gadis dari timur Indonesia yang sedang berusaha menjadi wanita
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
again, im so proud of you, dear
emang ya ni orang gak henti-hentinya bikin saya jadi gemes sendiri pengen tak remet-remet, hahaha

“ada yang bulat, tapi bukan tekad” haha, Doi dah makin gemay aja yaa
Kenalin ini Pranowo Ibnu Khakim, manusia yang sudah 4 tahun ini masuk dalam perangkap maut saya, haha. memilih untuk menjadi pendamping saya di suka dan duka (halah, bucin)
foto ini saya ambil baru beberapa hari yang lalu, saat kami memutuskan untuk rekaman podcast lagi sejak wabah covid-19 masuk ke Indonesia, setelah rekaman ini, tepatnya di perjalanan pulang Doi ngomong gini
“dek, liat deh yutubku udah masuk 1K, hihi”
tak jawab “belum mas, turun meneh semalam tak cek”
“aku mau buat perayaan untuk 1 K subcriberku dek, mau bagi-bagi drumkit gratis, spesial dari aku”
dihatiku “pantes kemaren ngomong soal kyle beats (ini orang salah satu inspirasinya sampai bisa seperti sekarang) ternyata Doi kepikiran untuk buat gitu juga”
ketika saya ngetik ini, yutub Doi udah 1K atau mungkin sudah lebih?? hehe, dan juga akhirnya Doi lauching drumkit buat dibagi-bagi ke fansnya, Doi udah punya fans gaes, gaya dia mah, dan benar loh ada yang nge-story buat Doi, dimana yang story itu lagi download drumkitnya.
kalo ngecek ke belakang, perjuangan Doi sudah 2 tahun belakangan ini berbuah hasil dan itu gak gampang. Mulai dari nabungnya untuk nyicil midi piano, mic, headphone, bahkan speaker harga 3 juta (yang ini saya sampe debat alot masalah deal untuk boleh dibelinya), saya salut sama Doi yang ngeluarin effort gak tanggung-tanggung untuk hal ini, sampai ada masa dimana beat yang Doi buat akhirnya laku alias ada yang beli (ternyata fenomena masuk ke Blue Ocean yang dimaksud bang Pandji itu ada, Nih buktinya), saya masih ingat betapa senangnya Doi kala itu dan membuatnya makin gila membuat beat terus menerus, tiap hari saya dipamerin beat-beat buatannya dan memang makin lama beatnya makin complicated
BUT......
Doi pernah kecewa juga karena udah capek-capek ngedit eh kliennya ngacir (emang sempak tuh orang yaa, ga tau apa dibuatnya make tenaga dan otak) ,
pernah juga saya ngomel-ngomel karena harga yang Doi kasih terlalu murah, bahkan terima orderan tanpa DP, kata Doi “biar nyari pelanggan dulu dek” emang kelewat baik ini manusia yang saya cintai hahahah
Doi pernah berhenti produksi karena harus ngutamain skripsi, wisuda, dan ego orang tua (Doi kalo udah ngerasa adiktif bahayaa coy) hahaha
karena hal ini semua, saya jadi banyak belajar dari Doi, mulai dari semangat mencari kelebihan diri, beli barang itu yang ngasih feedback jangan asal suka terus beli, hari-hari saya lebih produktif. yang paling saya garis bawahi semangat Doi sih,
terus ada yang nanya “Doi ga pernah jenuh?” manusiawi mah pastinya pernah dong, Doi pernah ada di situasi yang bener-bener gak tau mau ngapain, insomnia yang berkepanjang, pikirannya dihantui soal kerjaan, pelarian ke produksi tapi sama aja, insom lagi insom lagi....
BUT...................
