipun terkadang bingung apa yang akan aku lakukan dan terkadang tidak sesuai dengan harapan. PPSDMS membuatku lebih teratur dengan membuat lifeplan bulanan, tahunan, dan mimpi masa depan beserta detailnya. Hal-hal tersebut adalah hal-hal yang dahulu hanya terpikir olehku, namun tak pernah aku konkretkan dalam tulisan sehingga tidak salah pula kalau dahulu hidupku kurang teratur dan terarah.
Dari penjelasanku di atas, tentulah, PPSDMS telah banyak membantuku untuk menjadi manusia yang lebih baik dan mulia. Namun, aku sadar, masih banyak hal yang harus aku perbaiki. Aku masih harus terus belajar. Tentunya, jati diri di atas pembuktiannya tidak hanya sekarang, tapi pembuktian nyatanya akan dibuktikan nanti ketika aku telah lulus dari PPSDMS, apakah jati diri tersebut masih konsisten aku lakukan atau justru tergerus oleh kehidupan. Lagi dan lagi, aku bersyukur telah diberikan Allah kesempatan untuk menjadi bagian dari Rumah Kepemimpinan PPSDMS. Semoga Allah senantiasa memberikanku kesempatan untuk membuat Rumah Kepemimpinan PPSDMS bangga atas keberadaanku. Lantas, Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?
Sabtu, 1 Agustus 2015 (Tanggal yang sama saat satu tahun lalu aku memulai pembinaan di asrama)
Rumah Kepemimpinan PPSDMS
Evi Dwi Yanti
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Tentang Ukhuwah
Ukhuwah ini
Ya, ukhuwah kita
Semoga ukhuwah kita senantiasa Allah jaga dalam kesucian cinta dan keteguhan asa
Semoga pembentukan ukhuwah kita, Allah ridhoi sebagai ikhtiar menjemput jannah
Terus membangun ukhuwah cinta hingga menjulang tinggi menggapai surga
InsyaAllah, Allah kuatkan untuk menjalankan peran manusia yang lebih mulia
Untuk terus menunaikan bakti sebagai seorang dai
Terus jadikan sabar dan syukur sebagai kendaraan hidup
Semakin sabar dengan adanya bahu yang dapat dijadikan tempat bersandar, bahu saudara kita
Semakin kuat dengan adanya jemari yang dapat digenggam erat, jemari saudara kita
Semakin istiqomah dalam kebaikan dengan adanya saudara yang siap mengingatkan
Semoga Allah kuatkan kita
Ukhibukum fillah :)
Selasa, 7 Juli 2015
Rumah Kepemimpinan PPSDMS Jakarta
Evi Dwi Yanti
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Indahnya ‘Berduaan’ dengan Allah
Orang-orang yang ingin terus mendekat kepada Allah SWT, mereka tidak tidur diwaktu biasanya mereka tidur, mereka berdoa pada Rabbnya dengan rasa takut dan dengan rasa harap karena sholat termasuk bagian dari doa. Baru saja Rasulullah mau istirahat, siap-siap mau tidur, turunlah Al-Muzzammil.
Qiyamul Lail (QL) sangat penting bagi para aktivis dakwah karena membawa sebuah Qoulan Syadida (perkataan yang berat). Tidak mungkin itu bisa dipikul oleh orang-orang yang lemah interaksinya dengan Allah SWT. Kenapa banyak penghafal Quran tidak terjaga hafalannya? Karena kurangnya interaksi dengan Allah SWT. Oleh karena itu, antara bertambahnya hafalan dan interaksi dengan Allah maka kita harus seimbang diantara keduanya. Kita harus sering mengulang-ulang hafalan kita dalam Qiyamul Lail, kalau tidak dibaca dalam Qiyamul Lail, hafalannya sulit bertahan. Sehingga, Qiyamul Lail sudah bukan menjadi kewajiban, tapi menjadi kebutuhan kita sehingga punya kesadaran.
Pertanyaan besar yang harus ada dalam benak kita sebagai para aktivis adalah “Layakkah kita dengan ibadah kita saat ini mendapatkan “Qoulan Syadida”? Jawaban yang seharusnya kita bisa berikan adalah dengan menunjukkan kepada Allah kalau kita layak.
Allah menurunkan Surah Al-Muzzammil dan Al-Mutdatsir secara bersamaan. Kumillaila...Kum Fa Andir... Kedua ayat tersebut berisi perintah untuk bergerak. Para salafushalih, contohnya Umar, sudah terbiasa membagi waktu. Ada waktu untuk Allah SWT dan ada waktu untuk manusia. Setiap malam, sepanjang malam, berdekatan dengan Allah dan menangis, kemudian siang hari ada waktu untuk umatnya karena  bebannya berat. Pembagian waktu harus dilakukan agar Qiyamul Lail selalu bisa dilakukan. Ciri seorang ahli ibadah adalah lambungnya jauh dari kasur.
Saat melaksanakan Qiyamul Lail dengan tumakninah, kita akan merasakan indahnya berkencan dengan Allah sehingga kita bisa merayu Allah dengan doa kita. Sebagai contoh, Imam Ibnu Hanifah tidak pernah tidur bersama. Kelezatan bersama Allah tidak bisa mengalahkan kelezatan bersama istri. Sudah sejak awal kontrak ada perjanjian bahwa waktu bersama istrinya dari dzuhur sampai ashar. Istrinya lapang dan bahagia punya suami seperti Abu Hanifah karena bagi istrinya tidak ada laki-laki hebat tanpa didampingi oleh wanita hebat.
