fikr
fikr
Goresan Pena
133 posts
"Banyak hal yang bisa kita bagi"
Don't wanna be here? Send us removal request.
fikr · 6 years ago
Text
Anak Tropis bertemu Salju di Bursa ~
(Perjalanan Turki 5~Bursa)
Selasa, 19 Februari 2019
Pukul 07.00 est di hari selasa, 19 Februari 2019. Adzan subuh berkumandang. Kubuka gorden jendela di sampingku. Langit masih gelap, suhu menunjukkan 1° celsius dari layar ponselku. Saat itu kami benar-benar masih kelelahan. Rencana kami untuk berangkat setelah subuh, mundur beberapa jam untuk mengisi tenaga.
Selesai berkemas pukul 10.00 est kami berangkat, menuju kota pertama tujuan kami, Kota bursa. Kota yang ditempuh dengan lama kisaran 3 sampai 4 jam dari kota Istanbul.
Dari rumah esra, kami angkat koper menuruni 5 lantai. Naik otobüsü (busway) menuju halte metro şirinevler. Pagi itu otobüsü penuh dengan para penumpang. Aku sendiri pun juga harus menjaga keseimbangan. Di samping itu ada koper yang harus kujaga juga keseimbangannya agar tidak terjatuh. Ah, di tikungan fly over hampir saja aku terjatuh.
Setelah beberapa menit dan sedikit kemacetan, kami sampai di halte şirinevler. kami ingin mengisi saldo istanbulkart. Karena uang yang kami bawa masih terbilang cukup besar nominalnya. Akhirnya bella berinisiatif untuk menukar uang di bread shop samping pintu masuk metro. Ternyata tidak bisa, karena sistem pembayarannya memakai mesin. Wah.. tidak akan keliru dalam menghitung donk.
Akhirnya bella membeli 2 buah roti simit dan satu kotak kecil susu. Ya.. sekalian mengganjal perut. Agak lapar saat itu, meski sudah sarapan roti dan telur. Tentu masih lapar donk, kurang afdhol kalau tidak makan nasi.
Saat menunggu metro aku melihat kucing berbaring di kursi tunggu. Tidak hanya aku yang memperhatikannya. Bapak-bapak di sekitarnya juga mendekatinya. Aku mencoba mendekatinya, tapi dia bangun, sontak aku langsung terkejut. Bapak yang duduk disamping kucing tadi tertawa dan berkata padaku dalam bahasa turki. Entahlah aku tidak tahu artinya. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
Metro yang mengantar kami menuju stasiun otogar sudah datang. Kutarik koper menuju dalam metro. Berdiri di pojok sambil memegangi koper. Beberapa menit sampai di stasiun otogar tujuan kami.
Keluar pintu, biah sudah berjalan duluan memandu jalan kami. Di otogar sudah banyak counter perusahaan bus berjejer. Segala macam tujuan antar kota ada. Kami memilih "Metro Bus". Aku dan bella duduk di kursi, biah yang bertransaksi dengan petugas diantara meja panjang yang memisahkan mereka.
Beberapa menit setelah itu biah berjalan menuju kami yang sedang duduk dengan membawa tiket. 1 orang dikenai biaya 50 tl (Turkish Lira) dengan keberangkatan pukul 10.30 est.
Oia semua bus antar kota di Turki berfasilitas seperti pesawat. Di tiap kursinya ada Lcd tv layar sentuh. Ada Pramugara mengantar makanan ringan dan aneka minuman yang tersedia di rak. Serta fasilitas wi-fi yang membantuku berkomunikasi. Karena kami belum membeli sim card telepon genggam.
Di tengah perjalanan aku menonton film "between us". Sesekali tanganku mengetik beberapa pesan pada Mr.Ibrahim. dia orang asli Turki istrinya asli Indonesia yang kukenal lewat sosial media. Dialah yang akan menemani kami selama 1 hari di Bursa.
1 jam berlalu, Mr. Ibrahim menanyakan di mana posisi kami. Kukirimkan lokasi tepat kami melalui google map. Dia memberi tahu bahwa kami masih di istanbul. Aku sedikit terkejut.
"Sudah selama ini kenapa masih di istanbul?", fikirku.
Setelah kulihat, ternyata bus ini menjemput penumpang lain dulu di beberapa titik terminal di istanbul. Setelah 1 jam selesai, barulah bus ini keluar kota menuju bursa. Jadi kesimpulan dari prediksiku adalah, perjalanan 3 jam ketika sudah keluar dari kota istanbul. Jadi kemungkinan total perjalanan 4 jam dan kami sampai Bursa sore hari.
Sepanjang perjalanan aku sedikit merasa gelisah.
"Padahal kami ingin puas bermain salju, kalau kesorean begini bagaimana ya?",Gumamku.
