fikrinun-blog
fikrinun-blog
Lamun Senja
139 posts
Suara yang tak terucap adalah cerita, sajak, dan pesan yang memberi makna kehidupan agar menjadi lebih hidup | skriver bara skrivas | ENFP
Don't wanna be here? Send us removal request.
fikrinun-blog · 7 years ago
Note
kak emg salah ya kalo kita lebih nyaman sendiri? Salah kalo kita jarang bersosialisasi? Sejujurnya sy suka berhubungan hanya dg org2 yg menurut sy nyaman. Tapi itu malah membuat org2 lain salah kira. Mereka kira sy sombong, sy cuek, dll. Lantas harus apa?
Sejatinya manusia makhluk sosial. Percaya, deh, senyaman-nyamannya kamu sendirian, suatu waktu nanti kamu akan butuh orang lain.
Mungkin ketika kamu lebih nyaman sendirian atau bercengkerama dengan orang yang kamu nyaman, yang lain menganggap kamu membatasi diri.
Di sini pertanyaannya, apakah kamu memang membatasi diri atau mungkin kamu terbuka dengan siapa pun, tetapi hanya berani bertukar cerita banyak pada segelintir orang.
Aku suka sendirian. Tapi kala aku butuh bicara dengan orang lain, aku akan bicara. Bagaimanapun juga, kesepian yang menyamankan itu harus diimbangi dengan interaksi sosial—terlebih untuk tipikal orang yang takterlalu dianggap orang lain seperti diriku ini. Semoga bisa menjawab, ya.
35 notes · View notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Jika Kamu Anak Lelaki
Jika kamu anak lelaki,
Bersiaplah untuk memandikan jenazah, karena kamu yang kelak memandikan jenazah orang tuamu.
Bersiaplah untuk memasangkan kain kafan dan menyolati jenazah, karena kelak kamu yang akan mengafani dan menyolati jenazah mereka.
Bersiaplah dengan fisik yang kuat, karena kelak kamu yang akan paling depan menggotong keranda mereka.
Bersiaplah untuk turun ke dalam tempat yang gelap dan lembab, karena kelak kamu yang akan memasukkan dan melepaskan kafan di liang kubur mereka.
Sesuatu yang kita tak suka, bukan berarti jangan kita persiapkan. Karena kelak suatu saat itu pasti terjadi. Ini adalah bakti fisik terakhirmu kepada mereka di dunia. Dan siapkanlah do'a yang banyak, agar kelak baktimu menjadi sempurna dengan do'a-do'a.
— Taufik Aulia
1K notes · View notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Masalah waktu adalah hal paling sentimen. Angka-angka di kalender, yang digantung di dinding, akan menjadi hal yang semakin rumit bahkan menegangkan.
Semua karena hidup layaknya mencoret setiap jajaran angka. Tidak dapat kau memintanya mundur atau pun maju lebih cepat.
0 notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Serupa beda seperti dahulu. Anehnya lebih baik dan lebih menenangkan, sayangnya lebih rapuh dari sebelumnya. Nikmatnya tiada tara tak lebih dari kejelasan yang menjujung tinggi hak setiap hati dalam memutuskan.
Lepaskan perumpamaan jika merelakan itu sulit. Karena yang terbaik adalah mendoakan satu sama lain.
Lebih dari sekedar mimpi yang pernah beberapa waktu kebelakang mengisi tiap malam. Saat ini rumah yang indah diisi dengan alunan permohonan, agar alir waktu kedepan menjadi bentuk syukur yang tiada tara. Engkau terlalu baik, dan aku terlalu jauh dari rasa syukur.
1 note · View note
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Cincin di Jari Manismu
Beberapa tahun dari sekarang, kita akan bertemu lagi tanpa sengaja. Di tempat yang dulu pernah kita datangi bersama, di waktu yang sama. Mungkin kau sudah lupa, tapi gerak tubuhmu tanpa sadar membawamu ke tempat itu seakan kenangan tentang kita dulu sudah mendarah daging di hatimu.
Kau akan tak sengaja melihatku. Dan aku akan terkejut melihatmu. Lalu kita berdua saling melempar senyum yang kita tau itu tak lebih dari pura-pura agar tak kentara. Ada yang berbeda kulihat di dirimu, satu buah cincin telah melingkar manis di jari manismu.
