giuoza
giuoza
Aoizawa Giyuu (葵沢 義勇)
6 posts
一人の時間を好み、カフェの隅でアイスブラックコーヒーを飲んだり、夜遅くに街の外れを自転車で走ったりする。兄の古い腕時計は、��去の思い出を胸にいつも身につけている。感情をあまり表に出さないが、近しい人々にはとても保護���で、いつも真心で接している。
Don't wanna be here? Send us removal request.
giuoza · 1 month ago
Text
物語
太陽がまだ高く昇っていないころ、彼の最初の泣き声が聞こ��た。2004年8月17日、埼玉の夏は真っ盛り。乾いた風がゆっくりと吹き、土の匂いと遠くの虫の声を運んでくる。母は言った。「あの日の朝はそんなに暑くなかったけど、明るかったの。まるで、あなたが静かにやってきて、でもすぐに部屋を満たしたようだった。」
彼は二人兄弟の弟だった。兄のタイキは、ギユウとは正反対の存在——明るくて、賑やかで、言葉があふれていた。それに対してギユウは、小さい頃から話すよりも聞くことを好んだ。学校では先生たちに「静かだけど賢い子」と言われていた。友達には好かれていたけれど、親しくなる人は少なかった。自分から話しかけるタイプではなく、怒ることもあまりなかった。ただ…彼は黙っていた。まるでこの世界が騒がしすぎて、応える気になれないかのように。
唯一、ギユウの沈黙を突き破れるのはタイキだった。毎朝、学校へ行く前、兄はくだらないジョークを飛ばし、お弁当を渡し、別れ際にギユウの背中を軽く叩いた。ギユウは時々、自分の人生が兄の反響のように感じていた。でも、それが嫌ではなかった。ただ、心地よかった。
…あの事故が起きるまでは。
バイク、夜、鋭いカーブ。タイキは帰ってこなかった。あの日から、家は真夏の空気よりも冷たく感じた。それ以来、ギユウは学校でお弁当を開けなくなった。彼はタイキの古い腕時計を身に着けるようになった——手首には少し大きかったけど、心にはぴったりだった。
高校を卒業したとき、両親は多くを聞かなかった。ギユウは心理学を学びたいと言った。タイキのように経済学部に入り、サークルに参加し、海外で働く夢を持っていたわけではない。ギユウはただこう言った。「人のことを、ちゃんとわかりたいんだ。」
大学生活はゆっくりと進んだ。目立つタイプではなかったが、彼のレポートはいつも的確で深く、教授たちは名前を覚えていた。同級生たちはギユウのことを、「いつも一人で座ってるけど、話しかければちゃんと助けてくれる人」と思っていた。パーティーには行かず、集まりにもあまり顔を出さなかった。でも彼がいると、空気がすっと落ち着いた——まるで、疲れたときに窓を叩く優しい雨音のように。
大学最終年、みんなが履歴書を整え、就職セミナーに並んでいる中、ギユウはたった一通の応募書類を出した。郊外にある小さ��カウンセリングセンター。有名な名前ではなかったけれど、前には楓の木が立ち、待合室にはシナモンの香りが漂っていた。
面接で、「なぜこの場所を選んだのですか?」と聞かれた。
彼は迷わず答えた。「僕はあまり話すのが得意じゃない。でも、誰にも聞かれてない人の話を聞きたいんです。」
採用された。彼の仕事は、本棚の整理、机を拭く、お茶を淹れる、そんな小さなことから始まった。やがて、セッションに同席し、スケジュールを調整し、最終的には言葉に不安を抱える子どもたちのカウンセリングを任されるようになった。
何を言えばいいのかわからないこともあった。でも彼はいつもそこにいた。ただ「いる」こと、それだけで、時には十分だった。
仕事帰り、ギユウは小さな自転車に乗って川沿いの道を走った。街灯がぼんやりと灯り、夜風が肌を刺すように冷たかった。でもその道を外れたことは一度もなかった。小さなカーブのところで、彼はいつも少し立ち止まり、左手首の腕時計に触れ、空を見上げた。
街では星が見えにくい。でもその夜は、ひとつだけはっきりと輝いていた。
「タイキ…」と、彼は小さくつぶやいた。自分だけに聞こえる声で。「僕はまだ、ここにいるよ。」
Matahari belum tinggi saat tangisnya pertama kali terdengar. 17 Agustus 2004, musim panas di Saitama sedang di puncaknya—angin kering berembus pelan, membawa aroma tanah dan suara serangga dari kejauhan. Ibunya bilang, pagi itu tidak terlalu panas, tapi terang. “Seperti kamu datang diam-diam, tapi langsung mengisi ruangan.” Ia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya, Taiki, adalah segalanya yang Giyuu tidak—terang, ramai, penuh kata. Sedangkan Giyuu, sejak kecil lebih suka mendengarkan daripada menjawab. Di sekolah, guru-guru menyebutnya “pendiam tapi pintar.” Teman-temannya menyukainya, tapi tidak banyak yang bisa dekat. Dia bukan tipe yang akan menyapa duluan. Bukan juga yang mudah marah. Dia hanya… diam, seolah dunia terasa terlalu bising untuk direspon. Satu-satunya yang