Bagaimanapun semua sudah terjadi, ini diluar prediksi manusia. Segala apapun yang terjadi sudah kupikir bahwa semua ini atas KuasaNya. Lagipula juga wajar kami terlalu capek karena baru sampai Turki semalam.
Sampai terminal atau dalam istilah turkinya "otogar" pukul 15.00 est. Otogar di bursa bagus tempatnya tertutup, jadi tak perlu kedinginan menunggu di musim dingin. Lalu banyak counter bus dan beraneka macam kedai makanan. Ada juga mini market yang menjual souvenir maupun camilan.
Sampai sana kami ke toilet umum, jangan dibayangkan toilet umum pada umumnya ya. Toilet umum di sini super-super bersih. Pintu masuknya pun seperti di supermarket, tidak akan bisa masuk sebelum membayar. Tiap orang dikenai biaya 1,5 tl. Setelah itu kami melaksanakan sholat di musholla, masih di dalam otogar.
Di dalam otogar kami mencari-cari money changer, sudah tanya sana-sini dan melihat papan petunjuk tapi hasilnya nihil. Bingung sudah kami, uang lira yang kami bawa menipis, hanya ada 30 lira di saku bella.
Ya sudah, kami memutuskan menuju terminal bus yang akan membawa kami ke gunung salju Uludağ. Sebenarnya Mr. Ibrahim sudah memberi petunjuk naik bus apa untuk sampai sana. Tapi kami bertanya lagi ke petugas yang berjaga di pusat informasi dekat pintu keluar. Setelah bertanya dengan bahasa Inggris eh di jawab dengan bahasa Turki.
Warga lokal di sini memang jarang berbahasa Inggris, karena bahasa Inggris bukan mata pelajaran wajib di sekolah.
Aku dan biah hanya mengangguk-angguk sambil memperhatikan isyarat tangan dan mimik wajah dari petugas itu. Ya kali aja kan, ada ilham tersirat, kami jadi faham maksudnya.
Meski tidak begitu mengerti apa maksud petugas, kami mengambil kertas berisi rute yang ditulis oleh petugas tadi, kami keluar otogar menuju terminal otobüsü. Alhamdulillah kami bertemu warga lokal yang bisa berbahasa inggris, dia juga pernah berkuliah di jerman terangnya. Kami dibantu membeli tiket transportasi otobüsü (Bursa Card) dengan harga tiap orang sekitar 8 tl untuk sekali pakai pulang pergi. Dia juga menjelaskan bagaimana kami bisa sampai di tempat tujuan kami "teleferik".
Aku memandangi bangunan di luar jendela. Swayalan besar, deretan rumah pemukiman. Rintik hujan sesekali menetes membasahi jalan dan mengalir di jendela tempat kami menatap keluar.
Kami menaiki bus nomor 94 dengan koper kami tentunya. Kupikir meletakkan koper tanpa memeganginya aman-aman saja. Ternyata perkiraanku salah. Aku menyasikkan koper kami jatuh beberapa kali, saat bus miring mengikuti jalan yang berbelok. Akhirnya kuubah posisi koper dengan tertidur.
Beberapa menit berlalu, kami agak bingung dimana kami harus turun. Aku bertanya pada sopir, dia hanya mengangguk tanpa berbicara. Pikirku dia tak berkomunikasi dengan bahasa inggris. Aku melihat jam di tanganku, "sepertinya untuk sampai ke tempat tujuan membutuhkan waktu sampai 1 jam".
Tumblr media Tumblr media
Tentu saja benar, entah tahu darimana biah mengkomando kami agar kami turun. Setelah kutanyakan, dia tetap menjawab dengan yakin bahwa kami harus turun. Kami turun dan sedikit berjalan. Kami belum mempunyai nomor sim card lokal alhasil, kami agak bingung bagaimana caranya menghubungi Mr. Ibrahim.
Kami menghentikan laki-laki yang lewat untuk meminjam telepon genggamnya. Tapi nihil, dia tak mengerti maksud kami. Dia hanya menunjuk pangkalan taksi yang tak jauh dari kami. Ya sudah kami mencoba berjalan menuju pintu masuk dan menanyakan hal yang sama pada polisi perempuan ini. Dia juga tak faham maksud kami. Tapi untunglah dia memanggil teman sesama polisi yang bisa berbahasa inggris.
Bapak polisi ini menanyakan apa yang kami butuhkan. Kami menjelaskan kepada beliau, syukurlah beliau menelepon Mr.Ibrahim. setelah itu beliau menjelaskan pada kami bahwa kami harus turun di pos akhir cable car menuju gunung uludağ untuk bertemu Mr.Ibrahim di sana.
Dari bapak polisi ini juga memberitahu kami bisa menukar uang di loket tiket. Akhirnya... setelah mencari money changer dari tadi. Untuk ratenya jangan tanya deh, tahu sendirilah kawasan wisata.