Aku akan mengucapkan selamat. Kau akan mengangguk mengiyakan. Diawali dari basa-basi, ternyata kita berujung dengan berbicara panjang lebar membicarakan semua yang telah kita lewati semenjak perpisahan dulu itu.
Kau melihat ke arah jemariku. Kau tak menemukan apa yang kau cari di sana, lalu kau melihat ke arahku.
“Aku masih ingat, dulu aku selalu berencana mengalungkan cincin di jari manismu.” Kau terkekeh sebentar seperti dipaksakan agar tak terkesan canggung, “Namun ternyata di sinilah kita sekarang.” Kau melanjutkan sembari berusaha untuk tak melihat ke arah mataku.
“Seandainya dulu kau tak pergi,” Balasku pelan.
Kita sama-sama terdiam. Kau menunduk sebentar lalu kemudian kembali melihat ke arahku.
“Seandainya dulu kau tak membiarkan aku pergi..” Lanjutmu perlahan.
Dan di sinilah kita sekarang. Dua insan yang masih sama-sama ingin, namun sudah terlanjur melangkah terlalu jauh untuk kembali. Seandainya saat itu kita mau sedikit saja bersabar lebih lama, mungkin sekarang kita sudah bahagia.
759 notes · View notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Kita pernah tunduk kepada hal yang menjadi ajaranNya, bahkan merasa tentram dan teduhsaat menjadikanNya labuhan dalam kehidupan. Kita juga pernah merasa terpuruk hingga dasar yang amat perih saat hal yang tak kunjung baik dapat kita temukan. Mungkin lewat hidayah, munkin juga lewat teguran keras. Atau bisa jadi lewat orang yang berada disekeliling kita, yang ternyata membukakan jalan untuk mengenal kehidupan agar lebih bermakna.
Ya Allah, jikalau pada satu titik ada hal yang baik untuk ciptaanMu maka dekatkanlah. Berilah jalan yang lapang kepada hambamu mencapai titik terbaik dalam mendapat ridhoMu. Bimbinglah hambamu lepada sesuatu yanh sekiranya Engkau beri rahmat abar hambatan yang kami temukan akan menjadi nikmat yang berbuah pahala.
Ya Allah, jikalau pada satu titik segala hal yang buruk mulai mendekat ataupun diantara hambamu sudah ada yang terjerumus kedalamnya. Tolong, tolong maafkan. Ada banyak hal yang Engkau katakan tentang kemulian dan kemurahan hatiMu untuk memaafkan, sedangkan kami adalah mahluk yang tak luput dari kesalahan.
0 notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Kemarin sore ketika hujan. Yang menahan diri ini memeluk rindu lebih cepat. Meskipun jarak ini terlihat begitu dekat, sejarak nafas dengan hidungku. Meskipun itu hanya hiperbola.
0 notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Lupakan
Pikiranku melayang semalaman
Mengupas setiap helai benang
Meranggas dalam alam sepi yang berbaur noda
Melepaskan jarak pada setiap inci rindu yang kacau
Malam-malam penuh dengan ambisi
Yang ternoda bias desah bintang
Matamu...
Memainkan peran, menenggelamkan logika
Pada dasar hasrat yang terus tertahan gelapnya
Kau tidak akan pernah tahu
Pagi buta, mata ini sering terbelalak
Disadarkan kenyataan pada mimpi yang berlebihan
Lupakan saja, seakan Tuhan menginginkan kapal menemukan labuhan yang baru
0 notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Ada hal yang paling berharga dari secangkir kopi di pagi hari. Adalah jiwaku yang senantiasa utuh ketika mendengar suaramu mengatakan "maaf aku ketiduran semalam". Setidaknya kamu tidak mengabaikan ku.