Kita harus memulai setiap hari kita adalah dengan Qiyamul Lail. Tegakkan syariat dalam diri kita. Bagaimana kita mampu jadi aktivis dakwah yang istiqomah yang terjaga kalau kita tidak menjaga hubungan kita dengan Allah SWT? Ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ bersama karena betapa lemahnya interaksi kita bersama Allah SWT. Ini karena kita lemah beribadah dan berinteraksi kepada Allah SWT sehingga sulit mendapatkan Al-Quran. Itupun mungkin karena kecintaan kepada Allah SWT belum benar-benar tumbuh dalam hati kita. Mari mengaca pada diri kita masing-masing. Allah berkata, “Katakanlah, jika kamu mencintai Aku maka Aku akan balik mencintaimu.”
Qiyamul Lail seharusnya mewajibkan ini pada diri kita sendiri maka seharusnya tempat tinggal kita sekarang tidak akan pernah sepi dari suara bacaan Al-Quran karena kita disibukkan dengan tilawah, murajaah, dan menambah hafalan. Ya Allah, mudahkan dan berkahi dengan Al-Quran.
“Barangsiapa yang membaca Al-Quran kemudian ia mempelajari dan mengamalkannya, maka kelak pada hari kiamat ia akan pakaikan mahkota dari cahaya, yang cahayanya seperti cahaya matahari. Dan kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak di dapatkan di dunia. Lalu kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Lalu dijawab, “Karena kalian berdua telah mendidik anak kalian belajar Al-Quran.” (HR. Al-Hakim, 2086)
 Jumat, 26 Juni 2015
Griya Tugu Asri
Evi Dwi Yanti
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Fiqh Nasr dan Tamkin
An-Nasr adalah pertolongan dan kemenangan. Secara bahasa An-Nasr artinya pertolongan, namun mengapa disebut juga dengan kemenangan? Karena orang yang mendapatkan pertolongan maka dia mendapatkan kemenangan.
2 hijrah artinya Rasulullah baru 2 tahun menyampaikan risalah di Madinah. Saat itu, dalam waktu yang sama, ada kewajiban untuk jihad dan perang. Rasulullah berdoa dengan sangat serius meminta kepada Allah agar diberikan kemenangan karena jika dalam perang badar kaum muslimin tidak menang, maka islam tidak akan pernah jaya. Akhirnya Allah menurunkan beribu malaikatnya untuk ikut berperang dalam perang badar sehingga akhirnya kaum muslimin menang. Meskipun dalam perang ini jumlah kaum muslimin jauh lebih sedikit, tapi jika Allah telah berkehendak untuk menolong maka kaum muslimin akan menang.
Perang Hunain, kaum muslimin menjadi kaum mayoritas, berbeda dengan perang-perang yang lain yang biasanya kaum muslimin menjadi kaum minoritas. Dalam perang ini, kaum muslimin kalah dan terpecah belah. Namun, Allah menolong kaum muslimin sehingga akhirnya dalam perang ini kaum muslimin menang. Namun, menangnya kaum muslimin justru bukan karena banyaknya pasukan, tapi karena Rasulullah mengambil kader inti yang telah dibaiat untuk berperang dan atas pertolongan Allah.
Dari contoh di atas, Allah menegaskan bahwa kemenangan yang terjadi itu atas izin Allah, bukan karena banyaknya pasukan maupun materi.
Allah adalah sumber ketaatan. Rasulullah adalah teladan untuk taat kepada Allah, yaitu mengikuti perilaku yang dilakukan Rasulullah. Yang menentukan kemenangan juga bukan Rasulullah, tapi Allah.
Tamkin menurut Quran ada 4 jenis :
1.    Tersampaikannya risalah dan tertunaikannya amanah. Bisa jadi kita tidak mempunyai kekuasaan, tidak membinasakan musuh-musuh kita, tapi kita sudah menyampaikan risalah dan telah diterima dengan mereka.
2.    Kaum kafir hancur, orang mukmin menang. Allah memberikan kemenangan pada perang badar, padahal kaum mukmin adalah orang-orang yang lemah. Allah pergilirkan kemenangan diantara kaum muslim supaya Allah tahu siapa yang tetap beriman dan siapa yang berpaling baik ketika menang maupun kalah. Luka itu belum tentu kalah. Dalam perang uhud, kaum muslimin kalah dan banyak yang meninggal. 1 hari setelah perang uhud, Rasulullah mengumpulkan orang-orang yang kemarin ikut perang dan menyiapkan kembali untuk berperang.
3.    Musyarakah dengan pemerintahan non muslim. Contoh Nabi Yusuf yang menjadi Bendahara di pemerintahan. Walaupun kita bukan penguasanya, tapi kita mau bergabung di dalamnya.
4.    Kemenangan bagi kaum muslimin wajahnya dalam bentuk yang beragam. Nabi Nuh istri dan anaknya kafir, nabi muhammad pamannya kafir. Apakah mereka dianggap kalah? Hidayah itu datangnya bukan dari kita, tapi dari Allah.