Kami mendapatkan 3 tiket cable car (teleferik) pulang pergi dengan harga 80 tl tiap orangnya. Untuk orang yang bekerja di sini bisa mendapatkan harga 40 tl. Jadi kalau kamu punya kenalan yang bekerja di sini bisa titip mungkin hehehe.
Di sana tidak ada penitipan koper, jadi kami tetap membawa koper memasuki cable car. Karena kami juga menuruti komando Mr.Ibrahim yang katanya akan menyimpan koper kami. Jadi untuk kalian yang ingin menitipkan koper silahkan titipkan di otogar bursa tadi.
Langit sore tak begitu tampak tertutupi putih salju di sekeliling kami. Teleferik yang kami naiki perlahan naik menuju gunung uludağ. Teleferik ini berbentuk seperti kubus, semuanya kaca tembus pandang. Jadi pemandangan luar tampak jelas. Dibawah kami pohon-pohon hutan cemara berdiri dengan gagah. Ada rasa sedikit takut dan was-was tapi rasa bahagiaku mengalahkan itu semua.
Di pos 2 kami berganti teleferik, sambil mengangkat koper kami harus adu cepat keluar dengan teleferik yang masih terus berjalan. Perjalanan makin menanjak gunung uludağ tampak terlihat jelas dari tempat kami duduk. Aku membayangkan betapa lembutnya salju yang menutupinya.
Tumblr media
Pukul 6 sore kami sampai di pos 3 kami hanya punya waktu bermain di sini selama 2 jam. Karena teleferik tutup pukul 8 malam. Agak sedih sih batinku, tapi bagaimana lagi tak ada yang harus disesali. Turun dari teleferik kami langsung bertemu Mr. Ibrahim yang telah menunggu kami.
Kami diajak ke kafe tempat beliau bekerja. Beliau memberikan kami menu makanan. Maklum harganya lebih mahal dua kali lipat Setelah makanan sampai kami tak boleh berlama-lama makan katanya. Beliau ingin menunjukkan kami tempat bermain ski. Kami langsung bersemangat untuk segera menyelesaikan makan kami. Ketika kami akan membayar Mr.Ibrahim mengatakan bahwa semuanya gratis dari manajer beliau. Sungguh baik sekali mereka semua.
Barang-barang kami dititipkan di cafe. Kami diajak keluar oleh Mr. Ibrahim berjalan-jalan di sekitar kafe. Wah.. tak kusangka aku melihat dan memegang salju dan Langit saat itu cantik berwarna orange kemerahan, kami segera buru-buru berfoto sebelum gelap datang. Kami ditawari untuk menyewa motor ski, ternyata mahal. Ya sudah kami hanya naik ski modelnya seperti mobil-mobilan anak balita hahahaha.
Kami harus berjalan sedikit menanjak dengan menarik mobil-mobilan itu. Setelah sampai di permukaan yang landai Mr. Ibrahim menjelaskan bagaimana cara kerjanya. Kami hanya meluncur saja, stir yang di depan kami sebagai kemudi dan dengan menariknya otomatis akan mengerem. Aku agak takut, lumayan tinggi dan tentu saja licin. Aku meluncur dengan berteriak kencang hahaha, untung saja saat itu sepi sekali.
Setelah puas bermain dan langit sudah gelap kami kembali ke kafe. Beberapa kali aku terjatuh karena licin. Maklum aku hanya memakai sepatu sport, di track batu es aku bisa terjatuh. Jangan ditiru ya hehehe jadi pakailah sepatu boot yang benar-benar boot.
Kami menghangatkan diri di dekat perapian dan meneguk teh panas. Sambil berbincang bersama Mr. Ibrahim menanyakan berbagai hal.
Ternyata waktu cepat berlalu, jika diizinkan aku ingin menginap di sini. Sayangnya kami harus tetap melanjutkan perjalanan. Hampir pukul 8 malam kami segera turun menaiki teleferik. Ternyata suasananya berbeda saat berangkat tadi. Mungkin karena malam hari dan gelap. Kami pun hanya bisa melihat kerlipan lampu dari kejauhan. Kaca teleferik juga tertutup embun air.
Sampai di bawah kami mencari sim card sebelum kembali ke otogar menaiki bus. Mr. Ibrahim ikut mengantar kami juga. Tiba-tiba saja ada laki-laki menghampiri kami saat kami mengobrol. Awalnya aku bersikap biasa saja, tapi ternyata ada firasat aneh di pikiranku. Aku dan lainnya hanya diam, Mr. Ibrahim saja yang meladeni laki-laki itu.
Sesampainya di otogar Bursa kami memesan tiket bus Metro menuju Izmir dengan harga 35 Tl tiap orang. Setelah itu kami berencana berpamitan dan berpisah di situ. Ternyata Mr mengatakan akan menemani kami sampai naik bus. Karena kata Mr. Ibrahim laki-laki su**ah yang kami temui di bus tadi mengikuti kami sampai otogar.