Ngelihat apa sekarang yang udah Doi capai atas hobinya, membuat saya berkali-kali bangga bisa menjebaknya masuk dalam hati saya, hahahaha, kalo Doi banyak duit dari segala arah, kan saya juga kena “i love your money, bee” hahahahaha
Becanda dear, saya mencintai segala apa yang ada dalam dirimu dan itulah betapa bangganya saya punya kamu, hehehe. Kalau tulisan ini mas baca, adek mau sampaikan bahwa...........
“jangan pernah berhenti berkarya dan semangatlah untuk mencapai segala hak yang mau mas capai, mas punya banyak kelebihan dan gak semua orang punya itu, termasuk baiknya ngasih harga murah dan NO DP pada klien (kalo ini jangan dipelihara, kemarin dah belajar soal penentuan harga kan), im so sorry kalo suka ngomel dan suka ngomong “tuhkan makanya...” saya ubah deh kalimatnya, meskipun masudnya sama, oke?? deal??
tulisan ini memang bertujuan mau muji ini orang sih, tapi kalian tau sekeren-kerennya Doi di sosial media, Doi agak gesrek otaknya, gak percaya? nih yaaaa

gak saya sensor yaa, toh ini tumblr privasi yang tau hanya saya dan Doi,
tapi bentar, ada foto yang untuk pertama kali saya suka dan foto ini juga yang buat saya jadi mesem-mesem dan jatuh cinta sendiri hahaha, nih yaaa

Rambut dah kek sarang tawon aja, Bosss, hahahaha
gak ada habisnya kalo mau bercerita soal Doi, terlalu banyaaak
Tiap kami bertemu selalu ada tulisan kecil yang nyempil di diary saya,
Ohya.. mas jangan cepet-cepet sadar yaa kalo dirimu ini terjebak oleh saya, kalo bisa sadarnya nanti-nanti aja ato gak usah sadar deh hahahhaa, (gimana deal??))
nanti saya cerita lagi tentang kamu ya :)
2 notes
·
View notes
Text
#Buku Bertumbuh -Selesai
Akhirnya terselesaikan 1 buku di tahun ini. Buku sebagai kado ulang tahunku ini cukup lama saya tamatkan, karena buku ini terlalu bagus dan sarat akan makna, rasanya sayang saja untuk menghabiskannya segera. Saya menikmati setiap lembaran dari buku ini. Sambil memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai judulnya "Bertumbuh", tulisan dalam buku ini pun bisa menjadi sangat relate ke diri saya pribadi sebagai pengingat bahwa tidak hanya hasil yang menjadi takaran kebaikan/kesuksesan namun juga proses yang terjadi di dalamnya.
Sebagai saksi atas kesuksesan dan keberhasilan orang lain, dari buku ini saya juga memahami bahwa konsep waktu pada setiap orang berbeda-beda, tanpa harus membandingkan, kita punya timing-nya sendiri.
Memang berat menghadapi itu semua, tetapi buku ini bisa membuka perspektif baru untuk kita millennials agar terus bertumbuh.
Terimakasih untuk @kurniawangunadi @academicus @satriamaulana @prawitamutia @ceritanovieocktavia atas proses-proses hidup yang sudah dibagi.
5 notes
·
View notes
Text
masing-masing orang punya jalan suksesnya sendiri, entah hari ini sukses, besok sukses, lusa sukses, sebulan lagi sukses, setahun lagi sukses,
aaaahhhh bisa kapan saja, tergantung sejauh mana kita mengejar kesuksesan itu, gua yang kali ini masih ngejar kata sukses dan mungkin bakal gak selalu puas dan.................masih terseok juga menggapai itu SI SUKSES.
yaaaa,mending terseok tapi majukan, daripada gak sama sekali dan cuma nyalahin keadaan.
