Text
Post Miscarriage Story #3
Let's go on another story.
Gue sedang telat haid, udah telat 6 hari. Tapi udah dua kali testpack dan hasilnya masih negatif. Padahal beberapa hari lalu ngerasain mual, muntah, perut kembung, badan sakit-sakit, lemes. Walaupun kadang berasa kadang engga sih. Gue kepo banget tapi takut sama hasilnya ga sesuai keinginan. Udah mau bulan puasa, mau lebaran, takut nantinya masih berdua aja tanpa ada hilal kapan bertiga. Sementara adek-adek sepupu yang belakangan nikah udah pada lahiran dan hamil.
Nikah udah tiga tahun, tapi tetep belum kebal sama rentetan pertanyaan orang-orang perihal kenapa gue masih belum hamil. Dua hari ini, FYP TikTok gue banyak lewat tentang pejuang garis dua. Banyak yang gue repost. Entah kenapa juga, dua hari ini hati gue perih ngeliat semua FYP itu. Akhirnya tumpah juga malam ini tangisannya. Sering iseng main filter pregnancy dan mostly hasilnya positif. Semakin berharap banyak tetapi semakin besar juga takutnya. Tetapi, kalau melihat kondisi gue yang sampai hari ini ga ada tanda-tanda mau haid, gue pun mulai berpikir harusnya ini jadai. Tapi kenapa testpack nya masih negatif?
Bohong kalau gue ga pernah iri sama istri-istri lain yang effortless dibanding gue. Gue udah berkali-kali eneg dengan semua upaya promil. Berkali-kali menyerah dan memulai lagi. Kenapa mereka diberi kemudahan sementara gue diberi jalan terjal seperti ini. Belum lagi kalo mikir umur udah 30. Gue mau hamil dan lahiran di umur berapa lagi. Masa nanti anak baru tamat kuliah gue nya udah tua banget.
Nyokap gue sempet nanya, untuk lebaran ini apakah gue dan uda mau beli baju couple. Gue bilang kami ga ada pikiran ke sana karena baju tahun lalu masih bagus. Tadi, nyokap gue usul buat beli baju couple bertiga sama mertua untuk dipake di hari pertama. Gue hanya mengiyakan. Due to these past few days circumstances, di pikiran gue hanya lah "untuk apa beli baju lebaran sementara kehadiran anak yang dinanti belum juga muncul". Kayaknya percuma deh beli baju lebaran tapi gue nya masih belum hamil. Buat apa juga. Nanti dilihat keluarga besar tetap gue dan uda yang masih aja berdua sementara yang lain udah pada gendong anak.
Shit, this way hurts too deep.
Begitulah jika sabar dan penantianmu dirasa terlalu panjang sehingga kamu takut untuk menjawab rasa ingin tahu mu. Terlalu perih melihat garis satu itu.
I pray to God, semoga memang sedang hamil namun belum terlihat saja di testpack. Semoga memang hamil. Izinkan kami di ramadhan dan puasa ini memberi kabar gembira yang telah ditunggu-tunggu keluarga besar kami. Izinkanlah keluarga kecil ini berkembang. Hamba sangat memohon kepada-Mu.
1 note
·
View note
Text
Post Miscarriage Story #2
Ternyata cukup berjarak buat update kembali kondisi gue pasca keguguran. Sudah menjalani hidup seperti biasa, but some days I got reminded by my first child. Pernah bahkan suatu pagi gue terbangun karena mimpi buruk--yang tentu saja mimpinya tentang gue keguguran--dimana orang-orang di sana menyalahkan gue atas keguguran yang gue alami.
Hidup memang ga selalu menyedihkan, ga selalu juga menyenangkan. Good news is, I got accepted as PPPK. Bertahun-tahun ikut CPNS ternyata jalan hidup yang membawa gue kembali ke Padang juga membawa gue untuk lulus PPPK di Padang aja. Happy sih, tapi yaudah aja gitu, karena gue ga terlalu berharap untuk lulus. But luckily I made it.
Apa lagi ya? Sisanya ya kuliah, dan tesis. Doakan semoga tesis gue lancar.
Pagi ini, tangis gue akhirnya pecah karena tau gue haid. Padahal udah telat 4 hari, udah mulai naik harapannya. Tapi pas tau tadi haid tuh... perih banget rasanya. Udah lama juga ga nangis gara-gara ini. I'm so sad.
Maybe some people see me living a happy life--loving husband, loving mom-in-law, loving family, and loving friends. Tapi karena hidup tidak sesempurna itu, maka dibalik kehidupan orang yang kita kira sempurna, maka apa yang telah diambil dari hidupnya?
In my case, anak pertamaku-lah yang diambil.
How are you, my child? Apakah orang tuamu di sini masih harus menunggu lama untuk mendapatkan kehadiran adikmu? Tolong rayu terus Allah di sana ya nak biar kami segera memiliki adikmu.
0 notes
Text
Post Miscarriage Story #1
Seperti hal nya runtutan Pregnancy Program Diary, kali ini gue akan membuat seri baru yang akan berfokus kepada keguguran yang gue alami sebelumnya. How it feels, how it affects me, and everything.
It's been two weeks since the moment we heard from the doctor that news. Gue keguguran. Hanya bertahan sekitar 7-8 minggu saja. Ketika gue dua minggu sebelumnya optimis mempertahankan si jabang bayi, tanpa gue tau si jabang bayi ini sudah memutuskan untuk pergi. Karena semuanya sudah terjadi, tentu yang jadi fokus saat ini adalah kondisi gue.
Frekuensi menangis dan bersedih berkurang, bertahap mulai bergerak--nyapu, nyiram bunga--serta bertahap juga mulai olahraga kecil-kecilan. Setelah keguguran, efek paling kentara adalah jerawat yang sempat membanjiri seluruh wajah. Untungnya ga berlangsung lama. Tapi, saat hamil gue sempet naik 2-3 kg dan lemaknya itu ada di tempat yang sulit untuk dikurangi--perut dan paha. Ya Tuhan paha gue gede banget. I don't know how and where to start.
Uda juga lebih mengatur emosinya dibanding gue. Uda ga bersedih lama karena baginya ada gue yang paling terluka dalam musibah ini. Seperti yang biasa dia lakukan, uda selalu ada menenangkan, ga minta gue untuk cepat kembali normal.
Beberapa hari ini kondisi gue lumayan baik. Lumayan, ya. Terkadang ada mood nya untuk berkegiatan, kadang ga ada. Ini yang masih jadi PR. Gimana biar gue bener-bener bisa produktif lagi mengingat gue udah masuk tahun kedua kuliah. Tapi, ternyata untuk kembali produktif itu susah, ya. Gue bahkan udah lelah duluan sebelum memulai.