benar-benar bisa menembus diamnya adalah Taiki. Setiap pagi sebelum sekolah, kakaknya akan melempar lelucon garing, menyodorkan kotak bekal, atau menepuk punggung Giyuu sebelum mereka berpisah jalan. Kadang Giyuu merasa hidupnya adalah gema dari kakaknya. Tapi dia tidak keberatan. Dia nyaman begitu. Sampai kecelakaan itu terjadi. Motor, malam hari, tikungan tajam. Taiki tidak pulang. Dan untuk pertama kalinya, rumah terasa lebih dingin dari udara musim panas. Sejak hari itu, Giyuu tidak lagi membuka kotak bekal di sekolah. Ia mulai memakai jam tangan tua Taiki—agak longgar di pergelangan tangan, tapi terasa pas di hati. Saat SMA selesai, orangtuanya tak banyak bertanya. Giyuu bilang dia mau masuk jurusan Psikologi. Tidak seperti Taiki yang masuk ekonomi, aktif di organisasi, dan bercita-cita kerja di luar negeri. Giyuu hanya bilang, “Aku mau ngerti orang.” Kuliah berjalan pelan. Ia bukan yang menonjol, tapi dosennya mengenali namanya karena esai-esainya selalu tepat dan dalam. Teman-teman seangkatannya tahu Giyuu sebagai “cowok yang suka duduk sendiri tapi selalu bantuin kalau ditanya.” Dia tak pernah datang ke pesta, jarang nongkrong, tapi kalau dia ada, suasana langsung terasa tenang—seperti suara hujan yang jatuh ke jendela saat kamu sedang kelelahan. Di tahun terakhir kuliah, ketika yang lain sibuk memperbaiki resume dan antre di seminar karier, Giyuu hanya mengirim satu lamaran: ke pusat konseling kecil di pinggiran kota. Tempat itu tak punya nama besar, tapi punya pohon maple di depan dan ruang tunggu yang berbau kayu manis. Saat wawancara, mereka bertanya kenapa dia melamar ke sana. “Karena saya nggak suka bicara banyak. Tapi saya ingin dengar orang yang nggak didengar siapa-siapa,” katanya tanpa ragu. Ia diterima. Pekerjaannya dimulai dari hal kecil: menyusun buku, mengelap meja, menyeduh teh. Tapi perlahan, ia mulai menemani sesi, mengatur jadwal, hingga akhirnya diminta menangani beberapa anak yang tidak terlalu nyaman bicara dengan orang asing. Ia tidak selalu tahu harus bilang apa. Tapi dia selalu duduk. Selalu hadir. Dan kadang, itu cukup. Setiap pulang kerja, Giyuu naik sepeda kecilnya menyusuri jalur pinggir sungai. Lampu jalan menyala temaram. Angin malam menusuk. Tapi dia tak pernah melewatkan rute itu. Di salah satu belokan kecil, ia biasanya berhenti sebentar, memegang jam tangan di pergelangan kirinya, dan menatap ke langit. Bintang jarang terlihat di kota, tapi malam itu satu bintang bersinar jelas. “Taiki,” gumamnya pelan, cukup untuk dirinya sendiri. “Aku masih di sini.”