0 notes
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Sebotol Bir Dengan Tangisan
Tadi malam aku menenggak habis sebotol bir dengan tatapan kosong sambil mengnganga pada bulan
Perkenalkan, ia bulan yang sama
Yang menerangi kita pada malam basah tak kunjung reda
Mengalirkan rinduku yang deras dan tak seharusnya menimbulkan kenangan mendalam
Tadi malam aku juga menenggak luka
Pada sebuah kotak kecil di dalam hati yang meronta untuk di buka, berisi cinta yang berusaha mencari potongannya
Menggebu tanpa arah padahal bumi takan pernah bisa mengabulkan untuk bertemu
Aku menulis puisi dan membiarkan mereka membawa pergi separuh diriku padamu
Dalam keadaan mabuk, tangis dan tawa ini bersahutan sembari menyelipkan ciuman dan kata-kata yang takan pernah bisa meyakinkan pundak untuk selalu bersandar dalam sebuah keniscayaan
1 note · View note
fikrinun-blog · 7 years ago
Text
Segenggam Asa Luruh
Pernah terbit matahari
Pada ufuk timur dan ku bersemangat
Secangkir kopi pahit yang di aduk bersama amarah meletup
Dipancarkan sinarnya langsung, lalu melekat di dada
Dari kerumunan pembeli yang mengungkap kesunyian
Aku memikul langkah kembali
Menggunakan pedoman iman yang lantas masih goyah dan kau memecah teka-teki lewat kasih
Sungguh aku terlena dengan semua ini
Namun, jarak-jarak seperti mata dengan mata, hidung dengan hidung, bibir dengan bibir, serta tubuh dengan pelukann sedikit meluruh dan perlahan tenggelam pada ufuk barat mentari
Aku tak mengerti bagaimana mencintaimu sambil bersiap untuk berhenti mencintaimu Jika butuh, aku akan melupakanmu tanpa kecuali
0 notes
fikrinun-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
3 tahun berlalu saat hujan membasahi bumi dan membuat siluet berwarna di atas langit. Saat melihat seekor burung dara nan indah menangis tersedu lalu menepi pada pagar rumah, Sebab mencari dahannya yang hilang. Mungkin selama ini kita sibuk mengartikan kenangan. Lalu terus menerus membuat cerita seakanakan kita akan mampu mengulangnya nanti. Sembilan jam yang lalu saat fajar mulai mengintip, aku teringat seorang teman pernah berkata jika perpisahan pasti terjadi, cepat atau lambat, ini persoal waktu. Sedekat apapun ikatan, pahamilah kita dapat hilang kapan saja, dapat terbunuh kapan saja. Lalu siapa yang akan datang ke nisan ini nanti. Kelak hamparan buku di meja makan akan punya makna, pada setiap tulisan yang punya arti. Jadilah mereka rindu yang disergap lelumutan hijau. Saat masa lalu sudah mulai terkikis, tidak ada salahnya saling mendoakan untuk masa depan. Peganglah bahu ini, sambil menunggu pelangi itu muncul kembali. Sebelum senja menua dan kita meniada. Simpanlah wajahku di bingkai matamu. • Masingmasing kita punya harapan yang disemogakan. I hope your day is filled with laughter, happinnes, and unexpected moments that take u where u need to feel more like yourself. • 31 Desember 2017
0 notes
fikrinun-blog · 8 years ago
Text
Sembilan Setengah tahun #3
“Suka sama orang rasanya campur aduk yaa, aneh gitu, mau bilang takut, ga bilang nyesel.”
Awalawal “merantau” dari Bekasi ke Jakarta, aku katakan itu merantau, meskipun jaraknya hanya 18 KM dari rute satu atau lewat rute kedua menjadi 22 KM. Bocah yang masih berumur 12 tahun, belajar yang namanya bangun pagi. Pagi pake banget. Aku harus berangkat jam 5 atau sehabis subuh jika naik mobil. Saat naik motor minimal setengah 6 harus sudah jalan. Bisa disimpulkan aku harus bangun jam berapa ketika hari sekolah. HAAAH BIASA AJA, bangun jam segitu. But, aku melakukan selama 6 tahun (senyum).
(CERITA TENTANG PERJALAN PERGI SEKOLAH DI LAIN HASHTAG)
Suka sama lawan jenis itu rasanya kampret memang. Bocah lugu SMP, yang setiap datang ke sekolah selalu duduk di bagian depan barisan sebelah kanan saat kelas tujuh. Dengan teman yang hanya ituitu saja sulit untuk bergaul, kerjaan hanya pulang – pergi, sekolah - rumah. Kalo ditanya apa rasanya, ENEG ANJIR HAHAHA (oke lupakan kata atau kalimat melow, unsur anjing yang diplesetkan pun legal dituliskan).