Ujung dari semua ini adalah gue yang cenderung sangat membenc diri gue sendiri. Liat paha yang gede, perut yang lemaknya ga hilang, gue yang unmotivated, dan lainnya. Lagi, gue gatau harus mulai dari mana dan harus melakukan apa. Tapi, satu hal yang gue sadari, gue merasa ada sesuatu yang hilang dari gue sejak keguguran ini. Something that makes me feel empty.
I wish I could go back to my old self, a functional human being. But I don't know how to do it and what should I do. I even cannot understand myself. Am I going to fully heal and back to normal?
0 notes
Text
Days have gone by, and the feeling of losing you is still hanging there. How could I live on, dear my firstborn?
2 notes
·
View notes
Text
Pregnancy Program Diary #4
An updated story of our journey when things are going south.
Terakhir, gue cerita tentang kemungkinan hamil ektopik yang diberikan oleh obgyn gue. Gue dan uda terbersit ingin cari second opinion ke obgyn lain, namun kami masih mau liat situasi dulu. Jujur, terlalu lelah bolak balik dengan kondisi yang ga pasti ini. Surprisingly, kemaren gue flek dan ada pendarahan lagi. Setelah berpikir panjang, akhirnya uda memutuskan untuk pulang cepet dari kantor untuk nemenin gue ke obgyn lainnya.
Akhirnya kami pergi ke obgyn. Menunggu, dan ternyata obgyn yang kami tuju sakit. Kami pergi ke obgyn lainnya yang telah direkomendasikan juga oleh keluarga dan temannya uda. Pas nyampe, udah antrian ke 17 aja. Wah rame juga ini obgyn. Tapi, alhamdulillah kami ga perlu nunggu lama. Singkat cerita, sampai lah giliran kami. Gue ceritakan kepada obgyn nya, lalu beliau cek gue. Ketika gue mengatakan ada kemungkinan hamil ektopik, obgyn nya mengatakan kalau gue ektopik gue ga akan sanggup jalan. Well, that's what I knew so far. Obgyn nya memeriksa perut gue dan mengatakan kalau ternyata gue sudah keguguran. Pendarahan yang muncul lagi ini karena masih ada sisa janin yang gugur di rahim. Jadi, gue engga hamil ektopik. Gue keguguran.
Gue diberi obat untuk pembersih rahim, dan dikatakan untuk beberapa minggu ini hormon akan bergejolak sampai nanti stabil dan bisa haid lagi. Anehnya, gue merasa lebih lega mendengar pernyataan obgyn ini. Karena sebelumnya gue cek test pack, garis dua namun tidak sejelas yang sebelumnya. Perut gue pun engga sepadet biasanya. Gue ga memikirkan skenario keguguran karena udah panik sama kemungkinan hamil ektopik itu. Uda pun juga merasa lebih legowo menerima fakta kami kehilangan calon anak pertama kami. Dan satu hal yang kami syukuri, kami bisa hamil. We can do it.
Tapi, tetap saja kami bersedih hati karena kehilangan calon anak pertama. Lalu kami menemukan bahwa disunnahkan untuk memberi nama kepada janin yang gugur sebelum lahir. Walaupun belum diketahui kelaminnya, disunnahkan memberi nama anak laki-laki. Kami berilah nama Rasyad; penunjuk jalan.
Dear Rasyad, thank you for coming although it just a while. Ayah and Buna were very happy the moment we knew you were inside. We are sorry we can't make it.
Sebelum hari ini, gue sempat berdoa, gue ikhlas dan pasrahkan janin ini apabila ia ga sanggup lagi. Gue berkata kepadanya, "Nak, kalo udah capek, kamu gapapa pergi. Kasih tau Buna, ya". And that was the sign he gave us.
Perasaan kami masih campur aduk. Kami lega gue engga mengalami hamil ektopik, but we lost Rasyad.
It's hurt knowing that someone we love was never born.
We have waited for you for long, but we lost you in a blink of an eye.
We love you, Rasyad. Tunggu kami dan jadilah penunjuk jalan untuk kami kelak.
1 note
·
View note
Text
Pregnancy Program Diary #3
Been a while. Agak sibuk belakangan. Penghujung semester dua lumayan dramatis. Ujian akhir nya tiba-tiba serba dipepet tapi di akhir sisa satu yang baru aja selesai dan bikin bertanya-tanya kenapa ujian sebelumnya diburu sedangkan satu ini santai. Edisi kali ini agak panjang. Let's go.
Pertengahan Juni kemaren gue ke Bandung, menghadiri nikahan ponakan. Gue berangkan bareng mama papa, uda di Padang karena ga enak mau ngajuin cuti lagi karena baru aja di-approve cuti panjang buat kami liburan. Yes, we planned to go holiday for about ten days. Mayan lah, dari Padang ke Malaysia, lanjut Singapura, lalu end up di Jakarta buat ketemu temen-temen kami di sana. We planned almost everything. Tiket pesawat udah ready, sisa penginapan. Gue udah seneng banget karena kelar dari Bandung, lalu ujian akhir, lalu liburan. I was excited back then because finally we got a real honey moon. Kami ga sempet honeymoon karena pandemi. Jadi ya udah deh, bablasin aja sekalian liburannya.
Pulang dari Bandung, gue langsung ke Bukittinggi, it was Wednesday dan uda akan nyusul di Jumat nya. Nah, by schedule, gue harusnya haid di Kamis nya gitu. Udah di weekend, masih belum ada tanda-tanda haid. Ya udah, paling di-prank. Gue ga mikirin karena Senin nya gue ujian. Jadi pikiran gue fokus ngerjain ujian yang akhirnya--seperti gue bilang tadi--semua serba mepet. Tiba-tiba stres padahal abis dari Bandung.
Lalu ga terasa udah bulan Juli aja. Ujian yang tiba-tiba mepet itu udah kelar nih, sisa satu yang ga jelas kapan. Kemudian gue ngomong ke uda perihal keterlambatan haid ini. Uda ragu, gue pun juga. Tapi ini udah mendekati sepuluh hari dan tidak ada tanda sedikitpun even jerawat pun ga ada. Biasa nya jelang haid pasti jerawatan. Akhirnya suatu hari gue memutuskan tes, itupun udah nahan diri banget buat ga tes. Setelah tes, satu garis. Ah dah lah tuh kan dikerjain. Gue buang tuh. Tapi abis itu entah apa yg ada di pikiran gue, gue ambil lagi testpack yang gue buang tadi. And you know what? Dua garis! Gue blank. Hah ini apaan. Gue bingung sebingung nya.
Malam nya, gue masih mikir bilang ga ya sama uda. Tapi bilang nya gimana dan ini juga belum pasti. Akhirnya gue panggil si uda ke kamar, terus kita ngobrol-ngobrol sambil gelendotan dan gue nyembunyiin testpack nya. Lalu tiba lah saatnya gue bilang "coba liat ke arah sana." Uda ngeliat dan.. "hah apa ini???" Uda kaget dan langsung sumringah. "Sayang ini dua garis?" Kami pun bahagia karena itulah yang kami tunggu selama ini. Uda bersemangat ngajak cek. Tapi gue masih minta nunggu dulu beberapa hari sambil dicek ulang. Besok pagi nya dicek lagi, garis dua lagi. Beberapa hari setelah itu cek lagi, garis dua lagi. Uda makin yakin gue akhirnya hamil. Dan akhirnya kami pun ke obgyn.
