haishann
291 posts
yang muncul kala senang-sedih di waktu malam tiba.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sometimes
It lingers
And yes, they do
Falling asleep can help
Well, not always
You understand
What you hear inside your head
Might be
Or should we expect to differ
8 notes
·
View notes
Text
Seringkali,
tembok yang kita susun
jauh lebih tinggi,
menyepi
dalam suara berisik
di kepala dan hati.
Padahal, sendirinya paham
tidak adil menuntut apa yang cuma kita tahu
dan bukan tanggung jawab orang lain juga
untuk itu.
Akhirnya, sesaat di tepi,
saat air mata tak tertahan lagi,
kesadaran akan kembali.
0 notes
Text
Ketika bagian dari dirimu tidak diterima
Rasanya semakin sulit untuk terbuka
Menjauh seperti jadi konsekuensi otomatis
dari kepercayaan yang kian terkikis
Harapan semakin dekat makin menyulitkan
Di kala ekspektasi tidak saling bersisian
Sudah
Rasanya ingin berhenti
Antara untuk jujur
atau bohongi diri sendiri
1 note
·
View note
Text
Hati yang sakit melambatkan semuanya.
Gerak tubuh kita, pikiran, dan bahkan semua yang berjalan di sekitar.
Waktunya berpikir kembali, sebab semuanya jadi lebih lambat dari biasanya.
Tidak ada lagi yang rasanya penting, soal kontrak, prestise, apa.
Saat hati sakit, ada yang mudah tersampaikan, perasaan. Ekspresi diri untuk menangis jadi lebih mudah.
Aktivitas meminta, memohon, berulang kali jadi lebih banyak. Selalu ada harap untuk kembali, minta dilindungi lagi dari hatinya sendiri.
1 note
·
View note
Text
Jika daftar pekerjaan punya tenggat tertentu, kita mampu dan pasti mampu untuk membuatnya cepat-lambat menyelesaikannya.
Untuk masalah yang dihadapi, terutama berkaitan dengan orang lain. Ternyata tidak begitu.
Jelas sekali ya?
Namun apa yang jelas ini, baru terasa. Apa yang kita harap selesai cepat, mungkin perlu menunggu lebih lama. Strategi yang kita susun mungkin tidak ada dampaknya, harus cari lagi. Mungkin ada penolakan, akhirnya selesai sudah.
Kepada orang lain, yang sama manusianya seperti kita, tidak adil ya untuk meminta sesuatu darinya.
Sekali lagi sudah jelas ya?
Memang bukan dari sana sumber meminta.
0 notes
Text
Telanjur sikap ini membuat luka. Ada harga yang begitu besarnya di depan mata. Hampir-hampir membebaskannya hanya seakan membuat luka semakin menganga.
Mungkin baru ini, selama 26 tahun hidup ini, baru merasakan masalah. Selama ini, selalu bertanya di mana hati. Bertanya tentang datarnya hidup, yang sebenarnya juga banyak tambalannya. Namun selalu merasa memang tidak ada yang layak untuk ditangisi.
Baru kemudian, di tahun ke-26 ini, oh ini. Baru sadar ada hati yang munafik, ada identitas lain dalam diri, ada sakitnya, ada lelahnya mengusahakan sesuatu, ada was-was di antara takut dan harap, dan ada air mata yang selama ini aku cari.
Mungkin baru sekarang belajar jadi dewasa. Dipaksa harus memilih, diminta menentukan sikap saat hati terkoyak. Menyakiti orang lain sesakit-sakitnya, memilih apa yang Tuhan benci, dan kemudian menangis minta ampunan lagi.
Namun aku cuma debu. Hidupku sebentar. Mengapa harus menyakiti lebih banyak orang, mengapa harus mendulang dosa yang banyak. Aku masih belajar. Masih sombong dan banyak salahnya. Kuharap nuraniku masih di sana.
Menulis ini tentunya masih berharap. Allah Maha Tahu yang terbaik, yang ada di masa depan, yang ada di hati-hati setiap orang. Masih berharap akan berjalan beriringan, nantinya.. keduanya. Aamiin
Sembuh itu ada harganya, karena siapa yang mau menjahit lukanya, maka ia harus menanggung sakit dari tusukan jarumnya.