Awal kelas 8, aku masuk kelas yang baru, dengan temanteman yang lama pun yang baru. Seperti kebanyakan sekolah, mencampur adukan siswanya, dengan ukuran seperti apa aku tidak tahu. Yang jelas beruntung lah jika kalian punya teman dekat sejak kelas tujuh, dan berlanjut seterusnya sampai lulus, dengan catetan sampai lulus. Barangkali kalian bisa menjadi sahabat sampai mati (?), semoga.
Oke kembali kebahasan suka dengan lawan jenis. Sebulan sudah saat itu aku masuk di kelas 8. Aku melihat seseorang dengan hidung mancung, mata agak sipit, kulit putih mulus. Saat itu aku merasa menjadi manusia yang baru merasakan nikmatnya hidup. Rambutnya tidak panjang, hanya sebahu. Mungkin karena rambut itu aku menjadi suka dengannya, aku memang suka perempuan berambut pendek atau dikuncir saat itu, sebelum aku mengetahui bahwa perempuan dengan hijab lebih menarik dan membuat penasaran hehe.
Sebut saja namanya Mayang. Setiap hari, aku mencuri pandang lewat celah sempit bahubahu temanteman ku. Saat semua anak asik memerhatikan guru, terkadang aku berhasil mengabadikan gerak geriknya saat memerhatikan guru sedang menerangkan. Waah aku rasa ada yang berubah dengan diri ku (saat itu). Jangan khawatirkan soal pelajaran, ketika tidak memerhatikan, aku bisa pinjam catetan teman, dan bertanya ke teman yang lain atau ke guru privat ku. Tetapi moment mencuri pandang ini sangat amat mengasyikan haha. Aku merasakan jadi orang tolol, yang suka membayangkan anganangan kosong tanpa landasan, fck HAHA.
Aku mana pernah peduli tentang masalah hati (dulu). Hingga pemandangan indah seorang Mayang hadir dalam hidup ini, hahaha JIJIK. Hingga pada saat nya aku mulai beraksi mencari cara, bagaimana caranya agar bisa dekat mayang. Alhasil aku mencari tahu lewat teman dekatnya.
Dan dengan teman dekatnya lah, aku menjadi dekat. Bukan dengan mayang, tapi dengan teman dekatnya itu. Bingung yaa… sekarang tanggal 28 Oktober 2015, tepat jam 00.23, pusing juga mengetik terus.
Ada hal yang aku pahami dengan perasaa suka dengan lawan jenis. Ternyata semua itu dapat tumbuh seiring berjalannya waktu. Saat itu aku mengharapkan bisa dekat dengan Mayang. Aku menanyakan tentang pribadi mayang, dari A sampai Z. Dia suka dengan apa, dia berapa bersaudara, dan pertanyaan kelas bocah umur 13 tahun lainnya. Kita pernah melawatkan masamasa seperti itu, apalagi seorang anak lakilaki, wajar saja. Apalagi yang dulu polos, tibatiba berubah karena seorang perempuan hahaha. Menjadi seorang matamata, mencari tahu seperti detektif, dan mendiagnosa selayaknya seorang dokter.
Perempuan ini bernama Dewi (NAMA BOONG). Teman “curhat” perempuan pertama, yang berujung pada rasa suka, lalu berujung ditinggalkan, karena kebodohan ku yang takut ketahuan orang tua ku saat itu, jika aku “pacaran”, jangan kan pacaran mengatakan aku suka dengan dia saja sulit sekali. Ntah keberadaan orang tua ku menjadi guru di sekolah ku, dan aku sadar aku ini siapa, seseorang dari mana. Aku merasa gerak ku terbatasi. Aku lebih ingin membanggakan kedua orang tua ku lewat nilainilai yang aku berikan. Padahal jika ditanya apakah saat itu aku menyesal, JELAS IYAAA wkwk. Apa lagi ketika di tahun berikutnya (saat kelas 9) Dewi akhirnya berpacaran dengan teman ku sendiri, memang rasanya macem a***Ji**g (ITU DULU). Lebih baik begitu, pacarnya saat itu adalah lakilaki yang aku anggap orang kaya, yang dengan mudah beli apa saja, jika ia mau. Aku baru merasakan bahwa aku orang yang tidak bersyukur saat itu.