Berdasarkan hitungan hari pertama haid terakhir (HPHT), waktu ke obgyn gue udah masuk enam minggu. Namun kantong janinnya belum terlihat. Ya sudah kami pulang. Tapi dua hari setelah itu gue flek, dan besoknya gue pendarahan. Akhirnya kami pergi lagi ke obgyn dan diberi obat penguat, vitamin, lainnya, dan disuruh balik dua minggu lagi. Alhamdulillah pendarahannya ga berlangsung lama dan gue bed rest total. Sembari bed rest, datang lah ujian akhir yang terakhir. Akhirnya gue ngerjain ujiannya mepet ke waktu pengumpulan karena harus menunggu kondisi gue baikan dulu.
Kami akhirnya kembali setelah dua minggu. Tentu ada harapan kantong janinnya akan terlihat. Ternyata, kenyataan berkata lain. Kantong janin masih belum terlihat. Rahim gue kosong. Padahal gue merasakan tanda-tanda kehamilan. Obgyn gue menemukan ada kantong di luar rahim namun belum bisa memastikan apakah itu sel telur yang sedang membesar--yang artinya gue memang hamil tapi hitungannya tidak bisa berdasarkan HPHT--atau gue malah hamil di luar rahim (ektopik)--tindak akhirnya adalah operasi karena hamil ektopik dapat membahayakan gue. Obgyn kembali memberikan vitamin sambil mengingatkan untuk hidup sehat dan jangan stres. Pulang dalam kondisi gloomy.
Gue baru nangis paginya. Memikirkan nasib gue yang tidak mulus dalam mendapatkan janin ini. Gue kira dengan mendapatkan garis dua gue akan merasakan kebahagiaan sebagai ibu hamil. Nyatanya, gue belum bisa disebut sebagai ibu hamil karena belum adanya janin di rahim gue. Akhirnya gue menangis berkali-kali di pagi nya. Gue merasa ini terlalu sulit. Gue telah merelakan liburan gue yang bahkan kami kehilangan tiket karena tidak bisa di-refund. Gue rela karena gue dan uda mendapatkan anugerah yang kami tunggu. Namun kenapa diberi jalan berliku lagi? Gue terlalu lelah untuk ini. Uda bilang, kami tetap harus berjuang demi kehadiran janin ini. Tapi, jujur, saat ini gue terlalu lelah. Tidak bisa kah gue sebentar saja merasakan hal normal seperti yang lainnya? Garis dua, kantong janin ditemukan, janin ada detaknya, dan seterusnya dan seterusnya. Gue merasa ini terlalu berat. Entah gue masih boleh berharap atau tidak dengan situasi ini.
0 notes
Text
Pregnancy Program Diary #2
Ga kerasa, udah ganti 2023 aja. Uda udah mendekati masa akhir CPNS nya sementara gue udah selesai aja semester 1. Gila time flies. Ini artinya kita menuju dua tahun pernikahan. Pernikahan yang menyenangkan. Satu yang ga menyenangkan, nyinyiran atau pertanyaan orang perihal kami yang masih aja berdua.
Wacana pun akhirnya terlaksana. Setelah tanya sana sini, kami akhirnya kembali ke obgyn untuk ketiga kali nya. Uda pun juga membawa surat hasil lab analisis sperma nya. Sebelum obgyn nya dateng, suster nya nanyain kondisi-kondisi gue. Tentu saja rekam gue beberapa kali telat sekitar seminggu menjadi catatan bagi suster nya.
Datang lah giliran gue dan uda. Belum duduk, dokter nya nanya "kamu kumisan?" Gue cengo. Gue nge-lag. Maksudnya? Akhirnya dokternya nanya lagi, "kamu ada kumis? Kakinya ada bulu?" Spontan gue jawab iya. Lalu dokternya bilang "wah PCOS kayaknya nih." WEH ANJIR LAH GUE LANGSUNG GEMETERAN. Uda bingung karena ga pernah denger dan bertanya-tanya. Dokternya pun akhirnya ngecek rahim gue. He said nothing. Malah gue yang bertanya memastikan apakah dinding rahim gue masih tebel dan dia bilang "lumayan".
Kemudian dokternya bilang karena dugaan awal nya gue menderita PCOS sebagai penyebab kami belum juga punya anak, dokter ngasih surat rekomendasi buat cek insulin dan lainnya. Uda masih bertanya-tanya mengenai PCOS dan dokternya menjawab "kalian liat di IG atau TikTok saya aja ya". Bangke. Gue ke sini bukan mau liat IG lu.
Pulang dari obgyn gue gloomy banget. Uda masih clueless. Gue jelaskan singkat. Uda juga kesel karena bagi dia, ketika kita datang ke ruang praktik dokter berarti dokter berkewajiban menjelaskan, bukannya nyuruh liat IG atau TikTok. Semua orang juga bisa tanpa disuruh. Akhirnya kami memutuskan ga akan lanjut sama obgyn itu.
Kejadian ini baru Januari 2023 kemaren. Sekarang udah Februari. Ternyata, gue haid. Telat dua hari aja. Ga telat juga sih. Tapi udah flek nya dari hari Minggu. Ga tau lah sekarang namanya apa tau gue haid lagi. Tadi pagi, nyoba beli ramuan ala dr. Zaidul Akbar, direkomendasiin temen gue. Semoga memberikan hasil untuk kami sembari kami mencari obgyn lainnya untuk memastikan apakah gue bener-bener PCOS. Gue masih denial sih kalo gue PCOS, karena looking at my friend whose diagnosed with PCOS, gue engga mengalami kondisi-kondisi yang umum dialami PCOS. Walaupun ada riwayat telat haid, paling lama itu dua minggu. Dalam kata lain, tiap bulan gue haid kok. Tapi ya ga tau juga ya. Gue berharap engga sih ya. Plis gue ga mau nambah beban pikiran gue lagi T.T
1 note
·
View note
Text
Pregnancy Program Diary #1
Oke, after a long time, gue memutuskan akan membuat sebuah kisah perjalanan program hamil--promil--gue dan uda. Yha walaupun masih jadi pejuang garis dua but I hope this would be some kind of therapy for me when things going south or one day we make it. Tulisannya akan runut, ya. Walaupun agak telat tp ya udah lah.
As a background, gue dan uda menikah Maret 2021. Kita ga sempet buat cek organ reproduksi kita sebelum nikah karena covid dan sebagainya. Setelah menikah, ga nyampe sebulan kita langsung cus ke salah satu Rumah Sakit Ibu dan Anak di daerah Tangerang Selatan buat cek rahim gue. Alhamdulillah everything good dan dokternya juga santai aja. Gue dikasih vitamin.