Menuju Izmir...
(To be continue...)
Tumblr media
~ Bersama Mr. Ibrahim ~
3 notes · View notes
fikr · 6 years ago
Text
Apakah Semua ini Nyata? ~
(Perjalanan Turki 4)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Bulan berganti bulan, lalu berganti hari. Semakin mendekati ujian, semakin dekat pula dengan rencana liburan kami.
Beberapa hari sebelum kami berangkat, kami memasak kentang musthofa. Dan alhamdulillah saat aku bersilaturahmi ke rumah tetanggaku, gholi namanya. Memberi kami beberapa bekal, orek tempe, energen dan milo. Terimakasih banyak, ini sangat membantu kami.
Aku mengisi sebelah kanan koperku (bukan koperku deng, tapi koper pinjaman hohoho) penuh dengan makanan termasuk, 10 mie instan. Karena bagi kami perbekalan adalah koentji. Dan nanti jika sisi ini kosong aku bisa mengisinya dengan oleh-oleh pikirku.
Lalu koper bagian kiri kuisi dengan pakaian secukupnya. Karena aku tidak begitu suka ribet dan takutnya kalau terlalu banyak pakaian tidak akan terpakai di sana. Maka dari itu aku juga membuat list pakaian yang akan kupakai di sana.
Hingga saat yang dinantikan tiba. Hari senin tanggal 18 Februari 2019. Satu jam sebelum adzan subuh berkumandang, aku sudah beranjak dari tempat tidur.
Menyiapkan segala sesuatu dan mengecek apapun yang akan dibawa. Pukul 07.00 clt aku sudah siap. Aku mengontak kawanku biah, ternyata mereka belum siap. Hingga pukul 08.00 clt mereka baru berangkat dari rumahnya untuk menjemputku.
Aku menunggu di tempat yang kami janjikan. Sudah setengah jam berlalu, sepertinya mereka terjebak macet. aku bolak-balik melihat ke arah jam tangan. Inilah yang kutakutkan, jika tidak berangkat sejak dini nanti tertinggal. Karena jadwal penerbangan kami pukul 10.30clt.
Di sela- sela menunggu aku baru sadar. Topi kupluk jaket yang kupakai tertinggal di lemari. Meski hanya kupluk tapi berharga, karena di sana masih musim dingin. Dan kupikir lebih dingin dari kairo. Aku tidak ingin kepalaku sakit menahan dingin.
Bimbang yang kurasa saat itu. Melihat hp yang tak kunjung berdering. Melihat jam tangan yang berputar semakin cepat. Serta denyut jantungku yang berdetak semakin kencang. Kakiku terasa berat bergerak saat itu. Bingung ke arah mana aku harus bergerak.
Sudahlah akhirnya kuputuskan. untuk menitipkan koperku ke abang2 penjaga warung. Lalu aku berlari kembali ke rumah mengambil kuplukku.
Sekembalinya ditempat bertemu yang dijanjikan, nafasku tersengal-sengal.
"Ah masih belum ada telepon juga dari biah".
Gumanku, setelah melihat telepon genggamku.
Tak lama telepon berdering, alhamdulillah mereka sampai. Tapi.. aku harus berjalan beberapa meter lagi sambil menarik koper. Ya karena mereka lebih depan dari tempat janji seharusnya.
"Huft... habis lari-lari, tak apalah... anggap saja pemanasan".
Setelah memasukkan koperku ke dalam bagasi mobil, aku menyalami biah dan bella. Aku duduk di belakang kursi penumpang sisi sopir yang sudah terisi koper. Biah di sampingku dan bella tepat dibelakang sopir.
Saat itu aku merasa tegang. Berkali-kali menatap jam tangan. Sambil melihat jalan dan mulut berkomat-kamit membaca doa. Berharap agar kami tidak terlambat dan semua urusan dimudahkan olehNya.
Setelah sopir uber agak kebingungan mencari terminal 3, sampai kami masuk bandara 2 kali. Alhamdulillah pukul 09.30 clt kami sudah menginjakkan kaki di terminal 3.
Setelah menyelesaikan semua prosedur sebelum penerbangan. Dari check in, imigrasi dan lain sebagainya. Kami terbang menuju Athena, Yunani selama 2 jam.
Oia satu hal yang paling aku tunggu selama penerbangan ialah, saat makan. Karena aku paling suka mencoba makanan atau minuman. Apalagi ini maskapai yang baru aku naiki.