Faktor-faktor yang memengaruhi kemenangan adalah :
1.    Iman dan amal sholeh. Jika dia beriman maka akan terrefleksi dalam amal sholeh
2.    Ibadah
3.    Memerangi kesyirikan
4.    Takwa kepada Allah
Sebab-sebab kemenangan adalah :
1.    Kita berikhtiar sehingga kita menemukan sebab kemenangan supaya Allah ridha dan menurunkan kemenangan untuk kita
2.    Hubungan kita dengan Allah
3.    Sesuatu yang berhubungan dengan material, seperti kemampuan manajemen
Sasaran kemenangan atau tujuan kemenangan :
1.    Ibadah
2.    Dakwah
Mengapa Rasulullah melakukan hijrah? Rasulullah mencari tempat supaya kaum muslimin bisa menjalankan ibadahnya dan mencari lingkungan yang bisa menerima dakwahnya.
Kamis, 25 Juni 2015
Rumah Kepemimpinan PPSDMS Jakarta
Evi Dwi Yanti
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Era Jaminan Kesehatan Nasional
Januari 2014 merupakan awal tahun yang memberikan pembaharuan bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mengambil langkah yang cukup berani untuk mulai melaksanakan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).  Menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Sebagian warga Indonesia memang sudah tidak asing dengan sistem asuransi kesehatan yang telah dikembangkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan sebelum JKN lahir, telah ada beberapa jaminan kesehatan yang berjalan di Indonesia, seperti ASKES, Jamsostek, ASABRI, Jamkesmas, KJS.  Sebenarnya konsep yang ditawarkan oleh JKN dengan jaminan kesehatan yang sebelumnya kurang lebih sama. Perbedaan yang cukup terlihat adalah dari sisi cakupan kepesertaan. Dalam sistem JKN kepesertaan bersifat wajib untuk seluruh penduduk Indonesia, seperti yang tertuang dalam Perpres 111 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.
Dilihat dari rancangan awal pembentukkannya, JKN merupakan suatu program yang amat mulia dan sangat berguna bagi penduduk Indonesia. Namun tentunya dalam menjalani sebuah program tidaklah semudah membalikkan telapak tangan apalagi JKN merupakan sebuah program yang cakupan sasarannya cukup besar, yaitu seluruh penduduk Indonesia.
Seperti yang tertuang dalam Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan, JKN memberikan manfaat jaminan komprehensif bagi peserta yang terdiri atas 2 jenis manfaat, yaitu manfaat medis dan non medis. Manfaat medis yang diberikan berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis dan tidak terkait dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis berupa akomodasi dan ambulan. Untuk manfaat pelayanan promotif dan preventif yang diberikan, meliputi penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, pelayanan skrining kesehatan tertentu, pemeriksaan penunjang pelayanan skrining kesehatan.
Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif, dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk. Dalam Permenkes Nomor 69 Tahun 2013 dijelaskan bahwa FKTP terdiri dari Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/POLRI, dan rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara.
Merujuk pada ketetapan pelaksanaan program JKN yang sifatnya berjenjang dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, maka Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menjadi poin yang penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan mutu dan kualitasnya karena FKTP telah diamanatkan menjadi gatekeeper.
Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) tingkat I atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yaitu Puskemas, klinik pratama, atau yang setara, seharusnya tidak lalai untuk memberikan layanan yang bersifat promotif dan preventif kepada peserta JKN. Namun melihat kenyataan yang ada saat ini, apakah Puskesmas sebagai PPK I sudah memberikan dan mengoptimalkan hal tersebut, padahal hal tersebut sudah tertuang dalam paket manfaat yang diberikan dalam JKN? Dalam era JKN ini Puskesmas lebih concern terhadap pelayanan kuratif sehingga yang terjadi adalah kejadian pembludakan pasien marak terjadi di Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan pengobatan (kuratif). Hal ini seperti menunjukkan bahwa JKN hanya berfokus pada pelayanan kuratif saja dan mengabaikan upaya promotif dan preventif. Padahal notabene-nya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang seharusnya berfokus pada upaya kesehatan masyarakat bukan pada upaya kesehatan perseorangan.
Fokus pelayanan pada cakupan upaya kesehatan perorangan menjadikan masyarakat terkena sindrom “sedikit-sedikit berobat”. Hal ini terlihat cukup banyak kasus yang terjadi di lapangan, pasien datang dengan keluhan panas sehari sudah langsung mendatangi pelayanan kesehatan untuk berobat. Dalam kasus lain, ada pula pasien datang ke PPK I hanya untuk meminta surat rujukan untuk dapat berobat ke PPK II (pasien menjadi “spesialis minded”). Kasus lain yang terjadi di PPK I adalah terkait tenaga medis seperti “supir angkot kejar setoran” dalam memberikan pelayanan terhadap peserta JKN. Tenaga medis hanya memeriksa peserta dalam waktu hitungan menit, menanyakan sakit apa kemudian meresepkan obat dan pelayanan pun selesai. Dimanakah upaya promotif, preventif perseorangan yang harusnya juga disediakan oleh PPK I? Padahal upaya promotif dan preventif perorangan menjadi salah satu manfaat yang dijamin dalam JKN. Jika ditilik lebih lanjut, sebenarnya dampak dari pengoptimalan upaya preventif dan promotif cukuplah berarti dalam menurunkan angka kunjungan peserta yang akan menggunakan jasa pelayanan kuratif, hal ini dikarenakan setelah peserta mendapat paparan mengenai upaya preventif untuk kesehatan dirinya maka ia akan lebih concern untuk menjaga kesehatannya dan tujuan untuk menyehatkan bangsa pun dapat tercapai. Walaupun tentunya hal ini tidak dapat terjadi begitu saja, butuh effort yang cukup besar untuk menjalankan itu semua.