Aku terlalu dekat dengan Dewi (menurut ku), menjadi teman cerita, tentang masalah masingmasing, yang sebenarnya bukan masalah. Contoh: PR dari guru haha (MANA PERNAH AKU PEDULI). Solusi seperti ini sebenarnya mudah sekali, datang lebih pagi ke sekolah, cari teman yang rajin, pinjam PR nya, problem solve.
Dewi menjadi perempuan pertama yang berani menangis kepada ku saat bercerita tentang pacarnya saat itu (SEBELUM DIA BERPACARAN LAGI DENGAN TEMAN KU SENDIRI).  Dia juga menjadi perempuan pertama yang aku kirimkan puisipuisi karya bocah SMP, jika aku buka file puisi ku saat dulu, itu semua macem E*k haha. Tetapi semua tulisan ku dulu adalah pembelajaran hidup yang benarbenar aku rasakan. Setiap baitnya memang ku tulis tentang apa yang aku rasakan.  Aku mempelajari sifat seorang perempuan dari dewi selain dari ibuku. Dewi juga mengajarkan bagaimana cara lakilaki berjuang (yaitu aku) menggunakan instingnya jika kehabisan pulsa saat menelfon, dengan cara meminjam handphone orang tua dengan alibi menanyakan tugas. Memang rasa suka membuat aku berubah semacam orang tak berprinsip.
Dewi saat ini kuliah di fakultas kedokteran, disalah satu kampus negeri masih di Indonesia. Sudah 7 tahun lebih tak berjumpa semoga dia sukses dan sehat selalu. ulang tahun aku dan dewi hanya berjarak beberapa hari, bagaimana cara untuk lupa (?), Hahaha sudah lewat juga (SUDAH TAK ADA RASA ATAU ANGAN LAGI). Aku fokus membangun masa depan, saat ini.
Aku selalu percaya setiap pertemuan adalah sebuah proses mengenal diri sendiri. Bagaimana menyikapi seseorang yang baru muncul yang ada dikehidupan kita, akan kah mereka akan pergi atau menetap nantinya. Terkadang hidup ini lucu, apalagi permasalahan hati. Yang tahu hanya diri kita sendiri dan Sang pencipta.
1 note · View note
fikrinun-blog · 8 years ago
Text
Sembilan Setengah Tahun #2
Adakalanya kita berfikir, untuk apa hidup selain membanggakan orang tua dengan cara nurut dengan perintahnya. sekali lagi, aku tidak bodohbodoh amat kok, lulus dari sekolah dasar (SD) dengan hasil membanggakan. Dengan mendapat peringkat kedua di sekolah hasil UASBN ku, aku di puja oleh temanteman, ah biasa saja dalam hati, yang penting setelah itu aku meminta di belikan PS2 untuk hadiah pencapaian ku.
Mungkin mereka terheran-heran, aku yang dari kelas 4 sampai kelas 6 suka kaburkaburan dr sekolah, males ikut pelajaran bahasa sunda, karena gurunya sudah tua, dan pelajarannya tidak aku mengerti. Pelajaran seni rupa apalagi, menurutku menggambar adalah bakat, jika tidak memiliki alhasil, dari kelas satu sampai lulus pun gunung, sawah, dan rumah panggung selalu menjadi gambar andalan. Ah aku biasa saja tak bisa gambar, aku masih bisa minta tolong teman sekelas ku jika sangat urgent dibutuhkan (untuk ambil nilai).