Seorang pramugari menyuguhi kami 2 buah roti lembut. yang didalamnya terdapat "sabaneh" dalam bahasa Mesir. Kalau di Indonesia seperti sayur bayam. Agak kaget sih gigitan pertama. Roti yang lembut banget bercampur dengan sayur sabaneh, yang biasanya aku buat sayur bening. ditambah tempe dan sambal kala makan siang di rumah. Saat itu sabaneh menjadi high class di mataku. Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Pemandangan yang bergulung awan mulai berubah perlahan menjadi samudera. Disusul bangunan pemukiman yang tampak berjejer rapi. Tak jauh dari sana gunung-gunung mempercantik negara ini.
Ya tanpa terasa kami sudah sampai Athena, Yunani. Yang aku tahu negara ini adalah negeri para filsuf. Filsuf yang pemikirannya kupelajari saat aku masih berkuliah di Uin Sunan Kalijaga, Yogyakarta dahulu. Seperti Decrates dengan pemikiran terkenalnya "aku berfikir maka aku ada" lalu plato dan yang lainnya.
6 jam transit di negara ini, rasa-rasanya ingin keluar sebentar dan menengok ada apa di sini. Tapi katanya visanya mahal. Ya sudahlah.. tidak apa-apa belum rezekinya.
Sudah masuk shalat dzuhur, aku dan biah ke toilet untuk ambil air wudhu. Untunglah saat di sana tidak ada petugas toilet. Alhasil kami membuat basah lantai sedikit, namanya juga wudhu. Ya.. karena kalau ketahuan petugas toiletnya kami bisa kena omel. Meski sempat dilirik oleh orang yang keluar masuk toilet. Kami tak terlalu menghiraukan. Ya... aku pikir mungkin dia tidak pernah melihat orang berwudhu. Setelah selesai kami buru-buru keluar.
Meski bandara athena ini berlabel Internasional, tapi tidak ada fasilitas musholla maupun masjid. Akhirnya kami melaksanakan sholat di ruang tunggu, gate yang tidak dibuka. Lalu beristirahat makan siang dengan lauk telur goreng dan orek tempe yang ku buat dari rumah. Dengan sedikit rendang yang kami pesan, untuk kawan yang kami repoti selama di sana.
Setelah berkabar dengan ibu dan keluarga di rumah, membunuh waktu dengan wifian. Tapi ya maaf, namanya juga manusia ada bosan-bosannya. Jadilah aku diajak bella untuk berkeliling toko-toko di bandara.
Hanya mampu memandang tapi tak sanggup memiliki hiks. Ya... satu gantungan kunci saja setara 5 ayam geprek di warung sedulur. Oia aku menemukan telenan juga, tapi aku tidak memperhatikan produksinya negara mana. Telenan bisa sampe bandara juga ya ternyata, hmm... baru tahu.
Sudah lelah berkeliling kering kerongkongan kami. Budget mahasiswi, ya mau beli air di bandara harus berpikir 2 kali. Ya sudah bawa botol ke toilet, mengisi air d westafel. Masalah rasa tidak usah ditanya, air bersih ya sama aja seperti air aqua. Kalau ada kran air minum kami tidak akan ke toilet untuk isi air. Sayangnya tidak ada sih.
Seperti inilah tidak enaknya transit lama, terasa capeknya. Kalau ada musholla mungkin kami bisa ikut beristirahat. Tapi hanya ada sederet kursi. Aku tak mampu memejamkan mata di sana.
Setelah beberapa kali cek layar untuk melihat gate penerbangan kami, muncullah gate kami di mana.
"Yes abis ini aku mau tidur di pesawat", teriakku dalam hati.
Waktu itu kami bertemu dengan mahasiswi asal Malaysia, yang sedang study di Sudan. Dia dan rombongannya baru dari Mesir 4 hari. Lalu melanjutkan perjalanannya ke Turki satu pesawat dengan kami. Dan katanya dia transit selama 15 jam. What?? Tidak pernah terbayang sih bagaimana capeknya. Aku saja 6 jam sudah lelah pakai banget. Bersyukurlah kamu wahai manusia.
Kami berganti pesawat, pesawat yang kami naiki lebih kecil. Seperti pesawat penerbangan antar pulau. Ada baling-baling di bagian kanan dan kirinya. Sayangnya salah satu baling-balingnya ada di sebelah kananku. Karena bersuara telingaku sakit dan aku tidak terlalu bisa tidur, hiks.
Setelah beberapa menit aku terbangun dari tidur, pesawat bersiap landing. Dari jendela kulihat lampu dari pemukiman dan jalan menyala di antara gelap. Seperti bintang-bintang di langit.
Keluar pesawat tanah basah karena hujan mengguyur kota ini. Dari shuttle bus kulihat tulisan "Atatürk Airport" bertengger di bangunan. Di depannya terparkir pesawat turkish airlines dan beberapa maskapai lainnya.
Aku masih tidak percaya sudah sampai di sini, dan bertanya-tanya apakah semua ini nyata?. Kulihat jam di layar ponselku menunjukkan pukul 22.30 est. Satu jam lebih maju dari waktu kairo.