0 notes
giuoza · 1 month ago
Text
身分証明
フルネーム :葵沢 義勇(あおいざわ ぎゆう) Nama lengkap : Aoizawa Giyuu (葵沢 義勇)
ニックネーム :ギユウ Nama panggilan : Giyuu
生年月日 :2004年8月17日 Tanggal lahir : 17 Agustus 2004
年齢 :20歳 Umur : 20 tahun
血液型 :AB型 Golongan darah : AB
星座 :しし座(レオ) Zodiak: Leo (Shishi-za / しし座)
出身地 :日本、埼玉県 Asal : Jepang, Prefektur Saitama
職業 :地域メンタルヘルスセンターのカウンセラーアシスタント Pekerjaan: Asisten konselor di pusat kesehatan mental komunitas.
学歴 :早稲田大学心理学部卒業 Pendidikan : Lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Waseda
身長 :180センチメートル Tinggi badan : 180 cm
外見の特徴 :鋭くも穏やかな目、少し乱れた黒髪、やや色白の肌 Ciri fisik : Mata yang tajam tapi tenang, rambut hitam sedikit berantakan, kulit agak pucat
特徴的なアクセサリー :左手首にいつも付けている、兄の古い腕時計 Aksesori khas: Jam tangan tua milik kakaknya yang selalu dipakai di pergelangan tangan kiri
0 notes
giuoza · 1 month ago
Text
性格
無口で観察力が鋭く、無駄な会話が嫌い。 Pendiam, observatif, tidak suka basa-basi.
空気に敏感だが、感情をあまり表に出さない。 Peka terhadap suasana, tapi jarang mengungkapkan perasaan.
心の中に隠したメランコリックな一面がある。 Punya sisi melankolis yang disimpan rapat.
思考は合理的で、反応は感情的だが、それは静かな内側にある。 Rasional dalam berpikir, emosional dalam merespons—dalam diam.
忍耐強く、行動は優しく、人を不快に��せることを嫌う。 Sabar, lembut dalam tindakan, tidak suka membuat orang tidak nyaman.
親しくなると、とても守護的で正直になる。 Kalau sudah dekat, sangat protektif dan jujur.
0 notes
giuoza · 1 month ago
Text
習慣と趣味
小さなカフェの隅にいつも座って、アイスブラックコーヒーを注文する。 Selalu duduk di pojok kafe kecil dan memesan es kopi hitam.
夜遅く、一人で自転車に乗って街のはずれを走り回る。 Naik sepeda sendiri malam-malam keliling pinggiran kota.
トラウマや癒し、人間の心理に関する本を読む。 Membaca buku tentang trauma, penyembuhan, dan psikologi manusia.
小さなノートを集めていて、その中には自分のために書いた引用がある。 Mengoleksi buku catatan kecil; sebagian berisi kutipan yang dia tulis untuk dirinya sendiri.
夕方の雨、コオロギの鳴き声、そして黄色くぼんやりとした街灯が好きだ。 Suka hujan sore, suara jangkrik, dan lampu jalan yang kuning remang.
人が多い場所は苦手だが、人々を観察するのが好き。 Tidak suka tempat ramai, tapi suka mengamati orang-orang.
0 notes
giuoza · 1 month ago
Text
静かな中で、見過ごされがちなものを聞くことを学んだ。
0 notes
giuoza · 1 month ago
Text
作者より
Penulis : ギユサ. / GIYUSA. In Character : “ ... ” / … Out of Character : ギー 
1 note · View note