Bocah kecil, gendut, dan agak hitam (kulitnya) membuat ku mendapat nama panggilan. Ssttt aku akan beri tahu tapi kalian jangan bilangbilang yaa. BAPENG (Badak Gepeng), fck HAHAHA. Ntah lah terkadang saat lagi memikirkan halhal yang tidak penting, sering terlintas nama panggilan tersebut pernah tersemat selama 3 tahun lamanya. Julukan yang yang di berikan oleh Roy (nama disamarkan), dia sekarang jadi sahabat ku, yang masih berhubungan baik sampai sekarang. Meskipun otak dia tetap masih gesrek, tapi aku selalu percaya setiap orang pasti berubah. Walhasil, skrg dia lebih religius, dan lebih berfikir dewasa, sepertinyaa sih begitu. Aku juga percaya, setiap orang yang berubah pasti memiliki alasan, nah yang aku tahu Roy mantan PEKA (apa hayo). Ah sudahlah setiap orang punya sisi buruk dan baik, tinggal bagaimana mengatur ritmenya agar seimbang. No no, mksd ku agar lebih condong ke arah yang positifnya.
Sedikit cerita tentang sahabat ku roy. Dia memiliki perawakan yang tinggi besar, dengan tulang yang amat keras, serta muka hitam cenderung dekil. Dulu hanya sebatas dua itu, namun ketika lulus dari SD, munculah nodanoda pubertas yang menjendol di bagian pipinya, yaps betul jerawat.  Sampai sekarang pun masih berbekas. Oh iya sekarang dia sedang berkuliah jurusan teknik industri di salah satu kampus swasta di daerah Bekasi.
Umur dia lebih tua satu tahun dari ku, tetapi kuliahnya dibawah satu tahun dari ku. Kenapa bisa begini?…. yaa tentu bisa, karena dia anak yang gabisa diatur, disuruh kuliah malah kerja, karena di kampus sebelumnya jurusan yang dia ambil tidak cocok. Aku lupa nama jurusannya apa, terkait dengan bio medical, dan fokus kemananya pun aku tidak tahu. Yaa.. setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Gakan ada yang pernah tahu isi hati kita seutuhnya, pun itu orang tua kita. Yang tau hanya diri sendiri dan Allah SWT.
Ada beberapa hal tentang hidup yang aku pelajari dari seorang Roy. “gua orangnya apada adanya, yaa lu temenan sama gua, ngeliat gua urak gesrek dan asal ngomong. Ya itu gua aslinya. Lu mau ngeliat gua diem (?) haha”. Anyway, kita gakan tahu diri kita seperti apa aslinya, jika kita berteman dengan orang yang menutupi sifat aslnya. Dan Roy tidak begitu.
Dia humble ke semua orang, cenderng tidak tahu malu, dan lebih gatau diri. Aku melihat dia seperti tidak ada batasan dengan siapapun, kecuali dengan Allah. Norma kesopanan terkadang dia langgar, tapi tidak menimbulkan kebencian. Hanya canda tawa selepas itu.
Kami berdua memiliki aib masingmasing. Yang terkadang setengah mati kami tutupi. Tapi namanya juga pertemanan, ntah benar atau salah, ketika Allah SWT saja menutupi aib ciptaannya, tetapi kita berdua saling mengumbar. Satu dua hal sekiranya yang perlu diceritakan, kami akan saling bertukar. Tujuan kami dengan saling sharing ada pembelajaran yang kami dapat, tentang hidup masing-masing. Meskipun hidup ku tak berwarna amat, paling tidak setiap tahun ada bahan buat diceritakan hehe.
Roy, rekan seperbatangan, seperasepan, seperngebulan. Sebatang rokok dan kopi atau susu jahe adalah rekan diskusi kami. Semoga sukses dan sehat selalu Roy.
Wah terlalu melenceng jauh dari topik awal nampaknya. Ohiya kembali ke bahasan dua paragraf awal. Meskipun aku tukang cabut dari kelas. Aku belajar non formal di luar kelas. Aku ikut bimbel dengan seorang pengajar, beliau ibu rumah tangga, dari kelas 3 SD sampai lulus SD aku belajar di sebuh rumah yang tidak besar, bersama rekan-rekan dari SD lain. Nama bimbelnya “Ka Ria”. Yaap betul, itu nama pengajarnya. Seluruh ilmu super dan sumber kejeniusan ku (PADA SAAT ITU) yang bersifat “sementara”  lahir dari rumah tersebut. Aku lebih mendewakan Ka Ria dibanding dengan guruguru di SD ku sendiri.