Kemudian kita vaksin covid. Gue dan uda vaksinnya berbeda. Vaksin gue mengharuskan jeda sekitar tiga bulan antara vaksin pertama dan kedua, serta dokternya meminta kita untuk berhenti promil sementara karena belum ada hasil ilmiah terkait efek vaksin di ibu hamil. Dengan berat hati, kita stop dulu tiga bulan sampai gue kelar vaksin kedua.
Setelah vaksin kedua, sekitar bulan September, kita mulai lagi. Alhamdulillah nya kita happy ngejalaninnya sampai ga terasa udah mau setahun nikah aja nih. Awal tahun 2022, kita pulang kampung for good karena uda lulus CPNS di Padang. Sebelum pulang, kita cek lagi ke obgyn yang direkomendasikan istri abang ipar gue. Hasilnya juga bagus. Dokternya pun juga bilang ga usah jadi bahan pikiran. Ya udah kita masih santai.
Kemudian setelah pulang kampung, kita sibuk karena memulai hidup lagi dari awal. Rencana cek kandungan lagi selalu jadi wacana. Hingga suatu hari, ke-trigger info salah satu teman yang ternyata langsung hamil setelah nikah. Gue mulai galau. Gue pun bertanya ke uda apakah uda mau cek bagian dia juga. Just in case aja. Setelah pertimbangan yang lama banget, akhirnya uda ngecek kondisi sperma nya sekitar bulan Juli.
Kita masih terus usaha nyoba ini itu, sambil hampir tiap bulan gue selalu menangis ketika haid datang. Beberapa kali sempat telat tapi eh kena prank tetep haid. Nangis lagi deh. Meanwhile tiap hari nya kita selalu aja dapat kabar teman yang nikah belakangan udah pada hamil atau lahiran. Gue sih makin drop. Makin overthinking. Apakah gue dan uda tidak ditakdirkan memiliki anak? Apa kami berdua tidak pantas jadi orang tua?
0 notes
Text
My 2022 So Far
Hi guys! Back with me again and it's already in the middle of 2022. Ga kerasa, cuy. Udah Juli aja. Time flies.
Seperti biasa, let's talk. The annual recap is coming too soon.
Awal tahun 2022 ditandai dengan cabutnya gue dan suami dari Jakarta. We are moving back to... Padang! Yes it's my long term goal but I can't believe it happened that early. Berawal dari celotehan gue ke uda ngasih tau kalo gue maunya nanti untuk stay di Padang aja dalam jangka waktu lama, lalu uda suatu hari pulang kantor nyampe rumah ujug-ujug ngomong "balik yuk" yang gue ketika pertama kali denger kayak "kesambet apaan bro". Menjelang akhir 2021, setelah pikir-pikir, kami memutuskan untuk mencoba mengeksekusi rencana kami untuk balik ke Padang dengan CPNS--yha peluang apa lagi sih selain ini. Mendekati akhir tahun yang artinya adalah pengumuman, deg-degan apakah uda akan lulus atau engga karena gue sadly tersingkir di tes awal... di bawah garis HUHUHU NANGES. Ketika hari pengumuman datang, si uda ga bales-bales chat gue dan akhirnya gue nekad nyari tau sendiri di telegram dan nemu duluan file pengumuman kelulusannya lalu heboh sendiri buat ngasih tau uda kalo doi lulus dan doi tentu saja speechless. We were speechless, anyway. Kita ga menyangka akan bener-bener pindah ke Padang, hidup di Padang. Kayaknya hidup di Padang tuh rasanya masih jauh dari jangkauan, tapi tiba-tiba dalam sekejap sudah di depan mata. Kaged.
Of course we moved back. Beresin barang, pamit ke saudara, lalu napak tilas ke tempat-tempat penting bagi kami, also went to some new places. Gue tau itu ga akan cukup sih karena... yha anjir lah baru 6 bulanan pindah dari Jakarta eh Jakarta kok malah tiba-tiba banyak yang baru wkwkwk kan gue jadi pengen ke sana lagi :') Mana ku rindu segala kemudahan hidup di sana :") Well, keputusan kami buat balik ke Padang bukan berarti zero risk, loh. Risiko terbesar kami itu... ya orang-orang sini. As you know gue masih belum hamil sampai sekarang dimana itu jadi santapan empuk orang-orang sini buat nyentil-nyentil lucu "kok belum hamil?" Gemes pen cubit ginjalnya :) Another risk worth to count adalah keterbatasan di sini. Aku rindu ice chocolate nya Family Mart, aku rindu naik MRT-KRL, aku rindu jalan kaki dari Stasiun Sudirman ke Bunderan HI terus muter-muterin Grand Indonesia dan Plaza Indonesia, atau ya muter-muter bengong di Kota Kasablanka. Di sini aku mau muter-muter bengong dimana trus ya mana panas banget Allahu Akbar :' But, yeah, we already make a choice so just live with it aja kan. At least, kami bisa deket sama orang tua kami. Deket banget. Kayak gue kalo tau-tau pengen pulang ya tinggal pulang aja ke Bukittinggi. Just 2.5 hours away. Deket sama orang tua di umur-umur segini tuh ga bisa dipungkiri merupakan the biggest benefit of our choice to moved back sih.
Hmm, apa lagi ya. Gue masih belum dapet kerjaan baru sampai sekarang. Balik ke kota yang tidak sebesar Jakarta tentu saja mengurangi peluang lowongan kerja. Lalu suatu hari ditawari untuk lanjut S2 di kampus sini. Awalnya berat hati sih karena pengennya lanjut di Makara Kuning itu. Tapi, apa daya, kalau nekad dan kalau-kalau kuliahnya udah tatap muka, yha gue pusing lagi. Jadi, dari pada nambah beban pikiran, kita lakukan yang pasti-pasti saja yha. This August will be my first year of master studies. Wish me luck. Jujur gue deg-degan kuliah lagi. Dan lagi, gue harus siap dengan celotehan orang-orang ngeliat keputusan gue lanjut kuliah di sini. Huft.
Ngomong-ngomong kuliah, si uda tuh sebenernya nawarin gue liburan ke Jakarta, but of course without him. Anak baru ga boleh berulah wkwk. Tapi gimana ya gue masih galau :') Pengen banget main lagi ke Jakarta tapi masa ya si uda gue tinggal huhu. Trus juga kayak.. yha kalo gue ga sama uda ke Jakarta trus ntar yang mau motoin gue siapa #tetep
Okay, that's it. Untuk mengakhiri curhatan kali ini, gue mau share foto-foto bertemakan "Senangnya Balik Rumah: Just Steps Away to Beaches and Mountains". Anjay.







0 notes
Text
2021 Recap
Hi there. As always, selalu jarang nulis disini karena.. ya mager aja wkwk. So, it's already the last day of the year 2021 and let's take a look back.