Dalam peraturan-peraturan terkait JKN pun belum ada yang membahas secara khusus mengenai besaran anggaran yang digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif. Permenkes No. 19 tahun 2014 tentang Penggunaan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional, hanya menjelaskan mengenai penggunaan dana kapitasi ditujukan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Besaran yang ditentukan adalah untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebesar 60% dari dana kapitasi dan untuk dukungan biaya operasional merupakan selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi pembayaran jasa pelayanan, yang artinya sekitar 40% dari dana kapitasi. Pembiayaan upaya promotif dan preventif masuk ke dalam dukungan biaya operasional bersamaan dengan pembiayaan obat, alkes, BHP, dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Apakah ini dirasa cukup dan bisa optimal untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif? Sepertinya jawabannya adalah belum, karena hingga saat ini promotif dan preventif masih dianaktirikan oleh BPJS padahal hal ini sudah jelas diamanahkan dalam UU No. 24 tahun 2012 dan Permenkes No. 28 tahun 2014.
Dana kapitasi yang diberikan BPJS kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) juga patut untuk dikritisi. Peraturan mengenai hal tersebut di bentuk dalam Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Pengelolaan dana kapitasi adalah tata cara penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang diteriam oleh FKTP dari BPJS Kesehatan.
Sebelum era JKN, dana kapitasi untuk FKTP diberikan kepada dinas kesehatan daerah kemudian dinkes daerah akan memberikan kepada puskesmas. Namun, pada era JKN sesuai dengan pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 menyatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan. Berdasarkan inilah besaran pembayaran dana kapitasi harus langsung diberikan oleh BPJS kepada FKTP tanpa melalui dinas kesehatan. Dana kapitasi bersifat dana amanah atau trust fund yang dibayarkan peserta atau biasa disebut premi. Dana kapitasi adalah sistem anggaran yang diterapkan di FKTP yang digunakan untuk upaya kesehatan perorangan (UKP). Sehingga jika dana kapitasi melalui dinkes maka dana tersebut adalah dana publik yang dapat dipakai untuk apa saja oleh karena itu munculnya Perpres 32 tahun 2014.
Menurut Perpres No. 32 tahun 2014, Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan dan atau pelayanan kesehatan lainnya.
Di dalam Perpres ini disebutkan juga bahwa pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi untuk FKTP milih pemerintah dalam hal ini puskesmas adalah sekurang-kurangnya 60% untuk pembayaran pelayanan jasa dan 40% untuk layanan operasional. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 19 tahun 2014, alokasi dana kapitasi untuk pembayaran pelayanan jasa dipergunakan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan puskesmas.  Sedangkan layanan operasional dialokasikan untuk  obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya termasuk alat tulis kantor.
Kondisi ini mengindikasikan adanya pemberian tugas baru bagi puskesmas. Dengan pengelolaan khusus dana kapitasi ini, puskesmas diminta untuk dapat mengelola keuangan institusi secara mandiri. Pengelolaan keuangan ini juga harus dipisahkan antara dana kapitasi dengan dana untuk UKM. Hal ini dikarenakan, perlu adanya pelaporan keuangan berkala sebagai bentuk pertanggung jawaban dana amanat. Selain itu, “sekurang-kurangnya 60%” dapat memberikan banyak interpretasi dimana FKTP bisa saja mengalokasikan hingga 100% untuk pembayaran pelayanan jasa kesehatan saja. Alhasil, kebutuhan operasional tidak dapat dipenuhi. Jika hal ini terjadi, maka kesejahteraan hanya didapat pada tenaga medis dan nonmedis saja tidak pada masyarakat yang ingin sehat. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan tenaga yang khusus untuk mengatur alokasi dana kapitasi ini agar dapat digunakan sesuai dengan amanat rakyat.
Dalam PP No. 32 tahun 2014 diatur bahwa dana kapitasi akan diberikan BPJS ke puskesmas melalui bendahara dana kapitasi JKN yang ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat melalui rekomendasi kepala SKPD Dinas kesehatan.  Namun, untuk pemilihan bendahara dana kapitasi belum diatur mekanismenya dan kriteria bendahara yang bisa menjadi bendahara dana kapitasi JKN. Peraturan presiden tentang pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada FKTP milik pemerintah daerah yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD.