Kami mengantri di bagian imigrasi. Antriannya cukup panjang sekali zig zag, seperti mainan ular tangga. Seperti inilah gambaran negara yang sangat terbuka dengan imigran dan turis. Di dalam antrian aku melihat banyak orang dari berbagai negara. Ada yang berwajah oriental, eropa, afrika dan kearab-araban. Bahasa yang kudengar pun berbagai macam. Ada yang berbicara dengan bahasa italia sepertinya. Mamaia lezatos.
Di ujung antrian loket-loket berjejer. Di dalamnya polisi duduk, memeriksa paspor dan visa para pendatang yang akan masuk negara ini.
"Polisi di sini keren-keren" gumanku. Seperti di film-film action yang kutonton.
Setelah polisi cantik itu menstempel pasporku dengan tulisan atatürk dan tanggal kedatanganku. Ada rasa lega setelah itu. Aku dan biah masih menunggu Bella yang masih mengantri. Karena ada salah seorang di depannya bermasalah dengan dokumennya.
Setelah kami mengambil koper. Aku dan biah iseng melihat rate money changer. Kami malah di sapa oleh pegawai yang duduk di sana.
"Welcome..."
Karena keramahan mereka jadilah kami menukar sedikit uang dollar kami. Pikirku tidak ada money changer lagi di luar bandara. Sedangkan kami harus pergi besok pagi-pagi sekali.
Tapi tenyata tidak donk. Setelah kami keluar dari kerumunan para penjemput. Kami melihat ada money changer lagi di sana. Dan ratenya lebih tinggi sedikit. Sedikit ada rasa sesal bagi kami. Ya sudahlah.. jadikan pelajaran.
Beberapa menit kami menunggu kawan kami, Esra namanya. Perempuan asli Turki, masya allah cantiknya. Matanya berwarna kuning kehijauan. Dialah yang menjemput kami dan yang memberi kami tumpangan menginap di kediamannya selama di istanbul.
Setelah keluar dari bandara, mesin-mesin berjejer di sana. Di mesin inilah kami membeli kartu transportasi dengan harga 6 tl (turkish lira) dan mengisi dengan nominal uang sesuka hati. Istanbulkart namanya. seluruh transportasi dari otobüsü, metro dan tramvay. Membayar menggunakan kartu ini. Keren.. beginilah wajah negara maju.
Jika kamu berkunjung ke negara ini dengan kawan atau keluargamu. Sangat di sarankan, membeli 1 kartu setiap orang. Jangan seperti kami, yang membeli 1 kartu untuk 3 orang.
Karena 3 kali tap dalam satu waktu berbeda harganya. Orang pertama terkena harga 1 tl (turkish lira) sekian. Orang kedua terkena harga 2 tl sekian. Sedangkan orang ketiga, terkena harga 3 tl sekian. Jadi alangkah baiknya jika setiap orang mempunyai 1 kartu. Mana kami sadar setelah akhir-akhir, 3 hari setelah itu kami akan pulang.
Dari bandara sudah terhubung dengan metro. Kami naik metro dengan tujuan stasiun Şirinevler. Setelah sampai kami keluar. Hawa dingin malam musim dingin menyergap tubuhku. Tiap kami bercakap-cakap asap putih keluar dari mulut kami.
Kami menunggu otobüsü yang mengantar ke daerah tujuan kami, sefaköy. Kalau di jakarta seperti busway. Di dalamnya ada penghangat, jadi hangat.
Di halte siteler kami turun. Setelah berjalan sedikit, salah satu di antara beberapa apartemen kami masuki. Lantai 5 dan tidak ada lift. komplit sudah kami berolahraga angkat koper 5 lantai.
Setelah menyapa keluarganya kami bebersih. Lalu mencoba tidur meski sudah larut malam. Karena esok pagi kami harus pergi ke kota pertama tujuan kami.
To be continue...
2 notes · View notes
fikr · 6 years ago
Text
Backpackeran ke Turki? Siapa Takut ~
(Perjalanan Turki 3)
Setelah beberapa bulan berjalan. Kami saling support perihal tabungan, menanyakan kabar tabungan. Tentunya setelah bertanya kabar diri mereka hahaha.
Di sela-sela itu aku sengaja menginap, di rumah calon partner perjalanan. bella dan biah. Aku dan biah membuat map perjalanan. Mana saja kota dan tempat yang ingin kami kunjungi. Melihat estimasi waktu dari kota ke kota lain. Dan berapa lama kami menetap di tiap kota.
Kami mencari tempat tinggal dan guide di setiap kota yang akan kami kunjungi. Di mulai dari bertanya ke beberapa kawan. Mencari di akun Instagram seperti @pitraveler @kamarpelajarppi. Hingga mencari di web penginapan seperti agoda.com dan booking.com.
Meski aku mempunyai beberapa kawan yang berkuliah di sana. Tentu tidak setiap kota, 2 minggu full di temani mereka.