Memaafkan pun juga sama, ia harus mengikhlaskan dan membiasakan luka masa lalu. Ketenangan itu ada harga, jika mau silahkan beli, jika tidak maka bertahanlah.
Tidak semuanya di dunia ini gratis, terkadang kamu harus membayar lebih untuk sesuatu yang baik dalam hidup. Bahkan bisa jadi kamu harus membayar bukan hanya dengan uang, tapi juga dengan rasa.
Memaafkan.
@jndmmsyhd
675 notes
·
View notes
Text
Untuk menjadi ternyata butuh usaha lebih dari sekadar tahu saja. Mencoba untuk pelajari dari berbagai sisi, membayangkan diri akan menjadi, ternyata realitanya sulit sekali. Saat menginginkan menjadi, masih banyak bagian diri yang harus diperbaiki dan hati yang ditambal sana-sini.
Saat ini, akhirnya lebih banyak evaluasi. Sejauh mana antara diri yang diharapkan dengan diri yang saat ini berjalan. Sekali lagi, berat. Berat ternyata untuk menjadi diri yang apa adanya, terbuka, dan menunjukkan sisi lemah ketika ada rasa tidak percaya baik ke diri atau orang lain di dalamnya.
1 note
·
View note
Text
Apakah ini soal umur?
Ataukah ada prasyarat yang lebih rumit dari angka, mungkin saja itu perihal tercapainya sebuah kondisi?
Kondisi di mana seseorang mungkin telah terjatuh sejatuh-jatuhnya, pergi sejauh-jauhnya, dan akhirnya kembali pada kesadaran, mana yang lebih bermakna.
Pada Umur Berapa?
Pada umur berapa kamu mulai merasa menjadi orang yang lebih tenang? Kalau ada sesuatu yang memang tak bisa kamu dapatkan, ya sudah, memang bukan takdirnya. Bersedih, sudah setelahnya, mengusahakan yang lain. Jika orang lain berbuat lalai, tidak langsung meledak-ledak marah, tapi berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi. Jika mengemudi, lebih penting selamat sampai tujuan daripada terpacu untuk cepat sampai. Pada umur berapa kamu merasa bahwa ruang privasi itu adalah hal yang sangat mewah. Dan kamu mulai sadar bahwa dalam hidup ini, mengejar mimpi memang penting, tapi memiliki teman baik, memiliki kehidupan yang tenang, pekerjaan yang nyaman, itu jauh lebih menyenangkan. Pada umur berapa kamu mulai sadar bahwa kamu telah berubah, sepenuhnya berubah. ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Suatu waktu membaca buku yang menarik sekali, tentang kematian. Dalam bukunya, penulis bertanya kira-kira seperti ini:
Mana yang lebih menyengsarakan
Sebelum terjadi atau
Saat berakhirnya
Kata-kata ini semakin menarik dalam dua hari ini. Waktu di mana mulai ada sepi, bermain dengan pikiran sendiri.
Ketika kita melangkah, mengapa sangat mudah untuk membandingkan sebelum terjadi dan saat semuanya berjalan? Aku bertanya-tanya, seberapa menyakitkan sebelum semua terjadi dan kejadian ke depan yang mungkin kualami..
Dari mana ya asal ketakutan ini,... apakah terobati sendiri atau perlu penguatan dari luar diri? Salah tidak ya, jika pikiran ini tidak berakhir dalam hati. Akankah kau mengerti?
0 notes
Text
Tekan satu kali
Untuk beri jeda
Antarkata dan
Sebelum bertemu kalimat yang baru,
Spasi.
0 notes
Text
Tidak mudah bagi hati untuk beranjak dari tempat yang sudah lama ia singgahi, tidak mudah pula bagi rasa untuk beradaptasi dengan kehidupan dan tempat yang baru. Tapi seperti ini kehidupan, mengajarkanmu soal pendirian yang kuat dan mandiri, membuatmu bisa bertahan dan tetap hidup di berbagai keadaan dan tekanan.