Kepala daerah menetapkan bendahara kapitasi JKN pada FKTP atas usul kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan (SKPD Dinkes) melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Kemudian bendahara dana kapitasi JKN membuka rekening dana kapitasi JKN dimana rekening ini ditetapkan oleh kepala daerah. Rekening dana kapitasi JKN pada FKTP merupakan bagian dari rekening Bendahara Umum Daerah (BUD) yang akan disampaikan oleh kepala FKTP kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran dana kapitasi dari BPJS kesehatan dilakukan melalui rekening pada FKTP dan diakui sebagai pendapatan yang artinya pendapatan tersebut dapat langsung digunakan untuk pelayanan kesehatan peserta JKN pada FKTP. Bendahara dana kapitasi JKN pada FKTP mencatat dan menyampaikan realisasi pendapatan dan  belanja setiap bulan kepada kepala FKTP. Selanjutnya kepala FKTP menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan belanja kepada kepala SKPD dinas kesehatan dengan melampirkan surat pernyataan tanggung jawab. Kepala SKPD dinas kesehatan menyampaikan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) termasuk sisa dana kapitasi yang belum digunakan pada tahun anggaran berkenaan FKTP kepada PPKD.
Selanjutnya, Kepala SKPD Dinas kesehatan dan kepala FKTP melakukan pengawasan terhadap penerimaan dan dan pemanfaatan dana kapitasi oleh bendahara dana kapitasi JKN pada FKTP. Sedangkan untuk pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi diawasi oleh aparat pengawasan intern pemerintah kabupaten/kota. Pengawasan dilaksanakan untuk melihat efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi.
Melihat permasalahan pelaksanaan program promotif dan preventif yang harus dilakukan oleh puskesmas yang belum optimal serta permasalahan dana kapitasi yang penggunaannya masih belum jelas, hendaknya pihak BPJS, Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan menilik lebih lanjut mengenai manfaat promotif dan preventif, apakah dalam praktek di lapangannya hal ini dilaksanakan atau hanya sekedar manfaat yang tercantum dalam peraturan yang mengatur mengenai JKN, apabila sudah dilaksanakan apakah sudah optimal pencapaiannya atau belum. Hal ini dikarenakan pembiayaan untuk pengobatan (kuratif) melalui dana kapitasi itu tidak akan ada habisnya sepanjang waktu dan akan terus menerus meningkat jika tidak dibarengi dengan upaya promotif dan preventif, baik lingkup perseorangan ataupun masyarakat.
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Kala ‘Si Merah’ Datang
Assalamu’alaykum Warahmatullah J
Hari ini aku membuka Kajian Fikih Perempuan yang dilaksanakan di asrama peradaban yang sedang menempaku untuk siap menjadi ibu peradaban dengan dua ayat Allah, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 222 dan 223. Berikut adalah arti dari ayat tersebut :
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid, dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah : 222)
“Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) ajan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.” (Al-Baqarah : 223)
Dua ayat tersebut adalah ayat yang diturunkan Allah atas permasalahan yang telah dikodratkan kepada perempuan, sang tulang rusuk Adam, yaitu haid. Setiap perempuan normal yang ada di dunia ini pasti akan mengalami keluarnya ‘si merah’. Sebagai perempuan cerdas yang akan menjadi istri dan ibu dari anak-anak perempuan, kita harus mengetahui apa itu haid dan bagaimana cara menyikapinya.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 222, Nabi SAW bersabda, haid adalah sesuatu yang ditetapkan Allah untuk keturunan Adam yang perempuan. Seperti yang telah disebutkan di Surat Al-Baqarah ayat 223, perempuan adalah layaknya ladang sehingga kita harus mengetahui bagaimana cara mengelolanya agar ladang tersebut produktif dan sehat. Tingkat produktivitas dan kesehatan seorang perempuan ditentukan oleh pola haid. Kita harus mengetahui bagaimana pola haid kita, karena hal tersebut sangat berhubungan dengan kesempurnaan puasa dan sholat kita. Jika perlu, kita seharusnya mempunyai buku catatan khusus haid untuk mencatat tanggal haid kita. Saya sangat merekomendasikan adanya buku catatan ini untuk para perempuan, terutama muslimah. Dengan mengetahui tanggal-tanggal haid kita, kita bisa memperkirakan kapan kita akan haid sehingga kita bisa menjaga sholat kita. Sebagai contoh, ketika ada adzan ashar sekitar pukul 15.00 WIB, kita masih ada kegiatan sehingga kita tidak bisa langsung sholat, kemudian sekitar jam 15.30 kegiatan kita baru selesai sehingga kita baru bisa melaksanakan sholat, namun ternyata ketika hendak sholat, keluarlah ‘si merah’ sehingga kita pun tak jadi sholat. Ketika hal ini terjadi, maka kita sama saja telah meninggalkan kewajiban kita dan hukumnya dosa karena kita telah meninggalkan sholat wajib. Oleh karena itu, dengan kita mengetahui tanggal-tanggal rawan haid kita, kita bisa menjaga waktu sholat kita sehingga kita bisa langsung menyegerakan sholat ketika sudah masuk waktu sholat sebelum ‘si merah’ keluar lebih dulu.