sifat perfeksionis gua terhadap kerjaan kadangkala muncul dan bisa dibilang mulai terbentuk sejak segala pekerjaan bisa gua kerjakan sesuai deadline yang gua mau dan selalu dikatakan “perfect” sama atasan gua
namanya roda terus berputar, gua gak bakal bisa sempurna terus soal kerjaan dan kalau sudah gini, mood gua jadi jelek dan segala pekerjaan mulai molor, sesuka hati gua kapan mau diselesaikan , INI GAK BAIK
ini juga salah satu faktor yang gua sadari menyebabkan gua lama menggapai sukses gua, setelah tadi dinasihati dari mas yang intinya gua itu harus ngelawan mood gua dan gak boleh terlalu perfeksionis karena gua gak bisa nge-handle diri gua sendiri kalau-kalau gua sesempurna yang gua mau
sebab, gua sendiri yang ngeribetin kehidupan gua, bisa sampe sakit juga kemana-mana
oke baiklah, gua udah kena tampar nih, habis ini gua tidur, merenungnya sudah cukup, yok perbaiki yok :)
0 notes
Text

bukan mau pamer kalo gua ini anak S2 merangkap PNS sekarang (wih hebat)
tapi cuma memberi semangat diri sendiri di awal hari, yang nantinya mau gua terapkan di esok-esok harinya juga.
kata seseorang, “ditulis tiap deadlinemu biar terasa kamu siap menjalani segala tugas-tugas yang ada di kehidupanmu” dan hari ini berhasil sih,
ingatlah!! udah mau sebulan sejak gua nerima ACC proposal tesis. januari gua bisa kena bayar UKT juga, hahahahaa
1 note
·
View note
Text
Tiba mimpi, tiba rindu, tiba uring-uringan
Beritahu aku. Rindu bagian mana yang nggak bikin uring-uringan?
42 notes
·
View notes
Text
Habis mimpi jelek
Terus doi ilang-ilangan, gua yang uring-uringan
1 note
·
View note
Text
Dengan begitu “mampu lebih memahami”, gua sebut doi itu manusia yang paling banyak maklum yaa..
ketimbang gua yang kalo udah sekali gak suka yaa gak suka pokoknya,
Doi yang bisa sewaktu-waktu emosian (karena tipikal doi memendam, jadi tiba waktu kebak, makduaaar deh), tapi bisa juga seketika melunak kayak keran aer yang deres tiba-tiba mampet, dengan caranya doi "kembali memahami"
marahnya doi ini bisa mencabik-cabik hati (mau dicoba? sok laaah, hahaha), kadang gue bingung namanya amarah itu kalo dah gak bisa terbendung pasti sakitnya minta ampun, apalagi kalo udah namanya
Lah, tapi doi punya obatnya sendiri, karena doi juga tipe perenung, setiap amarahnya selalu dia renungin dulu dan berujung dengan kalimat “sudahlah dek, kita kan gak tau sisi baiknya itu gimana”
0 notes
Text
Kurangku
Aku tidak bisa mengukur seberapa berat pundakmu menjadi seorang imam; kepala keluarga dan memimpin anak-istri.
Aku juga tidak bisa mengira-ngira beban tanggungjawab yang besar dalam tiap langkahmu.
Dari ketidak mampuanku itu, maafkan aku jika seringkali aku luput...masih saja mendebatmu saat kau bilang jangan. Masih saja melobimu padahal kau bilang tidak.
Maafkan aku jika berulang kali membuatmu merasa kurang dihormati. Candaanku barangkali terlewat santai, omelanku bisa berujung sakit hati, ketidakpekaanku membuatmu berjalan lebih berat, keteledoranku membuat aibmu tersingkap.
Aku harus terus mengingatkan diriku sendiri, bukankah seharusnya yang membahagiakan untukku ialah ketika ridamu selalu membanjiri langkahku? Bukan hal-hal duniawi yang tak akan ada artinya jika terus kukejar...
