kalimat yg lebih baik tidak dijadikan caption Instagram ataupun WaStory
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Gula Jawamu
Kamu.
Aku.
Kita.
Tiga kata yang selalu ada dalam perbincangan setiap waktu.
Terngiang, masih jelas gambaran wajahmu, senyum hangat, hidung mancung, dan mata yang kupuja.
Pada pendar layar 8 inchi itu, nyatamu selalu membawaku pada alunan masa-masa yang akan kita lewati. Bersama, bahagia selamanya.
Kita tak dapat mengelak memang, bahwasannya dalam hidup tidak semuanya selalu tentang bahagia. Tapi dengan optimis, begitu pula selaras dengan kalam Tuhan, kita yakin bisa.
Kau bilang, "Dea, aku yakin kita bisa. Tetap bersamaku ya." dan aku menangis.
Aku merindukanmu.
0 notes
Text
π¨βπ©βπ¦βπ¦"sedih? Ga usah bilang. Perilakumu menceritakan semuanya, game pelampiasan yg bagus."
π§π»ββ"......"
π¨βπ©βπ¦βπ¦"hahaha, begitulah. G usah risau, bilang sama Alloh semua rasamu. Kalo Alloh jawab kalian berjodoh, kalian ga akan bisa menolaknya. Begitupun sebaliknya. Haha, ambyar nda. Balikin rasa-rasamu ke Alloh, karena Dialah pemilik rasa yg haqq. Biar Alloh menjaga, kamu dan dia."
π§π»ββ"bukan perkara...."
π¨βπ©βπ¦βπ¦"raseneng aku koe kui akeh mukire"
*imbroke
3 notes
Β·
View notes
Text

Kukembalikan perasaan ini kepada hakikat pemilik rasa, kuharap Dia menjaga dan mengerti bahwa perasaanku untukmu adalah nyata. _dynd
1 note
Β·
View note
Text
Akupun abai, setelah sekian kali kau abai.
Hatiku
1 note
Β·
View note
Text
Kemarin, tentang belajar dan pembelajaran.
"Belajar kok jewawakan."
Maaf, bisakah kalimat itu ditujukan langsung kepada saya?
Hati yang tersayat adalah milik ibu saya. Hati yang galau adalah milik ibu saya, rasa khawatir adalah milik ibu saya. Bahkan sampai detik saya menuliskan ini di tumblr perasaan khawatir masih menyelimutinya. Ibu saya khawatir, tentang eksistensi saya di depan masyarakat sekitar. Ibu saya khawatir tentang masa depan saya, karena saya adalah pendidik meskipun belum pernah mengajar di sekolah.
Ya benar, saya pendidik. Dulu saya diajari cara untuk mendidik. Diajari makna pendidikan, dan segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, siswa, juga buku.
Saya pernah mengajari siswa, sekitar 28 bulan lamanya. Siswa dari salah satu sekolah dasar di Solo. Gadis perempuan dari keluarga China, dan seorang anak lelaki dari keluarga Jawa. Ya, 2 siswa itu yang menjadi kunci saya mendapatkan uang jajan.
Apakah saya pintar? Tentu tidak. Apakah saya cerdas? Tidak juga. Apakah saya siswa terpandai di kampus? Boro-boro. Dapat nilai 'B' di mata kuliah Linguistik saya sudah bersyukur. Sangat bersyukur. Lalu? Saya hanya memutar kembali kenangan waktu di sekolah dasar. Alhamdulillah, saat itu saya masih ingat.
Saya hanya memutar kenangan tentang itu, dan seizin Alloh, saya bisa menyelesaikan soal bersama kedua siswa itu tadi. (Saya sebut saja namanya Pinkan dan Andy). Saya bisa menyelesaikannya bersama Pinkan dan Andy, beruntung mereka tergolong anak yang penurut. Saya percaya diri, karena saya bisa ikut serta dengan mereka. Saya hanya menemani mereka belajar. Bukan mengajari. Sekali lagi, saya hanya menemani. Sesekali saya berbagi cerita, (karena basicnya, saya belajar Bahasa dan Sastra Indonesia, jadi bercerita adl hobi) tentang ini itu, dan sedikit keinginan saya untuk mereka berdua. Alhamdulillah, kini mereka di SMP impian mereka.
Saya tidak ingin pamer, kepada siapapun saya masih tetap menjaga kegiatan saya selama kuliah di solo. Bahkan ibu saya tidak tahu jika saya mencari tambahan uang jajan dengan cara itu, tapi apa boleh buat? Kejadian pagi itu telah menyayat hati ibu saya.