Kami juga membuat anggaran kasar. Kalau soal hitung-menghitung bella jagonya. Kami menghitung kemungkinan-kemungkinan uang yang akan kami keluarkan untuk makan, toilet umum, transportasi, hotel, tiket masuk wisata, dan oleh-oleh untuk beberapa kawan yang akan kami repoti di sana.
Rencananya kami akan mengumpulkan uang kami menjadi satu, sesuai anggaran. Agar saat di sana, kami tidak terlalu pusing soal uang siapa terpakai dll.
Saat itu kami sudah memantapkan bulan februari sebagai jadwal keberangkatan kami. Sebelum kami menghadapi ujian awal tahun. Aku mengingatkan agar kami memesan tiket pesawat. Selain agar mendapat harga yang tidak terlalu mahal, tentu agar kami bisa fokus belajar dan ujian.
Kawanku biah yang memesan tiketnya, dengan harga 235 usd return. Maskapai aegean transit di Athena, Yunani. Untuk visa pun juga dipesan secara online dengan harga 27 usd, termasuk pajak.
To be continue...
2 notes · View notes
fikr · 6 years ago
Text
Mesir Mendekatkanku pada Turki ~
(Perjalanan Turki 2)
Tumblr media
Setelah beberapa tahun, aku melanjutkan pendidikan di negeri para Anbiya Mesir. Di sebelah utara Mesir negara Turki membentang, terpisah oleh Laut Mediterania.
Dengan lokasi yang sedekat itu, aku diingatkan kembali oleh mimpiku yang dahulu. Untuk mengunjungi Bumi Usmani, melihat saksi sejarah sendiri.
Akhirnya pada bulan oktober tahun 2017 saat memasuki tahun ketiga tinggal di Mesir. Aku mencari kawan yang juga ada keinginan kesana. Alhamdulillah aku bertemu dua kawanku yang lain, bernama bella dan bi'ah. Kami punya keinginan yang sama.
Setelah berdiskusi dan berbincang-bincang. Akhirnya kami merencanakan untuk berangkat ke Turki di tahun 2019. Setelah ujian awal tahun tepatnya saat musim dingin. Dan dengan kesepakatan menabung selama kurang lebih 1 tahun. Untuk persiapan biaya hidup kami masing-masing selama di Turki nanti.
To be continue....
2 notes · View notes
fikr · 6 years ago
Text
Mimpi Membawaku ke Turki ~
(Perjalanan Turki 1)
Tumblr media
Ketika aku duduk di kelas 4 kmi di pesantren setara kelas 1 Aliyah, terdapat mata pelajaran Tarikh Islam. Awalnya pandanganku tentang pelajaran ini biasa saja. Namun, ketika itu ... berubah menjadi luar biasa.
Ustadzah pengajarku terkenal dengan keahliannya dalam mata pelajaran ini. Benar saja di saat beliau menerangkan, di depan mataku seperti ada gambaran visual nyata.
Beliau menerangkan dengan sangat detail, bagaimana Sultan Muhammad Al Fatih di usia mudanya menaklukkan Konstantinopel. Aku langsung berdecak kagum dan ada gemuruh dalam dadaku.
Sejak saat itu aku mengagumi sosok sultan Muhammad Al Fatih. berharap bisa berkunjung ke Negara Turki, bumi Usmani. Melihat langsung saksi-saksi bisu peninggalan masa lampau.
To be continue.....
5 notes · View notes
fikr · 7 years ago
Text
Nisfu Sya’ban
Malam yang penuh keberkahan. Doa-doa bertaburan di langit. Lutut-lutut bersimpuh dalam sujud. Kepala-kepala tak lagi meninggi dan turun hingga sehasta kaki. Semoga tahun ini ditutup baik. Dan tahun besok diawali dengan sesutu yang jauh lebih baik. Yang pergi untuk bahagia, doakanlah. Yang tinggal dan bertahan, pertahankanlah. Yang baru datang sekarang, berilah kesempatan. Dan yang paling penting, Yang telah dimiliki hingga hari ini, semoga tak lupa untuk disyukuri.
Tuhan, Terima kasih telah disampaikan hingga hari ini.  Jika Engkau berkenan, izinkanlah untuk sampai ke tahun depan.
2K notes · View notes
fikr · 7 years ago
Text
Aku ingin kembali ke hutan dan gunung, merasakan kabut tipis turun menyelimuti bumi, menyaksikan mentari terbit bersamaan dengan sinarnya yang hangat, ditemani secangkir susu panas.
Tapi, denganmu bolehkah?
2 notes · View notes
fikr · 7 years ago
Text
“Tak ada rindu yg paling suci ketimbang doa-doa penuh khawatir di malam hari.”