679 notes
·
View notes
Text
Menghargai Atas Pencapaian yang Diperoleh
Tiap hari Senin sampai Rabu, di tempat gua bekerja diwajibkan memakai PDH atau simplenya seragam kantor lah ya, lengkap dengan atributnya yang dipakai sana sini
Tapi untuk hari Senin ini, ada hal yang mengganjal dipikiran gua, kenapa? Mungkin karena gua termasuk orang yang rapi dan suka akan kerapian, maka atas apa yang menjadi hakku untuk dikenakan, yaa gua pakailah
Tapi tidak dengan teman-teman gua di kantor (terlepas dari atasan gua) gua gak mau nyinggung kesana, temen-temen satu angkatan gua, yang bisa gua bilang gak rapilah mereka hari ini, kenapa? karena mereka gak lengkap menggunakan atribut yang sudah dihakkan untuk mereka.
Karena gua gatel pengen tau alasannya, jadilah gua nanya
“kenapa atributmu gak kamu pake?” dijawabnya
“berat eh”
“gak kelihatan”
Gua mikir
“ini alasan implisit atau eksplisit seh?”, tapi gua nangkepnya mereka kayak gak sanggup untuk menyandang jabatan yang mereka emban, entah malu atau apalah
Aku jadi mikir gini, “kenapa sih, harus berpikir seperti itu, bukannya waktu diawal mereka-mereka sendirilah yang menginginkan kerja dan jabatan itu, kenapa setelah diberikan malah terkesan seperti itu”, seperti tidak menghargai jerih payah yang sudah dilakukan padahal ada banyak orang diluar sana yang ingin mengenakan seragam yang elu pakai
Pemikiran gua salah gak sih ini? Gua mikir gini “gua menghargai segala jerih payah yang gua lakukan, jadi apa yang menjadi hak gua untuk gua kenakan ya gua kenakan, sebagai itu tadi “rasa penghargaan pada diri sendiri” (dan ini sebenarnya kewajiban untuk mengenakan atribut lengkap),
kalo gak dipakai rasanya seperti tidak menghargai, gak tau kenapa pemikiran gua bisa sebeda ini dengan kebanyakan, kalo tidak dipakai yaa untuk apa dibeli??, kalo ngerasa gak sanggup mengemban tanggung jawab atas atribut yang kamu punya, untuk apa melamar disini?? Salah gak sih? tolong dong kasih pendapat....
1 note
·
View note
Text
Aku juga pengen bisa ngambek kayak gitu, boleh gak sih? Selama ini aku gak pernah ngambek kalo masalah-masalah gitu, makin kesini moodku jadi suka ikutan jelek juga, boleh gak sih??, ato cuma boleh "ho'oh" aja, "iya" aja, "sorry" aja, ato "maaf" aja,, ato mestinya gak perlu ngambek tapi mesti dingambeki?? #bahasa opo to ki, dingambeki
1 note
·
View note
Text
Udah berapa malam ini tidur dengan rasa yang tidak lega, entah kenapa, sakitkah jiwaku ini? Dan ini benar-benar sangat tidak mengenakan, mau nahan buat ga usah cerita ke siapa-siapa takut nambah beban ke orang lain, ditambah lagi sempat dikasih saran "dirimu yang tau kamu sendiri" yess, I know. Tapi tau gak sih, kadang ada support system lain yang dibutuhin sama seonggok daging ini yang disebut manusia, heeemmm
1 note
·
View note
Text
mungkin ini pas buat gue, kalo biaya gua yang bayar sendiri, hehe
Lulus 3.5thn atau 4thn lebih?
Beberapa waktu yang lalu, warga twitter sedang ramai membicarakaan masalah wisuda 3.5thn atau 4thn lebih. Lulus cepat atau lambat. Lulus sebagai wisudawan matang atau abangan.