What defines 2021? For me, two big decisions, ever. First, married. Yes, I am married. Kalo udah baca look back 2019-2020 disana lengkap gimana hidup gue yang gitu-gitu aja--but mostly sad--lalu tiba-tiba he came and now here we are, as husband and wife. Sampai detik ini pun masih suka ga percaya, "Lah gue nikah sama bang Khalil?". Saking ga percayanya. Because I know him as my college senior, ga lebih ga kurang. Mana waktu itu banyak dibilang goals sama doi-nya--termasuk gue--jadi kan kayak ya udah gitu. Cuma ya minimal tiap tahun ada chat, buat ngucapin ultah. Gue tegesin, ultah kita barengan. Wakakakak kaget ga? Gue pun. Jarang-jarang deh rasanya bisa nemu orang yang ultahnya bareng. Jadi ketika gue dapet ucapan ultah dari temen-temen, gue ga lupa ngucapin ultah juga ke bang Khalil, sama satu lagi alm. bang Fefry. Seneng banget alig nemu dua ini ultah bareng hahahaha.
Lalu, the second big decision; resign. Akhirnya setelah 2-3 tahun mikir cabut apa engga.. cabut juga deh. Sungguh keputusan yang sangat berat. Nimbang ini itu nya. Sebenernya lebih ke nanti gue ga bisa support suami secara finansial, soalnya mayan banget cuy. Tapi ya gimana. Taruhannya tuh cuma dua; kalo lanjut gue tetep punya pemasukan tapi mental gue makin ga selamat, atau gue cabut tapi ya jadi ga punya income. Suami gue karena udah ga tahan liat gue yang nangis mulu, marah mulu, ngomel ini itu, akhirnya bilang cabut aja. Daripada daripada katanya. Ya bener juga sih. Masa suami pulang kantor, capek, bukannya disambut senyum istri malah "masa ya bang tadi tuh blablabla", kan capek-capekin aja. Dengan berat hati akhirnya cabut. Am I happy? Yes, I am. Insecure ga karena ga punya pekerjaan? Of course. Lima tahun kebiasa banget punya duit sendiri, kalo mau ini itu engga mikir, sekarang kan jadi beda. Beda nya lebih ke... gue sering ngerasa bersalah karena ga bisa support suami secara finansial. Berasa ga berguna aja gitu. Tapi suami selalu bilang selama gue belum dapet kerjaan, hitung-hitung istirahat dulu, ganti istirahat dari lima tahun lalu yang kepake buat kerja. Ya juga sih tapi kan... huft.
Lalu, apa lagi ya... Tahun ini masih pandemi, guys. Jadi.. ya begitu lah. Setelah nikah juga gue sama suami cuma liburan ke Bogor. Sampai hari ini masih menunda keinginan kami liburan ke Bajo. Liburan lainnya tuh dalam tahun ini ada ke Lembang, Purwakarta, terus.. Puncak... mana lagi ya.. itu aja deh kayaknya. Sedih amat :") Tapi, beneran deh ya, gue bersyukur banget banget bersuamikan si Khalil Gibran ini. Ya orangnya ngeselin sih. Romantis kaga, ngeselin iya. But he gives me the comfort I need. Kalo di rumah nih ya, atau pokoknya lagi berdua aja gitu, gila gue manja bangeeeettttttttttttttt ke suami. Mungkin kalo orang liat bakal jijik deh. Semanja itu. Gue ga pernah kepikiran akan semanja ini ke orang lain--which is suami gue. Kayak.. aduh lah. Kayaknya ya, suami tuh gemes liat gue manja gitu ke doi, terus gue ngerasa sikap manja gue diperhatiin, trus makin jadi deh manjanya biar makin diperhatiin. Emang lah umur doang 27. Umur mental masih 10 umur fisik 72. HAHAHAHAH. Encok is my best friend. Tiada hari tanpa encok. Depan skin care, belakang fresh care.
OH IYA, rezeki terbesar pertama kami setelah menikah: SUAMI LULUS CEPEENES. ANJAY. Jelang pengumuman tiada hari tanpa "maafin abang ya kalo ga lulus" sampe capek gue tuh dengernya. Alhamdulillah, semesta mendukung. TAPI YA KAGET. Kaget karena secepet ini akan pindah permanen ke Padang. Itu tuh salah satu long term mimpi gue loh bisa menetap kembali di Padang (atau Sumbar). Lah ini baru mau setahun nikah, langsung dhuar awal tahun besok pindah Padang. Kaget tapi seneng tapi baper huhuhu bye Jakarta dan segala kemudahaannya :( Dari minggu lalu sama suami udah mulai nih ke tempat-tempat yang belum sempet kita datengin, sama tempat-tempat yang worth to re-visit again. Pasti akan kangen banget sih, apalagi mengingat di kota ini lah gue belajar tentang segala hal. Aduh ga tahan banget nih harus pisah sama temen-temen deket disini :( Tapi gapapa, demi nemenin orang tua di rumah, biar kalo ada apa-apa ga repot dan ga stres juga. Seneng juga karena gue dan suami akan reunited sama temen-temen kami di Padang dan sekitarnya. Memang selalu ada hal yang bisa disyukuri.
Apa lagi ya.. kayaknya cukup deh. Masuk tahun kedua pandemi tuh emang bikin cukup stay healthy stay sane aja gitu. Besok tahun baru, semoga rezeki baru terus berdatangan, terutama rezeki kerjaan baru untuk gue dan tentu saja.. rezeki keturunan. Aamiiin.
Have a nice day, cheers!
0 notes
Text
Finally, A Big Decision
Hola! Seperti biasa, sapaan yang selalu muncul adalah sudah lama sekali tidak menulis di sini. Maklum, sok sibuk. Sibuk menangisi kemiskinan :") Canda ding. Canda miskin.
Well, gue mau menumpahkan apa yang ada di benak gue--dan udah pernah juga gue tulis sebelumnya. It's about my work life. My workforce.
I. AM. GOING. TO. RESIGN.
YES.
R.E.S.I.G.N.
Yes, lu semua ga salah baca. Gue udah mengajukan surat pengunduran diri gue dari kantor sejak 21 Juni 2021. Means, 21 Juli 2021 nanti akan menjadi last day gue di kantor gue ini--my very first paid job. Berat? Jangan tanya. I've dedicated my five years at this office. Got many meaningful lessons, good and bad. Walaupun banyak bad-nya sih wakakakak. And what I realized lately is, these five years leave some kind of traumas to me.
Tentu saja tidak dipungkiri, lima tahun kerja--apalagi non stop nyaris tanpa libur--itu sesuatu yang menantang. Banyak pelajaran hidup yang gue dapet di sini--as well some new skills. Bahkan, di kantor ini gue menemukan teman-teman sejawat yang bener-bener bisa gue andalkan dan apa adanya. Mereka bikin gue yakin masih ada manusia-manusia baik di luar sana. Mereka ga fake. Seneng banget pokoknya ketemu mereka. Sayang banget sama bocah-bocah ini. But life must go on. Every one have their own road. Jadilah satu per satu mulai pergi. Anggota kami pun perlahan berkurang.