Saya menjadi tidak merasa bersalah jika memamerkan ini. Meskipun saya benar-benar ingin menyimpannya, tapi sesekali saya ingin menampar mulut yang menyakiti hati Ibu saya. Kalimat itu telah meninggalkan luka yang dalam untuk ukuran seorang ibu. Seharusnya ia katakan itu langsung kepada saya, karena saya yang turun tangan menemani anak-anaknya mengerjakan tugas. Bagaimanapun ia tak pantas mengatakan itu kepada Ibu saya.
Benar, ia tak berhak menghakimi ibu saya dengan kalimat sepele namun tajam itu. Saya tidak pernah memonta mereka datang ke rumah kami untuk belajar. Saya tidak pernah mempromosikan diri untuk mengajari mereka. Mereka yang datang, sebagai tuan rumah seyogyanya saya menerima mereka. Sudah seyogyanya saya menjamu mereka, dengan senyuman? Sudah pasti.
Tapi itu balasan mereka. Menyakiti ibu saya.
2 notes
Β·
View notes
Text
Jadi, biarlah berlalu
"ahh, sudahlah. biar kusimpan ilmu ini untukku dan penerusku kelak. sudah cukup harapan dan junjungan tingginya, jadi biarkan saya turun dengan damai."
Cokrokembang, 20 09 2019
1 note
Β·
View note
Text
Bali
Saya suka dengan Pulau Bali. Sejak kapan? Mungkin sejak saya suka nonton Ftv kala itu. Sampai sekarang, saya masih suka dengan Bali. Semuanya, adat budaya, tempat wisata, pemandangan, bahkan juga makanannya.
Bali tetap menjadi tempat yang ingin saya datangi. Ingin sekali saya kesana. Entah, apakah ini yang dinamakan faktor x dalam percintaan?
Saya ingin sekali ke sana. Jalan-jalan tentunya. Barang seminggu. Nanti kalau krasan, saya ingin tinggal di sana.
Alasannya? Saya suka dengan Bali. Terlebih sekarang, seseorang telah bersedia mengisi tempat yang kosong, dan menyediakan hidangan dalam pengembaraan saya ini. 'Gede' begitu panggilannya.
Di Bali, saya sudah menyiapkan jadwal. Ini itu, ini itu. Banyak sekali. Tidak apa-apa, saya tahu Tuhan tidak tidur.
_dynd
1 note
Β·
View note
Text
Kita
Dulu berjalan sendiri sudah pernah aku lakukan, dan itu berat, sepi, juga resah. Kemudian, sekarang dengan adanya kamu, aku berharap perjalananku menjadi ringan, asyik, dan menyenangkan, karena bersamamu selalu ada hal menarik. Entah itu kita, atau gagasan-gagasan kita." _dynd_πΌ
2 notes
Β·
View notes
Text
Kamu
"Aku sayang kamu, ynk." kataku.
(kamu diam)
"Aku ingin bersama kamu."
(Kamu diam)
Terakhir.
"Tunggu, sampai aku datang dan melamarmu" katamu menepis kesunyian ucapan.
1 note
Β·
View note
Text
Aku
Aku sedang belajar untuk tidak memainkan hatiku saat bercanda denganmu, tp itu sama sulitnya dengan tidak melihatmu tersenyum.
Aku sedang berusaha untuk tidak menyamakan persepsi di kala bahasan kita mulai nyeleneh, yang kulakukan adalah tetap menjaga hatiku agar tidak termiliki oleh harapan tentangmu yang samar.
Aku sedang membetulkan cara pandangku, perihal mimpi dan keajaiban yang dulu selalu berpusat padamu. Dan juga tentang keinginanku untuk bersanding denganmu. Benarkah cinta atau hanyalah obsesi?
Aku adalah seorang perempuan yang gemar bermain dalam perasaan, pernah suatu ketika aku menyelam terlalu dalam dan lupa cara menarik nafas.
Aku, masih harus belajar Tentang diriku, hatiku, otakku, dan perasaanku. Juga tentang mu, dan skenario Alloh. _dynd
#satuhari(lagi)
1 note
Β·
View note
Text
Aku, kamu, dan kita
Aku adl tipikal yg suka bercanda, tapi ketika aku mencintai aku tidak pernah main-main. Aku akan mencintaimu dg sepenuh hatiku.
"Teruntuk kamu? Itu urusanmu dg Tuhan dan hatimu. Ini hanya perihal percaya dan menjaga. Aku hanya minta tolong, supaya engkau tidak memberikanku kesan buruk tentang cinta dan laki-laki. Itu saja." dynd_
1 note
Β·
View note