Headline nya kurang lebih seperti ini:
"S1 lulus 3.5 tahun? Bangga? Jangan bangga dulu... "
Saya sempat tergelitik dengan pembahasan ini. Pasalnya beberapa orang tidak mengejar kebanggan bisa lulus cepat. Beberapa orang memang dalam kondisi harus. Bahkan beberapa orang ingin meraih S1 bukan untuk kebanggan. Ada yang desakan orang tua. Ada yang ikut2an. Ada yang mencari tempat untuk singgah karena belum ingin bekerja. Ada yang ingin membuktikan pada diri sendiri. Ada yang ingin mendapatkan ijasah. Ada yang ingin mencari ilmu dan berkecimpung di dunia akademisi. Ada yang ingin lekas lulus karena keburu jengah. Ada yang ingin lekas lulus karena harus. Ada yang lambat lulus karena merasa belum mendapatkan apa yang dicari.
Uniknya perguruan tinggi, kelulusan setiap mahasiswa tidak disamaratakan seperti di bangku sekolah. Semua boleh memilih lulus cepat atau lambat. Perguruan tinggi memang ditujukan bagi orang dewasa yang sudah mampu memilih dan menyetir hidupnya sendiri. Semua berhak lulus kapan saja.
Nasihat baik dari ibu @ErsaTriWahyuni di sebuah utas di Twitter ditujukan untuk mereka supaya betul-betul mempergunakan ilmu, ijasah dan manfaat penuh dari bangku kuliah. Waktu, tenaga dan biaya yang kita keluarkan sebisa mungkin jangan disia-siakan.
Beliau menyinggung mereka yang hanya mengejar kelulusan dan mengabaikan peluang mengembangkan diri yang ditawarkan kampus dan terburu-buru menyidangkan ijasahnya. Analoginya, seperti buah mangga. Jika kita memetiknya terlalu dini, buah belum matang, dan harga jualnya rendah.
Secara akademik dan marketing, analogi itu betul dan baik.
Secara humanis, analogi itu kurang pas
Buah yang dipetik sebelum matang tidak berarti busuk. Mereka yang lulus cepat bukan berarti prematur. Apabila prematur pun, mereka masih berhak untuk hidup. Mereka sudah berjuang keras. Mereka sudah melakukan yang terbaik sebisa mereka.



Orang-orang yang memiliki CV penuh, mungkin lebih mudah bersaing di dunia karir. Namun, orang-orang yang CV nya kosong bukan berarti gagal. Ada berbagai pencapaian hidup yang tidak bisa dituliskan di kertas CV. Ada berbagai perjuangan yang tidak bisa dikatakan secara langsung. Ada berbagai keberhasilan yang tidak bisa di-angka-kan.
Nampaknya menyimpan kertas hasil ujian milik kita lebih baik ketimbang membawanya lari, menunjukan ke orang-orang sembari mengomentari hasil ujian orang lain.
Ketimbang kita memberitahu orang lain tentang bagaimana kita harus bertahan di bawah sistem sosial seperti ini, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita mengenal orang lain dengan baik. Apa saja yang sudah ia lewati. Apakah standar keberhasilan dan "matang" milik kita sama dengan milik dia.

Bukankah hidup akan lebih menenangkan jika kita mendekati orang lain, menepuk pundaknya lalu mengatakan pelan "kau sudah berjuang dan melakukan yang terbaik"
Kita semua berharga. Kita tidak perlu sertifikat untuk menaikan harga diri. Kita juga harus mulai menghapus kata "gagal". Kita semua orang-orang yang berhasil. Semua orang berhasil dalam hal yang berbeda-beda. Tidak berhasil dalam satu hal yang orang lain berhasil, bukan berarti kegagalan.
Kita semua berhak untuk hidup dengan baik. Meskipun HRD tidak menyukai CV kita.