Sedih. Sedih banget. Apalagi mereka jadi alasan gue ke kantor beberapa tahun ke belakang. Yes, beberapa tahun ini gue ga bisa menemukan alasan lain ke kantor selain mereka. Gue ke kantor ya buat ketemu mereka, buat becanda sama mereka. Kerjaan mah kerjain aja toh bakal kelar. I no longer find any excitement on what I do lately. Ya udah aja gitu kerja nya. Ngalir. Kerja aja terus sampai nerima gaji, terus gitu lagi.
Pikiran buat cabut juga udah berapa tahun belakang. Tapi tentu saja gue tanggulangi. Mulai dari nontonin drama korea, fangirling, jalan-jalan singkat, staycation, atau cuti pulang kampung sebagai jalan ninja. It can heal me at the moment. Sampai akhirnya, gue burn out lagi untuk kesekian kalinya. Ku kembali menggunakan rutinitas-rutinitas kesayanganku. But I can't enjoy it. I can't enjoy any of them. It was the time when I realized something's going really wrong on me.
Akhirnya ngambil cuti lagi walaupun ga kemana-mana. Cuti dua hari. But, when I back to work, ya ampun berat banget rasanya. Baru bangun pagi tuh yang ada di otak gue "yaela kerja". Wah, fix ini ada yang bener-bener ga beres. Oh iya, gue juga beberapa waktu belakang tuh sering banget nangis-nangis ga jelas. Beban kantor bisa bikin gue nangis kayak orang gila. You know, beban kantor gue bukan di beban kerjanya, tapi makhluknya. Nauzubillah dah udah capek nahan hati. Setelah ngobrol sama uda, setelah pemikiran yang panjang banget which is tahunan, dan sempet konsultasi ke psikolog, gue pada akhirnya memberanikan diri untuk kali ini memprioritaskan diri gue sehingga akhirnya muncul lah keputusan untuk cabut. Wah gila, akhirnya gue yang menyerah. Gue kira akan cabut ketika dapat kerjaan baru. But things are not going as what I want and also I have to prioritize myself more this one time. Dengan restu dari uda dan orang tua, gue akhirnya mengirimkan surat itu.
Then, what? Uda sempet nanya, kalo ditahan gimana? Gue bilang ya dipikir dulu. Tapi entah kenapa gue yakin ga akan ditahan. Ya buat apa ditahan toh mereka ga mikirin kualitas lagi. Dan ternyata bener aja, gue ga ditahan. Oke deh, cuma segitu doang ya lima tahun gue cukup tau aja.
Setelah ngajuin resign, gue ngajuin cuti. Ngabisin sisa tujuh hari cuti gue. Mayan sis daripada ga diambil ga bisa diuangkan, mending gue abisin. Permintaan gue disetujui dan akhirnya gue sekarang sedang menikmati masa cuti terakhir gue jelang resign. Lagi jadi full time ibu rumah tangga.
Seminggu ga ada kerjaan, gue memulai kembali aktivitas work out gue. Hari ini udah hari ke-enam dan alhamdulillah masih konsisten walaupun jam nya ga beraturan. Setidaknya tiap hari gue selalu work out 15 menit. Sisanya ya apply-apply lagi dan ngurusin rumah. Oh iya, dan CPNS wakakakak I'm back CPNS. Capek sih, apalagi karena pengaruh baru mulai work out kali ya jadi gue tuh gampang banget capek dari biasanya. Pegel mulu gitu bawaannya.
By this decision, I'm fully aware that there will be some pros and cons on this. Ya bayangin aja, lagi pandemi gini eh malah cabut. Artinya gue ga akan punya penghasilan dulu sampai waktu yang ga bisa ditentukan. Gue sejujurnya ngeri sama ini. Gue udah terbiasa punya penghasilan sendiri, lalu dibagi-bagi sesuai kebutuhan. Kemudian, beberapa saat lagi gue tidak akan merasakan yang namanya gajian, walaupun sekarang gue ga pernah excited lagi sama gajian karena selalu telat. Gue juga sejujurnya masih bingung mau ngapain selama gue ga kerja. Ini seminggu aja agak linglung juga ga ada kerjaan kantoran gitu. Kadang juga drop karena tiap buka e-mail tuh nemunya penolakan mulu. Udah eneg banget ditolak mulu lamarannya. Ga bohong juga berharap kali ini bisa lulus CPNS, setidaknya gue punya kepastian dalam karir gue walaupun jadi umbi-umbian hahaha. Tapi ya setidaknya ga jadi korban para makhluk-makhluk swasta yang ngomong tuh maniiiissssss banget tapi eksekusinya nol. Kalo CPNS kan setidaknya dilindungi negara. Swasta mah balik ke kebijakan kantornya. Pusing dah.
Even until the time I'm writing this, gue masih ngeri mikirin masa depan karir gue. Apakah gue mampu dapetin kerjaan baru setelah ini. Mana gue tuh kayak kebuang gitu lima tahunnya karena ga ada pembekalan skill baru. Mana nyadarnya baru belakangan. Bodoh banget sumpah. Gue sangat menyesali keputusan gue buat stay di kantor ini. Pelajaran banget ini kantor. Ditempa lahir batin sama makhluknya. Bukti nyata kalo omongan manis tuh yang paling diandalkan kalo mau selamat dan terjamin.
Apa lagi ya, intinya gitu deh. Dikarenakan gue anaknya juga suka overthink, makanya kondisi gue sempat memburuk. Bagi uda, gue resign sekarang ya untuk pemulihan dulu. Uda ingin gue istirahat, ga mikir berat-berat dulu karena apa yang gue alami selama ini. Tapi kan tetep aja ya, kadang ya kepikiran aja gitu nasib gue bakal gimana. Ngeri. Terus juga mikirin sementara gue ga bisa financially support him. Sedih huhu :(
Well, I think enough for today. Stay safe and sane everyone. Pandemic is still there.
2 notes
·
View notes
Text
“The soul usually knows what to do to heal itself. The challenge is to silence the mind.”
— Caroline Myss
2K notes
·
View notes
Text
“It’s all about falling in love with yourself and sharing that love with someone who appreciates you, rather than looking for love to compensate for a self love deficit.”
— Eartha Kitt
3K notes
·
View notes
Text
New Life
Well, kali ini cukup lama menghilang karena.. hadeuh lah ya pusing amat sibuk banget. Cie sibuk. Jadi, gue akan bercerita mengenai kehidupan gue yang baru.