388 notes · View notes
fikr · 8 years ago
Text
Inspirasi dalam Sepi
Aku terpaku menatap layar laptop. Membaca-baca tulisan yang sudah lama aku ketik beberapa bulan lalu sebelum ujian. Beberapa bagiannya sudah aku revisi. Sesuai permintaan editor, aku menambahkan kesan dramatis agar tampak benar-benar seperti nyata. Setelah sekian lama, akhirnya aku baca kembali. Aku masih bingung harus merevisi bagian mana lagi. Atau aku saja mungkin yang masih belum dapat inspirasi. Haruskah aku berjalan-jalan seorang diri melihat sekitar. Atau duduk di meja kedai menyesap kopi bertemankan sepi agar mendapat inspirasi? Madiun/160717
1 note · View note
fikr · 8 years ago
Text
Aku Pengecut
Aku agak terbangun di tengah lelap tidur. Ibu yang berada di sampingku mengusap dan mengecup keningku.
Aku benar-benar merasakannya..
Tapi yang ibu tahu aku terpejam dan berada di dalam mimpi Indah. Lalu ku mendengar suara hidung yang menahan air hendak keluar.
Aku tak tahu apakah ibu menangis saat itu? Yang kutahu ibu tidak sedang terkena flu. Pikirku apa yang kau pikirkan ibu? Jika engkau memang benar-benar menangis.
Malam itu aku merasa dibawa kembali ke masa lalu. Saat badanku masih kecil. Saat aku tak tahu apa-apa. Saat aku selalu menangis ketika aku tahu ibu pergi keluar kota.
Nyatanya kini aku bukan anak-anak yang selalu merengek saat itu. Namun aku terlalu pengecut tak berani membuka mata dan bertanya, “mengapa engkau terbangun bu?”
20/7/17
1 note · View note
fikr · 8 years ago
Text
Lelap
“Bapak sare nak?”
Saya langsung terdiam, ketika ibu bertanya demikian saat terbangun dari tidur beliau.
Lalu saya menoleh sembari tersenyum dan menatap mata beliau, serta memastikan kembali apakah saya salah dengar atau tidak.
Beliau mengulang pertanyaan itu. Saya langsung terdiam. Meski tetap tersenyum, saya tak tau harus menjawab apa saat itu.
Dengan berat hati saya menjawab “ga tau bu.. ” Dada saya terasa sesak saat itu. Dalam hati saya berkata pada diri sendiri, “iya bu.. Bapak sedang tidur nyenyak.. sekali di sana”.
1 note · View note
fikr · 8 years ago
Text
Singgasana bagimu
Hampir 3 tahun kita tak berjumpa. Engkau yang biasanya menyambutku dengan senyuman di depan pintu, kini aku tak menemukanmu di sana.
Aku yang pergi mengunjungimu.
Di depanku hanya ada tanah, Tapi mungkin singgasana bagimu.
Di hadapanku hanya ada sepi, Tapi mungkin ramai dengan dzikir dan suara penghuni lain bagimu.
Tempat peristirahatanmu yang kau sebut sebagai rumah masa depan dahulu.
Tempat yang dulunya sebagai tempat dudukmu ketika memimpin kami berdoa, mendoakan almarhum kakek nenek.
Aku tak dapat melihatmu. Tapi aku yakin kau melihatku dan tersenyum mengetahui kehadiranku.
Madiun 17 Juni 17
1 note · View note
fikr · 8 years ago
Text
Air Mata di Bandara
Pelukku berhamburan, ketika engkau menjemputku di bandara. Saat itu juga engkau membisikkan kalimat ditelingaku…
“Bapak sudah tiada nak…. ”
Senyum yang sedari tadi merekah untukmu, seketika berubah menjadi derai air mata. Air mata yang harusnya tak ku tunjukkan dihadapanmu.
namun siapalah aku? Pertahanan kokoh yang ku bangunpun akan roboh, jika mengingat sosok yang dicinta pergi.
Surabaya 14 juni 2017
0 notes
fikr · 8 years ago
Quote
Aku tersenyum melihat notifikasi pesan darimu. Kau menyapaku disaat ku merindukanmu. Karena Tuhan tahu bagaimana membahagiakan hambaNya yang sedang memikirkanmu.
~thanks God
2 notes · View notes
fikr · 8 years ago
Quote
Jatuh cintanya seorang pemberani, kurasa adalah mendo'akan. Ia membawa nama seseorang dan menitipkan hatinya dalam pasrah juga ketulusan.
(via kotak-nasi)
305 notes · View notes
fikr · 8 years ago
Quote
Jika saat ini kita tak berjarak, aku harus bersiap-siap dari sekarang. Agar aku tak merasa sakit saat jarak terbentang diantara kita.
~fikR
2 notes · View notes
fikr · 8 years ago
Quote
Hai.. Kau yang membuatku kemarin tertawa apa kabar?
~Aku rindu
2 notes · View notes