Suatu saat Aisyah menangis ketika haji, namun Rasulullah berkata untuk tetap melanjutkan semua ibadah yang ada di ibadah haji, kecuali thawaf di baitullah.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa pada saat idul Adhaa atau Idul Fitri Rasulullah keluar menuju tempat shalat. Beliau kemudian melewati beberapa perempuan dan berkata,”wahai kaum perempuan, bersedekahlah kalian! Sebab telah diperlihatkan kepadaku bahwa kebanyakan penghuni nearaka adalah perempuan.” Mereka bertanya, “karena apa Rasulullah?” Beliau menjawab, “sebab kalian mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Kalian adalah makhluk yang akal dan agamanya kurang, tapi mampu menghilangkan akal sehat seorang laki-laki tegas.” Mereka kembali bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal kami Ya Rasulullah?” beliau menjawab, “Bukankah jika kalian haid, kalian tidak puasa dan tidak shalat.” Mereka menjawab, “Benar”, Rasul menjawab, “Itulah kekurangannya.”
Dari hadist tersebut, ketika haid, kita dianjurkan kita bersedekah, memperbanyak istighfar dan menjaga pola makan kita, agar kita tidak mudah marah dan menjadi tidak produktif.
Lantas, berapa lama waktu haid perempuan? Lamanya haid adalah minimal 1 kali shalat dan maksimal 15 hari. Jika lebih dari 15 hari maka itu disebut darah istihadzah (darah kotor/darah penyakit) sehingga kita disarankan untuk segera ke dokter umum atau dokter kandungan muslimah.
Dari Aisyah yang berkata bahwa Fathimah binti Abu Hubaisy bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, darahku masih keluar, apakah aku harus meninggalkan sholat?” Rasulullah menjawab, “Itu adalah darah penyakit, dan bukan haid. Jika engkau masih haid, tinggalkan shalat. Jika waktu haidmu telah habis, mandi dan basuhlah darah yang tersisa lalu shalatlah.” Darah haid adalah merah, merah kecoklatan, coklat, hitam, dan kuning. Untuk mengecek apakah kita telah selesai haid atau belum, kita bisa mengeceknya menggunakan kain kasa dengan memasukkan kedalam vagina, jika warnanya diluar warna haid yang telah disebutkan, maka kita diwajibkan untuk segera mandi besar. Cara melakukan mandi besar pun diatur dengan sangat sempurna dalam Islam, yaitu niat mandi besar, membasuh badan seperti gerakan wudhu, kemudian menyiram badan sebelah kanan, dan dilanjutkan dengan menyiram seluruh tubuh, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, termasuk celah-celah yang ada di tubuh kita.
Setelah kita mengetahui apa itu haid dan bagaimana cara menyikapinya, lantas muncul beberapa permasalahan lain yang biasanya sering diperdebatkan, yaitu apakah ketika haid, kita boleh membaca Al-Quran? Hasil ijtihad ulama, ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan. Ulama yang membolehkan mengatakan bahwa kita boleh membaca Al-Quran atau murojaah agar kita tidak lupa dengan hafalan kita, asalkan kita tidak membaca Mushaf. Mushaf disini pun mempunyai penafsiran yang berbeda, ada ulama yang mengatakan bahwa mushaf adalah ayat-ayat Allah yang ditulis di Lauh Mahfudz (tidak ada di dunia) dan ada yang mengatakan mushaf adalah Al-Quran yang tidak ada arti atau tafsirnya, artinya di dalam Al-Quran tersebut hanya berisi ayat Allah tanpa arti ataupun penafsiran. Ulama yang tidak membolehkan mengatakan bahwa kita tidak boleh membaca Al-Quran dengan berpedoman bahwa Al-Quran adalah suatu yang suci sehingga harus dibaca dalam keadaaan suci pula. Dari penjelasan tersebut, kita tidak perlu lagi memperdebatkan boleh atau tidak boleh membaca Al-Quran kala haid. Silahkan memilih ijtihad mana yang mau kita anut, yang penting kita meyakini itu benar. Kalaupun ijtihad yang kita ikuti salah, pahalanya tetap satu, insyaAllah. Wallahu ‘alam bishawab.
Itulah yang hari ini bisa share untuk rekan-rekan muslimahku yang kucintai karena Allah. Semoga kita senantiasa bisa belajar karena suatu saat kita akan menjadi ibu peradaban. Wallahu ‘alam bishawab. Jika ada kesalahan datangnya dari saya dan kebenaran datangnya dari Allah.
Assalamu’alaykum Warahmatullah J
  Selasa, 23 Juni 2015
Rumah Kepemimpinan PPSDMS Jakarta
Evi Dwi Yanti
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Belajar Menjadi Negarawan, Berpikir Besar Namun Tak Menganggap Diri Besar
Recep Tayyip Erdogan. Ya, siapa yang tak pernah dengar nama agung itu? Seorang yang bisa dibilang, Al-Fatih masa kini. Erdogan adalah generasi kedua setelah Erbakan. Beliau adalah perdana menteri Turki saat ini yang berhasil membuat Turki menjadi negara yang sangat disegani. Apa yang menyebabkan Erbakan tergantikan? Karena terjadi konfrontasi. Zaman itu sekularisme sangat dominan, adzan harus pakai bahasa Turki, tidak boleh pakai jilbab. Hingga akhirnya ada keringanan untuk membolehkan memakai jilbab, kecuali di institusi negara, seperti sekolah negeri, kantor pemerintahan. Erbakan ingin mengganti negara Turki sebagai negara Islam. Kalimat tersebut melanggar konstritusi sehingga mahkamah konstitusi menurunkannya sebagai perdana menteri dan membuabrkan partai refah. Erdogan belajar dari keluarganya ketika memimpin bahwa kita tidak boleh menanggapi sesuatu dengan marah. Berniat untuk mengangkat Islam dengan cara pemarah, kerdil, tapi sebenarnya dia telah mencoreng nama Islam (Kata Al-Ghazali). Erdogan lebih humble dan bisa menguasai perasaan. Erdogan berpikir bahwa ketika bekerja dia tidak mau diganggu oleh orang sekularisme.