Sejak pertengahan Desember 2020 kemaren, Alhamdulillah keluarga gue dan uda sudah menentukan tanggal pernikahan kami. Iya, nikah. Gue. Nikah. Ga bohong. Gue masih suka ga percaya sampai sekarang :") Kami menetapkan 12 Maret 2021 sebagai hari bahagia kami. Dikarenakan sudah akhir tahun dan Maret itu kurang dari tiga bulan, akhirnya dikebut lah semua persiapan. As we know, kalo udah persiapan kan yang ribet pasti cewek ya, jadilah gue akhir Desember 2020 pulang. Mumpung masih WFH juga kan jadi bisa bantu orang tua di rumah buat ngurusin nikah gue. Mana kita semua masih newbie wkwk.
Sesampainya di Bukittinggi--tentu saja setelah melewati perjuangan di-swab antigen--hal pertama yang gue lakukan adalah ketemuan sama tim fotografernya. Gue sama uda udah ngintai lama nih fotografernya. Terus kita ngobrol, uda juga ikut ngobrol by whatsapp call. Setelah selesai, gue nyambi nanya pelaminan yang recommended apa di Bukittinggi. Gue pulang dengan list pelaminan recommended versi mereka. Ga butuh waktu lama, gue sama uda langsung memastikan fotografernya dan juga memutuskan menggunakan jasa mereka untuk tiga hari full acaran kami (Akad, Baralek Padang, Baralek Bukittinggi).
Next, make up artist (MUA). Udah punya MUA inceran, tapi oh tapi ternyata di bulan Maret itu barengan sama HPL si mba nya. Gue pun bingung karena gue menginginkan hasil make up yang natural. Pokoknya muka gue ga berubah walaupun didandanin. Dengan bismillah, gue memilih anggota tim mba MUA yang tadi yang jam terbangnya persis dibawahnya. TRUS YA MANA NYARIS DITIKUNG ORANG tapi alhamdulillah dapet :") Dah, kelar dua.
Kemudian, gue sama uda pengen ada MC untuk akad, biar acaranya terorganisir. Bermodal nekad, gue menghubungi seorang MC kondang di Bukittinggi via DM Instagram. Engga punya ekspektasi untuk dibales eh ternyata dibales. Kemudian ngobrol di Whatsapp, lalu ditawarkan sepaket sama sanggar. Diskusi lagi sama orang tua trus akhirnya diambil. Kelar lagi satu.
Apa lagi? Pelaminan. Ini nih yang PR. Soalnya kalo pelaminan tuh udah ada unsur orang tua. Gue pergi ke rekomendasi pertama sama orang tua. Nyampe sana, kakaknya enak diajak ngobrol, trus orang tua juga terlihat sreg sama kakaknya. Pas udah dikasih tau harganya, setelah beberapa hari akhirnya orang tua gue memutuskan make jasa kakaknya. Kami pun punya ekspektasi tinggi karena liat di Instagramnya hasilnya bagus dan mewah.
Setelah pelaminan, tentu saja kita butuh makanan dan minuman yekan. Eh ternyata Mama tuh udh mikirin buat make jasa temennya, dikarenakan temennya ngerti tradisi di keluarga gue. Dua kali ketemuan akhirnya fix juga make jasa ibunya.
Kemudian yang belakangan keinget adalah musik. Ga mau pake orgen tunggal nih ceritanya karena berisik, kasian juga tamunya kalo mau ngobrol harus teriak. Mana sekarang lagi pandemi. Akhirnya berkat searching di Instagram, gue menemukan tim akustik yang bisa nampil untuk nikahan. Setelah ngobrol akhirnya gue juga memastikan make jasa mereka.
Oh iya, untuk acara nikahan, attire nya disewa semua, kecuali untuk Akad. Dikarenakan sakral, gue memutuskan untuk jahit sendiri baju akadnya. Hasilnya? Alhamdulillah bagus dan melebihi ekspektasi gue. But the most important is, bajunya bisa dipake lagi buat kondangan heuheu ku bahagya~ Jadi ga terbuang gitu bajunya. Baju ini namanya baju kuruang basiba. Kalo dicek di google, modelnya sungguh klasik dan terkesan "terlalu emak-emak". Namun, ibu penjahitnya membuatnya menjadi baju kuruang semi basiba sehingga cocok untuk dipakai pengantin, serta memberikan hasil jahitan yang klasik namun elegan.
Hmm apa lagi ya yang kurang? PROTOKOL KESEHATAN! It's pandemic day, yorobun. Otomatis harus menyediakan segala hal yang berkaitan dengan protokol kesehatan. Jujur, gue paling stres bagian ini sih. Karena... ya kemungkinan besar kan nanti pas acara tuh gue ga memungkinkan pake masker, jadi ngeri aja gitu. DAN TERNYATA EMANG NGERI CUY :"(
Lumayan lama di rumah, namun gue harus segera balik untuk ngurus tempat tinggal disini. Akhirnya Februari balik Depok, ngecek calon rumah, lalu cocok dan diambil, dan packing. KU CABUT DARI DEPOK SETELAH 8.5 TAHUN OMGGGGGG T.T Dulu sering wondering kira-kira kalo cabut dari kosan karena apa ya? Eh ternyata karena nikah :') Butuh waktu lumayan lama untuk packing karena gue ga pernah pindahan, jadi ga punya ilmu. Setelah akhirnya selesai, gue pindahan akhir Februari kemudian balik Bukittinggi lagi buat dipingit persiapan akhir jelang nikah.
Then, the day comes. 12 Maret 2021, hari dimana gue akan dipersunting oleh seorang pria. Papa akan menyerahkan tanggung jawabnya atas gue ke pria ini. Baper cuy tapi aku ga mewek entah kenapa, tapi dalam hati tuh nyes banget :" Alhamdulillah akad nikah berjalan lancar, begitu juga dengan resepsi dua hari nya. Ya kalo resepsi mah ga usah dibahas ya, kan resepsi pada umumnya soalnya udah kepanjangan padahal inti tulisannya belum wakakak :")
17 Maret 2021 kami balik ke Jakarta Bintaro. Memulai hidup baru sebagai suami istri. Ya ampun masih suka ga percaya tuh gue yang cengo ini udah jadi istri orang :") Bagaimana rasanya setelah sebulan menikah?
It was an amazing roller coaster ride, and it will always be. Selama ini kan cuma ketemuan di luar, jadi cuma liat sifat kalo di luar. Baru liat kebiasaan asli di rumah ketika tinggal bareng. Dah lah dengan alami jiwa ngomel emak-emakku muncul. Entah emang ada bakat atau si uda ini yang suka mancing lalu gue kepancing. Tapi yang paling lucu adalah si uda kaget ngeliat kebiasaan gue yang "terlalu bersih", atau kita ngasih istilah kalo gue itu clean freak. Si uda shock banget pas tau apalagi kalo gue udah nyusun barang tuh ya harus gitu lagi ga boleh diberantakin wakakakak. Trus apa lagi ya, ya kebiasaan-kebiasaan yang ga akan mungkin diliat kalo lagi di luar keliatan semua sekarang. Senang? Banget. Deg-degan? Banget. Semuanya campur aduk.