Bimbel ini lah yang menyebabkan aku menomer duakan sekolah formal ku, dibanding bolos belajar di tempat ini. Tak ada yang salah ketika tidak masuk sekolah, aku sudah lebih mengerti dibanding temanteman yang lain, karena aku belajar lebih cepat dan lebih dulu lewat bimbel, semua materi. Ohiya bimbel ini belajar dua mata pelajaran yaiut IPA dan Matematika. Seingat ku sih. Yaa hanya dua. Jadilah anak pintar semasa SD, dengan begitu kalian bisa memikat lawan jenis. Karena bocah sepantaran itu (DULU) hanya memuji lawan jenisnya ketika mereka tahun otak kita ada isinya, hahaha. MAU BUKTI? Aku dapet cerita sih dr si Roy, beberapa teman prempuan di SD ku pernah diamdiam suka, Cuma malu ngomong, dan aku lebih gapeduli soal itu. Yaa karena memang (DULU) aku mana peduli soal begituan. Walhasil dua diantaranya yang Roy ceritakan kepada ku, yang pernah suka dengan ku saat SD hingga SMP, saat ini sudah menikah hahaha, dan yang satu sudah punya anak satunya lagi sedang hamil WKWKWKWK (BODO AMAT). Tapi kita doakan semoga menjadi keluarga yang samawa, amiin.
Sudah lah tak penting. Ada satu hal lagi, aku atlet sepak bola dan futsal saat SD. Kalian bayangakan saja, badan gempal seperti itu, menjadi pujaan rekanrekan yang lainnya. Aku lincah J tanpa kurag tanpa lebih.
Sudahlah perjalanan SD diakhiri dengan manis, peringkat dua seangkatan (BIASA SAJA, KARENA AKU SUDAH MENGIRA) dan mendapat hadiah konsol game (INI YANG LUAR BIASA).
0 notes
fikrinun-blog · 8 years ago
Text
Sembilan Setengah tahun #1
“Sekarang mungkin kita bisa tenang, atau mungkin berpura-pura tenang. Pada esok yang datang kita tidak akan tahu bagaimana caranya menolak lupa, jika tiba saatnya mengenang kelak hal yang paling sulit adalah bertahan pada satu titik tanpa berpindah.”
“Aku ingin bercerita tentang perjalanan ku menjemput rindu dan akhirnya rela melepaskan”
Sedikit intermezo diawal agar cerita ini masih dalam konteks tulisan melow yang biasa aku tulis. Sepertinya beberapa hal tentang catatan ku selama di kota kenangan (Bogor) sedikit demi sedikit bisa diumbar. 
Sebelum semua itu terbongkar mari lanjutkan membaca tulisan ini.
Ada hal yang takan pernah aku lupakan ketika memilih labuhan ku pada kampus yang nampak asri dan hijau. Perdebatan batin yang sangat amat capek, bukan karena pusing mikirin bakal dapet kuliah atau tidak, lebih karena terdapat tanda tanya besar “Mengapa Aku ada di jurusan IPA?”. YA YA SMA begitu garing dan biasa saja, mungkin masa SMA kalian amat indah, tapi aku merasakan masa sekolah ku saat itu sangat amat biasa.
Kali ini kita mundur kebelakang sekitar tahun 2011, tepatnya di pertengahan tahun. Awal masuk sekolah, ya sekolah. Pembalajaran di mulai sekitar bulan Juni, Seperti bukunya bapak Sapardi Djoko Damono “Hujan Bulan Juni”. Tapi seingat ku saat itu tidak hujan (?)... oke lupakan. Ingatkan aku jika salah.
Aku sebenarnya tak perlu beradaptasi lama soal tempat, karena aku belajar di sekolah yang sama sejak SMP. Dan yang lebih parah aku seakan-akan menikmati semua hal yang ada di sekolah ini, padahal. NO, BIG NO!!.  Karena Apa?.... jika kalian tahu rasanya tidak bisa menjadi diri sendiri, nah aku terjebak dalam lingkaran itu selama 6 tahun lamanya dari masa SMP sampai dengan SMA. Tidak full 6 tahun juga sih, but dikurangin sedikit.