Terjadi ketegangan yang terus menerus antara sekularisme dan islam. Erdogan menegaskan “I Have said that we are not a party based on religion. No one can call us a religious party or a party based on religion.” Erdogan meyakinkan bahwa dia tidak akan mengislamisasi Turki. Negara-Negara di Eropa merasa aman dengan pemikiran Erdogan yang demokratis. Bahkan mereka mau mengundang Erdogan untuk bersama melakukan pertemuan dan mendukung Erdogan mejadi pemimpin di Turki sehingga akhirnya Erdogan terpilih sebagai perdana menteri dan memimpin Turki. Erdogan membutuhkan kestabilan untuk membangun negara Turki sehingga muncul keteladanan.
Di Indonesia banyak pengganggu sehingga masih belum terbangun negara yang stabil. Pak Habibie berkata, “kita harus mendukung sistem yang sudah kita sepakati. Kalau memang kita menganut sistem demokratis maka taati dengan baik. Jika memang kalah dalam pemilihan pemimpin, maka kita harus menerima. Jika memang kalah, kita buktikan saja lima tahun kedepan. Di Indonesianya jiwanya masih seperti kepiting, jika ada satu kepiting yang naik maka kepiting yang satu akan menariknya untuk ditumpangi dan akan seperti itu terus sehingga tidak ada yang pernah naik karena saling tarik-menarik.” Kita tidak perlu menjadi tandingan, tapi kita harus menjadi pendukung sistem. Jangan pernah mengkerdilkan seseorang, termasuk ketika dia berbeda agama dengan kita.
Biamwalikum wa anfusikum, biamwalina wa anfusina. Oleh karena itu, kita harus saling menghargai. Entah kapanpun negara ini akan berubah menjadi lebih baik, tidak masalah, yang penting kita berproses melakukan perjuangan. Erdogan dan pengikutnya menanmakn nilai-nilai kesufian. Sufi adalah bagian dari perjalanan hidupnya sehingga perilakunya lembut dan halus. Setelah Erdogan tidak diganggu oleh pihak militer, mahkamah konstitusi, maka Erdogan menang dan mulai menerapkan politik keteladanan dan berprestasi. Dia menerapkan politik non konfrontatif (musyarakah/bekerjasama) dan politik keteladanan (bersih, peduli, dan profesional). Erdogan adalah orang yang jujur dan berkomitmen pada kemaslahatan rakyat. Untuk menjadi negarawan, maka kita harus dewasa dan matang.
Beberapa faktor yang membuat popularitas Erdogan meroket :
1.      Erdogan merupakan politisi pertama yang memelihara dan menyantuni orang-orang cacat di saat pemerintah tidak memiliki kepedulian. Erdogan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang cacat tersebut dengan memberi mobil-mobil khusus, pembagian kursi roda, dan Erdogan adalah ketua partai pertama dalam sejarah Turki yang mencalonkan orang cacat bernama Lukman Ayo untuk menduduki kursi di parlemen.
2.      Erdogan sering memberi bantuan sosial berupa pakaian, makanan, dan uang kepada fakir miskin saat menjadi walikota dan ia mengontrol langsung jalannya pemberian bantuan tersebut di lapangan dan memberikan motivasi kepada para pekerja.
3.      Kota Istanbul menjadi kota yang bersih dan indah karena operasi bersih serius yang digalakkan dengan menaikkan gaji pembersih jalan, memberi mereka fasilitas-fasilitas kesehatan dan sosial serta menanam sejuta pohon.
4.      Erdogan sangat menghormati semua orang. Erdogan hampir menyalami setiap orang dalam setiap pertemuan dan tidak pernah luput melayat kematian orang-orang yang ia dengar beritanya.
5.      Erdogan seorang yang jujur dan berkomitmen pada maslahat rakyat.
Oleh karena itu, berpikirlah negarawan! Layaknya Erdogan dan para pemimpin terdahulu yang telah membangun bangsa Indonesia. Orang yang berjiwa besar bukan orang yang santai dan tidak berjuang! Indonesia tidak dibangun oleh orang-orang yang berpikir kecil dan egois, tapi Indonesia dibangun oleh orang-orang yang berpikir besar dan bercita besar. Kita, sebagai pemuda bangsa, mempunyai tanggung jawab moral untuk melanjutkan pemikiran dan cita-cita besar tesebut demi Indonesia.