Gue pun sebagai seorang istri masih meraba-raba dan belajar. Karena anaknya selama ini kelewat mandiri, kadang tuh masih bablas yang gue urus diri gue atau gue ngerjain sesuatu sendiri padahal udah bisa minta tolong ke si uda. PR banget sih ini tapi gue terus berusaha. Caranya? Mandiri waktu gue sendirian di rumah mengatasi apapun tapi ketika uda pulang gue auto ga berdaya. Ya hitung-hitung buat nambah manisnya rumah tangga yekan. Mana uda gemesan sama gue hadeeeh.
Hmm apa lagi ya. Sejujurnya, selama ini yang ada di pikiran gue, menikah itu hal yang jauh dari jangkauan gue. Ngeliat sekeliling udah pada ketemu sama jodohnya, gue tuh kayak.. apa ya.. nikah kayanya jauh banget dan sulit buat gue jangkau. Emang ada ya yang mau sama gue? Siapa yang bakal jadi jodoh gue? Kapan? Banyak pesimisnya deh dulu tuh kalo dipikir-pikir, bahkan sampai kayak yaudah deh kalo ga nemu ya gimana :") Tapi memang jalan Tuhan tuh ga bisa ditebak ya. Padahal udah kenal lama, tiba-tiba dipertemukan, niatannya muncul, direstui, ups and downs, and now here we are as husband and wife.
It will not be easy, but it will be worth it.
Well, ini panjang banget wakakak gapapa ya sekali ini aja. Untuk menutup update kali ini, gue mau bonus foto dulu gapapa ya ;)

#1 Dah sah euy :")

#2 After Wedd Ala-ala

#3 The details

#4 Alek Padang

#5 Alek Bukittinggi

#6 Gendong-gendong Manja Encok
1 note
·
View note
Text
If you read this...
You know it well that sometimes I still shut everything out to myself. I don’t want to bother you, especially in this difficult times. I can’t lie to myself that I want you back to your normal self. But I can’t do that. I try my very best not to. But it torture me slowly. I silently hold back my pain without telling you how I really feel. I don’t want to burden you. It hurts.
0 notes
Text
To The One I Love
We are on long distance relationship for some short time. We are doing this for our big day. Sure we are missing each other that much. We used to meet every week but now we still don't see each other.
Until...
Till you told me the sad news. The news that we didn't expect to come this fast. Then I came to you. I saw you. But, I never see you in such condition before. It was my first time. We were shocked by the news. What I knew, I want to hug you, I want to be there close by your side. What happened was I couldn't do anything. Even I couldn't greet you properly. I lost my words.
To you, to the one I love, till this minute, I still can't guarantee you anything. I want to be there for you, to hold your hands. I want to be there for you, to hug you every time you cry. But I can't. I still don't know what can I do for you. I just don't know.
Also till this time, I just hold my tears. I have to be strong to help you stand stronger. I can't imagine how it feels to be you right now. You must be suffering a lot. And, again, I'm not there with you.
I'm sorry.
Please, keep strong. We know we don't have any choice. It also suffers me a lot right now because I can't stay by your side. It hurts.
Please be strong. I also try to be strong to wait some more time so I can be there for you all the time.
0 notes
Text
2020
Hi there! Tanpa berbasa-basi lagi, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya, rasanya tahun ini juga patut untuk diabadikan disini. Yes, tomorrow is 2021.
Here is 2020 flashback.
Tahun ini, alhamdulillah diawali dengan optimis. You know what I mean ;) Jarang-jarang gue bisa optimis dalam hidup, dan gue mensyukurinya. Kerjaan udah amit-amit, setidaknya ada aspek lain di hidup gue yang bener sehingga gue punya alasan lain untuk bersemangat.
Februari, pulang kampung. Pulang bareng. Hehehehe. Lalu di bandara kami mempertemukan orang tua kami. Alhamdulillah respon dari dua orang tua dan dua keluarga positif. Kami pun bahagia.
Maret, diluar dugaanku, he said it. That magic word. And sure, I was very happy. He proposed me, and I said yes. Di bulan Maret juga, secara resmi kondisi dunia--setidaknya di Indonesia--menjadi tidak baik. Yes, that virus, even till today. Seketika kerja remote dari kosan, lalu muncul istilah work from home. Gile sih, mana pernah nyangka kondisi-kondisi yang menurut gue cuma ada di film kemudian beneran kejadian. Ga keluar rumah dalam waktu yang lama. Sekalinya keluar rumah insecure-nya minta ampun. Sampai hari ini bumi masih dalam kondisi yang tidak baik. Entah kapan akan berakhir :(
Then days goes on with its ups and downs. Kerjaan yang bikin emosi naik turun, hubunganku pun juga tidak semulus itu. We got problems, we solve it quickly. We laughed, we cried together.
Cobaan dalam hubungan? Tentu saja ada, apalagi kami sama-sama berniat mencapai satu tujuan yang sama. Ada aja gitu. Ada yang tau-tau mau menjadikan gue istrinya, ada yang naksir sama dia, dan lainnya. Namun, yang paling membekas tuh ketika seseorang di masa lalu dia yang muncul entah apapun niatnya--deep down I knew she wants something--dan mungkin tanpa dia sadari menunjukkan warnanya yang sesungguhnya setelah sebelumnya memberikan image yang berbeda ke gue. Didn’t need that much time to knew who she truly is. Gemes akutu jago banget dia nge-judge gue :))) Ngeliat gue aja belom pernah. Also, I didn’t care what was happened to you--and him. That’s none of my business.
Mari tinggalkan masalah aneh bin ajaib itu. Kemudian bulan Agustus, akhirnya memutuskan pulang sambil cuti seminggu. Pulang bareng dan memperjelas hubungan kami bersama keluarga masing-masing. Things run smoothly but then we got some little problems but thankfully we did it. It still a progress even it’s just a tiny baby step. Thank God.
Menjelang akhir tahun, sempet down. Untuk ke sekian kalinya, usaha untuk menjadi menantu idaman gagal. Lagi-lagi, gagal di akhir. Menyedihkan memang. Sempet down beberapa saat sampai dia tuh gemes banget karena gue se-down itu. Makin down karena dua temen seperjuangan di kantor ternyata lulus menjadi menantu idaman. Di saat yang bersamaan, gue pun kehilangan rekan kerja gue. It was hard. Sometimes, it still.
Tapi tetep aja, yang namanya hidup ya kadang kan suka demen aja gitu ya nyusahin orang. Masalah datang lagi, pusing lagi, gitu aja terus. But I’m happy. At least, I’m not alone. I have him by my side. He always listen. He always there, and I hope he always be. I hope, you’ll never get bored to handle all my ups and downs.
Hmm, well, untuk tahun 2021, I’m praying to God everything run smoothly as we planned. Our big day is coming ❤

Yo I told you I said yes.
0 notes