Dulu bisa dikatakan aku disekolah ini masuk dengan begitu lancarnya. Mudah. Tanpa tes. Dan mungkin teman-teman ku mengira jika ada slot yang diperuntukan untuk anak guru, yeess you right!! Dan memang benar nyatanya slot untuk anak guru ada. Yaa, ibu ku kerja di sekolah ini, beliau mengajar, and i’m so proud of her.
But, listen, aku masuk lewat jalur rapor dengan seleksi nilai karena semasa SMP, gada kehidupan ku tanpa setiap hari belajar, baca buku, buku pelajaran, yang ternyata aku baru sadar saat kuliah .Jika kalian pernah mengorbankan jam tidur kalian hanya untuk mereview pelajaran saat yang lain tertitidur pulas di sekitaran pukul 02.00-03.00, kalian adalah temanku.  seluruh mata pelajaran yang segitu banyaknya selama 6 tahun aku pelajari, so fucking useless.
Aku ga bodoh-bodoh bgt, aku selalu masuk 10 besar selama 3 tahun di masa SMP. Jika diurutkan dari semester satu sampai enam di masa itu. 9, 4, 7, 6, 8, 9 ini peringkat ku selama enam semster. Ujian nasional? Tak usah diberi tahu, mungkin masih banyak yang lebih bagus, but aku pakai otak ini sampai mumet bagaimana caranya untuk mendapat hasil yang baik agar orang tuaku bisa bangga, terutama ibu ku, agar beliau tidak malu, dan bangga anakanya bisa berprestasi. Meskipun bayaran SPP hanya setengah dan setiap ikut kegiatan selalu gratis. Fck my life, it’s so hard for me, when i was young. Damn it. Soo, aku tidak memanfaatkan status orang tua sebagai salah satu orang yang bekerja di sekolah ku saat itu.
Ternyata cerita ini tidak memakai kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitupun alurnya yang tidak jelas, it’s just a massage yang aku simpan sedari lama dan di kombinasikan dengan hal yang terjadi selama aku menjalankan hidup berpendidikan.
Masih berlanjut dari tahun ke tahun, ini hanya permulaan hehe.
0 notes
fikrinun-blog · 8 years ago
Text
Fitrah Seksualitas
By: Elly Risman Musa
Punya suami yang kasar? Kaku? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang “sangat tergantung” pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya?
Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.
Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.
Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.
Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.
Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka
inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.
Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.
Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?
Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tdk dewasa, atau suami yang kasar, egois dsbnya.
Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.
Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.
Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
2K notes · View notes
fikrinun-blog · 8 years ago
Text
Sebilah Waktu
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana sebilah waktu membelah suatu permulaan
Atau sepotong ruang merangkaikan pertemuan pada detik-detik yang berkelindan
Hari-hari berlarut merengkuh mata kita
Dari jabat yang dingin dan tawa yang hambar
Semula kita hanyalah kumpulan langkah tanpa arah berkejaran meniadakan makna
Nama yang tak urung terlupa dan wajah yang tak jua bersua
Hingga akhirnya jarak di antara hati kita telah meluruh menyisakan sebening tatap tanpa jeda
Kita yang tak tahu pasti bagaimana kita saling menyayangi
Terbentur batas antara esok dan hari ini
Hingga teriknya Dramaga yang menyengat kau rindui
Mengingatkanmu pada kelabat kelas-kelas kita yang panjang
Atau mungkin remah-remah hujan
Menderas Kenangan
Jatuh berlimpahan dari gema tawa kita yang menjalar di sudut-sudut lantai empat
Kini, tak ada lagi perdebatan tentang siapa yang paling peduli, tentang siapa yang paling memahami
Karena dalam tangis-tangis yang tersembunyi hari ini
Ada doa-doa terbaik yang terjuntai dan harap yang rinai
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana selembar waktu melipat perpisahan
Apa kabar hari ini?
Semoga tanya itu tak pernah lupa kita sematkan
Pada esok yang barangkali kehilangan pijakan
Karena kini kita hanya mampu merapatkan jejak yang tak ingin beranjak
Erwinda Diva
Bogor, 13 Desember 2017
0 notes