Ilustration credit to: @nadiyahrs
#nulisajadulu
635 notes
·
View notes
Text
perempuan yang punya banyak mimpi
kamu tau nggak, perempuan yang punya banyak mimpi itu cantik dan hebat banget kalau dilihat dan dikenal. mereka menarik karena tampak cerdas, karena sekiranya bisa melahirkan dan mendidik anak-anak yang cerdas pula.
kamu tau nggak, perempuan seperti itu, super merepotkan kalau dijadikan pasangan hidup. kalau kamu jatuh cinta sama perempuan yang punya banyak kemauan, kamu harus bersiap-siap.
kamu harus siap menjadi tempatnya bertanya, berbagi cerita, bahkan berkeluh kesah tentang perjalanan mencapai mimpinya. sebab, sungguh tidak ada perjalanan mencapai mimpi yang mudah–meski selama ini kamu melihatnya demikian, bahwa dia penuh dengan kemudahan.
kamu harus siap dan sigap untuk menjadi yang pertama dalam membela mimpinya. menjadi yang percaya saat orang lain tidak. menjadi yang pertama menikmati karya-karyanya. menjadi penggemar yang paling utama dan setia.
kamu harus siap ikut menghidupkan mimpi-mimpinya sebagaimana mimpi-mimpimu sendiri. sungguh, bagi para perempuan seperti itu, kalah pada mimpinya bisa jadi sama menyedihkannya dengan patah hati.
kamu harus siap dengan semua kerepotan itu. bahkan, kamu harus siap untuk berkorban.
perempuan yang punya banyak mimpi itu berisik, merepotkan. tapi, kamu tau nggak, kebanyakan dari mimpi perempuan sebenarnya adalah hadiah untuk orang yang paling disayanginya. kalau kamu merasa pantas untuk mendapatkannya, bersiaplah untuk membantunya merakit hadiah itu.
berkasihlah dan salinglah memberi hadiah, niscaya kalian semakin saling menyayangi.
4K notes
·
View notes
Text
Dipresi Ringan, Akhirnya Gua Alami Juga...
masih bisa gua sebut dipresi ringan sih (menolak dibilang dipresi akut), mungkin ini juga yang dialami orang-orang yang selalu berpikir kedepan terus dan suka mengkhawatirkan yang belum terjadi
“padahal gua suka banget nyemangatin orang-orang terdekat gua pake bahasa ini”
percaya gak sih.... setelah gua sempro (seminar proposal) tesis seminggu lalu, ternyata pikiran gua gak baik-baik saja, tekanan mulai datang dari arah mana-mana saja
salah satunya omongan dari orang tua “selesaikan cepat, biar gak nambah biaya lagi” omongan yang gak pernah gua dengar, sampai pada masanya dia terucap juga
gua jadi mikir gini “sebenarnya yang meminta gua untuk melanjutkan pendidikan ini siapa?” jahat memang mikir gini, tapi bukan berarti gua gak mau, sebelum gua menjalani pendidikan ini dan pada akhirnya di pertengahan gua keterima kerja, gua udah pernah jujur-jujuran sama ortu “cukupkah finansial untuk pendidikan yang satu ini?” sebab gua tau ini bukan nominal yang biasa-biasa saja dan akhirnya pada taulah pendidikan ini gua lanjutin
guz gak ingin menyalahkan pekerjaanku atau lebih tepatnya keadaanku sekarang sebagai akibat dari gua yang telat menyelesaikan ini dan yang dikata menambah biaya, tapi ini sudah kerja keras gua yang maksimal (aku sambil kerja loh ngerjain ini) dan aku juga butuh rehat sesekali,
sampai gua mikir untuk undur diri saja deh atas pendidikan ini (dulu gua juga udah kepikiran mundur aja setelah keterima kerja, tapi gak jadi dan sekarang muncul lagi), gak sanggup gua kalo mesti pake biaya sendiri, omongan ortu ini bikin gua jadi segan mau minta-minta dalam konteks pendidikan lagi.
dipresi ringan jadinya gua,
saat gua ngetik ini gua lagi meriang nih, padahal rasanya gua sehat-sehat saja. dan harusnya gua cerita tentang dipresi ringan gua secara umum aja, ini malah curhat mendalam, dah lah yaaa, daaaah
0 notes