Ada diantaramu yang terpaksa untuk pergi tersebab sudah habis masanya, kadang ada pula diantaramu yang juga harus angkat kaki sebab tempat yang lama sudah tidak layak lagi dihuni.
Kita bicara soal perjuanganmu yang akhirnya tidak sejalan lagi, terpaksa berjalan masing-masing sebab tidak lagi sevisi. Mungkin nanti kamu akan bertemu dengannya dipersimpangan masa depan, dengan keadaan dan rasa yang sudah tidak lagi sama. Entah pada pertemanan atau hal lainnya.
Kehidupan dan masalah yang selalu datang akan mengajarkanmu soal dewasa dan sabar, soal kelapangan hati dan menerima, soal merelakan dan memaafkan jika nanti bertemu kembali.
Dan saat kamu bisa menetralkan rasa dan hati kala itu, maka kamu sebenarnya baru mendapatkan pelajaran kecil dari masa lalu, jangan mudah merasa cukup sebab masih banyak yang harus kamu pelajari lagi.
Bertumbuh.
@jndmmsyhd
436 notes
·
View notes
Text
Ada yang memilih
tapi untuk meninggalkan
Ada yang mencoba
tapi untuk menghindari
Ada yang terjebak
tapi diri sendiri
1 note
·
View note
Text
Menarik
Setelah mencoba mengakali rasa, alam bawah sadar seperti bergejolak menyampaikan pesan.
Pesan berulang dua kali tentang hal yang mungkin kuharapkan terjadi, sesuatu yang memang bisa saja terjadi dan caraku memandang surat yang membuat perut tergelitik namun tetap menjaga kontrol di wajah.
Sebelum itu yang lebih menarik lagi. Tentang kekhawatiran yang mungkin dialami, pertemuan yang tidak terjadi dan pertanda alam terkait percobaanku ini.
Sungguh menarik
1 note
·
View note
Text
Kunci
Tiap kali bertemu orang yang baru, kita akan belajar. Memahami kebiasaannya, kesukaannya, sampai apa yang ia nggak suka. Mungkin kalau orang itu batu, saat kenalan ya kita berusaha mengerti teksturnya dari ujung satu ke ujung lain.
Selama proses mengenal, mungkin ada sisi-sisi yang buat hati mengganjal atau membuat diri ada di posisi yang sulit. Jadi kiranya batu lagi, rasanya pas saling bertemu di sisi itu akan saling menabrak. Kalau nggak sabar bisa saling merusak dan berujung sakit satu sama lain.
Akan tetapi,
ketika akhirnya diri ini berusaha menyesuaikan. Memahami sambil membuat sedikit pahatan, setidaknya ada satu-dua hal yang bisa masuk seakan kunci dan gemboknya. Rasanya itu lebih baik daripada saling menyakiti. Ketika diri lebih memilih berdamai, bukan maksud menggeser nilai apalagi merubah inti, akan makin banyak kunci dan gembok yang dibuat.
Seharusnya,
makin banyak koleksi tentunya makin mudah memahami yang selanjutnya. Tidak perlu berselisih lagi, berkompetisi mana yang lebih baik. Nantinya kan bertambah koneksi dan harapannya lebih mudah kemudian.
0 notes
Text
Yang Luntur
Lepas perkuliahan, banyak sekali hal yang kumaklumi. Kembali ke lingkungan pertama, apa yang sebelumnya dipegang, bisa mudah terlepas. Memang, tempat kita di mana berada, orang-orang di sekitar kita, dan akhirnya kebiasaan yang membuat diri kita jadi kita.
Apa yang tadinya bernilai, bisa jadi luntur di kala maknanya tak sampai. Makna yang seharusnya diingat berulang-ulang atau setidaknya diregangkan sampai berbuah subur alasan lain di bawahnya. Yang hilang akhirnya jadi yang terlupakan.
Aku meyakini, di balik dorongan dan kelalaian, masih ada nurani yang bisa dipanggil. Apalagi ketika perilaku dan rasa dipertajam, ketika ada di persimpangan, setidaknya tahu di mana kita harus berdiri. Yang luntur, biar pelan-pelan dibangun. Nurani ini, semoga tetap tegap, kala kuat-lemah, senang-terluka.
Aamiin
0 notes