 Senin, 22 Juni 2015
Rumah Kepemimpinan PPSDMS Jakarta
Evi Dwi Yanti
2 notes · View notes
evidwi · 10 years ago
Text
Indonesia Memanggilmu, Pahlawan Anti Korupsi
Indonesia sebagai negeri yang tengah berkembang hari ini dihadapkan dengan sebuah persoalan berat yaitu korupsi. Hampir seluruh sektor penting di negeri ini harus rela menerima pil pahit dampak buruk dari tindak pidana korupsi. Data yang dikeluarkan oleh Transparency International menunjukkan bahwa grafik Corruption Perseptions Index (CPI) di Indonesia peringkat ke 107 di dunia. Dan masih sangat jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura. Belum ada penelitian yang pasti yang menjelaskan apakah kemudian korupsi telah “membudaya” dalam masyarakat Indonesia atau tidak. Namun yang jelas setiap hari kita menghadapi fakta bahwa keberadaan tindak pidana korupsi terus berlanjut dan mnyembangi berbadai sektor penting di negeri ini. Mulai dari korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara, wakil rakyat, pejabat hukum, pengusaha dan banyak lagi yang lainnya. Sehingga membuat masyarakat Indonesia seolah telah terbiasa mendengar dan juga menyaksikan realita tersebut.
Pemberantasan Korupsi kini menjadi slogan yang terus diteriakkan dan diperjuangkan. Kesadaran yang semakin tinggi menggiring masyarakat untuk ikut serta berada digarda terdepan dalam mendukung pemberantasan Korupsi. Pemberantasan Korupsi kini bukan lagi menjadi persoalan yang mesti diselesaikan oleh pejabat penegak hukum saja. Penindakan dan pencegahan tindak pidana korupsi memerlukan keterlibatan dan peran seta banyak pihak. Lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian RI (POLRI) dan Kejaksaan tidak akan sanggup bekerja sendiri. Butuh peran serta rakyat Indonesia untuk membantu pemerintah dan lembaga penegak hukum terkait untuk melakukan pemberantasan Korupsi. Rakyat Indonesia harus tetap memegang optimism kelak di masa depan Indonesia akan terbebas dari Korupsi. Oleh karena persoalan korupsi adalah persoalan yang menyentuh hajat hidup orang banyak. Manyentuh hak-hak seluruh warga negara Indonesia.
           Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dengan kata lain korupsi adalah upaya melawan hukum dengan penyalahgunaan / penyelewengan wewenang yang merugikan keuangan negara. Yang harus dicegah dan juga di lawan mulai sedini mungkin.
           Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang sudah darurat kadarnya di negeri ini. Dan penanganannya pun memerlukan peran serta dari banyak pihak. Terlebih lagi korupsi adalah masalah yang menyentuh hajat hidup orang banyak dan turut menentukan masa depan bangsa. Maka hari ini Indonesia membutuhkan sebuah gerakan yang menginisiasi dan mewadahi elemen rakyat Indonesia untuk menyuarakan aspirasinya mendukung pemberantasan tindak pidana korupsi. Indonesia butuh gerakan yang ikut serta mencerdaskan, mengajak dan menghimpun rakyat Indonesia untuk mnyuarakan kepeduliannya pada pemberantasan Korupsi. mengajak seluas-luasnya masyarakat terutama generasi muda untuk ikut memperjuangkan pemberantasan korupsi. Serta mendukung terbentuknya generasi masa depan yang bersih dari korupsi.
0 notes
evidwi · 10 years ago
Text
Potret Kecil Indonesiaku
Wahai kalian
Siapapun
Siapapun yang masih memiliki hati nurani
Siapapun yang masih punya rasa kepeduliaan
Maka lihatlah Maka dengarlah Dengan hatimu
Ditengah hangat dan nyamannya suasana rumah
Dibalik sana, ada jutaan raga menggigil memeluk lutut
Meringis, menangis, sakit
Tertidur, tanpa kasur
Terjaga, tanpa keluarga
Jangankan kasur
Rumah pun tak punya
Masalah !! Jelas masalah !!
Sedih,, Tapi inilah sedikit potret kecil indonesiaku
Disana, dirumah kita, bumi yang hijau
Menggarap sawah, dengan upah rendah
Didikte, dibohongi, dikhianati
Miris,, Tapi ini memang potret kecil indonesiaku
Percayakah kalian
Entah apa yang kulihat
Tapi sungguh ini nyata
Disana, masih dirumah kita, ada gundukan tinggi membesar
Terlihat bayang orang-orang diatas sana
Berjuang, mendaki,untuk mendapat sesuatu yang dicari
Mereka bertarung
Mengais sampah, mencari rejeki
Mereka bertahan, untuk memperpanjang kehidupan
Tak terbayangkan
Tapi Yaa, ini potret kecil indonesaku
Biar saja
Jika memang mereka yang disana
Meraka penggengam Negara
Menutup telinga akan suara jeritan masa
Biar saja, yang penting kita, hati kita
Masih disini, dinegeri ini, peduli
Mendengarkan tangis mereka
Meringankan rintihan kecil masa
Hingga akhirnya
Kepeduliaan ini akan menjadi satu kekuatan besar
Kekuatan yang mampu menaklukan tangan kasar para pembesar
Dan hingga nanti, potret kecil indonesiaku tak lagi serupa
Yang terekam dalam kamera nurani bukan lagi kepiluan, kesedihan, dan kemelaratan
Namun, senyum-senyum kecil kepuasaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan
Yang perlahan pasti merangkak naik, untuk Indonesia yang lebih baik
0 notes